Aroma TX-nyeri SC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG



Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menampuh Gelar Sarjana Keperawatan



Oleh : RIAH DAMAWANTI NIM : G2A214045



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016



http://lib.unimus.ac.id



SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME



Saya yang bertanda tangan dibawah menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul "Pengaruh Intensitas



Pemberian Aromaterapi



Lavender Terhadap



Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS



Roemani Semarang " saya susun tanpa tindakan plagiat yaitu pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi saya adalah hasil jiplakan, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Muhammadiyah Semarang kepada saya.



Semarang, 19 Mei 2016



Riah Damawanti



ii http://lib.unimus.ac.id



HALAMAN PERSETUJUAN



PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG



Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang



Pembimbing I



Dr. Sri Rejeki, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat



Pembimbing II



Ns. Machmudah, M.Kep. Sp.Mat



iii http://lib.unimus.ac.id



HALAMAN PENGESAHAN



PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG



Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang



Pada tanggal 19 Mei 2016



Tim Penguji :



Dr. Tri Hartiti , SKM, M.Kes



: .................................................



Dr. Sri Rejeki, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat : ................................................. Ns. Machmudah, M.Kep. Sp.Mat



: .................................................



Mengetahui Ketua Program Studi S1 Keperawatan



Dr. Tri Hartiti., SKM., M.Kes



iv http://lib.unimus.ac.id



PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG Riah Damawanti 1, Sri Rejeki 2, Machmudah 3 ABSTRAK Latar Belakang : Pasien post Sectio Caesarea akan mengalami nyeri pada luka pembedahan. Salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasinya adalah dengan melakukan pemberian teknik relaksasi aroma terapi. Salah satu aromaterapi yang paling digemari adalah lavender. Tujuan penelitian: untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. Metode penelitian: Jenis penelitian Quasi-eksperimen dengan menggunakan bentuk rancangan Pra - pasca test dalam satu kelompok (one – grup pre test – post test design). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post Sectio Caesarea yang di rawat di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang. Sampel penelitian sebanyak 35 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon Match Paired Test. Hasil penelitian: Hasil Penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri pasien post Sectio Caesarea sebelum diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender sebagian besar kategori berat terkontrol sebanyak 27 responden (77,1%) dan sesudah diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender sebagian besar kategori sedang sebanyak 22 responden (62,9%). Simpulan: Ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang dengan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05). Saran: Diharapkan perawat dapat melakukan tindakan pemberian aromaterapi lavender sebagai alternatif pengobatan untuk mengurangi nyeri pada pasien post Sectio Caesarea dalam meningkatkan asuhan keperawatan. Kata Kunci : aromaterapi lavender, nyeri Kepustakaan : 2004 – 2015



1. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 2. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang



v http://lib.unimus.ac.id



THE EFFECT OF AROMATHERAPY LAVENDER TOWARDS PAIN INTENSITY IN PATIENT POST SECTIO CAESAREA AT AYYUB 1 ROOM ROEMANI HOSPITAL SEMARANG Riah Damawanti 1, Sri Rejeki 2, Machmudah 3 ABSTRACT Background: Patient post Sectio Caesarea will experience pain in surgery wound. One of the action nursing to overcome it with do technique gift relaxation aromatherapy. One of the aromatherapy most liked lavender. Research Target: Research will aim to detect influence gift aromatherapy lavender towards pain intensity in patient post Sectio Caesarea at Ayyub 1 room Roemani Hospital Semarang. Research Method: Research kind quasi-experiment by using plan form pre - post test in a body (one - group pre test - post test design). Population in this research patient post sectio caesarea at takes at Ayyub 1 room, Roemani Hospital Semarang. Research sample as much as 35 respondents by using technique purposive sampling. Data analysis by using test wilcoxon match paired test. Result of research: Research result shows that patient pain intensity post sectio caesarea before given gift treatment aromatherapy lavender a large part heavy category control as much as 27 respondents (77,1%) and after being given gift treatment aromatherapy lavender a large part category as much as 22 respondents (62,9%). Conclude : There is gift influence aromatherapy lavender towards pain intensity in patient post sectio caesarea at Ayyub 1 room, Roemani Hospital Semarang with p value as big as 0,000 (α < 0,05). Suggestion : Supposed nurse can do gift treatment aromatherapy lavender alternatively therapy to decrease pain in patient post Sectio Caesarea in increase nursing care Keywords : aromatherapy lavender, pain Literature: 2004 – 2015



1. Undersgraduate Student of Nursing Science and Health Faculty of Muhammadiyah University Semarang 2. Lecture of Nursing Science and Health Faculty of Muhammadiyah University Semarang 3. Lecture of Nursing Science and Health Faculty of Muhammadiyah University Semarang



vi http://lib.unimus.ac.id



KATA PENGANTAR



Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam program pendidikan sarjana strata-1 di Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1.



Prof Dr. H. Masrukhi, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang



2.



Edy Soesanto, S.Kp.,M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.



3.



Dr. Tri Hartiti, SKM.,M.Kes, selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang



4.



Direktur RS Roemani Semarang dan seluruh staf khususnya rekan-rekan ruang Ayub 1 yang telah membantu dalam pengumpulan data guna penyusunan skripsi



5.



Dr. Sri Rejeki, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat,Selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.



6.



Ns. Machmudah, M.Kep. Sp.Mat, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.



7.



Segenap dosen dan staf yang telah membantu selama proses pembelajaran



8.



Bapak, Ibu, Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta do’a yang tak terhenti hingga saat ini.



9.



Semua pihak yang telah membantu yang tidak tercantum satu persatu. vii http://lib.unimus.ac.id



10. Teman-teman seperjuangan Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki kekurangan skripsi ini.



Semarang,



Mei 2016



Peneliti



viii http://lib.unimus.ac.id



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL................................................................................................ i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv ABSTRAK ...............................................................................................................v ABSTRACT ........................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN............................................................. ............ ...............xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1 B. Perumusan Masalah ............................................................................6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................6 D. Manfaat Penelitian ..............................................................................7 E. Keaslian Penelitian ..............................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri ..................................................................................................11 B. Aroma Terapi ....................................................................................22 C. Kerangka Teori..................................................................................28 D. Kerangka Konsep ..............................................................................29 E. Variabel Penelitian ............................................................................29 F. Hipotesis............................................................................................29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...............................................................................30 B. Populasi dan Sampel .........................................................................30



ix http://lib.unimus.ac.id



C. Definisi Operasional..........................................................................32 D. Tempat Penelitian..............................................................................33 E. Waktu Penelitian ...............................................................................33 F. Etika Penelitian .................................................................................33 G. Alat Pengumpul Data ........................................................................34 H. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................34 I. Analisa Data ......................................................................................36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...............................................38 B. Hasil Penelitian .................................................................................39 C. Pembahasan ......................................................................................43 D. Keterbatasan Peneltian ......................................................................51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................52 B. Saran .................................................................................................52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



x http://lib.unimus.ac.id



DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................................8 Tabel 3.1 Definisi Operasional.............................................................................32 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang .........................................39 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik



Responden



Berdasarkan



Pekerjaan di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang ......39 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang ..40 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Obstetri di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang .........40 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang .............................................................................................41 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang ........................41 Tabel 4.7 Distribusi Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang ........................................42 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang ........................42 Tabel 4.9 Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang .............................................................................43



xi http://lib.unimus.ac.id



DAFTAR BAGAN



Halaman Bagan 2.1 Skema Kerangka Teori Penelitian .......................................................28



xii http://lib.unimus.ac.id



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Skala Bourbonais ..............................................................................17 Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep Penelitian .................................................29 Gambar 3.1 Desain Penelitian ...............................................................................30



xiii http://lib.unimus.ac.id



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1



Jadwal Penelitian



Lampiran 2



Lembar Observasi



Lampiran 3



Permohonan menjadi Responden



Lampiran 4



Persetujuan menjadi Responden



Lampiran 5.



