Acc TFSS Blok 1 Semoga Acc [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LABORATORIUM FARMASETIKA PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLIDA JURUSAN FARMASI



JURNAL FORMULA TFSS TABLET IBUPROFEN OLEH : KELOMPOK



Nama Mega Pratiwi Basir Adifa Salsabila Utami Salsabila Mooh Noor Arif Fikriani Magfirah Nurdin Ucyn Rahmiaty Lasmita Yunita Sari Erlin Muqra aziza s



: III (TIGA)



KELAS



:B



ASISTEN



: LEVANA VELENCIA TANRIONO



NIM



Tugas



G70119044



Preformulasi



G70119108



Preformulasi



G70119011



Formulasi



G70119056



Formulasi



G70119091



Formulasi



G70114069 G70119077 G70119112 G70118003 G70119041 G70118096



Kemasan Kemasan Kemasan Evaluasi Evaluasi Evaluasi



PALU 2021 I.



FORMULA ASLI Menurut (Anny, et all 2020) Ibuprofen Avicel



Nilai Dokumen



Nilai Diskusi



Lactose Talc Mg Stearate Starch Sodium Starch Glycolate Distilled Water II. RANCANGAN FORMULA Tiap-tiap 500 mg mengandung : Ibu profen Gelatin Amprotab Laktosa Mg stearate Aquadest



200 mg 47,5 mg 38,72 mg 191,9 mg 2,58 mg q.s



III. MASTER FORMULA Nama Produk Nama Pabrik Jumlah Produk Tanggal Formula Asli Tanggal Rencana produksi No. Registrasi No. Batch



No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Komposisi Ibuprofen Gelatin Amprotab Laktosa Mg stearate Aquadest



: Ibukudasi Profen : PT. BKK PHARMA : 10 tab : 23 september 2021 : 01 oktober 2021 : GTL2178932110A1 : 1109001



Fungsi Zat aktif Binders Desintegran Diluen Pelicin Pelarut



Jumlah perwadah 200 mg 47,5 mg 38,72 mg 191,9 mg 2,58 mg q.s



Jumlah perbatch 2000 mg 475 mg 387,2 mg 1919 mg 25,8 mg q.s



IV. DASAR FORMULASI IV.1 Alasan Pembuatan Sediaan 1. Tablet adalah bentuk sediaan padat satuan yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa eksipien yang sesuai. Ini adalah bentuk sediaan yang paling banyak digunakan (Sharma, et all. 2017). 2. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Tablet merupakan bentuk sediaan yang menguntungkan, karena masanya dapat dibuat secara masinel dan harganya murah. Tablet



takarannya tepat, dikemas secara baik, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan serta stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya dan mudah ditelan (Ambari, dkk. 2019). 3. Tablet adalah sediaan padat yang masing-masing mengandung dosis tunggal satu atau lebih zat aktif dan biasanya diperoleh dengan mengompresi volume partikel yang seragam (Jayan, et all. 2014). IV.2 Alasan pemilihan bahan aktif 1. Ibuprofen merupakan bahan aktif yang memiliki titik leleh rendah yaitu 75-78°C. Selain mempunyai titik leleh yang rendah, ibuprofen juga mempunyai sifat alir yang buruk, bulk density rendah, dan mengalami deformasi elastis pada saat pengempaan. Sifat-sifat ibuprofen ini sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk dicetak langsung karena tidak memiliki sifat alir dan kompaktibilitas yang baik, sehingga digunakan metode granulasi basah (Ambari, dkk. 2019). 2. Ibuprofen merupakan salah satu obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) yang merupakan antipiretik, analgesik aktif yang secara oral digunakan dalam pengobatan osteoarthritis, nyeri akut dan kronis, rheumatoid arthritis dan kondisi terkait. Digunakan untuk menghilangkan tanda dan gejala serta menghilangkan rasa sakit ringan hingga sedan. Dapat digunakan dalam kondisi nyeri dan peradangan kronis dan akut. Bisa juga digunakan untuk menutup duktus arteriosus paten pada bayi prematur. Dapat digunakan melalui mulut atau secara intravena. Ibuprofeni menunjukkan aksi dalam satu jam (Anny, et all 2020). 3. Ibuprofen adalah NSAID yang paling umum digunakan dan paling sering diresepkan. Ibuprofen adalah inhibitor non-selektif siklooksigenase-1 (COX-1) dan Siklooksigenase-2 (COX-2). Meskipun sifat anti-inflamasinya mungkin lebih lemah daripada beberapa NSAID lainnya, ibuprofen memiliki analgesik dan peran antipiretik yang menonjol dan ffeknya adalah tindakan penghambatan pada siklooksigenase, yang terlibat dalam sintesis prostaglandin (Samyuktha, et all. 2020).



IV.3 Alasan Pembuatan Tablet Ibu profen 1.



2.



