Alquran Sebagai Pedoman Hidup [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

pendidikan agama Islam merupakan pendidikan formal yang harus diberikan kepada peserta didik. Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada hati Rasulullah anak Abdullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanya.1 Adapun definisi Al-Qur’an menurut sebagian besar ulama Ushul Fiqih adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf; dimulai dari surat AlFatihah dan ditutup dengan surat An-Nash.2 Dari definisi-definisi diatas, disini dapat disimpulkan beberapa ciri khas Al-Qur’an, antara lain sebagai berikut: 1. Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. 2. Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab. 3. Al-Qur’an menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat manusia. 4. Al-Qur’an dinukilkan kepada beberapa generasi sesudahnya secara mutawatir. 5. Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah, dan membaca setiap kata dalam al-Qur’an mendapat pahala dari Allah. 6. Al-Qur’an dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat AnNash. Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada awal masa pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan agama Islam disamping Sunnah beliau sendiri. Kedudukan al-Qur’an sebagai sumber pokok/ dasar Pendidikan Agama Islam dapat dipahami dari ayat al-Qur’an itu sendiri.



1



Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet Ke-5, hal. 122 Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2007), cet ke-3, hal. 50



2



A. Tafsir Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Fungsi Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup dan Dasar Penyelenggraan Pendidikan 1. QS. Al-An’am/6: 91-92 a. QS. Al-An’am/6: 91



‫َو َم ا ق َ د َ ُر وا َّللاه َ َح ه‬ ‫ق ق َ د ِْر ه ِ إ ِ ذ ْ ق َ ا ل ُوا َم ا أ َن ْ زَ َل َّللاه ُ عَ ل َ ٰى ب َ ش ٍَر ِم ْن‬ ‫ب ال ه ِذ ي َج ا َء ب ِ ِه ُم و س َ ٰى ن ُ و ًر ا َو ه ُ د ًى‬ َ ‫ي ٍء ۗ ق ُ ْل َم ْن أ َن ْ َز َل الْ ِك ت َا‬ ْ َ‫ش‬ ‫يس ت ُبْ د ُو ن َ َه ا َو ت ُ ْخ ف ُ و َن كَ ث ِ ي ًر ا ۖ َو ع ُ ل ِ ْم ت ُ ْم َم ا ل َ ْم‬ ِ ‫اس ۖ ت َ ْج ع َ ل ُ و ن َ ه ُ ق َ َر ا‬ ِ ‫لِ ل ن ه‬ َ ‫ط‬ ‫ض ِه ْم ي َ ل ْ ع َ ب ُو َن‬ ِ ‫ت َعْ ل َ ُم وا أ َن ْ ت ُ ْم َو ََل آ ب َ ا ُؤ ك ُ ْم ۖ ق ُ ِل َّللاه ُ ۖ ث ُمه ذ َ ْر ه ُ ْم ف ِ ي َخ ْو‬ “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan mereka tidak menghormati) orang-orang Yahudi itu (Allah dengan penghormatan yang semestinya) artinya mereka sama sekali tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang seharusnya, atau mereka tidak mengetahui-Nya dengan pengetahuan yang semestinya (di kala mereka mengatakan) kepada Nabi saw., yaitu sewaktu mereka mendebat Nabi saw. dalam masalah Alquran ("Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia." Katakanlah,) kepada mereka ("Siapakah yang menurunkan kitab Taurat yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu) dengan memakainhya pada tiga tempat (lembaran-lembaran kertas) kamu menuliskannya pada lembaranlembaran kertas yang bercerai-berai (kamu perlihatkan sebagiannya) kamu tidak suka menampakkan kesemua isinya (dan kamu sembunyikan sebagian besarnya) sebagian besar dari apa yang terdapat di dalam kandungannya, seperti mengenai ciri-ciri Nabi Muhammad saw. (padahal telah diajarkan kepadamu) hai orangorang Yahudi di dalam Alquran (apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahuinya?") karena tidak terdapat di dalam kitab Taurat, maka hal itu



membuat kamu ragu dan berselisih paham tentang Taurat antara sesamamu. (Katakanlah,



"Allahlah")



yang



menurunkannya;



jika



mereka



tidak



mengatakannya, maka tidak ada jawaban lain kecuali jawaban itu (kemudian biarkanlah mereka di dalam kesibukan mereka) dalam kebatilan mereka (bermainmain). Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah orang-orang kafir itu tidak memandang Allah, kasih sayang, dan kebijaksanaan-Nya sebagaimana mestinya, karena mereka mengingkari akan diturunkannya kerasulan kepada salah seorang di antara manusia. Wahai Nabi, tanyakan kepada orangorang musyrik dan sekutu mereka dari orang-orang Yahudi, "Siapa yang menurunkan kitab yang dibawa Mûsâ, yang bagaikan cahaya yang menyinari, dan hidayah yang membimbing? Kitab yang kalian tulis pada lembaran-lembaran kertas yang terpisah-pisah, kalian perlihatkan bagian yang sesuai dengan hawa nafsu, dan kalian sembunyikan banyak bagian yang bisa membawa kalian untuk mempercayai al-Qur'ân. Juga kitab yang darinya kalian banyak mengetahui halhal yang sebelumnya kalian dan bapak-bapak kalian tidak mengetahuinya." Jawablah, wahai Nabi, dengan mengatakan, "Allahlah yang menurunkan Tawrât." Lalu biarkanlah mereka berlalu dalam kesesatan dan bermain-main seperti anak kecil. b. QS. Al-An’am/6: 92



ُ ِ‫ص د‬ ٌ ‫ار‬ ‫ق ال ه ِذ ي ب َ يْ َن ي َ د َيْ ِه َو لِ ت ُنْ ِذ َر‬ ٌ ‫َو ٰهَ ذ َا ِك ت َا‬ َ ‫ك ُم‬ َ َ ‫ب أ َنْ زَ لْ ن َا ه ُ ُم ب‬ ‫َح ْو ل َ َه ا‬ ‫َو َم ْن‬ ‫الْ ق ُ َر ٰى‬ ‫أ ُ هم‬ ْ ِ ‫ۚ َو ال ه ِذ ي ن َ ي ُ ْؤ ِم ن ُو ن َ ب‬ ‫ص ََل ت ِ ِه ْم ي ُ َح ا ف ِ ظ ُ و َن‬ َ ‫اْل ِخ َر ة ِ ي ُ ْؤ ِم ن ُو ن َ ب ِ ِه ۖۚ َو ه ُ ْم ع َ ل َ ٰى‬ “Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan ini) Alquran ini (adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya) yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya (dan