Surat Ijin Studi Pendahuluan



Lampiran 6



Surat Ijin Penelitian



Lampiran 7



Hasil Pengolahan Data



Lampiran 8



Dokumentasi Penelitian



xiv http://lib.unimus.ac.id



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Persalinan secara sectio caesarea dapat memungkinkan terjadinya komplikasi lebih tinggi daripada melahirkan secara pervaginam atau persalinan normal. Komplikasi yang bisa timbul pada ibu post sectio caesarea seperti nyeri pada daerah insisi, potensi terjadinya thrombosis, potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional, penurunan elastisitas otot, perut dan otot dasar panggul, perdarahan, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada ekstremitas bawah, dan gangguan laktasi (Rustam M, 2008). Proses operasi digunakan anestesi agar pasien tidak nyeri pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, akan merasakan nyeri di daerah sayatan yang membuat sangat terganggu (Walley, Simkin & Keppler 2008). Menurut Rustam (2008) nyeri yang dikeluhkan pasien post operasi Sectio Caesarea yang berlokasi pada daerah insisi, disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus. Rasa nyeri yang dirasakan post Sectio Caesarea akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada bayinya, karena rasa tidak nyaman dan peningkatan tingkat nyeri setelah operasi (Batubara dkk, 2008). Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri post sectio caesarea berupa penanganan farmakologi. Pengendalian nyeri secara farmakologi efektif untuk nyeri sedang dan berat. Namun demikian pemberian farmakologi tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien sendiri untuk mengontrol nyerinya (Koten, 1999 dalam Anggorowati dkk., 2007). Sehingga dibutuhkan kombinasi farmakologi untuk mengontrol nyeri dengan non farmakologi agar sensasi nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan tidak memanjang (Bobak, 2004).



http://lib.unimus.ac.id 1



2 Penatalaksanan manajemen nyeri non-farmakologi dilapangan belum sepenuhnya dilakukan perawat dalam mengatasi nyeri. Kebanyakan perawat melaksanakan program terapi hasil dari kolaborasi dengan dokter, diantaranya adalah pemberian analgesik yang memang mudah dan cepat dalam pelaksanaanya dibanding dengan penggunaan intervensi manajemen nyeri non-farmakologi (Wiknjosastro, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2012) menyatakan bahwa 86% perawat memilih pengobatan farmakologi dibandingkan non farmakologi. Alasan perawat memilih farmakologi yaitu 42% perawat beralasan karena lebih mudah dan praktis, 34% karena belum mengetahui dan terampil dengan metode non farmakologi, 13% karena efek samping non farmakologi, dan 11% karena alasan prosedural rumah sakit. Manajemen nyeri non-farmakologi jika dengan belum juga berkurang atau hilang maka barulah diberikan analgesik. Pemberian analgesik pun harus sesuai dengan yang diresepkan dokter, karena pemberian analgesik dalam jangka yang panjang dapat menyebabkan pasien mengalami ketergantungan. Efek ketergantungan terhadap obat analgesik dapat dikurangi dengan pengelolaan terapi non farmakologi seperti relaksasi, musik dan hipnosis (Liu, et al, 2010 & Sodikin, 2012). Nyeri sering muncul pada pasien setelah selesai mengalami pembedahan, bila penderita batuk, tarik nafas dalam atau gerakan tubuh yang berlebihan akan timbul nyeri yang hebat. Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi. Sekitar 60% pasien menderita nyeri yang hebat, 25% nyeri sedang dan 15% nyeri ringan. Saat ini mulai banyak digunakan terapi multimodal untuk penatalaksanaan nyeri pasca operasi. Tujuan dari terapi multimodal ini adalah meningkatkan efikasi / efektivitas obat anti nyeri dengan menekan efek samping seminimal mungkin. Salah satu terapi modalitas yang sedang banyak digunakan adalalah aroma terapi (Asrul, 2009) Penggunaan metode aroma terapi ini sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Sejak 5000 tahun yang lalu, bangsa Mesir telah menggunakan getah dan minyak dari tumbuhan yang ada di sekitar negeri itu untuk



http://lib.unimus.ac.id



3 perawatan tubuh, dupa pengharum ruangan maupun obat berbagai penyakit. Sementara orang-orang cina telah menggunakan rempah-rempah dan wewangian untuk meningkatkan kualitas kehidupannya, terutama yang berkaitan dengan perawatan tubuh dan penyembuhan beragam penyakit (Jaelani, 2009). Sebagian besar pasien seringkali menganggap penanganan nyeri dengan pemberian obat-obatan adalah satu-satunya pilihan yang terbaik. Namun



metode



non- farmakologis



jika



diterapkan



juga



sangat



membantu dalam menghilangkan rasa nyeri. Menurut Valnet (1990) dan Tisserand (1990) dalam Bobak (2004), salah satu metode non farmakologis yang dapat digunakan adalah dengan aroma terapi. Aroma terapi merupakan suatu terapi