Ibuprofen merupakan zat aktif yang sensitif terhadap panas dan kelembaban, itulah sebabnya dibuat tablet kompresi langsung atau granulasi kering. Ibuprofen dapat digunakan melalui oral atau dengan intravena, dan dapat menunjukkan aksi dalam sat jam. Bahan farmasi aktif (API) dan semua eksipien ditimbang secara akurat (Anny, et all 2020). Penggunaan obat dengan cara diminum atau oral menjadi pilihan pertama untuk mencapai efektifiitas terapi secara sistemik, dan sediaan yang banyak disenangi yaitu sediaan padat. Ibuprofen dipilih sebagai zat



3.



aktif karena ibuprofen salah satu obat analgetik-antipiretik yang banyak digunakan setelah paracetamol. Ibuprofen memiliki sifat tahan terhadap pemanasan dan memiliki daya alir yang kurang baik, oleh karena itu metode pembuatan tablet yang cocok adalah granulasi basah. Metode tersebut bisa meningkatkan sifat alir sehingga dapat dihasilkan granul yang baik dan mempermudah pada saat pencetakan tablet. Ibuprofen juga memiliki sifat kelarutan yang kurang baik terhadap air (Sholichah Rohmani, 2019). Di zaman modern ini, Ibuprofen merupakan salah satu golongan propionik dari golongan nonsteroid obat anti inflamasi (NSDAID). Hal ini sebagian besar diberikan secara oral dalam bentuk tablet dan topikal untuk meredakan nyeri akut dan demam. Obat ini kurang larut dalam media berair sehingga menyebabkan laju pembubaran dari bentuk sediaan padat yang tersedia saat ini terbatas. Hal ini menyebabkan bioavailabilitas yang buruk pada dosis setelah pemberian oral, sehingga meningkatkan risiko efek samping yang tidak diinginkan. Umumnya, untuk meningkatkan bioavailabilitas obat yang sukar larut, tablet diformulasikan sebagai kunyah untuk pemberian oral (Khalafalla, 2021).



IV.4 Alasan pemilihan kekuatan sediaan 1.



2.



3.



Ibuprofen diberikan 300, 400, 600, atau 800 mg tiga sampai empat kali sehari. Rentang maksimum per hari yaitu 1,2-1,3 g. untuk meredakan nyeri nyeri yang terjadi yang terjadi karena dismenore awal, dosis normal adalah 400 mg tiap 4 jam bila dibutuhkan. Untuk meredakan sakit dan nyeri ringan, dan untuk menurunkan demam, dosis standar adalah 200-400 mg tiap 4-6 jam sampai dosis maksimum 1,2 g/hari (Zuhairiah.2020). Pemberian dosis Ibuprofen peroral 200 mg dapat mempunyai efek analgetik 4-6 jam, sehingga pada waktu 3 jam setelah sirkumsisi ibuprofen masih bisa mengurangi intensitas nyeri ( Agussalim. A,dkk. 2019) Ibuprofen [(±)-2-(p-isobutilfenil) asam propionat) merupakan obat antiinflamasi nonsteroid yang sering digunakan. Ibuprofen memiliki waktu paruh biologis yang pendek yaitu lebih kurang dua jam sehingga perlu digunakan berulangkali dalam sehari. Dalam bentuk tablet, pada umumnya digunakan dengan dosis 200 mg sampai 800 mg, tiga sampai empat kali sehari. Hal ini yang menyebabkan ibuprofen sesuai untuk diformulasikan dalam sediaan lepas lambat. (Hadisoewignyo, L dan Fudholi, A. 2007)



IV.5 Alasan Pemilihan Bahan Tambahan (min. 3 pustaka tiap bahan) Gelatin 1. Gelatin adalah protein yang berasal dari tulang atau kulit hewan. gelatin dalam industri farmasi banyak digunakan sebagai bahan tambahan /



eksipien / bahan farmasetik, yang berfungsi sebagai bahan untuk membuat cangkang kapsul, bahan penstabil, pengemulsi, dan sebagai bahan pengikat tablet (Anna Priangani Roswiem, 2018). 2. Gelatin sebagai bahan pengikat yaitu dapat digunakan pada senyawa yang sulit diikat. Tablet menggunakan pengikat gelatin lebih keras dibandingkan dengan tablet yang pengikat amilum dan PVP sebab dilihat dari sifat Gelatin yaitu bertanggung jawab atas kekompakan tablet dan daya tahan dari tablet, sehingga tablet yang dihasilkan keras (Wida Cahyati Ariswati, 2010). 3. Penambahan bahan pengikat dalam pembuatan tablet sangat berpengaruh yaitu meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan dalam pembentukan granul yang dalam pengempaan membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. Salah satu bahan pengikat yang sering digunakan yaitu gelatin. Pemilihan gelatin dikarenakan gelatin merupakan merupakan pengikat yang baik dan dapat digunakan untuk senyawa yang sulit diikat (Rani Dewi Pratiwi et.all, 2017) Amprotab 1. Amprotab merupakan nama dagang dari amilum manihot, merupakan salah satu bahan penghancur. Amprotab dapat mempengaruhi sifat fisik tablet terutama waktu hancur karena amprotab memiliki kekuatan pada aksi kapiler yang akan menarik cairan ke dalam tablet, sehingga dalam formulasi tablet bahan ini akan mengembang dan menjadikan tablet pecah dan hancur kemudian melarut (Ikhwan Yuda Kusuma, 2020). 2. Amilum adalah polisakarida dalam tanaman yang disimpan sebagai cadangan makanan dalam biji buah. Salah satu kandungannya adalah amilosa, yang tidak larut dalam air dingin namun bisa menyerap air dalam jumlah besar dan menyebar, bisa digunakan sebagai bahan penghancur tablet (Sri Rahayu et all,2017) 3. Amilum pro tablet (Amprotab) sebagai bahan penghancur memiliki kekuatan pada aksi kapiler yang akan menarik cairan ke dalam tablet. penambahan amprotab sebagai bahan penghancur secara intragranular dan ekstragranular dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda mempengaruhi sifat fisik pada keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur serta profil disolusi tablet ibuprofen, tetapi tidak berpengaruh pada kadar ibuprofen yang terkandung dalam tablet (Sholichah Rohmani, 2019). Laktosa 1. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena harganya murah dan merupakan bahan pengisi yang inert (Syukri dkk, 2017). 2. Laktosa memiliki sifat hidrofilik sebagai ekspien yang mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kompaktibilitas dan flowabilitas. Pada