agar kamu memberi peringatan) dengan memakai ta dan ya diathafkan kepada makna kalimat sebelumnya, yang artinya, Kami menurunkan Alquran untuk diambil keberkahannya, dipercayai dan agar kamu memberi peringatan dengannya (kepada penduduk Umul Qura/Mekah dan orang-orang yang ada disekitarnya) yaitu penduduk kota Mekah dan umat lainnya (dan orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya, dan mereka selalu memelihara salatnya) karena takut akan siksaan akhirat. Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa AlQur'ân yang Kami turunkan, sebagaimana halnya Tawrât, adalah kitab yang mempunyai banyak kebaikan, kekal sampai hari kiamat, membenarkan dan membawa berita tentang penurunan kitab-kitab sebelumnya dengan maksud untuk memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin, dan menakut- menakuti orang-orang musyrik Makkah dan sekitarnya dengan murka Allah apabila tidak tunduk kepadanya. Orang-orang yang mempercayai hari pembalasan itu, mempercayainya karena harapan mereka untuk mendapatkan pahala dan takut siksaan. Dari itu, mereka kemudian selalu berdisiplin untuk mengerjakan salat dengan sempurna Pelajaran yang dapat di ambil dari QS. Al-An’am/6: 91-92 diatas yaitu : kita sebagai umat islam harus beriman dan mengamalkan isi al-quran yang telah Allah turunkan melalui rasul-Nya dan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup sekaligus juga dasar atau sumber utama dalam memberikan pendidikan agama Islam kepada keluarga dan masyarakat agar menjadi petunjuk kejalan yang lurus dan tidak tersesat seperti kaum-kaum terdahulu.



2. QS. Al-Baqarah/2: 1-5, 97, 185 a. QS. Al-Baqarah/2: 1-5  Ayat 1



‫الم‬ “Alif laam miim.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat (Alif laam miim) Allah yang lebih mengetahui akan maksudnya.Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish



Shihab adalah bahwa Allah Swt. memulai dengan huruf-huruf eja ini untuk menunjukkan mukjizat al-Qur'ân, karena al-Qur'ân disusun dari rangkaian hurufhuruf eja yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri. Meskipun demikian, mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi seperti al-Qur'ân. Huruf-huruf itu gunanya untuk menarik perhatian pendengarnya karena mengandung bunyi yang berirama.  Ayat 2



‫ْب ۚ ف ِ ي ِه ۚ ه ُ د ًى لِ لْ ُم ت هقِ ي َن‬ َ ِ‫ٰذ َ ل‬ ُ ‫ك الْ ِك ت َا‬ َ ‫ب ََل َر ي‬



“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”



Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut :(Kitab ini) yakni yang dibaca oleh Muhammad saw. (tidak ada keraguan) atau kebimbangan (padanya) bahwa ia benar-benar dari Allah swt. Kalimat negatif menjadi predikat dari subyek 'Kitab ini', sedangkan kata-kata isyarat 'ini' dipakai sebagai penghormatan. (menjadi petunjuk) sebagai predikat kedua, artinya menjadi penuntun (bagi orang-orang yang bertakwa) maksudnya orang-orang yang mengusahakan diri mereka supaya menjadi takwa dengan jalan mengikuti perintah dan menjauhi larangan demi menjaga diri dari api neraka. Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa inilah kitab yang sempurna, yaitu al-Qur'ân yang telah Kami turunkan. Orang-orang yang berakal sehat tidak akan dihinggapi rasa ragu bahwa al-Qur'ân diturunkan oleh Allah Swt. dan membenarkan apa-apa yang tercakup di dalamnya berupa hukum, kebenaran dan petunjuk yang berguna bagi orang-orang yang siap mencari kebenaran, menghindari bahaya dan sebab yang menjurus kepada hukuman.  Ayat 3



‫ص ََل ة َ َو ِم هم ا َر زَ قْ ن َا ه ُ ْم ي ُنْ فِ ق ُو َن‬ ‫ال ه ِذ ي َن ي ُ ْؤ ِم ن ُو َن ب ِ الْ غ َ يْ بِ َو ي ُقِ ي ُم و َن ال ه‬



“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Orang-orang



yang beriman) yang membenarkan (kepada yang gaib) yaitu yang tidak kelihatan



oleh mereka, seperti kebangkitan, surga dan neraka (dan mendirikan salat) artinya melakukannya sebagaimana mestinya (dan sebagian dari yang Kami berikan kepada mereka) yang Kami anugerahkan kepada mereka sebagai rezeki (mereka nafkahkan) mereka belanjakan untuk jalan menaati Allah. Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa Mereka itu adalah orang-orang yang percaya dengan teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa kepada yang gaib--yaitu hal-hal yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, seperti malaikat dan hari kemudian, karena dasar beragama adalah beriman kepada yang gaib--melaksanakan salat dengan benar, tunduk dan khusyuk kepada Allah. Dan orang-orang yang menginfakkan sebagian dari apa yang dianugerakan oleh Allah kepada mereka di jalan kebaikan dan kebajikan.  Ayat 4



ْ ِ ‫ك َو ب‬ َ ِ‫ك َو َم ا أ ُنْ ِز َل ِم ْن ق َ بْ ل‬ َ ْ‫َو ال ه ِذ ي َن ي ُ ْؤ ِم ن ُو َن ب ِ َم ا أ ُنْ ِز َل إ ِ ل َ ي‬ ِ ‫اْل ِخ َر ة‬ ‫ه ُ ْم ي ُو ق ِ ن ُو َن‬



“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan orang-



orang yang beriman pada apa yang diturunkan kepadamu) maksudnya Alquran, (dan apa yang diturunkan sebelummu) yaitu Taurat, Injil dan selainnya (serta mereka yakin akan hari akhirat), artinya mengetahui secara pasti. Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa Mereka beriman kepada al-Qur'ân yang diturunkan kepadamu, Muhammad, yang mengandung hukum dan kisah, dan melaksanakan yang diperintahkan. Mereka beriman kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi dan rasulrasul sebelummu seperti Tawrât, Injîl dan lain-lainnya, karena pada prinsipnya, risalah-risalah Allah itu satu. Dan ciri-ciri mereka adalah percaya dengan teguh akan datangnya hari kiamat, yaitu hari hisab, pembalasan dan hukuman.  Ayat 5



‫ك عَ ل َ ٰى ه ُ د ًى ِم ْن َر ب ِ ِه ْم ۖۚ َو أ ُو ٰل َ ئ ِ كَ هُ ُم الْ ُم فْ لِ ُح و َن‬ َ ِ ‫أ ُو ٰل َ ئ‬



“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Merekalah), yakni orang-orang yang memenuhi sifat-sifat yang disebutkan di atas (yang beroleh petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung) yang akan berhasil meraih surga dan terlepas dari siksa neraka.Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa mereka yang mempunyai ciriciri sifat sebagaimana disebutkan adalah golongan yang telah dipersiapkan dan ditetapkan untuk memperoleh petunjuk ketuhanan. Mereka adalah satu-satunya golongan yang bakal mendapatkan kemenangan, pahala yang diharapkan dan didambakan, oleh sebab upaya dan kerja keras mereka dengan melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan. b. QS. Al-Baqarah/2: 97



