Analisis Tendangan Sabit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1.Latar Belakang Gerak melingkar adalah salah satu konsep yang dipahami oleh sesorang yang belajar fisika. Selama ini gerak melingkar hanya diperagai melalui ganbar-gambar padahal gerak tersebut mudah dipelajari melalui pencak silat . Pencak silat merupakan seni bela diri asal melayu yang diadopsi oleh Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, pencak silat itu sendiri berasal dari kata “Silaturrahmi” dan banyak makna didalamnya salah satunya secara dhahir silat berarti mengenal dan menjalin kekerabatan sesama manusia dan secara bathin mengenal siapa dirinya dan tuhannya. Menurut MUNAS IPSI (1995) pencak silat dapat diartikan sebagai gerak-bela serang yang teratur menurut system, waktu, tempat, dan iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencak silat merupakan suatu kemahiran bela diri ingkat tinggi dengan berdasarkan persaudaraan yang kuat. Untuk saat ini olahraga pencak silat telah dipertandingkan dalam berbagai ajang pertandingan, kategori yang dipertandingkan dalam olahraga pencak silat adalah: Kategori Tanding, Tunggal, Ganda, dan Regu. Kategori tanding merupakan kategori yang paling banyak menggunakan prinsip-prinsip biomekanika di dalamnya. Tendangan Sabit merupakan teknik serangan yang paling besar frekuensinya digunakan didalam kategori tanding. Seperti namanya tendangan busur adalah tendangan berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki. Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan namun lintasanya berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan pada punggung 1



kaki, Analisis didalam ilmu biomekanika tendangan ini berhubungan dengan Kecepatan Linier dan Kecepatan Rotasi. Sebelum menganalisis tendangan busur ditinjau dari ilmu Biomekanika terlebih dahulu pahami pengertian tentang Biomekanik itu sendiri. Biomekanika (Biomechanics) merupakan salah satu ilmu pokok ilmu keolahragaan, apabila dilihat dari asal katanya terdiri dari dua suku kata yaitu Bio dan Mechanics jadi secara bahasa dapat diartikan mekanika mahluk hidup dalam hal ini manusia. Jadi secara istilah biomekanika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak benda-benda hidup/mati, serta gaya-gaya yang bekerja dan efek yang dihasilkannya melalui pendekatan ilmu mekanika. Sedangkan mekanika sendiri adalah bagian dari pembahasan dalam ilmu fisika yang mempelajari bagaimana tenaga dapat menghasilkan satu gerak tertentu. Bertolak belakang dari yang telah diuraikan tersebut diatas penulis tertarik untuk membahas tentang analisis kecepatan teknik tendangan sabit ditinjau dari lintasannya.



1.2.Rumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan didalam makalah ini adalah, bagaimana pengaruh kecepatan teknik tendangan sabit/busur ditinjau dari lintasan gerak.



1.3.Batasan Masalah Dalam permasalahan ini tentunya banyak hal yang perlu dibahas, untuk itu diperlukan adanya batasan masalah, adapun yang menjadi batasan masalah didalam makalah ini adalah biomekanika yang berperan pada teknik tendangan sabit tepatnya pada konsep kecepatan linear dan kecepatan rotasi.



2



1.4.Tujuan Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menentukan kecepatan tendangan sabit dari kedua teknik berbeda.



1.5.Manfaat Adapun yang menjadi manfaat penulisan yang sederhana ini hendaknya bermanfaat bagi penulis sendiri, selanjutnya penulis juga berharap agar uraian yang singkat ini dapat menjadi sumbangan yang berguna dalam dunia ilmu pengeahuan, terutama bagi atlet pencak silat.



3



BAB II LANDASAN TEORI



2.1. Tinjauan Pencak Silat 2.1.1. Definisi Pencak Silat Pencak silat merupakan seni bela diri asal melayu yang diadopsi oleh Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, pencak silat itu sendiri berasal dari kata “Silaturrahmi” dan banyak makna didalamnya salah satunya secara dhahir silat berarti mengenal dan menjalin kekerabatan sesama manusia dan secara bathin mengenal siapa dirinya dan tuhannya. Di Aceh sendiri pencak silat dibawa oleh salah seorang wali (wali sembilan) yang dikenal dengan Syech Maulana Malik Ibrahim. Menurut MUNAS IPSI (1995) “ pencak silat dapat diartikan sebagai gerak-bela serang yang teratur menurut system, waktu, tempat, dan iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan”. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencak silat merupakan suatu kemahiran bela diri tingkat tinggi dengan berdasarkan persaudaraan yang kuat. Untuk saat ini olahraga pencak silat telah dipertandingkan dalam berbagai ajang pertandingan, kategori yang dipertandingkan dalam olahraga pencak silat adalah Kategori tanding, tunggal, ganda, regu .



2.1.2. Tekhnik Tendangan Sabit Tendangan sabit atau sering dikenal juga dengan tendangan busur merupakan jenis tendangan yang paling besar frekuensinya digunakan dalam pertandingan kategori tanding disetiap cabang olah raga bela diri terutama pencak silat. Seperti namanya tendangan sabit/busur adalah tendangan berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki. Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan namun lintasanya 4



berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki yang berputar sejauh 1300 dan perkenaan pada punggung kaki. Seperti halnya pada gerakan menendang sabit atau busur pada pencak silat, kalau perkenaan tendangan pada jarak tembak normal ( lebih mendekati ujung jari ), maka kekuatan tendangan lebih besar dari pada kalau perkenaan lebih dekat ke pangkal paha. Tendangan ini sasarannya ada pada bagian samping lawan. Tendangan ini membutuhkan tubuh yang fleksibel agar gerakannya rapi. Penggunaan tekhnik tendangan sabit didalam pencak silat terbagi dalam dua bentuk lintasan, teknik dasar dari lintasan tendangan sabit ini adalah gerakan melingkar sedangkan teknik tendangan sabit yang lain merupakan modifikasi dari tendangan lurus, dengan pola lurus dan melingkar. Perhatikan lintasan dari gerakan tendangan sabit sebagai berikut (gambar 2.1 dan 2.2)



a. Lintasan tendangan sabit Teknik dasar



b. Lintasan tendangan sabit teknik lurus



Gambar 2.1. Bentuk lintasan tendangan sabit 5



2.2. Tinjauan Fisika 2.2.1. Biomekanika Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada system biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Menurut WenGayo (http://wengayo.blogspot.com/) “Biomekanika (Biomechanics) merupakan salah satu ilmu pokok ilmu keolahragaan, apabila dilihat dari asal katanya terdiri dari dua suku kata yaitu Bio dan Mechanics jadi secara bahasa dapat diartikan mekanika mahluk hidup dalam hal ini manusia.Jadi secara istilah biomekanika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak benda-benda hidup/mati, serta gaya-gaya yang bekerja dan efek yang dihasilkannya melalui pendekatan ilmu mekanika. Sedangkan mekanika sendiri adalah bagian dari pembahasan dalam ilmu fisika yang mempelajari bagaimana tenaga dapat menghasilkan satu gerak tertentu”.



Dalam definisi yang lain Biomekanik adalah suatu ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep keteknikan untuk mempelajari gerakan yang dialami oleh beberapa segmen tubuh dan gaya-gaya yang terjadi pada bagian tubuh tersebut selama aktivitas normal. Konsep Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2 kelompok , yaitu::



1.



General Biomechanic Adalah bagian dari biomekanika yang berbicara mengenai hukum-hukum dan



konsep-konsep dasar yang mempengaruhi organ tubuh manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu 



Biostatic adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform).



6







Biodinamic adalah bagian dari biomekanika umum yang berkaitan dengan gambaran gerakan-gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematika) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).



2. Occupational Biomechanic Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanika terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material, dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat.



2.2.2. Gerak Melingkar Suatu benda yang bergerak mengelilingi sumbu dalam lintasan melingkar disebut gerak melingkar. Ketika memahami gerak melingkar akan menemukan sudut yang dibentuk oleh vektor jari-jari yang menghubungkan dua posisi benda yang berbeda dalam lintasan melingkar itu. s=r  r



Gambar 2.2. Menggambarkan gerak melingkar, sudut yang dibentuk oleh vektor jari-jari. Satu radian adalah satuan sudut yang setara dengan 57,3o. Dalam geometri berbagai satuan digunakan untuk menyatakan pengukuran sudut. Misalnya derajad (°), yang mana untuk satu putaran penuh sebesar 360°. Satuan lain adalah radian, yang mana untuk satu putaran penuh sebesar 2 radian, sehingga dapat dikatakan bahwa 360°setara dengan 2 radian. 7



Hubungan antara sudut tempuh  dengan busur lingkaran yang ditempuh s adalah , jika sudut tempuh satu putaran



2 radian maka panjang busur yang ditempuh adalah



keliling lingkaran = 2 r (r = jari-jari lingkaran). jika sudut tempuh satu putaran



 radian



maka panjang busur lingkaran yang ditempuh adalah = s. Dengan demikian 2/ = 2 r/s atau



2 .s = 2 r. 



sehingga s = r.  Satuan radian lebih banyak digunakan dalam pembahasan gerak melingkar.



2.2.3. Kecepatan Anguler dan Kecepatan Tangensial Benda yang bergerak dalam lintasan melingkar menempuh busur lingkaran s dalam selang waktu tertentu t. Bila perubahan busur lingkaran yang ditempuh sama tiap selang waktu yang sama, maka gerak melingkar semacam ini disebut gerak melingkar beraturan. Kelajuan tangensial (besar dari kecepatan tangensial ) atau sering disebut dengan kelajuan linier dirumuskan dengan : v=



Δs Δt



Arah vektor kecepatan tangensial selalu tegak lurus dengan arah vektor jari-jari dengan arah gerak benda Jika



s



adalah keliling lintasan yang ditempuh benda dalam satu periode



waktu maka s = 2 r dan (t =T) sehingga kelajuan tangensial dirumuskan menjadi : v=



Substitusikan T =



2π.r T



1 ke dalam persamaan tersebut maka akan diperoleh persamaan sebagai f



berikut. v = 2 r f



8



Sudut yang ditempuh benda dalam selang waktu tertentu dinamakan kelajuan anguler atau kecepatan sudut benda dan pada gerak melingkar beraturan selalu sama dalam selang waktu yang sama, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut. =



Δθ Δt



Apabila sudut yang ditempuh benda dalam satu periode waktu t = T adalah  = 2 radian, maka kelajuan anguler dalam gerak melingkar beraturan dirumuskan; =



Tempatkan T =



2π T



1 ke dalam persamaan tersebut maka akan diperoleh hubungan antara f



kelajuan anguler dengan frekuensi sebagai berikut.  = 2 f Menurut Alonso dan Finn, kecepatan sudut dapat dinyatakan sebagai besaran vektor, yang arahnya tegak lurus pada bidang gerak, dengan arah yang ditunjukkan oleh ibu jari tangan kanan jika jari-jari tangan menunjuk ke arah gerak partikel. 



 C



R r



0



A



Y X



Gambar 2.3. Arah vektor kecepatan sudut 9



Hubungan antara kelajuan tangensial dengan kelajuan anguler dapat ditentukan dari;



Δs Δθ = r Δt Δt Persamaan hubungan antara kelajuan tangensial dengan kelajuan anguler tersebut dapat lebih disederhanakan menjadi sebagai berikut. v = .r



2.2.4. Torsi Torsi adalah suatu pemuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopel-kopel (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. Kopel-kopel yang menghasilkan pemuntiran sebuah batang disebut momen putar (torque) atau momen puntir (twisting moment). Momen sebuah kopel sama dengan hasil kali salah satu gaya dari pasangan gaya ini dengan jarak antara garis kerja dari masing-masing gaya.



10



BAB III METODE PENELITIAN



3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian ini dilakukan di UKM PENCAK SILAT UNSYIAH yang di lakukan pada tanggal 24 Mei 2012.



3.2. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:



1. Stop Watch 2. Camera 3. Meteran Jahit 4. Pencing /Target



3.3. Prosedur Penelitian 1. Atlit menendang pencing menggunakan tendangan sabit selama 5 detik dengan kecepatan penuh (full speed) pada jangkauan jarak tembak maksimum dengan lintasan lurus melingkar. 2. Atlit menendang pencing menggunakan tendangan sabit selama 5 detik dengan kecepatan penuh (full speed) pada jangkauan jarak tembak maksimum dengan lintasan melingkar. 3. Pengamat menghitung jumlah tendangan yang dihasilkan dalam waktu 5 detik tersebut. 4. Pengamat mengukur tinggi kaki atlit dan jangkauan terhadap pencing 5. Data-data yang diperoleh dimasukkan kedalam tabel pengamatan. 11



3.4. Form Pengamatan Nama Atlit Panjang Kaki



: ............. (R)



: ............



(Pinggang Ke Lutut)



: ............



(Lutut Ke Punggung Kaki)



: ...........



(Panjang Secara Keseluruhan)



Jarak Pencing Pada Titik Berat : ............... Berat Badan



: ........... Kg



Tabel 3.1. Pengamatan Jumlah Tendangan Bentuk Lintasan dan Jumlah Tendangan Set



Waktu (detik) Lintasan Lurus Melingkar



Lintasan Melingkar



Kanan



Kiri



Kanan



Kiri



Set 1



5



..... x



..... x



..... x



...... x



Set 2



5



..... x



..... x



..... x



...... x



Set 3



5



..... x



..... x



..... x



...... x



12



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Nama Atlit



: Rizki Ananda



Panjang Kaki



(R)



: 49 cm (0,49 m)



(Pinggang Ke Lutut)



: 44,1 cm (0,44 m)



(Lutut Ke Punggung Kaki)



: 93,1 cm (0,93 m)



(Panjang Secara Keseluruhan)



Jarak Pencing Pada Titik Berat : 100,45 cm (1,0045 m) Berat Badan



: 57 Kg



Tabel 3.1. Pengamatan Jumlah Tendangan



Set



Waktu (detik)



Set 1 Set 2 Set 3



5 5 5



Bentuk Lintasan dan Jumlah Tendangan Lintasan Lurus Lintasan Melingkar Melingkar Kanan Kiri Kanan Kiri 12 x 12 x 7x 8x 11 x 12 x 8x 8x 12 x 11 x 8x 7x



Jumlah Tendangan Rata-Rata Berdasarkan data didalam tabel 3.1. dapat dihitung jumlah tendangan rata-rata: Dengan Rumus = Jumlah Tendangan / banyaknya set  Teknik Lurus Melingkar Rata-Rata = 35/3 = 11,67 ≈ 12 tendangan / 5 detik  Teknik Melingkar Rata-Rata = 23/3 = 7,67 ≈ 8 tendangan / 5 detik 13



Berdasarkan data – data yang diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah data – data yang ada agar dapat ditarik sebuah kesimpulan. 4.2. Pembahasan 4.2.1. Teknik Lurus Melingkar Data I merupakan data yang terkumpul pada teknik tendangan sabit dengan lintasan lurus melingkar, berdasarkan data yang diperoleh dalam waktu 5 detik baik kaki kanan maupun kiri diperoleh tendangan sebanyak 12. Dan memiliki periode sebesar  dan memiliki frekuensi sebesar f= Setelah mendapatkan frekuensi dari tiap tendangan maka langkah selanjutnya adalah menghitung kelajuan angular dari suatu tendangan dengan menggunakan persamaan :  Selanjutnya menghitung kelajuan tangensial dengan persamaan v = .r



sehingga



diperoleh V = 2,61 x 0,93 m = 2,42 m/s Dan berdasarkan lintasan gerak dari tendangan itu sendiri terdapat didalamnya lintasan lurus dan memiliki kecepatan linear. Besarnya kecepatan linear ini dapat dihitung dengan persamaan : 



m/s



Setelah dihitung kecepatan linear dari tendangan tersebut maka langkah selanjutnya adalah menghitung kecepatan total yaitu penjumlahan antara kecepatan tangensial dan kecepatan linear sehingga diperoleh : 14



Vtotal =Vlinear + Vtangensial Vtotal = 2,45+2,42 = 4,87 m/s Dalam menganilis kecepatan tendangan sabit teknik lurus melingkar tentunya tidak hanya kecepatan namun juga gaya yang diberikan oleh tendangan itu sendiri, jika massa keseluruhan dari tiap posisi tubuh diasumsikan sama maka akan diperoleh Gaya pada tendangan sebesar, F = m.a



 a =0,93 (2,42)2 =0,93 *(5,85) = 5,44 m/s2



= 57 Kg x 5,44 = 310,44 N Ketika kaki yang satu digunakan sebagai tendangan dan yang satunya lagi digunakan sebagai tumpuan dan juga poros dari kaki yang menendang, maka lahirlah torsi didalamnya dengan panjang kaki secara keseluruhan dianggap sebagai l dan sudut yang dibentuk dianggap oleh poros dianggap θ maka dapat dihitung torsinya dengan persamaan sebagai berikut: = F . l sin θ = 310,44 * 0,93 sin 135 = 204, 14 N.m Dan kecepatan putar poros dapat dihitung dengan persamaan √



















m/s



4.2.2. Teknik Dasar (Melingkar) Data II merupakan data yang terkumpul pada teknik tendangan sabit dengan lintasan dasar (melingkar), berdasarkan data yang diperoleh dalam waktu 5 detik baik kaki 15



kanan maupun kiri diperoleh tendangan sebanyak 8 tendangan (diambil pembulatan dari rata-rata jumlah tendangan) . Dan memiliki periode sebesar 