penggunaan laktosa sebagai eksipien tablet, adanya peningkatan konsentrasi laktosa akan menyebabkan peningkatan kekerasan tablet. Sehingga apabila dikombinasikan dengan avicel maka akan memperbaiki sifat alir massa serbuk yang dihasilkan oleh avicel tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar penggunaan laktosa sebagai bahan pengisi untuk memenuhi bobot tablet yang diinginkan (Ikhwan Yuda Kusuma,2020) 3. Bahan pengisi adalah suatu bahan inert secara farmakologis yang ditambahkan ke dalam suatu formulasi sediaan tablet yang bertujuan untuk penyesuaian bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Laktosa digunakan sebagai pengisi karena memiliki stabilitas yang baik dalam kombinasinya dengan bahan lain dan dari sisi ekonomi, laktosa relatif lebih murah (Kokafrinsia dan Saryanti, 2021)



Magnesium stearat 1. Magnesium stearat merupakan lubrikan yang baik karena dapat mengurangi fraksi antara permukaan dinding / tepi tablet dengan dinding dieselama kompresi dan ejeksi (Okprastowo R ddk, 2011) 2. Logam stearat merupakan lubrikan yang paling efisien dan lazim digunakan. Pada umumnya lubrikan ini tidak reaktif. Logam stearat yang paling luas digunakan adalah magnesium. Menurut handbook of pharmaceutical of excipients konsentrasi magnesium stearat yang digunakan adalah 0,25% hingga 5,0%. Pemilihan konsentrasi dari magnesium stearat dapat menyebabkan serbuk yang hidrofobik. Sifat hidrofobik dari magnesium stearat akan membuat lapisan film pada partikel bahan padat sehingga dapat mengurangi gesekan antar partikel dan memudahkan partikel tersebut mengalir. Selain itu adanya sifat hidrofobik dapat menghambat penetrasi air dengan membentuk lapisan film sehingga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap waktu hancur tablet. Magnesium stearat memungkinkan meningkatkan kerapuhan tablet (Puspadina dkk, 2021) 3. Lubrikan yang baik harus mempunyai sifat pelumas, pelincir dan antilekat. Bahan ini murah dan mudah didapat, tetapi sifat pelumas dari talkum kurang bagus. Untuk itu perlu ditambah bahan yang mempunyai sifat pelumas yang baik, sehingga bila keduanya digabungkan akan saling melengkapi. Bahan yang dimaksud adalah garam-garam stearat dan yang sering digunakan adalah magnesium stearat (Sofyan dkk, 2015). V. INFORMASI BAHAN AKTIF & BAHAN TAMBAHAN V.1. Uraian Farmakologi Bahan aktif 1. Ibuprofen Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis



Kontraindikasi Efek Samping



: :



Dosis



:



Farmakokinetik



:



Perhatian



:



Interaksi obat



:



reumatoid, gejala osteoartritis, gejala juvenile artritis reumatoid, menurunkan demam pada anak. Hipersensivitas, wanita hamil, dan menyusui. Pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam  Dewasa : 3x2 tab 200 mg, atau 3x1 tab 400 mg  Anak : 20 mg/kgBB/hari dibagi dalam beberapa pemberian  Untuk anak di bawah 30 kg maksimum 500mg/hari Diabsorpsi dari saluran gastrointestinal dan plasma, konsentrasi dicapai 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam Tidak dianjurkan pada lansia, kehamilan, persalinan, menyusui, pasien dengan perdarahan, ulkus, perforasi pada lambung, gangguan pernafasan, gangguan fungsi jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, hipertensi tidak terkontrol, hiperlipidemia, diabetes melitus, gagal jantung kongestif, penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri periferal, dehidrasi, meningitis aseptik.  AINS dan penghambat selektif COX-2: berpotensi menimbulkan efek adiktif.  Glikosida jantung: menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus dan meningkatkan konsentrasi plasma glikosida jantung.  Kortikosteroid: meningkatkan risiko ulkus atau perdarahan lambung.  Antikoagulan (warfarin): meningkatkan efek dari antikoagulan.  Asetosal: meningkatkan risiko efek samping.  Anti hipertensi: menurunkan efek anti hipertensi.  Diuretik: meningkatkan risiko nefrotoksik.  Litium: mempercepat eliminasi litium.  Metotreksat: mengurangi bersihan metotreksat.  Siklosporin dan takrolimus: meningkatkan risiko nefrotoksik.  Zidovudin: meningkatkan risiko gangguan hematologi. Kuinolon: meningkatkan risiko



Mekanisme kerja



:



kejang. menghambat siklooksigenase-2



siklooksigenase-1



dan



V.2 Sifat Fisika & Kimia Bahan Aktif 1. Ibuprofen (FI Edisi V, 2014 : 541) Nama resmi : IBUPROFEN Sinonim : Ibuprofen RM/BM : C13H18O2 / 206,28 Rumus struktur :



Kegunaan Pemerian



: :



Kelarutan



:



Penyimpanan Metode sterilisasi Stabilitas Inkompabilitas



: : : :



(Pubchem, 2021) Sebagai zat aktif Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; berbau khas lemah. Sangat mudah larut dalam etanol, metanol, aseton dan kloroform; sukar larut dalam etil asetat; praktis tidak larut dalam air. Dalam wadah tertutup rapat. -



