Arie Satria-Skripsi-Mikrozonasi Kota Jambi Berdasarkan Data Mikrotremor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MIKROZONASI KOTA JAMBI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR



SKRIPSI



ARIE SATRIA F1D314017



PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN



FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2019



SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar – benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya tulis ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.



i



RINGKASAN Telah dilakukan penelitian tentang mikrozonasi Kota Jambi berdasarkan data mikrotremor studi kasus Kecamatan Danau Teluk, Jambi Selatan, Jambi Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi Dan Pelayangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh peta seismisitas Kota Jambi berdasarkan parameter mikrotremor. Pengambilan data penelitian sebanyak 25 titik survei mikrotremor yang tersebar di daerah penelitian. Pengolahan data mikrotremor menggunakan metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectra Ratio) dengan software Geopsy untuk memperoleh dua parameter utama yaitu nilai frekuensi alami (f0), faktor amplifikasi (A0). Selanjutnya menghitung nilai indeks kerentanan seismik (kg), Percepatan tanah maksimum (PGA), dan ketebalan lapisan sedimen (h). Nilai Percepatan tanah maksimum (PGA) dihitung menggunakan metode kanai dengan studi kasus gempabumi Kabupaten Pasaman Barat pada tanggal 28 Februari 2019 pukul 06:27:05 WIB dengan kekuatan M=5.3 SR. Dari hasil semua parameter tersebut diperoleh peta mikrozonasi Kota Jambi. Berdasarkan peta mikrozonasi Kota Jambi terdapat dua zona seismisitas yaitu zona aman dan zona dirasakan oleh beberapa orang. Zona aman relatif terdistribusi hampir pada seluruh daerah penelitian. Sedangkan zona risiko sangat rendah terkonsentrasi pada beberapa kelurahan meliputi Tanjung Sari, Payo Selincah, Kasang Jaya hingga Sijinjang kecamatan Jambi Timur, Pasir Panjang, Tanjung Raden hingga bagian selatan Olak Kemang kecamatan Danau Teluk, kelurahan Jelutung hingga Lebak Bandung kecamatan Jelutung, Thehok kecamatan Jambi Selatan, Pal Merah hingga Lingkar Selatan kecamatan Pal Merah.



ii



SUMMARY This research has been carried out the microzonation of Jambi City based on microtremor data with case studies of several sub-districts namely Teluk Danau, Jambi Selatan, Jambi Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi and Pelayangan. Research was aimed to determine and obtaine seismicity map of Jambi City based on microtremor parameters. Acquisition research data was 25 survey points microtremor spreading in the research area. The microtremor data was analyzed by HVSR (Horizontal to Vertical Spectra Ratio) method through Geopsy software to creat two main parameters were value of natural frequency (f0) dan amplification factor (A0). Subsequently, calculated the value of seismic vulnerability index (kg), peak ground acceleration (PGA), and thickness of the sediment layer (h). The value of peak ground acceleration (PGA) was calculated using the kanai method with earthquake parameters in Pasaman Barat districts on february 28th, 2019 at 6:27:05 IWST with the magnetude of 5.3 SR. From the result of all these parameters it can be obtained the microzonation map of Jambi City. Based on the microzonation map of Jambi City produced two seismicity zones, namely the safe zone and the zone felt by many people. Safety zones were relatively distributed in almost all research areas. While the zone of very low risk concentrated in several villages of research area namely Tanjung Sari, Payo Selincah, Kasang Jaya to Sijinjang in Jambi Timur sub-district, Pasir Panjang Tanjung Raden to the southern part Olak Kemang in Danau Teluk sub-district, Jelutung, Lebak Bandung in Jelutung sub-district to Thehok in Jambi Selatan subdistrict, Pal Merah to Lingkar Selatan in Pal Merah sub-district.



iii



MIKROZONASI KOTA JAMBI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR



SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam rangka penulisan Skripsi pada Program Studi Teknik Geofisika



ARIE SATRIA F1D314017



PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN



FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2019



iv



v



RIWAYAT HIDUP Arie Satria, dilahirkan di Muarabulian pada tanggal 12 Maret 1996 dari pasangan Bapak Sutan Taris dan Ibu Erlina. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.



Saudara



pertama



penulis



bernama



Ericson dan saudara ketiga bernama Restu Hidayat. Penulis mengenyam pendidikan formal dimulai sejak sekolah dasar di SD Negeri 182 Muara Bulian yang diselesaikan pada tahun 2008, sekolah menengah pertama diselesaikan di SMPN 3 Batanghari pada tahun 2011, dan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 1 Batanghari pada tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Teknik Geofisika jurusan Teknik Kebumian fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa unit kegiatan bidang kemahasiswaan dan keilmuan. Dibidang Kemahasiswaan dan organisasi, penulis ikut serta sebagai Pengurus bidang Publikasi Lingkaran Saintis Islam (LSI) Fakultas Sains dan Teknologi 2014-2015, Pengurus Divisi Hubungan Masyarakat HMTGF UNJA 2014-2015, Pengurus Divisi Kajian Publik BEM Fakultas Sains dan Teknologi 2014-2015, Staff Public Relations SEG-SC (Society Exploration of Geophysicist – Student



Chapter)



Universitas



Jambi



2016-2017,



Ketua



pada



kegiatan



Geophysical Engineering goes to Company (GEC) Kerinci 2016, Sekretaris utama pada kegiatan Kujungan Industri ke Pekerjaan Seismik 3D Tiung Bedjo SKK Migas – Petrochina International Jabung Ltd. 2016,



Kepala Departemen



Kewirausahaan HMTGF UNJA 2017-2018, Anggota relawan pada kegiatan Nusantara Mengabdi bach 1 INAVIS di Kota Sabang Nangroe Aceh Darussalam 2017, Kepala Departemen Koperasi dan Usaha BEM Fakultas Sains dan Teknologi 2017-2018. Dibidang Keilmuan, penulis beberapa kali dipercaya menjadi ssisten praktikum diantaranya Statistika Dasar pada tahun 2015-2016, Geofisika Komputasi pada tahun 2016-2017, Gravitasi dan Magnetik 2017-2018, Seismologi pada tahun 2018-2019. Pada tahun 2019 penulis lolos dalam pendanaan PKM-Penelitian Eksakta 2019 dan juga lolos ke tahap PIMNAS 32 di Universitas Udayana, Bali. Selain itu sepanjang tahun 2017 hingga 2019, penulis sering terlibat pada beberapa projek geofisika mengenai inventarisasi air tanah



menggunakan



metode



geolistrik resistivitas



bersama Bapak Soni



Satiawan, S.T., M.Sc. dan beberapa konsultan sumur bor. vi



PRAKATA Alhamdulillahirrabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah azza wa jalla atas ridho dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul



“MIKROZONASI



KOTA



JAMBI



BERDASARKAN



DATA



MIKROTREMOR”. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan tahap



pendidikan



sarjana (S-1)



pada



program



studi



Teknik Geofisika,



Universitas Jambi. Selain itu, melalui tugas akhir ini penulis dapat mencoba menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh selama kuliah. Penyusunan tugas akhir ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan serta kemurahan hati dari berbagai pihak.



Oleh karena itu dalam



kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Bapak Drs. H. Nasri MZ., M.S., Ibu Tri Kusmita, S.Si., M.Sc., dan Ibu Ichy Lucya Resta, S.Pd., M.Si. sebagai pembimbing skripsi yang telah membimbing penulisan skripsi dari awal hingga akhir. Serta penghargaan yang setulus-tulusnya kepada : 1. Kedua Orangtua, abang Ericson, adik Restu Hidayat, dan seluruh keluarga yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materialis. 2. Bapak Ir. Buhaira, M.P., Bapak Ir. Yulia Morsa Said, M.T., dan Ibu Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran kepada penulis. 3. Bapak Prof. Drs. Damris, M, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi. 4. Bapak Saaddudin, S.Pd., M.Sc., Bapak Soni Satiawan, S.T., M.Sc., Ibu Rizka, S.T., M.T., Ibu Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T., Ibu Ichy Lucya Resta, S.Pd., M.Si., Ibu Tri Kusmita, S.Si., M.Sc., dan Bapak Juventa, S.T., M.T. selaku dosen program studi Teknik Geofisika yang telah mengajar dan membimbing penulis selama perkuliahan. 5. Tim survei mikrotremor : Bang Ari Saputra, Abdullah, Rezki Hidayat, Rizki Kiting, Muhammad Ilham, Andika Prasetyo, Yudhistira Ade EP., dan Abda’u M. Fath yang membantu dalam akuisisi data penelitian tugas akhir penulis. 6. Rekan–rekan seperjuangan Teknik Geofisika Universitas Jambi Angkatan 2014 : Della Aprilia Sari, Fitria Puspita Sari, Muhammad Prima, Susi Susanti Situmorang, Bovi Datria, Savera Dwi Putri, Ahmat Munawir Siregar, Slamat Riyadi Silalahi, bang Ari Saputra, Khrisna Noviardi, Abdullah Abdurrahman Ali, Rienjani Adhe Putri, Andika Prasetyo, Novia Pirmayeni, Dyan Saputra, Rezki Hidayat, Bagus Ansori, Farsa Randitama, Leo Padli, Iwalzi AM., Ahmad Fakhri Bobby Buana, Mei Neri Ningsih, vii



Muhammad Reza Pahlevi, Surya Bakti Rangkuti, Veri Aprional, Rizki Hidayat, Muhammad Faiz Wahdi, Abdurrahman Assidik, Marito Manurung, Joko Purnomo, Samuel Hasiholan, Reza Patamarda, Maudy Hadiati, bang Andri Sukma, Beni Irawan, Andreas Meinanda Situmorang, Muhammad Rafi’i, Abda’u Fath, Yudhistira Ade EP., Egiyani Moudi Putri Barus, Handika Oktavianto, Lutvia Arumsari, Muhammad Khairin Ikhwan, Adrika Arumita, Rinaldi, Hernowo Febi, dan Muhammad Ilham Pribadi yang telah menjadi teman selama perkuliahan dan mengukir cerita di Kampus Pinang Masak. 7. Teman–teman angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018 dan anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika ANTAREJA Universitas Jambi yang telah memberikan dukungan moril. 8. Bapak Budi Hartono, S.T yang telah membantu penulis menerbitkan surat keterangan penelitian dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Jambi. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sebagai bahan evaluasi menuju kearah yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dimasa yang akan datang. Jambi,



Oktober 2019



Arie Satria F1D314017



viii



DAFTAR ISI Halaman SURAT PERNYATAAN ................................................................................... i RINGKASAN .................................................................................................. ii SUMMARY ..................................................................................................... iii HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v RIWAYAT HIDUP........................................................................................... vi PRAKATA ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ........................................... 2 1.3 Tujuan .......................................................................................... 2 1.4 Manfaat ........................................................................................ 3 1.5 Batasan Masalah ............................................................................. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4 2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................. 4 2.2 Fisiografi ........................................................................................ 6 2.3 Geologi Regional ............................................................................ 6 2.4 Tatanan Tektonik .......................................................................... 8 2.5 Geomorfologi .................................................................................. 9 2.6 Metode Mikrotremor ..................................................................... 9 2.7 Transformasi Fourier .................................................................... 10 2.8 Metode HVSR ................................................................................ 12 2.9 Frekuensi Alami (f0) ..................................................................... 14 2.10 Amplifikasi (A0) .............................................................................. 15 2.11 Kerentanan Seismik (Kg)................................................................ 16 2.12 Percepatan Tanah Maksimum (PGA).............................................. 17 2.13 Ketebalan Sedimen (h) .................................................................. 19 III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 20 3.1 Tempat dan Waktu ....................................................................... 20 3.2 Peralatan Penelitian ....................................................................... 20 3.3 Software Penelitian ........................................................................ 20 3.4 Metode Penelitian .......................................................................... 21 3.5 Tahapan Penelitian ........................................................................ 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 26 4.1 Interpretasi Kualitatif .................................................................... 26 4.2 Interpretasi Kuantitatif .................................................................. 28 V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 41 5.1 Kesimpulan.................................................................................... 41 5.2 Saran ............................................................................................. 42 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43 LAMPIRAN .................................................................................................... 48 ix