menggunakan minyak



sari-sari



tumbuhan



yang dapat



memberikan efek relaksasi pada tubuh dan dapat memperbaiki atau menjaga kesehatan (Price, 2005). Aroma terapi sudah diperkenalkan di Inggris sejak tahun 1990 an, sebagai salah satu upaya perawatan di beberapa rumah sakit. Aromaterapi juga telah dilaksanakan pada rumah sakit Obstetrik Ginekologik di Melbourney Australia. Aromaterapi menjadi populer di Amerika Serikat setelah tahun 1980-an, sekarang banyak lotion, lilin, dan produk kecantikan yang dijual sebagai "aromaterapi". Bahkan



beberapa universitas telah



membuka kelas jurusan untuk aromaterapi, diantaranya ada University of Maryland Medical Center, Anglia Ruskin University, University of Greenwich, University of Bradford, dll (Sundari, 2011). Aroma terapi digunakan untuk relaksasi dan pengobatan . Pada perang dunia II minyak esensial untuk aroma terapi ini digunakan untuk pengobatan karena pada zaman itu sulit memperoleh antibiotika. Minyak esensial ketika itu digunakan secara internal, yaitu diminum atau dimasukkan ke organ tubuh. Di inggris, aroma terapi dengan menggunakan minyak esensial ini sudah digunakan di sebuah rumah bersalin, mulai dari untuk sterilisasi sampai membantu proses persalinan (Sunito, 2010). Seorang ahli pengobatan terkenal di India bernama Ayurveda, juga telah mencoba dengan menggunakan berbagai macam minyak esensial dalam



http://lib.unimus.ac.id



4 praktek pengobatannya. Hal ini diakui oleh Hippokrates, tokoh kedokteran dari yunani yang menyatakan bahwa mandi dan melakukan pemijatan dengan menggunakan bahan bahan wewangian (Minyak esensial) bisa menjadikan tubuh selalu segar dan tetap sehat . Pendapat senada juga dikemukakan pula oleh Theophrastus, bahwa kandungan zat aromatis yang terdapat dalam tanaman ternyata memeiliki respons yang baik terhadap kondisi pikiran, perasaan, dan kesehatan tubuh (Jaelani, 2009). Aroma terapi sendiri di Indonesia telah dikenal sejak lama, namun secara historis baru tercatat pada masa kejayaan kerajaan Mataram Islam. Catatan mengenai penggunaan aroma terapi tersebut terkumpul dalam bentuk resep-resep kecantikan dan wewangian alami bernama Serat Primbon Jampi Jawi.Buku itu merupakan bukti sejarah bahwa leluhur kita tidak semata-mata meperhatikan perihal ilmu kesehatan tubuh, melainkan tentang ilmu perawatan tubuh (Jaelani, 2009). Aromatherapi digunakan untuk menyembuhkan masalah pernafasan, rasa nyeri, gangguan pada saluran kencing, gangguan pada alat kelamin, dan juga masalah mental dan emosional. Hal ini terjadi karena aromatherapi mampu memberikan sensasi yang menenangkan diri dan otak, serta stress yang dirasakan (Laila, 2011). Bunga yang digunakan untuk aromatherapi adalah lavendula atau biasa disebut lavender. Lavender adalah tumbuhan berbunga dalam suku lamiaceae yang memiliki 25-30 spesies. Lavender berasal dari wilayah selatan laut tengah Afrika tropis dan ke timur sampai India. Saat ini lavender telah ditanam dan dikembangkan di seluruh dunia. Tanaman cantik dan berbunga kecil berwarna ungu ini memiliki khasiat yang sangat bermanfaat bagi manusia. Minyak aromaterapi lavender dikenal sebagai minyak penenang, efek sedative lavendula angustifolia terjadi karena adanya senyawa-senyawa coumarin dalam minyak tersebut (Ogan, 2005). Berbagai efek aroma lavender yaitu sebagai antiseptik, antimikroba, antivirus dan anti jamur, zat analgesik, anti radang, anti toksin, zat balancing, immunostimulan,