V.3 Sifat Fisika & Kimia Bahan Tambahan 1. Gelatin (FI Edisi V, 2014 : 478) Nama resmi : GELATIN Sinonim : Gelatin RM/BM : -/Rumus struktur : Kegunaan : Sebagai zat pengikat Pemerian : Lembaran, kepingan atau potongan, atau serbuk kasar sampai halus; kuning lemah atau coklat terang; warna bervariasi tergantung ukuran partikel. Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Jika kering stabil di udara, tetapi mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk larutan. Gelatin Tipe A menunjukkan titik isoelektrik antara pH 7 dan pH 9, gelatin Tipe B menunjukkan titik isoelektrik antara pH 4,7 dan pH 5,2 Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin; mengembang dan



Penyimpanan Metode sterilisasi



: :



Stabilitas



:



Inkompabilitas



:



lunak bila dicelup dalam air; menyerap air secara bertahap sebanyak 5 - 10 kali beratnya; larut dalam air panas, asam asetat 6 N dan campuran panas gliserin dan air; tidak larut dalam etanol, kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap. Dalam wadah tertutup baik, di tempat kering. Gelatin dapat disterilkan dengan panas kering. Bahan curah harus disimpan dalam wadah kedap udara dalam tempat yang sejuk, berventilasi baik dan kering (HPE, 2009). Gelatin kering stabil di udara. Solusi gelatin berair juga stabil untuk waktu yang lama jika disimpan dalam kondisi dingin tetapi mereka tunduk untuk degradasi bakteri. Pada suhu di atas sekitar 508OC, larutan gelatin berair dapat mengalami depolimerisasi lambat dan pengurangan kekuatan gel dapat terjadi pada pengaturan ulang. Depolimerisasi menjadi lebih cepat pada suhu di atas 658OC, dan gel kekuatan dapat berkurang setengahnya ketika larutan dipanaskan pada 808OC selama 1 jam (HPE, 2009). Beberapa interaksi ini dieksploitasi untuk mengubah sifat fisik gelatin: misalnya, agar-agar dicampur dengan a plasticizer, seperti gliserin, untuk menghasilkan kapsul gelatin lunak dan supositoria; agar-agar diperlakukan dengan formaldehida untuk menghasilkan gastroresistensi (HPE, 2009).



2. Amprotab (FI Edisi V, 2014 : 990) Nama resmi : TAPIOCA STARCH Sinonim : Amylum manihot / pati singkong RM/BM : -/Rumus struktur : Kegunaan : Sebagai zat penghancur Pemerian : Serbuk sangat halus; putih. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Metode sterilisasi : Stabilitas : Stabil dalam keadaan kering, tahan pemanasan dan terlindung dari kelembapan yang tinggi (HPE,2009). Inkompabilitas : Jika bercampur dengan air maka sifat penghancurnya akan berkurang (HPE, 2009).



3. Laktosa (FI Edisi V, 2014 : 741) Nama resmi : ANHYDROUS LACTOSE Sinonim : Laktosa anhidrat RM/BM : C12H22O11 / 342,3 Rumus struktur :



Kegunaan Pemerian Kelarutan



: : :



Penyimpanan Metode sterilisasi Stabilitas



: : :



Inkompabilitas



:



(Pubchem, 2021) Sebagai zat pengisi Serbuk putih atau hampir putih. Mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol. Dalam wadah tertutup baik. Stabil disimpan pada tempat terututup, kering dan dingin (HPE,2009). -



4. Magnesium stearat (FI Edisi V, 2014 : 795) Nama resmi : MAGNESIUM STEARATE Sinonim : Magnesium stearate RM/BM : C36H70MgO4 / 591,25 Rumus struktur :



Kegunaan Pemerian



: :



Kelarutan



:



Penyimpanan Metode sterilisasi Stabilitas



: : :



Inkompabilitas



:



(Pubchem, 2021) Sebagai zat pelican Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas; mudah melekat di kulit; bebas dari butiran. Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Dalam wadah tertutup baik. Magnesium stearat bersifat stabil apabila disimpan di tempat yang kering dan mengalami penguraian apabila disimpan di tempat yang dingin (HPE,2009). Inkompatibel dengan senyawa bersifat asam kuat, alkali dan garam iron. Magnesium stearat tidak bisa digunakan dengan produk aspirin dan beberapa vitamin (HPE, 2009).



VI. RANCANGAN PENGEMASAN DAN SPESIFIKASI SEDIAAN VI.1.1 Alasan Pemilihan Wadah



1. Kemasan farmasi dianggap sebagai bagian integral dari pengembangan formulasi di industri dan memberikan dampak yang besar terhadap stabilitas obat selama masa simpan produk. Bahan pengemas farmasi harus memiliki karakteristik seperti berikut. 1) Harus melindungi produk obat dari kondisi lingkungan seperti cahaya, gas reaktif, 2) harus kompatibel dengan bentuk sediaan dan tidak boleh berinteraksi dengan komponennya untuk menghasilkan perubahan yang tidak diinginkan, 3) ini harus tidak beracun dan 4) harus disetujui FDA (Raina, H dan Anil, 2017). 2. Pengemasan merupakan faktor penting dalam menjaga kualitas produk dan mempertahankan sifat-sifatnya sampai akhir umur simpan (Khana, et all. 2018). 3. Kemasan biasanya digunakan untuk mengemas tablet dan kapsul. Paket strip dibentuk dengan memberi jaring fleksibel yang disegel melalui roller crimping yang dipanaskan. Bahan yang digunakan untuk paket strip adalah plastik, poliester, polietilen, polipropilen, polivinil klorida (Lyashenko, et all. 2018)



