Afifah Ukhti Deviasi - Makalah Pengambilan Spesimen Urine Dan Feses [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGAMBILAN SPESIMEN URINE DAN FESES PENAMPUNGAN URI DAN PEMERIKSAAN CCT



Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah



AFIFAH UKHTI DEVIASI P27220020048



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA 2021



PENGAMBILAN SPESIMEN URINE DAN FESES, PENAMPUNGAN URI DAN PEMERIKSAAN CCT



A. Pengambilan Spesimen Urine



Mengambil urine / air kemih sebahai bahan untuk pemeriksaan laboatotium bertujuan untuk membantu menegakkan diagnose sehingga memudahkan pengobatan ,mengetahui reaksi obat dll. Dilakukan untuk pasien baru, pasien yang akan atau sesudah pembedahan, pasien yang mendapatkan obat tertentu, pasien hamil, pasien dengan penyakit yang ada hubungannya dengan system perkemihan, pemeriksaan khusus dalam rangka pemeriksaan lengkap (general cek up) dan sebagai pemeriksaan ulang. Cara - cara pengambilan urine di sesuaikan menurut macam kebutuhan pemeriksaan. Urine biasa (pengambilan secukupnya urine pasien yang dikeluarkan secara biasa). Tujuan untuk pemeriksaan kadar / jumlah zat - zat yang terkandung di dalamnya misalnya gula dalam urine, untuk pemeriksaan kehamilan. Urine steril (pengambilan urine secukupnya dari pasien yang bersangkutan secara steril dengan menggunakan alat*alat steril untuk pembiakan dan resistensi). Tujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah kuman penyebab penyakit, adanya infeksi pada urethra, ginjal, dll, kepekaan kuman terhadap beberapa jenis obat. Dilakukan pada pasien dengan penyakit infeksi yang lama atau berat, pasien dengan pengobatan tertentu, pasien dengan kelainan*kelainan ginjal dan alat - alat / saluran - salurannya. Urea clearance test / UCT (pengambilan air kemih secara bertahap di sertai dengan pengambilan darah untuk pemeriksaan ureum setelah pasien di berimakan khusus / diit UCT). Tujuan untuk mengetahui faal glomeruli. &ilakukan pada pasien dengan kelainan ginjal, batu ginjal, pasien dengan kelainan kelenjar prostat, pasien hypertensi, pasien penyakit jantung.



B. Pengambilan spesimen feses



Pengumpulan sampel feses dilakukan untuk menyediakan bahan pemeriksaan laboratorium. Cara pengumpulan sampel ditentukan berdasarkan tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan, jenis pemeriksaan yang lazim dilakukan, yaitu pemeriksaan feses lengkap dan pemeriksaan kultur. (Eni Kusyanti, 2012) 1. Persiapan Alat (Eni Kusyanti, 2012) a. Sarung tangan b. Lidi dua batang / spatel lidah dari kayu c. Baskom berisi air hangat dua buah d. Waslap e. Sampiran f. Bedak g. Handuk kecil h. Pispot dua buah i. Wadah sampel feses j. Urinal jika perlu k. Kertas tisu l. Vaselin/pelicin m. Kapas basah



2. Prosedure pelaksanaa pengambilan feses a. Pengambilan sampel feses pada pasien ambulasi Apabila klien tidak dapat melakukan mobilisasi maka langkah pengambilan sampel fesesnya dengan menggunakan pispot, langkahnya sebagai berikut (wahit, Lilis, & Joko, 2015) : -



Pastikan klien ingin melakukan defekasi jika sudah ingin defekasi maka beritahu perawat



-



Jika sudah ingin defekasi bantu klien untuk menggeserkan badannya ke salah satu sisi pispot.



-



Taburkan bedak pada punggung klien untuk mencegah kulit menempel pada pispot



-



Letakan pispot dengan mantap pada bokong klien dengan bagian yang bercelah mengarah ke kaki klien.



-



Letakan gulungan handuk kecil di bawah kurva lumbal punggung agar nyaman



-



Ketika posisi klien sudah nyaman maka tinggikan kepala tempat tidur klien 30 derajat



-



Tinggikan posisi lutut dan minta klien untuk menekukan lututnya.



-



Jika klien sudah defekasi maka ambil feses menggunakan lidi/spatel lidah dan pindahkan ke wadah spesimen



-



Kalau sudah selesai maka bersihkan daerah perineal dengan tisu toilet dari arah pubis ke anal.



Pengambilan sampel feses pada pasien yang dapat melakukan ambulasi (Eni Kusyanti,2012) : -



Letakkan peralatan yang diperlukan di dalam kamar mandi.



-



Minta klien untuk buang air besar dalam pispot yang telah disediakan dan beri tahu klien untuk tidak mencampurkan sampel feses di dalam pispot dengan air ataupun urine.



