7 0 342 KB
ANALISA SINTESA Nama Mahasiswa
: Fx Adi Kusmanto, S.Kep
Ruang
: IGD
NIM
: N201703112
Tanggal
: 3 Maret 2018
1.
2.
Identitas Klien Nama Klien
: An. A
Umur
: 12 Tahun
Alamat
: Pesagi 6/1 Pati
Diangnosa Medis Cidera Kepala Berat
3.
Dasar Pemikiran Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi. Cidera kepala berat bila GCS 3-8, kehilangan kesadaran atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam bahkan sampai berhari-hari. Resiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan TIK. Kejadian cedera “ Minor “ dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu yang bermakna sel-sel cerebral membutuhkan supalai darah terus menerus untuk memperoleh makanan. Kerusakan otak tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang mengalir tanpa henti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi. Tanda dan gejala :
Pola pernafasan Pusat pernafasan diciderai oleh peningkatan TIK dan hipoksia, trauma langsung atau interupsi aliran darah. Pola pernafasan dapat berupa hipoventilasi alveolar, dangkal.
Ketidakseimbangan hidrasi Terjadi karena adanya kerusakan kelenjar hipofisis atau hipotalamus dan peningkatan TIK
Aktifitas menelan Reflek melan dari batang otak mungkin hiperaktif atau menurun sampai hilang sama sekali
Kerusakan komunikasi Pasien mengalami trauma yang mengenai hemisfer serebral menunjukkan disfasia, kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa.
4.
Analisa Sintesa Trauma Kepala Ekstra kranial, Tulang kranial, Intra kranial Terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan vaskuler Gangguan suplai darah Iskemik Hipoksia Gangguan perfusi jaringan
Pemberian O2 Kebutuhan O2 terpenuhi
5.
Data Fokus DS : Keluarga klien mengatakan, klien mengalami kecelakaan dan tidak sadarkan diri. DO :
6.
-
Terdengar suara gurgling
-
Terjadi penurunan kesadaran, GCS: = 3
Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke otak 7.
Tindakan Keperawatan dan Tujuan dilakukan tindakan Memberikan O2 Nasal 4L/menit Tujuan
8.
9.
-
Untuk memfasilitasi kepatenan jalan napas
-
Mencukupi suplai O2 ke otak
Prinsip-prinsip tindakan -
Persiapan diri (perawat)
-
Tindakan sesuai prosedur atau SOP
Efek/Komplikasi/Bahaya yang dapat terjadi dari tindakan keperawatan dan pencegahan -
Efek/Komplikasi: Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan efek merugikan, antara lain : 1. Kebakaran O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok, membukan alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”. 2. Depresi Ventilasi Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi. 3. Keracunan O2 Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.
-
Pencegahan Monitor pemberian oksigen
10. Evaluasi Tindakan ini telah dilakukan sesuai prosedur dan prinsip dengan benar. Pemberian O2 4L/menit.
LAPORAN ANALISA SINTESA KEPERAWATAN PEMBERIAN O2 NASAL An. A DENGAN CIDERA KEPALA BERAT DI RUANG IGD RSUD KAYEN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Ners Stase Kegawat daruratan
DI SUSUN OLEH: FX ADI KUSMANTO, S.Kep N201703112
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDIKIA UTAMA KUDUS TAHUN 2018