VI.1.2 Rancangan Label, Leaflet dan Kemasan Sekunder 1. Rancangan kemasan primer Primer : Aluminium foil



IBUKUDASI 200 mg



PT.BKK PHARMA



No. Reg : GKL2178932110A1



HARUS DENGAN RESEP DOKTER



IBUKUDASI 200 mg



PT.BKK PHARMA



No. Reg : GKL2178932110A1



HARUS DENGAN RESEP DOKTER



IBUKUDASI



2. Rancangan leaflet Leaflet : kertas 70 Gsm



IBUKUDASI 200 mg NO. REG : GKL2178932110A1 NO. Batch : 1109001 RANCANGAN FORMULA : Tiap-tiap 700 mg mengandung : Ibu profen ………………………………………………………………200 mg Gelatin …………………………………………………………………47,5 mg



3. Rancangan Kemasan Sekunder Sekunder : kertas foto



Indikasi :Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala osteoartritis, gejala juvenile artritis reumatoid, menurunkan demam pada anak.



Dosis : - Dewasa : 3x2 tab 200 mg, atau 3x1 tab 400 mg - Anak : 20 mg/kgBB/hari dibagi dalam beberapa pemberian - Untuk anak di bawah 30 kg maksimum 500mg/hari



10 strip @ 10 tablet



IBUKUDASI 200 mg



PT.BKK PHARMA



Kontraindikasi : Hipersensivitas, wanita hamil, dan menyusui. Efek samping : Pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam



NO. REG : GTL2178932110A1 NO. Batch : 1109001



10 strip @ 10 tablet



IBUKUDASI 200 mg PT.BKK PHARMA



VII. Dasar pemilihan Metode sterilisasi Produk -



VIII.



PERHITUNGAN 1) Perhitungan Dosis  Perhitungan Dosis



- DL : 200-400 mg - DM : 3200 mg a. Perhitungan lazim Dosis lazim



n x dl 20 6 x 200-400 mg = 66,7 -133,4 mg 6+12 7 Usia 7 tahun = x 200-400 mg = 73,7- 147,4 mg 7+12 Usia 6 tahun =



Usia 8 tahun =



8 x 200-400 mg = 80- 160 mg 8+12



Usia 9 tahun =



9 x 200-400 mg = 90 - 180 mg 20



Usia 10 tahun =



10 x 200-400 mg = 100- 200 mg 20



Usia 11 tahun =



11 x 200-400 mg = 110-220 mg 20



Usia 12 tahun =



12 x 200-400 mg = 120- 240 mg 20



Usia 13 tahun =



13 x 200-400 mg = 130 – 260mg 20



Usia 14 tahun =



14 x 200-400 mg = 140- 280 mg 20



Usia 15 tahun =



15 x 200-400 mg = 150- 300mg 20



Usia 16 tahun =



16 x 200-400 mg = 160- 320mg 20



Usia 17 tahun =



17 x 200-400 mg = 170- 340mg 20



Usia 18 tahun =



18 x 200-400 mg = 180- 360 mg 20



Usia 19 tahun =



19 x 200-400 mg = 190- 380 mg 20



Usia 20 tahun =



20 x 200-400 mg = 200 -400 mg 20



b. Dosis maksimum



n x dl 20 6 x 1200 mg = 400 mg 6+12 7 Usia 7 tahun = x 1200 mg = 442 mg 7+12 Usia 6 tahun =



