LP Adnexitis - Rani Karisma R [PDF]

  • Author / Uploaded
  • holis
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN (ADNEXITIS LP-ASKEP) DI RUANG BRAWIJAYA RS KEPANJEN



DEPARTEMEN MATERNITAS



DISUSUN OLEH : RANI KARISMA ROSUL 201920461011093



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2020



LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN (ADNEXITIS LP-ASKEP) DI RUANG BRAWIJAYA RS KEPANJEN



DEPARTEMEN MATERNITAS KELOMPOK 9



NAMA



: RANI KARISMA ROSUL



NIM



: 201920461011093



TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 22 s/d 27 JUNI 2020/MINGGU KE 1



Malang, 25 Juni 2020 Mahasiswa,



Pembimbing,



(Rani Karisma Rosul)



(Juwitasari, MS)



LEMBAR PENILAIAN NAMA MAHASISWA



: RANI KARISMA ROSUL



NIM



: 201920461011093



TGL. PRAKTEK



: 22 s/d 27 JUNI 2020



MINGGU KE



:1



NO



KOMPETENSI



. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.



NILAI



Malang, 25 Juni 2020 Mahasiswa,



Pembimbing,



(Rani Karisma Rosul)



(Juwitasari, MS)



DAFTAR ISI COVER..................................................................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................ii LEMBAR PENILAIAN.......................................................................................................................iii DAFTAR ISI........................................................................................................................................iv BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................................1 A.



Definisi......................................................................................................................................1



B.



Etiologi......................................................................................................................................1



C.



Klasifikasi..................................................................................................................................1



D.



Patofisiologi...............................................................................................................................3



E.



Tanda dan Gejala.......................................................................................................................4



F.



Penatalaksanaan.........................................................................................................................5



G.



Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................5



H.



Konsep Dasar Asuhan Keperawatan......................................................................................6



BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................12 A.



Kasus.......................................................................................................................................12



B.



Pengkajian...............................................................................................................................12



C.



Analisa Data............................................................................................................................17



D.



Diagnosa Keperawatan............................................................................................................19



E.



Luaran Keperawatan dan Intervensi Keperawatan...................................................................20



DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................24 SOP VULVA HYGIENE....................................................................................................................25



BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN



A. Definisi Adnexitis adalah inflamasi yang mengenai adnexa yaitu jaringan yang berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan ovarium. Radang tuba falopii dan radang ovarium (adnexa) biasanya terjadi bersamaan. Tuba dan ovarium (adneksum) berdekatan, dan dengan perabaan tidak dapat dibedakan apakah suatu proses berasal dari tuba atau dari ovarium. Adnexitis biasa disebut juga Salpingo-ooritis (Gant & Cunnighnam, 2010). B. Etiologi Adnexitis terutama disebabkan oleh infeksi bakteri dan jarang oleh virus. Sebagian besar kasus infeksi disebabkan oleh gonococcus, streptococcus, staphylococcus, E. coli, chlamydia trachoma, dan clostridium, di mana bakteri-bakteri tersebut hidup tanpa oksigen. Faktor air sangat dicurigai sebagai faktor penyebab adnexitis, hal ini dikarenakan air mengandung bakteri yang dapat masuk ke dalam tuba falopii melalui vagina. Begitu pula dengan pembalut wanita yang kurang steril dan micobacterium tuberculosa juga dapat menimbulkan adnexitis (Manuaba, 2010). Adnexitis dapat dengan mudah terjadi pada wanita saat dan setelah menstruasi, setelah aborsi dan setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran zat horsestyle yang ikut keluar pada saat menstruasi, saat aborsi dan saat melahirkan. Zat tersebut berfungsi sebagai daya tahan tubuh terhadap mikroorganisme atau benda asing yang akan menyebabkan terjadinya suatu penyakit atau radang. Dengan berkurangnya zat tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Sehingga mikroorganisme atau benda asing dapat dengan mudah masuk ke tubuh melalui organ genitalia eksterna dan menimbulkan reaksi berupa penyakit atau radang (Manuaba, 2010). C. Klasifikasi 1) Adnexitis akut Adnexitis akut yang disebabkan oleh gonorrhea sampai ke tuba sampai uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak oedema serta hyperemia dan infiltrasi



