A1 Kelompok 4 Trend & Issue Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas : Makalah Dosen : Dr. Suarnianti. SKM., S.Kep., Ns., M.Kes KEPERAWATAN KELUARGA (TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN)



OLEH KELOMPOK IV Febryani Mahadjani (NH0117040)



Hajar Aswad (NH0117047)



Feiby Bidiastuti (NH0116041)



Hania (NH0117048)



Fenska M. Siahaya (NH0117042)



Hardiansyah (NH0117049)



Fitri S. Ningsih (NH0117043)



Huriyah (NH0117050)



Fransiska Reanita (NH0117044)



Iga Juwita Pratiwi (NH0117051)



Gamar H. Kadir (NH0117045)



Indah Mayasari (NH0117052)



Gretzia Heatubun (NH0117046) PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2020



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT.Karena dengan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Trend dan Issue Keperawatan”, makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas Keluarga. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami ibu Dr. Suarnianti, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.



Makassar, Maret 2020



Kelompok IV



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN



4



A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN



5



C. MANFAAT



5



BAB II PEMBAHASAN



4



7



A. PENGERTIAN TREND DAN ISSUE



6



B. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA



6



C. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN INDONESIA/ NASIONAL 7 D. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN SECARA GLOBAL



11



E. CONTOH KASUS TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN



12



BAB III PENUTUP 15 A. KESIMPULAN B. SARAN



15



15 DAFTAR PUSTAKA



3



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini



dari keperawatan



memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. (Berger, 2010) Keluarga



adalah



sekumpulan



orang



yang



dihubungkan



oleh



perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998). (Mlisin, 2012) Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan masyarakat. Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di Eropa yang merupakan praktek keperawatan termodern saat ini adalah promoting and protecting people health merupakan perubahan paradigma dari cure menjadi care melalui tindakan preventif dan mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit. (Andarmoyo dan Sulistyo, 2012)



4



Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan, Friedmen menyatakan bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. (Andarmoyo dan Sulistyo, 2012) B. TUJUAN 1. Untuk mengetahui apa itu trend dan issue keperawatan 2. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan keluarga 3. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan nasional 4. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan global 5. Untuk menetahui contoh kasus dalam trend dan isu keperawatan C. MANFAAT 1. Untuk mengetahui apa itu trend dan issue keperawatan 2. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan keluarga 3. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan di Indonesia 4. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan global 5. Untuk menetahui contoh kasus dalam trend dan issue keperawatan



5



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN TREND DAN ISU Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. (Dochterman, 2011) Trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup keperawatan keluarga. (Berger, 2010) B. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA 1. Global a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya semakin meluas. b. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah. c. Standarkualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketat serta menumbuhkan munculnya sekolah - sekolah yang mengutamakan kualitas pendidikan. d. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi. e. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.



6



f. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan. g. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang. h. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas. i. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai. j. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi. (Dochterman, 2011) 2. Pelayanan a. SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga. b. Penghargaan / reward rendah. c. Bersikap pasif. d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal. e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah. 3. Pendidikan a. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah” b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas. c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas. d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang. e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang. 4. Profesi a. Standar kompetensi belum disosialisasikan. b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan. c. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas. d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik. e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak. f.



Perlu



pengawalan



dan



pelaksanaan



undang-undang



praktik



keperawatan. (Andarmoyo dan Sulistyo, 2012) C. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN DI INDONESIA/NASIONAL 7



Perkembangan keperawatan di Indonesia sejak tahun 1983 sangat pesat, di tandai dengan bukanya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Universitas Indonesia Jakarta sejak tahun 1985 dan tahun 1985 telah menjadi fakultas keperawatan, kemudian disusul PSIK di Universitas Padjadjaran Bandung, berkembang lagi di 7 Universitas Negeri di Indonesia pada tahun 1999, serta mulai berkembang pada sekolah tinggi ilmu kesehatan dengan jurusan keperawatan yang pengelolaannya dimiliki oleh masyarakat. Perkembangan tersebut juga ditunjang oleh Departemen Kesehatan pada tahun 90-an dengan program pokok Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas yang sasarannya adalah keluarga. Namun, perkembangan jumlah keluarga yang menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang rawan kesehatan (risiko), keperawatan komunitas mungkin tidak dapat menjangkau meskipun



