8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN MENGGUNAKAN PESTISIDA SINTETIK 1. PENGENALAN BAHAN (Laporan Praktikum Pengenalan Penyakit Tanaman)



Oleh Muhammad Fajar Ismail Nasution 1714121023 Kelompok 4



JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019



1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Petani di Indonesia saat ini sedang dikeributi masalah yaitu organisme penggangu tanaman. Tidak sedikit petani yang dirugikan akibat serangan hama dan penyakit yang sangat tak terkendali. Bahkan terkadang petani sangat kesulitan untuk menyelamatkan tanaman-tanamannya agar tidak rusak. Bahkan dalam skala industri pun sudah merasakan dampak dari serangan hama dan penyakit. Salah satu contoh hama banyak dari kelas serangga, walaupun hanya sebagian serangga yang berperan menjadi hama. Sedangkan contoh dari penyakit yaitu dari bakteri, jamur, virus, dan nematoda (Dirjen Bina Produksi Tanaman,2002) Sesuai konsep pengendalian, penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama dan penyakit. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama dan penyakit. Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian. Pestisida kimia merupakan salah satu upaya pengendalian hama. Penggunaan pestisida kimia tersebut dilakukan dengan cara penyemprotan (untuk formulasi cair), pengabutan (untuk formulasi serbuk) maupun penebaran (untuk formulasi granuler). Penggunaan pestisida kimia disukai petani karena hasilnya dapat segera dilihat, pelaksanaannya mudah dan praktis serta dapat dibeli dengan mudah di toko/kios sarana pertanian di pedesaan. Walaupun pestisida kimia ini merupakan



bahan kimia yang berbahaya dan beracun bagi kesehatan petani, konsumen, musuh alami dan bagi lingkungannya. Oleh karena itu, penggunaan pestisida oleh petani harus hati-hati, bijaksana dan dibatasi serta aplikasinya mengikuti prinsip 5 tepat yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran, tepat waktu serta tepat tempat (Mugnisjah, 1995) Pada praktikum kali ini dibahas mengena beberapa pestisida sintetik yang diharapakan praktikan dapat mengerti dan memahami, sehingga saat pengaplikasian praktikan lebih mudah untuk megetahui jenis, kandungan dan efektif mana untuk masalah yang dihadapi.



1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah 1. Mengenal kemasan, formulasi, warna, bentuk pestisida untuk pengendalian patogen tumbuhan yang umum dijumpai dipasaran 2. Mengetahui nama dagang dan nama konsentrasi bahan aktif, dosis dan cara penggunaan, sasaran pestisida yang umum dijumpai dipasaran



III. METODOLOGI PRAKTIKUM



3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Mei 2019 pukul 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.



3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis dan kamera Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah berbagai jenis pestisida.



3.3 Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan pada Postulat Koch I adalah sebagai berikut : 1. Diamati masing-masing pestisida yang disediakan 2. Digambar kemasan pestisida tersebut 3. Dicatat keterangan yang tertera dilabelnya seperti nama dagang, bahan aktif, konsentrasi, warna, formulasi, cara penggunaan, sasaran, dosis, jenis pestisida (kontak/sisitemik), gejala dini keracunan, pertolongan pertama serta produsen yang memproduksi.



IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Pengamatan



Hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah No.



Foto



Keterangan



1.



     



2.



     



Nama Dagang : DITHANE Bahan Aktif : Mankozeb Konsentasi BA : 80% Warna : Kuning Keabu-abuan Jenis Formulasi : WP Cara Penggunaan : Semprotan ditujukan ke semua bagian secara merata.  OPT sasaran : Marsonina coronaria, Alternaria porri, Alternaria arii, dll.  Jenis Pestisida : Fungisida protektif. Nama Dagang : ANTRACOL Bahan Aktif : Propineb Konsentasi BA : 70% Warna : Krem Jenis Formulasi : WP Cara Penggunaan : Semprotkan ke semua tanaman yang terserang jamur.  OPT sasaran : Embun tepung  Jenis Pestisida : Fungisida Kontak.



3.



     



4.



     



5.



     



Nama Dagang : Ridomil Bahan Aktif : metalaksil Konsentasi BA : 35% Warna : -Merah Jenis Formulasi :tepung Cara Penggunaan : untuk perlakuan benih  OPT sasaran : Pencegahan bulai scleospora maydis  Jenis Pestisida :



Nama Dagang : SORENTO Bahan Aktif : Difenokonazol Konsentasi BA : 250 g/L Warna : Jenis Formulasi : EC Cara Penggunaan : Disemprotkan pada tanaman yyang terserang.  OPT sasaran : Penyakit pada padi sawah, bawang merah, Cercospora sp.  Jenis Pestisida : Sistemik



Nama Dagang : Polycom Bahan Aktif : metiram Konsentasi BA : 70% Warna : Jenis Formulasi :Bubuk Cara Penggunaan : Disuspensikan  OPT sasaran : penyakit pada tanaman bawang merah dan tomat  Jenis Pestisida : kontak



6.



     



7



 Nama Dagang : Amistar Top



Nama Dagang : BAYLETON Bahan Aktif : Triadimeton Konsentasi BA : 250% Warna : Coklat jernih Jenis Formulasi : EC Cara Penggunaan : disemprotkan pada tanaman yang terserang.  OPT sasaran : Hemileia vastatrix, Rigidoporos.  Jenis Pestisida : Sistemik.



