7 Laporan Pendahuluan Jiwa - Salma Deviyana - SN201198 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • galuh
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH KRONIS Dosen Pembimbing : M Agung Krisdianto, M. Kep



Disusun Oleh : Nama : Salma Deviyana NIM



: SN201198



PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2020/2021



A. MASALAH UTAMA Harga Diri Rendah (HDR) Kronis B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Hardhi, 2015). Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama (SDKI,2016). Sedangkan menurut Fitria (2012) menyatakan bahwa gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan pasien sebelum sakit atau sebelum dirawat. 2. Tanda dan Gejala Menurut Kemenkes, RI (2012) Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara dan observasi sebagai berikut : a. Data subjektif Pasien mengungkapkan tentang : 1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain 2) Perasaan tidak mampu



3) Pandangan hidup yang pesimis 4) Penolakan terhadap kemampuan diri 5) Merasa tidak memiliki kelebihan b. Data objektif 1) Penurunan produktifitas 2) Tidak berani menatap lawan bicara 3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi 4) Bicara lambat dengan nada suara rendah 5) Ekspresi muka datar 6) Pasif 3. Penyebab Terjadinya Masalah a. Faktor predisposisi Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat dibagi sebagai berikut: 1) Faktor Biologis Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma kepala. 2) Faktor psikologis Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan



adanya



pengalaman



masa



lalu



yang



tidak



menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang tidak



realisitis,



kegagalan



berulang,



kurang



mempunyai



tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,



penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh penilaian internal individu. 3) Faktor sosial budaya Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah. b. Faktor presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun, harga diri rendah kronis biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan memingkat saat dirawat. Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain: 1) Trauma



:



penganiayaan



seksual



dan



psikologis



atau



menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan 2) Ketegangan peran : berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi 3) Transisi peran perkembangan : perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan



4) Transisi peran situasi : terjadi dengan bertambah atau berkurangnya



anggota



keluarga



melalui



kelahiran



atau



kematian 5) Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh; perubahan ukuran, bentuk, penampilan



atau



fungsi



tubuh;



perubahan



fisik



yang



berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan keperawatan. 4. Akibat Terjadinya Masalah Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial: menarik diri. Isolasi sosial menarik diri merupakan gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social (Depkes, 2007). C. POHON MASALAH



D. MASALAH KEPERAWATAN & DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Masalah keperawatan a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (D.0086) b. Resiko isolasi social : menarik diri (D.0121) 2. Data yang perlu dikaji a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 1) Data subjektif Mengungkapkan



perasaan malu



pada



diri sendiri



dan



mengkritik diri sendiri 2) Data objektif Klien lebih suka menyendiri b. Resiko isolasi sosial : menarik diri 1) Data subjektif Klien mengatakan klien tidak mampu mengungkapkan perasaan 2) Data objektif Klien menarik diri E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Harga Diri Rendah Kronis (D.0086) 2. Isolasi Diri (D.0121) F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan Harga diri rendah kronis (D.0086)



Tujuan



Intervensi



Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik tindakan 1 Klien keperawatan selama SP1 3 x 24 jam klien  Bina hubungan saling mampu mengontrol percaya harga diri rendah  Adakan kontak sering dengan kriteria dan singkat secara



hasil: 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya 2 Klien dapat mengungkapka n perasaannya 3 Klien dapat meningkatkan harga dirinya 4 Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan harga dirinya 5 Klien dapat meemukan aspek positif pada dirinya untuk meningkatkan hargadiri



2



bertahap  Observasi tingkah laku klien terkait harga diri rendah  Tanyakan keluhan yang dirasakan klien SP 2  Berbincang-bincang dengan klien  Mengidentifikasi hal positif pada klien untuk meningkatkan harga diri  Menetapkan hal posistif yang ada pada klien untuk jadikan suatu kegiatan  Masukkan kedalam jadwal kegiatan SP 3  Melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan harga diri klien  Evaluasi kegiatan  Beri pujian Keluarga  Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien  Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien dengan harga diri rendah  Latih keluarga melakukan  Discharge planning :



jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan Psikofarmako  Berikan obat-obatan sesuai program Klien  Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum  Mengukur vital sign secara periodic Tindakan Manipulasi Lingkungan  Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan  Libatkan Klien dalam TAK harga diri rendah Isolasi Diri



Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik tindakan 3 Klien keperawatan selama SP1 3 x 24 jam klien  Bina hubungan saling mampu mengontrol percaya perilaku isolasi diri  Adakan kontak sering dengan kriteria dan singkat secara hasil: bertahap 1 Klien dapat  Observasi tingkah membina laku klien terkait hubungan isolasi dari saling percaya  Tanyakan keluhan 2 Klien dapat yang dirasakan klien mengungkapka SP 2 n perasaannya  Berbincang-bincang 3 Klien dapat dengan klien mengungkapka  Mengidentifikasi n penyebab klien penyebab menarik diri menarik diri 4 Klien dapat  Mengidentifikasi hal menyebutkan positif pada klien



5



6



keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri Klien dapat melakukan hubungan dengan orang lain secara bertahap Klien dapat melakukan hubungan sosial



4



 Menetapkan hal posistif yang ada pada klien  Masukkan kedalam jadwal kegiatan SP 3  Melakukan kegiatan positif yang melibatkan orang lain untuk mengurangi perilaku isolasi diri  Evaluasi kegiatan  Beri pujian Keluarga  Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien  Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien isolasi diri  Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam semua kegiatan saat dirumah uuntuk mengurangi perilaku isolasi mandiri  Latih keluarga melakukan Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat



Tindakan Psikofarmako  Berikan obat-obatan sesuai program Klien  Memantau kefektifan dan efek samping obat yang



diminum  Mengukur vital secara periodic



sign



Tindakan Manipulasi Lingkungan  Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan  Libatkan Klien dalam TAK harga diri rendah



DAFTAR PUSTAKA



Badan PPSDM. (2012). Modul pelatihan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI, 2007, Keperawatan Jiwa, Jakarta. Ftria, Nita. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika Nurarif, A.H. & Hardhi, K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 2. Jakarta : EGC. PPNI. 2016. Standar Diagnosa keperawatan Indonesia:definisi dan indicator Diagnostik. edisi 1.Jakarta:DPP PPNI PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia:definisi dan kriteria hasil keperawatan. edisi 1.Jakarta:DPP PPNI PPNI. 2018. Standar intervensikeperawatan Indonesia:definisi dan tindakan keperawatan. edisi 1.Jakarta:DPP PPNI



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) KLIEN DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH (SP 1 PASIEN)



Masalah



: Harga Diri Rendah Kronis



Hari / tanggal



:-



Jam



:-



A. PROSES KEPERAWATAN 1.



Kondisi Klien …



2.



Tujuan Khusus a.



Klien dapat membina hubungan saling percaya.



b.



Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.



c.



Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.



d.



Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan.



e. 3.



Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan.



Tindakan a.



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.



b.



Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.



c.



Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.



d.



Membantu klien menetapkan/memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan.



e.



Melatih kemampuan yang dipilih klien.



B. STRATEGI KOMUNIKASI 1.



ORIENTASI (PERKENALAN) a.



Salam Terapeutik ”Assalamualaikum. Selamat pagi?” ”Saya (sebut nama) perawat di sini, siapa nama Bapak? Senang dipanggil siapa?”



b. Evaluasi/Validasi ”Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bapak terlihat segar?”



c.



Kontrak Waktu ”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah Bapak lakukan? Setelah itu kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20 menit?”



2.