Usia 8 tahun =



8 x 1200 mg = 580mg 8+12



Usia 9 tahun =



9 x 1200 mg = 540 20



Usia 10 tahun =



10 x 1200 mg = 600 mg 20



Usia 11 tahun =



11 x 200-400 mg = 660 mg 20



Usia 12 tahun =



12 x 200-400 mg = 720 mg 20



Usia 13 tahun =



13 x 1200 mg = 780 20



Usia 14 tahun =



14 x 1200 mg = 840 mg 20



Usia 15 tahun =



15 x 1200 mg = 900 mg 20



Usia 16 tahun =



16 x 1200 mg = 960 mg 20



Usia 17 tahun =



17 x 1200 mg = 1.020 mg 20



Usia 18 tahun =



18 x 1200 mg = 1.140 mg 20



Usia 19 tahun =



19 x 1200 mg = 1.200 mg 20



Usia 20 tahun =



20 x 1200 mg = 200 -400 mg 20



c. Aturan pakai DL Usia 6 tahun



66,7−133,4 mg = 0,133 – 0,266 tab 500 mg



Usia 7 tahun



73 ,7−147 , 4 mg = 0,147 – 0,294 tab 500 mg



Usia 8 tahun



80−160 mg = 0,16 – 0,32 tab 500 mg



Usia 9 tahun



90−180 mg = 0,18 – 0,36 tab 500mg



Usia 10 tahun



100−200 mg = 0,2 – 0,4 tab 500 mg



Usia 11 tahun



110−220 mg = 0,22– 0,44 tab 500 mg



Usia 12 tahun



120−240 mg = 0,24 – 0,48 tab 500 mg



Usia 13 tahun



130−260 mg = 0,26 – 0,52 tab 500 mg



Usia 14 tahun



140−280 mg = 0,28 – 0,56 tab 500 mg



Usia 15 tahun



150−300 mg = 0,3 – 0,6 tab 500 mg



Usia 16 tahun



160−320 mg = 0,32 – 0,64 tab 500 mg



Usia 17 tahun



170−340 mg = 0,34 – 0,68 tab 500 mg



Usia 18 tahun



180−360 mg = 0,36 – 0,72 tab 500 mg



Usia 19 tahun



190−380 mg = 0,38 – 0,76 tab 500 mg



Usia 20 tahun



200−400 mg = 0,4 – 0,8 tab 500 mg



d. Aturan pakai DL Usia 6 tahun



66,7−133,4 mg = 0,133 – 0,266 tab 500 mg



Usia 7 tahun



73 ,7−147 , 4 mg = 0,147 – 0,294 tab 500 mg



Usia 8 tahun



80−160 mg = 0,16 – 0,32 tab 500 mg



Usia 9 tahun



90−180 mg = 0,18 – 0,36 tab 500mg



Usia 10 tahun



100−200 mg = 0,2 – 0,4 tab 500 mg



Usia 11 tahun



110−220 mg = 0,22– 0,44 tab 500 mg



Usia 12 tahun



120−240 mg = 0,24 – 0,48 tab 500 mg



Usia 13 tahun



130−260 mg = 0,26 – 0,52 tab 500 mg



Usia 14 tahun



140−280 mg = 0,28 – 0,56 tab 500 mg



Usia 15 tahun



150−300 mg = 0,3 – 0,6 tab 500 mg



Usia 16 tahun



160−320 mg = 0,32 – 0,64 tab 500 mg



Usia 17 tahun



170−340 mg = 0,34 – 0,68 tab 500 mg



Usia 18 tahun



180−360 mg = 0,36 – 0,72 tab 500 mg



Usia 19 tahun



190−380 mg = 0,38 – 0,76 tab 500 mg



Usia 20 tahun



200−400 mg = 0,4 – 0,8 tab 500 mg



 Kandungan iboprofen



: 200 mg/tab



 Bobot yang digunakan



: 500 mg



 Jumlah yang dibuat



: 10 tab



a. Fase dalam (92%)



92 x 500 mg = 475 mg 100



Total fase dalam



=



-



Ibuprofen



= 200 mg



-



Gelatin 10%



=



10 x 475 mg=47,5 mg 100



-



Amprotab 7,5%



=



7,5 x 475 mg = 35,6 mg 100



-



Laktosa



= 475 – (200 + 47,5 + 35,6) = 475 – 283,1 = 191,9 mg



b. Pengeringan (2%) = 475 -



2 = 475 – 0,02 = 474,98 mg 100



c. Fase luar (8%) -



Mg stearat 0,5% =



0,5 X 475 mg = 2,58 mg 92



-



Anprotab 7,5%



7,5 X 475 mg = 38,72 mg 92



=



d. Per bacth : Ibu profen



= 200 mg x 10 tab



= 2000 mg



Gelatin



= 47,5 mg x 10 tab



= 475 mg



Mg stearat



= 2,58 mg x 10 tab



= 25,8 mg



Anprotab



= 38,72 mg x 10 tab



= 387,2 mg



Laktosa



= 191,9 mg x 10 tab



= 1919 mg



IX. SKEMA KERJA Alat dan bahan Disiapkan Kemasan Prime Disiapkan Larutan Pengikat Dicampurkan gelatin + Air panas hingga membentuk mucilago Pencampuran Digerus ibu profen + sebagaian amprotab + larutan pengikat hingga terbentuk masa lembab Pengayakan Dilakukan dengan mesh 6-12 Dikeringkan di oven 40-60 oC Dilakukan dengan mesh 10- 21 Pengisian Dicampurkan sisa amprotab + mg stearate Dimasukkan kedalam mesin kempah labeling Dimasukkan Ditempel Pengemasan Sekunder



X. Rancangan Detail Proses Manufaktur X.1 Penyiapan Kemasan Primer a. Disiapkan kemasan yang telah didesain untuk digunakan b. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses X.2 Pembuatan Larutan Pengikat a. Disiapkan alat dan bahan dan ditimbang gelatin 10% b. Dimasukkan ke dalam beker glass 100 ml c. Ditambahkan air panas secukupnya d. Digerus cepat hingga homogen sehingga membentu mucilage X.3 Pencampuran a. Disiapkan alat dan bahan b. Ditimbang bahan dengan menggunakan neraca analitik c. Digerus ibu profen hingga halus d. Dicampur Sebagian amoprotap dan laktosa hingga homogen e. Ditambahkan larutan pengikat f. Dicampurkan hingga terbentuk masa lembab X.4 Pengayakan a. Disiapkan alat dan bahan b. Diayak menggunakan ayakan no mesh 6-12 hingga terbentuk pellet/granula c. Dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 40-60 oC d. Diayak lagi dengan menggunakan ayakan no mesh 10-21 X.5 Pengisian a. Disiapkan alat dan bahan b. Ditambahkan amprotab dan mg stearat c. Diaduk hingga homogen d. Dimasukkan campuran kedalam mesian kempa yang telah diatur keakuratan pengempaan e. Dimasukkan tablet yang telah dikempa ke dalam kemasan primer yang telah dibuat



X.6 Labeling a. Ditutup kemasan primer yang telah diisi tablet ibu profen b. Ditempel label yang telah didesain pada kemasan primer X.7 Pengemasan Sekunder a. Dimasukkan strip tablet b. Dimasukkan leaflet ke dalam box yag telah di desain



