Adaptasi Fisiologis Dan Psikolgis Pada Masa Intranatal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

F. Adaptasi fisiologis persalinan 1. Adaptasi janin : a. Denyut jantung janin Pemantauan djj memberi informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi,djj rata-rata pada aterm adalah 140 denyut / menit,batas normalnya adalah 110 sampai 160 denyut / menit. Pada kehamilan yang lebih muda djj lebih tinggi dengan nilai rata-rata 160 denyut / menit. b. Sirkulasi darah janin Sirkulasi darah janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah dan aliran darah tali pusat, kebanyakan apabila janin yang sehat mampu mengompensasi stres ini, biasanya aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin. c. Pernafasan dan gerakan janin Pada waktu persalinan pervaginam 7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida arteri meningkat, gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan menurun setelah ketuban pecah. 2. Adaptasi ibu : a. Perubahan kardiovaskuler Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah. Ada beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah, yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer. Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat, dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama persalinan, kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik sampai sekitar 10 mmHg. Oleh karena itu pemeriksan tekanan darah diantara kontraksi memberi data yang lebih akurat. Pada tahap kedua, kontraksi dapat mengingkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai 25 mmHg. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memang memiliki risiko hipertensi kini resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak. Wanita harus tahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver Valsava (menahan nafas dan menegangkan otot abdomen) untuk mendorong selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan tekanan intratoraks, mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama wanita melakukan manuver Valsava, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik nafas. Hipotensi supine terjadi saat vena kava asenden dan aorta desenden tertekan. Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine, jika pembesaran uterus berlebihan akibat kehamilan kembar, hidramnion, obesitas , atau dehidrasi dan hipovolemia. Selain itu, rasa cemas dan nyeri serta penggunaan analgesik dan anestetik dapat menyebabkan hipotensi. Sel darah putih (SDP) meningkat, seringkali sampai = 25.000/mm3. Meskipun mekanisme yang menyebabkan jumlah SDP meningkat masih belum diketahui, tetapi diduga hal itu terjadi akibat



stres fisik atau emosi atau trauma jaringan. Persalinan sangat melelahkan. Melakukan latihan fisik saja dapat meningkatkan jumlah SDP. Terjadi beberapa perubahan pembuluh darah perifer, kemungkinan sebagai respons terhadap dilatasi serviks atau kompresi pembuluh darah ibu oleh janin yang melalui jalan lahir. Pipi menjadi merah, kaki panas atau dingin, dan terjadi prolaps hemoroid. b. Perubahan pernafasan Sistem pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (karbon dioksida menurun). Pada tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen. c. Perubahan pada ginjal Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi, kandung kemih dapat teraba diatas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat menglami kesulitan utnk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan., edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan. d. Perubahan integumen Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang, namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina seklipun tidak dilakukan episiotomi atau tidak terjadi laserasi. e. Perubahan muskuloskeletal Sistem muskuloskletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteinuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai. f. Perubahan neurologi Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman selama persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita masuk ke tahap pertama persalinan dan saat masuk ke setiap tahap berikutnya. Mula-mula ia mungkin mearasa euforia. Euforia membuat wanita menjadi serius dan kemudian mengalami amnesia diantara traksi selama tahap kedua. Akhirnya, wanita merasa sangat senang atau merasa letih setelah melahirkan. Endorfin endogen (senyawa mirip morfin yang diproduksi tubuh secara alami) meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Selain itu, anestesia fisiologis jaringan perineum, yang ditimbulkan tekanan bagian presentasi, menurunkan persepsi nyeri. g. Perubahan pencernaan Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respons emosi terhadap persalianan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan waktu pengosongan



lambung menjadi lambat. Wanita seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan. Perawat dapat meraba tinja tinja yang keras atau tertahan pada rektum. h. Perubahan endokrin Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat proses persalinan. b. Adaptasi psikologis o Klien gelisah, biasanya mengatakan “saya tidak tahan “ o Dapat merasa kehilangan control/kebalikannya, klien terlibat mengeran secara aktif o Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3 menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri, mempunyai ampitudo 40-60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari 12 mmHg. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira sau setengah jam dan pada multi gravida setengah jam. Tanda obyektif yang menunjukkan tahap kedua dimulai adalah sebagai berikut : a) Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir b) Adanya muntah c) Aliran darah ( show ) meningkat d) Ekstremitas bergetar e) Semakin gelisah f) Usaha ingin mengedan Tanda-tanda ini seringkali muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap. Pemantauan yang kontinyu pada tahap kedua dan mekanisme persalinan, respons fisiologis dan respons emosi ibu serta respons janin terhadap stres. Peranan suami saat proses persalinan 



Mengukur lamanya waktu kontraksi







Bernafas seirama dengan istrinya







Membantu menopang istrinya pada detikdetik kontraksi







Memijit-mijit punggung istrinya







Menyuguhkan minuman







Menyampaikan pesan istrinya kepeda perawat dan dokter







Memberikan perhatian yg terus menerus dan mendorong semangat



ADAPTASI PSIKOLOGIS TERHADAP PERSALINAN Zanden (1985) mengatakan bahwa mengadapi masa persalinan merupakan suatu kondisi yang konkrit yang mengancam diri ibu hamil yang menyebabkan perasaan tegang, kuartir, dan takut. Dukungan suami sangatlah penting dalam merencanakan alternative jalan keluar mengenai masa depan anaknya.



Kegiatan komunikasi terapiutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan.



a.



Tujuan komunikasi terapiutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan







Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban, perasaan dan pikiran selama proses persalinan Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.



 



b.



Pendekatan komunikasi terapiutik 



Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.



Perawat menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif 



Kehadiran



Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengawasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan, anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan. 



Mendengarkan



Perawat selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien. 



Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin



Komunikasi non verbal kadang – kadang lebih bernilai daripada kata – kata. Sentuhan bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi. 



Memberi informasi tentang kemajuan persalinan



Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan. Pemahaman dapat mengurangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Informasi yang diberikan diulang beberapa kali dan jika mungkin diberikan secara tertulis.  



Memandu persalinan dengan memandu instruksi khusus tentang bernafas, berelaksasi dan posisi postur tubuh. Mengadakan kontak fisik dengan klien



Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok punggung, memeluk dan menyeka keringat serta membersihkan wajah klien. 



Memberikan pujian



Pujian diberikan pada klien atas usaha yang telah dilakukannya. 



Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan menyatakan ikut berbahagia.



Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan.



Adaptasi persalinan Pdf Dedeh Mahmudah- FPS Pdf http://www.babylonish.com/blog/2014/10/9-peran-suami-yang-perlu-dilakukan-selama-prosespersalinan