leukosit, pada infeksi yang ringan, epitel masih utuh, tapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenerasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas, dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya (peritonitis pelvika) (Gant & Cunnighnam, 2010). Adnexitis akut piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula sebagai akibat berbagai tindakan, seperti Streptococcus ( aerobic dan anaerobic ), stafilococcus, E.coli, Klostridium welchii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Di sini timbul Adnexitis interstisialis akut, mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit tetapi mukosa seringkali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, di mana radang terdapat terutama pada mukosa dengan dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba (Gant & Cunnighnam, 2010). 2) Adnexitis kronik Adnexitis kronik menurut Nugroho (2012) dapat dibedakan menjadi : a) Hidrosalping, terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan dengan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping folikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping folikularis terbagi dalam ruangan-ruangan kecil. b) Piosalping, dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan di sekitarnya. c) Salpingitis interstisial kronika, pada salpingitis interstisial kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit-sedikit di tengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan jaringan-jaringan di sekitarnya, seperti ovarium, uterus dan usus. d) Kista tubo-ovarial, pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tuboovarial piosalping bersatu dengan abses



ovarium. Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri, daru stadium akut dapat memasuki stadium menahun. e) Abses ovarial. f) Salpingitis tuberculosis. D. Patofisiologi



Perjalanan infeksi pada adnexitis yaitu faktor penyebab tiba di ovarium dan tuba falopii dengan cara yang berbeda, tergantung pada tempat daerahnya. Bisa dari asenden dan desenden. Jika faktor penyebab tiba di peredaran darah ovarium dan tuba falopii maka disebut infeksi haematogen. Pada infeksi asenden faktor pencetus adnexitis bergerak ke lapisan atas dan uterus masuk ke tuba falopii. Faktor pencetus infeksi asenden antara lain: air, pembalut wanita yang kurang steril, selama dan setelah menstruasi, setelah melahirkan, setelah aborsi, gangguan-gangguan uterus misalnya adanya spiral, perubahan membran mucus dalam servix oleh karena keluarnya nanah yang mengalir dari tuba falopii dan ovarium, adanya myoma atau polips serta tumor (Nugroho, 2012).



Pada infeksi desenden ini terjadi jika ada inflamasi pada organ sekitar misalnya appendicitis atau proctitis atau adanya radang usus besar yang menyebar ke tuba falopii. Infeksi haematogen merupakan infeksi pada peredaran darah dan termasuk jenis adnexitis micobacterium tuberculosa yang berhubungan dengan tuberculosa. Untuk mengetahui adanya adnexitis diperlukan suatu pemeriksaan antara lain: anamnesa, pemeriksaan gynekologi dan pemeriksaan darah lengkap. Pada anamnesa biasanya penderita mengeluh nyeri hebat di daerah perut bagian bawah, nyeri saat menstruasi, nyeri saat berhubungan sexual dan kadang penderita mengeluh nyeri pinggang. Pada saat dilakukan palpasi pada abdomen ditemukan ketegangan pada dinding abdomen oleh karena adanya kontraksi otot abdominalis sebagai reaksi proteksi terhadap radang, terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Pada pemeriksaan gynekologi saat uterus di palpasi (dengan tussue) juga dirasakan nyeri. Dan pada pemeriksaan darah lengkap LED meningkat. Nyeri meningkat pada saat kegiatan naik turun tangga dan mengangkat barang-barang berat (Nugroho, 2012). E. Tanda dan Gejala Gambaran klinis Adnexitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri di sebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang terdapat pada kedua adneksa. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan yang nyeri tekan. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata. Suhu dan leukositosis juga tidak seberapa tinggi. Ruptura tuba pada kehamilan ektopik terganggu disertai dengan gejala-gejala yang mendadak, sangat nyeri, dan anemi. Umumnya peristiwa ini tidak menimbulkan banyak kesukaran dalam diagnosis dferensial. Yang lebih sulit ialah diagnosis abortus tuba. Umumnya pada abortus tuba suhu tidak naik atau hanya naik sedikit, dan leukositosi juga tidak seberapa tinggi (Nugroho, 2012). Gejala-gejala Adnexitis kronik tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh penyakit-penyakit akut dengan panas, rasa nyeri yang cukup kuat di perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang.