XI. ALASAN METODE 1. Granulasi basah adalah proses granulasi yang paling banyak digunakan dalam industri farmasi. Ini melibatkan penambahan larutan cair (dengan atau tanpa pengikat ke dalam bubuk, untuk membentuk larutan basah massa atau membentuk butiran dengan menambahkan bubuk bersama-sama dengan perekat, bukan demean pemadatan. Massa basah dikeringkan dan kemudian diukur untuk mendapatkan butiran. Cairan ditambahkan mengikat partikel bubuk lembab dengan kombinasi gaya kapiler dan kental di basah negara. Ikatan yang lebih permanen terbentuk selama pengeringan berikutnya yang mengarah ke pembentukan aglomerat (Agrawal & Naven, 2011). 2. Granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan atau suspensi yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan kecampuran serbuk. Keuntungan granulasi basah yaitu meningkatkan fluiditas dan kompaktibilitas, sesuai untuk tablet dosis tinggi dengan sifat aliran/kompaktibilitas buruk, mengurangi penjeratan udara, mengurangi debu, pembasahan granul sesuai untuk homogenitas sediaan dosis rendah, meningkatkan keterbatasan serbuk melalui hidrofilisasi (granulasi basah), dan memungkinkan penanganan serbuk tanpa kehilangan kualitas campuran (Rondonuwu, dkk. 2017). 3. Granulasi basah adalah teknik yang banyak digunakan dan butiran diproduksi oleh massa basah dari eksipien dan API dengan cairan granulasi dengan atau tanpa pengikat (Shanmugam, S. 2015). XII. PERALATAN 1) Lumpang 2) Alu 3) Lap kasar 4) Lap halus 5) Neraca analitik 6) Mesin pencetak tablet single punch (Ateliers) 7) Disintegration Tester 8) Gelas kimia 9) Gelas ukur 10) Hot plate 11) Batang pengaduk 12) Oven 13) Ayakan 14) Sendok tanduk



XIII.ANALISIS DATA 1. Evaluasi Granul 1. Evaluasi kadar mampat %I = Vo – V500 = 17 ml – 15 ml =2% 2. Waktu alir =



Wt−Wo t



=



12,42 g−3,24 g 12 sekon



=



9.18 g 12 sekon



= 0.765 g/s = 0,765 gr/s x 10 = 7,65 gr/s 2. Perhitungan persentase uji kerapuhan Dik : A (bobot sebelum) = 1940 mg (5 tablet) B (bobot sesudah) = 1925 mg (5 tablet) Dit : persentase (friabilitas) pada uji kerapuhan ? Penyelesaian : F



A−B X 100% A 1940 mg−1925 mg = x 100 % 1940 mg



=



=



15 mg x 100 % 1940 mg



= 0,77 % 3. Uji Keseragaman bobot Bobot 10 tablet yang ditimbang = 3830 mg 4. Uji waktu hancur 5 menit 34 detik 5. Uji kekerasan Tablet 1 = 3,0 Kg Tablet 2 = 6,8 Kg



Tablet 3 = 13.1 Kg Tablet 4 = 4,5 kg Tablet 5 = 7,2 Kg



XIV.



PEMBAHASAN Tablet adalah bentuk sediaan padat satuan yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa eksipien yang sesuai. Ini adalah bentuk sediaan yang paling banyak digunakan (Sharma, et all. 2017). Granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan atau suspensi yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan kecampuran serbuk. Keuntungan granulasi basah yaitu meningkatkan fluiditas dan kompaktibilitas, sesuai untuk tablet dosis tinggi dengan sifat aliran/kompaktibilitas buruk, mengurangi penjeratan udara, mengurangi debu, pembasahan granul sesuai untuk homogenitas sediaan dosis rendah, meningkatkan keterbatasan serbuk melalui hidrofilisasi (granulasi basah), dan memungkinkan penanganan serbuk tanpa kehilangan kualitas campuran (Rondonuwu, dkk. 2017). Hasil yang didapatkan pada evaluasi tablet dengan metode granulasi basah yaitu untuk kadar mampat granul didapatkan sebesar 2%. Waktu alir granul yaitu 7,65 gram/s, hal ini sesuai dengan literatur (Elisabeth, et all. 2018) yang mengatakan bahwa laju alir granul yang baik adalah antara 4-10 gram/detik. Untuk uji kerapuhan didapatkan hasil 0.77%, hal ini sesuai literatur (Hadisoewignyo & Fudholi, 2013) yang mengatakan bahwa kerapuhan tablet yang baik yaitu lebih kecil dari 0,8 %). Uji waktu hancur 5 menit 34 detik, hal ini sesuai dengan literatur (Syofyan, et all. 2015), yang mengatakan bahwa waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15 menit. Sedangkan uji kekerasan untuk tablet 1,2,3,4, dan 5 berturut-turut 3 kg, 6.8 kg, 13.1 kg, 4,5 kg, dan 7,2 kg. Menurut literatur (Syamsia, et all. 2017), pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 10 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan



XV.



KESIMPULAN Granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Metode ini cocok digunakan untuk tablet yang mempunyai zat aktif dengan sifat fisikokimia yang tahan terhadap lembab dan pemanasan, serta memiliki sifat alir yang buruk.



XVI.



Evaluasi sediaan tablet meliputi uji kadar kemampatan, daya alir granul, uji keseragaman bobot, uji kekuatan tablet, uji kerapuhan, uji waktu hancur, uji keseragaman ukuran, dsb. SARAN Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam memilih bahan tambahan dan menghitung berapa yang akan digunakan agar hasil tablet yang dibuat sesuai dengan yang diharapkan dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.



DAFTAR PUSTAKA Ambari, dkk. (2019). Optimasi Formulasi Tablet Ibuprofen Dengan Kombinasi Cmc – Na & Sorbitol Sebagai Pengikat Dan Amilum Solani Sebagai Disintegran Terhadap Waktu Hancur Tablet. Journal of Pharmaceutical-Care Anwar Medika. Vol 2 No 2. Anny, dkk. (2020). Formulation And Development Of Ibuprofen Tablet: An In Vitro Study For Bioequivalence Of New Formulation. World Journal of Pharmaceutical Research. Volume 9, Issue 3 Agrawal & Naven. (2011). Pharmaceutical Processing – A Review on Wet Granulation Technology. Journals of pharmaceutical frontier research. Vol 1, issue 1. Anna Priangani Roswiem. (2018). Identifikasi Gelatin Dalam Obat Bentuk Sediaa Tablet Menggunakan Metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectroscopy. Indonesia Journal Of Halal. ISSN :2623-162x Agussalim. A,dkk. (2019). Perbandingan Visual Analogue Scale antara Pemberian Analgetik Asam Mefenamat, Paracetamol dan Ibuprofen Peroral Sebelum Sirkumsisi. Medula, Volume 6, Suplemen Juli 2019 e-ISSN: 2443-0218 P ISSN: 2339-1006 636 Hadisoewignyo, L dan Fudholi, A. (2007). Studi on the in vitro release of ibuprofen from xanthan gum matrix combined with a crosslinking agent. Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 133 – 140, 2007 Ikhwan Yuda Kusuma. (2020). Optimasi Formula Tablet Piroksikam Menggunakan Eksipien Laktosa, Avicel pH-101, dan Amprotab dengan Metode Simplex Lattice Design. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 17, No. 1, (2020). e-ISSN 26855062 Jayan, et all. (2014). Formulation and Evaluation of Ibuprofen Tablets Using Gum of Anacardium occidentale as Binding Agent. American Journal of Phytomedicine and Clinical Therapeutics Vol 2, Issue 1. Kokafrinsia dan Saryanti, 2021). Optimasi Campuran Avice Ph 101 dan Laktosa Sebagai Bahan Pengisi Pada Tablet Ekstrak Bunga Rossela (Hibiscus sabdariffa L) dengan Metode Granulasi Basah. Vol. 3 No. 2. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia



Khalafalla. (2021). Formulation and Evaluation of Ibuprofen (100 mg) Chewable Tablet by Direct Compression. Journal of Womens Health and Safety Research. Vol 5, Issue 1 Khana, et all. (2018). Effect Of Primary Packaging On Microbiological Status Of Oral Solid Dosage Form. Journal of Applied Pharmaceutical Research Volume 6, Issue 1. Lyashenko, et all. (2018). Features of Packaging from Polymers in Pharmaceutics. Saudi Journal of Medical and Pharmaceutical Sciences. Dubai, United Arab Emirates. Okprastowo R ddk. (2011). Optimasi Penggunaan Spray Dried Lactose dan Avicel PH 102 Sebagai Fillers-Binders tablet Aspirin. Journal Pharmacy. 8(3). ISSN 1693-3591. Puspadina dkk, (2021). Pengaruh Variasi Konsentrasi Magnesiaum Stearat Terhadap Mutu Fisik Tablet Kunyak Metoklopramid HCL Metode Cetak Langsung. Indonesia Journal Of Pharmaceutical Education (e-Journal). 1(2) ISSN: 2775-3670 Rani Dewi Pratiwi et.all. (2017). Pengaruh Gelatin Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik Tablet Kunyah Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Dengan Granulasi Basa. Pharmacy, Vol.14 No. 01 2017 p-ISSN 1693-3591 Rondonuwu, dkk. (2017). Formulasi Tablet Hisap Serbuk Buah Mangga Dodol (Mangifera Indica L) Dengan Menggunakan Metode Granulasi Basah. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. Sofyan dkk. (2015).Pengaruh Kombinasi Magnesium Stearat dan Talkum Sebagai Lubrikan terhadap Profil Disolusi Tablet Ibuprofen. Jurnal Sains Farmasi dan Klinik. 1(2). e-ISSN:2442-5345. Padang Sri Rahayu et all.(2017). Penggunaan Amylum Manihot Sebagai Bahan Penghancur Dalam Formulasi Tablet Ibuprofen Secara Kombinasi IntragranularEkstragranular,. JCPS Vol.1 No. 1 (September,2017). ISSN : 2598-2095 Sholichah Rohmani. (2019).Perbedaan Metode Penambahan Bahan Penghancur secar Intragranular-Ekstragranular terhadap Sifat Fisik serta Profil Disolusi Tablet Ibuprofen. JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2019, 02, 95-108 Shanmugam, S. (2015). Granulation techniques and technologies: recent progresses. BioImpacts. Vol 5, Issue 1 Syukri dkk. (2017).Pemilihan Bahan Pengisi untuk Formulasi Tablet Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Ohaleria macrocarpa Boerl). Jurnal Sains Farmasi & Klinik. 5(1). eISSN: 2442-5485.



Samyuktha, et all. (2020). Formulation and Evaluation of Ibuprofen Tablets by using Melt Granulation Technique. Research & Review: Drugs and Drugs Development Volume 2, Issue 1. Sharma, et all. (2017). Formulation And Evaluation Of Tablets Containing Poorly Water Soluble Drug By Madg Method. World Journal of Pharmaceutical Research. Volume 6, Issues 3. Wida Cahyati Ariswati. (2010). Pengaruh Gelatin, Amilum dan PVP Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisika Tablet Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza, Rxob). Pharmacy, Vol. 07 No. 02 Agustus 2010.ISSN 1693-3591 Zuhairiah.(2020). Penerapan Serta Validasi Metode Spektrofotometri Inframerah Pada Penetapan Kadar Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet. Herbal Medicine Journal. Volume Nomor 2. e-ISSN 2621-2625