‫ك ب ِ إ ِذ ْ ِن ه‬ َ ِ ‫عَ ل َ ٰى ق َ لْ ب‬ ِ ‫َّللا‬ ‫لِ لْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن‬



ُ ‫ق ُ ْل َم ْن كَ ا َن عَ د ًُّو ا لِ ِج ب ِْر ي َل ف َ إ ِن ه ه ُ ن هَز ل َ ه‬ ْ ُ ‫ص دِ ق ً ا لِ َم ا ب َ يْ َن ي َ د َيْ ِه َو ه ُ د ًى َو ب‬ ‫ش َر ٰى‬ َ ‫ُم‬



“Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Katakanlah) kepada mereka, ("Barang siapa yang menjadi musuh Jibril) maka silakan ia binasa dengan kebenciannya itu! (Maka sesungguhnya Jibril itu menurunkannya) maksudnya Alquran (ke dalam hatimu dengan seizin) atau perintah (Allah, membenarkan apa-apa yang berada di hadapannya) yaitu kitab-kitab suci yang turun sebelumnya (dan menjadi petunjuk) dari kesesatan (serta berita gembira) berupa surga (bagi orang-orang yang beriman). Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa Sebagian mereka beranggapan bahwa mereka memusuhi dan ingkar terhadap alQur'ân karena mereka adalah musuh-musuh Jibrîl yang telah menyampaikan kitab ini kepadamu. Maka katakanlah kepada mereka, wahai Nabi, "Barangsiapa yang menjadi musuh Jibrîl, maka ia adalah musuh Allah. Sebab, Jibrîl tidak membawa kitab ini dari dirinya sendiri, tetapi ia menurunkannya atas perintah Allah untuk



membenarkan kitab-kitab samawi yang terdahulu dan juga untuk membenarkan kitab mereka sendiri. Juga sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman." c. QS. Al-Baqarah/2: 185



ٍ ‫اس َو ب َ ي ِ ن َا‬ ‫ت ِم َن‬ ِ ‫ض ا َن ال ه ِذ ي أ ُنْ ِز َل ف ِ ي ِه الْ ق ُ ْر آ ُن ه ُ د ًى لِ ل ن ه‬ َ ‫شَ ْه ُر َر َم‬ ‫ص ْم ه ُ ۖۚ َو َم نْ كَ ا َن‬ ُ َ ‫الْ ُه د َ ٰى َو الْ ف ُ ْر ق َ ا ِن ۚ ف َ َم نْ شَ ِه د َ ِم نْ كُ ُم ال شه ْه َر ف َ لْ ي‬ ‫ض ا أ َ ْو عَ ل َ ٰى سَ ف َ ٍر ف َ ِع د هة ٌ ِم ْن أ َي ها ٍم أ ُ َخ َر‬ ً ‫َم ِر ي‬ ‫س َر َو لِ ت ُ ْك ِم ل ُواالْ ِع د هة ََو لِ ت ُكَ ب ِ ُر واال‬ ْ ُ ‫س َر َو ََل ي ُ ِر ي د ُب ِ كُ ُم الْ ع‬ ْ ُ ‫ۗۚ ي ُ ِر ي د ُالل ه ُه ب ِ كُ ُم الْ ي‬ ْ َ ‫ل ه َه ع َ ل َ ٰى َم ا هَ د َ ا كُ ْم َو ل َ ع َ ل ه ك ُ ْم ت‬ ‫ش ك ُ ُر و َن‬



“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : Hari-hari



tersebut adalah (bulan Ramadan yang padanya diturunkan Alquran) yakni dari Lohmahfuz ke langit dunia di malam lailatulkadar (sebagai petunjuk) menjadi 'hal', artinya yang menunjukkan dari kesesatan (bagi manusia dan penjelasanpenjelasan) artinya keterangan-keterangan yang nyata (mengenai petunjuk itu) yang menuntun pada hukum-hukum yang hak (dan) sebagai (pemisah) yang memisahkan antara yang hak dengan yang batil. (Maka barang siapa yang menyaksikan) artinya hadir (di antara kamu di bulan itu, hendaklah ia berpuasa dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan, lalu ia berbuka, maka wajib baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari yang lain) sebagaimana telah diterangkan terdahulu. Diulang-ulang agar jangan timbul dugaan adanya nasakh dengan diumumkannya 'menyaksikan bulan' (Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesempitan) sehingga



oleh karenanya kamu diperbolehkan-Nya berbuka di waktu sakit dan ketika dalam perjalanan. Karena yang demikian itu merupakan `illat atau motif pula bagi perintah berpuasa, maka diathafkan padanya. (Dan hendaklah kamu cukupkan) ada yang membaca 'tukmiluu' dan ada pula 'tukammiluu' (bilangan) maksudnya bilangan



puasa



Ramadan



(hendaklah



kamu



besarkan



Allah)



sewaktu



menunaikannya (atas petunjuk yang diberikan-Nya kepadamu) maksudnya petunjuk tentang pokok-pokok agamamu (dan supaya kamu bersyukur) kepada Allah Taala atas semua itu. Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa waktu yang ditetapkan Allah sebagai hari wajib puasa itu adalah bulan Ramadan yang sangat tinggi kedudukannya dalam pandangan Allah. Di bulan itu Allah menurunkan al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi semua manusia menuju jalan kebenaran melalui keterangan-keterangan yang jelas sebagai pengantar menuju kebajikan dan pembatas antara yang benar (haqq) dan yang palsu (bâthil) selamanya, sepanjang masa dan usia manusia. Maka barangsiapa yang hadir menyaksikan bulan ini dalam keadaan sehat dan tidak sedang dalam perjalanan, maka ia wajib berpuasa. Tapi barangsiapa yang sakit, dan puasa akan membahayakan dirinya, atau sedang dalam perjalanan, ia diperbolehkan tidak berpuasa tapi tetap diwajibkan mengganti puasa yang ditinggalkan itu pada hari yang lain. Allah tidak ingin memberati hamba- Nya dengan perintah-perintah, tapi justru Dia menghendaki keringanan bagi mereka. Allah telah menjelaskan dan memberi petunjuk tentang bulan suci itu agar kalian melengkapi jumlah hari puasa dan membesarkan nama Allah atas petunjuk dan taufik-Nya.



Dari penjelasan tentang QS. Al-Baqarah/2: 1-5, 97, 185 dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup, petunjuk bagi orangorang yang beriman dan bertaqwa. Al-Qur’an juga memberikan kita pendidikan/pelajaran untuk membedakan yang baik dan buruk, yang Haq dan Bathil. Dalam kaitannya dengan dengan Filsafat (Ilmu) Pendidikan Islam dimensi Epistemologi, melalui ayat-ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa hakikat sumber ilmu itu adalah dari Allah SWT, karena Malaikat Jibril menurunkan Ayatayat Al-Qur’an ke dalam hati Nabi Muhammad SAW atas ijin Allah SWT.



