Al Albani PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Silsilah Kitab Asanid Dan Biografi Ulama (2)



Sanad al-Imam Nashiruddin al-Albani rahimahullahu (w. 1420 H)



Ditulis oleh : Abu Abdillah as-Surianji



Seri : Silsilah Kitab Asanid & Biografi Ulama (2) Judul : Sanad al-Imam Nashiruddin al-Albani rahimahullahu Penulis : Abu Abdillah as-Surianji Penerbit : Grup Majelis Sama’i, Ijazah & Biografi Ulama Cetakan I Tahun : 1436 H/2015 M Cetakan II Tahun : 1439 H/2018 M



Dilarang Memperbanyak Isi Buku Ini Tanpa Izin Tertulis Dari Penulis



2



Pendahuluan ‫א‬ ‫و‬



‫و‬



‫א א‬



‫"ذ‬# ‫ و‬،% &' ‫و‬



‫( ن‬6 ‫ و‬K .‫ د‬0 12 3 45



#' ‫ و‬%( ) ‫؛‬



‫ و‬، 34 12



K "; ‫ و‬%(@7 ً‫( ن ) (א‬6 ‫ و‬K J ?5



‫ א‬%(65



،



= %( ‫ و‬J



( +‫ن א‬7 8 9: ; ‫= א‬- - = (# ‫و‬



Ketika sampai kepada penulis kabar ijazah Guru Kami al-Allamah al-Musnid Muhammad Amin Bu Khubzah hafizahullahu (lahir 1351 H), sontak sangat senang hati ini. Betapa tidak, beliau menyambungkan kita –secara riwayatdengan muhadits abad ini dan mujadid dari negeri Albania, al-Allamah al-Muhadits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullahu. Siapa yang tidak kenal dengan Muhadits yang satu ini? Karyanya melimpah dan bergizi tinggi, selalu disebutsebut dalam karya-karya ulama setelahnya seolah menjadi referensi wajib setiap penulis berkualitas. Puluhan atau ratusan orang mungkin telah menulis biografinya dalam berbagai bahasa. Jika kali ini saya menulis salah satu sisi dari biografinya juga, anggaplah ini sebagai sumbangan ilmiyah ku kepada mereka yang mencintai beliau rahimahullahu. Penulis melihat biografi beliau yang khusus ditinjau dari sudut panjang ilmu riwayah masih sangat jarang, apalagi yang berbahasa Indonesia.



3



Sebelumnya, risalah kecil ini telah penulis tulis di Majalah Online Komunitas Riwayah (Edisi 1), juga diblog pribadi penulis (as-surianji.blogspot.com), lalu sebagian kawan menyarankan agar tulisan ini bisa dicetak sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih luas. Aku melihat, ide itu satu hal yang positif. Penulis kemudian memasukan pembahasan Asanid al-Albani ini dalam buku Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar (Jilid 1), tapi secara ringkas, sesuai dengan maksud buku itu yang memang disajikan ringkas. Kemudian alhamdulillah, dicetak buku ini dengan konten yang memiliki kelebihan dari risalah-risalah sebelumnya dari segi kedetailannya. Dan anggap lah juga, ini sebagai pembelaan penulis kepada beliau dari tuduhan-tuduhan para pembenci yang jahat dan jahil. Telah sampai kepada kita sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam bahwa tidak dikatakan bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur kepada manusia. Allah sebagai saksinya, sungguh penulis banyak mengambil manfaat dari karya-karyanya, sehingga Allah Ta’ala bukakan pintu sunnah kepada ku melalui perantaraan beliau. Sudah pasti beliau tidak maksum, dan betapa kesalahan selalu ada pada tiap manusia. Hanya saja kesalahan ulama itu tidak usah dibesar-besarkan, sebab ia tertutupi dengan lautan kebaikan. Alangkah baiknya kita doakan saja, semoga Allah Ta’ala meluaskan kuburnya, memberi beliau jannah, dan mengampuni dosa-dosanya, amiin. Bandung, 1436 H Abu Abdillah as-Surianji



4



Daftar Isi



Pendahuluan ...................................................................



3



Daftar Isi .........................................................................



5



Biografi Ringkas .............................................................



7



Guru- Guru al-Albani ......................................................



9



1. Ayahnya, Nuh Najati ...............................................



9



2. Sa’id al-Burhani ........................................................



12



3. Raghib ath-Thabakh .................................................



15



4. Badruddin al-Hasani .................................................



18



5. Bahjat al-Baithar ......................................................



19



6. Ahmad Syakir ...........................................................



21



Sanad al-Albani Dalam Sama’i .......................................



24



Sanad al-Albani Dalam Ijazah ........................................



29



Apakah Aib Muhadits Yang Memiliki Sedikit Riwayat ...



43



Sanad al-Albani Kepada Kutubusittah ...........................



46



Murid al-Albani Dalam Riwayah ......................................



53



1. Bu Khubzah ...........................................................



55



2. Musa’ad Basyir ......................................................



58



Pujian Musnidin Kepada al-Albani .................................



61



Ijazah Bu Khubzah Kepada Penulis ................................



66



Album Photo al-Albani ....................................................



67



Daftar Pustaka ..................................................................



70



5



6



Biografi Ringkas Beliau Muhammad Nashiruddin bin Haji Nuh bin Adam bin Najati alArnauth1 al-Albani, Abu Abdirrahman. Lahir tahun 1332 H / 1914 M di sebuah kota di Albania. al-Allamah, alMuhadits, al-Mujadid, al-Faqih, asSalafi, Penulis yang produktif dan berkualitas, Penyeru kepada sunnah dan Musuh ahli bid’ah. Sejak kecil hidup di tengah-tengah keluarga ulama karena ayahnya adalah ulama besar Albania. Ketika usianya 9 tahun, beliau dibawa hijrah oleh Bapaknya itu ke Damaskus, Syam, karena fitnah yang menimpa negerinya. Pada awalnya beliau bermazhab Hanafi sebagaimana Ayah dan gurunya, kemudian Atsari, yakni hanya mengikuti dalil tanpa cenderung kepada salah satu mazhab. Lebih mendalami hadits dan sibuk dengan penelitian kitab-kitab. Perjalanan dakwahnya banyak yang menentangnya terutama dari kalangan ulama muqalid dan pengikut bid’ah, tapi banyak pula yang mendukungnya dari kalangan ahlus sunnah dan para ulamanya. Mengajar dan berdakwah di Damaskus, kemudian di Madinah, lalu di Beirut sampai menetap di Amman, Yordania, hingga meninggalnya. Beliau pernah dipenjara berkali-kali, diusir dan difitnah karena dakwahnya ini. 1



Al-Arnauth ini istilah orang-orang Syam bagi orang yang berasal dari wilayah Albania dan sekitarnya.



7



Karya tulis beliau sangat banyak dan berkwalitas. Murid-muridnya pun tersebar diberbagai negeri dengan ciri khas kesungguhan mereka berpegang dengan sunnah. Pujian kepada beliau datang dari berbagai kalangan, termasuk juga kalangan ahli riwayah yang akan kami kutipkan sebagiannya diakhir buku ini. Diperkirakan beliau hapal 100.000 hadits dengan sanad-sanadnya. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya langsung, beliau tidak membenarkan tidak pula menapikannya, itu ketawadhuan beliau rahimahullahu. Meninggal tahun 1420 H / 1999 M. Semoga Allah merahmatinya, dan memberinya surga firdaus. []



8



Guru-Guru al-Albani Sangat penting disisi ahli riwayat keterangan mengenai guru-guru yang kepadanya seseorang belajar dan mengambil ilmu, baik dirayah maupun riwayah. Bahkan sebagian ulama melarang seseorang belajar kepada mereka yang belajar tidak melalui guru. Sebagaimana dikutip dari Imam Ibn Abi Hatim Al-Razi rahimahullahu dengan sanadnya sampai Abdullah bin 'Aun rahimahullahu, bahawasanya beliau berkata:



BC



(6



=- ْ # ‫א א‬E0 EFG5 =



“Tidak boleh diambil ilmu ini (ilmu agama) melainkan dari orang yang telah disaksikan pernah menuntut ilmu pula (pernah berguru pula)”.2 Lalu adakah orang sekaiber Imam al-Albani rahimahullahu tidak memiliki guru sebagaimana pernyataan bodoh beberapa kelompok yang membencinya?. Sungguh sangat jauh panggang dari api.. bahkan guru-guru beliau dikenal dan masyhur keilmuwannya.



Ayahnya, Syaikh Nuh Najati Ayah beliau asy-Syaikh Haji Nuh bin Adam bin Najati (w. 1372 H) adalah ulama besar Albania.3 Beliau lulusan 2



al-Jarh Wa at-Ta'dil (2/ 28)



3



Ulama wal Mufakirun (1/267), Muhadits al-Ashr al-Imam Muhammad Nashruddin al-Albani Kama Araftahu hal. 9



9



Mahad-Mahad Ilmu Syari’ah di Astanah (Istambul).4 Sebuah kota dimana al-Allamah Muhammad Makki bin Azuz atTunisi as-Salafi (w. 1334 H) hijrah kesana (tahun 1313 H) dan menjadi qadhi. Tidak diketahui apakah Syaikh Nuh Najati sempat menimba ilmu darinya atau tidak. Namun dikisahkan beliau memang mengambil ilmu dari ulama besarnya (tanpa disebutkan namanya). 5 Haji Nuh bukan ulama sembarangan, dia adalah ulama rujukan mazhab Hanafi6 baik ketika di Albania maupun sesudah hijrahnya ke Damakus, Syam. Dalam biografi Syaikh al-Muhadits Abdul Qadir al-Arnauth rahimahullahu diterangkan bahwa Syaikh Abdul Qadir pun pernah belajar kepada Syaikh Nuh Najati, bapak dari Syaikh al-Albani. Dikisahkan pula, kalau Haji Nuh termasuk kawan dekat Syaikh Muhammad Sa’id al-Burhani, imam shalat mazhab Hanafi di Masjid Bani Umayyah, jika Syaikh alBurhani berhalangan maka Syaikh Nuh yang menjadi penggantinya. 7 Ayah Syaikh al-Albani hijrah dari Albania ke Syam untuk menyelamatkan agamanya dari fitnah. Penguasa baru Albania waktu itu, dikenal membenci Islam dan melarang umatnya menjalankan syari’at, termasuk menyuruh perempuan membuka hijabnya dan laki-laki dipaksa mengenakan pakaian orang-orang Eropa. Syaikh Nuh merasa 4



Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 3.



5



Muhadits al-Ashr al-Imam Muhammad Nashruddin al-Albani Kama Araftahu hal. 10



6



Shafahat Baidha hal. 23



7



Shafahat Baidha hal. 28



10



harus menyelamatkan diri dari fitnah ini, apalagi beliau telah mendengar hadits-hadits tentang keutamaan negeri Syam.8 Ketika orang-orang dinegerinya bertanya tentang kehijrahannya, “Ya Syaikh Nuh, apakah engkau takut kepada orang-orang kafir?”. Syaikh Nuh menjawab, “Aku tidak takut akan diriku, tetapi aku takut (kekafiran) akan menimpa anaku”.9 Semoga hijrahnya ini menjadi pahala besar diakhirat, dan kabar gembira didunia baginya berupa lahirnya seorang anak yang benar-benar sebagaimana doa Ayahnya dalam namanya: “Nashr ad-din” yakni penolong as-Sunnah (ad-Din). Sebagaimana firman Allah Ta’ala,



ِِ ْ ‫ﺎن أ‬ ٍ َ‫ﺘُـﻬﻢ ﺑِِﺈﳝ‬‫رﻳـ‬ُ‫ـﺒـﻌْﺘـﻬﻢ ذ‬‫ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮا واﺗ‬‫واﻟ‬ ‫ﺎﻫ ْﻢ ِﻣ ْﻦ‬ ُ َ‫ﺘَـ ُﻬ ْﻢ َوَﻣﺎ أَﻟَْﺘـﻨ‬‫رﻳـ‬ُ‫ ْﻢ ذ‬ ‫َﳊَ ْﻘﻨَﺎ‬ ْ ُ ْ ُ ََ َ َ َ َ ِ ‫ﻞ اﻣ ِﺮ ٍئ ِﲟﺎ َﻛﺴ‬ ‫ﻋﻤﻠِ ِﻬﻢ ِﻣﻦ ﺷﻲ ٍء ُﻛ‬ ‫ﲔ‬ ٌ ‫ﺐ َرﻫ‬ َ َ َ ْ ْ َ ْ ْ ََ “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya” (Qs. Ath-Thuur 2). Kepada Ayahnya ini, al-Albani belajar beberapa kitab dalam fiqh Hanafi, Mukhtashor al-Qaduri, dan lainnya.



8



Lihat dalam Hayat al-Albani –asy-Syaibani (hal. 44), dan Ulama wal Mufakirun (1/267-268). 9



Majalah al-Furqan (3/96) terbit di Kuwait, dinukil dari perkataan Syaikh Abdullah Adam anak saudara Syaikh Nashruddin al-Albani



11



Kepada Ayahnya ini pula, Syaikh al-Albani mengkhatamkan al-Qur’an riwayat Hafs dari Ashim beserta tajwidnya. 10



Syaikh Nuh Najati al-Albani,



Buah pun jatuh tak jauh dari pohonnya, dan subhanallah al-Albani dididik oleh Ayahnya sejak kecil dalam lingkungan keluarga Islami dengan kecintaan kepada agamanya, mengajarinya Kitabullah dan fiqh, lalu ada seseorang menuduh al-Albani tidak memiliki guru?. Sungguh ini penghinaan buat ayahnya yang telah membesarkannya dalam ilmu !!!.



Syaikh Sa’id al-Burhani Pada tahun-tahun berikutnya, al-Albani muda sudah giat menghadiri durus-durus Syaikh Muhammad Sa’id alBurhani (w. 1386 H/ 1967 M), kawan Ayahnya, seorang ulama Syam yang bermazhab Hanafi yang sekaligus menjadi Imam Mesjid Bani Umayyah, Damaskus. Beliau adalah Muhammad Sa’id bin Abdurrahman bin Muhamad Sa’id alBurhani ad-Dagistani al-Hanafi (1311 - 1386 H). Leluhurnya adalah pendatang dari wilayah Dagestan. Ayahnya seorang



10



Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 20, Shafahat Baidha hal. 22, Ulama wal Mufakirun 1/288.



12



ulama di Damaskus, adapun dia hanya melanjutkan kursi ayahnya. Syaikh al-Albani sempat membaca kitab-kitab fiqh Hanafi seperti Miraqil Falah Syarh Nurul ‘Iddhah, Syudzur adz-Dzahab dalam Nahwu, juga sebagian kitab balaghah kepadanya.11 Tidak ada ijazah riwayat dari Syaikh alBurhani ini karena al-Albani memang tidak memintanya. Seperti kita ketahui, ijazah atau periwayatan itu biasanya diminta, walaupun tidak sedikit yang diberi tanpa diminta, yang terakhir ini biasanya karena penghargaan guru kepada muridnya, sebagaimana kisah al-Albani rahimahullahu yang akan diceritakan didepan. Namun seperti kita tahu, dalam ilmu riwayah, qiraah lebih tinggi dari sekedar ijazah. Al-Burhani ulama Hanafi, dan menjadi imam shalat mazhab Hanafi di mesjid Umayyah. Dimesjid itu –sebagaimana banyak menimpa mesjid-mesjid yang lain dizaman ituada 2 imam dari Syafi’i dan Hanafi dalam satu kali waktu shalat, karena fanatisme yang tidak pada tempatnya. Tapi alAlbani muda tidak begitu, setidaknya ada satu kisah yang menggambarkan kemerdekaan sikap Syaikh al-Albani dari penyakit taqlid yang melanda umat Islam di masa itu. Suatu ketika Syaikh al-Albani muda pernah membaca dalam Tarikh Ibnu Asakir tentang kuburan Nabi Yahya ‘alaihissalaam yang terletak di Masjid Bani Umayyah yang kesimpulan pembahasannya sampai pada bahwa shalat di mesjid tersebut tidak diperbolehkan. Syaikh al-Albani dengan penuh adab, secara rahasia memaparkan kesimpulan pendapatnya itu kepada Syaikh Sa’id al-Burhani. Syaikh 11



Ulama wal Mufakirun 1/288, Hayat al-Albani –asy-Syaibani hal. 45, Shafahat Baidha hal. 22, Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal.20.



13



Sa'id lalu berkata kepadanya, “Tulislah segala sesuatu yang telah engkau temukan dalam permasalahan ini”. Syaikh alAlbani berkata, “Maka aku tulis pendapatku itu dalam tiga atau empat halaman kemudian kuserahkan kepadanya. Beliau berkata kepadaku, “Aku akan berikan jawaban padamu setelah Idul Fitri”. Saat itu kami berada pada bulan Ramadhan. Ketika tiba waktunya, kudatangi beliau, namun beliau berkata kepadaku, “Semua yang engkau tulis ini tidak memiliki dasar karena seluruh sumber nukilanmu bukanlah sandaran bagi mazhab kami !!!”.



Syaikh Muhammad Sa’id al-Burhani



Kata al-Albani: “Aku tidak mengerti makna ucapannya ini, karena aku menukilnya dari kitab-kitab madzhab Hanafi juga seperti kitab Mabariqul Azhar Syarh Masyariqil Anwar –sebuah kitab madzhab Hanafi- dan juga Mirqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih karya Mulla Ali Qari’ –seorang Hanafi sebagaimana telah ma’ruf- serta nash-nash lainnya. Namun semuanya tidak dipedulikan, sama saja seperti sikap ayahku”.12 Kejumudan memang tengah melanda manusia di zaman itu. Seorang guru tidak segan-segan mengusir muridnya yang tidak semazhab dengannya, apalagi jika 12



Ulama wal Mufakirun 1/289, Shafahat Baidha hal. 26-27



14



muridnya kedapatan membaca buku-buku “Wahabi” !!!, sebagaimana kisah pengusiran oleh Syaikh Shalih Farfur (w. 1407 H) seorang ulama Syam dizaman itu, kepada muridnya, dua teman al-Albani yang juga berasal dari Albania yaitu: Syaikh Abdul Qadir al-Arnauth dan temannya Syu’aib –duaduanya kelak menjadi ahli hadits kenamaan-. Pengusiran itu hanya karena kedapatan membaca buku Ibnu Qayyim, murid dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.



Syaikh Muhammad Raghib ath-Thabakh Buku-buku Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan muridmuridnya seperti Ibn Qayyim, adz-Dzahabi dan lainnya, memang dizaman itu menjadi seperti kitab-kitab terlarang untuk dibaca, termasuk buku-buku Wahabi, yang sepertinya setara dengan buku bikinan orang murtad. Banyak para pembenci yang mencoba memusnahkan kitab-kitab itu, tapi Allah menjaganya dengan melahirkan ulama-ulama penjaga. Diantara yang dikenal dimasa itu dalam pembelaannya kepada Syaikhul Islam Ibn Taimiyah ini adalah asy-Syaikh al-Allamah al-Muhadits Thahir bin Shalih (atau Muhammad Shalih) Ibn Ahmad bin Mauhub as-Samuni al-Jazairi kemudian ad-Dimasyqi13 (w. 1338 H), ulama di negeri Syam yang digolongkan dalam “Wahabiyah” menurut Syaikh athThanthawi dalam kitabnya14, bersama beberapa ulama lainnya.15 Mengherankan memang, dimana saja ulama 13



Lihat al-A’lam (3/221-222).



14



hal 7-6



15



Beliau menyebut : Syaikh Muhammad Bahjat al-Baithar, Syaikh Abdurrazaq al-Baithar, Syaikh Jamaluddin al-Qasimi, Syaikh Abdul Qadir Badran, Syaikh



15



penyeru kepada sunnah, suka dihubung-hubungkan dengan Wahabi. Hatta, walaupun mereka tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang disebut-sebut sebagai ”Pendiri Wahabi”. Syaikh al-Musnid al-Mu’ammar Zuhair asy-Syawisy bercerita16 bahwa di zamannya Syaikh Thahir al-Jazairi rahimahullahu berjasa dalam mempertahankan kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya dari kelenyapan. Di masa itu, ada seorang penguasa kaya raya yang berdomisili di Damaskus tapi sangat ta’ashub kepada mazhabnya dan membenci dakwah sunnah terutama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibn Qayyim. Maka ia memerintahkan anak buahnya mengumpulkan kitab-kitab karya keduanya untuk kemudian dibakar. Bahkan tak segan jika ia tidak mampu mengambilnya secara paksa atau dengan cara-cara lainnya, ia berani membeli kitab-kitab itu dengan harga yang tinggi lalu kemudian dibakarnya. Syaikh Thahir melihat kitab karya Syaikhul Islam menjadi semakin jarang akibat makar ini, maka beliau berinisitif untuk menyalin sebanyak-banyaknya kitab-kitab itu lalu menyebarkan dan menjualnya kepada orang-orang yang punya pengaruh dan kekuasaan. Hasilnya diserahkan sebagai upah penyalinan dan kertas. Rupanya usaha ini membuahkan hasil, dan karya –karya Syaikhul Islam berhasil diselamatkan dari kemusnahan di negeri Syam. Sayang sekali al-Albani muda tidak menjumpai Syaikh Thahir ini, beliau hanya menjumpai beberapa muridnya. Ahmad al-Nawilati, Syaikh Abdullah al-‘Alami, dan Syaikh Abdul Qadir alMaghribi dan Syaikh Sa’id al-Bani. 16



Lihat dalam pengantar kitab Kalimu ath-Thayyib.



16



Syaikh Thahir al-Jazairi



Asy-Syaikh al-Allamah alMu’arikh Muhammad Raghib athThabakh al-Halabi rahimahullahu, adalah salah satu murid Syaikh Thahir yang dijumpai al-Albani. Ulama yang satu ini, sebagaimana gurunya tidak terlalu jumud pemikirannya. Bahkan ketika banyak orang mencela usaha al-Albani dalam proyeknya mendekatkan hadits kepada umat, beliau justru mengapresiasi dan mengagumi usahanya dengan memberinya ijazah haditsiyah tanpa diminta sama sekali oleh al-Albani. Seperti saya sebutkan sebelumnya, ijazah karena penghargaan seperti ini istimewa nilainya, karena ia mengandung syahadah ilmiyah dan tazkiyah syar’iyah. Syaikh ath-Thabakh ini menjadi guru al-Albani dari sisi riwayat haditsiyah. Dalam ilmu riwayat, seseorang yang ia telah mendengar satu hadits saja, atau telah memberinya ijazah saja walaupun tidak bertemu langsung, maka ia disebut gurunya. Biasanya dikumpulkan oleh ahli riwayat dalam kitab-kitab Masyikhat, Mu’jam Syuyukh, Atsbat dan semacamnya, kitab-kitab yang khusus mengumpulkan namanama guru. Kelengkapan kisah ijazah ini dan jalan-jalan riwayatnya akan kami sebutkan didepan dalam bab khusus, insya Allah Ta’ala.



17



Syaikh Badruddin al-Hasani Guru kami Syaikh al-Musnid Isham Musa Hadi hafizahullahu mengatakan dalam kitabnya (hal. 99), bahwa beliau mendengar gurunya -yakni Syaikh al-Albanimengatakan: Sesungguhnya ketika masih muda beliau menghadiri sebagian durus Syaikh Badruddin ini di mesjid Bani Umayah, waktu itu durusnya diadakan di tengah mesjid dibawah Qubah an-Nasr. Namun tidak dirinci, beliau menghadiri durus apa dan apakah ada ijazah dari Syaikh Badruddin ini.



Syaikh Badruddin al-Hasani



Asy-Syaikh al-Allamah alMuhadits Badruddin Muhammad bin Yusuf bin Abdurrahman al-Hasani (w. 1354 H) adalah ulama kesohor di Syam, beliau adalah guru hampir semua ulama Syam dimasanya. Tercatat Syaikh Muhammad Bahjat al-Baithar, Syaikh Hamid Taqi, Syaikh Abdul Karim Abu Sha’iqah dan banyak ulama salafi lainnya termasuk muridnya juga, paling tidak dalam ijazah haditsiyah. Beliau dikenal hafal kitab-kitab besar seperti Shahih Bukhori dan Muslim. Adapun durusnya diadakan di Masjid Bani Umayyah dan di Darul Hadits al-Asyrafiyah.17 17



Mu’jam al-Ma’ajim 2/428.



18



Sedangkan dalam riwayat, beliau meriwayatkan dari sejumlah ulama diantaranya Ayahnya dan Syaikh Ibrahim Saqqa, termasuk gurunya juga dua ulama salafi: Syaikh Abdurrazaq al-Baithar dan Syaikh Thahir al-Jazairi.



Syaikh Muhammad Bahjat al-Baithar Di Syam, selain Syaikh Thahir al-Jazairi, dizamannya dikenal beberapa nama lain yang konsisten berpegang kepada sunnah, diantaranya seperti disebutkan Syaikh athThanthawi dalam kitabnya, yaitu al-Allamah Abdurrazaq alBaithar dan al-Allamah Jamaluddin al-Qashimi. Al-Albani muda tidak menjumpai keduanya, tapi beliau belajar kepada murid keduanya yaitu al-Allamah Muhammad Bahjat alBaithar. Nama lengkap beliau Muhammad Bahjah bin Muhammad Baha’uddin bin Abdul Ghani bin Hasan bin Ibrahim asy-Syuhair al-Baithar (w. 1396 H). Ulama Syam penyeru dan pembela sunnah di zamannya. Kadang namanya tertukar dengan al-Allamah Muhammad Bahjat al-Atsari, padahal keduanya dua orang yang berbeda. Yang terakhir ini adalah ahli sejarah Iraq, murid dua ulama salafi Irak: Ali Nu’man al-Alusi dan Mahmud Syukri al-Alusi. Syaikh Muhammad Bahjat al-Baithar lahir di Damaskus, ditengah keluarga ulama. Leluhurnya adalah orang-orang yang hijrah dari Aljazair sebagaimana Syaikh Thahir al-Jazairi dan banyak lagi ulama Syam lainnya. Sebagian penulis biografinya heran, keluarga beliau terutama bapaknya termasuk ulama sufi ekstrim, tapi Syaikh Bahjat seorang “Wahabi !!!”. 19



Syaikh Ali ath-Thanthawi rahimahullahu berkata, “Diantara keajaiban dalam keajaiban, sesungguhnya Bapaknya Syaikh Bahjat adalah seorang sufi dari sufiyyah ekstrim, yang berpaham wahdatul wujud, diatas mazhab Ibn ‘Arabi, Ibn Saba’in dan al-Halaj..”.18 Syaikh al-Baithar memiliki beberapa tulisan yang bermanfaat seperti tentang biografi Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, ‘Hayatu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah’ yang dicetak oleh al-Maktab al-Islami. Ada juga kitab ‘al-Kautsari wa Ta’liqatah’, Rihlah an-Najdiyyah al-Hijaziyah, alIslam wa Shohabat al-Kiram Baina asSunnah wa asy-Syi’ah dan lainnya.



Syaikh Bahjat al-Baithar



Guru kami al-Muhadits alMusnid Prof. Dr. Ashim al-Quryuthi hafizahullahu dalam bukunya menyebutkan kalau gurunya yakni Syaikh al-Albani sering hadir dalam seminar-seminar al-Allamah Bahjat alBaithar yang disana hadir pula sejumlah ulama Syam dari alMajma al-Islami Damaskus, diantaranya : Izzudin atTanukhi. Waktu itu mereka membahas kitab al-Hamasah syairnya Abu Tammam19. Perlu ditegaskan disini, Syaikh Muhammad Bahjat termasuk diantara yang terus menyemangati al-Albani dalam usahanya membela sunnah, bahkan 18



Rijal min at-Tarikh hal. 416-417



19



Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 20.



20



kadangkala beliau hadir di kajian-kajian muridnya tersebut. Dikisahkan, dalam kajian itu hadir pula Syaikh Abdul Fatah al-Imam, Syaikh Hamid at-Taqi, Syaikh Taufiq al-Bazrah dan lainnya20, mereka adalah murid-murid Syaikh Jamaluddin alQasimi.



Syaikh Ahmad Syakir Tak cukup disitu, al-Albani juga menghadiri kajian ahlus sunnah yang diadakan oleh Syaikh al-Muhadits Ahmad bin Muhammad Syakir –ahli hadits Mesir pada zamannya(w. 1377 H)21. Beliau ini dikenal sebagai pentakhrij Musnad Ahmad, yang secara terang-terangan memuji kaum “Wahabiyah” dengan perkataannya, “Diantara sumber terbesar dalam rujukan ilmiyah ku setelah Kitabullah dan Sunnah yang suci adalah kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya al-Imam al-Hafizh Ibnu Qayyim al-Jauziyah serta kitab Syaikhul Islam (mujadid abad ke-12) Muhammad bin Abdul Wahab”.22 Syaikh Ahmad Syakir ini termasuk ulama dirayah dan riwayah, anak dari seorang ulama al-Azhar dan murid beberapa ulama salafi semisal al-Allamah Thahir al-Jazairi, al-Allamah Muhammad Rasyid Ridho, al-Allamah Abdullah 20



Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 9, Hayat al-Albani –asy-Syaibani hal. 54, dan Shafahat Baidha hal. 37. 21



Tarjamah al-Albani – Ashim al-Quryuthi hal. 14



22



Jumhurat Maqalat al-Allamah asy-Syaikh Ahmad Muhammad Syakir (hal 63-64).



21



as-Sanusi as-Salafi dan al-Allamah Allamah Jamaluddin al-Qasimi. al Beliau meriwayatkan juga dari mereka semua dengan ijazah.



Syaikh Ahmad bin Muhammad Syakir



Al-Albani Albani banyak mengambil faidah dari gurunya ini, seperti disebutkan dalam beberapa tempat di karya tulisnya, walaupun kadangkadang kadang berbeda dengannya dalam menghukumi suatu hadits. Seperti kita ketahui, perbedaan erbedaan dalam masalah ilmiyah semacam ini wajar diantara ahli ilmu. Hatta, walaupun kedudukannya kedudukan guru dengan murid. *****



Para pembaca yang budiman…. Disana mungkin masih banyak guru-guru guru al-Albani al yang belum saya sebutkan. Apalah lagi agi kata “guru/syaikh” itu sendiri sifatnya umum. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullahu bahkan mengatakan, “Setiap orang yang telah memberikan padanya satu saja faidah diniyyah, diniyyah maka ia boleh dianggap syaikhnya (gurunya) dalam hal itu”.23 Terkhusus lagi dalam ilmu riwayat, seperti telah penulis sebutkan tadi, seseorang yang ia telah mendengar satu hadits saja, atau telah memberinya ijazah saja 23



Majmu’ Fatawa (11/512).



22



walaupun tidak bertemu langsung, maka ia disebut gurunya. Dikumpulkan oleh mereka dalam kitab-kitab Masyikhat, Mu’jam Syuyukh, Atsbat dan lainnya, yakni kitab yang mengumpulkan nama guru-guru dan periwayatan mereka. Oleh sebab itu dikatakan si fulan gurunya 1000 orang, ulama fulan 500 orang dan seterusnya, kebanyakan dalam maksud yang demikian ini. Alangkah naifnya kalau ada orang yang menganggap seorang ahli hadits sekaliber al-Albani tidak memiliki guru. Bahkan seperti kita lihat tadi, guru-guru beliau adalah ulama-ulama masyhur yang dikenal keilmuwannya. Adapun kemudian beliau menghabiskan waktunya membaca buku di berbagai perpustakaan, maka begitulah sifat-sifat ulama disetiap zamannya. Adakah ulama zaman sekarang yang merasa tidak butuh dengan perpustakaan?. Semoga Allah memberi kita petunjuk. []



23



Sanad al-Albani Dalam Sama’i Seandainya pembaca memperhatikan kisah tentang guru-guru Syaikh al-Albani yang telah kami uraikan pada bab sebelumnya tadi, didapat fakta kalau Syaikh al-Albani rahimahullahu mendapatkan periwayatan kitab dan hadits dengan sedikitnya dua cara24 : Pertama, al-Ardh yakni membaca kepada guru, atau ada orang lain yang membaca dan kita mendengarnya, kadangkala kami menyamakan antara membaca kepada guru (al-Ardh) dan guru yang membacakan (as-Sama’), dengan menyebutnya Sama’i. Pada cara ini, al-Albani mengambilnya dari Bapaknya dan teman Bapaknya, Syaikh Sa’ad alBurhani. Sanad bapaknya Haji Nuh Najati baik dalam hadits maupun qira’at, tidak sampai kabarnya kepada kita sependek penelusuran penulis. Sayang sekali padahal al-Albani diketahui membacakan beberapa kitab fiqh, lughah dan kitab-kitab bidang lainnya, bahkan telah mengkhatamkan bacaan al-Qur’an riwayat Hafs dari Ashim dengan tajwidnya kepada ayahnya itu. Adapun sanad Syaikh Sa’id al-Burhani, maka kabarnya masih bisa kita telusuri, alhamdulillah. Sebabnya Syaikh Sa’id ini termasuk ulama riwayat yang murid24



Para ulama hadits dalam masalah ini menyebut 8 cara, sebagiannya ada yang diterima ada juga yang dianggap munqathi (terputus).



24



muridnya masih bisa ditelusuri sampai sekarang. Beliau meriwayatkan dari Bapaknya Abdurrahman al-Burhani, juga Syaikh Badruddin al-Hasani (guru al-Albani), Syaikh Muhammad Shalih al-Aamadi, Syaikh Mahmud al-Athar, dan lainnya. Hal itu dituturkan dalam ijazah salah satu guru kami dalam riwayat Syaikh Dr. Muhammad Muti’ie Hafizh yang meriwayatkan secara langsung dari Syaikh al-Burhani ini lewat ijazah, dan bahkan secara sama’i untuk beberapa matan ringkas seperti Arbain an-Nawawiyah dan alAjluniyah. Adapun al-Albani tidak mendapatkan ijazah darinya karena memang tidak memintanya. Namun dalam ilmu riwayat, cara sama’i justru lebih tinggi nilainya dari sekedar ijazah. Kepada Syaikh al-Burhani ini seperti kami sebutkan sebelumnya, beliau membaca sejumlah kitab, sayang sekali penulis belum menjumpai perincian semua nama-nama dari kitab-kitab yang telah dibacanya itu, kecuali dua kitab saja, seperti yang akan kami sebutkan. Kitab Nurul ‘Iddhah dan Syarhnya Miraqil Falah Diantaranya yang jelas disebut dalam biografinya adalah Kitab Nurul ‘Iddhah dan Syarhnya Miraqil Falah25 yang keduanya tulisan Syaikh Hasan bin Amar asSurunbulali al-Mishri (w. 1069 H). Kitab fiqh ini membahas bab thaharah, shalat, shaum, zakat dan haji menurut Mazhab Hanafi. Berikut sanad al-Albani kepada kitab ini yang beliau telah mengambilnya dari Syaikhnya dengan hak qira’atnya (al-Ardh) : 25



Telah dicetak dalam tak kurang dari 285 halaman.



25



‫د‬ ‫ح‬ P



Q



7. S ‫א‬



‫را‬ 7 "0‫و‬



‫إ‬ ‫ح‬



‫ح‬



‫ا‬



‫ا‬



7 MN‫ א‬O I 0H ‫ ( א‬#; ( J K L ‫ א‬HF



‫@( א‬7 K L ‫ א‬7



S‫א‬



‫ א‬C7 ( J K L ‫ א‬R L ‫ א‬5( ‫א‬



Z [‫ א‬X Y 7 PT V CW K L ‫ א‬7 . US ‫ א‬T ‫@( א‬7 K L ‫א‬ 7



6 G



7.‫و‬



‫ ( א‬J 7 I \# ‫ א‬I 7



7 I 1@ L ‫א‬



Dalam sanad diatas, nampak al-Albani mengambil kitab fiqh ini dari gurunya lewat bacaan. Gurunya mengambilnya dari Mufti Syam Muhammad Athaallah alKasam yang meriwayatkannya dari Abdullah as-Sukriy dari Abdurrahman al-Kuzbari dari Musthafa Rahmati dari Shalih al-Janini dari Hasan bin Ali al-Ujaimi dari Muhammad asSaruri dari Penulisnya. Lihat asanid kepada penulis kitab ini, oleh para ulama setelahnya di kitab al-Maslak al-Jali fi Asanid Muhammad Ali bin Husein bin Ibrahim al-Maliki al-Makki hal. 37, Tsabat al-Kuzbari ash-Shaghir hal. 48 dan lainnya. Sanad kitab ini masih mudah ditelusuri bagi siapa yang mau mengadakan penelitian. Matan Syudzur adz-Dzahab Ibn Hisyam Kitab kedua yang jelas disebut, yakni yang al-Albani membaca pula kepada gurunya, yaitu matan Syudzur adzDzahab dalam ilmu nahwu, karya Abdullah bin Yusuf, Ibn 26



Hisyam an-Nahwiy (w. 761 H). Kitab ini juga telah dicetak dengan berbagai syarh dan penerbit, dan suka disebut-sebut sanadnya oleh para musnid yang menulis kitab atsbat. Berikut ini sanad al-Albani kepada kitab diatas yang beliau telah mengambilnya dari Syaikh al-Burhani dengan hak qira’atnya (al-Ardh) :



‫د‬ ‫ور ا‬



‫ه‬ K L ‫ א‬7 "0‫و‬



‫إ‬ ‫ح‬



7 MN‫ א‬O I 0H ‫ ( א‬#; ( J K L ‫ א‬HF



K L ‫ א‬7 %( ‫ وא‬7



C# ‫( א‬T‫א‬



\ ‫ א‬7 I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫א‬



(



.S



0‫ א‬- 7 %( ‫ وא‬7



5 _‫ ز‬5‫ ز‬7 (@ ‫ א‬%( ‫ وא‬7 .U& ‫ א‬5( ‫ א‬I^ %( ‫ وא‬7



‫@(א‬7



7



( J Bc‫ א‬7 \



٢٦



C# ‫ "د א‬J



PT V CW



( J (@ ‫א‬



(J



‫ א‬b2 +‫ א‬7 . W a‫ ( א‬J .‫ م‬L0



e;"5



‫@(א‬7 6 G



Pada sanad ini, melalui jalan lain sampai kepada Mustahafa Rahmati yang meriwayatkan juga dari Ayahnya dari Ibrahim al-Kurani penulis Kitab Tsabat masyhur. Beliau meriwayatkan dari an-Najm al-Ghazi yang meriwayatkan dari ayahnya Syaikh al-Badr al-Ghazi yang meriwayatkan dari Syaikh Zakaria al-Anshori yang tersambung sanadnya



26



Lihat al-Imdad hal. 285.