pembunuh



dan



pengusir



http://lib.unimus.ac.id



serangga,



mukolitik



dan



5 ekspektoran. Kelebihan minyak lavender dibanding minyak essensial lain adalah kandungan racunnya yang relatif sangat rendah, jarang menimbulkan alergi dan merupakan salah satu dari sedikit minyak essensial yang dapat digunakan langsung pada kulit (Frayusi, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Dasna (2014) menunjukkan bahwa terapi aroma bunga lavender (Lavandula Angustifolia) efektif menurunkan skala nyeri pada klien Infark Miokard di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru dengan nilai p value =0,001. Penelitian yang dilakukan oleh Frayusi, (2012) terapi wewangian bunga lavender (lavandul aangustifolia) dapat menurunkan skala nyeri lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat terapi wewangian bunga lavender (lavandula angustifolia). Studi pendahuluan yang dilakukan di RS Roemani Semarang tanggal 01 Oktober 2015 diperoleh data post operasi Sectio Caesarea pada tahun 2014 sebanyak 480 orang. Data post operasi Sectio Caesarea pada bulan Januari sampai bulan September 2015 sebanyak 362 orang dengan rata-rata 40 orang per bulan. Pasien dan perawat di RS Roemani Semarang lebih cenderung memandang obat sebagai metode untuk menghilangkan nyeri dibandingkan dengan pemberian aroma terapi. Hal ini dapat di lihat pada catatan asuhan keperawatan yang tidak menunjukkan penggunaan teknik relaksasi aroma terapi untuk menghilangkan nyeri. Meskipun metode tersebut bukan merupakan pengganti untuk obat-obatan, namun metode ini diperlukan untuk mempersingkat nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Hasil wawancara dengan 5 ibu bersalin, 3 diantaranya mengatakan bahwa ia merasa tidak nyaman dan bosan dengan konsumsi obat yang terus menerus. Ia juga mengatakan bahwa jika tidak mengkonsumsi obat ia merasa takut, cemas dan khawatir luka insisi tidak lekas sembuh. Dilema yang ini terjadi pada ibu bersalin ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut apakah ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang.



http://lib.unimus.ac.id



6 B. Rumusan Masalah Pasien post Sectio Caesarea berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, akan mengalami nyeri pada luka pembedahan. Salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasinya adalah dengan melakukan pemberian teknik relaksasi aroma terapi, namun masih banyak perawat yang tidak menggunakan teknik relaksasi aroma terapi, lebih memilih obat-obatan untuk mengurangi nyeri. Salah satu aromaterapi yang paling digemari adalah lavender. Oleh karena itu rumusan penelitian adalah “Adakah Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang”.



C. Tujuan Penelitian



1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh



pemberian aromaterapi lavender terhadap



intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui intensitas nyeri pasien post Sectio Caesarea sebelum diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. b. Mengetahui intensitas nyeri pasien



post Sectio Caesarea



sesudah



diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. c. Mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang.



http://lib.unimus.ac.id



7 D. Manfaat Penelitian 1.



Manfaat bagi profesi keperawatan a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien



post Sectio



Caesarea dengan nyeri. b. Memberi pedoman asuhan keperawatan tentang pemberian teknik relaksasi aroma terapi lavender untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien post Sectio Caesarea. c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang keperawatan khususnya penanganan nyeri pada pasien post Sectio Caesarea. 2.



Manfaat bagi intitusi Rumah Sakit Menjadi rekomendasi bagi institusi dalam memberikan pedoman asuhan keperawatan tentang pemberian aroma terapi pada pasien post Sectio Caesarea yang mengalami nyeri.



3.



Manfaat bagi masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perawatan nyeri pada umumnya dan pasien post operasi pada khususnya.



4.



Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan Menambah referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang pemberian aroma terapi untuk tingkat nyeri pasien post operasi.



5. Manfaat bagi peneliti Dapat dipergunakan sebagai sumber pengetahuan peneliti mengenai manfaat aromaterapi (aroma lavender) terhadap perubahan tingkat nyeri pada pasien post sectio caesaria.



http://lib.unimus.ac.id



8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian



No. 1



Nama peneliti dan tahun Frayusi, A, (2012)



Judul penelitian



Desain penelitian



Pengaruh Pemberian Terapi Wewangian Bunga Lavender (lavandula Angustifolia) Secara Oles Terhadap Skala Nyeri Pada Klien Infark Miokardium di CVCU RSUP Dr M Djamil Padang



Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian Quasi Experimental dengan pendekatan Pre and post test only non equivalent control group



