Analisis Volumetri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II ANALISIS VOLUMETRI



Oleh : Ni Wayan Indah Paramitha 1308105004 Kelompok 1



JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2014



ANALISIS VOLUMETRI



I.



TUJUAN 1. Mengetahui cara pembuatan larutan baku primer asam oksalat 2. Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat 3. Membakukan larutan baku sekunder NaOH 4. Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH 5. Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan



II.



DASAR TEORI Analisis dikelompokan menjadi beberapa bagian, antara lain analisis secara fisik, kimia, fisikokimia, mikrobiologis, organoleptik. Analisis berasal dari bahasa latin yaitu analusys yang berarti melepaskan. Analisis dapat diartikan usaha pemisahan satukesatuan materi bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat diketahui lebih lanjut. Analisis juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisa yang menyangkut identifikasi zat, yaitu unsur atau senyawa apa yang ada di dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif adalah analisa kimia yang berhubungan penentuan berapa zat tertentu atau jumlah zat tertentu ada di dalam suatu sampel. Zat yang ditentukan sering disebut sebagai zat yang diinginkan atau analit ( dapat terdiri dari sebagian kecil atau besar dari contoh yang dianalisa). 2.1 Analisis Volumetri Analisis volumetri merupakan bagian dari analisis secara kuantitatif. Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri karena proses analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai titran yang ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan yang akan ditentukan jumlah analitnya seperti gambar berikut.



Titran



adalah



larutan



standar



yang



telah



diketahui



dengan



tepat



konsentrasinya. Analisis titrimetri di dasarkan pada reaksi kimia antara kompnen analit dengan titran, dinyatakan dengan persamaan umum : aA + tT → hasil reaksi Keterangan : a



= Jumlah mol analit (A)



t



= Jumlah mol titran (T)



A



= Analit yang dititrasi, zat (larutan ) pada wadah yang dititrasi



T



= Titran (zat penitrasi), cairan yang dialirkan dari buret yang telah dikatahui dengan tepat konsentrasinya.



Pada analisis ini mula-mula titran ditambahkan ke dalam larutan analit menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai volume tertentu atau dengan kata lain sejumlah titran telah ekivalen dgn jumlah analit, maka dikatakan bahwa titik ekivalen telah tercapai. Untuk mengetahui penambahan titran dihentikan dpt digunakan zat kimia yg disebut indikator yg tanggap terhadap adanya titran berlebih yg ditunjukkan dgn adanya perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi



tepat pada titik



ekivalen. Titik akhir merupakan Titik titrasi pada saat indikator berubah warna. Sedangkan Titik akhir titrasi adalah keadaan waktu menghentikan titrasi, yaitu pada saat indikator warnanya berubah. Yang ideal seharusnya titik ekivalensi dan titik akhir harus sama. Salah satu aspek penting dalam analisis volumetri adalah Memilih indikator untuk membuat kedua titik tersebut . 2.2 Titrasi Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri. Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai analit. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana titran bereaksi



secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen. Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :



aA + tT → hasil reaksi Keterangan : a



= Jumlah mol analit (A)



t



= Jumlah mol titran (T)



A



= Analit yang dititrasi, zat (larutan ) pada wadah yang dititrasi



T



= Titran (zat penitrasi), cairan yang dialirkan dari buret yang telah



dikatahui dengan tepat konsentrasinya. Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi. Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan berikut :



Dimana: NB = konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya VB = volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya NA = konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) VA = volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) 2.3 Larutan Baku Larutan baku (larutan standar) adalah larutan yang kadarnya telah diketahui dengan teliti dan dipakai sebagai larutan pembanding utnuk menghitung kadar larutan lain. Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan



dinamakan standarisasi. Larutan standar dibuat dari sejumlah zat yang diinginkan yang secara teliti ditimbang, dengan melarutkannya kedalam volume larutan yang secara teliti diukur volumnya. Konsentrasi larutan baku dalam titrasi dapat dinyatakan sebagai larutan molar (M) atau larutan normal (N). Larutan baku terdiri atas 2 jenis : 1. Larutan baku primer : zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang dengan tepat dan dilarutkan sejumlah tertentu pelarut yang sesuai. Contoh zat standar primer adalah asam oksalat, natrium oksalat, kalium bromat,



kalium iodat, natrium klorida, boraks, dan natrium karbonat.



2. Larutan baku sekunder adalah larutan standar lain yang ditetapkan konsentrasinya melalui titrasi dengan mengunakan larutan standar primer. Contoh zat standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO4, Na2S2O3. I2, HCl dan H2SO4. Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan untuk larutan standar primer harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti. b. Harus stabil dan mudah ditimbang c. Berat ekivalennya harus besar d. Reaksinya harus sempurna e. Harganya relatif murah. 2.4 Reaksi-Reaksi Kimia Yang Digunakan Untuk Volumetri 1. Asam basa, titrasi yang didasarkan pada reaksi ini disebut titrasi penetralan atau titrasi asidimetri- alkalimetri. H3O+ + OH- →



2H2O



H3O+ + A-







HA + H2O



B+ + OH-







BOH



Asam dan garam dari basa lemah asam kuat dapat dititrasi dengan larutan baku basa proses ini disebut alkalimetri. Basa dan garam dari asam lemah basa kuat dapat dititrasi dengan larutan baku asam prosesnya dinamakan asidimetri. 2. Oksidasi-reduksi. Titrasi



berdasarkan



reaksi



redoks



banyak



digunakan



misalnya



:



Permanganometri, Bikromatometri, Bromatometri, Iodometri, dan Iodimetri. Contoh : Besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan standar serium (IV) sulfat.



Fe2+ + Ce2+ → Fe3+ + Ce3+ 3. Pengendapan. Titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan mis: kation perak dengan anion hidrogen yang disebut dengan titrasi argentometri atau Zn2+ dengan K4Fe(CN)6. Ag+ + Cl- → AgCl 2 Zn2+ + K4Fe(CN)6 → Zn2Fe(CN)6 + 4K+ 4. Pembentukan kompleks. Titrasi ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks stabil antara ion perak dan sianida, disamping itu pereaksi organik asam etilen diamin tetra asetat (EDTA) membentuk ion kompleks stabil dengan dengan sejumlah ion logam. Ag+ + 2CN- → Ag(CN)2EDTA + Ca2+ →



Fe(EDTA) + 2H+



2.5 Persyaratan reaksi Kimia Yang Digunakan Untuk Titrasi 1. Reaksi harus berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi-reaksi samping, yaitu zat-zat lain dalam larutan tidak boleh bereaksi atau mengganggu reaksi utama. 2. Reaksi harus berlangsung dengan cepat dan benar-benar lengkap pada titik ekivalen. Sehingga titran dapat berlangsung lengkap dalam beberapa menit. 3. Pada saat terjadinya kesetaraan antara zat yang dititrasi dan penitrasi harus ada perubahan yang nyata sehingga dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan dari indikator yang digunakan. 4. Harus ada zat atau alat yang dapat digunakan untuk menentukkan titik akhir titrasi yaitu indikator.



III.



BAHAN DAN ALAT A. Bahan



1. Larutan Asam Oksalat (H2C2O4)



1. Gelas Erlenmeyer 2. Gelas beker



2. Larutan NaOH



3. Buret



3. Indikator Phenolphthalein



4. Gelas ukur



4. Larutan Cuka Perdagangan



5. Corong 6. Pipet Volume 7. Statif



B. Alat



IV.



PROSEDUR KERJA Percobaan 1 : Membuat Larutan Baku Primer Asam Oksalat 1. Asam Oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dikeringkan dalam oven pada suhu 105-100oC selama 1-2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator. 2. 6,4327 gram asam oksalat ditimbang dengan teliti, kemudian dimasukkan dalam labu 1000mL, selanjutnya air suling ditambahkan sampai tenda tera. 3. Normalitas larutan asam oksalat tersebut dihitung sampai dua angka dibelakang koma. Percobaan 2 : Pembakuan Larutan Baku Sekunder NaOH 1. Pipet 25,0 ml larutan asam oksalat dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 2 – 3 tetes indikator phenolphthalein. 2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda. 3. Volume NaOH yang digunakan dicatat dan percobaan ini diulangi sekali lagi. 4. Normalitas rata – rata dari larutan NaOH dihitung. Percobaan 3 : Penentuan Kadar Asam Asetat 1. Pipet 25 ml larutan cuka perdagangan (25%), kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 2 – 3 tetes indicator phenolphthalein. 2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda. 3. Volume NaOH yang digunakan dicatat dan percobaan tersebut diulangi sekali lagi. 4. Kadar asam asetat dalam setiap percobaan dihitung dan kadar asam asetat rata – rata dalam larutan cuka perdagangan tersebut juga dihitung.



V.



HASIL PENGAMATAN Percobaan 1 : Pembuatan Larutan Baku Primer Asam Oksalat Berat asam oksalat



: 3,1735 gr/L



Volume asam oksalat



: 1000 mL = 1 L



Percobaan 2 : Pembakuan Larutan Baku Sekunder NaOH Indikator yang digunakan



: Phenolphthalein



Perubahan warna yang terjadi



: Pink (merah muda)



Percobaan



Volume H2C2O4



Volume NaOH



I



10 mL



8,80 mL



II



10 mL



7,60 mL



Hitunglah : a. Normalitas NaOH pada setiap percobaan. b. Normalitas rata-rata NaOH Percobaan 3 : Penentuan Kadar Asam Asetat Indikator yang digunakan



: Phenolphthalein



Perubahan warna yang terjadi



: Pink (merah muda)



Percobaan



Volume CH3COOH



Volume NaOH



I



10 mL



6,60 mL



II



10 mL



4,20 mL



Hitunglah : a. Kadar asam asetat dalam setiap percobaan dalam gram/100mL b. Kadar asam asetat (CH3COOH) rata-rata



VI.



PERHITUNGAN Percobaan 1 : Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat Diketahui



: Berat asam oksalat = 3,1735 gr Volume asam oksalat = 1000 mL = 1 L BM asam oksalat (H2C2O4) = 90 gr/mol



Ditanya



: Normalitas asam oksalat = ………….?



Jawab



: Mol (n)



=



gram Mr



=



3,1735 90



= 0,035 mol



Molaritas (M) =



n v



=



0,035 1



= 0,035 mol/L = 0,035M 2H+(aq) + C2O42-(aq)



H2C2O4(aq)



1 grek = ½ mol, dan 1 mol H2C2O4 = 2 grek Oleh karena itu diperoleh: H2C2O4



= 0,035 mol/L x 2 grek/mol = 0,07 grek/L = 0,07 N



Maka normalitas asam oksalat yang digunakan adalah 0,07 N Percobaan 2 : Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH Diketahui :



Ditanya :



Volume asam oksalat (VA)



= 10 mL



Normalitas H2C2O4 (NA)



= 0,07 N



Volume NaOH I



= 8,80 mL



Volume NaOH II



= 7,60 mL



a. Normalitas larutan baku sekunder NaOH pada tiap percobaan? b. Normalitas rata-rata larutan baku sekunder NaOH?



Jawab : a.



Normalitas larutan baku sekunder NaOH pada setiap percobaan 



Untuk titrasi I (volume NaOH = 8,80 mL). VA . NA



= VB . NB



10 mL . 0,07 N = 8,80 mL . NB NB



=



0,7 N .10 mL 8,80 mL



= 0,0795 N 



Untuk titrasi II (volume NaOH = 7,60 mL). VA . NA



= VB . NB



10 mL . 0,07 N = 7,60 mL . NB NB



=



0,7 N .10 mL 7,60 mL



= 0,092 N



b. Normalitas rata-rata larutan baku sekunder NaOH



N Basa =



0,0795  0,092 = 0,17 N 2



Percobaan 3: Menentukan kadar asam asetat CH3COO- + H+



Diketahui



: CH3COOH



Ditanya



: a. Kadar asam asetat pada tiap percobaan? b. Kadar asam asetat rata-rata?



Jawab : CH3COOH



CH3COO- + H+



1 mol CH3COOH = 1 grek a. Kadar asam asetat pada setiap percobaan.  Untuk titrasi I (volume NaOH = 6,60 mL). (V.N)CH 3 COOH



= (V. N) NaOH



10 mL . NCH 3 COOH



= 6,60 mL . 0,17 N 6,60mL.0,17 N 10mL



NCH 3 COOH



=



NCH 3 COOH



= 0,019 N



[CH3COOH] = Kadar CH3COOH = M . Mr = 0,019 mol/L . 60 gr/mol = 1,14 gr/L Artinya, dalam 100 ml CH3COOH = 0,1 L . 1,14 gr/L = 0,114 gr Kadar asam asetat = 0,114 x 100% = 11,4 %  Untuk titrasi II (volume NaOH = 4,20 mL). (V.N)CH 3 COOH



= (V. N) NaOH



10 mL . NCH 3 COOH



= 4,20 mL . 0,17 N 4,20mL.0,17 N 10mL



NCH 3 COOH



=



NCH 3 COOH



= 0,0714 N



[CH3COOH] = Kadar CH3COOH



= M . Mr = 0,0714 mol/L . 60 gr/mol = 4,284 gr/L



Artinya, dalam 100 ml CH3COOH = 0,1 L . 4,284 gr/L = 0,4284 gr Kadar asam asetat = 0,4284 x 100% = 42,84 %



b.



Kadar asam asetat rata-rata Kadar rata-rata asam asetat =



VII.



PEMBAHASAN Percobaan Analisis Volumetri ini bertujuan untuk menentukan normalitas larutan



baku primer asam oksalat, menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat, membakukan larutan baku sekunder NaOH, menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH dan menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan. Analisis volumetri merupakan salah satu metode kuantitatif, yang didasarkan pada pengukuran volume konsentrasi zat-zat yang direaksikan dengan larutan baku primer dan menentukan kadarnya dalam pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri karena proses analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai titran yang ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan yang akan ditentukan jumlah analitnya. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya (larutan penitrasi), sedangkan titrat merupakan larutan yang dititrasi. Pada praktikum Analisis Volumetri ini dilakukan titrasi asam basa, dimana yang dititrasi adalah asam lemah dengan basa kuat serta indikator phenolphthalein. Dalam titrasi asam basa ini, asam lemah sebagai titrat (larutan yang dititrasi) sedangkan basa kuat sebagai titrannya (larutan penitrasi). Dalam analisis volumetri juga dhitung normalitas atau jumlah gram ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan. Praktikum analisis volumetri dibagi menjadi tiga, percobaan pertama yaitu membuat larutan baku primer asam oksalat, percobaan kedua pembakuan larutan baku sekunder NaOH, dan percobaan ketiga penentuan kadar asam asetat (CH3COOH).



Percobaan 1: Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat Percobaan 1 yaitu membuat larutan baku primer asam oksalat ( H2C2O4). Dalam percobaan ini asam oksalat dihidrat dikeringkan didalam oven, kemudian didinginkan dalam desikator. Asam oksalat ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam labu, selanjutnya ditambahkan air suling. Dalam percobaan membuat larutan baku primer asam oksalat ini, normalitas dari asam oksalat ditentukan. Karena terbatasnya alat yang dimiliki dan terjadi kerusakan pada alat tersebut, percobaan 1 menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat ini tidak kami lakukan. Untuk menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat, perhitungan normalitas larutan dilakukan dengan cara mengalikan massa asam oksalat tersebut dengan koefisien ion asamnya yaitu H+, yang dapat dilihat dalam reaksi berikut : 2



H 2 C 2 O4  2 H   C 2 O4 .



Normalitas asam oksalat diketahui melalui rumus normalitas yang sebelumnya dihitung terlebih dahulu molnya dengan membagi berat asam oksalat yang telah diketahui dengan Mrnya. Setelah didapatkan mol, maka dapat diketahui molaritasnya sengan membagi mol dengan volume asam oksalat yang telah diketahui. Sehingga dari data-data yang diketahui didapat diketahui normalitas asam oksalat dengan cara menggalikan molaritas asam oksalat dengan berat ekivalennya. Sehingga pada percobaan pertama ini berdasarkan perhitungan yang ada didapatkan normalitas dari asam oksalat yaitu 0,07 N. Percobaan 2: Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH Percobaan kedua adalah Pembakuan larutan sekunder NaOH. Dalam percobaan ini normalitas larutan sekunder NaOH ditentukan. Percobaan ini dilakukan titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa ini, asam lemah yaitu asam oksalat bertindak sebagai titrat (larutan yang dititrasi), sedangkan basa kuat yaitu NaOH sebagai titran (larutan penitrasi) dan disertai dengan penambahan indikator phenolphthalein. Larutan asam oksalat 10,0 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan indikator phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes, lalu larutan tersebut dititrasi dengan NaOH. Reaksi yang terjadi saat asam oksalat direaksikan dengan NaOH adalah : H2C2O4 + 2 NaOH



Na2C2O4 + H2O



Untuk mendapatkan hasil yang teliti, percobaan pembakuan larutan sekunder NaOH dengan metode titrasi asam basa ini dilakukan sebanyak dua kali. Untuk pengamatan pertama, volume NaOH yang diperlukan agar timbul warna merah muda yaitu 8,80 mL. Sedangkan untuk pengamatan kedua volume NaOH yang diperlukan agar timbul warana



merah muda yaitu 7,60 mL. Percobaan kedua ini menentukan normalitas dari NaOH seperti halnya percobaan pertama. Berdasarkan hasil perhitungan, normalitas NaOH pada pengamatan pertama dengan normalitas NaOH pada pengamatan kedua yaitu sebesar 0,0795 N dan 0,092 N. Sehingga normalitas rata-rata NaOH yang diperoleh sebesar 0,17 N. Percobaan 3: Menentukan kadar asam asetat Percobaan yang ketiga adalah Penentuan kadar asam asetat. Pada percobaan ketiga ini juga ditentukan normalitas dari larutan yang digunakan seperti halnya percobaan kedua. Normalitas dari CH3COOH ditentukan, tidak hanya Normalitas dari CH3COOH yang ditentukan namun kadar asam asetat serta kadar asam asetat rata-rata dalam sebuah sampel cuka perdagangan juga ditentukan. Pada percobaan ini dilakukan titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa ini, asam lemah yaitu asam asetat bertindak sebagai titrat (larutan yang dititrasi), sedangkan basa kuat yaitu NaOH sebagai titran (larutan penitrasi) disertai dengan penambahan indikator phenolphthalein. Larutan asam asetat (CH3COOH) 10,0 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan indikator phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes, lalu larutan tersebut dititrasi dengan NaOH. Reaksi yang terjadi saat asam asetat direaksikan dengan NaOH adalah : CH3COONa + H2O



CH3COONa + H2O.



Seperti pada percobaan kedua, untuk mendapatkan hasil yang akurat percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali. Untuk pengamatan pertama, timbulnya warna merah muda pada volume NaOH yaitu 6,60 mL. Sedangkan untuk pengamatan kedua volume NaOH yang diperlukan agar muncul warna merah muda sebesar 4,20 mL. Berdasarkan hasil perhitungan, pada pengamatan pertama normalitas CH3COOH adalah 0,019 N, sehingga kadar asam asetat pada cuka perdagangan yang diperoleh pada pengamatan pertama yaitu 11,4 %. Untuk pengamatan kedua normalitas CH3COOH sebelum pengenceran adalah 0,0714 N, sehingga kadar asam asetat diperoleh sebesar 42,84 %. Berdasarkan data hasil pengamatan serta perhitungan dari pengamatan pertama dan kedua, maka kadar asam asetat rata-rata dalam cuka perdagangan pada percobaan ini adalah 27,12 %. Kecilnya persentase kadar asam asetat rata-rata dapat disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan saat melakukan titrasi asam basa pada saat penentuan normalitas larutan baku primer NaOH. Seharusnya proses titrasi dihentikan ketika larutan telah berubah menjadi merah muda yang tidak terlalu pekat, bukan merah muda yang pekat. Akibatnya pengamatan pertama volume NaOH menjadi besar dan menyebabkan kadar asam asetat pada titrasi I menjadi sangat kecil dan mempengaruhi kadar rata-rata.



VIII.



KESIMPULAN Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : 1. Analisis Volumetri merupakan salah satu metode analisis kuantitaif yang digunakan untuk mengidentifikasi jumlah komponen zat yang menyusun sampel. 2. Dalam analisis volumetri, penentuannya digunakan metode titrasi asam basa. 3. Metode titrasi asam basa digunakan untuk menentukan kadar konsentrasi yang terdapat dalam sampel, sampel dalam percobaan ini yaitu CH3COOH. 4. Asam oksalat dan asam asetat mengalami perubahan warna dari tak berwarna atau bening menjadi berwarna merah muda pada titik ekuivalen dengan penambahan indikator phenolphthalein. 5. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai untuk digunakan adalah phenolphthalein. 6. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam ataupun basa dalam sampel. 7. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat. 8. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat, dimana jika suatu larutan asam ditetesi dengan larutan basa, ph larutan yang ditetesi tersebut akan menjadi besar dan sebaliknya. 9. Pengujian dan penetapan kadar tidak terlepas dari peran pentingnya suatu indikator untuk menunjukkan kesempurnaan reaksi kimia dalam analisis volumetri atau menunjukkan konsentrasi ion hidrogen (pH) larutan. 10. Normalitas H2C2O4 yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah 0,07 N. 11. Normalitas laruan baku sekunder NaOH pada pengamatan pertama yaitu 0,0725 N dan pengamatan kedua yaitu 0,092 N sehingga normalitas rata-ratanya adalah 0,17 N. 12. Normalitas asam asetat pada pengamatan pertama 0,019 N dan pengamatan kedua 0,0714 N. 13. Kadar asam asetat (CH3COOH) pada larutan cuka yang beredar di perdagangan, dalam percobaan didapatkan kadar pada pengamatan pertama adalah 11,4% dan pengamatan kedua 42,84 % sehingga kadar rata-ratanya adalah 27,12 %.



DAFTAR PUSTAKA



Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima. Jakarta : Binarupa Aksara. Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Oxtoby, Gillis, Nachtrieb. 2001. Prinsip – Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Petrucci, Ralph.H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga. Syukuri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB. Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Bukit Jimbaran : Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.