................. (4.1)



dan memiliki frekuensi sebesar f=



.............(4.2)



Setelah mendapatkan frekuensi dari tiap tendangan maka langkah selanjutnya adalah menghitung kelajuan angular dari suatu tendangan dengan menggunakan persamaan :  Selanjutnya menghitung kelajuan tangensial dengan persamaan v = .r



sehingga



diperoleh V = 3,92 x 0,93 m = 3,65 m/s Dan berdasarkan lintasan gerak dari tendangan itu sendiri terdapat didalamnya hanya terdapat lintasan melingkar dan dalam menganilis kecepatan tendangan sabit teknik melingkar tentunya tidak hanya kecepatan namun juga gaya yang diberikan oleh tendangan itu sendiri, jika massa keseluruhan dari tiap posisi tubuh diasumsikan sama maka akan diperoleh Gaya pada tendangan sebesar, F = m.a



 a =0,93 (3,92)2 =0,93 *(5,85) = 14,2 m/s2



= 57 Kg x 14,2 = 814,57 N Ketika kaki yang satu digunakan sebagai tendangan dan yang satunya lagi digunakan sebagai tumpuan dan juga poros dari kaki yang menendang, maka lahirlah torsi didalamnya dengan panjang kaki secara keseluruhan dianggap sebagai l dan sudut yang dibentuk



16



dianggap oleh poros dianggap θ maka dapat dihitung torsinya dengan persamaan sebagai berikut: = F . l sin θ = 814,57 * 0,93 sin 135 = 535,66 N.m Dan kecepatan putar poros dapat dihitung dengan persamaan √



















m/s



Dari hasil pengolahan data maka teknik tendangan sabit dengan lintasan lurus melingkar dapat menghasilkan kecepatan lebih tinggi (4,87 m/s) dibandingkan dengan lintasan melingkar (3,65 m/s) sedangkan kecepatan poros tendangan pada lintasan lurus melingkar lebih kecil (1,82 m/s) dari pada kecepatan poros tendangan pada lintasan melingkar (2,95 m/s). Dan Gaya tendangan yang dihasilkanpun lebih besar pada teknik tendangan sabit lintasan melingkar (814,57 N) dibandingkan pada lintasan lurus melingkar (310,44 N). Dan dari pembahasan diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, besar kecilnya gaya dan kecepatan tendangan, poros, bergantung pada besar sudut yang dibentuk poros dan teknik lintasan tendangan itu sendiri. Selain faktor diatas terdapat faktor lain yang mempengaruhi kecepatan dan tenaga tendangan yaitu, kondisi psikis atlit, besarnya pinggul atlit, kekuatan otot tungkai, kelentukan, pinggang atlit, dan jangkauan kaki atlit.



17



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan olah data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kecepatan dari dua teknik tendangan sabit yang berbeda. Pada teknik tendangan sabit dengan lintasan lurus melingkar dapat menghasilkan kecepatan lebih tinggi yaitu sebesar 4,87 m/s sedangkan pada lintasan melingkar dihasilkan kecepatan 3,65 m/s.



5.2. Saran Harapan saya koloqium ini menjadi tahap awal dan melakukan penelitian lanjutan tentang analisis teknik tendangan sabit ditinjau dari segi lainnya. Dan diharapkan menjadi bahan bacaan yang dapat diaplikasikan langsung didalam keseharian, khususnya bagi para atlit bela diri dapat menjadi rujukan tentang teknik seperti apa yang cocok digunakan didalam bertanding.



18



DAFTAR PUSTAKA



Agung



Nugroho.



Silat. Amat



(2004).



Comparasi,



Implementasi,



Manajamen



Pencak



Yogyakarta: FIK UNY. Komari.



Olahraga.



(2000).



Citius,



Altius,



Fortius.



Hand



Out



Biomekanika



Yogyakarta: FIK UNY.



Awan Hariono. (2005). Pedoman Sistem Energi Dalam Pencak Silat Kategori Tanding. Majalah Ilmiah Olahraga. Volume 11. Yogyakarta: FIK UNY. http://www.KONI.com/ Analisis Bio-mekanika Softball by jajat Darajat KN Jewet (2009). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Salemba Teknika: Jakarta Tipler (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga: Jakarta



19