3. QS. Ali Imron/3: 7, 164 a. QS. Ali Imron Ayat 7



ٌ ‫ت ُم ْح ك َ َم ا‬ ٌ ‫ب ِم ن ْ ه ُ آ ي َ ا‬ َ ْ‫ه ُ َو ال ه ِذ ي أ َن ْ َز َل عَ ل َ ي‬ ِ ‫ت ه ُ هن أ ُمُّ ال ْ ِك ت َا ب‬ َ ‫ك الْ ِك ت َا‬ ٌ ‫َو أ ُ َخ ُر ُم ت َشَا ب ِ َه ا‬ َ ‫ت ۖ ف َ أ َ هم ا ال ه ِذ ي َن ف ِ ي ق ُ ل ُ و ب ِ ِه ْم زَ يْ ٌغ ف َ ي َ ت هب ِ ع ُ و َن َم ا ت َشَا ب َ ه‬ ۗ ُ ‫ِم نْ ه ُ ا ب ْ ت ِ غ َا َء الْ ف ِ ت ْ ن َ ِة َو ا ب ْ ت ِ غ َا َء ت َأ ْ ِو ي لِ ِه ۗ َو َم ا ي َ عْ ل َ مُ ت َأ ْ ِو ي ل َ ه ُ إ ِ هَل َّللاه‬ ُ ‫س‬ ‫خ و َن ف ِ ي ال ْ ِع ل ْ ِم ي َ ق ُو ل ُو َن آ َم ن ه ا ب ِ ِه ك ُ ٌّل ِم ْن ِع ن ْ ِد َر ب ِ ن َا ۗ َو َم ا‬ ِ ‫َو ال هر ا‬ ْ ‫ي َ ذ هك ه ُر إ ِ هَل أ ُو ل ُو‬ ِ ‫اْل َل ْ ب َ ا ب‬ “Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dialah yang menurunkan kepadamu Alquran, di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat) jelas maksud dan tujuannya (itulah dia pokok-pokok Alquran) yakni yang menjadi pegangan dalam menetapkan (sedangkan yang lainnya mutasyabihat) tidak dimengerti secara jelas maksudnya, misalnya permulaan-permulaan surah. Semuanya disebut sebagai 'muhkam' seperti dalam firman-Nya 'uhkimat aayaatuh' dengan arti tak ada cacat atau celanya, dan 'mutasyaabiha' pada firman-Nya, 'Kitaaban mutasyaabiha,' dengan makna bahwa sebagian menyamai lainnya dalam keindahan dan kebenaran. (Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan) menyeleweng dari kebenaran, (maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk membangkitkan fitnah) di kalangan orang-orang bodoh dengan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang syubhat dan kabur pengertiannya (dan demi untuk mencari-cari takwilnya) tafsirnya (padahal tidak ada yang tahu takwil) tafsirnya (kecuali Allah) sendiri-Nya (dan orang-orang yang mendalam) luas lagi kokoh (ilmunya) menjadi mubtada,



sedangkan khabarnya: (Berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyaabihat) bahwa ia dari Allah, sedangkan kami tidak tahu akan maksudnya, (semuanya itu) baik yang muhkam maupun yang mutasyabih (dari sisi Tuhan kami," dan tidak ada yang mengambil pelajaran) 'Ta' yang pada asalnya terdapat pada 'dzal' diidgamkan pada dzal itu hingga berbunyi 'yadzdzakkaru' (kecuali orang-orang yang berakal) yang mau berpikir. Mereka juga mengucapkan hal berikut bila melihat orang-orang yang mengikuti mereka. Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwaDialah yang telah menurunkan al-Qur'ân kepadamu. Di antara hikmah-Nya, sebagian ayat al-Qur'ân muhkamât: jelas arti dan maksudnya, dan yang lain mutasyâbihât: sulit ditangkap maknanya oleh kebanyakan orang, samar bagi orang-orang yang belum mendalam ilmunya. Ayat-ayat mutasyâbihât itu diturunkan untuk memotivasi para ulama agar giat melakukan studi, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyâbihât untuk menebar fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka. Takwil yang benar dari ayat-ayat tersebut tak dapat diketahui kecuali oleh Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya. Mereka berkata, "Kami meyakini itu datangnya dari Allah. Kami tidak membedakan keyakinan kepada al-Qur'ân antara yang muhkam dan yang mutasyâbih." Tidak ada yang mengerti itu semua kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat yang tidak mengikuti keinginan hawa nafsu. b. QS. Ali Imron Ayat 164



“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantaramereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri,yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepadamereka Al



kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar benar dalam kesesatan yang nyata.”3 Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Dia mengirim kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri) maksudnya seorang Arab seperti mereka untuk mengawasi dan memberi pengertian, jadi bukan dari kalangan malaikat dan tidak pula dari bangsa asing (yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya) yakni Alquran (dan menyucikan mereka) membersihkan mereka dari dosa (serta mengajarkan kepada mereka Alkitab) yakni Alquran (dan hikmah) yakni sunah (dan sesungguhnya mereka) ditakhfifkan dari wainnahum (adalah sebelumnya) yakni sebelum kebangkitannya (benar-benar dalam kesesatan yang nyata) atau jelas. Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa Allah telah berbuat baik kepada orang-orang Mukmin terdahulu yang hidup bersama Nabi, dengan mengutus kepada mereka seorang rasul dari bangsa mereka sendiri. Yaitu, seorang rasul yang membacakan ayat-ayat kitab suci, membersihkan mereka dari keyakinan yang salah, dan mengajari mereka ilmu al-Qur'ân dan teladan. Sebelum diutusnya rasul itu, mereka berada dalam kebodohan, kebingungan dan perasaan tidak berarti. Pada Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an dijelaskan “...Dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah...” orang-orang yang dituju dalam firman ini adalah orangorang pribumi yang bodoh-bodoh, yang tidak tahu tulis baca dan lemah pikirannya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun yang berbobot untuk ukuran internasional dalam bidang apapun. Mereka pun tidak mempunyai cita-cita yang besar dalam kehidupan mereka yang melahirkan pengetahuan yang bertaraf internasional dalam bab apapun. Maka risalah inilah yang menjadikan mereka sebagai guru jagad, hukama atau pemberi kebijakan dunia, dan pemilik akidah, pemikiran, sistem sosial, dan tata aturan yang menyelamatkan manusia secara keseluruhan dari Jahiliahnya pada masa itu. Mereka dinantikan peranannya dalam perjalanan ke depan untuk menyelamatkan kemanusiaan dari kejahiliahan modern yang mengekspresikan Depag, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu, 2009), hlm. 92



3



segala ciri khas jahiliyah tempo dulu, baik dalam bidang akhlak, sistem sosial kemasyarakatan, maupun mengenai pandangan mereka terhadap sasaran dan tujuan hidup, meskipun sudah terbuka bagi mereka ilmu-ilmu yang berkaitan dengan materi, produk-produk perindustrian, dan kemajuan peradaban. “...Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benarbenar dalam kesesatan yang nyata.” Mereka, sebelum kedatangan Nabi SAW., benar-benar pada kesesatan dalam konsepsi dan keyakinan, pemahaman terhadap kehidupan, tradisi, dan perilaku, peraturan dan perundang-undangan, dan bidang kemasyarakatan dan moral.4



Kandungan yang dapat kita peroleh dari QS. Ali Imron/3: 7, 164adalah bahwa AllahSWT memberitakan tentang keagunganNya dan kesempurnaan pengaturanNya, yaitu bahwa Dia-lah yang Esa yang menurunkan kitab yang agung ini, yang tidak ditemukan dan tidak akan ditemukan tandingannya dan semisalnya dalam petunjuk, keindahan bahasa, kemukjizatan dan kebaikannya bagi makhluk. Dan bahwasanya Al-Qur’an mencakup yang muhkam yang jelas sekali artinya, yang terang yang tidak serupa dengan lainnya, dan juga mencakup ayat-ayat mutasyabihat yang mengandung beberapa arti yang tidak ada satupun dari arti-arti itu yang lebih kuat hanya dengan ayat tersebut hingga disatukan dengan ayat yang muhkam. Ayat-ayat mutasyabihat itu diturunkan untuk memotivasi para ulama (ahli ilmu agama/umum) agar giat melakukan studi, pendidikan, pengajaran, menelaah, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyâbihât untuk menebar fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka. Orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, penyimpangan dan penyelewengan karena niat mereka yang buruk akhirnya mereka mengikuti ayatayat yang mutasyabih tersebut, mereka mengambil-nya sebagai dalil demi memperkuat tulisan-tulisan mereka yang batil dan pemikiran-pemikiran mereka yang palsu, hanya untuk mengobarkan fitnah dan penyimpangan terhadap



Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur‟an, terj. As‟ad Yasin, dkk...(Jil.2, Jakarta: Gema Insani Tahun 2000). hlm. 205.



4



kitabullah, serta menjadikannya sebagai tafsiran untuknya sesuai dengan jalan dan madzhab mereka yang akhirnya mereka itu tersesat dan menyesatkan. Adapun orang-orang yang berilmu lagi mendalam ilmunya yang ilmu dan keyakinan telah mencapai hati mereka, lalu membuah-kan bagi mereka perbuatan dan pengetahuan maka mereka ini mengetahui bahwa al-Qur’an itu semuanya dari sisi Allah, dan bahwa semua yang ada di dalamnya adalah haq, baik yang mutasyabih maupun yang muhkam, dan bahwasanya yang haq itu tidak akan saling bertentangan dan saling berbeda. Dan karena ilmu mereka bahwa ayat-ayat yang muhkammengandung makna yang tegas dan jelas, dan kepadanya mereka mengembalikan ayat-ayat mustasyabih yang sering menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang kurang ilmu dan pengetahuannya. 4. QS. Al-Isra’/17: 9, 82 a. QS. Al-Isra’/17: 9



‫ش ُر الْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن ال ه ِذ ي َن‬ ِ َ ‫ي أ َقْ َو مُ َو ي ُب‬ َ ‫إ ِ هن ٰهَ ذ َا الْ ق ُ ْر آ َن ي َ ْه ِد ي لِ ل ه ت ِ ي ِه‬ ‫ير ا‬ ِ ‫ص ا لِ َح ا‬ ‫ي َ عْ َم ل ُو َن ال ه‬ ً ِ ‫ت أ َ هن ل َ ُه ْم أ َ ْج ًر ا كَ ب‬



“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Sesungguhnya



Alquran ini memberikan petunjuk kepada) jalan (yang lebih lurus) lebih adil dan lebih besar (dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.)Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa Sesungguhnya al-Qur'ân memberikan petunjuk kepada manusia menuju jalan yang paling lurus dan selamat untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki di dunia. Al-Qur'ân juga memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, yang tunduk kepada kebenaran dan melakukan perbuatan yang saleh berupa pahala yang besar pada hari kiamat.



b. QS. Al-Isra’/17: 82



‫َو ن ُن َِز ُل ِم َن الْ ق ُ ْر آ ِن َم ا ه ُ َو ِش ف َ ا ٌء َو َر ْح َم ة ٌ لِ لْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن‬ ‫ار ا‬ ً َ‫ۚ َو ََل ي َ ِز ي د ُالظه ا لِ ِم ي ن َ إ ِ هَل َخ س‬



“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : (Dan Kami turunkan dari) huruf min di sini menunjukkan makna bayan atau penjelasan (Alquran suatu yang menjadi penawar) dari kesesatan (dan rahmat bagi orangorang yang beriman) kepadanya (dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim) yakni orang-orang yang kafir (selain kerugian) dikarenakan kekafiran mereka.Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa Bagaimana kebenaran itu tidak akan menjadi kuat, sedang Kami telah menurunkan al-Qur'ân sebagai penawar keraguan yang ada dalam dada, dan rahmat bagi siapa yang beriman kepadanya. Al-Qur'ân itu tidak menambah apa-apa kepada orang-orang yang zalim selain kerugian, oleh sebab kekufuran mereka.



Dari kedua penafsiran tersebut tentang QS. Al-Isra’ ayat 9 dan 82 dapat kita simpulkan bahwa Al-Qur’an itu adalah sebagai pedoman hidup karena menunjuki kita jalan yang lurus. Kemudian pada ayat ke 82 surah Al-Isra’ dapat kita artikan bahwa bagi orang yang sakit kebodohan, kesesatan, ragu-ragu dan ingkar, dengan turunnya Al-Quran ini, dapat sebagai penyembuh atau obat penawar bila orang tersebut mau beriman. Dengan demikian maka dapat mengambil manfaat, menghafal, dan memperhatikan petunjuk Allah SWT. Dan dialah yang menyembuhkan dari sakit. Al-Quran telah membebaskan kaum muslimin dari kebodohan sehingga mereka menjadi bangsa yang menguasai dunia pada masa kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Kemudian mereka kembali menjadi umat yang terbelakang karena mengabaikan ajaran-ajaran Al-Quran. Dahulu mereka menjadi umat yang disegani, tetapi kemudian menjadi pion-pion yang dijadikan umpan oleh musuh dalam percaturan dunia. Karena mereka dulu melaksanakan ajaran Al-Quran, negeri mereka menjadi pusat dunia ilmu pengetahuan, perdagangan dunia, dan sebagainya serta pernah hidup makmur dan bahgia. Ayat ini memperingatkan kaum muslimin bahwa mereka akan dapat memegang peranan kembali ke dunia,



jika mau mengikuti Al-Quran dan berpegang teguh pada ajarannya dalam semua bidang kehidupan. Sebaliknya jika mereka tidak mau melaksanakan ajaran Al-Quran dengan sungguh-sungguh, mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan agama dan masyarakat, serta hanya mementingkan kehidupan dunia, maka Allah akan menjadikan musuh-musuh mereka sebagai penguasa atas diri mereka, sehingga menjadi orang asing atau budak di negeri sendiri. Cukup pahit pengalaman kaum Muslimin akibat mengabaikan ajaran Al-Quran. Al-Quran menyuruh mereka bersatu dan bermusyawarah, tetapi mereka berpecah belah karena masalahmasalah khilafiah yang kecil dan lemah, sedangkan masalah-masalah yang penting dan besar diabaikan.