KERJA ”Apa saja kemampuan yang Bapak miliki? Bagus, apalagi? Saya buat daftarnya ya. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Bapak lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci piring? Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan yang Bapak miliki.” ”Bapak, dari 5 kemampuan ini, mana yang masih dapat dikerjakan dirumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua...sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini.” ”Sekarang, coba Bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini.” ”Oh yang nomor satu, merapikan tempat tidur, kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Bapak. Mari kita lihat tempat tidur Bapak. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?” ”Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus! sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukan, lalu sebelah pinggir masukan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan disebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/ kaki. Bagus!” ”Bapak sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapihkan? Bagus.” ”Coba Bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T(tidak) melakukan.



3.



TERMINASI a.



Evaluasi Subyektif ”Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur?”



b. Evaluasi Obyektif ”Ya Bapak ternyata memiliki kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit ini. Salah satunya merapikan tempat tidur yang sudah Bapak praktikkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang.” c.



Rencana Tindak Lanjut ”Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian. Bapak mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur? Bagus. Dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00.”



d. Kontrak -



Topik ”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan dirumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.”



-



Waktu ”Besok pagi jam8 saya akan datang ke sini. Bagaimana, Bapak bersedia?”



-



Tempat ”Besok saya akan ke dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya



LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA ISOLASI SOSIAL



Dosen Pembimbing : M Agung Krisdianto, M. Kep



Disusun Oleh : Nama : Salma Deviyana NIM



: SN201198



PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2020/2021



A. MASALAH UTAMA Isolasi Sosial : Menarik Diri B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi



Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari interaksi dengan orang lain. Individu marasa dirinya kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran prestasi, atau kegagalan .ia kesulian untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain



(Balitbang, 2012).



Isolasi sosial adalah ketidak mampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka dan independen dengan orang lain (SDKI,2016). Menarik diri merupakan percobaan menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Hartono, 2015). Menarik diri merupakan reaksi yang ditampilkan individu yang dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu menunjukan perilaku apatis mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan permusuhan (Direja, 2011). 2. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pasien dengan isolasi sosial menurut Yosep (2012) yaitu sebagai berikut : a. Data subyektif 1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain 2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain 3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain 4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu 5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan 6) Pasien merasa tidak berguna 7) Pasien merasa ingin sendirian



8) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup b. Data obyektif 1) Tidak memiliki teman dekat 2) Menarik diri 3) Tidak komunikatif 4) Tindakan berulang dan tidak bermakna 5) Asyik dengan pikirannya sendiri 6) Tak ada kontak mata 7) Tampak sedih 3. Penyebab Terjadinya Masalah Menurut Fitria (2015) faktor-faktor yang dapat mencetus isolasi sosial adalah : a. Faktor Predisposisi 1) Faktor perkembangan Tiap gangguan dalam pencapian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga kerja profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri. 2) Faktor biologik Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak , seperti atropi,



pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik di duga dapat menyebabkan skizofrenia. 3) Faktor sosiokultural Isolasi



sosial



merupakan



faktor



dalam



gangguan



berhubungan, ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang di miliki budaya mayoritas.harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini. b. Faktor Presipitasi 1) Stressor sosiokultural Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya,misalnya karena dirawat di rumah sakit. 2) Stressor psikologik Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk



memenuhi kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri) 3) Stressor intelektual a) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai



pikiran



dan



perasaan



yang



mengganggu



pengembangan hubungan dengan orang lain. b) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain. c) Ketidakmampuan



seseorang



membangun



kepercayaan



dengan orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lain. 4) Stressor fisik a) Kehidupan



bayi



atau



keguguran



dapat



menyebabkan



seseorang menarik diri dari orang lain b) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain. 4. Akibat Terjadinya Masalah Akibat isolasi sosial adalah resiko perubahan sensori persepsi halusinasi. Halusinasi



adalah



suatu



keadaan 



yang



merupakan



gangguan pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari



luar yg dapat meliputi semua system  penginderaan  pada seseorang dalam keadaan sadar penuh (baik). C. POHON MASALAH



D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Masalah Keperawatan a. Isolasi sosial : menarik diri (D.0121) b. Gangguan konsep diri Harga diri rendah (D.0086)



2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan isolasi sosial a Isolasi sosial : menarik diri 1) Data subjektif Apatis, ekspresi sedih, berdiam diri dikamar, banyak diam, menyendiri dan menolak berhubungan dengan orang lain. 2) Data objektif Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat (ya/ tidak)



3. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah 1) Data subjektif Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya, mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli dan mengkritik dirinya sendiri 2) Data objektif Merusak diri sendiri dan orang lain E. DIAGNOSA KEPERAWATAN Isolasi social (D.0121) F. RENCANA ASUPAN KEPERAWATAN Diagnosa Isolasi social (D.0121)



Tujuan Intervensi Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik tindakan 5 Klien keperawatan selama SP1 3 x 24 jam klien  Bina hubungan saling mampu mengontrol percaya perilaku isolasi  Adakan kontak sering sosial dengan dan singkat secara kriteria hasil: bertahap 7 Klien dapat  Observasi tingkah membina laku klien terkait hubungan isolasi sosial saling percaya  Tanyakan keluhan 8 Klien dapat yang dirasakan klien mengungkapka SP 2 n perasaannya  Berbincang-bincang 9 Klien dapat dengan klien mengungkapka  Mengidentifikasi n penyebab klien penyebab menarik diri menarik diri 10 Klien dapat  Mengidentifikasi hal menyebutkan positif pada klien keuntungan  Menetapkan hal berhubungan posistif yang ada sosial dan pada klien kerugian  Masukkan kedalam menarik diri jadwal kegiatan



11 Klien dapat melakukan hubungan dengan orang lain secara bertahap 12 Klien dapat melakukan hubungan sosial



6



SP 3  Melakukan kegiatan positif yang melibatkan orang lain untuk mengurangi perilaku isolasi diri  Evaluasi kegiatan  Beri pujian Keluarga  Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien  Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien isolasi sosial  Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam semua kegiatan saat dirumah uuntuk mengurangi perilaku isolasi mandiri  Latih keluarga melakukan Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat



Tindakan Psikofarmako  Berikan obat-obatan sesuai program Klien  Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum  Mengukur vital sign secara periodic Tindakan



Manipulasi



Lingkungan  Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan  Libatkan Klien dalam TAK isolasi sosial



DAFTAR PUSTAKA



Hartono, Kusumawati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika Direja, Herman Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika



Fitria, Nita. (2010). Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan  Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan ( LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika Fitria, Nita. (2015). Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan  Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan ( LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika PPNI. 2016. Standar Diagnosa keperawatan Indonesia:definisi dan indicator Diagnostik. edisi 1.Jakarta:DPP PPNI PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia:definisi dan kriteria hasil keperawatan. edisi 1.Jakarta:DPP PPNI PPNI. 2018. Standar intervensikeperawatan Indonesia:definisi dan tindakan keperawata. edisi 1.Jakarta:DPP PPNI Yosep, Iyus. (2012). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) KLIEN DENGAN MASALAH MENARIK DIRI (SP 1 PASIEN)



A. PROSES KEPERAWATAN 1



Kondisi klien …



2



3



Tujuan Khusus a.



Kliendapatmembinahubungansalingpercaya.



b.



Kliendapatmenyadaripenyebabisolasisosial.



c.



Kliendapatberinteraksidengan orang lain.



Tindakan keperawatan a.



Sapakliendenganramahbaik verbal maupun nonverbal.



b.



Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.



c.



Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain.



d.



Membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan.



B. STRATEGI KOMUNIKASI 1.



ORIENTASI (PERKENALAN) a.



Salam Terapeutik “Assalamualaikum. Selamat pagi” “Saya



(sebut



nama)



perawat



disini,Siapa



nama



Bapak?



Senangdipanggilsiapa?” b. Evaluasi/Validasi ”Bagaimana perasaan Bapak hari ini“Apa keluhan Bapak hari ini?”



c.



KontrakWaktu Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan temanteman Bapak?Mau dimanakita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit.”



2.



KERJA (jika pasien baru)



”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Bapak? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan Bapak? Apa yang membuat Bapak jarang bercakap-cakap dengannya?” (jika pasien sudah lama dirawat) ”Apa yang Bapak rasakan selama Bapak dirawat disini? O.. Bapak merasa sendirian? Siapa saja yang Bapak kenal di ruangan ini” “Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?” ”Menurut Bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? kalau kerugiannya tidak punya teman bagaimana Pak?” ”Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain” ”Begini lho Bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi. ”Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.” ”Setelah Bapak berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”



3.



TERMINASI a.



Evaluasi Subyektif ”Bagaimana perasaan Bapak setelah kitalatihan berkenalan?”



b. Evaluasi Obyektif ”Bapak tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali. Selanjutnya Bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita



pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga Bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.” c.



Rencana Tindak Lanjut “Bapak mau praktikkan lagi....Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”



d. Kontrak -



Topik “Bapak besok kita bertemu lagi ya..untuk mengajak Bapak berkenalan dengan teman saya perawat N“



-



Waktu ”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini. Bagaimana, bapak mau kan?”



-



Tempat ”Disini saja ya pak....”Baiklah, sampai jumpa.



LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI Dosen Pembimbing : M Agung Krisdianto, M. Kep



Disusun Oleh : Nama



: Salma Deviyana



NIM



: SN201198



PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2020/2021 A. MASALAH UTAMA Halusinasi B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi



Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar), klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Hartono, 2012). Halusinasi



adalah



sensasi



panca



indera



tanpa



adanya



rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2014). 2. Tanda dan Gejala a. Subjektif 1) Pasien mengatakan mendengar suara/ kegaduhan 2) Pasien



mengatakan



mendengar



suara



yang



mendorong



melakukan hal yang berbahaya 3) Pasien mengatakan melihat bayangan, sinar, hantu dan lain-lain 4) Pasien mengatakan mencium bau-bauan seperti bau darah, urin dan lain-lain



b. Objektif 1) Berbicara dan tertawa sendiri 2) Marah-marah tanpa sebab 3) Menutup telinga dan hidung 4) Sering meludah dan muntah 3. Penyebab Terjadinya Masalah Menurut Prabowo (2014), penyebab terjadinya halusinasi dianatara lain : 1) Faktor predisposisi a) Faktor biologis Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA). b) Faktor psikologois Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif. c) Sosiobudaya dan lingkungan Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan



anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernah mengalami kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja. 2) Faktor Presipitasi Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga,



atau



adanya



kegagalan-kegagalan



dalam



hidup,



kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat. 4. Akibat Terjadinya Masalah Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.



C. POHON MASALAH



(Ni ta, 2012)



D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 4. Masalah Keperawatan a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi (D.0085) b. Isolasi social menarikdiri (D.0146) 5. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan halusinasi a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi Data subjektif : Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata, klien mengatakan mencium bau dan mendengar suara tanpa stimulus nyata.



Data objektif



Klien berbicara dan tertawa sendiri, klien bersifat seperti mendengar/ melihat sesuatu, klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu b. Isolasi sosial menarik diri Data subjektif : Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, klien menolak komunikasi kadang hanya dijawab (ya/tidak) Data objektif Apatis, ekspresi sedih, menyendiri, menghindari orang lain, kontak mata kurang dan menolak hubungan dengan orang lain E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi (D.0085) 2. Perilaku kekerasan (D.0146) F. RENCANA ASUPAN KEPERAWATAN Diagnosa Gangguan persepsi sensori: halusinasi



Tujuan Intervensi Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik tindakan keperawatan 7 Klien selama 3 x 24 jam klien  Bina hubungan saling mampu mengontrol percaya halusinasi dengan  Adakan kontak sering dan kriteria hasil: singkat secara bertahap 5 Klien dapat  Observasi tingkah laku membina klien terkait halusinasinya hubungan saling  Tanyakan keluhan yang percaya dirasakan klien 6 Klien dapat  Jika klien tidak sedang mengenal berhalusinasi klarifikasi halusinasinya; tentang adanya pengalaman jenis, isi, waktu, halusinasi, diskusikan dan frekuensi dengan klien tentang halusinasi, respon halusinasinya meliputi :



terhadap halusinasi, dan tindakan yg sudah dilakukan 7 Kliend dapat menyebutkan dan mempraktekan cara mengntrol halusinasi yaitu dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, terlibat/ melakukan kegiatan, dan minum obat 8 Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya 9 Klien dapat minum obat dengan bantuan minimal 10 Mengungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol



SP I  Identifikasi  jenis halusinasi Klien  Identifikasi isi halusinasi Klien  Identifikasi waktu halusinasi Klien  Identifikasi frekuensi halusinasi Klien  Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi  Identifikasi  respons Klien terhadap halusinasi  Ajarkan Klien menghardik halusinasi  Anjurkan Klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian SP II  Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien  Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain  Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian SP III  Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien  Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan Klien di rumah)  Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal



kegiatan harian SP IV  Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien  Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur  Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian  Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.  Menganjurkan Klien mendemonstrasikan cara control yang sudah diajarkan  Menganjurkan Klien memilih salah satu cara control halusinasi yang sesuai 8 Keluarga  Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien  Jelaskan pengertian tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang dialami Klien serta proses terjadinya  Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien halusinasi  Latih keluarga melakukan cara merawat Klien halusinasi secara langsung  Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan Psikofarmako



 Berikan obat-obatan sesuai program Klien  Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum  Mengukur vital sign secara periodic Tindakan Manipulasi Lingkungan  Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan  Libatkan Klien dalam TAK halusinasi Perilaku kekerasan (D.0132)



 Selama perawatan diruangan, pasien tidak memperlihatkan perilaku kekerasan, dengan kriteria hasil : 1. Dapat membina hubungan saling percaya 2. Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang sering dilakukan 3. Perilaku melukai diri sendi atau orang lain dapat menurun (skala 5) 4. Dapat menyebutkan dan mendemonstrasika n cara mencegah PK yang sesuai 5. Dapat memelih cara mengontrol PK yang efektif



Tindakan Psikoterapi Pasien 1 BHSP 2 Ajarakan SP I:  Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang dilakukan pasien serta akibat PK  Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam & memeukul bantal)  Masukkan dalam jadwal harian 3 Ajarkan SP II:  Diskusikan jadwal harian  Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial  Latih pasien cara menolak dan meminta yang asertif  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 4 Ajarkan SP III:  Diskusikan jadwal harian  Latih cara spiritual untuk mencegah PK  Masukkan dalam jadawal



6.



7.



8.



9.



dan sesuai Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk mengontrl PK Memasukan cara yang sudah dipilih dalam kegitan harian Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol PK Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan



kegiatan harian 5 Ajarkan SP IV  Diskusikan jadwal harian  Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum obat secara teratur  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 6 Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan 7 Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai 8 Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam kegiatan harian 9 Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakit Keluarga 1 Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien PK 2 Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang dialami pasien serta proses terjadinya 3 Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK 4 Latih keluarga melakukan cara merawat pasien PK secara langsung 5 Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan psikofarmako 1 Berikan obat-obatan sesuai program pasien 2 Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum 3 Mengukur vital sign secara periodic Tindakan manipulasi lingkungan 1 Singkirkan semua benda yang



2



3



4



DAFTAR PUSTAKA



berbahaya dari pasien Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan ketegangan mulai meningkat Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik dengan melakukan pengikatan/restrain atau masukkan ruang isolasi bila perlu Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan realita



Damaiyanti, M., & Iskandar.(2012). Asuhan



Keperawatan Jiwa. Bandung :



Refika Aditama Hartono dan Kusumawati. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Nita, .Fitria. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan



Laporan



Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indicator Diagnostik Keperawatan, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)



KLIEN DENGAN MASALAH HALUSINASI (SP 1 PASIEN)



Masalah



: Halusinasi Pendengaran



Hari/ tanggal



: -



Jam



: -



A. PROSES KEPERAWATAN 1.



Kondisi Klien Keadaan umum klien baik dan klien sangat kooperatif



2.



