Acara 4 Penampang Melintang & Kemiringan Lereng [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM ACARA 4 PENAMPANG MELINTANG & KEMIRINGAN LERENG Nama NIM Kelas



: Zein Zidan Azzahmi : 21405241045 : Praktikum A2, Pendidikan Geografi 2021



A. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa memahami konsep intepretasi topografi berdasarkan peta kontur. 2. Mahasiswa mampu merepresentasikan topografi melalui penggambaran profil melintang. 3. Mahasiswa mampu menghitung kemiringan lereng berdasarkan data kontur ketinggian. B. Alat dan Bahan 1. Peta kontur 1:25.000 2. Kertas HV 3. Pensil 4. Penghapus 5. Penggaris 6. Kalkulator C. Langkah Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan seperti peta kontur 1:25.000, kertas HVS, pensil, pengghapus, penggaris, dan kalkulator. 2. Membuat titik memanjang (misal A ke B) di peta kontur dengan memotong garis kontur secara tegak lurus. 3. Memindahkan garis memanjang titik A ke B dari peta kontur ke kertas HVS beserta interval tiap ketinggian kontur yang dilaluinya sebagai sumbu X (skala horizontal). 4. Membuat skala vertikal (sumbu X) dengan bantuan persamaan rumus VE untuk menemukan interval dari skala vertikalnya. Dibagian bawah sumbu Y yang dekat dengan titik minimum di sumbu Y, diberi tanda seperti zigzag yang menunjukkan tidak dimulai dari 0. 5. Memploting antara interval ketinggian kontur pada sumbu X dengan interval pada sumbu Y untuk ditemukan titik temunya. 6. Menarik garis dari titik pertemuan yang ada dan membentuk sebuah profil. 7. Menghitung kemiringan lereng titik A ke B dalam satuan persen dan derajat.



1|Lab



Geospasial,



FIS



UNY,



2022



UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI D. Hasil dan Pembahasan a. Hasil Terlampir b. Pembahasan Profil merupakan salah satu kajian yang tidak bisa terlepas dari pembahasan terkait relief dan garis kontur. Relief suatu muka bumi dapat diintepretasi oleh makna yang diperoleh dari konfigurasi kontur yang tersaji pada peta kontur. Gambaran kasar-halusnya suatu relief permukaan bumi juga dapat dilihat dari keadaan konturnya pada peta kontur. Selain dengan memberikan kesan topografi pada kontur untuk mengintepretasi relief seperti pada praktikum sebelumnya, relief juga dapat diintepretasi dengan gambaran 2 D melalui pembuatan profil pada titik tertentu. Sebuah profil dapat memberikan gambaran paling mudah dibayangkan akan ekspresi dari sepanjang kemiringan garis atau titik memanjang yang telah ditentukan (Raisz, 1948). Profil dikenal juga dengan sebutan penampang. Penampang itu sendiri dibagi menjadi dua, ada penampang memanjang (profil horizontal) dan penampang melintang (profil vertikal). Penampang memanjang (profil horizontal) adalah irisan tegak pada lapangan dengan mengukur beda tinggi dan jarak dari titik-titik yang telah ditentukan sebelumnya di permukaan bumi. Profil horizontal ini digunakan ketika akan melakukan pengukuran yang jaraknya jauh, bersifat bertahap, skala vertikal yang digunakan berbeda dengan skala horizontalnya karena panjangnya yang besar, dan pengukurannya sama dengan pengukuran berantai. Profil ini biasanya digunakan ketika membuat trace untuk jalur kereta api. jalan raya, saluran air pipa air minum, dsb. (Bagus dkk., 2015). Sementara itu penampang melintang (profil vertikal) adalah profil yang dapat menunjukkan variasi karakter bentuk medan yang disajikan secara vertikal (Setyowati dkk., 2018). Profil vertikal merupakan profil yang lebih serung digunakan karena cenderung lebih mudah daripada profil memanjang. Pada praktikum kali ini, teknik pembuatan profil yang digunakan adalah profil vertikal. Penulis membuat suatu titik memanjang pada peta kontur berskala 1:25.000 yang ujungnya yakni titik A berada di ketinggian 500 meter dan titik B berada di ketinggian 737,5 meter. Titik A dan B dihubungkan garis yang akan diketahui profilnya. Profil dari titik A ke B dibuat dengan membuat grafik yang mana sumbu X merupakan skala horizontal dari peta kontur yang diwakili titik-titik ketinggian kontur yang dilalui oleh garis sedangkan sumbu Y nya merupakan skala vertikal yang dicari dengan bantuan perhitungan persamaan VE (vertical exaggeration). VE (vertical exaggeration) merupakan tingkatan angka tertentu yang digunakan untuk mengetahui kontras dari lengkungan profil sehingga dapat digunakan untuk kepentingan tertentu seperti memperjelas perbedaan morfologi, dsb. (Raharja dkk., 2020). Hasil dari skala vertikal dijadikan ke satuan meter sama dengan satuan dari skala horizontal, sebagai contoh hasil dari perhitungan skala horizontal penulis adalah sebesar 50 meter maka jarak interval dari titik-titik di sumbu Y dibuat 1 cm dengan selisih antar titik sebesar 50 meter. Setelah itu dapat memploting titik pada sumbu X dan sumbu Y untuk dicari titik temunya yang jika ditarik garis dari rangkaian titik 2|Lab



Geospasial,



FIS



UNY,



2022



UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI tersebut akan menghasilkan profil dari titik A ke B. Hasil profil vertikal titik A ke B menunjukkan bentukan lereng yang cukup curam dari ketinggian 500 meter ke 737,5 meter. Setelah profil selesai dibuat maka langkah selanjutnya adalah menghitung kemiringan dari titik A ke titik B. Kemiringan lereng dapat diketahui dari derajat atau persentase kemiringan dari lereng tersebut. Oleh karena itu kemiringan lereng dapat dinyatakan dalam satuan persen maupun derajat. Definisi dari kemiringan lereng itu sendiri adalah sudut yang dibentuk dari perbedaan tinggi suatu relief, yakni bidang datar tanah dengan bidang horizontal (Syafri dkk., 2015). Jika di lapangan, kemiringan lereng dapat diukur dengan bantuan beberapa instrumen seperti klinometer, theodolit, dsb. Pada peta kontur, kemiringan lereng dari suatu titik perpanjangan yang dipilih dapat diukur dengan rumus kemiringan lereng yang dinyatakan dalam bentuk persen yakni dengan hasil pembagian antara selisih ketinggian dan selisih jarak horizontal dikalikan seratus. Selain itu juga dapat dinyatakan dalam bentuk derajat dengan menghitung inverse tan (arctan) dari pembagian selisih ketinggian dengan selisij jarak horizontal. Dari perhitungan yang telah dilakukan saat praktikum, diperoleh kemiringan lereng titik A ke B adalah sebesar 16,37 % dalam persentase dan 9,30 ̊ dalam derajat. Menurut Syafri dkk. (2015), Kemiringan 16,37 % berada pada kelas kemiringan 15-25 % yang menunjukkan lereng yang agak curam.sedangkan menurut Lihawa (2009) kemiringan 16,37 % berada pada kelas kemiringan 14-20 % yang menunjukkan lereng dengan curam menengah. Daerah dengan kemiringan lereng agak curam atau curam menengah biasanya digunakan daerah pertanian dan perkebunan dengan penerapan teras guludan dan bangku yang biasanya digunakan pada lereng yang memiliki kemiringan 10-30 %. Lahan dengan kemiringan agak curam atau curam menengah biasanya sudah terjadi tingkat erosi yang intensif karena salah satu faktor yang memengaruhi besar laju erosi adalah faktor panjang dan kemiringan lereng. Semakin panjang dan besar kemiringan suatu lereng maka semakin besar potensi laju erosinya. E. Daftar Pustaka Bagus, D., Awaluddin, M., & Sasmito, B. (2015). Analisis pengukuran penampang memanjang dan penampang melintang dengan GNSS metode RTK-NTRIP. Jurnal Geodesi Undip, 4(2), 43-50. Lihawa, F. (2009). Pendekatan geomorfologi dalam survei kejadian erosi. Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5). Raharja, B., Setianto, A., & Titisari, A. D. (2020). Ekstraksi Informasi Dari DEM SRTM Untuk Pemetaan Struktur Geologi Studi Kasus: Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Geomine, 8(2), 80-95. Raisz, E. (1948). General cartography. Mc Graw Hill Book Company, Inc.



3|Lab



Geospasial,



FIS



UNY,



2022



UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI Setyowati, H. A., Nurani, R., & Santosa, S. H. M. B. (2018). Studi pendahuluan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk analisis medan skala tinjau di sebagian Provinsi Sumatera Selatan. Geomatika, 24(2), 107-116. Syafri, S. H. (2015). Identifikasi Kemiringan Lereng Di Kawasan Permukiman Kota Manado Berbasis SIG. Spasial, 1(1), 70-79. F. Lampiran



4|Lab



Geospasial,



FIS



UNY,



2022