Populasi dan sampel penelitian Sampel yang digunakan sebanyak 30 orang responden, yakni 15 responden kelompok eksperimen dan 15 responden kelompok control. Sampel adalah klien menderita infark miokardium di CVCU RSUP Dr M Djamil Padang



http://lib.unimus.ac.id



Hasil penelitian 1. Terdapat penurunan skala nyeri pada klien infark miokardium di RSUP Dr M Djamil Padang pada kelompok responden tanpa pemberian terapi wewangian 2. Terdapat penurunan skala nyeri pada klien infark miokardium di RSUP Dr M Djamil Padang pada kelompok responden dengan pemberian terapi wewangian 3. Terapi wewangian bunga lavender (lavandul aangustifolia) dapat menurunkan skala Nyeri lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat terapi wewangian bunga lavender (lavandula angustifolia



9



No. 2



3



Nama Judul peneliti penelitian dan tahun Pratiwi, R Penurunan (2012) Intensitas Nyeri Akibat Luka Post Sectio Caesarea Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan Menggunakan Aromaterapi Lavender di Rumah Sakit Al Islam Bandung



Wijayanti, Pengaruh L, (2012) Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri pada ibu Primigravida post sectio caesarea hari I-II di ruang Flamboyan Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar



Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian One Group Pre-test Post-test:



Desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan one group pra-testposttest design



Populasi dan sampel penelitian Populasi pada penelitian ini adalah ibu post sectio caesarea di ruang nifas Rumah Sakit Al Islam. Sampel penelitian ini berjumlah 30 ibu post sectio caesarea hari pertama yang diambil dengan teknik purposive sampling.



Populasi penelitian ini ada 27 ibu Primigravida post sectio caesarea Pengambian sampel penelitian ini menggunaan teknik nonprobability dengan consecutive sampling



http://lib.unimus.ac.id



Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan intensitas skala nyeri sebelum dilakukan intervensi adalah 6.6 dimana nilai tersebut masuk dalam kategori nyeri berat tertahankan. Sedangkan sesudah dilakukan adalah 3.6 dimana nilai tersebut masuk dalam kategori sedang.. Ada perbedaan yang signifikan dari intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan latihan teknik relaksasi pernapasan menggunakan aromaterapi lavender dengan p value = 0.000 taraf signifikan < 0.05. Ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida post sectio caesarea hari I-II di ruang Flamboyan Rumah Sakit Mardi Waluyo Blita dengan P value =0,00



10 Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Frayusi, A, (2012) pemberian terapi secara oles pada klien Infark Miokardium, penelitian Pratiwi (2012) disertai dengan latihan teknik relaksasi pernapasan. Penelitian Wijayanti (2012) sampel pada ibu primigravida dan diambil dengan teknik consecutive sampling. Penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti pada tahun 2016 saat ini dengan judul “Pengaruh



Pemberian Aromaterapi



Lavender Terhadap



Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang” dengan menggunakan desain penelitian Quasieksperimen dengan menggunakan bentuk rancangan Pra - pasca test dalam satu kelompok (one – grup pre test – post test design). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan post operasi sectio caesarea yang dirawat diruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling.



http://lib.unimus.ac.id



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Nyeri 1. Pengertian Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenagkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakanya. Akibatnya rasa nyeri itu subyektif sehingga keluhan dari klien merupakan penilaian yang paling berarti. (Smeltzer & Bare, 2007). Nyeri



didefinisikan



sebagai



suatu



sensori



subyektif



dan



pengalaman emosional yang tidak menyenagkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan (Potter & Patricia, 2005). Nyeri adalah kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau tingkatanya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Alimul, 2009). 2. Klasifikasi nyeri Nyeri diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu : a.



Klasifikasi nyeri berdasarkan etiologi 1) Nyeri Psikogenik Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. 2) Nyeri neurologis Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.



http://lib.unimus.ac.id 11



12



3) Nyeri inflamasi Nyeri inflamasi adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ visceral. 4) Nyeri phantom Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstrimitas diamputasi (Alimul, 2009). b. Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi 1) Nyeri akut Nyeri akut biasanya awitanya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera spesifik. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6bulan dan biasanya kurang dari 1 bulan. Untuk tujuan devinisi nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga 6 bulan. 2) Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih, meskipun 6 bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan nyeri kronik (Smeltzer & Bare, 2007). c. Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi 1) Nyeri superfisial atau kutaneus Nyeri yang diakibatkan dari stimulasi kulit. Nyeri ini berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam. 2) Nyeri visceral dalam . Nyeri yang di akibatkan oleh stimulasi organ-organ internal. Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih lama dari pada nyeri superfisial.



http://lib.unimus.ac.id



13



3) Nyeri alih (referrend) Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri visena karena banyak organ yang tidak memiliki reseptor nyeri. Nyeri terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik. 4) Radiasi Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cidera ke bagian tubuh yang lain. Nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau konstan (Price & Sylvia, 2005). 3. Fisiologi nyeri Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memmiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visceral, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam yang dilepaskan apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenas. Stimulasi yang lain dapt berupa termal, listrik atau mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditrasmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lambat (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan keserabut C. Serabutserabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan



http://lib.unimus.ac.id



14



bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spinoreticular tract (STT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses trasmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan resptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ketanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmiter dalam impulsnsupresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Barbara C, Long, 1989 dalam Alimul, 2009). 4. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain : a. Pengalaman masa lalu Individu yang mempunyai pengalaman multipel dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. b. Ansietas Ansitas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan . Namun ansietas yang relevan, atau berhubungan dengan nyeri dapat dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksikan pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. c. Budaya Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri. Namun, budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri.



http://lib.unimus.ac.id



15



d. Usia Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak di ketahui secara luas. Pengkajian nyeri pada lansia mungkin sulit karena perubahan fisiologis dan psikologis yang menyertai proses penuaan. Cara lansia berespon terhadap nyeri dapat berbeda dengan orang yang berusia lebih muda. Penilaian tentang nyeri dan keadekuatan pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien dan pereda ketimbang didasarkan pada usia. Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. e. Efek plasebo Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap pengobatan atau tindakan tersebut akan memberikan hasil. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah memberikan efek positif (Smeltzer & Bare, 2007). 5. Penilaian klinis nyeri a. Pengkajian nyeri 1) Deskripsi verbal tentang nyeri Individu merupakan penilai yang terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta menggambarkan dan membuat tingkatnya. Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individu dalam beberapa cara sebagai berikut: a) Intensitas nyeri Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal (misalnya : tidak nyeri, sedikit nyeri , nyeri hebat, atau sangat hebat). b) Karakteristik nyeri Termasuk letak nyeri (untuk area dimana nyeri pada berbagai organ), durasi (menit, jam, hari ,bulan ,dan sebgainya), irama (misalnya: terus menerus ,hilang timbul, periode bertambah, dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri ) dan kualitas



http://lib.unimus.ac.id



16



(misalnya: nyeri seperti di tusuk , terbakar, sakit, nyeri seperti digencet). c) Faktor -faktor yang meredakan nyeri Misalnya: gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dan sebagainya) dan apa yang di percaya klien dapat membantu mengatasi nyerinya. d) Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari (misalnya: tidur, nafsu makan, konsentrasi interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan aktivitas-aktivitas santai) e) Kekawatiran individu tentang nyeri Meliputi berbagai masalah yang luas, seperti beban ekonomi, proknosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri (Smeltzer & Bare, 2007). 2) Skala nyeri Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri (Potter & Perry, 2005) Skala Bourbonais Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0 - 10, dengan kriteria sebagai berikut : (a) Skala 0 untuk tidak nyeri. (b) Skala 1-3 untuk nyeri ringan Tanda-tanda TTV dalam batas normal, dilatasi pupil tidak ada, keadaan tubuh rileks, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan



baik,



tindakan



manual



dapat



dirasakan



sangat



membantu. Sedang menurut Kozier, intensitas nyeri yang dirasakan pada skala ini adalah kaku, tersetrum listrik dan meras nyut-nyutan. (c) Skala 4-6 untuk nyeri sedang Terdapat



peningkatan



tekanan



darah,



peningkatan



nadi,



takipneu, dilatasi pupil kecil, tubuh gemetar, merasa mual dan wajah pucat. Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukan



lokasi



nyeri



http://lib.unimus.ac.id



dengan



tepat



dan



dapat



17



mendeskripsikanya. Klien juga dapat mengikuti perintah dengan baik dan responsif terhadap tindakan manual. Menurut Kozier, pada skala ini nyeri yang



dirasakan klien adalah seperti



terbakar, tertusuk-tusuk, tertekan, tergesek dan kram. (d) Skala 7-9 untuk nyeri berat terkontrol Tekanan darah dan nadi mengalami penurunan, respiratory rate (RR) irregular, dilatasi pupil besar (++), merasa mual dan muntah, wajah pucat dan keluar keringat dingin. Menurut Kozier, pada skala ini pasien merasa sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh pasien dengan melakukan aktifitas yang biasa dilakukan. (e) Skala 10 untuk nyeri berat tak terkontrol Kaku / kejang sampai syok. Secara objektif pasien sudah tidak mapu berkomunikasi dengan baik, berteriak, histeris, tidak dapat mengikuti perintah, selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan, menarik-narik apa saja yang tergapai, memukul-mukul benda disekitarnya, tidak responsive terhadap tindakan, dan tidak dapat menunjukan lokasi nyeri. Hal ini senada diungkapkan oleh Kozier, dimana pada skalaini klien merasa sangat nyeri dan tidak terkontrol. Gambar 2.1 Skala Bourbonais 0



1



2



3



4



5



6



Tidak



Nyeri



Nyeri



nyeri



ringan



sedang



7



8



9



Nyeri berat



10 Nyeri berat



terkontrol tak terkontrol



6. Nyeri Post Sectio Caesarea Pada Proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak merasakan nyeri pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar dan efek anastesi habis bereaksi, pasien akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Pada operasi Sectio Caesaria ada 7 lapisan perut yang harus disayat. Sementara saat proses penutupan



http://lib.unimus.ac.id



18



luka, 7 lapisan tersebut dijahit satu demi satu menggunakan beberapa macam benang jahit. Rasa nyeri didaerah sayatan yang membuat terganggu dan pasien merasa tidak nyaman (Walley, 2008). Nyeri post operasi akan meningkatkan stress post operasi dan memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat penting dilakukan sesudah pembedahan. Nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus digunakan untuk memastikan bahwa nyeri pasien post operasi dapat dibebaskan. (Potter dan Perry, 2006) a. Fisiologi Nyeri Post Sectio Caesarea Antara stimulasi cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri: transduksi, trasmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsang yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Trasmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat trasduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis



dan



jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan aktifitas saraf melelui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat memegaruhi trasmisi nyeri setinggi medulla spinalis . Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer.Akhirnya, persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas trasmisi nyeri oleh saraf (Price & Wilson, 2006). Nyeri post operasi atau nyeri pasca operasi akan menetap selagi luka dalam masa penyembuhan. Keadaan ini ditandai oleh nyeri yang berlebihan (hiperalgesia) bila daerah luka terkena rangsang yang biasanya hanya menyebabkan nyeri yang ringgan, dan rangsang tak berbahaya seperti rangsang raba dapat menyebabkan rasa nyeri (alodinia). Bila serat saraf ke daerah tersebut rusak, nyeri yang



http://lib.unimus.ac.id



19



dirasakan dapat menetap dan menjadi lebih hebat meskipun luka telah sembuh (nyeri neuropatik). Dalam percobaan, nyeri neuropatik dapat ditimbulkan dengan merusak sarat saraf. Secara klinis, nyeri ini tidak dapat diatasi dengan pemberian analgesik dan merupakan keadaan yang sulit diobati (Ganong, 2010). Terdapat peningkatan kepekaan reseptor nyeri perifer pada nyeri post operasi dan neuropatik akibat pelepasan zat yang meningkatkan kepekaan. Selain itu, terdapat peningkatan penghantaran dihubungkan dengan sinaps antara neuro ordo pertama dan neuro ordo kedua di kornus dorsalis. Beberapa mekanisme mungkin berperan dalam peningkatan ini. Salah satunya mungkin melaluai peningkatan aktivitas presinaps reseptor NMDA pada ujung aferen primer yang disertai oleh peningkatan pelepasan substansi P. mekanisme lain mungkian melalui gene



switch



yang



mengakibatkan



subpopulasi



serat



A



beta



mekanoreseptor mulai menghasilkan substansi P (Ganong, 2010). 7. Cara mengatasi nyeri post sectio caesarea Pentalaksanaan non farmakologi nyeri dari pasien post sectio caesaria menurut Cuningham (2006) adalah : a. Tanda-tanda vital Setelah dipindahkan ke ruang rawat, maka tanda-tanda vital pasien harus di evaluasi setiap 4 jam sekali. