Meti R - LP Mobilisasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MOBILISASI Dosen Pengampu : Trina Kurniawati, M. Kep



Disusun oleh : METI RISQIYATI NIM. 202002040017



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN 2020



1.



Pengertian Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008 dalam Brata, 2017). Manfaat dari gerakan tubuh antara lain, tubuh menjadi segar, memperbaiki tonus otot, mengontrol berat badan, merangsang peredaran darah, mengurangi stres, meningkatkan relaksasi, memperlambat proses penyakit (penyakit degeneratif), untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh), sedang untuk anak merangsang pertumbuhan (Kasiati dan Ni Wayan, 2016). Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008 dalam Brata, 2017). Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing  Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomi akibat perubahan fisiologi (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005 dalam Brata, 2017).



2.



Tinjauan Anatomi a. Tulang Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,



fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa. b. Otot dan Tendon Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali. c. Ligamen Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas,



oleh



karena



itu



jika



terputus



akan



mengakibatkan



ketidakstabilan. d. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.  



e. Sendi Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis. 3.



4.



Manisfestasi Klinik a. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan. b. Keterbatasan menggerakan sendi. c. Adanya kerusakan aktivitas. d. Penurunan ADL dibantu orang lain. e. Malas untuk bergerak atau mobilitas Patofisiologi Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis,



dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah. 5.



Etiologi Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit. Penyebab secara umum: a. Kelainan postur b. Gangguan perkembangan otot c. Kerusakan system saraf pusat d. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular e. Kekakuan otot (Rizky, 2013 dalam Zanuri, 2018).



6.



Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : a. Gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena berdampak pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari. b. Proses penyakit atau cedera. Hal ini dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah. c. Kebudayaan. orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang



mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang dilarang untuk beraktivitas. d. Tingkat energi. Untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup. e. Usia dan Status perkembangan.



Terdapat kemampuan mobilitas pada



tingkat usia yang berbeda. 7.



Pemeiksaan Penunjang. a. Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan perhubungan tulang. b. Laboratorium. c. Darah rutin, factor pembekuan darah golongan darah crostet dan analisa. d. Radiologis



8. Komplikasi. a. Perubahan metabolik. b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. c. Gangguan pengubahan zat gizi. d. Gangguan fungsi gastrointestinal. e. Gangguan sistem pernafasan. f. Perubahan kardiovaskuler. g. Perubahan sistem muskuloskeletal. h. Perubahan sistem integumen i. Perubahan eliminasi. j. Perubahan perilaku. 9.



Penatalaksanaan a. Body Mekanik Penggunaan organ secara efisien dan efektif sesuai dengan fungsinya, meliputi: 1) Body Alighment (postur) 2) Postur yang baik yaitu menggunakan otot dan rangka secra benar,misalnya padaposisi duduk,berdiri dan lain-lain. 3) Keseimbangan Keseimbangan keadaan postur tubuh merupakan kesesuaian antara garis sumbu dengan sentralnya (gravitasi). 4) Koordinasi Pergerakan Tubuh



5) Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti mengangkat benda. b. Tindakan yang berhubungan dengan mobilitas dam ambulasi 1) Membantu klien untuk latihan ambulasi 2) Membantu merubah posisi 3) Memindahkan klien dan membantu untuk duduk 4) Melatih ROM exercise 5) Membatu klien turu dari tempat tidur dan berdiri. c. Mencapai Kemandirian Penuhdalam Aktivitas Perawatan Diri. 10. Pengkajian Keperawatan a. Pemeriksaan Fisik Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang. b. Mengkaji sistem persendian, luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi. c. Mengkaji sistem otot, kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot. d.  Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson). e. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. f. Mengkaji kemampuan mobilitas



Tingkat aktivitas / mobilitas



Kategori



Tingkat 0



Mampu merawat diri secara penuh



Tingkat 1



Memerlukan penggunaan alat



Tingkat 2



Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain



Tingkat 3



Memerlukan



bantuan,



pengawasan



dan



peralatan Tingkat 4



Sangat



tergantung



melakukan



atau



atau



tidak



berpartisipasi



dapat dalam



perawatan g. Mengkaji kekuatan otot pasien, tingkat kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas Skala 0 1 2 3 4 5



Ciri-ciri



Lumpuh total Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi ( hanya bergeser) Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau melawan tahanan pemeriksa Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatanya berkurang Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal



11. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul a. Hambatan mobilitas fisik



b. Nyeri akut c. Intoleransi Aktivitas



12. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan Penjelasan Keilmuan Gangguan Mobilitas Keterbatasan gerakan Fisik fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri



Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat dengan kriteria hasil: - Pergerakan ekstremitas meningkat - Kekuatan otot meningkat - ROM meningkat - Kaku sendi menurun - Gerakan terbatas menurun



-



-



-



-



Intervensi Identifikasi indikasi dilakukan latihan Identifikasi keterbatasan pergerakan Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri pada saat bergerak Lakukan gerakan pasif desuai dengan kebutuhan Jelaskan tujuan dan prosedur latihan Anjurkan untuk melakukan rentang gerak pasif dan aktif secara sistematis Kolaborasi dengan keluarga untuk memotivasi pasien dalam kegiatan rentang gerak



Rasional Menentukan tindakan keperawatan yang tepat



Membantu kekuatan otot



meningkatkan



Agar pasien dapat memahami dan melakukannya sendiri Mencegah terjadinya kekakuan sendi yang lain Memanfaatkan keluarga dalam proses penyembuhan



Nyeri akut



Pengalaman sensorik atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan



Intoleransi Aktivitas



Ketidakcukupan energi fisiologis dan/atau psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari



Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi lokasi, Menentukan tindakan keperawatan diharapkan karakteristik, durasi keperawatan yang tepat nyeri pasien berkurang frekuensi, kualitas, skala dengan kriteria hasil : dan intensitas nyeri - Melaporkan nyeri - Identifikasi faktor yang Memberikan rasa nyaman dan terkontrol meningkat memperberat dan aman - Kemampuan mengenali memperingan nyeri untuk onset nyeri meningkat - Berikan teknik non Memudahkan meredakan nyeri secara tepat - Kemampuan mengenali farmakologis untuk penyebab nyeri mengurangi rasa nyeri Kemampuan menggunakan (kompres hangat, Mengurangi rasa nyeri teknik non-farmakologis relaksasi napas dalam) - Fasilitasi istirahat dan tidur - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri - Jelaskan strategi meredakan nyeri - Kolaborasi pemberian analgetik Setelah dilakukan tindakan - identifikasi gangguan Menentukan tindakan keperawatan diharapkan fungsi tubuh yang keperawatan yang tepat aktivitas pasien toleran mengalami kelelahan dengan kriteria hasil : - monitor pola dan jam tidur - Tekanan darah dalam - Lakukan latihan rentang batas normal gerak pasif atau aktif Meningkatkan kekuatan otot - Berjalan dengan langkah - Berikan aktivitas distraksi yang efektif yang menenangkan



-



Kaku pada persendian - Jelaskan jenis latihan yang menurun sesuai dengan kondisi Keluhan kelelahan kesehatan menurun - Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk memaksimalkan penyerapan oksigen selama latihan fisik - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap



13. Daftar Pustaka, Buku dan website (dengan referensi maksimal 10 tahun terakhir). a. Brata, Ayu Tanu. (2017). Laporan Pendahuluan Mobilitas Fisik, diakses



pada



5



Mencegah terjadinya cedera saan latihan Memaksimalkan dengan baik



Oktober



2020



b. Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. c. Nursepreneurs. (2014). Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi), diakses



pada



5



Oktober



2020,



d. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia e. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia



kegiatan



f. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia g. Zanuri,



Puput.



(2018).



Laporan



Kebutuhan



Dasar



Manusia,



diakses



pada



tanggal



5



Oktober



2020,