27



kepada al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani –Penulis Fathul Baari-, yang meriwayatkan dengan perantaraan satu perowi kepada Penulis Kitab, yaitu melalui anaknya Muhammad. Lihat jalan-jalannya bagi kitab ini, di Tsabat Kifayatul Mustafid hal. 25, Husnul Wafa hal. 67 dan lainnya. Kedua, al-ijazah atau izin meriwayatkan. Dengan cara ini al-Albani mendapatkannya dari al-Allamah Muhammad Raghib ath-Thabakh yakni Ijazah Ammah, dan perinciannya ada pada bab khusus didepan.[]



28



Sanad al-Albani Dalam Ijazah Adapun dalam ijazah secara umum bagi semua kitab ushul, aqidah, hadits, fiqh, tafsir dan lain-lain atau disebut juga ijazah ammah27, beliau mendapatnya dari Syaikh Muhammad Raghib bin Mahmud bin Hasyim Thabakh alHalabi rahimahullahu (1293 – 1370 H), seorang ahli sejarah dan musnid Halab di zamannya.28 Syaikh ath-Thabakh ini pernah menjadi dosen hadits, ushul hadits dan sejarah di Fakultas Syari’ah al-Ashriyah di Kota Halab. Ia juga merupakan penulis beberapa buku bagus, diantara yang menarik yang pernah ditulisnya adalah kitab yang berjudul, “Dzu al-Qarnain wa Sadd ash-Shin: Man Huwa wa Aina Huwa”. Dalam buku ini Syaikh ath-Thabakh berpendapat bahwa orang Arab lebih dahulu menemukan benua Amerika sebelum orang-orang barat.29 Maksud saya, sedikit banyak pendapatnya ini menunjukan bahwa beliau bukanlah orang yang jumud, memiliki pemikiran terbuka akan ide-ide yang bersebrangan dengan pendapat orang-orang dimasanya.



27



Syaikh al-Faqih Muhammad Shalih bin Utsaimin rahimahullahu mengatakan dalam kitabnya yang ringkas tapi bagus, Ilmu mustholahil hadits, bahwa diantara ijazah yang sah adalah ijazah ammah (umum) seperti perkataan mujiz, “Saya memberi ijazah kepadamu untuk semua riwayat dariku”. Sehingga setiap riwayat yang sah dari mujiz tersebut boleh diriwayatkan berdasarkan pemberian riwayat yang bersifat umum ini. 28



Lihat Al-‘Alam – Az-Zarkili (6/123-124), Natsr al-Jawahir (3/1165- 1167) dan lainnya. 29



Hal. 40.



29



Tentang aqidah beliau, dalam tsabat Syaikh Yahya bin Ahmad an-Najmi, beliau digelari “as-Salafi”. Penisbatan salafi ini mungkin saja benar walau masih bisa diperdebatkan. Alasannya karena beliau adalah murid dari dua Syaikh Salafi: al-Allamah Thahir al-Jazairi dan al-Muhadits asSalafi Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir al-Hanbali. Selain itu Syaikh at-Thabakh juga mengijazahkan kepada Syaikh al-Albani tsabat beliau yang terkenal, “al-Anwar alJaliyah fi Mukhtashar al-Tsabat al-Halabiyah”, tanpa diminta, melainkan beliau sendiri yang berinisiatif memberikannya kepada Syaikh al-Albani rahimahullahu.30 Demikian itu sebagai penghormatan darinya akan kehebatan al-Albani dalam ilmu hadits. Sangat jauh jika seorang yang membenci dakwah al-Albani justru memberi penghargaan semacam itu. Seorang mujiz kami, Syaikh Ahmad alu Ibrahim al‘Anqori hafizahullahu, menuturkan bahwa Syaikh Zuhair asy-Syawisy rahimahullahu mengatakan kepadanya, bahwa beliau menyaksikan langsung pengijazahan itu bersama Ustadz Muhammad ath-Thayib, peristiwa itu terjadi ditahun 1365 H. Sebagaimana diisyaratkan pula oleh Syaikh alAlbani sendiri dalam kitabnya Shahih Sunan Abu Dawud (5/253-254), setelah menyebutkan hadits Musalsal alMahabah yang terkenal itu,



‫ א‬T f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ א‬K L ‫' א‬5‫ وא‬I ‫ ز‬h (O‫و‬



30



Ulama wa Mufakkirun 'araftuhum karya Ustadz Muhammad al-Majdzub (I/288).



30



”Dan sungguh telah memberikan ijazah kepadaku untuk riwayat hadits musalsal ini Syaikh al-Fadhil Raghib atThabakh rahimahullahu...”. Selain info ijazah ammah sebelumnya, pernyataan alAlbani ini juga mengisyaratkan kalau Syaikh ath-Thabakh mengijazahi pula al-Albani secara khusus Musalsal bil Mahabah (musalsal pernyataan cinta). Musalsal yang mengharuskan seorang guru menyatakan cintanya kepada muridnya, dan terus begitu ditiap thabaqahnya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kami pun biasa meriwayatkan dengan syaratnya musalsal ini kepada guru-guru kami secara tersambung sampai sekarang. Setelah meriwayatkan haditsnya, seorang guru akan berkata kepada muridnya, “Wahai muridku… demi Allah, aku pun mencintaimu!!, Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepada-Mu serta beribadah kepada-Mu dengan baik”. Pernyataan cinta ini bukan main-main, bahkan ia memiliki konsekwensi. Al-Albani sendiri menjelaskan konsekwensi itu dalam sebagian dialognya dengan berdalil firman Allah Ta’ala,



‫"א‬Y‫"א‬l‫ و‬8 ) kW ‫ "א א‬7‫ "א و‬m 5Ek‫= א‬- .ٍ F I ‫ن‬



j‫ א‬k‫ن‬- . W#ْ ‫وא‬



@kW ‫"א‬Y‫"א‬l‫ و‬kn)ْ “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (Qs. Al-Ashr 1-3).



31



Lalu berkata, “Jika misalnya saya mencintaimu karena Allah, maka sebagai konsekuensinya saya harus berusaha menjaga nasihat. Demikian pula dirimu juga harus membalas dengan balasan yang semisal”.31 Sanad musalsal ini dari arah al-Allamah Muhammad Raghib at-Thabakh, bisa melalui jalur sebagai berikut :



!"#



$



‫ا‬



R 1# ‫ א‬I ‫ ز‬h WI @ a‫ א‬5( ‫ א‬Y 7 (T



( J p(c‫ م א‬j‫ ل א‬O ‫و‬



7 rO"]‫ א‬3 _ ( J 7 "0‫ و‬f @C ‫ א‬Bg‫ ( א‬J K L ‫א‬



W ‫ ل‬O R s7 ‫ ( א‬J 7 T ‫@(א‬7 5( ‫ א‬N17



( J HF . W@ ‫ א‬t ;



b2 +‫ א‬u I s # ‫ א‬T ‫@( א‬7 B5‫د‬a‫ א‬.‫\ ز‬+‫ ( א‬J



(‫ א‬I I



'‫ א‬R ; I



I



7



31



‫ א‬5( ‫ل א‬1h



(T HF Iy1# ‫ ( א‬#; "



( J HF I : ‫ א‬0 v "



HF ‫; ن א \ د‬



(T



‫ و‬7 u( .‫ א[ و‬U5U# ‫@( א‬7 R@s7 I HF z5



‫ ;"ل א‬I ‫ ل‬O W‫ ل‬O 3@h



I7 7 I @‫א‬



3 7 w- 5( ‫( א‬x I^ O HF 7 w



HF 5 S ‫@( א‬7 ‫ א‬S "



7 T ‫@(א‬7



‫@( א‬7 HF



0‫ א‬- 7 ( J



T ‫@( א‬7 HF ." a‫ ( א‬J



V 7 I7 "



‫@(א‬7



(T B C ‫ " א‬I HF Iv"



b2 +‫ א‬HF I +‫ א‬0‫ א‬IS



7



‫ذ‬#



M"



u( M(@7



HF



HF ‫ذאن‬ +‫ א‬HF S+‫ א‬u(



7 I{ W ‫ א‬7 I @+‫ א‬T ‫@( א‬7



Al-Hawwi Min Fatawa hal. 166.



32



I - >‫ ذ‬# 5[ W ‫ﷺ‬



‫ ~ و‬S ‫ ذ_ ~ و‬V 7 Z7 6 ‫ א‬W3s2 ?@



Y?l‫@ د‬7 3_ ‫ د‬€ ‫(ع‬l = ‫ ? ن‬Y‫@? و و‬ Y?l‫@ د‬7



I-



‫ ذ وא‬# 5[ W‫ دאود‬I R5‫ وא‬€‫و‬



‫ ~ و‬S ‫ ذ_ ~ و‬V 7 Z7 6 ‫"ل א‬sl ‫ ن‬M1Y …3s2 ?@



…3s2 ?@ …3s2 ?@



‫ و‬W ‫ ذ‬# I ‫ ل‬O W I{ W ‫ ل א‬O



I - W I{ W ‫ א‬I ‫ ل‬O W T ‫@( א‬7 " ‫ ل‬O I -W T ‫@( א‬7 " I ‫ ل‬O W



…3s2 ?@ …3s2 ? ‫ و‬Z



I -W R@s7 I ‫ ل‬OW z5



#l r ‫و‬W M" …3s2 ?@



…3s2 ?@



‫ذאن و‬



…‫" "א‬s2 S@



+‫ ل א‬O ‫لא‬O



‫א‬I ‫ل‬OW‫; ن‬ ‫א‬



…‫" "א‬s2 S@



‫و‬W I



…3s2 ?@



‫و‬W IS



(T ‫ ل‬O



‫ ل‬OW ‫ذאن‬



‫ ل‬O W 5 S ‫@( א‬7



‫و‬W 5 S ‫@( א‬7



33



'‫لא‬O



'‫א‬I ‫ل‬OW



‫و‬W‫א ; ن‬



‫ل‬O



S+‫ ل א‬O



+‫ א‬I ‫ ل‬OW ( ‫ א‬I



‫و‬W (‫א‬I



…‫" "א‬s2 S@



I ‫ ل‬OW M(@7



‫و‬W I ‫و‬W



…‫" "א‬s2 S@



M"



‫و‬W S+‫ א‬I ‫ ل‬OWI



…3s2 ?@ …3s2 ?@



R@s7 ‫ ل‬O



‫لא‬O ( J‫ل‬O



(J



‫ل‬OWI



‫لא‬O



‫א‬



‫ ل‬OW IS



‫لא‬O



‫ א‬I ‫ ل‬O W ." a‫ ل א‬O



…3s2 ?@ …‫" "א‬s2 S@



‫و‬W Iy1# ‫א‬



…‫" "א‬s2 S@ …‫" "א‬s2 S@



‫و‬W ." a‫ א‬I ‫ ل‬OWIy1# ‫ ل א‬O ‫ ل‬O W I +‫ ل א‚( א‬O



‫و‬W(‚‫א‬



‫و‬W .‫\ ز‬+‫ א‬ƒ 6L ‫א‬



‫ ل‬OW .‫\ ز‬+‫ ل א‬O ‫ ل‬OWIv"



‫لא‬O



%E ' ‫ ل‬O ‫ אو‬3_ ‫א‬ES0‫و‬ Syaikh Muhammad Raghib ath-Thabakh



Syaikh ath-Thabakh ini sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya, memiliki tsabat yang diijazahkan kepada al-Albani yang disebut al-Anwar al-Jaliyah fi Mukhtashar al-Atsbat al-Halabiyah, tsabat ini telah dicetak dengan tahqiq Syaikh Abdussattar Abu Ghudah dan Syaikh Muhammad Ibrahim al-Husain. Tsabat ini sebenarnya kumpulan dari tiga tsabat milik tiga ulama Halab di abad ke-12 H, yaitu Syaikh Yusuf bin Husain alHalabi, Syaikh Abdul Karim asy-Syarabati dan Syaikh Abdurrahman bin Abdullah al-Ba’aliy. Dengan tambahan ijazah-ijazah Syaikh Thabakh dari guru-gurunya. Syaikh ath-Thabakh sebagaimana dalam tsabatnya meriwayatkan dari 15 Syaikh, kemudian dikatakan ada tambahan lain bagi guru riwayat beliau sebagaimana disebutkan dalam al-Imdad. Kami akan sebutkan 7 orang 34



diantara Syaikhnya itu dimudahkan saja, yaitu:



dan



jalan-jalan



mereka



yang



1. Thahir ibn Shalih Al-Jazairi as-Salafi, 2. Badruddin al-Hasani ad-Dimasyqi (guru al-Albani juga) 3. Muhammad Jafar Al-Katani, 4. Muhammad Abdul Hayy Al-Katani, 5. Abdus Sattar bin Abdul Wahab Ash-Shadiqi as-Salafi, 6. Abu Bakar Muhammad Arif Khuwaqir as-Salafi 7. Abdul Hafizh al-Fasi as-Salafi (w. 1383 H) 32, Ketujuh jalur ini yang akan kami sebutkan jalanjalannya berikut ini: 1.



Jalur Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir alHanbali



Syaikh al-Muhadits as-Salafi Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir al-Hanbali (w. 1349 H), telah meriwayatkan dari setidaknya tiga Muhadits dan Musnid Salafi di masanya, yaitu: 1) al-Allamah Ahmad bin Ibrahim bin Isa an-Najdi (w. 1329 H), 2) Sayyid Husein bin Muhsin al-Anshori (w. 1327 H), 3) Sayyid Nadzir Husein Muhadits ad-Dihlawi (w. 1320 H), sebagaimana tertera dalam Tsabat beliau ”Tsabat al-Atsbat asy-Syahirah”.



32



Guru beliau lainnya dapat dilihat pula dalam Imdad al-Fatah hal 308-312.



35



Berikut diantara contoh sanad “keguruan” Syaikh alAlbani rahimahullahu melalui jalan ini yang paling bagus dan tersambung sampai kepada Imam-Imam Dakwah seperti: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab, Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan yang lainnya –rahimahumullahu sampai kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam : Syaikh al-Albani meriwayatkan dari Syaikh Muhammad Raghib Ath-Thabakh dengan ijazah ammah untuk semua riwayat, yang meriwayatkan dari al-Muhadits as-Salafi Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir AlHanbali (w. 1349 H), dari Muhadits as-Salafi Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa An-Najdi (w. 1329 H), dari al-Allamah alMujadid ats-Tsani Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahab (w. 1285 H) – penulis kitab Fathul Majid-, dari kakeknya, Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab33, dari Abdullah bin Ibrahim al-Madini, dari Mufti Hanabilah Abdulqadir Ath-Taghlabi 34. Al-Muhadits As-Salafi Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir Al-Hanbali juga meriwayatkan 33



Perlu diketahui bahwa periwayatan Syaikh Abdurrahman bin Hasan kepada kakeknya, masih menjadi perbincangan diantara ahli riwayat. Apakah Syaikh Abdurrahman meriwayatkan secara qiroat saja kitab-kitab kakeknya tanpa disertai ijazah riwayah ammah, atau juga melalui ijazah ammah?!. Namun sebagian Masyaikh secara jelas menyebutkan periwayatan Syaikh Abdurrahman dari Kakeknya melalui ijazah ammah, dalam teks ijazah-ijazah mereka. Diantaranya: Syaikh Sa’ad bin Atiq, Syaikh Muhadits Muhammad Badi’uddin ar-Rasyidi, Syaikh Hamud at-Tuwaijiri, Syaikh Sulaiman bin Hamdan, Syaikh Abu Bakar Arif Khuwaqir dan juga dalam ijazah dari Guru Kami Syaikh Prof. Dr. Ashim al-Quryuthi hafizahullahu, walahu’allam. 34



Tsabat beliau dikenal dengan nama, “Tsabat Mufti al-Hanabilah bi Damasyiq”.



36



dari Al-Allamah Husein bin Muhsin al-Anshori (w. 1327 H), dari Al-Allamah Muhammad Nashr al-Hazimi dan AlAllamah Ahmad bin Muhammad asy-Syaukani, keduanya dari Bapak yang kedua yaitu Al-Imam al-Qadhi Muhammad bin Ali Asy-Syaukani35 -penulis kitab Nailul Authar-, dari alAllamah Abdul Qadir Ahmad Al-Kaukabani dari Al-Allamah Muhammad Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani –penulis Subulus Salam-. Al-Muhadits As-Salafi Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Arif Khuwaqir Al-Hanbali juga meriwayatkan dari Syaikh Nadir Husein Muhadits ad-Dihlawi, dari Syaikh Muhammad Ishaq Muhadits ad-Dihlawi, dari kakeknya pada pihak ibu Syaikh Abdul Aziz Muhadits ad-Dihlawi, dari Bapaknya Syaikh al-Mujadid Waliyullah Ahmad bin Abdurrahim Muhadits ad-Dihlawi (w. 1176 H) –penulis Hujjatullah al-Balighah-. 36 Al-Allamah Muhammad Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani dan Syaikh Waliyullah Muhadits ad-Dihlawi, keduanya meriwayatkan dari Abu Thahir al-Kuruni yang meriwayatkan, dari Bapaknya, Ibrahim A-Kuruni.37 Syaikh Abdulqadir Ath-Taghlabi Al-Hanbali dan Syaikh Ibrahim al-Kuruni meriwayatkan dari Abdul Baqi bin Abdul Baqi Al-Hanbali, yang meriwayatkan dari Ahmad bin Muflih Al-Wafai, dari Musa bin Ahmad Al-Hajawi –penulis al-Iqna’-, dari Ahmad bin Muhammad al-Maqdisi, dari Ahmad bin Abdullah Al-Askari, dari Ala’uddin al-Mardawi – 35



Tsabat beliau dikenal dengan nama, “Ithaful Akabir bi Isnad ad-Dafatir”.



36



Tsabat beliau dikenal dengan nama, “al-Irsyad ila Muhimmat Ilm al-Isnad”.



37



Tsabat beliau dikenal dengan nama, “al-Umam li Iqaz Al-Himam”.



37



penulis al-Inshaf-, dari Ibrahim bin Qundus al-Ba’ali, dari Ibn al-Lahm, dari Ibn Rajab al-Hanbali, dari Ibn Qayyim alJauziyah dari Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dari Syaikhul Islam Abdurrahman Ibn Qudamah dari pamannya al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Qudamah -penulis al-Mughni- dari al-Imam Abi al-Fatah bin al-Minni dari al-Imam Abu Bakr Ahmad ad-Dainuri dari al-Imam Abi al-Khathab Mahfudz bin Ahmad al-Kalwadzani dari al-Qadhi Abi Ya’la Ibn al-Fara’ dari al-Imam Abi Abdullah al-Husein bin Haamad dari alImam Abu Bakar Abdul Aziz al-Khallal dari al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari Bapaknya Imam Ahmad bin Hanbal dari al-Imam Muhammad bin Idris asySyafi’i dari al-Imam Malik bin Anas dari Nafi’ dari Ibnu Umar dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.38 2. Jalur Abdus Sattar bin Abdul Wahab Ash-Shadiqi asSalafi Syaikh al-Mu’arikh, al-Musnid, Mudaris di Masjidil Harom Abdussattar bin Abdul Wahab ad-Dihlawi (w. 1355 H). Beliau meriwayatkan dari banyak sekali guru, sebagian diantaranya yang sejalur dengan jalur sebelumnya : Dari Syaikhah Khadijah binti Muhammad Ishaq adDihlawiyyah yang meriwayatkan dari Bapaknya dan Pamannya -Syaikh Yaqub-, keduanya dari Abdul Aziz bin Waliyullah ad-Dihlawi, sanadnya telah kami sebutkan. Beliau juga meriwayatkan dari Syaikh Abu Bakar Arif Khuwaqir, sanadnya telah kami sebutkan sebelumnya.



38



Lihat sanad ini dalam Tsabat al-Atsbat asy-Syahirah hal 64-71.



38



Beliau juga meriwayatkan secara langsung dari alAllamah Ahmad bin Ibrahim bin Isa an-Najdi, dengan sanadnya yang lalu. 3. Jalur Thahir ibn Shalih Al-Jazairi, Beliau meriwayatkan dari Abdul Ghani al-Ghunaimi (w. 1298 H), yang meriwayatkan dari Muhammad Amin bin ‘Abidin dari Sa’id al-Halabi dari Shalih al-Jinini dari Muhammad bin Sulaiman ar-Rudani.39 Tsabat ar-Rudani dikenal dan telah dicetak. Diantaranya Sanad ar-Rudani kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dari gurunya Abu Abdillah al-Balbani al-Hanbali dari asy-Syihab Ahmad bin Ali al-Wafa’iy al-Hanbali dari al-Qadhi Burhanuddin bin Muflih al-Hanbali dari Bapaknya yang dikenal dengan Najmuddin bin Muflih dari Kakeknya al-Qadhi Burhanuddin penulis alFuru’ dari Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dengan sanadnya yang lalu. 4. Jalur Badruddin al-Hasani ad-Dimasyqi, Al-Albani sempat menghadiri durusnya, tapi tidak disebut-sebut meriwayatkan darinya dengan ijazah. Syaikh Badruddin al-Hasani meriwayatkan dari beberapa guru, diantaranya dari Syaikh Thahir yang lalu sanadnya. Juga melalui Syaikh Ibrahim as-Saqqa’ dari Ibn Unabi al-Jazairi as-Salafi dari bapak dan kakeknya dari Mushthofa bin Ramdan Unabi dari Abu Abdillah Muhammad bin Syaqrun dari Abu Hasan Ali al-Ujhuri al-Maliki dari Muhammad bin Ahmad ar-Ramli dari Zakariya al-Anshari dari al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani –penulis Fathul Baari39



Lihat al-Imdad hal. 368-369



39



dari Abu Hurairah bin al-Hafizh adz-Dzahabi dari Ayahnya adz-Dzahabi –penulis as-Siyar- dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan sanadnya yang lalu. 5. Jalur Muhammad Jafar Al-Katani, 6. Jalur Muhammad Abdul Hayy Al-Katani, 7. Jalur Abdul Hafizh al-Fasi as-Salafi, Ketiganya (5-7), meriwayatkan dari al-Allamah Jamaluddin al-Qashimi yang meriwayatkan dari banyak ulama, diantaranya dari Syaikh Nu’man bin Mahmud alAlusi, yang meriwayatkan dari Bapaknya yaitu as-Sayyid Syihabuddin Mahmud Mufti Iraq, Ibnu Sayyid Abdullah Afandi Shalihuddin -Penulis Tafsir Ruhul Ma’ani- beliau meriwayatkan dari Syaikh Ali As-Suwaidi bin Syaikh Muhammad Sa’id, yang meriwayatkan dari Bapaknya dan dari Murthada az-Zabidi. Syaikh Muhammad Sa’id ini meriwayatkan dari Muhammad bin ‘Aqilah al-Makki dari Abdullah Salim alBashri, pemilik tsabat terkenal Al-Imdad bi Ma’rifati ‘Uluwi al-Isnad dari Ibrahim al-Kurani, sanadnya telah kami sebutkan. Adapun Murthada az-Zabidi meriwayatkan dari banyak guru, diantaranya dari Syah Waliyullah ad-Dihlawi, sanadnya telah kami sebutkan. Adapun Syaikh Abdul Hay (6) meriwayatkan juga dari al-Allamah Makki bin Azuz al-Astuni as-Salafi yang meriwayatkan dari al-Allamah Ahmad bin Ibrahim bin Isa sanadnya telah disebutkan. Adapun Syaikh Abdul Hafizh al-Fasi (7) meriwayatkan juga dari al-Allamah Muhammad Rasyid Ridho – 40



pengasas al-Manar- dari Abu Mahasin al-Qawuqji dari alBahi dari Murthada al-Zabidi sanadnya telah disebutkan. Jalur-jalur diatas itu sebagai contoh saja, bukan pembatasan, karena banyaknya jalan-jalan yang lain. Sebagai tambahan, tidak diketahui secara pasti periwayatan melalui ijazah ammah bagi Syaikh al-Albani kecuali dari arah Syaikh Raghb Thabakh ini saja. Adapula yang mengatakan kalau beliau menghadiri majelis Syaikh Badruddin al-Hasani dan kemungkinan meriwayatkan darinya secara lisan dan lainnya, penulis belum bisa memastikan kebenarannya. Demikian juga kabar beliau diijazahi Musnad Ahmad secara khusus oleh al-Allamah Muhammad Bahjat alBaithar, didalamnya ada keraguan. Namun seandainya kabar ini benar, akan menjadi lebih kuat jika menggabungkannya dengan jalan dari al-Allamah Muhammad Raghib athThabakh dengan ijazah. Berikut ini sanad beliau untuk musnad Ahmad jika digabungkan dua jalan tersebut:



‫د‬ % &‫م أ‬



‫إ‬ ‫ ا‬%



7 Iw s ‫ א‬5( ‫ „ ل א‬7 C @ ‫ א‬R\6 ( J R 1# ‫ א‬7 .‫و‬ ƒ 6L ‫ א‬7 . US ‫ א‬T ‫@(א‬7 7 Z +‫ א‬.‫אو‬U +‫ א‬.( 2 ‫ "د‬J (



41



‫א‬



IO @ ‫@( א‬7



( J B0‫ א]"א‬I



7 I " \# ‫ א‬3 7 w- 7 C# ‫( א‬T I @ +‫א‬



K L ‫ א‬R 1# ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ ( א‬J K L ‫ א‬R 1# ‫ א‬7 .‫)…( و‬ .(\ ‫ א‬V 7 K



0‫ א‬-



%(h 7 ƒ 0" ‫@(א‬7



(T K L ‫ א‬7 †O"F ‡ 7 ( J (J



B0‫ א " א]"א‬7 I @ +‫ א‬0‫א א‬



S "‫א‬



T ‫@( א‬7 K L ‫ א‬7 ‫@(א‬7 7 ƒ 0" ‫@( א‬7



( J ‫م‬1;j‫א‬



Il"6@ ‫ א‬T ‫@( א‬7 7 I @ +‫ א‬IO @ ‫@( א‬7 5( ‫ א‬Isl



7 I @ +‫א‬



8‫ אدא‬j‫ א‬V6' B Y I @ +‫ א‬I "' ‫א \ א‬ 8 _H ‫" א‬ I7 3@ I7 ‫(אن‬T



5( ‫ א‬Isl 7 I @ +‫א‬



5( ‫ א‬U7 7 I @ +‫ א‬M 4s ‫ א‬I^ O (T 5( ‫ א‬ƒ 6 5( ‫ א‬N17 I^ s ‫א‬



I7I



HF . Q@ ‫א‬



‫@( א‬7 5( ‫ „ ل א‬7 I @ +‫ א‬. 0 ˆ ‫א‬ (T



+‫ א‬HF I @ L ‫ ( א‬J #h K3@



(T S I



7



‰I 7 Q ‫ א‬7 I @ +‫ א‬I 'S ‫א‬ ‫ א‬R@0 HF € Y ‫א‬



HF ، B6 ]‫א‬



(T I Zu( (T



*****



42



‡‫ و‬#]‫ א‬I



‫@(א‬7 '‫א‬



‫@( א‬7 HF ، I# Cs ‫א‬



Apakah Aib Muhadits Yang Memiliki Sedikit Riwayat?



Perlu diperhatikan, kalau sedikitnya guru riwayat alAlbani rahimahullahu baik itu dalam sama’i maupun ijazah, bukan lah suatu aib, bahkan justru pada kisah riwayat Syaikh al-Albani rahimahullahu terdapat pelajaran berharga bagi ahli riwayah zaman ini. Syaikh al-Albani hanya memiliki satu ijazah saja, tapi menghasilkan ratusan jilid tulisan yang berkualitas. Berbeda dengan zaman sekarang, seseorang kadang memiliki ratusan bahkan ribuan guru riwayah namun tidak menghasilkan satu juz pun karya yang berkualitas. Disini letak kebenaran dari apa yang dikatakan oleh salah satu murid al-Hafizh Ibn Qayyim al-Jauziyyah rahimahullahu yaitu al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullahu dalam Bayan Fadhl ilmu Salaf ala ilm Khalaf hal 58,



6 5 { B s ‫ א‬€ ‡Es5 "



S ‫ ل { و‬s]‫ א‬M ŠS =‫ { و‬R5‫ א وא‬M ŠS .. 3v @ ‫و • א‬



#‫ ‹א‬2



U Ž‫ { و‬n+‫@( א‬# ‫א‬



“Ilmu itu tidak diukur dengan banyaknya riwayat dan perkataan, akan tetapi ilmu itu adalah cahaya yang dimasukan kedalam hati yang dengannya seseorang mengenal kebenaran, membedakan antara yang haq dengan yang batil..”



43



Sanad periwayatan juga bukanlah alat untuk menyombongkan diri, mengikat dan mencari pengikut seperti kelakuan firqah Islam Jama’ah dan sebagian kelompok sufi. Bagaimana pun ilmu itu bukan dilihat dari banyaknya riwayat, lalu seolah-olah memiliki otoritas membuat-buat syari’at dan bid’ah sambil melupakan kewajiban itiba dan keharusan menjauhi hawa nafsu. al-Hafizh adz-Dzahabi rahimahullahu dalam as-Siyar (13/323) berkata,



v ‫ و‬،Bْ s ‫ א‬I2



‫ א‬2Eْs5 • "



K '7 C _ 5-‫و‬



S ‫ و‬،R5‫وא‬: ‫ א‬M ŠS "0 ‹ ‫ א‬s2‫ و‬،‫א‘"• وא= '(אع‬



ْ # ‫ א‬u …… ‫ وא א‬،‫@ ع‬:l=‫א‬



“…. Kemudian ilmu itu bukanlah dengan banyak riwayat, tetapi ia adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati dan syaratnya adalah ittiba’ dan menjauhkan diri dari hawa nafsu dan kebid’ahan. Semoga Allah memberi taufiq kami dan kalian dalam ketaatan kepada-Nya”. Jadi mendapatkan sanad ini bukanlah ilmu, tapi hanya pintu gerbang menuju ilmu, jangan puas diri dulu, sebab engkau belum mendapatkan ilmu hanya dengan itu saja. Apalagi hanya sekedar ijazah saja, bahkan as-sama’ pun jika tanpa pemahaman dan pengetahuan akan sia-sia. Mungkin ia mendapatkan pahala dari hadirnya di majelis ilmu, shalawatnya kepada Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dan lainnya dari keutamaan majelis sama’, tapi dia belum mendapatkan ilmu secara hakiki hanya dengan itu. Imam as-Sayuthi rahimahullahu mengatakan dalam at-Tadrib hal 368,



44



‫"ن‬S 2 62‫' و‬2 # ‫ دون‬7 w V 7 ’5(+‫א‬ 3y C



W's5 ‫ ن‬B C V&@ 5 = ˆ5 ‫† ن‬g



B#l (O



“Tidak sepatutnya bagi Thulab hanya mencukupkan diri mendengar (sama’an) hadits tanpa pengetahuan dan pemahaman, sebab itu hanya akan meletihkan diri saja, tanpa mendapatkan sesuatu yang berharga”. Apalagi jika tanpa mengamalkan ilmunya !!!. []



45



Sanad al-Albani Kepada Kutubusittah40 Apa yang kami sebutkan asanidnya bagi Kutubusittah dibawah ini adalah contoh jalan periwayatan al-Muhadits alAlbani kepada kitab-kitab hadits masyhur, melalui jalur : 1. Raghib Thabakh 2. dari Abu Bakr Khuwaqir 3. dari Nadzir Husein. Berikut perincinannya:



(. Q@ ‫ א‬z )Y ‫; د‬- ) - ١ KL‫א‬



‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬



: ‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬



5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J



، ." 0( ‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ، ." 0( ‫;) ق א‬- ( J % L ‫ א‬HF " K L ‫ א‬I HF ." 0( ‫א‬



‫@( א‬7



(T



0‫ א‬- .( ‫ وא‬I HF I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫א‬ (@7



(T



HF I Ls ‫ ( א‬J



5( ‫ א‬5‫ ز‬HF I



‫( א‬T



‫ א‬I‫ و‬%L‫א‬ 0‫ א‬-



HF



( J 0v



(T K L ‫ א‬HF I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫א‬



( J ‹ L ‫ א‬HF .‫ و‬L ‫(وس א‬s ‫א‬



40



Banyak mengambil manfaat dari Kitab Tsabat Kuwait karya guru kami Muhammad Ziyad Tuklah.



46



I



HF I 1s # ‫\ א‬ (T ‫@ س‬# ‫ א‬I • +‫א‬



‫;) ق‬-



.‫ˆ א (אود‬ (@7 I (J



#]‫ א] ( א‬HF IF" ' ‫( א‬T



‫@( א‬7 I B#



‫ א‬b2 +‫ א‬HF . W a‫ ( א‬J



(J



‫@( א‬7 I



0‫ א‬- ‫;) ق‬-



5( ‫ ; אج א‬HF I+ W ‫\ א‬+‫ א‬B v I



V 7



7،I F



5 _‫ز‬



‫ول‬a‫@( א‬7 rO" ‫ א‬I



HF .( U ‫א]@ ~ א‬



T ‫@( א‬7 • +‫ א‬I ‫ א‬5"T G



(T



7 7w.



HF .‫ א‘ و‬.U\ ‫א‬



‫@( א‬7 ( J I ‫ א‬C



7 7w



e;"5



(J



K ‫ א‬T . Q@ ‫ א‬I #[‫ א‬0‫ א‬(



‫א‬



3 7 w-



z )Y ‫; د‬- ) - ٢



‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬ : ‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬



5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬



." 0( ‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ." 0( ‫;) ق א‬- ( J % L ‫ א‬HF M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w ." 0( ‫א‬



‫@( א‬7



(T



M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫ א‬0‫ א‬I @ ‫ א‬5( ‫ א‬N17 . "6



‫(א‬J



HF IC & ‫( א‬T



( J HF I \# ‫ א‬I 7 t; \ ‫א‬I



‫ א‬I ‫ و‬% L ‫ א‬HF



( J 0 v " I HF HF ˜#@



HF ˜#@ M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w



( J \ ‫ א‬HF ˜#@ M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w



e5 L ‫ א‬HF V@s# ‫^"אن א‬



# ‫א‬I



47



HF ‫ ل‬O . W a‫ א‬5 _‫ ز‬5U ‫א‬



HF I;(s]‫ א‬T ‫@( א‬7 ‫ א ج‬I ()



‫@( א‬7 "



34 ْ ‫א‬



()



()



HF I



‫א‬R #



( J 0C‫ א‬I



y‫@( א (א‬7



(



‫@ س‬#ْ ‫" א‬



‫@( א‬7 " ‫ א ْ) م‬s2 HF I ‫ א ْ) א‬RO(Y



2 & ‫@( א‬7



)ْ ‫" א‬



HF .‫ א[ "د‬5‫ و‬7 .†Lsْ ‫א‬



HF ?5"S ‫א‬



kI 7



HF .‫ א אو‬.(7 W ‫( א‬



V 7



() (



‫א ْ)\ ج‬



"



HF ‫; ن‬



7 6 2 ‫"ل‬s5 0‫ א‬- ‫ _ ن‬I' ‫ א‬Ru Š ‫ א‬8‫"א‬2a‫;"• א‬



HF I; ْ ‫א‬ (J



0‫ א‬-



7 7 ;."



‫א‬



( ‫ دאود‬I ‫; د ; א‬-) - ٣ ‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬ ‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬



5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬



7 ." 0( ‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ." 0( ‫;) ق א‬- ( J % L ‫ א‬HF : M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w ." 0( ‫א‬



‫@( א‬7



M‫ ز‬h-‫ و‬4#@ MN‫ א‬O I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫ א‬0‫ א‬7 w I @ ‫ א‬5( ‫ א‬N17 ( J \ ‫ א‬HF . "6



(T



‫ א‬I‫ و‬%L‫א‬



( J 0 v " K L ‫ א‬HF



( J HF I \# ‫ א‬I 7 ‫ (א‬J



t; \ ‫א‬I



HF 7 M‫ ز‬h-‫و‬



&



M‫ ز‬hš2 % Fm ‫ †א‬5 =- # [ . W a‫ א‬5 _‫ ز‬5U ‫ א‬HF IC & ‫( א‬T c‫@( א‬7



7 HF I @ +‫ א‬RO(Y



48



0‫ א‬- ‫;) ق‬- "



HF



I^ ‫( א‬



( ) kI 7 " ‫ و‬M‫ ز‬hš2 ‫ †א‬5 =- 5‫ز‬



"



HF W = O M‫ ز‬h-‫ و‬4#@ ‫ ز‬C ْ ‫א‬



"



5k( ‫ א‬I_‫ ز‬b2 )ْ ‫ א‬HF Z'›‫א‬ ‫) (א‬



7 œْ "



()



(



."sْ ‫@( א‬7



e;"5 ; c‫א‬ ˆ#ْ ‫@( א‬7 ( )



HF # [ k. Sْ @ْ ‫) ( א‬



()



()



0‫ א‬- (@ْ ‫ ن " א‬Q L ‫ א‬HF k.‫زذ א ْ@&(אد‬Hv



= O M‫ ز‬h-‫ و‬s "



‡‫ و‬# ْ ‫ א‬k.‫(و‬6 ْ ‫אز א‬U@ْ ‫א‬ 7



34 ْ ‫ و " א‬8" k. E ْ ‫ א‬5 Sْ ‫@( א‬7



e C ‫@(א‬7



7 w I ‫( א (و‬



z ْ z' ْ ‫ و " א‬IF Sْ ‫" א‬W



HF k.‫ א ْ@&(אد‬B CQْ ‫ א‬r u ( ) kI 7 "



HF I



KI ' \ ‫’ א‬# •ْ ‫א‬



#



kI 7



(



S " b2 )ْ ‫ א‬HF



6ْ ‫@( א ْ"א ( א‬7 ‫ن‬



; ‫" دאود‬



#h



; sْ ‫ א‬7



HF .G G ‫ و א‬7



(.E Ÿ ‫; د ; א‬- ) - ٤ ‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬ ‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬



5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬



HF ." 0( ‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ." 0( ‫;) ق א‬- ( J HF : M‫ ز‬h-‫ و‬64#@ 7 w ." 0( ‫א‬



‫@( א‬7



M‫ ز‬h-‫ و‬4#@ MN‫ א‬O I (]‫ א‬.‫ د‬S ‫ א‬0‫ א‬HF % y \ ‫ א‬7%y



M‫ ز‬h- ‫و‬



(T



‫ א‬I‫ و‬%L‫ א‬I



( J 0 v " K L ‫ א‬HF



‡ C IlN‫ א‬s I ‫ ن א] א‬C ; HF I



M‫ ز‬h- ‫ و‬4#@ IlN‫ א‬s IS@ ‫ א‬3 F



49



•@



(T ƒ 6L ‫א‬



M‫ ز‬h-‫ و‬4#@ 7 w . W a‫ א‬5 _‫ ز‬5U ‫ א‬HF IC & ‫( א‬T



(J



b2 +‫א‬



‫( א‬T b2 +‫ א‬HF Il 5 s ‫ א‬I 7



HF



(T



Q ‫ א‬HF % y



? ]‫@( א‬7 z' ‫" א‬



V;"



HF ‫ ل‬O .‫زد א @&(אد‬Hv



7 HF . Q@ ‫א‬



( J I^ s ‫ א‬HF ‫ ل‬O IF‫ و‬S ‫א‬



( J I; @# ‫" א‬ M ";



‫@(א‬7 "



M‫ ز‬h- ‫ & @ و‬7 w IO‫ א‬# ‫ א‬34 ‫ א‬I



HF ‫ ل‬O .‫زد‬a‫ ; א‬s ‫א‬ (T



(J



V 7



‫@( א‬7



HF ‫ ل‬O .‫@( א[@ א] وز‬7 ( J " (JV 7"



HF ‫ ل‬O .‫ א] وز‬ƒ"@J .E Ÿ ‫א‬



(Iy



‫; د ; א‬- ) - ٥



‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬ ‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬ ‫ ل‬O ." 0( ‫א‬



5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬



‫א‬I‫و‬



J 7،y FV7 M‫ ز‬h-‫ و‬، 4#@ N1# ‫א‬



U5U# ‫@(א‬7 HF ." 0( ‫;) ق א‬- ( J HF : _- ¡ J M‫ ز‬h- IO @ ‫ وא‬، 4#@ 7 w .( ‫ وא‬HF



7 IlN‫ א‬s .‫ د‬S ‫ א‬I ‫" א‬S ‫ א‬0‫ א‬-



( J HF K 7 IlN‫ א‬s I \# ‫א‬



S5 t ‫ن‬- M‫ ز‬h- ،. "6 5 _‫ز‬



‫(א‬J



HF ،IC & ‫( א‬T



‫ א] ( ^"אن‬b2 +‫ א‬HF K% y



50



HF K



+‫ א‬HF . % y



t; \ ‫ א‬I (J \ ‫א‬



0 v"



7 ،# [ I @‫א‬



HF . 4#@



¢7 w



M‫ ز‬h-‫ و‬، 4#@ 7 w . W a‫א‬



. M‫ ز‬h-‫ و‬Š5‫د‬ : \



˜#@ \



(J



I "5a‫ א‬U5U# ‫@( א‬7 .‫ א @&(אد‬I @ +‫ א‬O



(T



( J Y ‫ وא‬،P U@ ‫ ( א‬W ‫@( א‬7 U5U# ‫@( א‬7 HF . # [ R# L ‫א‬



• +‫א‬ ‫א‬



0 v R7 ‫"ز‬



HF K # [



MN‫ א @(א‬W‹ ›‫ א‬€ "O ¤- ’ Š ‫ א‬NU[‫ول א‬ HF KM‫ ز‬hš2



5‫د‬ (h



‫(א‬7



5 .E ‫ وא‬5 L# ‫ א‬NU[‫א‬



(T W " I^ s ‫ א‬HF K 7 w I ‫و‬‰( ‫א‬



HF Kb2 +‫ א‬. " 5:( ‫ א‬I: ‫א‬ Iy



HF ‫و‬



HF W.‫(אو‬5" ‫ ل א‬O‫و‬. IlN‫ א‬s



(J



T ‫@( א‬7 ( J"



(@7"



(T



‫@( א‬7 HF W 6 _ ‫ "א‬O. # [ ¢7 w



، # [ 7 w I;(ْs]‫ א‬0 v



HF K k S ‫א‬



(T



3 7 w‫_ א‬



•";‫ و‬،ƒ 'S ‫ א‬R¥



+‫א‬



( J HF WIO‫ א‬# ‫ ل א‬O K% F£ V & ‫ א‬R '2



0‫ א‬-‫ و‬،.(&'L_



‫م א‬1g



‫@( א‬7 b2 +‫ @• א‬W= O



1F IlN‫ א‬s .‫(אو‬5" ‫א‬



I "' ‫ א‬I# ‫ ( א‬J



(



(T ‫ و‬، 7 IlN‫ א‬s I ' ]‫ ( א‬J



‫ زאد א‬،M‫ ز‬h- IO‫ א‬# ‫ • א‬+‫א‬ M‫ ذ‬#';=‫ א‬ƒ



‫א‬



I7



{



‫; ن‬



‫;) ق‬I7



(J B#



(T S " (T T ‫א‬



‫; د ; א‬- ) - ٦



‫ א‬S " K L ‫ א‬7 f @C ‫ א‬Bg‫ א‬3^ ‫ ( א‬J K L ‫ א‬7 .‫و‬ ‫ ل‬O ." 0( ‫• א‬



5E K L ‫ א‬7 I @ +‫ א‬IS]‫† א‬O"F ‡ 7 ( J K L ‫א‬



7 w .( ‫ وא‬HF U5U# ‫@( א‬7 % L ‫ א‬HF ‫;) ق‬- ( J % L ‫ א‬HF :



51



0v "



HF K J 7 ، y F V 7



0‫ א‬- .( ‫ وא‬HF % y I Ls ‫ ( א‬J



(T



M‫ ز‬h-‫ و‬، 4#@



"



7 HF



B vI



• +‫א‬



I7



(T 7 M‫ ز‬h- IO @ ‫وא‬



5 _‫ ز‬5( ‫ א‬5‫ ز‬7 I O @ M‫ ز‬h-‫& @ و‬



7 MN‫ א‬O \



+‫ א‬I



‡‫ و‬#]‫( א‬5U5



HF I +‫ א‬8‫ دא‬# ‫ א‬I "W



I



7 7w



( J ‹ L‫א‬ ‫ א‬b2 +‫ א‬I HF



(J



I7



+‫א‬







HF



\+‫א‬



s ‫ א‬HF I;(s]‫ א‬0 v



HF E ]‫ א‬I (J



‡C



‫( א‬T



(T‫ א‬HF IsL ( ‫ א‚( א‬I



0 v R7 ‫ ز‬I (T



7 IlN‫ א‬s .‫ د‬S ‫ א‬I ‫" א‬S ‫א‬



HF 7 w S5 t ‫ن‬- M‫ ز‬h- .‫ د‬S ‫א‬



7 .‫ و‬L ‫(وس א‬s ‫@( א‬7 . W a‫ ( א‬J



_- ¡ J M‫ ز‬h- IO @ ‫ وא‬، 4#@



; O R) v "



‫@( א‬7 "



G



(J



HF Z5‫و‬Us ‫א‬



HF ‫ ل‬O ‫ ن‬Cs ‫ א‬0‫ א‬‫ א‬6T Z5‫و‬Us ‫ א‬h



Penyebutan secara khusus sanad-sanad kutubusittah diatas sebagai contoh. Al-Albani sendiri memiliki otoritas ijazah ammah dari gurunya, yang memiliki konsekuensi bolehnya beliau meriwayatkan semua periwayatan kitab dan hadits yang tersambung sanadnya kepada gurunya itu dalam berbagai cabang ilmu seperti : tafsir, hadits, fiqh, ushul, bahasa, sejarah dan lainnya.



52



Murid al-Albani dalam Riwayah Sangat ramai murid al-Albani dari berbagai negeri, namun sangat sedikit yang meriwayatkan dari beliau. Hal itu disebabkan Syaikh Al-Albani tidak terlalu membuka pintu dalam persoalan ini. Beliau rahimahullahu berkata,



ƒ @ ‫א א‬E0 I



V 7 z'2 =



“Saya tidak membuka pintu dalam bab ini bagi diriku”. 41 Ada beberapa makna dalam kalimat ini: 1.



2.



Beliau tidak menafikan adanya ilmu riwayah seperti yang diamalkan sampai sekarang oleh para ulama, hanya saja beliau tidak terlalu mendalami bab ini. Beliau hendak bersebrangan dengan sebagian orang yang menjadikan masalah ini sebagai ukuran kebenaran atau boleh tidaknya diambil ilmu, sebagaimana syubhatnya sering kita dengar. Ucapan seperti: “Dia tidak punya sanad, maka tidak pantas diambil ilmunya”, dan seterusnya. Beliau pernah menceritakan kisah yang mirip ini dalam kitabnya, Silsilah adhDhaifah (1/103-104) tatkala beliau berdialog dengan seorang Syaikh lulusan Al-Azhar, “… saya beritahu kepadanya bahwa hadits (yang ia sebutkan) itu dha'if, tetapi ternyata dia (Syaikh dari al-Azhar itu) justru bertambah keras!!, dan membanggakan kepadaku Ijazah (syahadah) Al-Azharnya, dan dia menuntut



41



Lihat Mazhahirul Syarfi wal ‘Ijah al-Mutajaliyah fi Fahrisah Syaikh Muhammad Bu Khubzah Hal 230



53



ijazahku sehingga aku pantas mengkritiknya!, maka aku jawab, sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, “Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran … dst ! (al-hadits)”. Maksudnya beliau ingin mengingatkan kepada orang tersebut bahwa kebenaran itu harus diterima darimana pun datangnya, hatta dari orang yang tidak memiliki syahadah atau ijazah sekalipun. 3.



Beliau tidak terlalu tertarik dengan bab ini, karena menganggapnya tidak terlalu banyak faidahnya. Sebagaimana dinukil guru kami Isham Musa Hadi tatkala al-Albani ditanya tentang ijazah dalam riwayat hadits dizaman ini, beliau berkata, “Tiada faidah hal itu dihari ini”. Setelah itu beliau menceritakan bagaimana Syaikh Raghib ath-Thabakh memberinya ijazah tanpa beliau memintanya. Lalu beliau berkata, “Hanya saja tulisan ijazah itu termasuk diantara yang hilang dari kitab-kitab ku”.42 Namun, beliau tetap menggunakannya untuk membantah orang-orang yang dengki saja. Sebagaimana perkataan beliau dalam satu nukilan muridnya tentang ijazahnya ini:



5(O +‫ א‬V 7 ¨s2 6 ‫د‬



©-‫ و‬،ً 9



I Z#l = I0



“Ijazah tersebut tidak menarik perhatianku sedikit pun. Ijazah tersebut hanya aku gunakan untuk membantah orang-orang yang dengki”.43 42



Muhadits al-Ashr al-Imam Muhammad Nashruddin al-Albani Kama araftahu hal. 104 43



Lihat Tadzkirul Nabihin karya Syaikh Rabi al-Madhkali hal 13.



54



Telah dinukil kepada kami, bahwa murid-muridnya telah meminta kepadanya ijazah riwayat berulang-ulang, namun sangat sedikit yang beruntung mendapatkannya. Riwayat semacam ini seperti rizki, kadang terluput dari yang lain, kadang mudah bagi yang lain lagi. Berikut ini dua syaikh, yang diberi rizki oleh Allah Ta’ala ijazah dari al-Albani : [1]. Syaikhuna Al-Allamah al-Muhadits al-Mu’ammar Muhammad Amin Bu Khubzah al-Hasani ath-Tathawani Beliau adalah guru dan mujiz kami dari Maroko yaitu Al-Allamah al-Muhadits Muhammad Amin Bu Khubzah alHasani ath-Tathawani hafizahullahu (lahir 1351 H).44 Diriwayatkan kalau as-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berpesan kepada rakyat Maghrib :



R#@L "MU@F" ƒ &]‫ א‬€ S “Kalian orang-orang Maghribi mempunyai 'roti yang mengeyangkan’.“ Yakni kiasan bagi guru kami Muhammad Bu Khubzah. Syaikh Bu Khubzah ini termasuk murid Syaikh Ahmad al-Ghumari yang namanya disebut-sebut dalam beberapa karya al-Albani, bahkan gurunya ini kagum kepadanya sehingga memberinya ijazah haditsiyyah tanpa dimintanya. Namun pertemuan dengan Syaikh al-Albani



44



Selain dari al-Albani, beliau meriwayatkan pula dari : Syaikh Ahmad bin Shadiq al-Ghumari, Syaikh Abdul Hay al-Kattani, Syaikh Abdul Hafizh al-Fihri al-Fasi, Syaikh Thahir bin Asyhur al-Tunisi dan lainnya sebagaimana dalam ijazahnya kepadaku.



55



yang kemudian membuat Syaikh Bu Khubzah rujuk kepada manhaj salaf. Dikisahkan kepada kami bahwa sedikitnya ada tiga cara bagi Syaikh Muhammad Bu Khubzah dalam meriwayatkan dari Imam Al-Albani rahimahullahu, sebagaimana dikatakan oleh guru kami, al-Musnid Muhammad Ziyad Umar Tuklah45 hafizahullahu: Pertama, Beliau meriwayatkan dari Syaikh Al-Albani secara munawalah (penyerahan kitab) untuk sebagian kitabkitab beliau rahimahullahu di Madinah dan Amman, diantaranya: 1.



Shifat Shalat Nabi shallallahu’alaihi wasallam



2.



Shalat Tarawih Nabi Shallallahu’alaihi wasallam



3.



Shalat Ied fil Mushaliy



4.



Tasdid al-Ishabah



5.



Fahrisat Kitab al-Hadits bil Dhahiriyah



6.



Silsilah Ahadits Adh-Dhaifah 46



7.



Dan lainnya.



Cara penerimaan munawalah dikenal dan diterima oleh muhaditsin, bahkan dianggap sangat kuat apalagi jika 45



Lihat dalam kitab Fathul Jalil hal. 367, dan Syaikh at-Tuklah ini meriwayatkan dari banyak sekali syaikh (300-an lebih), sebagiannya disebutkan dalam ijazahnya kepadaku. Dan beliau membaca kepada gurugurunya itu banyak sekali kitab. Penulis saksikan kalau beliau termasuk ahlinya dibidang ilmu riwayah ini. 46



Lihat Mazhahirul Syarfi wal ‘Ijah al-Mutajaliyah fi Fahrisah Syaikh Muhammad Bu Khubzah Hal 230



56



disertai ijazah. Seorang perowi jika meriwayatkan dengan cara ini ia mengatakan, “nawalani”, atau “akhbarana munawalatan”.



Tulisan munawalah al-Albani kepada Syaikh Muhammad Bu Khubzah, lalu ijazah Bu Khubzah kepada Syaikh al-Hadutsi.



Kedua, beliau meriwayatkan dari Syaikh AlAlbani melalui qiroat kepadanya sebagian manuskrip dari kitab Sunan Nasai al-Kubro dalam suatu pertemuan di kota Tathawan, Maghrib. Cara penerimaan ini lebih tinggi lagi nilainya dari sebelumnya, jika meriwayatkannya maka ia berkata, ”Akhbarana fulan sebagiannya.. “, jika disertai ijazah maka ditambahkan, “.. dan ijazah bagi sebagiannya lagi”. Ketiga, izin secara lisan dari Syaikh Al-Albani untuk meriwayatkan secara ammah (umum untuk semua riwayat dan karya tulisnya), sebagaimana Syaikhuna Muhammad Ziyad Tuklah ceritakan,



Kr9 ‫ن‬- Z7 ‫ א و‬W( ‫ ‡ א "א‬+



‫ ل‬s2 ،R # ‫ א‬R5‫ א وא‬€ Q @ ‫ذ?و‬N



‫و‬W Q



‫א;'•ذ‬ I ‫ ل‬O‫و‬



“Syaikhuna (Muhammad Bu Khubzah) meminta izin kepada Imam al-Albani dalam riwayat ammah, maka Imam al-Albani 57



berkata kepadanya dengan perkataan singkat, “Riwayatkan lah dariku jika kamu mau”, dan Syaikhuna (Muhammad Bu Khubzah) telah berkata kepadaku, “Dan saya sangat ingin dan menyenanginya”. Perkataan singkat dari Imam al-Albani ini bermakna izin atau ijazah secara ammah (umum) insyaallah Ta’ala. 47 Maka, dengan ketiga cara inilah (munawalah, qiroat, dan izin / ijazah) guru kami Syaikh Muhammad Bu Khubzah meriwayatkan dari Syaikh Al-Albani.



Syaikh Muhammad Bu Khubzah



[2]. Syaikhuna al-Musnid Musa’ad bin Basyir as-Sudani Diantara yang sedikit lainnya –yang meriwayatkan dari Imam al-Albani rahimahullahu- adalah Syaikhuna alMusnid Musa’ad bin Basyir as-Sudani hafizahullahu (lahir tahun 1363 H/1944 M) yang dikenal dengan Haji AsSadirah.48 Syaikh ini termasuk ahli riwayah yang telah 47



Lihat juga Fathul Jalil karya Syaikh at-Tuklah hal. 367.



48



Selain dari al-Albani, Syaikh Musa’ad meriwayatkan pula dari Syaikh Umar al-Faqi, Syaikh Abdul Hayy al-Kattani, Syaikh Muhammad Hafizh Tijani, Syaikh Abu Hasan Ali an-Nadwi, Syaikh Abdullah an-Najdi, Syaikh Yasin al-Fadani, dan lainnya.



58



melakukan perjalanan ke berbagai negeri menemui ulamaulama riwayah. Baginya, banyak sekali sama’i dan ijazah dari para ulama itu. Berkata Syaikhuna at-Tuklah dalam Tsabat alKuwaitnya pada pembahasan biografi Syaikh Musa’ad halaman 159, “Mengabarkan kepadaku guru kami Musa’ad al-Basyir berkali-kali, sesungguhnya Syaikh Nashr al-Albani memberi ijazah kepadanya di tahun 1397 H, di rumah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab al-Bana di Jeddah. Dan Syaikh Musa’ad berkata kepadaku, “Syaikh Al-Albani memberi ijazah kepadaku untuk kitabnya, dan ia juga berkata kepadaku dengan singkat,



f @C ‫ א‬Bg‫ א‬IQ



7 ?lUh



“Aku ijazahkan kepadamu dari guruku Raghib ath-Thabakh”, Dan beliau (Syaikh al-Albani) pun tidak berkata lebih dari itu”.



Syaikh Musa’ad bin Basyir as-Sudani



Berkata Syaikhuna Abu alHajaj Yusuf bin Ahmad Alu Alawi49, “Ucapan Syaikh Nashr, “Aku ijazahkan kepadamu dari guru saya 49



Syaikh Abu al-Hajaj termasuk yang banyak gurunya dalam riwayat, sekitar 150 syaikh, sebagaimana disebutkan dalam Tsabat Ijazahnya kepadaku dan kepada ikhwan yang ikut dalam istida ijazah di grup “Belajar Hadits” yang dikelola oleh saya sendiri.



59



Raghib ath-Thabakh”, maksudnya tidak lain adalah ijazah riwayat, yaitu ijazah ammah”. Sebagai tambahan, Syaikhuna Abu Hajaj al-Alawi mengatakan bahwa terdapat orang yang lainnya yang meriwayatkan dari al-Albani, diantaranya; Syaikh Ahmad arRifa’i. Beliau berkata, “Dan yang lain, telah tsabit bahwa sesungguhnya Syaikh telah memunawalahkan sebagian kitabnya, seperti kepada guruku Ahmad ar-Rifa’i yang mana syaikh telah memunawalahkan sebagian kitabnya. Berkata Syaikh ar-Rifa’i kepada Syaikh Nashr, “Munawalah menurut cara para ahli hadits” maka tertawa Syaikh Al-Albani”.50 []



50



Lihat : http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showpost.php?p=1929424&postcount=24



60



Pujian dan Kesaksian Ulama Riwayah kepada al-Albani Untuk melengkapi kajian ringkas kita ini, alangkah baiknya jika penulis kutipkan pujian sebagian ulama riwayah kepada al-Allamah al-Albani. Ahli-ahli riwayat ini adalah para musnid yang tinggi dan banyak sama’i-nya, banyak sanadnya, banyak diijazahi dan banyak memberi ijazah. Sebagai pelengkap hujjah bagi “orang-orang kecil” yang suka merasa lebih tinggi dari orang-orang besar. Berikut ini pujian para musnidin itu kepada beliau, 1. Syaikh Ahmad bin Shodiq al-Ghumari, Ahmad bin Muhammad bin Shaddiq al-Ghumari, Abu Faidh (w. 1380 H). Musnid Tanjah Maghrib, memiliki Tsabat besar dan yang kecil. Kata beliau dalam hadiahnya untuk Syaikh al-Albani : “Hadiah dari penulisnya kepada Hadzrat al-Ustadz alAllamah al-Atsari asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin alAlbani ad-Dimasyqi”. Ahmad bin Shiddiq 9 Dzumdil Tsaniah 1377” 51. Pujian lainnya tercatat dalam beberapa surat beliau. 2. Syaikh Hammad al-Anshori, Hammad bin Muhammad bin Muhammad bin Hannah al-Anshari, Abu Abdul Latif (w. 1418 H). al-Muhadits, al51



Lihat dalam kitab Hushulut Tihani bil-Kutubil Muhdah Ila Muhaddits asySyam Muhammad al-Albani no. 191



61



Atsari, Musnid Madinah berasal dari sebuah kota bernama Taad Makkah (artinya inilah Mekkah) di negeri Mali, Afrika.52 Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu, “Syaikhul Hadits Nashiruddin al-Albani”.53 3. Syaikh Badiuddin ar-Rasyidi as-Sindi, Badiuddin bin Ihsanullah bin Rasyidullah Syah Rasyidi al-Husaini as-Sindi, Abu Muhammad (w. 1416 H). alAllamah, al-Muhadits, dan musnid negeri Sind, Pakistan. 54 Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu, “Fadhilatul Muhadits Nashiruddin al-Albani”.55



asy-Syaikh



Muhammad



4. Syaikh Muhammad Shulthon al-Ma’shumi, Muhammad Sulthan al-Ma’shumi al-Khujandi (w. 1381 H).56 al-Allamah, Penulis karya-karya bermanfaat dan Pengajar di Masjidil Harom dan Darul Hadits Khairiyah, Musnid Mekkah dari Khujandah, di Perbatasan Rusia. 57 Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu,



52



Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 138.



53



Hushulut Tihani No. 137



54



Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 116.



55



Hushulut Tihani No. 555



56



Lihat biografi beliau dalam Muqadimah Halil Muslim Mulzam Bittiba Mazhab Mu’ayyan minal Mazhahib al-Arba’ah?. 57



Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 80.



62



“al-‘Alim al-Jalil wa al-Fadhil an-Nabil Saudara karena Allah Syaikh Nasruddin al-Albani ….”.58 5. Syaikh Taqiyuddin al-Hilali, Dr. Muhammad Taqiyuddin bin Abdul Qadir bin athThayib al-Husaini al-Hilali al-Maghribi (w.1407 H). Muhadits Maghrib, al-Allamah as-Salafi, dan Penulis yang luar biasa, dan murid al-Allamah Abdurrahman al-Mubarakfuri penulis at-Tuhfah. 59 Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu, “Saudara karena Allah, pemilik banyak keutamaan, dai kepada Allah dengan kebenaran, penjaga yang ikhlas sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, pemilik tulisan-tulisan bermanfaat dalam ilmu hadits, al-ustadz asysyaikh Nasruddin al-Albani …” 60 6. Syaikh Abu Hasan Ali an-Nadwi Abu Hasan Ali bin asy-Syaikh al-Mu’arikh Abdul Hay bin Fakhruddin al-Husaini an-Nadwi (w. 1420 H). alAllamah, ad-Da’iyah, dan Penulis buku-buku bermanfaat berasal dari Delhi, India.61 Beliau termasuk murid alAllamah Abdurrahman al-Mubarakfuri dalam riwayah. Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu,



58



Hushulut Tihani No. 659



59



Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 108



60



Hushulut Tihani No. 663



61



Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 185.



63



“Pekerja senior dalam ilmu hadits dan sunnah di negeri Syam”.62 7. Syaikh Hammud at-Tuwaijiri, Hamud bin Abdullah bin Hamud bin Abdurrahman atTuwaijiri an-Najdi, Abu Abdillah (w. 1413 H). al-Allamah, alMuhadits, al-Atsari, Musnid Najd, Penulis kitab-kitab bermanfaat, diantaranya beberapa bantahan kepada ahli bid’ah dan khurafat. 63 Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu, “Al-Albani di zaman ini pembawa bendera sunnah”.64



adalah seorang Imam



8. Syaikhuna Shubhi bin Jasim ash-Samara’i Subhi bin Jasim bin Humaid bin Hamad bin Shalih bin Mushtafa al-Husaini as-Samara’i, Abu Abdirrahman (w. 1434 H). Guru kami, al-Allamah al-Muhadits, Musnid dan Permata Negeri Iraq, as-Salafi. 65 Beliau menyebut Syaikh al-Albani rahimahullahu, “Fadhilatu Syaikh al-Mujadid…”.66 9. al-Allamah Abi ash-Sha’iqah



62



al-Mudzakarat hal. 268



63



Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 26.



64



Tarjamah al-Albani – Ashim al-Qaryuti hal. 19.



65



Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 150.



66



Hushulut Tihani no. 313.



64



Abdul Karim bin Sayyid Abbas asy-Syaikhli67 yang dikenal dengan Abi ash-Sha’iqah68 (w. 1379 H). al-Imam, alMusnid, al-Mu’ammar, al-Allamah, Muhadits Iraq, as-Sayyid, al-Atsari.69 Guru kami al-Muhadits Shubhi Jasim as-Samara’i mengatakan bahwa tatkala sampai kepada gurunya alAllamah Abi ash-Sha’iqah kitab karangan al-Albani berjudul Silsilah adh-Dhaifah beliau berkata, “Al-Albani seakan memiliki ruh al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani”. 10. Syaikhuna Muhammad bin Ismail al-Amrani Muhammad bin Ismail bin Muhammad al-Amrani (lahir 1340 H). Guru kami, Allamah Yaman dan Musnidnya, al-Mu’ammar, al-Faqih, yang Kakeknya termasuk murid Imam Muhammad bin Ali asy-Syaukani. Beliau hafizahullahu berkata tentang Syaikh alAlbani, “Penutup para hafizh, ahli fiqih besar, mengikuti asySyaukani dalam fiqh, tapi mendahuluinya dalam hadits, dan aku adalah “syi’ah” al-Albani”. 11. Dan banyak lagi yang lainnya. []



67



Maksud dari asy-Syaikhli ini adalah Syaikh lahir dikota tua Bahdad di dekat Pintu Syaikh, yaitu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. 68



Adapun ash-Sha’iqah adalah julukan karena hafalannya menyerupai hapalannya Syaikh Bukhori Muhammad bin Abdurrahim Sha’iqah, dalam hafizh dan Itqannya.



69



Sanad Ijazah 100 Ulama Pengikut Atsar hal. 151.



65



Scanan Ijazah al-Allamah Muhammad Amin Bu Khubzah Kepada Penulis



Ini ijazah ammah kami (penulis dan mertuanya) dari al-Allamah Muhammad Amin Bu Khubzah dengan istid’a Syaikh Umar al-Hadutsi. Demikian itu pada tahun 1434 H, dan diijazahi pula bersama kami sejumlah asatidz dari Mantan Islam Jama’ah.



66



Ijazah lainnya dari Syaikh Bu Khubzah yang dimintakan secara s khusus oleh seorang rekan di Maroko untuk penulis sajja.



67



Album Photo al-Albani



Syaikh Al-Albani (kedua dari kanan) bersama rombongan Raja Faisal, Syaikh Bin Baz dan lainnya



Syaikh al-Albani diruangan khususnya di Maktab al-Islami Beirut



68



Syaikh al-Albani dalam satu pertemuan, satu mata ke penanya, satu lagi ke kitab yang dibacanya



Syaikh a-Albani (kiri) dalam satu pertemuan dengan ulama ahli qira’at ditahun 1391 H.



69



Syaikh al-Albani didua masa yang berbeda



70