ADNEXITIS [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Lamim
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

ADNEXITIS [PDF]

MAKALAH KEBIDANAN POTOLOGIS ”ADNEKSITIS” Disusun untuk memenuhi tugas ASKEB IV Dosen pengampu

: Ummi Sa’adah S.SiT

Dis

12 0 266 KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE


File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEBIDANAN POTOLOGIS ”ADNEKSITIS” Disusun untuk memenuhi tugas ASKEB IV Dosen pengampu



: Ummi Sa’adah S.SiT



Disusun oleh : Ivii Qurrrotul Uyuun



(P0113124)



Lamim Makhis



(P0113129)



Resti Luberta



(P0111161)



AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN IBU PEKALONGAN TAHUN AKADEMIK 2015/2016



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta HidayahNya, sehingga makalah Asuhan Kebidanan Pada Radang Genetali Interna Adneksitis dapat kami susun. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV dengan dosen pembimbing Umi Sa’adah, S.SiT. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa D3 Kebidanan Akbid Harapan Ibu Pekalongan. Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada penyusun. Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien



Pekalongan, Oktober 2015



Penulis



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii



DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1 A.



Latar Belakang...........................................................................................................................1



B.



Rumusan Masalah......................................................................................................................2



C.



Tujuan........................................................................................................................................2



BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3 A.



Pengertian..................................................................................................................................3



B.



Etiologi......................................................................................................................................3



C.



Patofisiologi...............................................................................................................................3



D.



Gambaran Klinis........................................................................................................................4



E.



Jenis Adnekitis...........................................................................................................................4



F.



Gejala Adnexitis........................................................................................................................6



G.



Komplikasi............................................................................................................................6



H.



Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................7



I.



Penatalaksanaan.........................................................................................................................7



BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................................................8 BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................................12 BAB V PENUTUP..............................................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................iv



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan keturunan.Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi. Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar 1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar ke organ lain disekitarnya seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium, dan terjadinya gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta. Maka dari itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adneksitis dengan baik agar radangnya tidak menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran bidan diantaranya yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. (Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas secara lebih dalam tentang adneksitis dan penatalaksanaannya dengan konsep asuhan kebidanan.



1



B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi adnekstis? 2. Bagaimana penyebab terjadinya adneksitis? 3. Bagaimana gejala jika seorang wanita mengalami adneksitis? 4. Bagaimana penatalaksanaan jika wanita menderita adneksitis? C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami definisi adneksitis 2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab terjadinya adneksitis 3. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala jika seorang wanita mengalami adneksitis 4. Mahasiswa mengetahui mengenai penatalaksanaan jika seorang wanita menderita adneksitis



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian 2



Adneksitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya. Adneksitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium. Istilah lain dari adneksitis antara lain: pelvic inflammatory disease, salpingitis, parametritis, salpingo-oophoritis. B. Etiologi Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan postpartum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks. Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh : 1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah. 2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman. Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah Baktery Gonorrhea dan Bakteri Chalmydia. C. Patofisiologi Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat



3



purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan



infiltrasi



leukosit,



tetapi



mukosa



seringkali



normal.



(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007). D. Gambaran Klinis Gambaran klinik adnexitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan selsel radang pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal 288.2007). E. Jenis Adnekitis Penyakit adnek2itis atau salpingo ooporitis terbagi atas : 1. Salpingo Ooporitis Akuta Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, escerecia choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis 4



gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). 2. Salpingo ooporitis kronika Dapat dibedakan pembagian antara: a. Hidrosalping Pada hidrosalping



terdapat



penutupan



ostium



tuba



abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil. b. Piosalping Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya.Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah – tengah jaringan otot. c. Salpingitis Interstisialis Kronika Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus. d. Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial. Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium. Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun. e. Salpingitis tuberkulosa Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007). F. Gejala Adnexitis 1. Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid(bukan pre menstrual syndrome) 5



2. 3. 4. 5. 6. 7.



Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina Nyeri saat berhubungan intim Demam Nyeri punggung Tes laboratorium dengan hasil leukosit tinggi Setelah beberapa hari dijumpai tumor dengna batas yang tidak jelas dan nyeri tekan



G. Komplikasi Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila: 1. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium 2. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan 3. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis akuta. Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina. Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses agak meluas perbedaan menjadi kurang jelas (Sarwono.Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007).



