4 Hand Sampling [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BAB IV HAND SAMPLING



4.1. CONING QUARTERING 4.1.1. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum coning quartering dan grain counting adalah mempelajari salah satu teknik sampling dan reduksi jumlahnya. 4.1.2. Dasar Teori Sampling atau pengambilan sampel merupakan tahap awal dari suatu analisis. Pengambilan sampel harus efektif, cukup seperlunya tapi representatif (mewakili). Sampling harus dilakukan dalam tahapan yang benar sehingga hasil sampling yang didapat mampu mewakili material yang begitu banyak dan dapat dipakai sebagai patokan untuk mengontrol apakah proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik atau tidak. Untuk hasil lebih baik dilakukan analisa mikroskop. Sampel merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan. Secara spesifik, sampel dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Selain itu dengan cara melakukan sampling yang baik dan benar, sangat besar manfaatnya dalam proses selanjutnya karena conto yang cukup sedikit itu dapat mewakili material yang



begitu banyak dan dapat dipakai sebagai patokan



untuk mengontrol apakah proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik atau sebaliknya. Tentunya hasil sampling ini harus disertai dengan analisis dengan menggunakan mikroskop. (Sukamto, 2001) Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi). Pada tahap eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.



*sumber: http://rovicky.wordpress.com, 2012



Gambar 4.1.1 Proses Sampling Fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan



memperoleh



informasi



lain



yang



berhubungan



dengan



kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan. Selama masa eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material). Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 1000 dan yang Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT akan dijadikan sampel adalah 45, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 45/1000 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sebaliknya yang lainnya karena jauh, tidak djadikan sampel, sehingga kemungkinannya 0 (nol). Metode–metode sampling yang digunakan dalam prospeksi geokimia adalah sebagai berikut : a.



Sampling Batuan Sampling batuan dapat dilakukan pada singkapan, dalam tambang dan inti bor. Dalam hal ini permukaan batuan dibersihkan dengan pencucian dan contoh chip diambil dalam area atau interval yang standar. Contoh batuan 500 gram umumnya diambil terhadap batuan berbutir halus, sedangkan batuan yang berbutir sangat kasar diambil lebih dari 2 Kg. Pada metode ini data dapat secara langsung berhubungan dengan aureole primer dalam sampling detail dan terhadap provinsi geokimia dalam sampling pengamatan awal. Konteks geologi dan contoh batuan langsung menggambarkan struktur, jenis batuan, mineralisasi, dan alterasi pada saat contoh tersebut diambil.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT



*Sumber: http://hmtg-drbumi-unsoed.blogspot.com, 2012.



Gambar 4.1.2 Sampling Batuan b.



Sampling Tanah Sampling tanah akan menguntungkan untuk beberapa area dimana jarang ditemukan singkapan. Lubang untuk sampling tersebut dapat digali secara manual ataupun mekanis. Survei tanah umumnya dibuat pada suatu pola lintasan dengan jarak lokasi antar titik contoh 300 – 1500 m pada pengamatan awal dan 15 – 60 m pada survei selanjutnya.



*Sumber: http://www.nrcan.gc.ca, 2012.



Gambar 4.1.3 Sampling Tanah



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT c.



Sampling Sedimen Sampling sedimen sungai merupakan komposit alami dari material di bagian atas (hulu) sampai lokasi sampling. Sampling tersebut efektif pada pekerjaan pengamatan awal dimana lokasi contoh tunggal mungkin menunjukkan area tangkapan (catchment area yang sangat luas. Dalam survei yang detail, contoh dapat diambil setiap 50 – 100 m sepanjang aliran, masing –masing sebanyak 50 gram dengan ukuran butir nomor 80 mesh untuk keperluan analisis).



*Sumber: http://www.arkeologijawa.com, 2012.



Gambar 4.1.4 Sampling sedimen d.



Sampling Air Sampling air merupakan salah satu metode geokimia yang paling lama. Metode tersebut mudah dilakukan, tetapi contoh air tidak stabil untuk waktu yang singkat. Faktor – faktor yang mengontrol kandungan logam dalam air permukaam seperti dilusi, pH, temperatur, komplek organik sulit untuk dievaluasi, dan kandungan logam biasanya relatif rendah.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT



*Sumber: http://kendari-sulawesitenggara.blogspot.com, 2012.



Gambar 4.1.5 Sampling Air e.



Sampling Vegetasi Sampling vegetasi diperlukan koreksi terhadap sampling tanah dan air tanah untuk analisa kimia. Tumbuhan mengekstrak unsur–unsur dedaunan.



logam



dari



Interpretasi



kedalaman yang



dan



dihasilkan



mengirimnya lebih



ke



komplek



dibandingkan dengan metode lainnya. Sampling yang dilakukan sangat



sederhana



hanya



dengan



memotong



ranting



dari



dedaunan. Contoh yang diambil sekitar 100 gram daun atau ranting muda pada setiap pohon, kemudian dikirim ke labolatorium untuk diabukan dan dianalisis, contoh abu akhir umumnya sekitar 10–30 gram. Idealnya vegetasi disampling pada lintasan yang seragam.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT



*Sumber: http://www.ubb.ac.id, 2012



Gambar 4.1.6 Sampel Vegetasi f.



Sampling Uap Sampling uap air raksa yang digunakan sebagai petunjuk badan bijih sulfida sejak sekitar tahun 1950-an yang diambil dari tanah, udara maupun air. prektrometer portabel sering digunakan untuk memompa gas dari lubang bor berdiameter kecil ke dalam tanah. Contoh yang paling efektif diambil dari tanah dimana konsentarasi gas lebih ribuan kali lebih banyak daripada di udara. Radon (Rd) dan Helium (He) dikumpulan dari contoh air permukaan dan air tanah yang terbukti efektif sebagai petunjuk mineralisasi Uranium.



(Anonim, 2012) Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi). a.



Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.



b.



Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT tujuan memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan. c.



Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material). Pemilihan metode sampling dan jumlah sampel yang akan



diambil tergantung pada beberapa faktor, antara lain: a.



Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.



b.



Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,



c.



Lokasi pengambilan sampel (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),



d.



Kedalaman pengambilan sampel, yang berhubungan dengan letak dan kondisi batuan induk.



e.



Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih. Pada tahap pengambilan sampel untuk batubara produksi



terbagi menjadi dua, yakni: a.



Skema pengambilan sampel (sampling scheme) yang merujuk pada berapa banyak satu lot (pembagian bidang pada stockpile) dapat dibagi sampling unit dan berapa banyak increment (jumlah dan berat sampel yang diambil disesuaikan dengan ukuran dan banyaknya batubara yang akan diambil, bisanya pengambilan increment dalam kg) harus diambil untuk setiap sampling unitnya sehingga dicapai target yang diinginkan.



b.



Sistem



pegambilan



sampel



(sampling



system)



merupakan



implementasi dari pengambilan sampel, apakah akan dilakukan secara manual atau mekanis. (Anonim,2009) Menurut Japannese Industrial Standard M.8105-1966, rencana pengambilan contoh meliputi beberpa hal, diantaranya adalah: a.



Ukuran Populasi Populasi adalah sekumpulan besar material yang akan diambil contohnya. Besarnya populasi akan berpengaruh pada kuantitas atau jumlah contoh yang harus diambil. Semakin besar



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT pengambilan dilakukan, maka semakin baik data yang diperoleh, tetapi perlu diingat segi biaya, waktu, serta tenaga. b.



Increment Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan contoh.



c.



Bentuk dan ukuran material Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara pengambilan sampel/setiap increment-nya. Keberhasilan analisis terhadap bahan galian ditentukan berhasil tidaknya hasil sampling. Preparasi



sampel



merupakan



suatu



pekerjaan



untuk



mempersiapkan sampel dikirim kelaboratorium untuk dianalisis kadar nikelnya. Sebelum sampel dianalisis, terlebih dahulu dilakukan preparasi dengan tujuan untuk mereduksi baik jumlahnya maupun ukuran



butirnya



sampai



dengan



kehalusan



200



mesh



yang



representatif dari sampel itu sendiri. Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu



sampel



dapat



digunakan



untuk



menggeneralisasikan



keseluruhan populasi. Langkah – langkah penting dalam melakukan preparasi sample yang pada umumnya dilakukan adalah: a.



Catat berat sampel dari lapangan kemudian sampel tersebut ditumpahkan ke basin untuk dilakukan pengeringan pada oven selama 24 jam dengan temperatur ± 105 0 C.



b.



Sampel yang sudah dalam kondisi kering kemudian ditimbang untuk mengetahui berat keringnya.



c.



Setelah mengetahui berat keringnya sampel langsung dimasukkan kedalam mesin penghancur (jaw crusher) untuk dilakukan crushing sampai dengan fraksi 5 mm kemudian di-mixing dan direduksi sampai



sampel



tersebut



menggunakan pullpress.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



dianggap



homogen



dengan



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT d.



Cek hasil pulverizing apakah kehalusannya sudah mencapai 200 mesh (95 % harus lolos 200 mesh), bila tidak tercapai maka dilakukan pulverizing kembali dengan cara sampel dipanaskan terlebih dahulu kemudian dilakukan pulverizing dengan set waktu tambahan 1 menit dan dicek kehalusan sampel kembali.



e.



Setelah kehalusannya sudah mencapai 200 mesh sampel dimixing dan di-splitting untuk kemudian diambil 100 gram untuk dianalisis dan sisanya dijadikan duplikat.



f.



Sampel hasil pulverizer dimasukkan kedalam box sample sesuai dengan titik bor dan kode hasil preparasi kemudian dikirim ke laboratorium analisis. Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam



proses



sampling, antara lain: a.



Salting, yaitu peningkatan kadar pada sampel yang diambil sebagai akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam contoh.



b.



Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam sampel.



c.



Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.



d.



Kesalahan dalam analisis kimia, akibat sampel yang diambil kurang representatif. Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu



diperhatikan karakteristik endapan yang akan diambil contohnya. Bentuk keterdapatan dan morfologi endapan akan berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling. Aspek karakteristik endapan untuk tujuan sampling ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a.



Pada endapan berbentuk urat, yaitu dapat dicirikan sebagai berikut: 1)



Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2)



Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga diperlukan



sampel



dengan



volume



yang



besar



agar



lebar



yang



sempit



(jika



representatif. 3)



Kebanyakan



urat



mempunyai



dibandingkan dengan bukaan stope) sehingga rentan dengan dilution. 4)



Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping, sehingga batuan samping perlu dilakukan sampling.



5)



Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang menjari (bercabang), sehingga dalam sampling perlu dicari dan ditentukan batas vein yang jelas.



6)



Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic (acak/tidak beraturan) dan sulit diprediksi, sehingga diperlukan sampling dengan interval yang rapat.



7)



Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup sulit untuk mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per unit panjang sulit dikontrol.



8)



Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval), karena pada umumnya harus dilanjutkan melalui pemboran inti.



b.



Pada endapan stratiform Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam dasar yang terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan satuan litologi (litofasies), dimana mineral bijih secara lateral dikontrol oleh bidang perlapisan atau bentuk-bentuk sedimen yang lain (sedimentary hosted). Karakteristik umum tipe endapan ini yang berhubungan dengan metode sampling antara lain:



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 1)



Mempuyai ketebalan yang cukup besar.



2)



Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.



3)



Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang kuat, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam sampling.



4)



Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi, namun kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi, metamorfisme, atau berbentuk urat.



5)



Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus diikuti oleh perubahan dalam interval sampling.



6)



Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang berbutir halus dan kemudian berpengaruh pada besar volume material yang dilakukan sampling.



7)



Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel ukuran contoh akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau nugget effect.



8)



Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat



menyebabkan



kesalahan



pada



sampling



yang



signifikan. 9)



Cut off grade atau kadar yang dapat gradasional (tidak konstan).



c.



Pada endapan sedimen Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones, potash, gipsum, dan garam, yang mempunyai karakteristik: 1)



Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.



2)



Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang bersifat gradual.



3)



Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau parting dalam batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply per ply.



4)



Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung gradual, sehingga anomali-anomali yang ditemukan dapat diprediksi lebih awal (washout, sesar, perlipatan, dll.),



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT sehingga pola dan kerapatan sampling disesuaikan dengan variasi yang ada. 5)



Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah dengan interval teratur secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau jika relatif homogen dapat dilakukan secara komposit.



d.



Pada endapan porfiri Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu diperhatikan adalah: 1)



Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih diprioritaskan



dengan



pemboran



inti



(diamond



atau



percussion). 2)



Umumnya berbentuk



non-tabular, umumnya mempunyai



kadar yang rendah dan bersifat erratic, sehingga kadangkadang dibutuhkan contoh dalam jumlah (volume) yang besar, sehingga kadang-kadang dilakukan sampling melalui winze percobaan, adit eksplorasi, dan paritan. 3)



Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang beragam, seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure, sehingga perlu mendapat perhatian khusus dalam pemilihan metode sampling.



4)



Keberadaan



zona-zona



pelindian



atau



oksidasi,



zona



pengkayaan supergen, dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian khusus. 5)



Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering terkonsentrasi sepanjang sistem kekar sehingga penentuan orientasi sampling dan pemboran perlu diperhatikan dengan seksama.



6)



Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu diperhatikan dan direkam sepanjang proses sampling.



7)



Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan batuan, sehingga interval (kerapatan) sampling akan sangat membantu dalam informasi fragmentasi batuan nantinya.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi), dengan penjelasan sebagai berikut: a.



Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut. Pengambilan sampel pada



batubara



selama



eksplorasi



dilakukan



dengan



cara



pengeboran untuk mendapatkan sampel inti bor (coring), dengan mengumpulkan sampel channel. Tujuan program eksplorasi ialah untuk mengevaluasi kualitas, kuantitas, dan struktur sumber batubara yang berpotensi untuk ditambang secara ekonomis. b.



Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan.



c.



Selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material). Pengambilan sampel batubara suatu stockpile,



umumnya



sangat



sulit



diperoleh



sampel



yang



representatif, dan tiap pengambilan sampel harus dikerjakan sesuai dengan kondisinya masing-masing. Suatu sampel yang diambil hanya dari bagian atas atau sisi stockpile saja tidak dapat dipandang sebagai wakil dari seluruh stockpile, terutama stockpile yang terdiri atas beberapa sumber batubara. Metode yang betulbetul efektif dan dianjurkan untuk pengambilan sampel batubara dari stockpile adalah dengan mengambil batubara selama stockpile itu dibentuk atau dibongkar. Dalam



pengambilan



sampel



berdasarkan



mekanismenya



dibedakan menjadi dua yaitu hand sampling dan mechanical sampling.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT a.



Hand Sampling Hand sampling merupakan cara pengambilan contoh yang dilakukan dengan tangan. Cara ini sangat sederhana sehingga hasilnya sangat tergantung pada ketelitian operatornya. Cara pengambilan contoh secara hand sampling ada beberapa macam, yaitu: 1) Grab sampling Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar. Beberapa kondisi pengambilan contoh dengan teknik grab sampling ini antara lain: a)



Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan gambaran umum kadar.



b)



Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi material, dengan tujuan pengecekan kualitas.



c)



Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.



*Sumber: http://www.kinleyexploration.com, 2012



Gambar 4.1.7 Grab Sampling Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2) Bulk Sampling Bulk sampling (sampel ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu



proses



pengolahan.



Sedangkan



pada



kegiatan



eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan sampel dengan sumur uji.



*Sumber: http://www.kinleyexploration.com, 2012.



Gambar 4.1.8 Bulk Sampling 3) Chip sampling Chip sampling (sampel tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong sampel. Kadangkadang pengambilan ukuran sampel yang seragam (baik Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen yang low grade. 4) Shovel Sampling Merupakan



cara



pengambilan



contoh



dengan



menggunakan shovel. Cara ini mempunyai keuntungan, antara lain



lebih



murah,



waktu



yang



diperlukan



sedikit



dan



memerlukan tempat yang tidak begitu luas. Syarat pengambilan dengan metode ini adalah ukuran butir contoh yang diambil tidak boleh lebih dari 2 inci.



*Sumber: http://ilmenite.com, 2012.



Gambar 4.1.9 Shovel Sampling 5) Pipe Sampling Merupakan



cara



pengambilan



sampel



dengan



menggunakan pipa atau tabung yang berdiameter 0,5 inci, 1 inchi, dan 1,5 inci. Bentuk dari alat ini yaitu pipa dengan salah satu ujungnya runcing dan ujung lainnya adalah sebagai pegangan. Pipa tersebut terdiri dari dua buah pipa, dimana yang ada di bagian dalam berukuran lebih kecil sehingga antara kedua pipa tersebut terdapat celah untuk tempat masuknya sampel. Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT



*Sumber: http://www.clr.pdx.edu, 2012.



Gambar 4.1.10 Pipe Sampling Cara ini digunakan pada material padat yang halus dan tidak terlalu keras. Cara pengambilannya hanya dengan menekan alat tersebut pasa material yang akan diambil dengan posisi tegak lurus kemudian pipa diputar ke kanan atau ke kiri lalu diangkat. 6) Channel sampling Channel pengambilan sepanjang



sampling



sampel permukaan



adalah



dengan yang



suatu



membuat



metode alur



memperlihatkan



(cara)



(channel) jejak



bijih



(mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu sampel atau melakukan pengelompokan sampel (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain: a)



Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Sampelhnya pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT b)



Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.



c)



Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan subchannel dalam satu analisis kadar atau dibuat komposit.



d)



Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).



b.



Mechanical Sampling Metode ini biasanya digunakan untuk mengambil sampel dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan hand sampling. Disamping itu dengan cara ini didapatkan hasil yang lebih representatif. Alat yang digunakan dalam mechanical sampling adalah riffle sampler dan vesin sampler. Peralatan pembagi sampel yang bekerja secara mekanis antara lain rotary sampledivider (RSD) dan slotted belt. Keuntungan alat pembagi sampel mekanis ialah reduction ratio dapat divariasikan, dan tidak perlu membagi sampel sampai setengahnya secara berurutan. Setelah dibagi, sampel dapat diperoleh dengan mengambil increment kecil yang banyak (diperlukan minimal 50 increment). Jadi, menghindarkan tahap pencampuran. 1)



Riffler Sampler Alat ini bentuknya persegi panjang dan pada bagian dalam dibagi menjadi beberapa sekat yang arahnya saling berlawanan. Riffle-riffle ini yang berfungsi sebagai pembagi sampel agar dapat terbagi sama rata.



2)



Vesin Sampler Pada bagian dalam dilengkapi dengan revolving cutter, yaitu pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan membentuk area yang bundar sehingga dapat memotong seluruh alur bijih. Metode lain yang dapat diterapkan dalam pengamblan sampel



adalah pemboran. Metoda-metoda pemboran yang dapat dipakai di dalam proses pengambilan sampel bergantung pada bermacam-macam faktor, antara lain: Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT a.



Genesa endapan



b.



Kedalaman endapan



c.



Tipe batuan Untuk endapan alluvial, pengambilan sampel dapat dilakukan



dengan



bor



Bangka



(timah



alluvial



di



Bangka,



Billiton,



dan



Singkep).Pemboran dilakukan secara manual dan sample diambil dengan mempergunakan bailer. Untuk suatu endapan primer yang terletak jauh di bawah permukaan, sampling dilakukan dengan memakai pemboran inti (diamond drilling). Sampel yang diperoleh berupa inti (core) dan sludge. Inti sebagai sampel yang tidak terganggu terdapat dalam core barrel sludge ditampung di permukaan di dalam sludge tank. Metode sampling juga dapat dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan kemungkinannya, yaitu: a.



Probability Sampling 1)



Simple Random Sampling Semua unsur dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Anggota sampel dapat dipilih secara acak dengan cara: a)



Pengundian menggunakan nomor anggota sebagai nomor undian.



b)



Menggunakan



table



angka



random



(bilangan



acak)



berdasarkan nomor anggota. Beberapa hal yang perlu diperhatikan atau syarat penggunaan metode simple random sampling: a)



Sifat populasi adalah homogeny.



b)



Keadaan anggota populasi tidak terlau tersebar secara geografis.



c)



Harus ada kerangka sampling (sampling frame) yang jelas Keunggulan dari metode simple random sampling adalah



prosedur penggunaannya sederhana. Sedangakan kelemahan dari metode simple random sampling adalah persyaratan penggunaan metode ini sulit dipenuhi.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2)



Stratified Random Sampling Populasi



dikelompokkan



menjadi



sub-sub



populasi



berdasarkan kriteria tertentu yang dimiliki unsur populasi. Masing-masing sub populasi diusahakan homogeny. Dari masing-masing sub populasi selanjutnya diambil sebagian anggota secara acak dengan komposisi proporsional atau disproporsional.Total anggota yang dipilih ditetapkan sebagai jumlah anggota sampel penelitian. Sebagai contoh dari 1000 populasi pemilih pada pemilihan akan diambil 100 orang (10%)



sebagai sampel berdasarkan usia pemilih secara



proporsional Syarat penggunaan metode stratified random sampling adalah sebagai berikut: a)



Populasi mempunyai unsur heterogenitas



b)



Diperlukan



kriteria



yang



jelas



dalam



membuat



stratifikasi/lapisan sesuai dengan unsur heterogenitas yang dimiliki c)



Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel



yang



akan



dipilih



(secara



proporsional



atau



disproporsional) Kelebihan dari metode ini adalah semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah memerlukan pengenalan terhadap populasi yang akan diteliti untuk menentukan ciri heterogenitas yang ada pada populasi. 3)



Cluster Sampling Populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi secara bergrombol (cluster). Dari sub populasi selanjutnya dirinci lagi menjadi sub-populasi yang lebih kecil. Anggota dari sub populasi terakhir dipilih secara acak sebagai sampel penelitian. Sebagai contoh akan dipilih sampel penelitian untuk meneliti rata-rata tingkat pendapatan buruh bangunan dikota Semarang. Kota Semarang dibagi menjadi16 Kecamatan, dari 16 Kecamatan dipilih 2 Kecamatan sebagai populasi dari sampling I. Dari 2



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Kecamatan masing-2 dipilih 2 Kelurahan sebagai Populasi dari sampel II. Dari 2 Kelurahan masing-2 dipilih 50 buruh bangunan sebagai sampel penelitian. b.



Non Probability Sampling 1)



Quota Sampling Metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota yang diinginkan. Sebagai contoh akan diteliti mengenai manfaat penggunaan internet pada peningkatan kualitas proses belajar mengajar pada mata kuliah tertentu, Peneliti menentukan quota untuk masing-masing sampel yaitu, jumlah mahasiswa adalah 50 orang, Jumlah dosen adalah 5 orang, Jumlah mata kuliah adalah 3 matakuliah. Sehingga diperoleh 150 mahasiswa dan15 dosen sebagai sampel penelitian untuk 3 mata kuliah yang memanfaatkan internet dalam proses belajar mengajarnya Kelebihan dari metode quota sampling ini adalah mudah dan cepat digunakan. Kelemahan dari metode quota sampling ini adalah penentuan sampel cenderung subyektif bagi peneliti.



2) Accidental Sampling Metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan ada/dijumpai. Sebagai contoh akan diteliti mengenai minat



ibu



rumah



tangga



berbelanja



diswalayan



peneliti



menentukan sampel dengan menjumpai ibu rumah tangga yang kebetulan berbelan jadi suatu swalayan tertentu untuk dimintai pendapat/motivasinya. Kelebihan dari metode



accidental sampling



adalah



mudah dan cepat digunakan. Sedangkan kelemahan dari metode accidental sampling



adalah jumlah sampel mungkin tidak



representatif karena tergantung hanya pada anggota sampel yang ada pada saat itu. 3)



Saturation Sampling Metode pengambilan sampel dengan mengikut sertakan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian. Sebagai contoh akan diteliti mengenai pendapat mahasiswa terhadap



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT pemberlakuan



kurikulum



baru



di



Gunadarma,



peneliti



menentukan sampel dengan menambil seluruh mahasiswa aktif di Gunadarma sebagai sampel penelitian Kelebihan dari metode saturation sampling adalah Memerlukan waktu untuk pengumpulan data sampel. Sedangkan kelemahan dari metode saturation sampling adalah tidak cocok untuk populasi dengan anggotanya yang besar. 4) Snowball Sampling Metode pengambilan sampel dengan secara berantai (multi level). Sampel awal ditetapkan dalam kelompok anggota kecil. Masing-masing anggota diminta mencari anggota baru dalam jumlah tertentu. Masing-masing anggota baru diminta mencari anggota baru lagi. Sebagai contoh akan diteliti mengenai



pendapat



mahasiswa



terhadap



pemberlakuan



kurikulum baru di Gunadarma, sampel ditentukan sebesar 100 mahasiswa, peneliti menentukan sampel awal 10 mahasiswa. Masing-masing mencari 1 orang mahasiswa lain untuk dimintai pendapatnya. Dan seterusnya hingga diperoleh sampel dalam jumlah 100 mahasiswa Kelebihan dari metode snowball sampling adalah mudah digunakan.



Sedangkan



kelemahan



dari



metode



snowball



sampling adalah membutuhkan waktu yang lama. Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan contoh dari setiap alur adalah sebagai berikut: a.



Letak lokasi pengambilan sampel dari titik ikat terdekat.



b.



Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).



c.



Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau tebal sebenarnya).



d.



Penamaan (pemberian kode) kantong sampel, sebaiknya mewakili interval atau lokasi sub-channel.



e.



Tanggal pengambilan dan identitas sampel. Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat



(dideskripsikan) dalam pengambilan sampel adalah: Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT a.



Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil sampelnya.



b.



Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dll.).



c.



Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.



d.



Deskripsi litologi atau batuan samping.



e.



Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan.



(Anonim, 2012) Increment adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai bagian dari sampel yang diperoleh dengan sekali pengambilan sampel. Pembagian sampel dapat dilakukan baik secara manual maupun mekanis. Jika pembagian akan dilakukan secara manual tetapi tidak menggunakan riffle, dapat dilakukan dengan cara yang disebut sebagai cara coning and quartering. Coning



quartering



merupakan



cara



memperkecil



jumlah



persampel yang urutan pekerjaannya meliputi penuangan sehingga membentuk kerucut, perataan tumpukan sehingga menjadi bentuk piringan, dan pembagian secara radial sehingga terbentuk empat persampel yang identik dua persampel yang berseberangan disatukan menjadi satu persampel sedangkan yang lainnya bisa disisihkan. Proses sampling ini adalah bertujuan untuk mengontrol apakah kinerja yang tengah berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan atau tidak. Dalam proses sampling ini hasilnya akan lebih baik jika pengambilan sampelnya dilakukan secara berulang-ulang dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Coning Quartering merupakan salah satu teknik sampling yang paling sederhana karena mudah dilakukan dan alat-alat untuk melakukan metode ini pun sangat sederhana. Secara harfiah, coning berarti mengerucutkan, sedangkan



quartering



berarti membagi



menjadi empat. Sehingga apabila maknanya digabungkan, coning quartering berarti sampel yang dibentuk menjadi kerucut kemudian dibagi menjadi empat. Cara ini merupakan cara yang tertua tetapi masih banyak digunakan dalam laboratorium. Langkah-langkah yang dilakukan dalam cara ini adalah:



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 1)



Dilakukan pencampuran (mixing) terhadap material yang akan diambil sebagai contoh.



*Sumber: http://www4.hmc.edu, 2012.



Gambar 4.1.11. Mixing 2)



Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut (cone)



*Sumber: http://www4.hmc.edu, 2012.



Gambar 4.1.12 Coning 3)



Kerucut tersebut ditekan hingga bagian atasnya rata membentuk kerucut terpotong, kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama besarnya.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT



*Sumber: http://www4.hmc.edu, 2012.



Gambar 4.1.13 Quartering 4)



Seperempat bagian yang bersilangan diambil sebagai sampel untuk dianalisa.



*Sumber: http://www4.hmc.edu, 2012.



Gambar 4.1.14 Pengambilan Seperempat Sampel Proses ini diulang sebanyak diperlukan untuk memperoleh sampel sesuai dengan kuantitas yang dikehendaki (misalnya untuk uji laboratorium atau sampel untuk uji sampel) dan cukup untuk mewakili ke pengujian selanjutnya. Jika proses dilakukan hanya sekali, coning



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT dan quartering tidak lebih efisien daripada mengambil alternatif discarding dari bagian yang lain. Ada beberapa alat penting yang harus ada dan digunakan pada kegiatan coning quartering. Alat ini merupakan alat pendukung utama yang akan membantu sekali pada kegiatan pemilahan sampel dengan menggunakan teknik coning quartering. Alat tersebut seperti: a.



Spatula



b.



Sekop kecil



c.



Shovel



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 4.1.3. Alat dan Bahan Grain counting a.



Alat Adapun alat yang digunakan pada praktikum Grain counting, adalah sebagai berikut: 1)



Neraca / Timbangan Neraca berfungsi sebagai



alat untuk menimbang



material sampel.



* Sumber: Laboratorium Pengolahan Bahan Galian, 2012



Gambar 4.1.15 Neraca Analitik dan Timbangan 2)



Lup Lup berfungsi sebagai alat untuk memudahkan dalam menghitung jumlah butir material.



*Sumber: Laboratorium Pengolahan Bahan Galian, 2012



Gambar 4.1.16 Lup Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3)



Alat Tulis Alat tulis berfungsi sebagai alat untuk mencatat data yang didapat.



*Sumber: Laboratorium Pengolahan Bahan Galian, 2012



Gambar 4.1.17 Alat Tulis 4)



Penggaris Penggaris berfungsi sebagai alat untuk menggaris dan untuk membelah sampel.



*Sumber: Laboratorium Pengolahan Bahan Galian, 2012



Gambar 4.1.18 Penggaris



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 5)



Kertas millimeter blok Kertas milimeter blok berfungsi sebagai alat untuk melakukan salah satu metode perhitungan kadar.



*Sumber: Laboratorium Pengolahan Bahan Galian, 2012



Gambar 4.1.19 Kertas Milimeter Blok 6)



Peralatan Safety (Masker) Masker berfungsi sebagai alat untuk melindungi hidung dari debu.



*Sumber: Laboratorium Pengolahan Bahan Galian, 2012



Gambar 4.1.20 Masker



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT b.



Bahan Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, adalah sebagai berikut: 1)



Pasir Besi Material yang akan diuji dan dihitung jumlah butirnya.



*Sumber: Laboratorium Pengolahan Bahan Galian, 2012



Gambar 4.1.21 Pasir Besi 2)



Pasir Kuarsa Material yang akan diuji dan dihitung jumlah butirnya.



*Sumber: Laboratorium Pengolahan Bahan Galian, 2012



Gambar 4.1.22 Pasir Kuarsa



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 4.1.4. Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah: a.



Mempresiapkan bahan yang akan diujikan (lot).



b.



Menimbang berat bahan tersebut.



c.



Meletakkan bahan pada suatu bidang datar.



d.



Membentuk bahan menjadi bentuk kerucut.



e.



Membagi bahan menjadi empat bagian sama rata dengan menggunakan penggaris.



f.



Mengambil seperempat bagian, kemudian membentuk kembali menjadi kerucut.



g.



Mengulangi langkah 2 – 6 sampai sebanyak kali.



h.



Mengambil seperempat bagian terakhir kemudian timbang beratnya (sampel).



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072



PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 4.2. GRAIN COUNTING 4.2.1. Tujuan Tujuan dari praktikum grain counting adalah agar praktikan dapat menentukan kadar konsentrat. 4.2.2. Dasar Teori Grain Counting merupakan teknik sederhana secara manual untuk memperkirakan kadar hasil sampling di atas. Cara melakukan teknik ini adalah menjatuhkan sebagian sampel kedalam kotak persegi dengan ukuran tertentu, dan dengan ketinggian tertentu, kemudian banyaknya masing masing butir (konsentrat dan tailing dalam kotak) dihitung. Agar ketelitian dapat terjaga maka ukuran butir antara mineral berharga dengan pengotornya haruslah sama serta mudah terpisah. 4.2.3. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dipergunakan pada praktikum ini sama dengan yang dipergunakan pada praktikum coning quartering. 4.2.4. Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah: a. Membuat 9 kotak berukuran 1cm x 1 cm pada kertas milimeter blok sehingga kotak besar akan berukuran 9 cm x 9 cm. b. Mengambil sebagian sampel hasil coning quartering menggunakan tangan kemudian taburkan pada kertas millimeter blok pada ketinggian yang sewajarnya. c. Menghitung jumlah masing-masing butir kasiterite dan kuarsa baik yang bebas maupun yang terikat pada masing-masing kotak. d. Mengulangi proses sampai 3 kali percobaan. e. Menghitunga kadar kasiterit dan silika dalam sampel. f. Menghitung derajat liberasi kasiterit dan silika.



Alleluia Victoria Aljonak H1C110072