Leukorea sering



terdapat disebabkan oleh servisitis kronik. Haid umumnya lebih banyak dari biasa



dengan siklus yang seringkali tidak teratur. Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas, disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini (Nugroho, 2012). F. Penatalaksanaan Terapi pada Adnexitis akut terdiri atas istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotik dan analgetik. Dengan terapi tersebut, penyakit dapat menjadi sembuh atau menjadi menahun. Jarang sekali terapi Adnexitis akut memerlukan pembedahan. Pembedahan perlu dilakukan : 1) Jika terjadi rupture piosalping atau abses ovarium 2) Jika terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan 3) Jika terdapat kesukaran untuk membedakan antara apendixitis akut dan Adnexitis akut. Pada Adnexitis kronik, jika penyakitnya msaih dalam keadaan sub akut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotik dengan spectrum luas. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita di nasehatkan supaya penderita jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini, biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan – keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Terapi operatif mempunyai tempat pada Adnexitis kronik. Indikasi untuk terapi ini adalah : 1) Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada dan mengganggu kehidupan sehari-hari. 2) Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang. 3) Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa terapi diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan hidrosalping, piosalping, kista tuba ovarial dan sebagainya. 4) Apabila ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan. (Manuaba, 2010). G. Pemeriksaan Penunjang



Pada pemeriksaan penunjang penderita adnexitis khususnya pemeriksaan darah lengkap akan ditemukan leukositosis akibat adanya peradangan yang ditimbulkan.Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Ultrasonografi (USG). Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keadaan adneksa, ada atau tidaknya tumor di bagian tuba maupun ovarium ibu. Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, mengambil bahan percontoh untuk biopsi (Gant & Cunnighnam, 2010). H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pengkajian 1) Identitas Wanita yang mengalami adnexitis bisa saja wanita yang sudah menikah ataupun yang belum menikah. Semua wanita berpotensi untuk mengalami adnexitis, terutama wanita pada usia subur, mulai dari wanita yang baru mengalami menstruasi hingga yang menjelang menopause ataupun wanita yang sudah menopause sendiri. 2) Keluhan utama Sebagian besar adnexitis menimbulkan gejala berupa nyeri, dan bila sudah dalam tingkatan yang tinggi akan menjadi nyeri yang sangat tajam. Perlu diperhatikan bila pasien yang datang dengan adnexitis biasanya mengeluh: merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Leukorea sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronik. Haid umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus yang seringkali tidak teratur. Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas, disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini. 3) Riwayat kesehatan Adnexitis bisa dialami oleh setiap wanita, terutama wanita yang menderita PMS dalam hal ini kaitannya adalah dengan penyakit Gonorhea.Wanita dengan penyakit gonorrhea lebih berpotensi mengalami adnexitis dibandingkan dengan wanita yang sehat. Adnexitis juga dapat disebabkan oleh karena peradangan yang meluas dari



organ lain, appendiks misalnya, sehingga ibu dengan appendiks juga berisiko mengalami adnexitis.



4) Riwayat penyakit sebelumnya Wanita yang mengalami adnexitis bisa yang sudah pernah menggunakan alat kontrasepsi maupun yang belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. Namun, pemasangan IUD merupakan salah satu fator penyebab dari terjadinya adnexitis, sehingga perlu dikaji adakah riwayat penggunaan alat kontrasepsi berupa IUD sebelumnya bagi ibu yang pernah menggunakan alat kontrasepsi. 5) Pemeriksaan fisik a. Kepala dan leher Hasil pada pemeriksaan pada kepala dan leher akan mengikuti hasil pemeriksaan umum. Bila keadaan umum klien tampak anemis maka keadaan wajah akan menunjukkan tanda-tanda anemis seperti pucat dan konjungtiva berwarna pucat pula. b. Abdomen Pada penderita adnexitis, pada pemeriksaan abdomen akan ditemukan nyeri tekan pada bagian perut bawah di tempat terjadinya adnexitis. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan yang nyeri tekan. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata. c. Ekstremitas Pada



penderita



adnexitis



umumnya



tidak



mengalami



masalah



pada



ekstremitasnya, namun pada beberapa kasus adnexitis ada pula yang mengalami oedema. Hanya saja pada kejadian anemis, maka dapat dilihat perubahan dari warna kuku jari tangan dan kaki ibu. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik. 2. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kegiatan perioperatif. 3. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan d.d. kurangnya sumber informasi.



4. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit. 5. Disfungsi seksual b/d perubahan struktur/tubuh



Luaran dan Intervensi Keperawatan DX KEP. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik.



Ansietas b/d kurang terpapar informasi



LUARAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x2 jam, Tingkat Nyeri (L.08066) menurun dengan kriteria hasil sebagai berikut : 1.Keluhan nyeri menurun 2.Gelisah menurun 3.Tekanan darah membaik



INTERVENSI Manajemen Nyeri (1.08238) Observasi 1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, skala, respon non verbal terhadap nyeri 2.Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri Terapeutik 1.Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri 2.Fasilitasi istirahat dan tidur 3.Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 1.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2.Jelaskan strategi meredakan nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas (1.09314) keperawatan selama 1x24 jam, Tingkat Ansietas Observasi (L.09093) menurun, dengan kriteria hasil sebagai 1. Identifikasi berikut : saat tingkat anxietas 1.Verbalisasi berubah (mis. Kondisi, kekhawatiran akibat waktu, stressor) kondisi yang dialami 2. Identifikasi menurun kemampuan mengambil 2.Perilaku gelisah keputusan menurun 3. Monitor



3.Perilaku tegang menurun 4.Frekuensi pernafasan membaik 5.Frekuensi nadi membaik 6.Frekuensi tekanan darah membaik



tanda anxietas (verbal dan non verbal) Terapeutik 1.



2.



3. 4. 5. 6. 7.



Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan Pahami situasi yang membuat anxietas Dengarkan dengan penuh perhatian Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang



Edukasi 1.



2.



3. 4.



5. 6.



Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi Latih



kegiatan untuk ketegangan



pengalihan, mengurangi



7.



Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat 8. Latih teknik relaksasi Kolaborasi Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan d.d. Kurangnya terpapar informasi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, Tingkat Pengetahuan (L.12111) meningkat, dengan kriteria hasil sebagai berikut : 1.Perilaku sesuai anjuran meningkat 2.Verbalisasi minat dalam belajar meningkat 3.Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat 4.Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat 5.Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun 6.Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun



Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit d.d.mengeluh tidak nyaman dan gelisah (D.0074)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, Status Kenyamanan (L.08064) meningkat dengan kriteria hasil sebagai berikut : 1. Keluhan tidak nyaman menurun



Edukasi Kesehatan (1.12383) Observasi Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi; faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik 1.Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan 2.Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3.Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1.Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2.Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat; strategi yang dapat digunakan untuk menigkatkan perilaku hidup bersih dan sehat Edukasi Kesehatan (1.12383) Observasi Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi; faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi



2. Gelisah menurun Gatal menurun



Disfungsi seksual b/d perubahan struktur/tubuh



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, Fungsi seksual (L.07055) membaik dengan kriteria hasil sebagai berikut: 1.Kepuasan seksual meningkat 2.Verbalisasi aktivitas seksual berubah menurun 3.Verbalisasi fungsi seksual berubah menurun 4.Keluhan nyeri saat berhubungan seksual menurun 5.Hasrat seksual membaik



perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik 1.Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan 2.Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3.Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1.Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2.Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat; strategi yang dapat digunakan untuk menigkatkan perilaku hidup bersih dan sehat Konseling Seksualitas (1.07214) Observasi 1.Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem reproduksi, masalah seksualitas dan penyakit menular seksual 2.Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan penyebab 3.Monitor stres, kecemasan, depresi dan penyebab disfungsi seksual Terapeutik 1.Fasilitasi komunikasi antara klien dan pasangan 2.Berikan kesempatan kepada pasangan untuk menceritakan permasalahan seksual, dan saran yang sesuai dengan kebutuhan pasangan dengan menggunakan Bahasa yang mudah diterima, dipahami dan tidak menghakimi. Edukasi 1.Jelaskan efek samping pengobatan, Kesehatan dan penyakit terhadap disfungsi seksual



2.Infromasikan pentingnya modifikasi pada aktivitas seksual Kolaborasi Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu



BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN A. Kasus Ny. F (27 th) datang diantar oleh suaminya Tn. R (30 th) ke RS pada 20 Juni 2020 pukul 09.50 WIB, dengan keluhan cemas karena sejak 10 hari yang lalu terasa sakit pada perut bagian bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid, serta dengan pengeluaran darah haid yang banyak hingga ganti 5x pembalut/hari, keputihan berbau dan gatal, Ny. F mengatakan suami apabila BAK mengeluarkan nanah dan merasa nyeri pada saat buang air kecil. Sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit yang serius. Ny. F mengatakan telah menikah selama 3 tahun, belum memiliki anak dan tidak ada memiliki gangguan reproduksi, serta tidak menggunakan alat kontrasepsi. Ny. F pertama kali haid pada usia 12 tahun, dengan siklus 28 hari selama 6 hari, serta 3-4x/hari mengganti pembalut. Ny. F makan 3x sehari dengan selera makan baik, terdiri dari nasi, lauk pauk, dan buah. BAB: 1–2x sehari. BAK: 4-5x sehari. Ny. F tidur siang selama  12 jam dan malam  7-8 jam. Kegiatan seksual dilakukan 2x seminggu, akhir-akhir ini sering terasa nyeri, aktivitas seksual berubah, hubungan seksual tidak memuaskan dan hasrat seksual menurun. Ny. F adalah seorang ibu rumah tangga, dan suaminya berkerja sebagai karyawan swasta. Hasil pemeriksaan fisik dan TTV menunjukkan TD : 120/80, T : 37,5oC, N : 84 x/mnt, R : 20x/mnt, BB : 55 Kg, TB : 155 cm. B. Pengkajian I. IDENTITAS PASIEN a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.



Nama No. Rekam Medis Tanggal Lahir Usia Pendidikan Terakhir Pekerjaan Agama Suku/bangsa Alamat No. Telp



: Ny. F : 150xxx : Tidak terkaji : 27 th : SMA : Ibu Rumah Tangga : Islam : Banjar : Malang : 081xxxxxxxxxx



II. PENANGGUNG JAWAB (Suami/Keluarga) a. b.



Nama Hubungan dengan klien



: Tn.R : Suami



c. d. e. f. g. h. i.



Usia Pendidikan Terakhir Pekerjaan Agama Suku/bangsa Alamat No. Telp



III. KELUHAN UTAMA



: 30 th : SMA : Karyawan Swasta : Islam : Bugis : Malang : 081xxxxxxxx : terasa sakit pada perut bagian bawah sebelah kiri



IV. RIWAYAT PERKAWINAN : Status Menikah : ( √ ) Ya ( ) Tidak Menikah : 1 kali, Menikah pertama usia 24 tahun Lama Pernikahan : 3 tahun Lain-lain, sebutkan : belum dikaruniai anak V. RIWAYAT KONTRASEPSI (KB) : a. Riwayat kontrasepsi terdahulu : tidak menggunakan alat kontrasepsi Metode yang pernah dipakai : tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi 1. ___________________lama : ___________(Bulan/Tahun) 2. ___________________lama : ___________(Bulan/Tahun) 3. ___________________lama : ___________(Bulan/Tahun) 4. ___________________lama : ___________(Bulan/Tahun) b. c.



Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini : - lama : - (Bln/Thn) Keluhan KB : -



VI. RIWAYAT OBSTETRI TERDAHULU : No



Tgl/Bln/Thn Tempat Umur Partus Partus Hami l



Pengalaman menyusui : Ya/Tidak



VII.



Jenis Penolong Persalinan Persalina n



Penyulit BB Hidup/ Lahir Mati



Berapa lama : belum pernah hamil



RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Klien mengeluh cemas karena sejak 10 hari yang lalu terasa sakit pada perut bagian



bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid, serta dengan pengeluaran darah haid yang banyak hingga ganti 5x pembalut/hari, keputihan berbau dan gatal,



Ny. F mengatakan suami apabila BAK mengeluarkan nanah dan merasa nyeri pada saat buang air kecil. Kegiatan seksual dilakukan 2x seminggu, akhir-akhir ini sering terasa nyeri, aktivitas seksual berubah, hubungan seksual tidak memuaskan dan hasrat seksual menurun.



VIII.