B. Penutup Kedudukan Al-Qur’an sangat utama dalam hukum Islam karena langsung diturunkan oleh Allah SWT. Di dalamnya memuat jawaban segala persoalan, baik yangmenyangkut hubungan antara manusia dengan Allah (hablun minallah) maupun antar sesama manusia (hablun minannas). Allah swt. telah menurunkan Al-Quran melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umatnya. Al-Quran merupakan pedoman bagi manusia sebagai petunjuk untuk menemukan makna dari kehidupan yang sebenarnya. AlQuran mengandung beberapa ayat yang didalamnya berisi mengenai akidah, ibadah, akhlak, hukum-hukum, peringatan, kisah-kisah, dan dorongan untuk berfikir. Maka dari itulah Al-Quran merupakan pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Konsep pendidikan menurut Al-Qur’an diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik, yaitu potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus dibina secara terpadu dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya. Hal ini harus pula berimplikasi terhadap materi, metode dan lain-lain yang berhubungan dengannya, sehingga membentuk suatu sistem pendidikan yang sempurna. Deskripsi kependidikan yang



diberikan



oleh



Al-Qur’an



Nampak



memperlihatkan



sosok



yang



komprehensif mulai dari tujuan, materi,metode, evaluasi dan sebagainya.Namun demikian



pada



semua



aspekpendidikan



itu,



Al-Qur’an



Nampak



lebih



memposisikan dirinya sebagaipemandu dalam prinsip, dan tidakmemasuki kawasan yang lebihbersifat teknis. Mengenai bagaimana tujuan yang dirumuskan, materi disusun, guru-guru dilatih danevaluasi dilakukan, semua itu diserahkan pada daya kreativitas danijtihad manusia. Dengan demikianketerlibatan manusia secara intensdalam pendidikan amat dituntut.



DAFTAR PUSTAKA Shihab, M.Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan, danKeserasian alQur‟an, Jakarta: Lentera hati. Depag. 2009. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Surabaya: Duta Ilmu. Quthb, Sayyid. 2000. Fi Zhilalil Qur’an, terj. As’ad Yasin, dkk. Jakarta: Gema Insani. Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Syafe’I, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: PT. Pustaka Setia. https://tafsirq.com/index(Diakses 10 Oktober 2018)



TAFSIR



AL-QURAN



TENTANG



PENDAHULUAN



METODE



PENDIDIKAN



BAB



I



Proses belajar mengajar merupakan sarana untuk



transformasi nilai-nilai dan konsep-konsep pengetahuan dari pendidik ke peserta didik dengan memiliki tujuan yang telah di tetapkan. Hal ini tentunya harus di dukung oleh berbagai factor diantaranya kemampuan pendidik dan kesiapan peserta didik dalam menerima pengetahuan yang disampaikan.



Kemampuan mengajar merupakan tugas yang kompleks,



pendidik dituntut untuk bersikap professional, memiliki kemampuan personalnya dan sosial budaya secara terpadu dalam proses pendidikan. Di samping itu pendidik dituntut pula adanya integrasi penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan metodologi pembelajaran.



Metode



pendidikan dalam pendidikan, bahkan dalam semua aktifitas merupakan kebutuhan mutlak yang masih ada, karena tanpa adanya metode sebuah rencana atau proses belajar mengajar tidak akan berjalan secara efektif dan lebih-lebih tujuan dari sebuah proses tidak akan tercapai.



Dalam



pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, metode merupakan salah satu pendukung berlangsungnya sebuah proses pembelajaran agar tujuan dapat tercapai.



Metode merupakan hal yang sangat penting



dalam proses belajar mengajar dilembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sinyalemen ini seluruh pendidik maklum, namun masih saja dilapangan penggunaan metode mengajar ini banyak menemukan kendala.



Kendala penggunaan



metode yang tepat dalam mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya keterampilan guru belum memadai, kurangnya sarana dan prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan lembaga pendidikan yang belum menguntungkanpelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang variatif.



Apa yang dikemukakan oleh Ahmad Tafsir



(1992:131) mengenai kekurangtepatan penggunaan metode ini patut menjadi renungan. Beliau mengatakan pertama, banyak siswa yang tidak serius, main-main ketika mengikuti suatu materi pelajaran, kedua gejala



tersebut diikuti oleh masalah kedua yaitu tingkat penguasaan materi yang rendah, dan ketiga para siswa pada akhirnya akan menganggap remeh mata pelajaran tertentu.



Kenyataan ini menunjukan betapa pentingnya



metode dalam proses belajar mengajar.Tetapi bila tidak diiringi dengan kemampuan guru dalam menyampaikan, maka metode tinggallah metode. Ini berartifaktor guru juga ikut menentukan dalam keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar. Sepertinya kedua hal ini saling terkait. Metode yang



baik



tidak



akan



mencapai



tujuan



bila



guru



tidak



lihai



menyampaikannya. Begitu juga sebaliknya metode yang kurang baik dan konvensional akan berhasil dengan sukses, bila disampaikan oleh guru yang kharismatik



dan



berpendidikan,



sehingga



mengamalkan apa yang disampaikannya tersebut.



peserta



didik



mampu



Al-Quran sebagai



kitab suci umat islam didalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena memang AlQuran diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman, sumber inspirasi, sumber ilmu pengetahuan . Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan. BAB II TAFSIR AL-QURAN TENTANG METODE PENDIDIKAN A.



METODE PENDIDIKAN Al-Quran



banyak berbincang mengenai metode pendidikan. Ada dua bentuk perbincangan dalam Al-quran mengenai metode pembelajaran. Pertama, pembicaraan langsung mengenai metode tersebut. Hal ini tergambar dalam bimbingan Al-quran terhadap Nabi Muhammd SAW mengenai cara yang dapat ditempuh Nabi menyampaikan misi Ilahiah. Kedua, secara tidak langsung,. Hal ini dapat dipahami dari uslub (gaya bahasa) yang digunakan Al-quran dalam menjelaskan ajaran islam. Ia menggunakan berbagai teknik penyampaian. Dan teknik-teknik tersebut dapat pula digunakan oleh para guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada para siswa. Diantara metode dan strategi pembelajaran yang terdapat dalam Al-quran adalah Al-hikmah., maw’izah al-hasanah, dan al-mujadalah. Hal ini secara langsung diajarkan kepada Nabi sebagai teknik atau cara yang dapat digunakannya dalam mendidik dan membimbing umatnya ke jalan Allah. Selain itu terdapat pula amthal, qissah, memulai pembelajaran dengan



bertanya, dan sebagainya.