H. Pemeriksaan Penunjang 1. USG 2. UKG 3. Kuldoskopi dan laparoskopi tidak berarti keculi bilamana pemeriksaan tersebut tidak dilakukan pemeriksaan biopsi. I. Penatalaksanaan Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP (Total Abdominal Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy + Omentectomy + Appendectomy). Dapat dipertimbangkan (optional) instilasi phosphor-32 radioaktif atau khemoterapi profikalis. Sayatan dinding perut harus longitidunal di linea mediana, cukup 6



panjang untuk memungkinkan mengadakan eksplorasi secara gentle (lembut) seluruh rongga perut dan panggul, khususnya di daerah subdifragmatika dan mengirimkan sampel cucian rongga perut untuk pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Bila perlu dapat dilakukan biopsy pada jaringan yang dicurigai. Radioaterapi akhir-akhir ini tidak mendapat tempat dalam penanganan tumor ganas tuba dan ovarium karena sifat biologic tumor dan menyebar melalui selaput perut (surface spreader). Radiasi ini akan merusak alat-alat vital dalam rongga perut, khususnya usus-usus, hati dan ginjal. Dengan shielding (perlindungan) alat vital tersebut, akan menyebabkan kurangnya dosis radiasi. Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor bed dan pada jenis histologik keganasan tertentu seperti disgerminoma. Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika. Tergantung dari derajat penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti dengan pemberian obat oral selama 10-14 hari. Beberapa kasus memerlukan operasi untuk menghilangkan



organ



sumber



infeksi,



ini



dilakukan



jika



terapi



secara



konvensional(pemberian antibiotik) tidak berhasil. Jika terinfeksi penyakit ini melalui hubunganseksual, maka pasangannya juga harus mendapat terapi pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus. Operasi radikal ( histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang sudah hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang nyata yang diangkat.



BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA NY.S UMUR 35 TAHUN DENGAN ADNEKSITIS DI RSUD BENDAN TAHUN 2015 Hari/ Tanggal Pengkajian



: Selasa, 22 September 2015



Jam Pengkajian



: 10.00 WIB



No. Register



: 0056789 7



I.



II.



IDENTITAS Nama ibu Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat



: Ny. S Nama Suami : Tn. K : 35 tahun Umur : 39 tahun : Islam Agama : Islam : SMA Agama : Islam : IRT Pekerjaan : Wiraswasta : Podosugih Rt 03 Rw 05 Pekalongan Barat



SUBJEKTIF 1. Keluhan Utama Ibu mengatakan merasa nyeri hebat di daerah perut bawah, serta demam sejak 4 hari yang lalu, rasa nyeri bertambah keras pada saat melakukan pekerjaan yang berat-berat dan disertai dengan sakit pinggang dan keputihan. 2. Riwayat Menstruasi  Menarche : 13 tahun  Siklus/teratur : teratur 28 hari  Lama/jumlah : 7 hari  Dysmenorhea : tidak



3. Riwayat Obstetri Yang Lalu



2



1



1



2



9 bln 9 bln



-



-



S



S



Bid



BP



an



M



Bid



BP



an



M



0



40 PR



H



gr 300 -



0 gr



har i 40



LK



H



har i



2tah un 2tah un



-



-



pil



IU D



Penyulit



Lama



Jenis



Penyulit



KB ASI



H/M



300 -



Lama



Nifas



JK



BBL



Penyulit



Anak Tempat



1



Penlong



1



ke



Jenis



mi



Persalinan Penyulit



mil Ke



Kehamilan UK



Sua



Ke



Ha



3 th



-



-



-



4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu a. Penyakit yang pernah di derita Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti Jantung, Ginjal, Asma, TBC, Hepatitis, DM, Hipertensi, TORCH dll. b. Penyakit yang pernah di derita keluarga Ibu mengatakan suaminya pernah menderita gonorhea. 5. Pola Kebiasaan Ibu a. Pola Nutrisi Makan : 2x/ hari minum : 4 gelas/ hari Jenis : nasi, sayur, lauk Jenis : air putih Gangguan : tidak ada Gangguan : tidak ada 8



b. Pola Eliminaasi BAB : 1x/hari BAK : 5-6x/hari Warna : kuning Warna : kuning jernih Konsisten : Lembek Gangguan : tidak ada Gangguan : tidak ada c. Pola Istirahat  Siang : 1 jam  Malam : 5 jam  Gangguan : tidak ada d. Pola aktifitas Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga e. Pola seksual Ibu melakukan hubungan seksual 2x/seminggu, nyeri saat berhubungan III.



DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi : 80x/menit Suhu : 37,9oC Pernafasan : 24x/menit 2. Pemeriksaan Fisik Muka



: simetris, terlihat pucat



Mata



: bentuk simetris, konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik



Mulut



: bersih, tidak ada caries dan stomatitis



Telinga



: simetris, tidak ada serumen



Hidung



: simetris, tidak ada nyeri tekan, bersih



Leher



: Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfe



Dada



: bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding dada



Abdomen



: tidak ada bekas luka operasi, ada nyeri tekan pada perut sebelah kanan bagian bawah.



Genetalia



: terdapat flour albus, berbau, tidak tampak adanya erosi, nyeri tekan



Anus



: tidak ada hemorrhoid



Ekstremitas



: tangan dan kaki tidak odema



3. Pemeriksaan Penunjang USG : terdapat pembesaran tuba falopii dan ovarium IV.



ASSESMENT Ny.S umur 35 tahun P2A0 dengan adneksitis



9



V.



PENATALAKSANAAN Pukul 10.30 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami mengenai keadaan ibu saat ini bahwa ibu mengalami adneksitis, ibu mengerti. Pukul 10.35 WIB



(



)



Menjelaskan penyebab terjadinya adneksitis kepada keluarga. Salah satu penyebab terjadinya adneksitis antara lain :  Kurangnya personal hygine  Adanya infeksi yg di sebabkan oleh bakteri seperti Gonorrhea, Chalmydia



Pukul 10.40 WIB



Pukul 11.15 WIB



(



)



Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu mengenai personal hygiene, ibu mengerti.



Pukul 11.10 WIB



)



Menganjurkan ibu agar istirahat yang cukup tidur siang 3 jam dan tidur malam 7-8 jam, ibu bersedia.



Pukul 11.00 WIB



(



(



Memberikan inform consent kepada ibu dan suami, Ibu dan suami sudah menandatangani inform consent.(



)



)



Melakukan kolaborasi dengan dokter, hasil : Memberikan medikamentosa : Amoxan 3×1 amp Gentamicin 2×80 gr Analgetika jenis Antrain 3×1 amp (Diberikan secara IV) Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan segera sesuai dengan advice dokter



· Pukul 10.55 WIB



(



)



(



)



Menganjurkan ibu untuk melakukan control ulang 3 hari lagi/jika ada keluhan, ibu bersedia.



BAB IV PEMBAHASAN 10



Setelah melakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny.S penulis telah mendapatkan data sebagai berikut: 1. Data Subyektif Pada asuhan kebidanan di atas ibu mengatakan bernama Ny.S umur 35 tahun. Pada kasus Ny.S mengeluh nyeri hebat di daerah perut bawah, serta demam sejak 4 hari yang lalu, rasa nyeri bertambah keras pada saat melakukan pekerjaan yang berat-berat dan disertai dengan sakit pinggang dan keputihan. Dalam riwayat kesehatan yang lalu, sekarang dan riwayat kesehatan keluarga tidak menderita penyakit hipertensi, jantung, DM, dan HIV/AIDS. Akan tetapi suaminya pernah menderita gonorhea. 2. Data Obyektif Pada Ny.S diperoleh tensi 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37,9°C, RR 24x/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada daerah genetalia terdapat flour albus, berbau, tidak tampak adanya erosi, nyeri tekan. 3. Asessment Dari hasil pengkajian data subyektif dan obyektif yang telah dilakukan pada Ny.S didapat diagnosa Ny. S umur 35 tahun dengan adnexitis. 4. Rencana Asuhan Kebidanan Sesuai kasus yang dialami oleh Ny.S rencana asuhan kebidanan yang diberikan meliputi : Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan. Menjelaskan penyebab adnexitis. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dan cukup nutrisi. Memberikan inform consent. Melakukan kolaborasi dengan dokter.



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke 11



atas sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD). Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran bidan diantaranya yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. B. Saran Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit tersebut sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindar terjadinya kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjangkitnya penyakit ini. Bidan juga harus memberikan asuhan yang berkualitas untuk menghindari angka kesakitan



12



DAFTAR PUSTAKA Manuaba.



1998. Ilmu



Kebidanan.



Penyakit



Kandungan



Dan Keluarga



Berencana



Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset Sarwono,Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/servisitis-danadnexitis.html#ixzz1tmFEtU60



4