Analisis Sosial  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Sosial tentang Ibadah Keluarga (Sholat, Puasa, Zakat) Peranan Orang Tua dalam Keberhasilan Bina Ibadah Keluarga Oleh Azka Ashla Ursila (200341617252) Orang tua adalah pendidik pertama dan yang paling utama bagi anak-anaknya, karena dari merekalah awal mula anak-anak mendapatkan segala aspek bentuk pendidikan. Oleh karena itulah, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam lingkungan keluarga. Dan salah satu tanggung jawab orang tua yang paling utama terhadap anak-anaknya dalam tujuan membangun kelarga yang berkah adalah memberikan didikan agama dengan sebaik-baiknya kepada mereka. Dan pendidikan agama yang harus diupayakan karena menjadi hal terpenting adalah melatih anak-anaknya untuk mengerjakan ibadah seperti sholat, puasa, zakat dan lain-lain yang berhubungan dengan bentuk ibadah mahdzah maupun ghairu mahdzah. Namun, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari ternyata masih banyak hal tentang keibadahan yang belum terlaksana dengan baik. Hal ini bisa saja dikarenakan kurangnya pengetahuan orang tua tentang ilmu agama sehingga kurang maksimal dalam membina ibadah dalam lingkungan keluarga, dan juga bisa jadi dikarenakan ketidakmauan atau kurangnya kesadaran si anak dalam menerima binaan ibadah dari orang tuanya. Hal inilah yang menyebabkan munculnya beberapa masalah yang berkaitan dengan keibadahan di lingkungan keluarga. Seperti, anak tidak terbiasa melaksanakan sholat lima waktu, tidak terbiasa puasa wajib di bulan Ramadhan, orang tua tidak peduli tentang ibadah yang seharusnya dilakukannya, dan masih banyak lagi masalah lain yang bisa saja timbul akibat permasalahan tersebut. Misalnya, orang tua dan anak saling berseteru akibat ketidakharmonisan keduanya dalam membina dan menerima arahan-arahan, dan juga antara ibu bapak saling menyalahkan satu sama lain karena dianggap tidak bisa mengarahkan keluarganya. Suatu keluarga itu terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang merupakan unit masyarakat terkecil yang berdiri tegak untuk mengatur segala keperluan hidupnya secara merdeka dan berdaulat. H. Musa Sueb mengemukakan bahwa keluarga sebagai alat memahami, menggali serta mengembangkan titik tolak agama. Imam Muhammad Syalthut juga mengibaratkan bahwa keluarga itu seperti batu bata pembina bangunan. Sehingga apabila keluarga yang menjadi batu bata penyusun masyarakat itu kuat dalam memegang teguh ketaqwaannya, memiliki daya kembang yang sempurna, memiliki daya perekat yang kuat, maka masyarakat atau bangsa yang dibentuknya akan menjadi kuat dan begitu pula sebaliknya. Keluarga memiliki peran penting sebagai pusat pembentukan dan juga pembinaan dasar-dasar kepribadian seorang anak, yang nantinya anak tersebut juga akan menjadi seseorang yang diharapkan bisa berguna bagi agama, nusa dan juga bangsa. Oleh karena itulah, Islam sangat memperhatikan masalah-masalah yang ada dalam keluarga. Menurut syari’at Islam membentuk keluarga wajib melalui akad perkawinan yang sah, jadi tidak secara sembarangan saja. Dengan begini maka suami istri telah memulai langkah awal dalam meraih keluarga yang berkah dalam bingkai pernikahan. Keluarga berkah bisa diartikan sebagai keluarga yang baik, yang membawa kebaikan pada diri mereka sendiri dan juga orang lain. Keluarga yang berkah berarti keluarga yang sakinah (tenang, tentram), mawaddah (penuh rasa cinta) dan juga rahmah (senantiasa diliputi



kasih sayang). Adapun ciri-ciri keluarga Islami yang dapat menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah adalah membangun rumah tangganya atas dasar ibadah karena Allat SWT, adanya nilai-nilai Islam dalam diri tiap-tiap individu di anggota keluarga, adanya keteladanan yang selalu bisa dijadikan contoh, senantiasa menjaga rumah tangga dari pengaruh buruk, menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar dan juga selalu bisa memposisikan peran masing-masing anggota sesuai dengan syari’at Islam. Dengan demikian, maka kebahagiaan serta keberkahan dalam keluarga akan senantiasa ada meliputi setiap langkah kehidupan. Karena begitu pentingnya peran orang tua dalam membangun keluarganya, khususnya keluarga yang Islami maka dibutuhkan pula proses sosialisasi agama secara intensif untuk diberikan kepada anak-anaknya dan juga anggota keluarga lainnya. Proses sosialisasi agama Islam ini merupakan proses belajar untuk memahami dan juga mengamalkan ajaran agama Islam bagi anak dan anggota keluarga lainnya, agar tercipta kerja sama dalam proses meningkatkan bingkai keluarga yang berkah. Untuk itulah banyak kegiatan yang harus dilaksanakan untuk pembiasaan pola kehidupan, mandiri, disiplin, kebersihan, kesehatan dan aspek lainnya. Selain itu yang paling penting adalah pembiasaan sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, memperoleh pengetahuan tentang zakat dan melaksanakannya serta kewajibankewajiban lain dalam agama Islam. Seperti dalam keluarga saya sendiri, pembiasaan sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, zakat, membaca Al-Qur’an setiap hari dan masih banyak kegiatan yang berhubungan dengan ibadah dan agama Islam lainnya yang telah keluarga saya lakukan setiap harinya. Terbiasa melakukan hal-hal demikian butuh proses yang cukup panjang untuk mencapainya. Orang tua saya telah membiasakan hal-hal seperti itu dalam lingkungan keluarga sejak kecil, oleh karena itulah saya dan anggota keluarga lainnya sudah terbiasa melakukannya. Sehingga, tidak ada kata malas, susah, capek atau apapun yang bisa menghalangi rutinitas itu. Kesuksesan orang tua dalam membina keluarganya khususnya ibadah kepada Allah SWT, itu tidak lain adalah dikarenakan kesungguhannya dalam mewujudkan apa yang diharapkan. Sampai saat ini saya rasa, faktor keberhasilan orang tua saya dalam membawa keluarganya menuju keluarga yang berkah adalah niat atas dasar karena Allah SWT. Meskipun saya rasa belum sepenuhnya maksimal dalam lingkungan keluarga saya. Namun, memang faktor internal dan juga eksternal sangat mempengaruhi keberhasilan tersebut. Oleh karena itu, suatu keluarga diharuskan untuk memaksimalkan faktor-faktor pendukung tersebut dalam upaya meraih keluarga yang ideal dan berkah. Jadi, jika ingin mencapai suatu keluarga yang berkah yakni keluarga yang baik, yang membawa kebaikan pada diri mereka sendiri dan juga orang lain maka harus ada upaya-upaya kuat yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut. Karena untuk mencapai keluarga yang berkah itu tidak mudah begitu saja, tetapi harus sudah memiliki dasar-dasar atau pondasi yang kuat terlebih dahulu dan baru kemudian bisa mengambil langkah selanjutnya untuk mencapai keluarga yang berkah. Keluarga yang berkah juga harus senantiasa menjadikan syariat Islam sebagai pedoman hidupnya dan keridhoan Allah sebagai tujuannya. Apabila tercipta keluarga yang berkah maka akan ada banyak pihak yang diuntungkan, yakni tidak hanya anggota keluarga tersebut saja melainkan semua orang disekitarnya juga merasakannya. Oleh karena itulah, kerja sama antar anggota keluarga dan juga memaksimalkan faktor eksternal serta internal sangatlah mempengaruhi keberhasilan mencapai tujuan keluarga yang berkah.