Teknik-teknik pembelajaran ini tidak



digambarkan secara langsung sebagai suatu metode, tetapi ia merupakan cara yang digunakan Al-quran dalam menyampaikan pesan-pesan Allah yang terdapat didalamnya, sehingga uslub-nya amat menarik jiwa dan menggoda hati yang membuat pesan-pesannya mudah diterima. B. TAFSIR AL-QURAN TENTANG METODE PENDIDIKAN Al-Quran sebagai kitab suci umat islam didalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-Quran diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman, sumber inspirasi, dan sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan.



Metode pembelajaran dalam islam



tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Quran sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar. Dibawah ini dikemukakan beberapa ayat Al-Quran yang berkaitan dengan metode pembelajaran dalam perspektif Al-Quran. 1. Al-Quran surat Al-maidah ayat 67 : ‫سو ُل أَيُّ َها َيا‬ ُ ‫الر‬ َّ ‫َبلَّغتَ فَ َما ت َف َعل لَم َو ِّإن ۖ َر ِّبكَ ِّمن إِّلَيكَ أُن ِّز َل َما َب ِّلغ‬ َّ ‫ص ُمكَ َو‬ َّ ‫ الكَا ِّف ِّرينَ القَو َم َيهدِّي َل‬Artinya : “Hai Rasul ُ‫سا َلتَه‬ ِّ َّ‫ّللاَ ِّإ َّن ۗ الن‬ َ ‫ّللاُ ۚ ِّر‬ ِّ ‫اس ِّمنَ َيع‬ sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kamu kerjakan (apa yang diperintahkan, itu berarti ) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.



Allah



memelihara



kamu



dari



(gangguan)



manusia.



Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang kafir “ Tersirat dalam surat Al-Maidah ini mengandung makna bahwa menyampaikan risalah itu merupakan perintah Allah. Allah memerintahkan Nabi untuk menyampaikan risalah kenabian, kepada umatnya jika tidak maka nabi termasuk orang yang tidak menyampaikan manat. Peringatan Allah kepada nabi mengakibatkan beliau sangat ketakutan sehingga dada nabi terasa sesak, saking beratnya tugas ini. Kata Balligh dalam bahasa Arab artinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawl (ucapan), kata balligh berarti fasih, jelas maknanya terang , tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu prinsip qaulan balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.



Komunikasi yang efektif dan efisien dapat diperoleh bila memperhatikan pertama, bila dalam pembelajaran menyesuaikan pembicaraanya dengan sifat khalayak. Istilah Al-Quran fii anfusihi,’, artinya penyampaian dengan bahasa masyarakat setempat. Hal yang kedua agar komunikasi dalam proses pembelajaran dapat



diterima peserta didik



manakala komunikator



menyentuh otak atau hatinya sekaligus. Tidak jarang disela khotbahnya Nabi berhenti untuk bertanya, terjadilah dialog. Khutbah nabi pendek, tetapi padat



penuh



makna



sehingga



menyentuh



dalam



etiap



sanubari



Al-Quran surat An-Nahl ayat 125: ‫ع‬ ُ ‫سبِّي ِّل إِّلَى اد‬ َ َ‫َربِّك‬ َ ‫سنَ ِّة َوال َمو ِّع‬ ‫ظ ِّة ِّبال ِّحك َم ِّة‬ َ ‫عن‬ َ ‫س ِّبي ِّل ِّه‬ َ ‫ِّي ِّبالَّتِّي َو َجادِّل ُهم ۖ ال َح‬ َ ‫ض َّل ِّب َمن أَع َل ُم ه َُو َربَّكَ ِّإ َّن ۚ أَح‬ َ ۖ ‫َوه َُو‬ َ ‫سنُ ه‬ ‫ ِّبال ُمهتَدِّينَ أَعلَ ُم‬Artinya : “ Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan pendengarnya. 2.



hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik . Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-NYa dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Makna umum dari ayat ini bahwa Nabi diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi tuntunan Al-Quran yaitu dengan cara Al-Hikmah, Maulidhoh Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini Nabi sebagai rasul telah berhasil mengajak umatnya dengan penuh kesadaran. Ketiga metode ini telah mengilhami berbagai metode penyebaran islam maupun dalam konteks pendidikan. Proses serta metode pembelajaran dan pengajaran yang berorientasi filsafat lebah (an-nahl) berarti membangun suatu system yang kuat dengan jarring-jaring yang menyebar kesegala pennjuru. Analogi ini bisa menyeluruh kepeserta didik ,guru, kepala sekolah, wali murid, komite sekolah,



dan instansi lain yang terkait. Sehingga menjadi komponen



pendidikan yang utuh, menjadi satu sitem yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Dalam surat An-nahl ini terdapat tiga prinsip dalam implementasi metode penyampaian yaitu: a.



Al-Hikmah Nabi



diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada dienullah dan syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan. Hal ini berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman untuk berdakwah dan seluruh aspek penyampaian termasuk didalamnya proses



pembelajaran dan pengajaran. Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancer manakala ada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented’ akan berubah menjadi ‘student oriented’. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kepada siswanya untuk berkembang. b. Mauidzah Hasanah Maudzah Hasanah merupakan metode penyampaian materi yang lebih menekankan pada dampak atau konsekuansi dari memahami dan mengamalkan materi yang disanpaikanitu. Guru perlu menyampaikan manfaat atau keuntungan yang akan diterima siswa jika menguasai dan mengamalkan materi yang disampaikan itu. Allah dalam mengajar manusia melalui Al-Quran selalu menyampaikan konsekuansi dari penerimaan ajaran atau penolakan terhadap ajaran-NYa. Dalam metode pembelajaran konvensional, hikmah dan maudzah al-hasanah sama dengan metode ceramah. Tetapi, dalam penyampaiannya guru dituntut dapat merajut kalimat dan ungkapan yang menarik dan menyenangkan jiwa serta menggambarkan kepada peserta didik dampak dari penguasaan terhadap materi yang disampaikan kepada mereka. c.



Mujadalah Mujadalah



dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan mudzakarah atau diskusi . Mujadalah berarti menggunakan metode diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan. Hal senada disampaikan juga oleh ibnu katsir dalam tafsirnya bahwa mujadalah ini adalah cara penyampaian melalui diskusi dengan wajah yang baik dan kalimat yang lemah lembut dalam berbicara. Metode diskusi yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada pendapat diluar pendapatnya, dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang



memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaanya. Penggunaan metode mujadalah dalam pembelajaran mestilah berhati-hati tidak boleh melaanggar etika, menghujat, dan menghina atau merendahkan lawan berdebat. AlQuran menggambarkan agar bermujadalah dengan billati ihya ahsan (dengan yang lebih baik). 3.