salah



satu



sasarannya



adalah



keluarga



yang



rawan



(berisiko).Dengan keadaan demikian keperawatan komunitas (masyarakat) memfragmentasi menjadi keperawatan yang spesifik diantaranya keperawatan keluarga.Akibatnya, jelas sekali bahwa keperawatan keluarga menjadi sasaran yang spesifik dengan masalah keperawatan (kesehatan) yang spesifik pula. (Andarmoyo dan Sulistyo, 2012) Sesuai dengan perkembangan terjadi pula perubahan yang di motori oleh Dirtjen Dikti Pendidikan Nasional dengan Konsorsium Ilmu Kesehatan yang menyajikan secara tersendiri mata kuliah perawatan keluarga pada kurikulum D-3 keperawatan dan pendidikan ners di Indonesia sejak tahun 1999. Tuntutan professional yang tinggi sebenarnya tidak berlebihan, keadaan ini sesuai tuntutan pemerintah di bindang kesehatan untuk membangun “Indonesia Sehat 2010” dengan strategi : 1. Pembangunan berwawasan kesehatan 2. Desentralisasi 3. Profesionalisme 4. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) Asuhan keperawatan keluarga dapat segera dilakuakan oleh perawat dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :



8



1. Telah menyelesaikan pendidikan formal Ners (perawat) yang diakui. Pendidikan formal di Indonesia adalah D-3 keperawatan yang menghasilkan



perawat



professional



“pemula”



dan



PSIK



yang



menghasilkan Ners, yang memiliki kemampuan professional yang tinggi, yaitu (1) keterampilan intelektual, (2) keterampilan teknis, dan (3) keterampilan interpersonal dengan berlandaskan etik dan melaksanakan profesinya sesuai dengan standar praktik keperawatan. 2. Telah melakukan proses registrasi sebagai ners (perawat). Perawat yang telah menyelesaikan secara formal pendidikannya harus melalui proses legislasi sebagai ners (perawat) dengan tahap : a. Registrasi adalah proses pendaftaran seorang ners (perawat) yang telah lulus pendidikan formal di dinas kesehatan provinsi, sesuai dengan keputusan Menkes No 1239 tahun 2001. b. Sertifikasi adalah proses penilaian terhadap kemampuan seorang ners (perawat)untuk dinyatakan cakap melaksanakan kewenangan (kompetensi) yang dimiliki. Namun, belum dilalui sehingga setelah tahap registrasi seorang ners (perawat) akan memperoleh lisensi. c. Lisensi adalah proses pembelian bukti tertulis setelah seorang ners



(perawat)



dinyatakan



cakap



untuk



dapat



melaksanakan



kewenangannya. Di Indonesia disebut dengan surat izin perawat (SIP). (Andarmoyo dan Sulistyo, 2012) 3. Memiliki institusi yang mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga. Meskipun telah mempunyai SIP, kegiatan keperawatan keluarga yang diberikan kepada kliennya harus mempunyai institusi berbadan hukum yang secara legal bertanggung jawab terhadap pelaksanaan keperawatan, mutu asuhan yang diberikan, dan untuk meningkatkan kepercayaan publik, serta dapat dilakukan upaya tanggung gugat oleh klien bila tidak sesuai standar asuhan. 4. Mematuhi standar praktik dan etik profesi yang ditetapkan oleh PPNI atau pemerintah. Standar praktik yang ada bertujuan agar asuhan yang diberikan ners (perawat) mempunyai mutu sesuai dengan kaidah profesi.



9



Etik profesi yang dapat mengendalikan bagaimana seorang ners (perawat) berperilaku yang santun kepada klien dan tidak merugikan klien atau publik. Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat keluarga adalah perawatan kesehatan dirumah. Agar mempunyai arah yang pasti terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga, Departemen Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan No. HK.00.06.5.1.311 bulan januari 2012 tentang penerapan pedoman perawatan kesehatan dirumah. Dengan gambaran situasi diatas, kesempatan sangat besar dimiliki oleh seorang ners (perawat) untuk mewujudkannya, dan hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bila seorang professional tidak mampu mewujudkannya.Karena bagaimanapun juga tidak ada alasan bahwa tidak mendapat dukungan secara profesi dan pemerintah. Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di Indonesia : 1. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita. 2. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga kesehatan. 3. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif. 4. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana. 5. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik. 6. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan. 7. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang. 8. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara umum. 9. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas transportasi yang cukup. 10. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.



10



11. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi. 12. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas. 13. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang. 14. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang. Trend dan Isu Nasional : 1. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan. 2. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan. 3. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan. 4. Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan



masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi kesehatan



lainnya



bagi keluarga



yang



tidak mampu.



(Andarmoyo dan Sulistyo, 2012) D. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN SECARA GLOBAL Isu



praktik



:



globalisasi



keperawatan



keluarga



menyuguhkan



kesempatan baru yang menarik bagi perawat keluarga. Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan menarik untuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebh baik bagi keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis dan profesional, globalisasi mempunyai damfak negatif kesehatan



yaitu



ancaman



epidemi



diseluruh



yang bermakna bagi dunia



seperti



human



imunodeficiency virus/ aquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh dunia melalui konferensi internasional, perjalanan dan membaca literatur kesehatan internasional memberikan pemahaman yang sangat bermanfaat.Sebagai contoh, di jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat mengesankan. Disana, perawat telah



mengembangkan



kurikulum



keperawatan



keluarga



disekolah



keperawatan dan telah menghasilkan teori keperawatan yang berfokus pada 11



keluarga dan sesuai dengan nilai dan konteks jepang. Keperawatan keluarga mengalami pertumbuhan yang pesat di jepang yang ditandai dengan publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di jepang (sugisita,1999). Negara lain, seperti denmark, swedia, israel, korea, chili, meksiko, skotlandia dan inggris juga mengalami kemajuan bermakna dibidang kesehatan keluarga dan keperawatan keluarga. Kita mesti banyak berbagi dan belajar dari perawat di beberapa negara ini. (Dochterman, 2011) E. CONTOH KASUS TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya. (Prihastuti, 2018) Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi. (Prihastuti, 2018) Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya. Ada empat metode euthanasia: 1. Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar menginginkan kematian. 2. Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma). 3. Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak. 12



4. Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan wacana untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan, namun tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini, biasanya disebut sebagai ‘bunuh diri atas pertolongan dokter’. Di Amerika Serikat, kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian. (Prihastuti, 2018) Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif: 1. Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini adalah memberikan suntik mati. Hal ini ilegal di Britania Raya dan Indonesia. 2. Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh penghentian tindakan medis. Contoh dari kasus ini adalah penghentian pemberian nutrisi, air, dan ventilator. (Prihastuti, 2018) Belgia salah satu negara yang mengakui dan melegalkan euthanasia. Pengakuan hukum terhadap euthanasia malah sudah lebih dahulu di Belanda. Namun sebagian besar negara tak mengakui dan membenarkan tindakan euthanasia. Indonesia termasuk yang tak mengakui hak untuk mengakhiri hidup semacam itu. Ahli hukum tata negara, Jimly Asshiddiqie, berpendapat jika hak untuk mati diakui seperti halnya hak untuk hidup, risikonya besar. Sama saja memberikan legalisasi pada orang yang ingin melakukan bom bunuh diri dengan alasan pengakuan right to die. (Prihastuti, 2018) Jejak perdebatan kontemporer tentang euthanasia di Indonesia selalu merujuk pada dua kisah. Pertama, kisah Hasan Kusuma. Pada 22 Oktober 2004, Hasan Kusuma mengajukan permohonan izin ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar isterinya, Again Isna Nauli, diberi tindakan euthanasia. Sang isteri sudah tergolek dalam keadaan koma selama dua bulan, plus kesulitan yang dialami untuk membayar perawatan medis. Namun hal ini Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak permohonan euthanasia tersebut.



13



Kisah kedua merujuk pada Ignatius Ryan Tumiwa. Lulusan pascasarjana dari salah satu universitas terkemuka ini ingin mengakhiri hidupnya dengan cara suntik mati. Tetapi permohonannya terhalang Pasal 344 KUH Pidana, yang mengancam dokter atau tenaga medis lain yang membantu seorang pasien mengakhiri hidup. (Prihastuti, 2018) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), M. Choirul Anam,



mengatakan



euthanasia



juga



menjadi



perdebatan



di



dunia



internasional. Dalam perkembangannya, ada yang mengarah pada legalisasi dengan catatan penting. Pertama, euthanasia dibenarkan karena cukup alasan yang sangat kuat, misalnya kesehatan yang memburuk dan sulit disembuhkan. Kedua, pengakhiran hidup pasien dilakukan oleh orang yang profesional dan bertanggung jawab. Ketiga, dilakukan melalui prosedur yang ketat. (Prihastuti, 2018)



14



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup keperawatan keluarga. B. SARAN Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.



15



DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo dan Sulistyo (2012) Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktek Keperawatan. 1st edn. Yogyakarta: Graha Ilmu. Berger, J. K. and W. (2010) Fundamental Of Nursing. 5th edn. USA: Prenticehall. Dochterman, J. M. (2011) Current Issue in Nursing. 10th edn. USA: Mosby Inc. Mlisin, A. (2012) Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Prihastuti, I. (2018) ‘Euthanasia dalam Pandangan Etika secara Agama Islam , Medis dan Aspek Yuridis di Indonesia’, 1(2), pp. 85–90.



16