DAFTAR TABEL Tabel 1 Klasifikasi



Halaman Tanah



Berdasarkan



Nilai



Frekuensi



Alami



Mikrotremor Oleh Kanai ................................................................. 15 2



Klasifikasi Nilai Faktor Amplifikasi ................................................. 16



3



Klasifikasi Nilai Indeks Kerentanan Seismik................................... 17



4



Klasifikasi Skala Intensitas Gempabumi (SIG) BMKG .................... 18



5



Rincian Kegiatan Penelitian ............................................................ 20



6



Keriteria kurva reliabel pada MT 11 ............................................... 26



7



Klasifikasi Data Nilai Frekuensi Alami............................................ 29



8



Klasifikasi Data Nilai Faktor Amplifikasi ........................................ 31



9



Klasifikasi Data Nilai Indeks Kerentanan Seismik .......................... 33



10 Klasifikasi Data Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA)............. 35 11 Klasifikasi Data Nilai Ketebalan Lapisan Sedimen .......................... 37



x



DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Kerangka Cekungan Sumatera Selatan ..................................... 6 2



Peta Geologi Kota Jambi ............................................................ 7



3



Kerangka Tektonik Pulau Sumatera .......................................... 9



4



Ilustrasi Rekaman Mikrotremor ................................................. 10



5



Peta Akuisisi Data Mikrotremor Kota Jambi .............................. 22



6



Tampilan Hasil Windowing dengan Lw = 35 s dan Nw = 32 ......... 23



7



Hasil Grafik H/V ........................................................................ 24



8



Diagram Alir Penelitian .............................................................. 25



9



Kurva H/V Tipe Clear Peak pada titik MT11 .............................. 27



10



Kurva H/V Tipe Broad Peak pada titik MT12 ............................. 28



11



Peta Distribusi Frekuensi Alami................................................. 30



12



Peta Distribusi Faktor Amplifikasi ............................................. 32



13



Peta Distribusi Indeks Kerentanan Seismik ............................... 34



14



Peta Distribusi Percepatan Tanah Maksimum (PGA).................. 36



15



Peta Distribusi Ketebalan Lapisan Sedimen ............................... 38



16



Peta Mikrozonasi Daerah Penelitian ........................................... 39



xi



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran



Halaman



1.



Posisi Titik Survei Mikrotremor ............................................... 48



2.



Data Hasil Penelitian ............................................................... 49



3.



Contoh Perhitungan Nilai Parameter Mikrotremor................... 50



4.



Kriteria Reliabel dan Clear Peak menurut SESAME 2004........ 51



5.



Uji Reliabilitas ......................................................................... 52



6.



Uji Kurva Clear Peak ................................................................ 53



7.



Kurva H/V Hasil Pengolahan Data .......................................... 54



8.



Dokumentasi Pengambilan Data ............................................. 63



xii



I.



PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Secara tektonik Kota Jambi tidak berpotensi menjadi pusat gempabumi. Namun tingkat kerusakan gempabumi di suatu wilayah tidak hanya tergantung pada magnitudo dan jarak episenter gempabumi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi geologi setempat (local site effect), (Sunardi, dkk., 2012). Kondisi geologi setempat tersebut berupa endapan sedimen yang mengalami pelapukan (Refrizon, dkk., 2013). Berdasarkan informasi geologi, urutan pengendapan batuan di daerah Kota Jambi dimulai dari pengendapan formasi Airbenakat (Tma), Muaraenim (Tmpm), Kasai (Qtk), dan endapan alluvium (Qa) yang ratarata didominasi oleh sedimen yang halus (Mangga, dkk., 1993). Pengaruh kondisi geologi inilah memberikan dampak terhadap penjalaran gelombang seismik yang berbeda-beda. Gelombang seismik akan semakin kuat ketika merambat di medium sedimen halus karena terdapat ruang antar butir yang mengakibatkan terjadinya penguatan gelombang seismik (Hartati, 2014). Hal ini dapat mengakibatkan pergerakan muka tanah yang dapat memicu kerusakan bangunan. Kecamatan Jambi Timur, Jambi Selatan, Jelutung, Pasar Jambi merupakan daerah pusat perdagangan dan jasa di Kota Jambi, selain itu juga terdapat beberapa perkantoran, HAMKAM, dan instansi pendidikan. Sementara Kecamatan Pal Merah merupakan kawasan transportasi bandar udara dan di beberapa kecamatan terdapat kawasan industri (Pemkot Jambi, 2013). Sehingga daerah tersebut didominasi oleh infrastuktur seperti jalan utama dan kontruksi bertingkat. Dalam pembangunan dan pengembangan kota perlu memperhatikan beberapa kekuatan dan kualitas bangunan, kondisi geologi dan geotektonik lokasi bangunan serta percepatan tanah (Edwiza dan Novita, 2008). Sehingga dapat dilakukan rekayasa sipil untuk meminimalisir kerusakan bangunan yang kemungkinan terjadi akibat adanya bencana alam khususnya gempabumi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko akibat gempabumi melakukan mikrozonasi. Hal ini dapat dilakukan jika kondisi geologi, getaran, dan kondisi



fisik permukaan



suatu daerah diketahui



(Agustawijaya & Syamsuddin, 2009). Untuk itu dilakukan penelitian ini dengan menggunakan metode mikrotremor. Metode mikrotremor merupakan metode geofisika yang memanfaatkan getaran selain gempabumi dapat berupa aktivitas manusia maupun alam. Dalam mikrotremor dikenal metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio). Metode ini merupakan metode yang efektif, murah dan ramah lingkungan yang dapat digunakan pada wilayah permukiman (Warnana, dkk., 2011). Metode HVSR merupakan analisis mikrotremor yang dapat 1



2 digunakan untuk memperoleh frekuensi natural sedimen dan ketebalan sedimen



(Mufida,



dkk.,



2013).



Dari



parameter-parameter



pengukuran



mikrotremor diharapkan dapat diketahui nilai kerentanan seismik (Kg), percepatan tanah maksimum (PGA) dan ketebalan sedimen (h) suatu daerah beradasarkan respon mikrotremor, sehingga risiko gempabumi dapat dikurangi. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi lebih baik mengenai daerah-daerah yang rentan terhadap gempabumi, yang kemudian informasi ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam perencanaan dan pengembangan Kota Jambi khususnya Kecamatan Danau Teluk, Jambi Selatan, Jambi Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi dan Pelayangan. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Kota Jambi berada pada satuan batuan yang didominasi oleh sedimen yang halus. Kondisi geologi ini dapat menyebabkan Kota Jambi temasuk daerah yang rentan terhadap gempabumi. Akan tetapi belum adanya peta mikrozonasi daerah tersebut, akan sulit untuk memetakan zona-zona rentan gempabumi tersebut dalam skala mikro. Sementara berdasarkan observasi menunjukkan Kota Jambi khususnya daerah penelitian Kecamatan Danau Teluk, Jambi Selatan, Jambi Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi dan Pelayangan merupakan kawasan industri, perdagangan dan jasa, pertambangan, bandara, HAMKAM, perkantoran, pendidikan, pemukiman dan ruang terbuka hijau. Kawasan-kawasan tersebut membutuhkan peta mikrozonasi sebagai upaya perencanaan dan pengembangan Kota Jambi. Sehingga ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana variasi frekuensi alami (f0), faktor amplifikasi (A0), indeks kerentanan seismik (Kg), percepatan tanah maksimum (PGA), dan ketebalan lapisan sedimen (h) Kota Jambi berdasarkan respon mikrotremor? 2. Bagaimana



seismisitas



Kota



Jambi



berdasarkan



parameter



mikrotremor? 1.3 Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui variasi frekuensi alami (f0), faktor amplifikasi (A0), indeks kerentanan seismik (Kg), percepatan tanah maksimum (PGA), dan ketebalan lapisan sedimen (h) Kota Jambi. 2. Mengetahui dan memperoleh peta seismisitas Kota Jambi berdasarkan parameter mikrotremor.



3 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitan ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan pemerintah Kota Jambi dalam membentuk perencanaan tata ruang dan infrastruktur pembangunan daerah Kota Jambi yang sesuai dengan sebaran nilai indeks kerentanan seismik (Kg), percepatan tanah maksimum (PGA), dan ketebalan lapisan sedimen (h). 2. Dari sisi keilmuan kegiatan penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya berupa kajian dibidang geoteknik, lingkungan dan kebencanaan,



serta



memberikan



sumbangan



perkembangan



ilmu



pengetahuan terutama dibidang mitigasi geofisika. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada beberapa kecamatan meliputi Danau Teluk, Jambi Selatan, Jambi Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi dan Pelayangan. 2. Penentuan percepatan tanah maksimum (PGA) menggunakan parameter periode dominan dan referensi gempabumi kabupaten Pasaman Barat pada tanggal 28 Februari 2019 pukul 06:27:05 WIB dengan kekuatan M=5.3 SR dan kedalaman 23 Km. perhitungan empiris menggunakan metode Kanai. 3. Informasi mikrozonasi ini terbatas pada penyedian peta frekuensi alami, faktor amplifikasi, indeks kerentanan seismik, ketebalan lapisan sedimen dan percepatan tanah maksimum.



4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Penelitian yang Relevan Edwiza (2006) melakukan analisis terhadap intensitas dan percepatan



tanah maksimum gempa Sumatera Barat. Hasil penelitiannya menunjukkan daerah Tapan merupakan daerah yang memiliki nilai intensitas maksimum sebesar 9.75 MMI dan percepatan tanah maksimum sebesar 562.34 gal. Hal ini disebabkan karena daerah Tapan termasuk daerah patahan dan jalur sesar Sumatera. Edwiza dan Novita (2008) melakukan penelitian mengenai percepatan tanah maksimum (PGA) untuk wilayah Kota Padang Panjang menggunakan metoda Kanai. Hasil penelitian menunjukkan wilayah Pandang Panjang dan sekitarnya memiliki nilai percepatan tanah maksimum (PGA) yang tinggi 174.93 – 418.04 gal, disaran untuk dibagun kontruksi bagunan tahan gempa pada wilayah tersebut. Daryono, dkk. (2009) melakukan penelitian mengenai efek tapak lokal (local site effect) di Graben Bantul berdasarkan pengukuran mikrotremor. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai indeks kerentanan seismik (Kg) berkisar antara 0.04 – 29.22. Agihan nilai indeks kerentanan seismik sesuai dengan



agihan



kerusakan



kerusakan yang



parah



yang



membentuk pola



terkonsentrasi



di



“damage belt”. Zona



sepanjang



Sesar



Opak



tidak



disebabkan oleh reaktivasi sesar seperti yang dipredikasi oleh para ahli ilmu kebumian sebelumnya, tetapi merupakan cerminan adanya fenomena efek tapak lokal di Graben Bantul. Daryono (2013) melakukan penelitian mengenai indeks kerentanan seismik (Kg) berdasarkan mikrotremor pada setiap satuan bentuk lahan di Zona Graben Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata indeks kerentanan seismic pada setiap satuan bentuk lahan berubah mengikuti satuan bentuk lahan. Persebaran daerah lebih rentan secara seismik akibat local site effect di zona Graben Bantul terdapat pada satuan bentuk lahan asal fluvial, vulkanik, aeoliomarin, denudasional, dan fluviomarin. Persebaran daerah kurang rentan secara seismik terdapat pada satuan bentuk lahan asal struktural. Beberapa faktor yang mempengaruhi indeks kerentanan seismik dalam penelitian ini adalah jenis material penyusun bentuk lahan, ketebalan sedimen, dan kedalaman muka air tanah. Syahruddin, ketebalan



sedimen



dkk.



(2014),



lintasan



kota



melakukan makassar



penelitian dengan



mengenai



profil



mikrotremor.



Hasil



penelitian menunjukkan nilai indeks kerentanan seismik lintasan mikrotremor



5 Gowa-Makassar berada pada interval nilai 0.15 – 30. Tingkat kerentanan seismik Gowa-Makassar cenderung semakin besar ke arah topografi yang lebih tinggi. Hasil perhitungan ketebalan sedimen lintasan mikrotremor Gowa – Makassar adalah 6 – 66 m. Saaduddin, dkk. (2015) melakukan penelitian mengenai kerentanan seismik di Kota Padang, Sumatera Barat. Hasil Penelitian menunjukkan nilai kerentanan seismik (Kg) berkisar antara 0.58 – 170.61. Dimana endapan alluvial cenderung memiliki indeks kerentanan seismik yang tinggi. Rusdin, dkk. (2016) melakukan penelitian pengaruh karakteristik sedimen dan kedalaman muka air tanah terhadap indeks kerentanan seismik kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran indeks kerentanan seismik tinggi terdapat di lapisan sedimen pasir yang tebal dengan ketebalan sedimen yang tebal serta kedalaman muka airtanah yang dangkal, sebaliknya indeks kerentanan rendah terdapat pada lapisan sedimen pasir yang tipis dengan batuan tufa dangkal dan memiliki ketebalan sedimen yang dangkal serta kedalaman muka airtanah dalam. Wildana, dkk. (2016) melakukan penelitian analisa kurva HVSR untuk distribusi kerentanan seismik kawasan rawan gempabumi. Hasil analisis menunjukkan kontur penyebaran nilai IKS di daerah Singaraja berkisar 1.08 – 7 yang menandakan bahwa daerah tersebut termasuk wilayah yang memiliki kerawanan tinggi terutama pada bagian barat daya daerah penelitian. Sitorus, dkk. (2017) melakukan penelitian mengenai analisis nilai frekuensi natural dan amplifikasi desa Olak Alen Blitar menggunakan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR). Hasil penelitian diperoleh nilai frekuensi natural Desa Olak Alen antara 1.70 – 10.39 Hz dan amplifikasi berkisar antara 1.3 – 6.2. Berdasarkan persebaran nilainya dapat dilihat bahwa hubungan antara nilai frekuensi natural dan amplifikasi adalah saling independen atau tidak berkaitan. Hal ini dikarenakan dalam nilai amplifikasi pengaruh ketebalan lapisan sedimen tidak memberikan efek yang signifikan. Kurniawan, dkk. (2017) melakukan penelitian pemetaan daerah rawan gempabumi



menggunakan



metode



HVSR



di



Kotamadya



Denpasar



dan



sekitarnya. Hasil pengolahan data mikrotremor Kotamadya Denpasar dan sekitarnya diperoleh nilai indeks kerentanan seismik berkisar antara 0.27 – 39.81, nilai percepatan getaran tanah permukaan berkisar antara 34.93 – 147.59 gal dan nilai ground shear strain 1.5x10-5 – 2.1x10-8. Berdasarkan pengolahan data mikrotremor daerah Kotamadya Denpasar dan sekitarnya menunjukan bagian selatan daerah penelitian memiliki potensi kerusakan lebih tinggi dibandingkan dengan bagian utara saat terjadi gempabumi.



6 2.2



Fisiografi Berdasarkan informasi geologi, Kota Jambi berada dalam dareah



Formasi Muaraenim, Airbenakat, Kasai dan endapan Aluvial, serta termasuk dalam sub-cekungan Jambi di cekungan Sumatera Selatan (Mangga, dkk., 1993). Sub Cekungan Jambi adalah rangkaian half-graben berumur Paleogen yang berarah umum timur laut – barat daya, diantaranya adalah Tembesi high, Berembang depression, Sengeti – Setiti high, Tempino-Kenali Asam depression, Ketaling high, East Ketaling depression, Merang high, dan Merang depression. Sub Cekungan Jambi memiliki dua pola struktur yang berbeda yaitu pola struktur berarah timur laut – barat daya sebagai pengontrol pembentukan graben dan pengendapan Formasi Talang Akar dan pola struktur berarah barat laut – tenggara yang berkaitan dengan tektonik kompresi dan menghasilkan sesar – sesar naik dan antiklin (Van Bemmelen,1949). Secara Fisiografis Kota Jambi terletak di bagian barat cekungan sumatera selatan yang merupakan daerah dataran rendah (Gambar 1). Dimana dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan Sumatera Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah (Wisnu dan Nazirman, 1997).



Gambar 1. Kerangka Sub-cekungan Sumatera Selatan (Bishop, 2001) 2.3



Geologi Regional Berdasarkan peta geologi lembar jambi yang ditunjukkan oleh Gambar 2,



maka dapat diketahui urutan pengendapan batuan di daerah penelitian dimulai dari pengendapan Formasi Muaraenim (Tmpm), Formasi Kasai (Qta), dan Endapan Aluvial (Qa).



7



Gambar 2. Peta Geologi Kota Jambi 2.3.1 Formasi Muaraenim Batuan penyusunan yang ada pada Formasi Muaraenim berupa batupasir, batulempung, dan lapisan batubara. Batas bawah dari Formasi Middle Palembang pada bagian selatan dari Cekungan biasanya berupa lapisan batubara yang sering dipakai sebagai marker. Jumlah serta ketebalan lapisan



8 lapisan batubara menurun dari selatan ke utara pada cekungan ini. Ketebalan formasi ini bervariasi sekitar 450-750 meter (Ginger dan Fielding, 2005). 2.3.2 Formasi Kasai Batuan penyusun pada Formasi Kasai berupa batupasir tufaan, batulempung serta lapisan tipis batubara dengan beragam variasi ketebalan dan komposisi. Kontak bagian dasar biasanya berada pada ketebalan terendah lapisan



tufaan.



Formasi



muncul



pada



sinklin



yang



terbentuk



selama



pembentukan pegunungan dan tidak dijumpai pada lipatan antiklin (Ginger dan Fielding, 2005). Formasi Kasai terletak tak selaras di atas Formasi Muaraenim, litologinya terdiri atas batupasir tufaan, batupasir kuarsa, konglomerat polimik, tufa, batulempung tufaan, batupasir tufaan dan batupasir kerikilan-kerakalan. Formasi Kasai diperkirakan berumur Pliosen – Plistosen (Ibrahim, 2005). 2.3.3 Aluvial dan Vulkanik Kuarter Pada bagian atas Formasi Kasai diendapkan endapan aluvial dan vulkanik Kuarter dengan kontak tidak selaras. Satuan ini merupakan Litologi termuda yang tidak terpengaruh oleh orogenesa Plio-Plistosen. Golongan ini diendapkan secara tidak selaras di atas formasi yang lebih tua yang terdiri dari batupasir, fragmen-fragmen konglemerat berukuran kerikil hingga bongkah, hadir batuan vulkanik andesitik-basaltik berwarna gelap, satuan ini berumur resen (De Coaster, 1974). 2.4



Tatanan Tektonik Pulau Sumatera merupakan bagian dari lempeng Eurasia yang bergerak



dan berinteraksi secara konvergen dengan lempeng Indo-Australia. Zona pertemuan antarlempeng tersebut membentuk palung yang dikenal sebagai zona tumbukan (subduction zone). Palung tersebut mengakomodasi pergerakan ke arah utara dari lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Aktivitas lempeng Indo-Australia dan Eurasia pada zona subduksi tersebut sering menimbulkan gempa sehingga Pulau Sumatera dianggap sebagai salah satu wilayah tektonik aktif di dunia (McCaffrey, 2009; Irsyam, dkk., 2017). Cekungan Sumatera Selatan merupakan suatu hasil kegiatan tektonik yang berkaitan erat dengan penunjaman Lempeng Indo-Australia, yang bergerak ke arah utara hingga timur laut terhadap Lempeng Eurasia yang relatif diam. Zona penunjaman lempeng meliputi daerah sebelah barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa. Beberapa lempeng kecil (micro-plate) yang berada di antara zona interaksi tersebut turut bergerak dan menghasilkan zona konvergensi dalam berbagai bentuk dan ara (Heidrick dan Aulia, 1993). Penunjaman Lempeng Indo-Australia tersebut



dapat



mempengaruhi



keadaan batuan,



morfologi, tektonik dan struktur di Sumatara Selatan. Tumbukan tektonik



9 lempeng di Pulau Sumatera menghasilkan jalur busur depan, magmatik, dan busur belakang (Bishop, 2001). Evolusi cekungan ini diawali dengan Mesozoic dan merupakan cekungan busur belakang (back arc basin) (Pulunggono, Haryo & Kosuma, 1992). Tatanan tektonik Pulau Sumatera tersebut ditunjukkan oleh Gambar 3.



Gambar 3. Kerangka Tektonik Pulau Sumatera (Heidrick dan Aulia, 1993) 2.5



Geomorfologi Kota Jambi merupakan ibukota provinsi Jambi yang memiliki luas



wilayah 205.38 km2. Kota Jambi terdiri dari 11 kecamatan yaitu kecamatan Alam Barajo, Telanaipura, Danau Sipin, Jelutung, Pasar Jambi, Kota Baru, Danau Teluk, Pelayangan, Pal Merah, Jambi Selatan, dan Jambi Timur (Pemerintah Kota Jambi, 2018). Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Jambi Selatan (34,07 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Pasar Jambi (4,02 km2). Secara geografis wilayah Kota Jambi berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi di sebelah utara, selatan, timur dan barat (Pemerintah Kota Jambi, 2014). Secara geomorfologis wilayah Kota Jambi terdiri atas wilayah datar dengan kemiringan 0-2% dengan luas lahan 11.326 Ha, bergelombang dengan kemiringan 2-15% dengan luas lahan 8.081 Ha dan curam dengan kemiringan 15-40% 41 Ha. Wilayah Kota Jambi memiliki ketinggian 0-60 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kota Jambi memiliki topografi yang relatif datar dengan ketinggian 0-60 m diatas permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera



10 dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km, dari Danau Atas – Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari membelah Kota Jambi menjadi dua bagian disisi utara dan selatannya (Pemerintah Kota Jambi, 2014). 2.6



Metode Mikrotremor Metode mikrotremor merupakan salah satu metode geofisika yang



memanfaatkan gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombanggelombang yang merambat baik di dalam maupun di permukaan bumi yang berasal dari sumber seismik seperti dari sumber gempa di mana terjadi batuan pecah secara tiba-tiba di dalam bumi, ledakan (proses kimia dan nuklir), erupsi gunung api, longsoran, badai, dentuman pesawat supersonic, dan sebagainya. Mikrotremor mempunyai frekuensi lebih tinggi dari frekuensi gempabumi yaitu antara 10 hingga 20 Hz, periodenya kurang dari 0,1 detik yang secara umum antara 0.05 – 2 detik dan untuk mikrotremor periode panjang bisa 5 detik, sedang amplitudonya berkisar 0,1 – 2,0 mikron (Kanai, 1983). Gelombang yang terekam pada seismogram dapat berupa gelombang P dan S sebagai gelombang badan (body wave), serta gelombang Love dan Rayleigh sebagai gelombang permukaan (surface wave). Gelombang merambatkan energi dari sumber ke seluruh bagian bumi dan membawa informasi baik tentang sumber seismik maupun medium yang dilewatinya (Afnimar, 2009).



Gambar 4. Ilustrasi Rekaman Mikrotremor (SESAME, 2004) Hasil dari rekaman mikrotremor dapat dilihat pada Gambar 4. Getaran transient dapat terlihat lebih jelas dibandingkan getaran alami (stasioner). Getaran transient merupakan getaran sementara (langkah kaki manusia, mobil lewat



dll).



Karena



amplitudo



getaran



transient



biasanya



lebih



besar



dibandingkan getaran alami tanah (stasioner) (SESAME, 2004). Mikrozonasi



mikrotremor



adalah



suatu



proses



pembagian



area



berdasarkan parameter tertentu memiliki karakteristik yang dipertimbangkan



11 antara lain adalah getaran tanah, faktor penguatan (amplifikasi) dan periode dominan. Secara umum, mikrozonasi mikrotremor dapat dikatakan sebagai proses untuk memperkirakan respon dan tingkah laku dari lapisan tanah atau sedimen terhadap adanya gempabumi (Arifin, dkk., 2014). 2.7



Transformasi Fourier Transformasi Fourier merupakan sebuah transformasi integral yang



menyatakan



kembali



sebuah



fungsi



dalam



fungsi



berbasis



sinusoidal.



Transformasi Fourier menguraikan sinyal menjadi sebuah fungsi sinusoidal dari berbagai frekuensi yang jumlahnya ekuivalen dengan yang lain. Transformasi Fourier digunakan untuk mentransformasikan suatu fungsi dari kawasan waktu menjadi fungsi dalam kawasan frekuensi (Brigham, 1988). Transformasi Fourier digunakan pada penelitian ini karena data yang terukur adalah dalam domain waktu, sementara parameter yang akan dianalisis merupakan data domain frekuensi. Brigham (1988) memberikan uraian transformasi fourier dari suatu fungsi H(f) dinyatakan sebagai berikut.



H ( f )   H (t )e j 2 ft dt jika integral



ada untuk setiap nilai



(1)



parameter f maka



persamaan



1



mendefinisikan H(f), transformasi fourier dari H(t). Dimana H(t) disebut fungsi dari variabel waktu, H(f) disebut sebagai fungsi frekuensi variabel, t adalah waktu dan f adalah frekuensi; Transformasi fourier dari fungsi waktu ini akan diwakili oleh simbol huruf besar yang sama sebagai fungsi frekuensi. Secara integral transformasi fourier adalah berbentuk kompleks.



H ( f )  R( f )  jI ( f ) | H ( f ) | e j ( f )



(2)



Dimana R(f) merupakan bagian real dari transformasi fourier, I(f) merupakan bagian Imajiner dari transformasi fourier, H(f) merupakan amplitudo atau spectrum fourier dari h(t) dan ditentukan oleh



2 2 R ( f )  I ( f ) , θ(f) merupakan



fasa sudut dari transformasi fourier dan ditentukan oleh tan-1[I(f)/R(f)]. Perluasan transformasi Fourier dalam komputasi digital adalah Fast Fourier Transform, yang mampu melakukan perhitungan transformasi fourier dengan cepat. FFT hanyalah sebuah algoritma (yaitu, metode khusus untuk melakukan



serangkaian



perhitungan)



yang



dapat



menghitung



diskrit



transformasi fourier jauh lebih cepat daripada algoritma lain yang ada. Contoh matriks faktor sederhana digunakan untuk membenarkan secara intuitif algoritma FFT. Persamaan diskrit transformasi fourier sebagai berikut. N 1



X (n)   x0 (k )e j 2 nkN n  0,1, 2..., N  1 K 0



(3)



12 di mana X(n) merupakan indeks domain frekuensi, x0(k) merupakan indeks dalam domain waktu. Persamaan 3 mendeskripsikan perhitungan persamaan N. Misalnya jika N = 4, maka persamaan dapat dituliskan sebagai berikut.



W  e j 2 / N



(4)



Selanjutnya bisa ditulis sebagai



X (0)  x0 (0)W 0  x0 (1)W 0  x0 (2)W 0  x0 (3)W 0 X (1)  x0 (0)W 0  x0 (1)W 1  x0 (2)W 2  x0 (3)W 3 X (2)  x0 (0)W 0  x0 (1)W 2  x0 (2)W 4  x0 (3)W 6



(5)



X (3)  x0 (0)W 0  x0 (1)W 3  x0 (2)W 6  x0 (3)W 9 Persamaan 5 bisa menjadi lebih mudah dalam bentuk matriks.



 X (0)  W 0 W 0  X (1)   0 1    W W  X (2)  W 0 W 2    0 3  X (3)  W W



W0 W2 W4 W6



W 0   x0 (0)    W 3   x0 (1)  W 6   x0 (2)    W 9   x0 (3) 



(6)



Persamaan 6 dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan 7.



X (n)  W nk x0 (k )



(7)



Hasil persamaan 7 menyatakan bahwa X(n) merupakan indeks domain frekuensi, x0(k) merupakan indeks dalam domain waktu, W dan x0 adalah bilangan kompleks, nk merupakan fungsi bilangan kompleks dalam bilangan diskrit. 2.8



Metode HVSR Ada dua metode yang digunakan dalam mikrozonasi yaitu Horizontal to



Vertical Spectral Ratio (HVSR) dan Deterministic Seismic Hazard Analysis (DSHA). HVSR merupakan metode membandingkan spektrum komponen horizontal terhadap komponen vertikal dari gelombang mikrotremor. Sedangkan DSHA merupakan salah satu metode evaluasi dari gerakan tanah atau mengestimasi percepatan gempabumi pada suatu wilayah berdasarkan gempabumi dengan magnetudo tertentu. Akan tetapi pada penelitian ini memfokuskan pada metode HVSR. Dimana untuk mendapatkan nilai frekuensi alami tanah dapat dilakukan dengan pengukuran mikrotremor dan dianalisis dengan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) (Putri, dkk, 2017). Metode HVSR dikemukakan pertama kali oleh Nogoshi dan Igarashi (1971), dan secara meluas diperkenalkan oleh Nakamura (1989), sehingga metode ini biasa dikenal juga dengan teknik Nakamura. Metode HVSR didasarkan pada asumsi bahwa perbandingan spektrum horizontal dan vertikal



13 dari getaran permukaan merupakan fungsi perpindahan. Faktor amplifikasi dari komponen horizontal dan vertikal pada permukaan tanah yang bersentuhan langsung dengan batuan dasar dilambangkan dengan TH dan TV (Nakamura, Fungsi transfer TH pada permukaan tanah dapat dituliskan pada



2000).



persamaan.



TH 



sHS sHB



(8)



dengan SHS spektrum komponen gerak horizontal dipermukaan tanah dan SHB spektrum komponen gerak horizontal dari batuan dasar ke permukaan tanah. Sementara untuk mengetahui Besarnya faktor amplifikasi vertikal TV pada permukaan tanah dapat dituliskan pada persamaan.



TV  dengan dan



SVS SVB



(9)



adalah spektrum dari komponen gerak vertikal di permukaan tanah adalah spektrum dari komponen gerak vertikal pada dasar lapisan



tanah. Mirzaoglu dan Dykmen (2003) memberikan uraian bahwa metode yang diusulkan Nakamura pada tahun 1989 didasari dengan beberapa asumsi sebagai berikut. 1.



Mikrotremor tersusun dari beberapa jenis gelombang tetapi yang utama adalah gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan lunak (sedimen).



2.



Pengaruh gelombang Rayleigh (ERW) pada mikrotremor termasuk dalam spektrum komponen gerak vertikal dipermukaan tanah (VS), tetapi tidak pada spektrum komponen gerak vertikal di batuan dasar (VB).



ERW  3.



VS VB



(10)



Tidak ada penguatan komponen vertikal mikrotremor pada lapisan lunak (sedimen).



4.



Pada rentang frekuensi 0,2-20 Hz, pengaruh gelombang Rayleigh pada mikrotremor besarnya sama untuk komponen vertikal dan horizontal



S HB 1 SVB



(11)



S HB 1 SVB



(12)



Sehingga dibulatkan menjadi



Pembulatan dilakukan karena hasilnya mendekati satu. Karena rasio spektrum antara komponen horisontal dan vertikal di batuan dasar mendekati



14 nilai satu, sehingga hanya ada pengaruh yang disebabkan oleh struktur geologi lokal atau siteeffect (TSITE). TSITE menunjukkan puncak amplifikasi pada frekuensi dasar dari suatu lokasi.



TSITE 



S S TH  VS VB ERW VS VB



(13)



TSITE 



S HS SVS



(14)



Pada pengukuran mikrotremor, ada dua komponen diukur



yaitu



horizontal



yang



komponen EW (East-West) dan komponen NS (North-South),



sehingga komponen horizontal yang digunakan merupakan resultan dari kedua komponen. Sehingga persamaan 15 menjadi dasar perhitungan rasio spektrum mikrotremor



komponen



horizontal



terhadap



komponen



vertikalnya



atau



Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) sebagai berikut:



HVSR  TSITE 



S HB  S VB



S ( N  S )2  S (W  E )2 Svertikal



(15)



Sungkono dan Santosa (2011) pada kajian literaturnya memberikan penjelasan bahwa kurva HVSR merupakan gabungan antara gelombang badan dan gelombang permukaan. Pada daerah frekuensi natural, HVSR lebih mendekati gelombang badan, sedangkan untuk frekuensi yang lebih tinggi, gelombang badan dipengaruhi gelombang permukaan. Sehingga HVSR lebih dekat dengan gelombang badan dari pada gelombang permukaan. 2.9



Frekuensi Alami (f0) Frekuensi alami adalah nilai frekuensi alami yang menunjukkan jenis



dan karakterisktik batuan tersebut. Lachet dan Brad (1994) melakukan penelitian simulasi menggunakan 6 model struktur geologi sederhana dengan kombinasi variasi kontras kecepatan gelombang geser dan ketebalan lapisan tanah. Hasil simulasi menunjukkan nilai puncak frekuensi berubah terhadap variasi kondisi geologi. Mucciarelli, dkk (2009) menyatakan nilai frekuensi natural suatu daerah dipengaruhi oleh ketebalan lapisan lapuk (h) dan kecepatan rata-rata bawah permukaan (Vs), dapat dirumuskan sebagai berikut.



f 



Vs 4h



(16)



Nilai frekuensi dapat menunjukkan jenis dan karakterisktik batuan tersebut. Dari nilai frekuensi alami yang terukur dipermukaan, dapat diketahui karakteristik batuan dibawahnya, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 tentang klasifikasi tanah berdasarkan nilai frekuensi alami mikrotremor oleh Kanai.



15 Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Frekuensi Alami Mikrotremor Oleh Kanai. Klasifikasi Tanah Tipe



Frekuensi Alami (Hz)



Jenis



Deskripsi



Jenis I



Batuan tersier atau lebih tua. Terdiri dari 6.667 – 20.0 batuan hard sandy, gravel, dan lainnya.



Ketebalan sedimen permukaannya sangat tipis, didominasi oleh batuan keras, lebih kecil dari 5 meter.



Jenis II



4.0 – 10.0



Batuan alluvial dengan ketebalan 5 m. Terdiri dari sandygravel, sandy hard clay, loam, dan lainnya.



Ketebalan sedimen permukaannya masuk dalam kategori menengah 5-10 meter.



2.5 – 4.0



Batuan alluvial dengan ketebalan lebih dari 5 m. Terdiri dari sandy- gravel, sandy hard clay, loam, dan lainnya.



30 m.



Berdasarkan peta distribusi ketebalan sedimen (h) daerah penelitian memiliki rentang nilai berkisar antara 16.46 – 61.45 meter (Gambar 15). Terdapat 2 tipe pada daerah penelitian yaitu tipe 2 dengan nilai ketebalan lebih dari 30 meter dan Tipe 3 dengan ketebalan lapisan sedimen 10 – 30 meter. Zona ketebalan lapisan sedimen tinggi berada pada wilayah selatan daerah penelitian meliputi kecamatan Jelutung, Jambi Selatan dan bagian selatan Pal Merah. Zona ketebalan lapisan sedimen rendah terdistribusi hampir pada seluruh kecamatan di daerah penelitian yang meliputi kecamatan Danau Teluk bagian utara, Pal Merah bagian utara, Jambi Timur bagian barat, Pasar Jambi, dan Pelayangan bagian barat. Ditinjau dari peta geologi daerah penelitian, zona ketebalan lapisan sedimen tinggi berada pada endapan alluvial dan formasi muaraenim, diduga daerah tersebut disusun satuan litologi seperti batulempung, lanau dan batupasir (Mangga, dkk., 1993). Sedangkan zona ketebalan lapisan sedimen rendah berada pada formasi kasai yang disusun oleh satuan litologi seperti batulempung tufaan dan batupasir tufaan (Mangga, dkk., 1993). Integrasi data geologi dan mikrotremor ini menunjukkan material endapan maupun sedimen lunak cenderung memiliki ketebalan sedimen yang relatif tebal. Secara umum variasi nilai ketebalan sedimen memiliki pola yang relatif sama dengan karakteristik geologi daerah penelitian.



38



Gambar 15. Peta Distribusi Ketebalan Lapisan Sedimen Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua tipe ketebalan lapisan sedimen yaitu jenis IV (sangat tebal) dan jenis III (tebal). Jenis IV merupakan zona ketebalan yang sangat tebal mengindikasikan daerah tersebut dengan tingkat risiko tinggi. Jenis III merupakan zona ketebalan lapisan sedimen tebal mengindikasikan daerah tersebut dengan tingkat risiko sedang. Hal ini dikarenakan daerah penelitian memiliki lapisan sedimen yang tebal sehingga gelombang yang menjalar saat terjadi gempabumi mengalami penguatan gelombang, sehingga dapat menimbulkan kerusakan yang besar. 4.2.6 Mikrozonasi Peta mikrozonasi daerah penelitian merupakan hasil kompilasi dari parameter frekuensi alami, faktor amplifikasi, indeks kerentanan seismik, percepatan tanah maksimum dan ketebalan lapisan sedimen yang dihasilkan. Sebaran mikrozonasi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 16. Berdasarkan peta mikrozonasi daerah penelitian memiliki rentang nilai risiko berkisar antara 0.65 – 0.91. Terdapat dua zona berdasarkan tingkat risiko terhadap bencana gempabumi yaitu zona I dengan indikasi aman dan zona II dengan risiko sangat kecil. Zona I didimonasi oleh nilai frekuensi natural yang sedang berkisar antara 3.04 Hz – 3.75 Hz, nilai faktor amplifikasi yang rendah berkisar antara 1.46 – 2.93 kali, nilai indeks kerenantanan seismik yang rendah berkisar antara 0.70 – 2.83×10-6 cm/s2, nilai percepatan tanah maksimum di permukaan yang tinggi berkisar antara 1.74 – 2.65 gal merupakan zona aman dari pergerakan tanah akibat gempabumi, dan ketebalan lapisan sedimen yang



39 sedang berkisar antara 16.46 – 28.41 meter. Zona II didominasi oleh nilai frekuensi natural yang rendah berkisar antara 1.04 Hz – 2.39 Hz diindikasikan daerah tersebut disusun oleh endapan lunak (alluvial) yang tebal, nilai faktor amplifikasi yang rendah berkisar antara 3.74 – 4.88 kali, nilai indeks kerenantanan seismik yang rendah berkisar 10.84 – 20.18×10-6 cm/s2, nilai percepatan tanah maksimum di permukaan yang tinggi berkisar 2.96 – 3.33 gal merupakan zona gempabumi dirasakan beberapa orang, dan ketebalan lapisan sedimen yang tebal berkisar antara 30.87 – 60.45 meter. Tinggi rendahnya seismisitas yang dihasilkan mengindikasikan bahwa ketika terjadi gempabumi dengan magnetudo besar dan jarak hiposenter yang relatif dekat maka daerah seismisitas lebih tinggi berpotensi mengalami pergerakan tanah yang kuat dan sebaliknya.



Gambar 16. Peta Mikrozonasi Kota Jambi Ditinjau dari peta geologi daerah penelitian, zona I dominan berada pada formasi kasai, sebagian kecil formasi muaraenim dan endapan alluvial. Diduga zona tersebut disusun oleh satuan litologi yang kompak seperti batulempung tufan, batupasir tufan, batulempung, batupasir dan konglomerat (Mangga, dkk., 1993).



Sedangkan zona II relatif berada pada endapan alluvial, formasi



muaraenim, dan sebagian kecil formasi kasai. Diduga zona tersebut disusun oleh satuan litologi yang lunak seperti lumpur, batulempung, batupasir, konglomerat (Mangga, dkk., 1993). Hal ini menunjukkan zona tersebut relatif lebih tinggi karena dipengaruhi oleh material endapan lunak dan topogragrafi



40 yang bergelombang. Integrasi data geologi dan mikrotremor ini menunjukkan material endapan lunak (alluvial) relatif memiliki seismisitas yang lebih tinggi. Secara umum variasi zona seismisitas relatif mengikuti karakteristik geologi daerah penelitian. Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua zona seismisitas yaitu zona 1 dan zona 2. Zona 1 merupakan zona sangat rendah, mengindikasikan bahwa daerah tersebut berada dalam katergori aman. Zona ini tersebar hampir diseluruh daerah penelitian. Zona 2 merupakan zona rendah, mengindikasikan bahwa daerah tersebut termasuk kategori aman jika terjadi gempabumi, namun hanya dirasakan beberapa orang dan tidak berpotensi menimbulkan kerusakan bangunan. Zona ini terkonsentrasi di beberapa kelurahan pada daerah penelitian yaitu dirasakan oleh beberapa orang, terkonsentrasi di beberapa kelurahan meliputi Tanjung Sari, Payo Selincah, Kasang Jaya hingga Sijinjang kecamatan Jambi Timur, Pasir Panjang, Tanjung Raden hingga bagian selatan Olak Kemang kecamatan Danau Teluk, kelurahan Jelutung hingga Lebak Bandung kecamatan Jelutung, Thehok kecamatan Jambi Selatan, Pal Merah hingga Lingkar Selatan kecamatan Pal Merah. Hal ini selaras dengan SNI 17262012 yang menunjukkan Kota Jambi berada pada zona 3 dalam skala 13 dengan koefisien risiko gempabumi (respon perioda pendek) sangat kecil berkisar antara rentang 0.90 – 0.95.



V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis terhadap parameter mikrozonasi daerah penelitian diperoleh variasi sebaran sebagai berikut : 



Nilai frekuensi alami daerah penelitian berkisar antara 1.04  3.78 Hz. Terdapat 2 jenis frekuensi alami yaitu jenis IV dan jenis III. Jenis IV memiliki rentang frekuensi antara 1.04 Hz – 2.39 Hz, mengindikasikasi daerah penelitian tersusun oleh batuan alluvial dengan ketebalan lebih dari 30 m. Jenis IV terdistribusi hampir pada seluruh daerah penelitian. Sedangan jenis III memiliki rentang frekuensi antara 2.51 Hz – 3.75 Hz, mengindikasikan daerah penelitian tersusun oleh batuan endapan alluvial dengan ketebalan sedimen permukaan 10 – 30 m. Jenis III terdistribusi pada beberapa kecamatan di daerah penelitian yaitu meliputi bagian selatan Pal Merah, Jambi Selatan, Jelutung, Pasar Jambi, Danau Teluk, Pelayangan, dan bagian utara Jambi Timur.







Nilai faktor amplifikasi daerah penelitian berkisar antara 1.46  4.88 kali. Terdapat 2 zona pada daerah tersebut yaitu zona rendah dengan faktor amplifikasi < 3 dan zona sedang dengan faktor amplifikasi 3 < A0 < 6. Zona rendah memiliki rentang nilai berkisar antara 1.46 – 2.93, mengindikasikan daerah tersebut memiliki batuan yang kompaks. Zona rendah ini hampir tersebar diseluruh kecamatan daerah penelitian. Sedangkan zona sedang memiliki rentang nilai berkisar antara 3.22 – 4.03, mengindisikasikan daerah tersebut memiliki batuan yang lebih lunak. Zona sedang ini berada pada wilayah bagian selatan Danau Teluk dan kelurahan Tanjung Sari kecamatan Jambi Timur.







Nilai indeks kerentanan seismik daerah penelitian berkisar antara 0.70 – 20.18×10-6 cm2/s. Terdapat 3 zona pada daerah penelitian yaitu zona 1 dengan nilai Kg < 3, zona 2 dengan nilai kg 3 – 6, dan zona 3 dengan nilai Kg > 6. Secara umum wilayah penelitian didominasi oleh zona 1 dan 2 dengan indikasi daerah yang aman dari pergerakan muka tanah. Sedangkan zona 3 mengindikasikan zona indeks kerentanan seismik relatif tinggi berada pada wilayah selatan kecamatan Danau Teluk dan pusat kecamatan Jambi Timur. Zona 3 mengindikasikan daerah yang rentan mengalami pergerakan muka tanah akibat gempabumi.







Nilai percepatan tanah maksimum daerah penelitian berkisar antara 1.74 – 3.33 gal. Terdapat 2 zona percepatan tanah maksimum pada daerah penelitian yaitu zona I dan II. Zona I memiliki rentang nilai berkisar antara 1.74 – 2.00 gal, mengindikasikan zona aman dari getaran gempabumi. Zona tersebut terdistribusi pada seluruh kecamatan 41



42 di daerah penelitian yaitu meliputi bagian selatan Pal Merah, seluruh Jambi Selatan, selatan Jelutung, dan bagian utara Jambi Timur. Sedangkan zona II memiliki rentang nilai berkisar antara 2.01 – 3.33 gal, mengindikasikan zona gempabumi dirasakan oleh beberapa orang. Zona tersebut meliputi Jambi Timur, Pasar Jambi, utara Jelutung, utara Pal Merah, Danau Teluk dan Pelayangan. 



Nilai ketebalan lapisan sedimen daerah penelitian berkisar antara 16.46 – 61.45 meter. Terdapat 2 jenis pada daerah penelitian yaitu jenis IV dengan nilai ketebalan lebih dari 30 m dan Jenis III dengan ketebalan lapisan sedimen 10 – 30 m. Zona ketebalan lapisan sedimen rendah terdistribusi hampir pada seluruh kecamatan di daerah penelitian yang meliputi utara Danau Teluk, utara Pal Merah, barat Jambi Timur, Pasar Jambi, dan Pelayangan. Sedangkan zona



ketebalan lapisan sedimen



tinggi penelitian meliputi selatan Danau Teluk, utara Jambi Timur, Jelutung, Jambi Selatan dan bagian selatan Pal Merah. 2. Mikrozonasi Kota Jambi berdasarkan data mikrotremor menghasilkan dua zona seismisitas yaitu zona I dan zona II. Zona I merupakan zona aman, zona ini tersebar hampir di seluruh daerah penelitian. Zona tersebut dominan berada pada formasi kasai dan muaraenim. Zona II merupakan zona risiko sangat kecil, terkonsentrasi di beberapa kelurahan meliputi Tanjung Sari, Payo Selincah, Kasang Jaya hingga Sijinjang kecamatan Jambi Timur, Pasir Panjang, Tanjung Raden hingga bagian selatan Olak Kemang kecamatan Danau Teluk, kelurahan Jelutung hingga Lebak Bandung kecamatan Jelutung, Thehok kecamatan Jambi Selatan, Pal Merah hingga Lingkar Selatan kecamatan Pal Merah. Zona tersebut dominan berada pada endapan alluvial, formasi Muaraenim dan sebagian kecil formasi kasai. 5.2 Saran Direkomendasikan untuk melakukan pembangunan dan pengembangan Kota Jambi pada kecamatan Jelutung, Jambi Selatan, Pal Merah, dan Pelayangan. Hal ini dikarenakan daerah tersebut didominasi zona I dengan frekuensi alami yang relatif tinggi. Sedangkan pada zona II yang terletak pada kelurahan meliputi Tanjung Sari, Payo Selincah, Kasang Jaya hingga Sijinjang kecamatan Jambi Timur, Pasir Panjang, Tanjung Raden hingga bagian selatan Olak Kemang kecamatan Danau Teluk, kelurahan Jelutung hingga Lebak Bandung kecamatan Jelutung, Thehok kecamatan Jambi Selatan, Pal Merah hingga Lingkar Selatan kecamatan Pal Merah direkomendasikan untuk dilakukan rekayasa sipil. Hal ini dapat dilakukan sebagai upaya meminimalisir dampak gempabumi



dengan kekuatan yang relatif tinggi. Adapun untuk



penelitian selanjutnya diperlukan data pendukung seperti data bor untuk mengetahui litologi daerah penelitian secara tepat pada setiap lapisan sehingga hasil yang didapatkan diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih akurat.



DAFTAR PUSTAKA Afnimar. 2009. Seismologi. Institut Teknologi Bandung : Bandung. Agustawijaya, D. S., dan Syamsuddin. 2009. Pengembangan Metode Analisis Risiko Bencana: Sebuah Studi Kasus Pulau Lombok. Jurnal Dinamika Teknik Sipil, 12 (1), 146 - 150. http://hdl.handle.net/11617/2017. Arifin, S. S., Mulyatno, B. S., Marjiyono dan Roby Setianegara. 2014. Penentuan Zona Rawan Guncangan Bencana Gempabumi Berdasarkan Analisis Nilai Amplifikasi HVSR Mikrotremor dan Analisis Periode Dominan Daerah Liwa dan



Sekitarnya.



Jurnal



Geofisika



Eksplorasi,



12



(1),



30



-



40.



Indonesia:



The



http://dx.doi.org/10.23960/jge.v2i01.217. Bishop,



M.



G.



(2001).



South



Sumatra



Basin



Province,



Lahat/Tanlang Akar-Cenozoic Total Petroleum System. Colorado: USGS. BMKG. 2019. Gempa Dirasakan. Diakses pada tanggal 22 Juni 2019. Badan Meteorologi



Klimatologi



dan



Geofisika



Indonesia.



http://



repogempa.bmkg.go.id/viewfm.php?strike1=1.1&dip1=70.1&rake1=7.7& strike2=268.49&dip2=82.8&rake2=159.9&tgl=2019/02/27&ot=23:27:07. 147&lat=1.42&lon=101.51&ketlat=S&ketlon=E&depth=26&mag=5.3&re mark=Southern+Sumatra%2C+Indonesia+&status=unset. BMKG. 2018. Skala Intensitas Gempa. Diakses pada tanggal 23 Juli 2018. https://www.bmkg.go.id/gempabumi/skala-intensitas-gempabumi.bmkg Brigham, E. O. 1988. The Fast Fourier Transform (FFT) and Its Applications, New Jersey, USA, Pretince Hall. Brotopuspito, K. S., Prasetya, Tiar, Widigdo, dan Ferry M. 2006. Percepatan Getaran Tanah Maksimum Daerah Istimewa Yogyakarta 1943-2006. Jurnal Geofisika, 7 (1), 19 – 22. BSI. 2012. SNI 1726-2012 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Sturuktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Badan Standarisasi Nasional : Jakarta. Daryono. 2013. Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan Mikrotremor Pada Setiap Satuan Bentuklahan di Zona Graben Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Riset Daerah, 12 (1), 1754 - 1777. Daryono, Sutikno, Sartohadi, J., Dulbahri, dan Brotopuspito, K. S. 2009. Efek Tapak Lokal (Local Site effect) di Graben Bantul Berdasarkan Pengukuran



43



44 Mikrotremor.



Journal International



Conference



Earth



Science



and



Technology, E04(1) – E04(6). De Coster, G.L. 1974. The Geology of The Central and South Sumatera Basins. Proceedings Indonesian Petroleum Association, 3rd Annual Convention, 77 - 110. Edwiza, D. 2008. Analisis Terhadap Intensitas Dan Percepatan Tanah Maksimum Gempa Sumbar. Jurnal Teknika, 1 (29), 74 - 79. Edwiza, D dan Novita, S. 2008. Pemetaan Percepatan Tanah Maksimum dan Intensitas Seismik Kota Padang Panjang Menggunakan Metoda Kanai. Jurnal Teknika, 2 (29), 111 - 118. Ginger, D., & Fielding, K. (2005). The Petroleum Systems and Future Potensial of The South Sumatra Basin. Thirtieth Annual Convention & Exhibition, 68 89. Handayani, L., Mulyadi, D., Dadan, D., Wardhana, dan Wawan H. Nur, 2009. Percepatan Pergerakan Tanah Maksimum Daerah Cekungan Bandung: Studi Kasus Gempa Sesar Lembang. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral,



19



(5),



333



-



337.



http://dx.doi.org/10.33332/jgsm.



geologi.19.5.333-337. Heidrick, T.L., & Aulia, K. 1993. A structural and Tectonic Model of The Coastal. Plain Block, Central Sumatera Basin, Indonesia. Indonesian Petroleum. Assosiation, Proceeding 22th Annual Convention, Jakarta, 1, 285-316. Ibrahim, Dahlan. 2005. Survei Pendahuluan Bitumen Padat Derah Bukitsusah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Subdit Batubara, DIM. Irsyam, M., Widiantoro, S., Natawidjaja, D. H., Meilano, I., Rudyanto, A., Hidayati, S., Triyoso, W., Hanifa, N. R., Djarwadi, D., Faizal, L., dan Sunarjito. 2017. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kanai, K. 1983. Seismology in Engineering. Tokyo University. Japan. Kanai, K. 1966. Improved Empirical Formula for Characteristics of Stray (sic) Earthquake Motions. Page 1-4 of: Proceedings of the Japanese Earthquake Symposium. Not seen. Reported in Trifunac & Brady (1975). Kurniawan, R., Eva, M. N., Marjiyono, dan Sismanto. 2017. Pemetaan Daerah Rawan Risiko Gempabumi Menggunakan Metode HVSR Di Kotamadya Denpasar Dan Sekitarnya, Bali. Jurnal KURVATEK, 2 (1), 21 - 30.



45 Laberta, Septian. (2013). Mikrozonasi Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan Analisis Mikrotremor di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: UNY. Lachet, C., dan Brad, P. Y. 1994. Numerical and Theoretical Investigation on The Possibilities and Limitations of Nakamura’s Technique. J. Phys. Earth, 42, 377 - 397. Mala, H. U., Suliso, A., dan Sunaryo. 2015. Kajian Mikrotremor dan Geolistrik Resistivitas di Sekitar Jalan Arteri Primer Trans Timur untuk Miitigasi Bencana. Jurnal Natural B, 3 (1), 24 – 34. Mangga, S. A., Santoso, S., dan Herman, B. 1993. Peta Geologi Lembar Jambi Sumatera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Jawa Barat. Mirzaoglu, M. dan Dykmen, U. 2003. Aplication of microtremors to seismic microzoning procedure. Journal of The Balkan Geophysical Society, 6 (3,) 2003, 143 - 156. Mucciarelli, M., Herak, M., dan Cassidy, J. 2009. Increasing Seismic Safety by Combining Engineering Technologies and Seismological Data. NATO Science for Peace and Security Series C: Environmental Security, Spinger Science & Bussines Media B.V. Mufida, A., Jaya, B. S., dan Warnana, D. D. 2013. Profiling Kecepatan Gelombang



Geser



(Vs)



Surabaya



Berdasarkan



Pengolahan



Data



Mikrotremor. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2 (2), 76 - 81. Nakamura, Y. 1989. A Method for Dynamic Characteristics Estimation of Subsurface using Microtremor on the Ground Surface. Japan: Quarterly Report of Railway Technical Research Institute (RTRI), 30 (1), 25 - 33. Nakamura, Y. 2000. Clear Indentification of Fundamental Idea of Nakamura’s Technique and Its Application. Tokyo University. Japan. Pemerintah Kota Jambi. 2013. Peta Rencana Tata Ruang Kota Jambi 2013-2023. Pemerintah Kota Jambi: Jambi. Pemerintah Kota Jambi. 2014. Geografis Kota Jambi. Diakses 08 Maret 2018, dari Pemerintah Kota Jambi. http://jambikota.go.id/new/geografis/ Pemerintah Kota Jambi. 2018. Kecamatan dan Kelurahan. Diakses 03 September



2018,



dari



Pemerintah



Kota



https://jambikota.go.id/new/kecamatan-dan-kelurahan/.



Jambi.



46 Pulunggono, A., Haryo S. & Kosuma, C.G. (1992). Proceedings Indonesian Petroleum Association: Pre-Tertiary and Tertiary Fault Systems as a Framework of the South Sumatera Basin; a Study of SAR-Maps. Proceedings Indonesian Petroleum Association, IPA 92-11.37, 339 – 360. Putri, R., A., Purwanto, M. S., dan Amien Widodo. 2017). Identifikasi Percepatan Tanah Maksimum (PGA) dan Kerentanan Tanah Menggunakan Metode Mikrotremor Jalur Sesar Kendeng. Jurnal Geosaintek, 3 (2), 107 - 114. http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v3i2.2966. Refrizon, dkk. 2013. Analisis Percepatan Tanah Maksimum dan Tingkat Kerentanan Seismik Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu. Prosiding Semirata FMIPA UNILA. Universitas Lampung : Bandar Lampung. Rusdin, A. A., Hamdoko, D. S., Sunarto dan Saaduddin. 2016. Analisis Pengaruh Karakteristik Sedimen dan Kedalaman Muka Airtanah Terhadap Indeks Kerentanan Seismik Kota Makassar. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Geofisika, 13-19. Saaduddin, Sismanto & Marjiyono. 2015. Pemetaan Indeks Kerentanan Seismik Kota Padang Sumatera Barat Dan Korelasinya Dengan Titik Kerusakan Gempabumi 30 September 2009. Jurnal Kebumian, 8, 459-466. SESAME. 2004. Guidelines For The Implementation Of The H/V Spectral Ratio. Technique on Ambient Vibrations. Europe: SESAME Europe research project. Seed, H.B., dan Idriss, I.M. 1971. Simplified procedure for Evaluating Soil Liquection Potential. Journal of the Soil Mechanics and Foundation Divison. 1971. Sitorus, N., Purwanto, S. dan Utama, W. 2017. Analisis Nilai Frekuensi Natural dan Amplifikasi Desa Olak Alen Blitar Menggunakan Metode Mikrotremor HVSR. Jurnal Geosaintek, 3 (2), 89-92. http://dx.doi.org/10.12962/ j25023659.v3i2.2962. Sunardi, B., Daryono, Arifin, J., Susilanto, P., Ngadmanto, D., Nurdiyanto, B., dan Sulastri. 2012. Kajian Potensi Bahaya Gempabumi Daerah Sumbawa Berdasarkan Efek Tapak Lokal. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 13 (2), 131-137. http://dx.doi.org/10.31172/jmg.v13i2.127. Sungkono & Santosa, B.J. 2011. Karakterisasi Kurva Horizontal-To-Vertical Spectral Ratio: Kajian Literatur Dan Permodelan. Jurnal Neutrino, 4 (1), 1 - 15. http://dx.doi.org/10.18860/neu.v0i0.1662.



47 Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik. Gempa Pada Penelaahan Struktur Bagian Dalam Bumi. Universitas Sumatera Utara. Solikhin, A. & Suantika, G. 2008. Laporan Penyelidikan Gempabumi Daerah Kabupaten Bandung dan Sekitarnya Jawa Barat. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Bandung Syahruddin, M. H., Aswad, S., Pulullungan, E. F., Maria dan Syamsuddin. 2014. Penentuan Profil Ketebalan Sedimen Lintasan Kota Makassar Dengan Mikrotremor. Jurnal Fisika, 4 (1), 17 - 25. https://doi.org/10.15294/ jf.v4i1.3861. Tohari, Adrin dan Wardhana, D. Dani. 2018. Mikrozonasi Seismik Wilayah Kota Padang Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor. Jurnal Riset Geologi Pertambangan,



28 (2), 205 –



220. http://dx.doi.org/10.14203/



risetgeotam 2018.v28.984. Warnana, D. D., Soemitro, R. A., & Utama, W. 2011. Application of Microtremor HVSR



Method



for



Assessing



Site



Effect in



Residual



Soil



Slope.



International Journal of Basic & Applied Sciences, 11 (4), 100 - 105. Wildana, A. T. A,. Lantu1, & Sabrianto, A. 2016. Analisis Kurva HVSR Untuk Distribusi Indeks Kerentanan Seismik Kawasan Rawan Gempabumi. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Geofisika, 170-173. Wisnu, & Nazirman. 1997. Geologi Regional Sumatera Selatan. Pusat Survei Geologi. Badan Geologi Kementerian ESDM, Bandung. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia-Volume I A, General Geology, The Haque, Martinus Nijhoff, h.325.



LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi Titik Survei Mikrotremor Sistem koordinat WGS 1984 UTM Zona 48S No



Titik Survei



Lintang (m)



Bujur (m)



1



MT01



341400



9825850



2



MT02



342800



9824700



3



MT03



342950



9827300



4



MT04



344300



9825700



5



MT05



344000



9828750



6



MT06



345600



9827500



7



MT07



345600



9824800



8



MT08



345550



9821400



9



MT09



347200



9828850



10



MT10



347000



9826700



11



MT11



347100



9823300



12



MT12



347000



9820500



13



MT13



347000



9817700



14



MT14



348400



9827900



15



MT15



348400



9824700



16



MT16



348200



9821700



17



MT17



348400



9819100



18



MT18



349600



9828700



19



MT19



349700



9825900



20



MT20



349800



9822800



21



MT21



349700



9820200



22



MT22



349600



9817500



23



MT23



351200



9821700



24



MT24



351000



9819000



25



MT25



352100



9820500



48



Lampiran 2. Data Hasil Penelitian Titik Survei MT01 MT02 MT03 MT04 MT05 MT06 MT07 MT08 MT09 MT10 MT11 MT12 MT13 MT14 MT15 MT16 MT17 MT18 MT19 MT20 MT21 MT22 MT23 MT24 MT25



Lintang



Bujur



Lw



Nw



f0



A0



σ(f)



Kg



PGA



h



341400 342800 342950 344300 344000 345600 345600 345550 347200 347000 347100 347000 347000 348400 348400 348200 348400 349600 349700 349800 349700 349600 351200 351000 352100



9825850 9824700 9827300 9825700 9828750 9827500 9824800 9821400 9828850 9826700 9823300 9820500 9817700 9827900 9824700 9821700 9819100 9828700 9825900 9822800 9820200 9817500 9821700 9819000 9820500



35 40 35 35 40 35 30 30 40 35 35 30 30 35 35 45 35 35 40 35 50 35 30 35 35



25 25 32 25 28 25 24 30 27 25 32 26 23 30 35 20 20 25 25 32 20 26 25 25 23



1.18 1.64 3.10 1.47 1.37 3.10 1.79 1.05 2.22 2.39 3.78 1.41 1.44 1.36 1.29 1.04 1.29 2.09 1.28 3.04 1.08 1.06 3.69 1.12 3.36



4.88 2.97 1.47 4.03 1.97 2.53 1.59 2.00 1.51 2.45 2.93 1.98 2.59 2.61 3.74 2.26 2.02 1.72 1.46 1.47 1.93 1.97 1.76 1.90 2.36



0.09 0.09 0.10 0.09 0.09 0.10 0.09 0.09 0.08 0.09 0.11 0.09 0.08 0.09 0.09 0.05 0.09 0.10 0.10 0.12 0.07 0.09 0.09 0.09 0.11



20.18169 5.378598 0.697065 11.04823 2.832774 2.064806 1.412346 3.809524 1.027072 2.511506 2.271138 2.780426 4.658403 5.008897 10.84310 4.911154 3.163101 1.415502 1.665313 0.710822 3.448981 3.661226 0.839458 3.223214 1.657619



1.902702 2.230861 3.067877 2.101320 2.032519 3.038907 2.307389 1.765495 2.557994 2.654504 3.333712 2.034783 2.054061 1.993235 1.939520 1.740978 1.935777 2.461130 1.923967 2.961214 1.764023 1.746404 3.245685 1.787639 3.086445



47.24364 38.32927 17.53548 40.75850 39.26095 18.84516 30.87011 61.45000 26.76126 23.72908 17.44312 48.77482 48.82118 39.39522 50.31202 59.05288 46.40310 28.41746 44.95703 19.97204 54.69444 54.75472 16.46409 52.54688 19.30060



Zonasi 15 14 11 16 12 11 13 13 12 12 11 12 13 13 15 13 13 12 12 11 13 13 11 13 11



Koef Risiko 0.913043 0.782609 0.652174 0.913043 0.717391 0.652174 0.717391 0.782609 0.652174 0.652174 0.652174 0.717391 0.782609 0.782609 0.913043 0.782609 0.782609 0.652174 0.717391 0.652174 0.782609 0.782609 0.652174 0.782609 0.652174 50



51 Lampiran 3. Contoh Perhitungan Nilai Parameter Mikrotremor Diketahui : Titik survei MT01 A0  4.88



f0  1.18



Vs30  222.99 m /s



R  227.72km M  5.3 SR



Ditanya : a. Indeks Kerentanan Seismik b. Percepatan Tanah Maksimum c. Ketebalan Lapisan Sedimen Jawab : a. Indeks Kerentanan Seismik Kg =



A 02 f0



4.882 1.18 23.8144  1.18  20.18







b. Percepatan Tanah Maksimum a



 



5 Tg



(0.61M )(1.66 



10



5 0.85 5 0.85 5



3.66 1.83 )log R  0.167  R R



(0.615.3)(1.66 



10



3.66 1.83 )log 227.72  0.167  227.72 227.72



10(3.23)(1.66  0.016)2.36  0.167  0.008



100.56 0.85 5  0.35 0.92  1.9 gal 



c. Ketebalan Lapisan Sedimen h



vs30 4f0



222.99 4  1.18  47.24 meter 



Tg 



1 f0



1 1.18  0.85 



52 Lampiran 4. Kriteria Reliabel dan Clear Peak menurut SESAME 2004



Lampiran 5. Uji Reliabilitas TS MT01 MT02 MT03 MT04 MT05 MT06 MT07 MT08 MT09 MT10 MT11 MT12 MT13 MT14 MT15 MT16 MT17 MT18 MT19 MT20 MT21 MT22 MT23 MT24 MT25 Keterangan



Lw



Nw



35 40 35 35 40 35 30 30 40 35 35 30 30 35 35 45 35 35 40 35 50 35 30 35 35 :



25 25 32 25 28 25 24 30 27 25 32 26 23 30 35 20 20 25 25 32 20 26 25 25 23



f0



A0



1.18 4.88 1.64 2.97 3.10 1.47 1.47 4.03 1.37 1.97 3.10 2.53 1.79 1.59 1.05 2.00 2.22 1.51 2.39 2.45 3.78 2.93 1.41 1.98 1.44 2.59 1.36 2.61 1.29 3.74 1.04 2.26 1.29 2.02 2.09 1.72 1.28 1.46 3.04 1.47 1.08 1.93 1.06 1.97 3.69 1.76 1.12 1.90 3.36 2.36 v : terpenuhi - : tidak terpenuhi



σ(f)



10/lw



nc



nc(f 0)



σA(f)



0.09 0.09 0.10 0.09 0.09 0.10 0.09 0.09 0.08 0.09 0.11 0.09 0.08 0.09 0.09 0.05 0.09 0.10 0.10 0.12 0.07 0.09 0.09 0.09 0.11



0.29 0.29 0.29 0.29 0.25 0.29 0.33 0.33 0.25 0.29 0.29 0.33 0.33 0.29 0.29 0.22 0.29 0.29 0.25 0.29 0.20 0.29 0.33 0.29 0.29



1032.5 1640 3469.76 1286.25 1534.4 2712.5 1288.8 945 2397.6 2091.25 4233.6 1099.8 993.6 1428 1580.25 936 903 1828.75 1280 3404.8 1080 964.6 2767.5 980 2704.8



1218.35 4028.72 10763.20 1890.79 2102.13 8408.75 2306.95 992.25 5322.67 4998.09 16003.01 1550.72 1430.78 1942.08 2038.52 973.44 1164.87 3822.09 1638.40 10350.59 1166.40 1022.48 10212.08 1097.60 9088.13



0.11 0.20 0.31 0.13 0.12 0.31 0.16 0.09 0.18 0.22 0.42 0.13 0.12 0.12 0.12 0.05 0.12 0.21 0.13 0.36 0.08 0.10 0.33 0.10 0.37



Criteria for reliable curve i ii iii v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v



53



Lampiran 6. Uji Kurva Clear Peak TS



Lw



Nw



f0



A0



σ(f)



MT01 MT02 MT03 MT04 MT05 MT06 MT07 MT08 MT09 MT10 MT11 MT12 MT13 MT14 MT15 MT16 MT17 MT18 MT19 MT20 MT21 MT22 MT23 MT24 MT25



35 40 35 35 40 35 30 30 40 35 35 30 30 35 35 45 35 35 40 35 50 35 30 35 35



25 25 32 25 28 25 24 30 27 25 32 26 23 30 35 20 20 25 25 32 20 26 25 25 23



1.18 1.64 3.10 1.47 1.37 3.10 1.79 1.05 2.22 2.39 3.78 1.41 1.44 1.36 1.29 1.04 1.29 2.09 1.28 3.04 1.08 1.06 3.69 1.12 3.36



4.88 2.97 1.47 4.03 1.97 2.53 1.59 2.00 1.51 2.45 2.93 1.98 2.59 2.61 3.74 2.26 2.02 1.72 1.46 1.47 1.93 1.97 1.76 1.9 2.36



0.09 0.09 0.1 0.09 0.09 0.1 0.09 0.09 0.08 0.09 0.11 0.09 0.08 0.09 0.09 0.05 0.09 0.1 0.1 0.12 0.07 0.09 0.09 0.09 0.11



Keterangan :



A0/2 2.44 1.485 0.74 2.02 0.99 1.27 0.80 1.00 0.76 1.23 1.47 0.99 1.30 1.31 1.87 1.13 1.01 0.86 0.73 0.74 0.97 0.99 0.88 0.95 1.18



f0.83 0.50 0.45 0.50 0.70 0.38 0.60 0.80 0.25 0.25 0.65 0.70 0.70 0.80 0.80 1.10 0.50 0.50 0.70 0.45 0.95 0.90 0.70 0.50 2.00



f+ 1.2 0.7 0.15 1.6 1.25 1.7 1 1.5 0.85 2.25 0.8 1.9 1.3 1.5 1.4 1.7 1.3 0.8 1.15 0.15 1.6 1.35 1.15 1.5 0.7



f [AH/V ± σA(f)] 1.27 1.73 3.20 1.56 1.46 3.20 1.88 1.14 2.30 2.48 3.89 1.50 1.52 1.45 1.38 1.09 1.38 2.19 1.38 3.16 1.15 1.15 3.78 1.21 3.47



f0±5% 1.121 2.0805 2.945 1.3965 1.3015 2.945 1.7005 0.9975 2.109 2.2705 3.591 1.3395 1.368 1.292 1.2255 0.988 1.2255 1.9855 1.216 2.888 1.026 1.007 3.5055 1.064 3.192



ε (f0) 0.12 0.11 0.16 0.15 0.14 0.31 0.18 0.11 0.11 0.12 0.19 0.14 0.14 0.14 0.13 0.10 0.13 0.10 0.13 0.15 0.11 0.11 0.18 0.11 0.17



θ (f0) 1.78 1.58 1.58 1.78 1.78 1.58 1.78 1.78 1.58 1.58 1.58 1.78 1.78 1.78 1.78 1.78 1.78 1.58 1.78 1.58 1.78 1.78 1.58 1.78 1.58



Criteria for a clear H/V peak i ii iii iv v vi v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v



Jenis clear clear clear clear broad clear broad broad clear clear clear broad clear clear clear clear clear clear broad clear broad broad broad broad clear



v : terpenuhi - : tidak terpenuhi 54



55 Lampiran 7. Kurva H/V Hasil Pengolahan Data MT01



f0 = 1.18 A0 = 4.88 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 1.18 > 0.29 ii. 1218 > 200 iii. 0.11 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.83 < 2.44 ii. 1.2 < 2.44 iii. 4.88 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.12 vi. 0.11 < 1.93 Informasi Lokasi: endapan aluvial terdiri dari kerakal, kerikil, batupasir, lanau dan lempung..



MT02



f0 = 1.64 A0 = 2.96 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 1.18 > 0.29 ii. 1218 > 200 iii. 0.14 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.83 < 1.49 ii. 0.70 < 1.49 iii. 3.22 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.16 vi. 0.14 < 1.58 Informasi Lokasi: endapan aluvial terdiri dari kerakal, kerikil, batupasir, lanau dan lempung.



MT03



f0 = 3.10 A0 = 1.47 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 3.10 > 0.29 ii. 10749 > 200 iii. 0.14 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.45 < 0.74 ii. 0.15 < 0.74 iii. 1.47 < 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.15 vi. 0.31 < 1.58 Informasi Lokasi: formasi kasai terdiri Batupasir tufan dan batulempung tufan.



56 MT04



f0 = 1.47 A0 = 4.03 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 1.47 > 0.29 ii. 1890 > 200 iii. 0.13< 2 Keriteria Clear Peak i. 0.50 < 2.02 ii. 1.60 < 2.02 iii. 4.03 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.15 vi. 0.13 < 1.78 Informasi Lokasi: endapan aluvial terdiri dari kerakal, kerikil, batupasir, lanau dan lempung.



MT05



f0 = 1.37 A0 = 1.97 Tipe Kurva : Broad Peak Kriteria Reliabel i. 1.37 > 0.25 ii. 2102.13 > 200 iii. 0.12 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.70 < 0.99 ii. 1.25 > 0.99 iii. 1.97 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.14 vi. 0.12 < 1.78 Informasi Lokasi: muaraenim terdiri dari batupasir, batulempung, dan tufan.



MT06



f0 = 3.1 A0 = 2.53 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 3.10 > 0.29 ii. 8408 > 200 iii. 0.31 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.38 < 1.27 ii. 1.2 < 1.27 iii. 2.53 > 2 iv. terpenuhi v. 0.1 < 0.31 vi. 0.31 < 1.58 Informasi Lokasi: formasi kasai terdiri batupasir tufan dan batulempung tufan.



57 MT07



f0 = 1.79 A0 = 1.59 Tipe Kurva : Broad Peak Kriteria Reliabel i. 1.79 > 0.33 ii. 2306.95 > 200 iii. 0.16 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.60 < 0.80 ii. 1 > 0.80 iii. 1.59 < 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.18 vi. 0.16 < 1.78 Informasi Lokasi: endapan aluvial terdiri dari kerakal, kerikil, batupasir, lanau dan lempung.



MT08



f0 = 1.05 A0 = 2.01 Tipe Kurva : Broad Peak Kriteria Reliabel i. 1.05 > 0.33 ii. 992.25 > 200 iii. 0.09 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.80 < 1 ii. 1.5 > 1 iii. 2.01 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.11 vi. 0.09 < 1.78 Informasi Lokasi: muaraenim terdiri dari batupasir, batulempung, dan tufan.



MT09



f0 = 2.22 A0 = 1.51 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 2.22 > 0.25 ii. 5322.67 > 200 iii. 0.18 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.25 < 0.76 ii. 0.45 < 0.76 iii. 1.51 > 2 iv. terpenuhi v. 0.08 < 0.11 vi. 0.18 < 1.58 Informasi Lokasi: endapan aluvial terdiri dari kerakal, kerikil, batupasir, lanau dan lempung.



58 MT10



f0 = 2.39 A0 = 2.45 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 2.39 > 0.29 ii. 16003.01 > 200 iii. 0.42 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.65 < 1.47 ii. 0.80 < 1.47 iii. 2.93 > 2 iv. terpenuhi v. 0.11 < 0.19 vi. 0.42 < 1.58 Informasi Lokasi: endapan aluvial terdiri dari kerakal, kerikil, batupasir, lanau dan lempung.



MT11



f0 = 3.78 A0 = 2.93 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 3.78 > 0.29 ii. 16003.01 > 200 iii. 0.42 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.65 < 1.47 ii. 0.80 < 1.47 iii. 3.22 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.16 vi. 0.14 < 1.58 Informasi Lokasi: formasi kasai terdiri batupasir tufan dan batulempung tufan.



MT12



f0 = 1.41 A0 = 1.98 Tipe Kurva : Broad Peak Kriteria Reliabel i. 1.41 > 0.33 ii. 1550.72 > 200 iii. 0.13 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.70 < 0.99 ii. 1.9 > 0.99 iii. 1.98 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.14 vi. 0.13 < 1.78 Informasi Lokasi: formasi muaraenim terdiri dari batupasir, batulempung, dan tufan.



59 MT13



f0 = 1.44 A0 = 2.59 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 1.44 > 0.33 ii. 1430.78 > 200 iii. 0.12 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.70 < 1.30 ii. 1.20 < 1.30 iii. 2.59 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.14 vi. 0.12 < 1.78 Informasi Lokasi: formasi muaraenim terdiri dari batupasir, batulempung, dan tufan.



MT14



f0 = 1.37 A0 = 2.61 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 1.37 > 0.29 ii. 1942.08 > 200 iii. 0.12 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.80 < 1.31 ii. 1.50 > 1.31 iii. 2.61 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.14 vi. 0.12 < 1.78 Informasi Lokasi: endapan aluvial terdiri dari kerakal, kerikil, batupasir, lanau dan lempung.



MT15



f0 = 1.30 A0 = 3.74 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 1.30 > 0.29 ii. 2038.53 > 200 iii. 0.12 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.80 < 1.87 ii. 1.40 < 1.87 iii. 3.74 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.13 vi. 0.12 < 1.78 Informasi Lokasi: endapan aluvial terdiri dari kerakal, kerikil, batupasir, lanau dan lempung.



60 MT16



f0 = 1.04 A0 = 2.26 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 1.04 > 0.22 ii. 973.44 > 200 iii. 0.05 < 2 Keriteria Clear Peak i. 1.10 < 1.13 ii. 1.70 > 1.13 iii. 2.26 > 2 iv. terpenuhi v. 0.05 < 0.10 vi. 0.05 < 1.78 Informasi Lokasi: formasi kasai terdiri batupasir tufan dan batulempung tufan.



MT17



f0 = 1.29 A0 = 2.03 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 1.29 > 0.29 ii. 1164.87 > 200 iii. 0.12 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.50 < 1.01 ii. 0.90 < 1.01 iii. 2.03 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.13 vi. 0.13 < 1.78 Informasi Lokasi: formasi muaraenim terdiri dari batupasir, batulempung, dan tufan.



MT18



f0 = 2.09 A0 = 1.72 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 2.09 > 0.29 ii. 3822.09 > 200 iii. 0.21 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.50 < 0.86 ii. 0.80 < 0.86 iii. 1.72 < 2 iv. terpenuhi v. 0.99 < 0.10 vi. 0.21 < 1.58 Informasi Lokasi: formasi muaraenim terdiri dari batupasir, batulempung, dan tufan.



61 MT19



f0 = 1.28 A0 = 1.46 Tipe Kurva : Broad Peak Kriteria Reliabel i. 1.28 > 0.25 ii. 1638.40 > 200 iii. 0.13 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.70 < 0.73 ii. 1.15 > 0.73 iii. 1.46 > 2 iv. terpenuhi v. 0.99 < 0.13 vi. 0.13 < 1.78 Informasi Lokasi: endapan aluvial terdiri dari kerakal, kerikil, batupasir, lanau dan lempung.



MT20



f0 = 3.04 A0 = 1.48 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 3.04 > 0.29 ii. 10350.59 > 200 iii. 0.36 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.45 < 0.74 ii. 0.15 < 0.74 iii. 1.48 > 2 iv. terpenuhi v. 0.12 < 0.15 vi. 0.36 < 1.58 Informasi Lokasi: formasi kasai terdiri batupasir tufan dan batulempung tufan.



MT21



f0 = 1.08 A0 = 1.93 Tipe Kurva : Broad Peak Kriteria Reliabel i. 1.08 > 0.20 ii. 1166.40 > 200 iii. 0.08 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.95 < 0.97 ii. 1.6 > 0.97 iii. 1.93 > 2 iv. terpenuhi v. 0.07 < 0.11 vi. 0.08 < 1.78 Informasi Lokasi: formasi muaraenim terdiri dari batupasir, batulempung, dan tufan.



62 MT22



f0 = 1.06 A0 = 1.98 Tipe Kurva : Broad Peak Kriteria Reliabel i. 1.06 > 0.29 ii. 1022.48 > 200 iii. 0.10 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.90 < 0.99 ii. 1.35 > 0.99 iii. 1.98 > 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.11 vi. 0.10 < 1.78 Informasi Lokasi: formasi muaraenim terdiri dari batupasir, batulempung, dan tufan.



MT23



f0 = 3.69 A0 = 1.76 Tipe Kurva : Broad Peak Kriteria Reliabel i. 3.69 > 0.33 ii. 10212.08 > 200 iii. 0.33 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.70 < 0.88 ii. 1.15 > 0.88 iii. 1.76 < 2 iv. terpenuhi v. 0.09 < 0.18 vi. 0.33 < 1.58 Informasi Lokasi: formasi kasai terdiri batupasir tufan dan batulempung tufan.



MT24



f0 = 1.12 A0 = 1.90 Tipe Kurva : Broad Peak Kriteria Reliabel i. 1.12 > 0.29 ii. 1097.60 > 200 iii. 0.10 < 2 Keriteria Clear Peak i. 0.50 < 0.95 ii. 1.50 < 0.95 iii. 1.90 > 2 iv. 2.61 ≠1.36 v. 0.09 < 0.11 vi. 0.10 < 1.78 Informasi Lokasi: formasi muaraenim terdiri dari batupasir, batulempung, dan tufan.



63 MT25



f0 = 3.36 A0 = 2.36 Tipe Kurva : Clear Peak Kriteria Reliabel i. 3.36 > 0.29 ii. 9088.13 > 200 iii. 0.37 < 2 Keriteria Clear Peak i. 1.20 > 1.18 ii. 0.70 < 1.18 iii. 2.36 > 2 iv. terpenuhi v. 0.11 < 0.17 vi. 0.37 < 1.58 Informasi Lokasi: formasi kasai terdiri batupasir tufan dan batulempung tufan.



64 Lampiran 8. Dokumentasi Pengambilan Data



Pengambilan Data di Pal Merah dan Talang Bakung



Pengambilan Data di Pelayangan