Tujuan Khusus -



Klien dapat membina hubungan saling percaya.



-



Klien dapat mengenal halusinasi.



-



Klien dapat menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi.



-



Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik.



3.



Tindakan -



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.



-



Bantu mengenal halusinasi dengan cara berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan muncul dan respon klien saat halusinasi muncul.



-



Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi: bicara dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau dengar!”



B. SRATEGI KOMUNIKASI



1.



ORIENTASI (PERKENALAN) a. Salam Terapeutik ” Selamat sore Mas.” ”Saya mahasiswa stikes kusuma husada yang praktek di RS sini Siapa nama Mas? Senang dipanggil siapa?” b. Evaluasi/Validasi ”Bagaimana perasaan mas hari ini? Apa keluhan Mas hari ini?” c. Kontrak Waktu ”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini Mas dengar tetapi tak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 30 menit?”



2.



KERJA ”Apakah Mas mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?Apakah terus menerus terdengar atau sewaktuwaktu? Kapan yang paling sering Mas dengar suara? Berapa kali sehari Mas alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah waktu sendiri?” ”Apa yang mas rasakan saat mendengar suara itu? Apa yang Mas lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?” “Mas, ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara itu. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Keempat, minum obat dengan teratur.” ”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung mas bilang, pergi saya tidak mau dengar, ... saya tidak mau



dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Mas peragakan! Nah begitu, ... bagus! Coba lagi! Ya bagus Mas sudah bisa.” 3.



TERMINASI a.



Evaluasi Subyektif ”Bagaimana perasaan Mas setelah peragaan latihan tadi? Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut.”



b. Evaluasi Obyektif ”Ya Mas sudah bisa memperagakan latihan tadi.” c.



Rencana Tindak Lanjut ”Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa saja latihannya?”



d. Kontrak -



Topik ”Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara kedua?”



-



Waktu ”Besok siang jam 11 saya akan datang kesini. Bagaimana, Mas bersedia?”



-



Tempat ”Besok saya akan datang ke rumah Mas lagi. Sampai jumpa ya.”



LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA PERILAKU KEKERASAN Dosen Pembimbing : M Agung Krisdianto, M. Kep



Disusun Oleh : Nama : Salma Deviyana NIM



: SN201198



PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2020/2021 A. MASALAH UTAMA



Perilaku kekerasan B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi Perilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan marah dilakukan individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan suatu saat akan menimbulkan perasaan destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri (Deden, 2013). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri, maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Hartono dan Kusumawati, 2011). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Direja, 2011). 2. Tanda dan Gejala Menurut Kartika Sari Wijayaningsih (2015), menyatakan klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya antara lain: a. Data subjektif : 1) Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam. 2) Klien mengungkapkan perasaan tidak berguna 3) Klien mengungkapkan perasaan jengkel



4) Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa tercekik, dada terasa sekal dan bingun 5) Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 6) Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya b. Data objektif 1) Muka merah 2) Mata melotot 3) Rahang dan bibir mengatup 4) Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal 5) Tampak mondar-mandir 6) Tampak bicara sendiri dan ketakutan 7) Tampak berbicara dengan suara tinggi 8) Tekanan darah meningkat 9) Frekuensi denyut nadi meningkat 10) Nafas pendek 3. Penyebab Terjadinya Masalah Menurut Deden (2013), penyebab terjadinya perilaku kekerasan dianatara lain : 3) Faktor predisposisi Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural. 1) Faktor biologis



a) Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri). Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebakan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat. b) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik) Pengalaman



marah



adalah



akibat



dari



respons



psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah. 2) Faktor psikologis a) Frustration Aggression Theory (Teori Agresif Frustasi) Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan. b) Behavior Theory (Teori Perilaku) Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung c) Eksistensial Theory (Teory Eksistensi)



Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku destruktif. 3) Faktor sosiokultural a) Social Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial) Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk merespon asertif dan agresif b) Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial) Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialitas. 4) Faktor Presipitasi Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik, dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan. 4. Akibat Terjadinya Masalah Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakantindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,



seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan. C. POHON MASALAH Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan



Perilaku kekerasan



Core Problem



Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah



D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 6. Masalah Keperawatan a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan b. Perilaku kekerasan/ amuk c. Gangguan harga diri: harga diri rendah 2.



Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data subyektif: 1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. 2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. 3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.



Data objektif: 1) Mata merah, wajah agak merah. 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. 4) Merusak dan melempar barang-barang. b. Perilaku kekerasan/amuk Data subyektif: 1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. 2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. 3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data obyektif: 1) Mata merah, wajah agak merah. 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. 4) Merusak dan melempar barang-barang. c. Gangguan harga diri : harga diri rendah Data subyektif : 1) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif :



1) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup. E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perilaku kekerasan (D.0132). 2. Harga diri rendah kronis (D.0086). F. RENCANA ASUPAN KEPERAWATAN Perilaku kekerasan (D.0132)



TUM: Selama perawatan diruangan, pasien tidak memperlihatkan perilaku kekerasan, dengan kriteria hasil (TUK): 10. Dapat membina hubungan saling percaya 11. Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang sering dilakukan 12. Perilaku melukai diri sendi atau orang lain dapat menurun (skala 5) 13. Dapat menyebutkan dan mendemonstrasika n cara mencegah PK yang sesuai 14. Dapat memelih cara mengontrol



Tindakan Psikoterapi Pasien 10 BHSP 11 Ajarakan SP I:  Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang dilakukan pasien serta akibat PK  Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam & memeukul bantal)  Masukkan dalam jadwal harian 12 Ajarkan SP II:  Diskusikan jadwal harian  Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial  Latih pasien cara menolak dan meminta yang asertif  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 13 Ajarkan SP III:  Diskusikan jadwal harian  Latih cara spiritual untuk mencegah PK  Masukkan dalam jadawal kegiatan harian



PK yang efektif dan sesuai 15. Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk mengontrl PK 16. Memasukan cara yang sudah dipilih dalam kegitan harian 17. Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol PK 18. Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan



14 Ajarkan SP IV  Diskusikan jadwal harian  Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum obat secara teratur  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 15 Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan 16 Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai 17 Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam kegiatan harian 18 Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakit Keluarga 6 Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien PK 7 Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang dialami pasien serta proses terjadinya 8 Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK 9 Latih keluarga melakukan cara merawat pasien PK secara langsung 10 Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan psikofarmako 4 Berikan obat-obatan sesuai program pasien 5 Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum 6 Mengukur vital sign secara periodic Tindakan manipulasi lingkungan 5 Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien



6



7



8



Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan ketegangan mulai meningkat Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik dengan melakukan pengikatan/restrain atau masukkan ruang isolasi bila perlu Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan realita



Harga diri rendah Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik tindakan keperawatan 9 Klien kronis (D.0086). selama 3 x 24 jam klien SP1 mampu mengontrol  Bina hubungan saling harga diri rendah percaya dengan kriteria hasil:  Adakan kontak sering dan 11 Klien dapat singkat secara bertahap membina  Observasi tingkah laku hubungan saling klien terkait harga diri percaya rendah 12 Klien dapat  Tanyakan keluhan yang mengungkapkan dirasakan klien perasaannya SP 2 13 Klien dapat  Berbincang-bincang dengan meningkatkan klien harga dirinya  Mengidentifikasi hal positif 14 Klien dapat pada klien untuk dukungan keluarga meningkatkan harga diri dalam  Menetapkan hal posistif meningkatkan yang ada pada klien untuk harga dirinya jadikan suatu kegiatan 15 Klien dapat  Masukkan kedalam jadwal meemukan aspek kegiatan positif pada dirinya SP 3 untuk  Melakukan kegiatan meningkatkan positif untuk hargadiri meningkatkan harga diri klien



 Evaluasi kegiatan  Beri pujian 10 Keluarga  Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien  Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien dengan harga diri rendah  Latih keluarga melakukan  Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan Psikofarmako  Berikan obat-obatan sesuai program Klien  Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum  Mengukur vital sign secara periodic Tindakan Manipulasi Lingkungan  Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan  Libatkan Klien dalam TAK harga diri rendah



DAFTAR PUSTAKA



Dermawan, Deden,dkk, (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Gosyen Publishing : Yogyakarta Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Hartono dan Kusumawati. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika PPNI (2016).Standar Diganosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2018).Standar Luar Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI Wijayaningsih, Kartika Sari. (2015). Standar Asuhan Keperawatan : Jakarta. TIM.



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) KLIEN DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN (SP 1 PASIEN)



Masalah



: RPK



Hari / tanggal



:-



Jam



:-



A. PROSES KEPERAWATAN 1.



Kondisi Klien …



2.



3.



Tujuan Khusus a.



Klien dapat membina hubungan saling percaya.



b.



Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.



c.



Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.



d.



Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.



e.



Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.



f.



Klien dapat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan.



Tindakan a.



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.



b.



Diskusi bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.



c.



Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan.



d.



Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah.



e.



Diskusikan bersama klien akibat perilaku marah.



f.



Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.



B. STRATEGI KOMUNIKASI 1.



ORIENTASI (PERKENALAN) a.



Salam Terapeutik “Assalamualaikum. Selamat pagi” “Saya



Siti,



perawat



disini,Siapa



nama



Bapak?



Senangdipanggilsiapa?” b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Masih ada perasaan marah atau kesal?” c.



Kontrak Waktu “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan marah Bapak? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20 menit?”



2.



KERJA ”Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya Bapak pernah marah? Penyebabnya apa? Sama kah dengan yang sekarang? Oh iya jadi ada 2 penyebab marah Bapak? Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan, apa yang bapak rasakan?” (tunggu respon pasien) apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang Bapak lakukan? Oh iya jadi Bapak memukul istri Bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidangkan? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kerugian?”



kemarahan



dengan



baik



tanpa



menimbulkan



“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Pak, salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.” “Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?” “Nah sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu



rasa



marah



itu



muncul



Bapak



sudah



biasa



melakukannya.” 3.



TERMINASI a.



Evaluasi Subyektif ”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan Bapak?



b. Evaluasi Obyektif “Ya, jadi ada 2 penyebab Bapak marah ....(sebutkan) dan yang Bapak rasakan ...(sebutkan) dan yang Bapak lakukan...(sebutkan) serta akibatnya...(sebutkan). Bapak sudah bisa memperagakan tarik nafas dalam tadi dengan baik.” c.



Rencana Tindak Lanjut “Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Berapa kali bapak mau latihan dalam sehari? Mau jam berapa saja latihannya?”



d. Kontrak -



Topik



“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan rasa marah?” -



Waktu ”Nanti 2 jam lagi saya akan datang ke sini. Bagaimana, Bapak mau kan?”



-



Tempat ”Tempatnyadisini saja ya Pak. Assalamualaikum”



LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA WAHAM Dosen Pembimbing : M Agung Krisdianto, M. Kep



Disusun Oleh : Nama : Salma Deviyana NIM



: SN201198



PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2020/2021 A. MASALAH UTAMA



Perubahan proses pikir: waham B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi Waham merupakan suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011). Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2011). Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realita salah, keyakinan pasien tidak konsisten dengan tingkat intelketual dan latar belakang budaya pasiem (Jaya, 2015). 2. Tanda dan Gejala a. Subjektif Klien mengungkapkan sesuatu yang diayakini tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadan dirinya yang berlebihan tetapi tidak sesuai keyakinan b. Objektif 1) Klien tampak tidak mempunyai orang lain 2) Curiga 3) Merusak diri 4) Takut



5) Tidak realistis 6) Mudah tersinggung 3. Penyebab Terjadinya Masalah a. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi meliputi perkembangan social, kultural, psikologis dan biokimia, jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan intra personal terganggu maka individu mengalami stress dan kecemasan. Berbagai factor masyarakat dapat membuat seseorang



merasa



terisolasi



dan



merasa



kesepian,



dan



mengakibatkan kurangnya rangsang eksternal stress yang berlebih dapat mengganggu metabolism dalam tubuh sehingga membuat tidak mampu dalam proses stimulasi eksternal dan interlan. b. Faktor Presipitasi Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya waham yaitu hubungan permusuhan yang dialami klien, suasana sepi dan kecemasan.. 4. Akibat Terjadinya Masalah Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.



C. POHON MASALAH



Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan



Perubahan isi pikir: waham



Core problem



Gangguan konsep diri: harga diri rendah



D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 7. Masalah Keperawatan a. Perubahan isi fikir : waham b. Resiko tinggi menciderai diri, orang lain dan lingkungan 3.



Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan a. Perubahan isi fikir waham 1) Data subjektif Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,



kebesaran,



kecurigaan,



keadaan



dirinya)



secara



berlebihan 2) Data objektif Klien tampak tidak mempunyai orang lain, sering curiga, bermusuhan, merusak diri, orang lain dan lingkungan



b. Resiko tinggi menciderai diri, orang lain dan lingkungan



1)



Data subjektif Klien memberi kata ancaman, mengatakan benci dan



kesal pada seseorang, suka membentak dan menyerang 2)



Data objektif Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan



pandangan tajam E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perubahan isi pikir : waham (D.0105) 2. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan (D.0146) F. RENCANA ASUPAN KEPERAWATAN Perubahan isi Pikir (D.0105)



TUM: Selama perawatan diruangan, pasien tidak memperlihatkan perilaku waham dengan kriteria hasil (TUK): 19. Dapat membina hubungan saling percaya 20. Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, dan jenis waham 21. Klien dapat menentukan hal positif sesuai dengan realita 22. Dapat memelih kegiatan untuk mengontrol waham 23. Memasukan cara yang sudah dipilih



Tindakan Psikoterapi Pasien 19 BHSP 20 Ajarakan SP I:  Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk waham  Latih pasien mencegah waham dengan  Masukkan dalam jadwal harian 21 Ajarkan SP II:  Berbincang-bincang dengan klien  Diskusikan kegiatan positif untuk mengontrol waham  Latih pasien mengntrol waham dengan hal positif sesuai dengan realita  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 22 Ajarkan SP III:  Diskusikan jadwal harian  Latih cara spiritual untuk



dalam kegitan harian 24. Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol waham 25. Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan



mencegah terjadinya waham  Masukkan dalam jadawal kegiatan harian 23 Ajarkan SP IV  Evaluasi kegiatan  Diskusikan tentang manfaat melakukan kegiatan atau tindakan sesuai dengan realita  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian Keluarga 11 Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien waham 12 Jelaskan pengertian tanda dan gejala waham yang dialami pasien serta proses terjadinya 13 Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien waham 14 Latih keluarga melakukan cara merawat pasien waham secara langsung 15 Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan psikofarmako 7 Berikan obat-obatan sesuai program pasien 8 Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum 9 Mengukur vital sign secara periodic Tindakan manipulasi lingkungan Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan realita



Resiko mencederai



tinggi TUM: Selama perawatan diruangan, diri,



Tindakan Psikoterapi Pasien



orang



lain



lingkungan (D.0146)



dan pasien tidak memperlihatkan perilaku kekerasan, dengan kriteria hasil (TUK): 1. Dapat membina hubungan saling percaya 2. Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang sering dilakukan 3. Perilaku melukai diri sendi atau orang lain dapat menurun (skala 5) 4. Dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan cara mencegah PK yang sesuai 5. Dapat memelih cara mengontrol PK yang efektif dan sesuai 6. Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk mengontrl PK 7. Memasukan cara yang sudah dipilih dalam kegitan harian 8. Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol PK 9. Dapat terlibat



24 BHSP 25 Ajarakan SP I:  Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang dilakukan pasien serta akibat PK  Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam & memeukul bantal)  Masukkan dalam jadwal harian 26 Ajarkan SP II:  Diskusikan jadwal harian  Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial  Latih pasien cara menolak dan meminta yang asertif  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 27 Ajarkan SP III:  Diskusikan jadwal harian  Latih cara spiritual untuk mencegah PK  Masukkan dalam jadawal kegiatan harian 28 Ajarkan SP IV  Diskusikan jadwal harian  Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum obat secara teratur  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 29 Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan 30 Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai 31 Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam kegiatan harian



dalam kegiatan diruangan



32 Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakit Keluarga 16 Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien PK 17 Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang dialami pasien serta proses terjadinya 18 Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK 19 Latih keluarga melakukan cara merawat pasien PK secara langsung 20 Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan psikofarmako 10 Berikan obat-obatan sesuai program pasien 11 Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum 12 Mengukur vital sign secara periodic Tindakan manipulasi lingkungan 9 Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien 10 Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan ketegangan mulai meningkat 11 Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik dengan melakukan pengikatan/restrain atau masukkan ruang isolasi bila perlu 12 Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan realita



DAFTAR PUSTAKA



Aziz R, (2011). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika. Jaya, Kusnandi. (2015). Keperawatan Jiwa. Jakarta : Binapura Aksara PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)



KLIEN DENGAN MASALAH WAHAM (SP 1 PASIEN)



Masalah



: Waham



Hari / tanggal



:-



Jam



:-



A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisiklien … 2. Tujuan a.



Klien dapat membina hubungan saling percaya.



b.



Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.



c.



Klien dapat memenuhi kebutuhan dasar.



3. Tindakan Keperawatan a.



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.



b.



Membantu orientasi realita.



c.



Mendiskusikan kebutuhan psikologi/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.



B. STRATEGI KOMUNIKASI 1.



ORIENTASI (PERKENALAN) a.



Salam Terapeutik “Assalamualaikum. Selamat pagi” “Saya (sebut nama) perawat di sini, Siapa nama Bapak? Senang dipanggil siapa?”



b. Evaluasi/Validasi



“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” c.



Kontrak Waktu “Bisa kita bercakap-cakap Pak? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20 menit?”



2.



KERJA ”Saya mengerti Bapak merasa bahwa Bapak adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setau saya semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus Pak?” “Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang Bapak rasakan? Oh,, jadi Bapak merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri Bapak sendiri? Siapa menurut Bapak yang sering mengatur-atur diri Bapak? Jadi, ibu yang terlalu mengatur-mengaturya Pak, juga kakak dan adik kakak yang lain? Kalau Bapak sendiri inginnya seperti apa? Oh bagus,,Bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri. Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak. Wah bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan kalau dirumah terus ya.”



3.



TERMINASI a.



Evaluasi Subyektif ”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?



b. Evaluasi Obyektif “Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.” c.



Rencana Tindak Lanjut “Bagaimana kalau jadwal ini Bapak lakukan, setuju Pak?”



d. Kontrak -



Topik “Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk berbincang?”



-



Waktu ”Nanti 3 jam lagi saya akan datang kesini. Bagaimana, Bapak mau kan?”



-



Tempat ”Tempatnya disini saja ya Pak. Assalamualaikum.”



LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI Dosen Pembimbing : M Agung Krisdianto, M. Kep



Disusun Oleh : Nama : Salma Deviyana NIM



: SN201198



PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2020/2021



A. MASALAH UTAMA Defisit Perawatan Diri B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi Defisit perawtan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikab ktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dan tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi. (Saputra, 2017). Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa, pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negative dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga mupun masyarakat (Yusuf, 2015) 2. Tanda dan Gejala a



Subjektif 1) Sering mengatakan malas mandi 2) Tidak tahu cara makan yang baik 3) Tidak tahu cara dandan 4) Dan tidak tau cara dandan



b



Objektif 1) Badan bau 2) Pakean kotor



3) Rambut dan kulit kotor 4) Kuku panjang dan kotor 5) Gigi kotor disertai bau mulut 6) Penampilan tidak rapih 3. Penyebab Terjadinya Masalah Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab deficit perawatan diri adalah : a



Faktor Predisposisi 1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga terganggu 2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak dapat melakukan perawatan diri 3) Kemampuan realitas turun Klien dengan kemampuan realitas kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4) Social Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dan lingkungananya, situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.



b



Faktor Presipitasi



Kurang penurunan, motivasi, kerusakan kognitif, cemas yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan



perawatan



diri.



Menurut



Depkes



(2000,



dalam



Dermawan, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah : 1) Body Image Gambaran



individu



terhadap



dirinya



mempengaruhi kebersihan diri, misalnya



sendiri



sangat



dengan adanya



perubaghan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2) Praktik Sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi peruahan pola personal hygiene. 3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, shampoo, alat mandi yang memerlukan uang untuk menyediakannya. 4) Pengetahuan Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien yang menderita diabetes mellitus ia harus menajaga kebersihan. 5) Budaya



Pada sebagian masyarakat masih menerapkan jika individu sakit tertentu tidak boleh diamndikan. 6) Kebiasaan Kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo, dan lain-lain. 7) Kondisi Fisik atau Psikis Pada keadaan tertentu (sakit) kemampuan seseorang untuk merawat diri menjadi berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. 4. Akibat Terjadinya Masalah Akibat dari defisit perawatan diri adalah Gangguan Pemeliharaan Kesehatan, Gangguan pemelihaaan kesehatan ini bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies, panu, kurap) dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit orofecal ( karena hiegene bab/bak sembarangan) dan lain-lain (Budi, 2011). C. POHON MASALAH



D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Masalah keperawatan a



Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri



b



Deficit perawatan diri



2. Data yang perlu dikaji a



Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 1) Data subjektif Klien mengatakan saya tidak mampu mamdi, tidak bisa melakukan apa-apa. 2) Data objektif Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, badan bau, kulit kotor b



Deficit perawatan diri 13 Data subjektif Pasien merasa lemah, malas untuk beraktivitas dan merasa tidak berdaya 14 Data objektif Rambut kotor, acak-acakan, badan bau, pakean kotor, kulit kusam dan kuku panjang



E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 26. Defisit Perawatan Diri (D.0109) 27. Isolasi Sosial (D.0121)



F. RENCANA KEPERAWATAN Diagnosa Defisit perawatan diri (D.0109)



Tujuan Intervensi Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik tindakan 11 Klien kperawatan selama SP1 3x24jam diharapkan  Bina hubungan saling perilaku defisit percaya perawatan diri dapat  Adakan kontak sering terkontrol dengan dan singkat secara kriteria hasil : bertahap 13 Klien dapat  Observasi tingkah membina laku klien terkait hubungan perawatan diri saling percaya  Tanyakan keluhan 14 Klien mampu yang dirasakan klien melakukan SP 2 kebersihan diri  Berbincang-bincang 15 Klien mampu dengan klien berhias dan  Mengidentifikasi berdandan penyebab klien tidak secara mandiri melakukan perawatan 16 Klien mampu diri makan dengan  Melatih kilen untuk benar melakukan perawatan 17 Klien mampu diri dengan benar melakukan  Masukkan kedalam BAK/BAB jadwal kegiatan secara mandiri SP 3 dengan benar  Melakukan 18 Klien dapat kegiatan perawatan menyebutkan diri (mandi dengan keuntungan benar, berdandan, melakukan menyiapkan perawatan diri makanan, dan melakukan BAK/BAB dengan benar  Evaluasi kegiatan  Beri pujian



12 Keluarga  Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien dengan deficit perawatan diri  Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien deficit perawatan diri  Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi peralatan untuk melakukan kebersihan diri klien  Latih keluarga melakukan Discharge planning : jadwal aktivitas Tindakan Manipulasi Lingkungan  Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan  Libatkan Klien dalam TAK Perawatan diri Isolasi social



Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik tindakan 13 Klien keperawatan selama SP1 3 x 24 jam klien  Bina hubungan saling mampu mengontrol percaya perilaku isolasi  Adakan kontak sering sosial dengan dan singkat secara kriteria hasil: bertahap 19 Klien dapat  Observasi tingkah membina laku klien terkait hubungan isolasi sosial saling percaya  Tanyakan keluhan



20 Klien dapat mengungkapka n perasaannya 21 Klien dapat mengungkapka n penyebab menarik diri 22 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri 23 Klien dapat melakukan hubungan dengan orang lain secara bertahap 24 Klien dapat melakukan hubungan sosial



yang dirasakan klien SP 2  Berbincang-bincang dengan klien  Mengidentifikasi klien penyebab menarik diri  Mengidentifikasi hal positif pada klien  Menetapkan hal posistif yang ada pada klien  Masukkan kedalam jadwal kegiatan SP 3  Melakukan kegiatan positif yang melibatkan orang lain untuk mengurangi perilaku isolasi diri  Evaluasi kegiatan  Beri pujian 14 Keluarga  Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien  Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien isolasi sosial  Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam semua kegiatan saat dirumah uuntuk mengurangi perilaku isolasi mandiri  Latih keluarga melakukan



Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan Psikofarmako - Berikan obat-obatan sesuai program Klien - Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum - Mengukur vital sign secara periodic Tindakan Manipulasi Lingkungan  Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan  Libatkan Klien dalam TAK isolasi sosial



DAFTAR PUSTAKA



Ahmad Yusuf.(2015). Buku Ajar Keperrawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatn Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Dino Saputra. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien denga Gangguan Defisit Perawatan Diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang. KTI. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Keliat B A. 2011. Modul MPKP Jiwa UI. Jakarta: EGC Nurjanah Intansari S. Kep. 2007. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta: Momedia PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia:definisi dan kriteria hasil keperawatan, edisi 1.Jakarta:DPP PPNI



PPNI. 2018. Standar intervensikeperawatan Indonesia:definisi dan tindakan keperawatan, edisi 1.Jakarta:DPP PPNI



Stuart G W. 2011. Buku Saku Keperawataan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)



KLIEN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI (SP 1 PASIEN) A. PROSES KEPERAWATAN 1



Kondisi klien …



2



Tujuan Khusus a.



Klien dapat membina hubungan saling percaya.



b.



Klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri.



3



Tindakan keperawatan a.



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.



b.



Melatih klien cara-cara perawatan kebersihan diri.



B. STRATEGI KOMUNIKASI a.



ORIENTASI (PERKENALAN) a.



Salam Terapeutik “Assalamualaikum. Selamat pagi?” “Saya (sebut nama) perawat di sini, Siapa nama Bapak? Senang dipanggil siapa?”



b. Evaluasi/Validasi ”Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Dari tadi saya lihat Bapak menggaruk-garuk badan, gatal ya?” c.



Kontrak Waktu ”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kebersihan diri? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20 menit?”



b. KERJA ”Berapa kali Bapak mandi dalam sehari? Apakah Bapak sudah mandi hari ini? Menurut Bapak apa kegunaannya mandi? Apa alasan Bapak sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut bapak apa manfaatnya kalau



kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya? Badan gatal, mulut bau, apalagi? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut bapak yang bisa muncul? Betul, ada kudis, kutu, dll.” ”Apa yang Bapak lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja Bapak menyisir rambut? Apa tujuan sisiran? Berapa kali bapak cukuran dalam seminggu? Kapan bapak cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan? Iya sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan ada alat cukurnya? Nanti bisa minta ke perawat ya.” ”Berapa kali Bapak makan sehari? Apa pula yang dilakukan setelah makan? Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.” ”Dimanabiasanya Bapakkencing/berak? Bagaimana membersihkannya? Iya kita kencing dan berak harus di wc, nah itu wc di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun.” ”Menurut Bapak kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali bapak perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, sampo, dan sabun serta sisir.” ”Bagaimana kalau kita sekarang ke kamar mandi, saya akan membimbing Bapak melakukannya. Sekarang bapak siram seluruh tubuh Bapak termasuk rambut lalu ambil sampo gosokkan pada kepala Bapak sampai berbusa lalu bilas sampai bersih, bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengana air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol. Giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Bapak mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Bapak bagus sekali melakukannya. Selanjutnya bapak pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”



c.



TERMINASI a.



Evaluasi Subyektif ”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dan mandi serta berganti pakaian? Coba Bapak jelaskan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Bapak lakukan tadi?”



b. Evaluasi Obyektif ”Bapak tadi sudah mempraktikkan cara mandi yang benar.” c.



Rencana Tindak Lanjut ”Mau berapa kali Bapak mandi dan sikat gigi dalam sehari? Dua kali pagi dan sore, mari kita masukkan jadwal. Beri tanda M (mandiri) kalau sudah melakukan tanpa disuruh, beri tanda B (bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.”



d. Kontrak -



Topik ”Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk latihan menyisir rambut?”



-



Waktu ”Besok pagi jam 8 saya akan datang ke sini lagi. Bagaimana, Bapak mau kan?”



-



Tempat ”Tempatnya disini saja ya Pak. Assalamualaikum”



LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI Dosen Pembimbing : M Agung Krisdianto, M. Kep



Disusun Oleh : Nama : Salma Deviyana NIM



: SN201198



PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2020/2021 A. MASALAH UTAMA



Resiko bunuh diri B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Definisi Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya (Direja, 2011). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan, perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stres yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Damaiyanti, 2012). Risiko bunuh diri adalah kondisi dimana berisiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan (SDKI, 2016). 2. Tanda dan Gejala a. Subjektif Klien mengatakan ingin bunuh diri/ingin mati saja tak ada gunanya hidup b. Objektif 1) Ada isyarat bunuh diri 2) Ada ide bunuh diri 3) Pernah coba bunuh diri



3. Penyebab Terjadinya Masalah



Menurut Yosep (2012) faktor-faktor yang dapat mencetus perilaku-perilaku kekerasan adalah : c. Faktor Predisposisi Seseorang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan efektif, penyalah gunaan zat dan skizofrenia d. Faktor Presipitasi Pencetus dapat berupa kejadian yang memalukan seperti masalah intrapersonal, dipermalukan didepan umum, kehilangan pekerjaan atau ancaman pengurungan kegagalan beradaptasi sehingga



tidak



dapat



marah/bermusuhan



menghadapi



sehingga



stress,



memberikan



dan



hukuman



dirisendiri dengan bentuk ancaman bunuh diri 4. Akibat Terjadinya Masalah Resiko bunuh diri dapat mengakibatkan sebagai berikut : a. Keputuasan b. Menyalahkan diri sendiri c. Pikiran dan rencana bunuh diri d. Percobaan bunuh diri



arga diri rendah



bunuh diri (suicide)



encederai diri sendiri, lain, dan lingkungan



C. POHON MASALAH



perasaan pada



Peri



Resi or



Core Problem



D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Masalah Keperawatan a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b. Resiko bunuh diri c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan resiko bunuh diri a. Resiko bunuh diri Data subyektif : Menyatakan ingin bunuh diri/ ingin mati saja, tak ada gunanya hidup. Data obyektif : Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri. b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah Data subjektif : 1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya 2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli 3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa



4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna 5) Mengkritik diri sendiri Data objektif : 1) Merusak diri sendiri 2) Merusak orang lain 3) Menarik diri dari hubungan sosial 4) Tampak mudah tersinggung 5) Tidak mau makan dan tidak tidur c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Data subyektif : Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin



membunuh,



ingin



membakar



atau



mengacak-acak



lingkungannya. Data obyektif : Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya. E. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Resiko bunuh diri (D.0135) b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah (HDR) (D.0086) c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (D.0146)



F. RENCANA ASUPAN KEPERAWATAN



Diagnosa Resiko Bunuh Diri



Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu mengontrol resiko bunuh diri dengan kriteria hasil : 1. Dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya 3. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku 4. Klien dapat terhindar dari mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 5. Klie dapat mengontrol perilaku 6. Klien dapat dukungan dari keluarga 7. Klien dapat terlibat dalam terapi aktivitas kelompok



Intervensi Tindakan Psikoterapi Pasien 33 BHSP 34 Ajarakan SP I:  Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk resiko bunuh diri  Latih pasien mencegah rasa ingin bunuh diri dengan cara mengalihkan pikirannya dengan situasi yang menenangkan  Masukkan dalam jadwal harian 35 Ajarkan SP II:  Diskusikan jadwal harian  Latih pasien mengntrol rasa ingin bunuh diri dengan cara sosial  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 36 Ajarkan SP III:  Diskusikan jadwal harian  Latih cara spiritual untuk mencegah rasa ingin bunuh diri  Masukkan dalam jadawal kegiatan harian 37 Ajarkan SP IV  Diskusikan jadwal harian  Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum obat secara teratur  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 38 Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan 39 Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol rasa ingin



bunuh diri yang sesuai 40 Masukkan cara mengontrol rasa ingin bunuh diri yang telah dipilih dalam kegiatan harian 41 Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakit Keluarga 21 Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien resiko bunuh diri 22 Jelaskan pengertian tanda dan gejala resiko bunuh diri yang dialami pasien serta proses terjadinya 23 Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri 24 Latih keluarga melakukan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri secara langsung 25 Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan psikofarmako 15 Berikan obat-obatan sesuai program pasien 16 Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum 17 Mengukur vital sign secara periodic Tindakan manipulasi lingkungan 13 Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien 14 Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan ketegangan mulai meningkat 15 Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan realita



Harga diri rendah Setelah dilakukan Tindakan Psikoterapeutik tindakan keperawatan 15 Klien kronis (D.0086). selama 3 x 24 jam klien SP1 mampu mengontrol  Bina hubungan saling harga diri rendah percaya dengan kriteria hasil:  Adakan kontak sering dan 16 Klien dapat singkat secara bertahap membina  Observasi tingkah laku hubungan saling klien terkait harga diri percaya rendah 17 Klien dapat  Tanyakan keluhan yang mengungkapkan dirasakan klien perasaannya SP 2 18 Klien dapat  Berbincang-bincang dengan meningkatkan klien harga dirinya  Mengidentifikasi hal positif 19 Klien dapat pada klien untuk dukungan keluarga meningkatkan harga diri dalam  Menetapkan hal posistif meningkatkan yang ada pada klien untuk harga dirinya jadikan suatu kegiatan 20 Klien dapat  Masukkan kedalam jadwal meemukan aspek kegiatan positif pada dirinya SP 3 untuk  Melakukan kegiatan meningkatkan positif untuk hargadiri meningkatkan harga diri klien  Evaluasi kegiatan  Beri pujian 16 Keluarga  Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien  Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien dengan harga diri rendah  Latih keluarga melakukan  Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat



Tindakan Psikofarmako  Berikan obat-obatan sesuai program Klien  Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum  Mengukur vital sign secara periodic Tindakan Manipulasi Lingkungan  Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan  Libatkan Klien dalam TAK harga diri rendah Perilaku kekerasan (D.0132)



TUM: Selama perawatan diruangan, pasien tidak memperlihatkan perilaku kekerasan, dengan kriteria hasil (TUK): 28. Dapat membina hubungan saling percaya 29. Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang sering dilakukan 30. Perilaku melukai diri sendi atau orang lain dapat menurun (skala 5) 31. Dapat menyebutkan dan mendemonstrasika n cara mencegah



Tindakan Psikoterapi Pasien 42 BHSP 43 Ajarakan SP I:  Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang dilakukan pasien serta akibat PK  Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam & memeukul bantal)  Masukkan dalam jadwal harian 44 Ajarkan SP II:  Diskusikan jadwal harian  Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial  Latih pasien cara menolak dan meminta yang asertif  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 45 Ajarkan SP III:  Diskusikan jadwal harian  Latih cara spiritual untuk



PK yang sesuai 32. Dapat memelih cara mengontrol PK yang efektif dan sesuai 33. Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk mengontrl PK 34. Memasukan cara yang sudah dipilih dalam kegitan harian 35. Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol PK 36. Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan



mencegah PK  Masukkan dalam jadawal kegiatan harian 46 Ajarkan SP IV  Diskusikan jadwal harian  Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum obat secara teratur  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 47 Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan 48 Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai 49 Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam kegiatan harian 50 Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakit Keluarga 26 Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien PK 27 Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang dialami pasien serta proses terjadinya 28 Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK 29 Latih keluarga melakukan cara merawat pasien PK secara langsung 30 Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat Tindakan psikofarmako 18 Berikan obat-obatan sesuai program pasien 19 Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum 20 Mengukur vital sign secara periodic



Tindakan manipulasi lingkungan 16 Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien 17 Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan ketegangan mulai meningkat 18 Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik dengan melakukan pengikatan/restrain atau masukkan ruang isolasi bila perlu 19 Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan realita



DAFTAR PUSTAKA



Direja, Herman Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama. Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan dari Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika Iyus, Yosep. (2012). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama



PPNI (2016).Standar Diganosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2018).Standar Luar Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)



KLIEN DENGAN MASALAH PERILAKU BUNUH DIRI (SP 1 PASIEN)



Masalah



: Perilaku Bunuh Diri



Hari / tanggal



:-



Jam



:-



A. PROSES KEPERAWATAN 1.



Kondisi Klien …



2.



3.



Tujuan khusus a.



Klien dapat membina hubungan saling percaya.



b.



Klien dapat mengenali masalah bunuh diri.



Tindakan a.



Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.



b.



Membantu klien mengenali masalah bunuh diri.



B. STRATEGI KOMUNIKASI 1.



ORIENTASI (PERKENALAN) a.



Salam Terapeutik “Assalamualaikum. Selamat pagi” “Saya (Sebut nama) perawat disini,siapa nama Bapak? Senang dipanggil siapa?”



b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” c.



Kontrak Waktu



“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang Bapak rasakan selama ini? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20 menit?” 2.



KERJA ”Bagaimana perasaan Bapak setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini Bapak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Bapak kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak merasa tak berharga atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah Bapak sering merasakan kesulitan berkonsenterasi? Apakah Bapak berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri, atau berharap bahwa Bapak mati? Apakah bapak pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya? Bagaimana caranya? Apa yang Bapak rasakan?” “Baiklah, tampaknya Bapak membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup.”“Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Bapak untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan Bapak.” “Nah Bapak, karena Bapak tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup Bapak, maka saya tidak akan membiarkan Bapak sendiri.” “Apa yang Bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul maka untuk mengatasinya Bapak harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi,Bapak jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.” “Saya percaya Bapak dapat mengatasi masalah.”



3.



TERMINASI a.



Evaluasi Subyektif ”Bagaimana perasaan Bapak sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri? Coba bapak sebutkan lagi”



b. Evaluasi Objektif “Bapak terlihat lebih tenang.” c.



Rencana Tindak Lanjut “Saya akan menemani Bapak terus sampai keinginan bunuh diri hilang.”



d. Kontrak -



Topik “Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk berbincang tentang topik yang sama?”



-



Waktu ”Besok pagi jam 8 saya akan datang kesini lagi. Bagaimana, Bapak mau kan?”



-



Tempat ”Tempatnya disini saja ya Pak. Assalamualaikum.”