   



Bahan Aktif : azoksistrobin Konsentasi BA : 20 g/l Warna : kuning mudaJenis Formulasi :pekatan suspensi  Cara Penggunaan : disemprot  OPT sasaran : mengendalikan penyakit jeruk, kubis, kopi.  Jenis Pestisida : Sistemik 8



 Nama Dagang : Puanmur      



Bahan Aktif : Konsentasi BA : Warna : Jenis Formulasi :) Cara Penggunaan : OPT sasaran : Kresek/xanthomonas  Jenis Pestisida :



9



 Nama Dagang : Dense      



Bahan Aktif : Metil tiofanat Konsentasi BA : 520 g/l Warna : -putih Jenis Formulasi :cairan Cara Penggunaan : disemprot OPT sasaran : penyakit tanaman padi  Jenis Pestisida :



10



 Nama Dagang : Delsene  Bahan Aktif : karbendazim, mankozeb  Konsentasi BA : 6,2% dan 73,8%  Warna :kuning  Jenis Formulasi :tepung  Cara Penggunaan : disemprot  OPT sasaran : jamurpada cabai, cengkeh, kacang tanah.  Jenis Pestisida : sistemik dan kontak.



4.2 Pembahasan



Pestisida merupakan subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yang dianggap merugikan. Berdasarkan bahan penyusunnya, salah satu jenis pestisida yang paling populer adalah pestisida sintetik atau pestisida kimiawi, pestisida sintetik sendiri merupakan pestisida yang berasal dari campiran berbagai bahan kimia. Senyawa kimia dari pestisida ini bisa berasal dari berbagai sumber yang kemudian ditiru senyawa kimianya dan diproduksi secara massal (Rahardjo, 2011).



Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya. Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi : 1. Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain. 2. Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G. 3. Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatangbinatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain.(Arief,1994) 4. Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D. 5. Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000. 6. Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC. 7. Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida 8. Molluskisida : adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi hama mollusca atau hama bercangkang seperti siput, keong mas, dan sebagainya. (Benidiktus, 2010).



Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan. Berikut ini merupakan beberapa macam formulasi pestisida:



1. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50 – 80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan. 2. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan. 3. Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur). 4. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan. 5. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna. 6. Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting). 7. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini (Triharso, 2004).



Berdasarkan cara kerjanya, pestisida umum dibagi menjadi 2 jenis, yakni pestisida kontak dan pestisida sistemik. Pestisida sistemik cara kerjanya tidak dengan langsung membunuh hama melainkan akan terserap dahulu oleh jaringan tumbuhan. Ketika hama memakan bagian tanaman yang di dalam jaringannya



terdapat pestisida barulah pestisida akan bereaksi terhadap hama. Pestisida sistemik juga dapat membasmi OPT yang terdapat dalam jaringan tumbuhan seperti misalnya jamur dan bakteri. Sedangkan pestisida kontak adalah pestisida yang akan bekerja dengan baik apabila terjadi kontak antara pestisida dengan hama sasaran, namun pestisida jenis ini kurang efektif digunakan untuk hama yang terbang atau berpindah-pindah (Eliza, et al., 2013).



V. KESIMPULAN



Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah 1. Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dapat dibagi menjadi pestisida kontak dan sistemik. 2. Kemasan pestisida sintetik mengandung informasi nama dagang, konsentrasi, dosis, bentuk, warna, bahan aktif dan sasaran penggunaan pestisida. 3. Penggunaan pestisida sintetik harus berdasarkan dosis yang dianjurkan agar tidak menimbulkan resisten dan kerusakan lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA



Benidiktus . 2010. Handsprayer Alat Penyemprot Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting pada tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta. Herwanto , Totok . 1988. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman. Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian. Bandung. Hidayat , Anwar .2001. Metode Pengendalian Hama. Departemen Dinas Kesehatan. Depnaskes. Jakarta. Eliza T, Hasanuddin T, & Situmorang S. 2013. Perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia (kasus petani cabai di pekon gisting atas kecamatan gisting kabupaten tanggamus). Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 1(4):334-342. Mugnisjah WQ. & Setiawan A. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. Rahardjo, M. 2011. Pengaruh perlakuan benih dan aplikasi pestisida sintetik dan nabati terhadap produksi rimpang benih jahe. Bul. Littro. 22(2):175-165. Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press . Yogyakarta. Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta.



II. TINJAUAN PUSTAKA



Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak,ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya (Herwanto,1998).



Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman (Hidayat, 2001).



Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya. Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi : 1. Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain. 2. Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G. 3. Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatangbinatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain.(Arief,1994) 4. Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D. 5. Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000. 6. Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC. 7. Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Benidiktus, 2010)



Pestisida pada manusia juga merupakan kerugian yang nya pestisida, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, bahkan kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun (Untung K, 1984).



Berdasarkan cara kerjanya, pestisida umum dibagi menjadi 2 jenis, yakni pestisida kontak dan pestisida sistemik. Pestisida sistemik cara kerjanya tidak dengan langsung membunuh hama melainkan akan terserap dahulu oleh jaringan tumbuhan. Ketika hama memakan bagian tanaman yang di dalam jaringannya terdapat pestisida barulah pestisida akan bereaksi terhadap hama. Pestisida sistemik juga dapat membasmi OPT yang terdapat dalam jaringan tumbuhan seperti misalnya jamur dan bakteri. Sedangkan pestisida kontak adalah pestisida yang akan bekerja dengan baik apabila terjadi kontak antara pestisida dengan hama sasaran, namun pestisida jenis ini kurang efektif digunakan untuk hama yang terbang atau berpindah-pindah (Eliza, et al., 2013).



LAMPIRAN