Qur’an Surat Al-Araf ayat 176-177 ‫ولوشئنا‬



‫يلهث تتركه أو يلهث عليه تحمل ان الكلب كمثل فمثله هواه واتبع اآلرض الى أخلد ولكنه بها لرفعنه‬ ‫ يتفكرون لعلهم القصص فاقصص بأيتنا كذبوا الذين القوم مثل ذلك‬-176 ‫كذبوا الذين القوم مثال ساء‬ ‫ يظلمون كانوا وأنفسهم بأيتنا‬-177.



Artinya : Dan kalau Kami menghendaki,



sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga. Demikian itulah perumapamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami maka ceritakanlah



(kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka



berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayatayat kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat dzalim (Qs. 7: 176-177) Ayat ini menguraikan keadaan siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuan yang telah dimilikinya. Allah SWT menyatakan bahwa sekiranya kami menghendaki, pasti kami menyucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya. Dengannya yakni melalui pengamalan terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal yakni cenderung menetap terus menerus. Di dunia menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan tenang menghadapinya dan menurutkan dengan antusias hawa nafsunya yang rendah. Dalam tafsir Al-Azhar, Prof.Dr.Hamka menjelaskan, bahwa orangorang ini sudah terhitung pakar atau ahli dalam mengenal ayat-ayat Allah. Tetapi rupanya semata-mata mengenal ayat Allah saja , kalau tidak mengamalkan dan tidak pandai mengendalikan hawa nafsu, maka pengetahuannya itu satu waktu bisa tidak memberikan manfaat, bahkan pengetahuannya itu bisa hilang dari dirinya. 4.



Qur’an surat Ibrahim ayat



24-25 Artinya : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) kelangit, pohon itu memberikan buahnya pada



setiap musim dengan seizing Tuhannya. Allah membuat perumpamaanperumpaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat Didalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa perumpamaan kata yang buruk adalah ucapan orang kafir yang mengingkari keberadaan Allah SWT, dan sebagai akibatnya tak ada amal sholeh yang dapat di angkat kelangit seperti pohon yang mustahil dapat memiliki cabang yang menjulang ke angkasa sekiranya akar tidak kuat menancap kedalam bumi. Dalam mengupas perumpamaan dalam Al-Quran pada surat Ibrahim ayat 24-25 adalah perintah Allah untuk menjadi agenda kajian ilmiah agar dapat menjawab bagaimana membangun kepribadian muslim yang sejati, yaitu kalimat tauhid yang menyatu dalam diri kita laksana pohon yang kokoh, akarnya menancap keperut bumi, cabangnya mencakar langit dan tidak ada henti-hentinya ia berbuah, dan tak kenal



musim.



Mendidik



dengan menggunakan metode pemberian



perumpamaan atau metode imtsaal tentang kekuasaan Allah dalam menciptakan hal-hal yang hak dan yang bathil, metode ini menunjukan bahwa metode imtsal untuk mendidik dan mengajar termasuk efektif. BAB III PENUTUP



Al-Quran sebagai sumber segala sumber pedoman



menjadikannya inspirator yang sangat kental dalam setiap gerak pemikiran umat islam. Dalam berbagai bidang masyarakat muslim yang relidius akan selalu merujuk kepada wahyu sebagai firman Allah yang disampaikan melalui nabi-NYa.



Pendidikan merupakan salah satu sendi dalam



beragama. Ajaran islam bisa bertahan sampai saat ini salah satunya karena ada proses pendidikan disamping dakwah tentunya. Islam berkembang dan hidup mencapai masa keemasan (islam klasik)karena ada tradisi ilmiyah, tradisi intelektual, dengan semangat mengemban amanat suci menyebarkan ajaran islam kepenjuru dunia. Para da’i yang menyebar ke seluruh penjuru dunia tersebut menggunakan Al-Quran sebagai pedoman, baik dari segi orientasi, tujuan, cara , atau metode penyampaian. Media dan alat bahkan materi yang terkandung dalam penyampaiannya pun diambil dari Al-Quran. Dalam menyampaikan risalah Muhammad SAW memperoleh pedoman yang sangat berhargayaitu berupa prinsip-prinsip dasar dalam metode menyampaikan materi ajaran islam. Yang tercantum dalam surat an-Nahl



ayat 125 yang memuat tentang prinsip-prinsip berdakwah ( mengajar ,mendidik) yang terdiri dari Al-Hikmah (arif, bijaksana) Maudzoh Hasanah 9perkataan yang baik, lemah lembut), dan Mujadalah (diskusi, dialog) Prinsip dasar ini berkembang menjadi beberapa inspirasi dalam konteks kekinian baik dalam bidang dakwah, komunikasi, public relation, pendidikan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan interaksi sesame manusia. Pendidikan sebagai salah satu bagian dari dakwah yaitu mengajak manusia dalam hal kebaikan.dan mencegah keburukan tidak terlepas dari danpenggunaan beberapa prinsip tersebut diatas. Sehingga peserta didik bisa mendapatkan ilmu sertaterjadi perubahan tingkah laku yang diharapkan dari setiap proses kegiatan belajar mengajar. DAFTAR PUSTAKA Tafsir Ahmad , 2008, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.131 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu katsir (CD Holly Quran) Jalaludin Rahmat, Islam actual, (Bandung : mizan ,1992) hal. 77 Faisal Ismail, Dakwah pembangunan : metodologi Dakwah prof



DIY



,1992)



hal.



http://ibrohimnawawi.wordpress.



199



Tafsir



Tasikmalaya,



(Yogyakarta:



tarbawi 20



terjemah



Maret



2014



http://jaritmatikaplus.blogspot. Tasikmalaya, 20 Maret 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan ke dzat Allah illahi Rabbi yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita. Sholawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammda SAW. Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya masih banyak sekali kekurangan dan kehilapan. Baik mengenai rangkaian kata ataupun menyusun kalimat, sehingga masih perlu perbaikan dari berbagai pihak, kritik dan saran adalah suatu solusi terbaik bagi penulis untuk dapat menyempurnakan makalah ini Semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya para pembaca, Semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Amin Cipasung, Maret 2014 Penulis i



DAFTAR



ISI KATA PENGANTAR ........................................................................... ............



i



DAFTAR



ISI



.......................................................................................... ........... ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................



...........



1



BAB II TAFSIR AL-QURAN TENTANG METODE PENDIDIKAN A.



2



METODE PENDIDIKAN.......................................................... ...........



4 B.



TAFSIR AL-QURAN TENTANG METODE PENDIDIKAN



5



BAB



PENUTUP................................................................................



.........



III 14



DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ......... 16



MAKALAH TAFSIR TARBAWI AYAT AL – QURAN YANG



MENJELASKAN TENTANG METODOLOGI PENDIDIKAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi DISUSUN OLEH : Ø HJ. SOBARIAH Ø LILI NUR SOMAD Ø NAILA R.J Ø BIQI SABIQUL B. PASCA SARJANA MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM INSTITUT



AGAMA



ISLAM



CIPASUNG



SINGAPARNA







TASIKMALAYA Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto



Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto