3c Apengaruh Permainan Plastisin Terhadap Motorik Halus Pada Abk Di SLB - Abcde Psikologi-Eksperimen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH PERMAINAN PLASTISIN TERHADAP MOTORIK HALUS PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB ABCDE LOB Asep Budiman Program Studi Psikologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung; [email protected]



Abstrak Studi pendahuluan menunjukkan bahwa permasalahan yang ditemui pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB yaitu pada bagian motorik halus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari permainan plastisin terhadap motorik halus pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB dengan subjek berjumlah 16 orang dari kelas 1-5. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian eksperimen kuasi one grup before – after. Dengan alat ukur berupa menebalkan pola untuk siswa kelas 1-2 dan mewarnai gambar buah-buahan untuk siswa kelas 3-5. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yaitu Uji Wilcoxon. Hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0.000 (pvalue < 0.05). Berdasarkah hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa permainan plastisin berpengaruh terhadap motorik halus pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB. Kata Kunci: Anak Berkebutuhan Khusus, Motorik Halus, Permainan Plastisin



Abstract Preliminary studies show that the problems encountered in children with special needs in SLB ABCDE LOB are in the fine motor part. The purpose of this study was to determine the effect of playdine play on fine motor in children with special needs in SLB ABCDE LOB with subjects totaling 16 people from grades 1-5. This study uses experimental research methods with the design of quasi-experimental research one group before - after. With measuring instruments in the form of thickening patterns for students in grades 1-2 and coloring pictures of fruits for students in grades 3-5. Hypothesis testing is done using statistical techniques, namely the



1



Wilcoxon Test. The results obtained show a significant level of 0.000 (pvalue µ2 : Terdapat pengaruh permainan plastisin terhadap motorik halus



3. Metode Penelitian 3.1. Desain Penelitian Penelitian eksperimen dengan judul pengaruh plastisin terhadap motorik halus pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB ini menggunakan desain penelitian eksperimen kuasi one grup before – after, karena treatment yang diberikan diatur sedemikian rupa oleh peneliti dan dirasa paling cocok untuk penelitian ini. 3.2. Subjek Penelitian Menurut Sugiyono (2008), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Penentuan populasi bisa dispesifikasikan menurut karakteristiknya dan atau kuantitasnya yang diperlukan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah 11



siswa SLB ABCDE LOB Bandung, karena tempatnya terjangkau dan sebagian besar siswanya memiliki gangguan motorik halus. Menurut Sutedi (2009) ada beberapa teknik sampel yaitu teknik random, stratifikasi, purposive, area, sampel berlapis, sampel simetri, teknik kuota. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SLB ABCDE LOB Bandung adalah 16 orang yang terdiri dari kelas 1-5 SD dengan rentang umur 6-19 tahun. 3.3. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Definisi konseptual adalah penarikan batasan yang menjelaskan suatu konsep secara singkat, jelas, dan tegas. 1. Plastisin (lilin Mainan) Menurut BB Clay Designs dalam Rochayah Siti (2012; 20) Plastisin adalah lilin atau malam yang digunakan anak untuk bermain, plastisin dapat digunakan berulang-ulang karena tidak untuk dikeraskan. Arti kata Clay adalah tanah liat. Well Mina dalam Rochayah Siti (2012;20), Plastisin atau lilin malam juga termasuk Clay, biasanya untuk mainan anak banyak di jual di toko dengan banyak warna dan mudah di bentuk. 2. Motorik Halus Bambang Sujiono (2012: 1.14) juga mengungkapkan bahwa gerakan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Dini P dan Daeng Sari (1996:72) motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak. Elizabeth B. Hurlock (1998:39) mengemukakan bahwa perkembangan motorik anak adalah suatu proses kematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial emosional. Proses motorik adalah gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyaratan yang menjadikan seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya ( tangan, kaki, dan anggota tubuhnya). Definisi operasional variabel merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur dan menentukan skala pengukuran dari masing-masing variabel. Dengan melihat definisi operasional suatu penelitian, maka seorang peneliti akan dapat mengetahui suatu variabel yang akan diteliti. 1. Plastisin (lilin mainan) Plastisin merupakan sebuah lilin mainan yang terbuat dari bahan kimia dan berbentuk lunak dengan berbagai warna menarik yang dapat dibentuk sesuai keinginan. Plastisin merupakan variabel independent. 12



Subjek diberikan treatment bermain plastisin atau lilin mainan selama 30 menit dengan cara bermain membuat bentuk tertentu yang telah diatur oleh peneliti. Pertama, subjek harus menyatukan tiga plastisin. Kemudian, subjek harus membuat bentuk bulat pada tiga plastisin yang sudah disatukan tersebut. Selanjtunya, subjek membentuk plastisin bulat tersebut menjadi memanjang dengan cara seperti membuat adonan. Setelah itu, subjek membuat bentuk lollipop dari bentuk adonan panjang tadi. Kemudian, subjek menghancurkan bentuk lollipop dan mulai membentuk gelas dari plastisin tersebut. Setelah membentuk gelas, subjek membuat huruf alfabet menggunakan plastisin sehingga membentuk nama dari masing – masing subjek. Selanjutnya, subjek menyatukan kembali plastisin – plastisin terpisah itu kemudian membuat bentuk kepala, badan, tangan dan kaki manusia. 2. Motorik Halus Motorik halus merupakan kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan yang dapat dikembangkan dan dilatih melalui kegiatan rangsangan secara rutin. Motorik halus merupakan variabel dependent. Kemampuan motorik ABK di ukur dari cara subjek menebalkan garis (untuk siswa kelas 1 & 2) dan cara subjek mewarnai gambar buah-buahan (untuk siswa kelas 3-5). 3.4. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian eksperimen ini adalah: 1. Plastisin (lilin mainan) 2. Kertas HVS bergambar 3. Pensil 4. Pensil warna atau crayon 3.5. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan data kemudian penarikan kesimpulan. 1. Perencanaan a. Identifikasi masalah Dilakukan untuk menemukan cara alternatif dalam pembelajaran perkembangan motorik halus yang terganggu b. Penyusunan instrumen Penyusunan instrumen didasarkan pada informasi yang didapatkan. Dalam penelitian ini instrumen berupa tes yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu menggambar dan menebalkan garis untuk sebelum dan sesudah dilakukannya treatment. 13



2. Pelaksanaan Pada pre-test dan post-test kontrol, subjek dites kemampuan motorik halusnya atas dasar pengajaran guru yang telah diberikan kepada subjek dalam jangka waktu 1 minggu tanpa diberikan treatment. Dengan menggunakan pola menebalkan garis untuk siswa kelas 1 & 2 dan pola mewarnai gambar buah – buahan untuk siswa kelas 3-5 selama 15 menit. Lalu pada pre-test ekperimen, subjek diberikan treatment bermain plastisin atau lilin mainan dengan membebaskan cara bermain subjek. Setelah diberikan treatment permainan plastisin selama 30 menit, subjek dites kemampuan motorik halusnya menggunakan pola menebalkan garis untuk siswa kelas 1 & 2 dan pola mewarnai gambar buah – buahan untuk siswa kelas 3-5 selama 15 menit. Setelah satu minggu, pada post-test eksperimen, subjek diberikan treatment bermain plastisin atau lilin mainan dengan cara bermain membuat bentuk tertentu yang telah diatur oleh peneliti. Pertama, subjek harus menyatukan tiga plastisin. Kemudian, subjek harus membuat bentuk bulat pada tiga plastisin yang sudah disatukan tersebut. Selanjutnya, subjek membentuk plastisin bulat tersebut menjadi memanjang dengan cara seperti membuat adonan. Setelah itu, subjek membuat bentuk lollipop dari bentuk adonan panjang tadi. Kemudian, subjek menghancurkan bentuk lollipop dan mulai membentuk gelas dari plastisin tersebut. Setelah membentuk gelas, subjek membuat huruf alfabet menggunakan plastisin sehingga membentuk nama dari masing – masing subjek. Selanjutnya, subjek menyatukan kembali plastisin – plastisin terpisah itu kemudian membuat bentuk kepala, badan, tangan dan kaki manusia. Setelah diberikan treatment permainan plastisin tadi selama 30 menit, subjek dites kemampuan motoric halusnya menggunakan pola menebalkan garis untuk siswa kelas 1 & kelas 2 dan pola mewarnai untuk siswa kelas 3-5 selama 15 menit. 3. Pengolahan data dan menarik kesimpulan a. Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul dan dinilai dengan kriteria – kriteria tertentu kemudian diolah menggunakan uji statistik wilcoxon Berpasangan. b. Kesimpulan dilakukan setelah semua langkah penelitian selesai, maka dapat melakukan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.



14



a. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian berada di SLB ABCDE LOB Bandung di Jalan Manglayang I No 7 dalam kurun waktu dua minggu dengan pengambilan tes pada hari sabtu pukul 09.30 WIB.



3. Hasil Hasil dari eksperimen tentang pengaruh permainan plastisin terhadap motorik halus pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB dengan jumlah subjek 16 orang yang dibagi kedalam dua kategori yaitu kategori subjek yang menebalkan dan kategori subjek yang mewarnai sebagai alat ukur untuk mengukur motorik halus adalah sebagai berikut:



Tabel 1. Hasil Penilaian Motorik Halus Anak Berkebutuhan Khusus SLB LOB Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelompok Eksperimen Kontrol



Rerata



SD



1.331



1.0486



.169



.2892



p 0,05 0,05



Keterangan: Data motorik halus adalah data dengan skala interval.



Tabel 2.



Analisis Uji Normalitas Pada Anak Berkebutuhan Khusus yang Melakukan Permainan Plastisin pada Motorik Halusnya Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova



MotorikHalus



Plastisin



Statistic



Df



Kontrol



.345



16



Eksperimen



.195



16



Sig.



Shapiro-Wilk Statistic



Df



Sig.



.000



.664



16



.000



.107



.866



16



.024



a. Lilliefors Significance Correction



Tabel 3.



Analisis Wilcoxon Pada Anak Berkebutuhan Khusus Melakukan Permainan Plastisin pada Motorik Halusnya



yang



15



Test Statisticsa Motorik Halus - Plastisin -4.008b



Z Asymp. Sig. (2-tailed)



.000



a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.



Descriptives MotorikHalus N



Mean



Std. Deviation



Std. Error



95% Confidence Interval for



Minimum



Maximum



Mean Lower Bound



Upper Bound



Kontrol



16



.169



.2892



.0723



.015



.323



.0



1.0



Eksperimen



16



1.331



1.0486



.2622



.772



1.890



.2



3.5



Total



32



.750



.9598



.1697



.404



1.096



.0



3.5



Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa taraf signifikan yaitu 0.000 dimana pv < 0.05 sehingga H0 ditolak yang mengartikan bahwa teerdapat pengaruh permaianan plastisin terhadap motorik halus anak pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB.



4. Pembahasan Peneliti melakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Pada uji normalitas pengaruh permainan plastisin terhadap motorik halus pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB menunjukkan tinggkat signifikan di bawah 0.05 yaitu untuk kelompok kontrol sebesar 0.000 dan untuk kelompok eksperimen sebesar 0.024, yang berarti data tersebut berdistribusi tidak normal, sedangkan untuk uji homogenitas diperoleh hasil data dengan tingkat signifikan 0.000 yang artinya data tersebut tidak homogen atau beragam. Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya peneliti melakukan uji hipotesis yaitu 16



untuk mengetahui pengaruh dari permainan plastisin pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji statistik Wilcoxon. Uji hipotesis ini diperoleh dari data selisih hasil pretest dan posttest kelompok kontrol dan selisih hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen yang berupa data menebalkan untuk siswa kelas 1-2 dan data mewarnai untuk siswa kelas 3-5 yang sudah melewati proses skoring. Dari hasil perhitungan statistik diperoleh hasil untuk mean dari kelompok kontrol menebalkan dan mewarnai sebesar 0.169 sedangkan mean untuk kelompok eksperimen menebalkan dan mewarnai sebesar 1.331. Ini menunjukkan bahwa mean kelompok eksperimen lebih besar dari pada mean kelompok kontrol, hal tersebut terjadi karena untuk kelompok eksperimen sudah mendapatkan perlakuan berupa treatment permainan plastisin selama satu minggu, sedangkan untuk kelompok kontrol tidak mendapatkan traetment, hal itu lah yang membuat hasil mean kelompok eksperimen lebih besar dari pada mean kelompok kontrol. Data lain yang diperoleh dari perhitungan Statistik yaitu taraf signifikan (pvalue) dari permainan plastisin terhadap motorik halus dengan taraf signifikan sebesar 0.000 dimana untuk α nya sebesar 0.05 yang artinya pvalue < α. Berdasarkan data hasil perhitungan statistik di atas dapat diketahui bahwa permainan plastisin ini berpengaruh terhadap motorik halus pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Yudha M Saputra (2005), bahwa Kegiatan bermain plastisin dapat melatih motorik halus anak sekaligus mengembangkan kreativitasnya. Hal ini akan terlihat dari berbagai macam bentuk hasil karya yang dibuat oleh anak. Selain itu, di dalam kegiatan bermain plastisin ini terdapat aktivitas memijit, menekan, menambah dan mengurangi plastisin yang melibatkan otot – otot tangan. Menurut Montessori (dalam Sujiono, 2013), masa usia dini merupakan periode sensitif dimana anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Dengan memberikan kegiatan bermain plastisin yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka anak mandapatkan stimulasi yang cukup untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya. Berdasarkan penelitian Howard-Jones (2002) yang dilakukan pada 52 anak usia 6 tahun. Sebagian anak diberikan plastisin kemudian dibiarkan untuk bermain plastisin selama 25 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang bermain plastisin memiliki nilai kreativitas yang lebih tinggi jika dibandingkan anak yang tidak bermain plastisin. Dari yang diutarakan oleh Yudha M Saputra (2005) dan Howard-Jones (2002) tersebut memanglah benar bahwa permainan plastisin dapat bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak berkebutuhan khusus di SLB LOB ABCDE. Karena, pada saat bermain plastisin anak akan menggerakan tangannya, mengeluarkan tenaga dan otot-otot tangannya untuk memijat, menekan, dan membentuk plastisin tersebut menjadi suatu bentuk yang lain seperti bola, lollipop, gelas, topi maupun huruf alphabet sehingga kemampuan motorik halusnya lambat laun terlatih. Selain bentuk-bentuk yang tadi disebutkan masih banyak pula 17



bentuk lain yang dapat dibentuk oleh anak sesaui dengan kreativitas mereka, dengan bermain plastisin ini tingkat kreativitas anak pun dilatih, anak dapat membentuk plastisin sesuai dengan yang diinginkan, karena didukung oleh tekstur plastisin itu sendiri yang lembek dan mudah untuk dibentuk. Menurut Sujiono (2008), kemampuan motorik halus pada anak sangatlah penting. Kemampuan motorik halus anak sebaiknya sudah dapat mencapai kemampuan mengendalikan otot-otot dan koordinasi mata-tangan yang diperlukan untuk menggunting kertas, mewarnai dengan rapi, menganyam kertas serta menulis simbol-simbol untuk mempersiapkan memasuki jenjang selanjutnya. Dengan treatment plastisin ini membantu anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB dalam hal menebalkan pola dan mewarnai suatu gambar yang menunjukkan peningkatan yang cukup baik dalam menebalkan dan mewarnainya, ini berarti bahwa plastisin ini berpengaruh terhadap motorik halus anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB.



5. Simpulan Dan Saran Terdapat pengaruh dari permainan plastisin terhadap motorik halus pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCDE LOB. Ini berarti hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada semua pihak yang berhubungan langsung dengan anak berkebutuhan khusus yang mengalami masalah dalam motorik halusnya untuk lebih sering memberikan trearment atau latihan dengan metode apapun yang dapat menunjang kemampuan anak khususnya dalam hal motorik halus, karena jika terus dilatih lambat laun tingkat kemampuan motorik halus anak akan lebih meningkat.



Ucapan Terima Kasih Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. dr. Ambar Sulianti, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Eksperimen yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penelitian dan penulisan hasil penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada pihak sekolah SLB ABCDE LOB Bandung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Peneliti juga secara pribadi mengucapkan terimakasih kepada rekan kelompok yang telah bekerja sama dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian ini sehingga tulisan ini bisa hadir ditengah-tengah pembaca.



18



Referensi Asri, Bayu; Triwiyana, Jaka; Solihin, M. V. (2016). Terapi Motorik Halus dengan Sungging. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 21(No. 1), 14–21. Dermawan, O. (2013). Strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di SLB. Psympathic, Volume VI(No. 2), 886–897. Fransisca Anggraeni, S. N. M. A. (2016). Meningkatkan kemampuan motorik halus melalui permainan playdough pada anak kelompok bermain di paud tegaljaya. Jurnal Pendidikan Universitas Dhayana Pura, 1(1). Kartini, S. (2014). PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PLASTISIN UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA. Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1(2), 199–208. Kustiawan, U. (2013). MANFAAT BERMAIN ORIGAMI UNTUK MENGEMBANGKAN MOTORIK HALUS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Jurnal Paud, Volume 1(5), 24–30. Pangestika, R. A., & Setiyorini, E. (2015). PENGARUH BERMAIN PLASTISIN TERHADAP SEKOLAH (The effect of Plasticine play to fine motor development at pre school), 2(2), 181–188. https://doi.org/10.26699/jnk.v2i2.ART.p169-175 Ramadhani, F. A., Rahayu, M. S., & Khasanah, A. N. (2017). Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap Kemampuan Motorik Halus Pada Siswa TK B di RA PERSIS I Bandung. Prosiding Psikologi, Volume 3(No. 2), 354–359. Rahayu, W. (2014). PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MERONCE PADA ANAK KELOMPOK A DI TK ISLAM ALBAB KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2013 / 2014. Jurnal Publikasi. Santoso, A. D. I., Biasa, P. L., & Santoso, A. (2014). BERMAIN TACTILE PLAY TERHADAP MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG di SDLB BERMAIN TACTILE PLAY TERHADAP MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG di SDLB. Jurnal Pendidikan Khusus, 1–7. 19



Sartika, Y. (2013). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Meremas Adonan pada Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Volume 1(No. 1), 266–279.



20