-



Ambil sedikit sampel feses untuk pemeriksaan menggunakan lidi dan masukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan



b. Pengambilan sampel pada pasien yang susah BAK (Caroline Bunker, 2014): -



Periksa TTV pasien



-



Pakai dua sarung tangan



-



Posisikan pasien ke arah miring atau dorsal rekumben



-



Selimuti pasien sehingga tubuh pasien tertutup



-



Oleskan vaseline/pelicin pada sarung tangan



-



Intrusikan pasien untuk mengambil napas pendek dan terengah – engah selama prosedure



-



Masukan secara hati hati satu atau dua jari ke arah rektum lalu rotasikan jari ketika sudah teraba fesesnya



-



Jika sudah maka masukan feses ke dalam wadah spesimen



-



Bantu klien untuk ke kamar mandi untuk membersihkan area rektal.



c. Pengambilan sampel feses pada bayi (Caroline Bunker, 2014): -



Anjurkan bayi untuk memakai popok terlebih dahulu jangan memakai pempers



-



Jika bayi sudah defekasi maka lepaskan popok



-



Masukan popok kedalam kantong bahaya hayati



-



Beri label pada kantong hayati tersebut



-



Ambil feses yang ada di popok



-



Masukan kedalam wadah spesimen feses yang sudah diberi label



C. Penampungan Uri



Botol penampung (wadah) urine harus bersih dan kering. Adanya air dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang kelak berkembang biak dalam urine dan mengubah susunannya. Wadah urine yang terbaik adalah yang berupa gelas dengan mulut lebar yang dapat disumbat rapat dan sebaiknya urine dikeluarkan langsung ke wadah tersebut. Jika hendak memindahkan urine dari wadah ke wadah lain, kocoklah terlebih dahulu, supaya endapan ikut terpindah. Berilah keterangan yang lengkap tentang identitas sampel pada wadah spesimen (Gandasoebrata, 2013).



D. Pemeriksaan CCT



Bersihan kreatinin adalah perbandingan tingkat kreatinin dalam urin dengan tingkat kreatinin dalam darah, kreatinin adalah produk hasil metabolisme kreatin, keratin adalah protein yang merupakan bagian penting dari otot. Bersihan Kreatinin = Kadar Kreatinin Urin (mg/mL) x Jumlah produksi urin (mL/menit) Kadar kreatinin Plasma (mg/mL) Tes bersihan kreatinin membantu memperkirakan laju filtrasi glomerulus atau glomerular filtration rate (GFR) yang menunjukan fungsi ginjal. Namun, karena sejumlah kecil kreatinin dilepaskan oleh saluran penyaringan di ginjal, bersihan kreatinin tidak persis sama dengan GFR. Bahkan, bersihan kreatinin biasanya melebihi GFR. Hal ini terutama berlaku pada pasien dengan gagal ginjal kronis. Nilai Normal Bersihan Kreatinin : Bersihan kreatinin diukur dengan satuan milliliters/menit (ml/min). Nilai normalnya laki-laki: 97 to 137 ml/min dan perempuan: 88 to 128 ml/min. Prosedur Tes Bersihan Kreatinin : Tes bersihan membutuhkan samel Urin tampung 24 jam dan kemudian darah vena diambil. Konsentrasi kreatinin di dalam urin tampung 24 jam dan didalam plasma darah kemudian diukur. Setelah itu diukur jumlah produksi urin setiap jam atau menitnya. Hasil dari ketiga pengukuran diatas kemudian digunakan untuk menghitung bersihan kreatinin dengan rumus : Bersihan Kreatinin = Kadar Kreatinin Urin (mg/mL) x Jumlah produksi urin (mL/menit) Kadar kreatinin Plasma (mg/mL) Misalkan seseorang memiliki konsentrasi kreatinin dalam plasma darah 0,01 mg / mL dan dalam 1 jam menghasilkan 60ml urin (1 mL / menit) dengan konsentrasi kreatinin 1,25 mg / mL, Maka bersihan keratin= 1,25 mg/mL x 1 mL/mnt = 125 mL/menit 0,01 mg/mL. Cara lain yang sering digunakan adalah menggunakan Cockcroft-Gault formula: Perkiraan Bersihan Kreatini = (140 – Umur) x Berat Badan (Kg) x Konstanta Kreatinin Serum (umol/L) Nilai konstanta 1,23 untuk laki-laki dan 1,04 untuk perempuan. Cystatin C Akhir-akhir ini telah dikembangkan sebuah marker baru dalam mengevaluasi laju fitrasi glomerulus yaitu dengan mengukur kadar cystatin C dalam serum. Cystatin C adalah protein berbasis nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh semua sel berinti. Cystatin C bebas filtrasi dalam glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal sehingga tidak disekresi maupun direabsorbsi sebagai suatu molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin C serum tidak bergantung umur, jenis kelamin dan masa otot maka cystatin C dapat dipakai sebagai marker yang lebih baik dibandingkan dengan kadar kreatinin serum dalam mengukur laju fitrasi glomerulus.



DAFTAR PUSTAKA



Nuzul, Denurta. Dkk. 2018. “Makalah Pengambilan Feses”. (online), (https://pdfcoffee.com/kdfeses-6-pdf-free.html, diakses pada Jumat, 3 September 2021) Utami, Adek Rizki. Dkk. 2016. “Makalah Pemeriksaan dan Pengambilan Spesimen”. (online), (https://pdfcoffee.com/makalah-pemeriksaan-dan-pengambilan-spesimen-pdf-free.html, diakses pada Jumat, 3 September 2021) Soplanit, Clarina Giselia. Tanpa tahun. “Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi Sistem Perkemihan”. (online), (https://text-id.123dok.com/document/yd96vd1z-270679228pemeriksaan-laboratorium-dan-radiologi-sistem-perkemihan-oleh-clarina-giselia-soplanit.html, diakses pada Jumat, 3 September 2021) Tanpa nama. Tanpa tahun. “Chapter 2”. (http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1167/4/CHAPTER%202.pdf, diakses pada September 2021)



(online), Jumat, 3