ADANYA MASALAH LAIN SELAMA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN GINEKOLOGI TERDAHULU : -



IX. PEMERIKSAAN UMUM : a. Status Obstetrik b. Keadaan Umum c. Kesadaran d. Berat Badan e. Tanda-tanda Vital :



: baik : Compos Mentis



Tekanan Darah



: 120/80 mmHg,



Pernafasan



: 20x/menit



X. PEMERIKSAAN FISIK : a. Kepala : 1. Distribusi rambut 2. Lesi/pembengkakan 3. Nyeri saat diraba 4. Keluhan Sebutkan b. Wajah : 1. Edema wajah 2. Keluhan Sebutkan



Tinggi Badan



: 155 cm



Nadi : 84x /menit



Suhu : 37,5 ºC



:(√) :( ) :( ) :( ) :-



merata Ya Ya Ya



( ) (√ ) (√ ) (√ )



tidak tidak ada tidak ada tidak ada



:( ) :( )



Ya Ya



(√) (√ )



tidak ada tidak ada



Sklera ikterik Konjuntiva anemis Keluhan tidak ada



Sebutkan



Sebutkan



: 55 Kg,



:-



c. Mata : 1. 2. 3.



d. Hidung 1. 2. Polip 3.



: G0 P0000 Ab000



:( ) :( )



Ya Ya :( )



(√ ) (√ ) Ya



tidak tidak ( √



)



::



Sekret :( ) Keluhan tidak ada :-



:( ) Ya



Ya :( )



(√ ) Ya



(√ ) tidak



tidak (







)



e. Mulut dan Bibir : 1. Rongga mulut 2. Bibir 3. Caries gigi 4. Keluhan Sebutkan



f. Telinga 1. 2.



( ( ( (



) kotor ( ) radang ) kering ( ) sianosis √ ) tidak ada √ ) tidak ada



::



Serumen Sekresi tidak ada



3.



:( )



Keluhan tidak ada :-



Sebutkan



g. Leher 1. 2.



: ( √ ) bersih : ( √ ) lembab : ( ) Ya : ( ) Ya



Ya :( )



Ya



(√ )



tidak ada ( √ )



:( )



Ya



(√ )



:



Kelejar tiroid Keluhan tidak ada



Sebutkan



h. Ketiak : 1. Kelenjar limfe 2.



:( )



membesar : ( ) Ya



(√)



tidak ( √



)



:: :( )



membesar



Keluhan tidak ada



Sebutkan



j. Payudara : 1. Puting lecet 2. Pengeluaran ASI 3. Bentuk 4. Teraba ada massa



tidak



:( )



Ya



(







)



:-



i. Oksigenasi dan ventilasi : 1. Frekuensi pernafasan (RR) 2. Irama nafas 3. Suara nafas wheezing 4. Suara jantung S1-S2 galop 5. Capilary refil 6. Tekanan darah 7. frekuensi nadi 8. Irama nadi 9. Keluhan Sebutkan



(√ )



: 20x/menit : ( ) reguler : ( √ ) vesikuler



(√) ( )



irreguler ronchi



: ( √ ) normal



( )



murmur



: ( √ ) < 3 detik : 120/80 mmHg : 84x/menit : ( ) reguler : ( ) Ya



( )



> 3 detik



(√ ) (√ )



irreguler tidak ada



( ) (



)



: -



: ( √ ) eksverted ( ) datar ( ) inverted ( ) : ( ) Ya : ( √ ) simetris : ( ) ada massa



(√ ) ( ) ( )



tidak ada tidak simetris hangat ( √ ) tidak



5. Kebersihan 6. Keluhan



: bersih : ( ) Ya



Sebutkan



( √)



tidak ada



:-



k. Abdomen : Involusio Uteri 2. Tinggi fundus uteri 3. Diastasis rektus Abdominis 4. Kandung kemih 5. Keluhan



: - cm. Kontraksi : ( ) Ya (√) Tidak : ( √ ) < 2 jari / 2 cm ( ) > 2 jari / 2 cm :: ( √ ) Ya ( ) tidak ada Sebutkan : terasa sakit pada perut bagian bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid.



l. Perineum dan Genetalia 1. Vagina 2. Edema 3. Memar 4. Hematom 5. Perineum Tanda REEDA R : Kemerahan E : Bengkak E : Echimosis D: Discharge 6. 7.



8.



9.



:



: terasa gatal : ( ) Ya (√ ) : ( ) Ya (√ ) : ( ) Ya (√ ) : Utuh/Episiotomi/Ruptur



tidak tidak tidak



: ( ) Ya ( √ ) tidak : ( ) Ya ( √ ) tidak : ( ) Ya ( √ ) tidak : ( √ ) Ya ( ) tidak Serum/Pus/Darah A : Approximate : ( ) Baik ( √ ) tidak Kebersihan : ( ) Ya ( √ ) tidak Lochea :Jumlah :Jenis/warna :Konsistensi :Bau :Hemorrhoid :Derajat :Berapa lama : -, Nyeri : ( ) Ya ( ) Tidak Masalah Khusus :Keluhan : ( √ ) Ya ( ) tidak ada Sebutkan : pengeluaran darah haid yang banyak hingga ganti 5x pembalut/hari, keputihan berbau dan gatal.



m. Extremitas 1. a) b) 2.



: Ektremitas Atas



Edema Varises tidak Ektremitas Bawah



a) b)



Edema Varises tidak



:



:( )



Ya :( )



(√ ) Ya



tidak ( √



)



tidak ( √



)



:



:( )



Ya :( )



(√ ) Ya



c)



Tanda Hoffman Keluhan tidak ada



Sebutkan



: -



3.



n. Masalah Khusus 1. 2. 3. 4. 5.



:( ) :( )



+ Ya



(√ ) ( √ )



:



Eliminasi : Istirahat dan kenyamanan : Mobilisasi dan latihan : Nutrisi dan cairan : Keadaan Psikologis : Cemas



6. Kemampuan Menyusui :-



XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan laboratorium :b. Foto Thorax, USG (lain-lain, sebutkan) : XII. TERAPI (Advi ce Dokter, dll, sebutkan) : XIII. Lain-lain: Malang, 20 Juni 2020



ttd



(Rani Karisma Rosul)



C. Analisa Data DATA (Tanda mayor & minor)



PENYEBAB



DS : Agen pencedera Klien mengatakan sejak 10 fisik hari yang lalu terasa sakit pada perut bagian bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid.



MASALAH KEPERAWATAN



Nyeri Akut (D.0077)



DO : 1) Tampak meringis 2) Bersikap protektif 3) Gelisah



DS : Kurang terpapar Klien cemas karena sejak 10 informasi hari yang lalu terasa sakit pada perut bagian bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid DO : 1) Tampak gelisah 2) Tampak tegang



Ansietas (D.0080)



DS : Klien mengatakan kegiatan seksual dilakukan 2x seminggu, akhir-akhir ini sering terasa nyeri, aktivitas seksual berubah, hubungan seksual tidak memuaskan dan hasrat seksual menurun.



Perubahan struktur/fungsi tubuh



Disfungsi seksual (D.0069)



Gejala penyakit



Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)



DO : -



DS : Klien mengatakan keputihan berbau dan gatal DO : Klien tampak gelisah



D. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah (D.0077) 2) Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit d.d.mengeluh tidak nyaman dan gelisah (D.0074) 3) Disfungsi seksual b/d perubahan struktur/tubuh d.d. mengungkapkan aktivitas seksual berubah, hubungan seksual tidak memuaskan, hasrat seksual menurun dan mengeluh nyeri saat berhubungan seksual (D.0069) 4) Ansietas b/d kurang terpapar infromasi d.d.merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah dan tampak tegang (D.0080)



E. Luaran Keperawatan dan Intervensi Keperawatan DX KEP. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah (D.0077)



Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit d.d.mengeluh tidak nyaman dan gelisah (D.0074)



LUARAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, Tingkat Nyeri (L.08066) menurun dengan kriteria hasil sebagai berikut : 1.Keluhan nyeri menurun 2.Gelisah menurun 3.Tekanan darah membaik



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, Status Kenyamanan (L.08064) meningkat dengan kriteria hasil sebagai berikut : 1. Keluhan tidak nyaman menurun 2. Gelisah menurun 3. Gatal menurun



INTERVENSI Manajemen Nyeri (1.08238) Observasi 1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, skala, respon non verbal terhadap nyeri 2.Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri Terapeutik 1.Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri 2.Fasilitasi istirahat dan tidur 3.Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 1.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2.Jelaskan strategi meredakan nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Edukasi Kesehatan (1.12383) Observasi Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi; faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik 1.Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan 2.Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan



Disfungsi seksual b/d perubahan struktur/tubuh d.d. mengungkapkan aktivitas seksual berubah, hubungan seksual tidak memuaskan, hasrat seksual menurun dan mengeluh nyeri saat berhubungan seksual (D.0069)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, Fungsi seksual (L.07055) membaik dengan kriteria hasil sebagai berikut: 1.Kepuasan seksual meningkat 2.Verbalisasi aktivitas seksual berubah menurun 3.Verbalisasi fungsi seksual berubah menurun 4.Keluhan nyeri saat berhubungan seksual menurun 5.Hasrat seksual membaik



Ansietas b/d kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24



3.Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1.Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2.Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat; strategi yang dapat digunakan untuk menigkatkan perilaku hidup bersih dan sehat Konseling Seksualitas (1.07214) Observasi 1.Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem reproduksi, masalah seksualitas dan penyakit menular seksual 2.Identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan penyebab 3.Monitor stres, kecemasan, depresi dan penyebab disfungsi seksual Terapeutik 1.Fasilitasi komunikasi antara klien dan pasangan 2.Berikan kesempatan kepada pasangan untuk menceritakan permasalahan seksual, dan saran yang sesuai dengan kebutuhan pasangan dengan menggunakan Bahasa yang mudah diterima, dipahami dan tidak menghakimi. Edukasi 1.Jelaskan efek samping pengobatan, Kesehatan dan penyakit terhadap disfungsi seksual 2.Infromasikan pentingnya modifikasi pada aktivitas seksual Kolaborasi Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu Reduksi Ansietas (1.09314)



infromasi d.d.merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah dan tampak tegang (D.0080)



jam, Tingkat Ansietas (L.09093) menurun, dengan kriteria hasil sebagai berikut : 1.Verbalisasi kekhawatiran akibat kondisi yang dialami menurun 2.Perilaku gelisah menurun 3.Perilaku tegang menurun 4.Frekuensi pernafasan membaik 5.Frekuensi nadi membaik 6.Frekuensi tekanan darah membaik



Observasi 1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal) Terapeutik 1.



2.



3. 4. 5. 6. 7.



Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan Pahami situasi yang membuat anxietas Dengarkan dengan penuh perhatian Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang



Edukasi 1.



Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami 2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika



perlu 4.



5. 6.



7.



8.



Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat Latih teknik relaksasi



Kolaborasi Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA Gant, N. F. & Cunnighnam, F. (2010). Dasar-Dasar Ginekologi &Obstetri. Jakarta : EGC. Manuaba, I. A. (2010). Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC. Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika. PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.



SOP VULVA HYGIENE A.  DEFINISI Tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk membersihkan alat kelamin wanita bagian luar. B.  TUJUAN 1. Menjaga kebersihan diri terutama perineal genital 2. Mencegah infeksi 3. Menghindari kelembapan berlebih 4. Memberikan pengobatan 5. Memberika rasa nyaman C. INDIKASI 1. pasien dengan penurunan kesadaran 2. Pasien post partum 3. pasien dengan luka episiotomii 4. pasien dengan masalah pada genitalia



D. PERSIAPAN PASIEN 1.



Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan



2.



Memposisikan pasien sesuai kebutuhan



E. PERSIAPAN ALAT 1. Kom steril berisi kapas savlon/kapas sublimat 2. Sarung tangan 3. Pinset anatomis 4. Korentang 5. Perlak 6. Bengkok



7. Pispot 8. Baskom berisi air bersih 9. Celana dalam F. PROSEDUR TINDAKAN 1. Dekatkan alat-alat 2. Atur posisi dorsal recumbent 3. Lepas celana dalam 4. Cuci tangan 5. Kenakan sarung tangan 6. Pasang perlak dan pispot 7. Guyur alat genitalia luar dengan air bersih 8. Ambil kapas savlon dengan piset bungkung ibu jari dan telunjuk kiri dengan kapas savlon dan renggangkan labia dengan tangan kanan ambil kapas savlon dengan menggunakan pinset 9. Usapkan kapas savlon pada labia mayora kanan, labia mayora kiri dan minora. Satu kapas digunakan untuk satu labia. Sekali usap dan buang kebengkok. 10. Pasang pembalut dan celana dalam 11. Rapikan alat 12. Kembalikan pasien pada posisi semula 13. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 14. Dokumentasikan tindakan