Abdominal Pain [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS ABDOMINAL PAIN A. PENGERTIAN Abdominal pain atau nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A, 2016). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis. Abdominal pain merupakan gejala yang umum menyebabkan pasien mendapatkan perawatan di rumah sakit. Rentang diagnosisnya dapat berupa kondisi yang ringan hingga kondisi yang dapat mengancam jiwa. Abdominal pain merupakan sensasi subyektif tidak menyenangkan yang terasa di regio abdomen. Abdominal Pain akan direspon oleh tubuh dengan meningkatkan pelepasan substansi kimia yang dapat menstimulus reseptor-reseptor nyeri seperti histamin, prostaglandin, bradikinin dan substansi P yang akan menimbulkan persepsi nyeri. B. KLASIFIKASI 1. Nyeri Abdomen Akut Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik. a) Nyeri Viseral



:



Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa nyeri yang tumpul disertai rasa sakit. Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri, digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan. Karena nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa menyebabkan bertambahnya rasa nyeri. b) Nyeri somatik : Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan



menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses peradangan. Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk. Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan. 2. Nyeri Abdomen Kronis Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat behubungan dengan ekserbasi akut. C. ETIOLOGI Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa : (Graff, 2011) 1. ulkus yang mengalami perforasi 2. irritable bowel syndrome 3. apendisitis 4. pankreasitis 5. batu empedu. Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan; yang lain mungkin bisa berakibat fatal. D. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala abdominal pain yaitu: (Fauci, 2018) 1. Nyeri abdomen 2. Mual, muntah 3. Tidak nafsu makan 4. Lidah dan mukosa bibir kering 5. Turgor kulit tidak elastis 6. Urine sedikit dan pekat 7. Lemah dan kelelahan



E. PATOFISIOLOGI Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke labium atau skrotum. Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.



F. PATHWAY Gangguan pencernaan: apendisitis, pankreasitis



Makanan tidak teratur



Masa keras fesses



Kerja fisik yang keras



Konstipasi



Edema



Diapesis bakteri Ulserasi mukosa



Kelemahan fisik



Intoleransi aktivitas



Nyeri abdomen pada kuadran kanan bawah



Nyeri



Spasme abdomen



Distensi abdomen



Menekan gaster



Peningkatan produksi HCL Hipovolemi



Mual muntah



Nafsu makan berkurang



Resiko defisit nutrisi



G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.



Pemeriksaan fisik



2.



Pemeriksaan DL



3.



Amilase: Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik pankreatitis.



4.



β-HCG (serum): Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat daripada dalam urine)



5.



Gas darah arteri: Asidosis metabolik (iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)



6.



Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih



7.



EKG:Infark miokard



8.



Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia



9.



Rotgen Abdomen: Usus iskemik (dilatasi,usus yang edema dan menebal), Pankreatitis (pelebaran jejunum bagian atas ’sentimel), Kolangitis (udara dalam cababg bilier), Kolitis akut (Kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran menghilang), obstruksi akut (Usus mengalami dilatasi, tanda ’string of pearl’) Batu Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )



10. Ultrasonografi 11. CT scan: merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan



laparotomi



dan



diagnosis belum pasti, pankreatitis, trauma hati / limpa / mesenterium, divertikulitis, aneurisma 12.



IVU (urografi intravena) : batu ginjal, obtruksi saluran ginjal



H. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan Keperawatan a) Monitor gejala cardinal / tanda – tanda vital b) Kaji adanya infeksi atau peradangan disekitar nyeri c) Beri rasa aman d) Sentuhan therapeutic Teori ini mengatkan bahwa individu yang sehat mempunyai keimbangan enery antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energy dengan memberikan sentuhan pada pasien diharapkan ada transfer energy e) Akupressure Pemberian tekanan pada pusat – pusat nyeri f) Gulded imagery



Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal – hal yang menyenangkan. Tindakan ini memelukan suasana dan ruangan yang terang serta konsentrasi dari pasien g) Distraksi Mengalihkan



perhatian terhadap nyeri efektif untuk nyeri ringan



sampai sedang. Distraksi visual seperi melihat TV atau pertandingan bola, distraksi



audio



(mendengarkan



music),



distraksi



sentuhan



massage



( memegang mainan ), distraksi intektual ( merangkai puzzle ) h) Anticipatory guidance Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri i) Hipnotis Membantu persepsi nyeri melalui pengarruh sugesti positif j) Biofeedback Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisologis dan cara untuk melatih control volunteer terhadap respon. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara memasang elektroda pada pelipis 2. Penatalaksanaan Medis a) Pemberian analgesik Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan jalanmendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektifdiberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yakni asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll b) Plasebo Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien. I. KOMPLIKASI Komplikasi yang dari abdominal pain adalah (Nurarif, 2015) 1. Perporasi gastroinstetinal 2. Obstruksi gastrointestinal



ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, dan status perkawinan. 2. Status kesehatan saat ini Meliputi keluhan saat masuk rumah sakit dan keluhan utama saat ini. 3. Kebutuhan Dasar Khusus a. Pola nutrisi Nafsu makan, kehilangan rata-rata berat badan. b. Pola eliminasi/sistem urogenital Konstipasi , tidak mampu berkemih, retensi urine, proteinuria,diuresis c. Pola personal Hygiene Bagaimana frekuensi personal hygien klien, seperti mandi, pral hygiene, maupun cuci rambut. d. Pola istirahat dan tidur Kurang tidur, mengantuk e. Pola Aktivitas dan latihan Terganggu karena nyeri f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun ketergantungan obat. g. Seksualitas / reproduksi Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri h. Peran Perubahan peran sebagai ibu i. Persepsi diri / konsep diri Penilaian citra tubuh terganggu 4. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum 1) GCS 2) Tingkat Kesadaran 3) Tanda-tanda Vital Jam I : tiap 15 menit, Jam II : tiap 30 menit, Jam III : tiap 4 jam, Setelah 24 jam : 8 jam 4) Berat badan 5) Tinggi badan b. Head to toe I) Kepala Memeriksakan apakah terjadi edema pada wajah 2) Wajah Memeriksakan apakah kongjungtiva pucat, apakah skelera ikterus.



3) Leher Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah ada kelenjar tiroid membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jungularis. 4) Thoraks 5) Jantung 6) Volume darah Normal atau menurun karena kehilangan darah. 7) Abdomen Memeriksakan bising usus pada empat kuadran, memeriksakan fundus uteri,konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis 2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan 3. Hipovolemi b.d kehiangan cairan aktif 4. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat / cairan 5. Resiko defisit nutrisi



C. INTERVENSI KEPERAWATAN No 1.



Diagnosa Keperawatan (SDKI) Nyeri akut



Luaran (SLKI) Setelah



Intervensi (SIKI)



dilakukan



tindakan



Manajemen Nyeri (I.08238)



keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi diharapkan



tingkat



dengan kriteria hasil:



nyeri



menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan skala nyeri



- Keluhan nyeri menurun



- Identifikasi respon nyeri non verbal



- Meringis menurun



- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri



- Sikap protektif menurun



- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah



- Gelisah menurun - Kesulitan tidur menurun - Frekuensi nadi membaik



diberikan - Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. terapi musik, terapi pijat, aroma terapi, kompres hangat/dingin) - Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) - Fasilitasi istirahat dan tidur - Pertimbangkan jenis & sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi



- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri - Jelaskan strategi meredakan nyeri - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 2.



Intoleransi aktivitas



Setelah



dilakukan



tindakan



keperawatan Manajemen Energi (I. 05178)



kurang lebih 3 x 24 jam diharapkan nyeri Observasi menurun, dengan kriteri hasil (L.05047) :



-



Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan



-



Frekuensi nadi membaik



kelelahan



-



Memudahkan dalam aktivitas



-



Monitor kelelahan fisik dan emosional



-



Perasaan lemah menurun



-



Monitor pola dan jam tidur



-



Frekuensi nafas membaik



-



Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas



Terapeutik - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan) - Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif - Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan - Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat



berpindah atau berjalan Edukasi -



Anjurkan tirah baring



-



Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap



-



Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang



-



Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan



Kolaborasi -



Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



3.



Hipovolemi



Setelah



dilakukan



tindakan



keperawatan Manajemen Hipolovemia (L.03116)



kurang lebih 3 x 24 jam diharapkan status Observasi: status cairan membaik dengan kriteria hasil:



- Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. Frekuensi nadi



- Turgor kulit meningkat



meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,



- Output urine meningkat



tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane



- Kekuatan nadi meningkat



mukosa



- Fruekuensi nadi membaik



meningkat, haus, lemah)



kering,



volume



urin



- Tekanan darah membaik



- Monitor intake dan output cairan



- Tekanan nadi membaik



Teurapetik:



- Membrane mukosa membaik



- Hitung kebutuhan cairan



menurun,



- Berikan posisi modified Trendelenbug



hematocrit



- Suhu tubuh membaik



- Berikan asupan cairan oral



- Keluhan haus menurun



Edukasi:



- Mata cekung membaik



- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral - Anjurkan menghindari peubahan posisi mendadak - Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL) - Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) - Kolaborasi



pemberian



cairan



koloid



(mis.



Albumin,



Plasmanate) - Kolaborasi pemberian produk darah 4.



Konstipasi



Setelah



dilakukan



tindakan



keperawatan Manajemen Konstipasi kurang lebih 3 x 24 jam diharapkan eliminasi Observasi: - Periksa tanda dan gejala fekal membaik: - Periksa pergerakan usus, karakteristik feses - Keluhan defekasi lama dan sulit menurun - Distensi abdomen menurun - Konsistensi feses membaik - Frekuensi defekasi membaik



- Identifikasi faktor risiko konstipasi



Edukasi - Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan - Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi - Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi Terapeutik:



- Anjurkan diet tinggi serat - Lakukan masase abdomen, jika perlu - Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu - Berikan enema atau irigasi, jika perlu Kolaborasi - Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA



Fauci, Antoni, dkk. 2018. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New York. Mcgrawhill companies. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg MedClin North Am 19:123-136, 2011. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2016. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia