Acara 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM



PEMBIBITAN TANAMAN PADI



Oleh: Golongan A/Kelompok 4 1. Vindri Vanisa



(191510501059)



2. Intan Hadiatun Maghfirah



(191510501070)



3. Vianrey Rifqi K. P.



(191510601055)



4. Bima Galang R. A.



(191510601057)



5. Iftitakhul Mufariyah



(191510901006)



6. Martupa Heldianita S.



(191510901012)



LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2020



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu jenis kegiatan produksi yang bertumpu pada proses pemanfaatan dari pertumbuhan tumbuhan dan hewan yang ada di alam. Pertanian dalam arti sempit disebut juga pertanian rakyat atau suatu sistem pertanian untuk memenuhi kebutuhan makanan pangan dalam negeri yang dikelola oleh rakyat pada lahan/tanah garapan seseorang, sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dengan beberapa subsektor seperti: kehutananan, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan (Soetriono dan Anik, 2016). Menurut Warman dkk., (2017), tanaman pangan merupakan salah satu subsektor pertanian yang menjadi sumber utama karbohidrat yang menyebabkan tanaman pangan menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Tanaman pangan dapat menjadi subsektor unggulan diberbagai daerah di Indonesia sesuai dengan peta zona agroekologi wilayah tersebut. Tanaman pangan dibagi menjadi dua komoditas, yaitu: komoditas padi dan komoditas palawija. Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar terutama di daerah perdesaan yang memiliki banyak manfaat bagi para petani dan masyarakat Indonesia. Komoditas padi ini memiliki banyak varietas yang salah satunya adalah varietas Ciherang. Tanaman padi yang kemudian akan diproduksi menjadi beras sebagai makanan pokok oleh masyarakat Indonesia dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan cara tanam para petani yang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kondisi tanaman padi dapat dipantau secara cepat dari udara dengan menggunakan alat berupa drone (Cahyono dkk., 2018). Menurut Zulfikar dkk., (2019), pertanian saat ini belum melakukan pemilihan bibit padi berkualitas tinggi yang menyebabkan merosotnya kualitas hasil panen pada Balai Pertanian Pasar Miring. Pertanian membutuhkan perancangan sistem pakar yang dimulai dengan menganalisis tujuan yang dapat memahami kebutuhan pengguna. Penentuan kualitas bibit padi terdiri dari empat



kriteria, yaitu: kultur cuaca, produksi, serangan hama, dan panen. Proses budidaya tanaman padi membutuhkan bibit padi dari benih unggul untuk peningkatan produksi pertanian. Peningkatan kualitas dan perawatan pada bibit padi menjadi faktor penting yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan perkembangan padi serta hasil gabah. Budidaya tanaman padi dengan menggunakan metode konvensional untuk menanam benih membutuhkan ruang yang cukup besar dan waktu 24 jam bibit padi yang akan dipindahkan ke lahan adalah bibit padi yang memiliki kualitas baik dari segi fisik dan ukuran seragam (Wayayok et al., 2017). Benih yang akan tumbuh menjadi bibit dapat terinfeksi oleh beberapa patogen jamur dari lingkungan. Beberapa spesies Fusarium, Pythium dan jamur air lainnya dapat menyebabkan pembusukan benih selama perkecambahan. Penyakit yang disebabkan oleh fusarium pada bibit juga sangat umum dan secara signifikan mempengaruhi bibit pada masa perkembangannya. Bibit yang diserang oleh jamur dapat menyebabkan timbulnya bercak coklat pada daun dan menyebabkan bibit menjadi layu (Verma et al., 2018) 1.2 Tujuan Praktikum 1.



Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasar konsentrasi larutan uji.



2.



Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode pembibitan basah.



BAHAN & METODE



2.1 Alat 1. Timba Kecil 2. Timba Besar 3. Timbangan 4. Gelas Plastik 3 5. Ajir 6. AlatTulis



2.2 Bahan 1. Benih Padi 2. Pupuk ZA 3. Air Bersih 4. Jerami 2.3 Metode 1. Menentukan MutuBenih a. Buatlah larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume benih yang akandiuji. b. Masukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji ke dalam larutan sambil diaduk secaramerata. c. Ambil benih padi yang mengapung kemudian timbang dan catatberatnya. d. Buanglah secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih padi yang tenggelam pada dasar timba. Timbang dan catatberatnya. e. Cucilah benih padi yang telah lolos uji dengan air bersih, kemudian rendam benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24jam.



f. Tiriskan benih padi yang sudah direndam dan benih padi siap untuk ditabur ke pesemaian. 2. Pembibitan Padi Secara Basah a. Siapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan baku teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi 20 cm lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondislahan. b. Taburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai yang basah tetapi tidak menggenang. Bila dikhawatirkan masih ada hujan tutup permukaan media semai menggunakan potongan jerami setebal satulapisan. c. Jaga kondisi air selama berlangsungnya kegiatan pembibitan dan lakukan kegiatan pemeliharaan lain sesuai dengan baku teknis yang telahditetapkan. d. Cabutlah bibit setelah berumur 21 hari dan ikat setiap kumpulan bibit sampai bibit siap diangkut dan ditanam di arealtana



HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1



Hasil



1



LEMBAR KERJA PRAKTIKUM



Pembibitan Tanaman Padi Menentukan Mutu Benih



Uraian Berat Benih yang Mengapung Berat Benih yang Tenggelam



Hasil Pengamatan



Keterangan



Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan jumlah biji yang mengapung ada 86 biji. Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan jumlah biji yang tenggelan ada



1804 biji. Persentase Benih Berdasarkan pengamatan presentase benih yang baik ada 95,45% Baik



Pembibitan Tanaman Padi Uraian Varietas



Hasil Pengamatan Ciherang



Tanggal Sebar



Saptu, 14 Maret 2020



Tanggal Tanam



-



Keterangan



PEKERJAAN PEMBIBITAN TANAMAN PADI 1



Penyiapan Benih



1



1



Tahap pekerjaan: 1. Menetukan kondisi lahan yang akan di tanami, untuk menentukan varietas benih yang akan di gunakan. Bila lahan dalam kondisi tergenang maka varietas yang cocok ialah Padi Ciherang dan untuk lahan yang cenderung kering varietas yang sesuai ialah Padi Gogo. 2. Menentukan pola tanamn yang akan di lakukan untuk menentukan jumlah/berat bibit yang akan di gunakan. 3. Melakukan uji benih, yakni tahapan uji kering dan juga uji bernas tidaknya benih. 4. Merendam biji dengan air selama 1x24 jam, dengan tujuan untuk memecah masa



2



dorman pada biji sehingga biji lebih cepat tumbuh. Pengamatan hasil: 1. Melakukan serangkaiaan uji yang meliputi warna biji, biji bercak, ada tidaknya kotoran, jamur di permukaan biji, sklerotia, dan bernas tidaknya biji. Yang mana semua pengujian dilakukan secara visual langsung, kecuali untuk bernas tidaknya biji di lakukan dengan cara merendam biji dengan air yang cukup banyak hingga di dapatkan biji yang mengapung.



3



2



Keterangan:



Pembuatan Bedengan Pembibitan



1



Tahap pekerjaan: 1. Mengolah lahan persemaiaan denagn cara di bajak dan di garu sebanyak 2-3 kali, atau hingga tanah melumpur sedalam 20-30 cm. 2. Membuat bedengan dengan ketinggian 10-15 cm dengan lebar 100-150 cm, dengan panjang yang menyesuaikan dengan kondisi lahan yang ada. 3. Membuat saluran drainase di sekeliling bedengan. 4. Membuat pematang yang akan memisahkan lahan persemaian dengan lahan penanaman.



2



Pengamatan hasil: 1. Ukuran panjang dan tinggi bedengan telah sesuai dengan ketentuan yang ada. 2. Saluran drainase dan pematang sudah baik, sehingga air yang ada di lahan penaman tidak masuk dalam lahan persemaiaan dan menggenangi bedengan. 3. Banyak seresah baik dari batang rumput maupun sisa tanaman yang sebelumnya. 4. Banyak keong yang amsih ada pada areal persemaiaan khususnya pada bedengan.



3



3



Keterangan:



Penyebaran Benih 1



Tahap pekerjaan: 1. Menaburkan benih dengan cara menyamping secara merata keseluryh bedengan dan pastikan benih tidak saling menumpuk.



2



Pengamatan hasil: 1. Penebaran benih dilakuan dengan tidak baik dan benar ini di buktikan dengan masih ada beberapa bagian pada bedengan yang belom terisi dengan benih, khususnya pada bagian tepi-tepi bedengan.



3



Keterangan: Terlampir



4



Pemeliharaan Pembibitan/ Penutupan Jerami 1



Tahap pekerjaan: 1. Menutupi seluruh permukaan bedengan yang sudah di tebar benih dengan mengguanakan jerami setebal satu lapisan. 2. Menutup kembali bagian yang belum tertutup dengan sempurna, hingga pastikan semua bagian bedengan tertutup sempurna.



2



Pengamatan hasil: 1. Penutupan bedengan menggunakan jerami masih belum di lakukan dengan baik, karena masih ada beberapa bagian bedengan yang terbuka sehingga masih kelihatan benihnya.



3



5



Keterangan:



Pencabutan dan Pemindahan Bibit 1



Tahap pekerjaan: 1. Menentukan pola tanam yang akan di lakukan untuk menentukan usia bibit yang akan di cabut. Untuk system sri bibit di cabut pad usia 11-15 hari dan untuk



system konvensional bibit di cabut pada usia 21 hari, pencabutan dilakukan satu hari sebelum masa tanam. 2. Mencabut bibit dengan memegang bagian pangkal batang lalu menariknya. Pencabutan di lakukan deangan jumlah satu genggam hingga semua bibit selesai di cabut.



3. Mengikat bibit bila jumlahnya sudah agak banyak menggunakan tali dari bilah bambo. Dengan tujuan memudahkan dalam pemindahannya. 4. Memindahkan bibit ke lahan penanaman dengan memposisikan benih rata ke seluruh bagian lahan. 2



Pengamatan hasil: 1. Bibit yang di cabut satu hari sebelum masa tanam tetap segar dan dalam kondisi yang baik. 2. Bibit dapat langsung di tanam, namun apabila ukurannya terlalu panjang bagian ujungnya di potong.



3



Keterangan;



4.2



Pembahasan



4.2.1 Penyiapan Benih Waktu pertama pembibitan harus di perhatikan dan di pertimbangkan kesiapan area yang akan di tanami. Dengan cara menghitung mundur dari tanggal tanam dikurangi umur bibit siap di pindah tanam.waktu mulai pembibitan sangat penting untuk diperhatikan karena agar dapat tumbuh dengan baik, bibit padi harus dipindah pada umur tertentu sehingga bibit tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Meningkatkan hasil tanaman padi dapat dilakukan dengan pemindahan umur bibit padi yang tepat agar bibit padi beradaptasi dengan baik dan hasil yang optimal (Widiana dkk, 2017). Menentukan mutu benih merupakan hal yang penting. Mutu benih merupakan dasar bagi produktifitas pertanian yang baik. Kualitas benih di tentukan dalam proses perkembangan benih. Pada pengamatan menentukan mutu benih, dari 100 biji benih yang direndam air terdapat 11 biji yang mengapung di permukaan air. Terdapat 89 biji padi yang di rendam air terdapat 89 biji yang tenggelam. Jadi, terdapat 89% biji yang berkualitas baik. Varietas bibit yang di gunakan adalah varietas mekongga. Karena varietas mekongga adaalah vairetasdi anggap bisa menahan serangan hama dan penyakit. Pada persiapan penyiapan benih untuk mendapatkan keseagaman pertumbuhan tanaman baik jumlah maupun mutu hasil, perlu di pergunakan benih yang unggul. Tingkat benih yang unggul yang di gunakan bergantung pada sasaran hasil yang ingin di capai. Benih yang unggul perlu pengujian terlebih dahulu, benih padi di katakan memenuhi syarat uji bila benih telah lolos uji seleksi kering yakni melalui warna biji, bercak pada biji, ada tidaknya otoran, ada tidaknya jamur pada permukaan biji dan sklerotia. Selain itu ada juga uji bernas tidaknya biji yang di lakukan dengan cara menenggelamkan biji pada waadah yang telah terisi air, biji yang baik adalah biji yang berada pad bagian bawah wadah dan tidak mengapung. Tahap pekerjaan pada proses penyiapan benih yaitu menyiapkan benih yang akan di semai. Untuk melakukan pengujian tersebut diambil 1890 biji sebagai sampel pengujian bernas atau tidak bernasnya, dari hasil pengujian tersebut terdapat 86 biji yang mengapung (4,55%) dan 1804 biji yang tenggelam (95,45%). Dari warna biji terdapat 17 biji yang berwarna coklat



kehitaman (0,89%) dan 1873 yang bewarna kuning kecoklatan (99,11%). Tidak terdapat kotoran yang tercampur dalam biji sebesar 0,74%, terdapat jamur pada permukaan biji sebanyak 7 biji (0,37%), terdapat sklerotia sejumlah 5 biji (0,26%). Dari pengujian yang telah di lakuakan di dapati 1804 biji (95,45%) dalam kondisi yang baik dan 86 lainnya (4,55%) tidak layak dijadikan sebagai benih. 4.2.2



Pembuatan Bedenagan Pembibitan Tanah persemaian harus di garap kurang lebih 3-7 hati sebelum menyebar



benih. Ada 2 sistem pemibitan padi yaitu, persemian basah dan persemian kering. Cara penyiapan lahan persemian juga berbeda. Dalam persemian basah, tanah sawah yang dipilih harus benar-benar subur, rumput, jerami, dan hama seperti keong mas yang tertinggal harus di bersihkan terlebih dahulu lalu sawah di genangi oleh air dengan tujuan agar tanah menjadi lunak, rumput yang tumbuh menjadi mati dan memusnahkan berbagai macam serangga yang dapat merusak bibit. Kemudian jika tanah sudah cukup lunak tanah dibajak dan di garu 2-3 kali agar tanah menjadi halus/melumpur, setelah itu dibuat bedengan dengan tinggi 10-15 cm, lebar 100-150 cn, dan panjangnnya menyesuaikan dengan lahan yang ada. Setelah itu di buat saluran drainase yang terdapat diantaar bedenganbedengan., dapun tujuan dari pembuatan drainase sendiri ialah agar memuadahkan keluarnya air dari lahan persemaiaan jika sewaktu-waktu ada hujan. 4.2.3



Penyebaran Benih dan Jerami Untuk memperoleh bibit yang seragam dan tumbuh dengan baik maka



perlu di perhatikan dalam cara penyebarannya. Kesalahan dalam penaberan benih akan mengakibatkan tidak merata pada saat penyebaran mengakibatkan kerapatan bibit di bedengan sehingga pertumbuhan bibit menjadi kurang seragam. Keridakseragaman bibit juga berdampak pada pertumbuhan dilahan dan selanjunta akan menyebabkan penurunan hasil dan mutu padi yang di peroleh. Pada musim penghujan, benih yang sudah ditabur di bedengan pada permukaan bedengan sebiknya ditaburi dengan potyongan jerami guna menghindari benturan air hujan yang berlebihan. Karena benih yang terbentur dengan air hujan menjadi



berserakan sehingga benih menjadi menggerombol sehingga kerapatan benih menjadi kurang seragam. Cara penyebaran benih yaitu denganmenyiapkan benih pada gelas untuk di sebar. Setelah di bedengan benih tersebut di sebarkan secara merata sampai ke ujung bedengan. 4.2.4 Pemeliharaan Pembibitan Pada proses pemeliharaan hal yang paling penting dan utama dalam pemelihara bibit padi adalah menjaga kecukupan air dan mencegah terjadinya kerusakan bibit terutama oleh ganguan hama dan penyakit. Pada pemeliharaan H+7 terdapat hama keong di sekitar lahan pembibitan. Selain hama keong juga terdapat gulma di sekitar. Pada bagian tengah lahan pembibitan terdapat benih yang tidak tumbuh karena kebanyakan air. Pada keseluruhan pembibitan,saluran air tidak dapat mengairi dengan merata. Karena adanya lahan yang kelebihan dan kekurangan air. Pada pemeliharaan h+14 hasil pengamatan tetepa sama dengan pemeliharaan h+7 masih terdapat hama keong dan gulma. Juga bagian tengah lahan terdapat benih yang tidak tumbuh di karenakan banyak genangan air. Pada keseluruhan lahan pembibitan saluran air tidak dpaat mengalir dengan merata karena adanya lahan yang kelebihan air dan kekurangan air. Menurut Suryanto (2010), Usaha pengendalian OPT seharusnya dilakukan secara terpadu dengan usaha-usaha produksi seperti penggunaan bibit yang unggul, saluran pengairan, proses penyemaian, teknik budidaya, dan pemilihan varietas. Pengendalian secara terpadu diharapkan dapat memberikan kemungkinan keberhasilan dalam suatu usaha budidaya tanaman. Untuk mengendalikan OPT, pemerintah telah menganjurkan para petani untuk menggunakan sistem pengendalian hama terpatu. Dalam sistem tersebut diterapkan berbagai cara pengendalian OPT secara alami. Untuk pengendalian hama keong emas dapat dilakukan dengan mengambilnya satu persatu dengan tangan dan membuangnya ketempat yang bukan termasuk lahan pembibitan. Sedangkan untuk gulma yang ada dilahan pembibitan dapat dilakukan pencabutan secara manual sebagai cara untuk pengendaliannya. 4.2.4



Pencabutan dan Pemindahan Bibit



Pencabutan bibit dilakukan berdasarkan pola tanam yang akan di lakukan selanjutnya, hal ini berkaitan dengan usia bibit saat pencabutan. Dalam penanaman padi sendiri terdapat dua pola tanam yaitu sistem Sri dan juga sistem konvensioanal, untuk system sri sendiri pencabautan bibit di lakukan pada saat usia 10-15 hari, dengan tujuan agar bibit nanti setelah di tanam mengalami pertumbuhan vegetative yang baik sehingga menghasilkan banyak anakan, namaun bibit pada usia muda cenderung rentan akan suhu dan juga serangan hama serta penyakit. Untuk system konvensional dilakukan pencabutan pada saat bibit berusia 21 hari. Bibit yang telah di cabut kemudian akan di kumpulkan dan di ikat dengan menggunakan tali dari bambu guna memudahkan dalam proses pengangkutan dan juga pembagiaan saat di lahan penanaman. Jika ukuran bibit terlali panjang maka bagian ujung daun akan di potong supaya saat di tanam bibit tidak mudah roboh dan mengurangi tranpirasi yang berlebih yang akan dapat mengakibatkan kematian bibit, selain itu supaya benih jadi lebih mudah untuk beradaptasi



DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B. E., Agung, T. N., dan Jamal, H. 2018. Karakteristik Time Series Reflektansi Tanaman Padi Varietas Ciherang dengan Analisis RGB Citra Fotografi. Jurnal Fisika Flux. 15(1): 59-65. Prayoga, M. K., Neni, R., Tualar, S., Mieke, R. S., Silke, S., dan Kustiwa, A. 2018. Growth of Rice (Oryza Sativa) Varieties: Mendawak, Inpari 34, Ciherang, and Bangir in Ciganjeng Village, Pangandaran District. Journal Biodjati. 3(2): 126-133. Soetriono dan Anik S. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Intermedia. Suryanto, W. A. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Masalah dan Solusi. Yogyakarta: Kanisius.



Verma, S. K., Kathryn, L. K., Marshall, S. B., Kurt, P. K., dan James, F.W. 2018. Fungal Disease Prevention in Seedlings of Rice (Oryza sativa) and Other Grasses by Growth-Promoting Seed-Associated Endophytic Bacteria from Invasive Phragmites Australis. Journal Microorganisms. 6(1): 1-13. Warman, M. I. dan Wenda, H. 2017. Case-Based Reasoning (CBR) pada Sistem Pakar Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Singkong dalam Usaha Meningkatkan Produktivitas Tanaman Pangan. Jurnal Teknoif. 5(1): 41-47. Wayayok, A., Umar, M., Usman, B. Z., dan Mohd, S. 2017. Comparative Study on the Performance of Rice Seedlings Raised by Single Seedling Nursery Tray Method and Conventional System. American Journal of Plant Biology. 2(1): 1-4. Widiana, A. N., S. Y. Tyasmoro dan T. Islami. 2017. Kajian Umur Transplanting Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Berbagai Varietas Padi (Oryza Sativa L.). Jurnal ProduksiTanaman. 5(6):. 1023-1028 Zulfikar, M. dan Hasanul, F. 2019. Penerapan Sistem Pendukung Keputusan Dengan Metode Naïve Bayes Dalam Menentukan Kualitas Bibit Padi Unggul Pada Balai Pertanian Pasar Miring. Jurnal Nasional Komputasi dan Teknologi Informasi. 2(2): 159-165.



LAMPIRAN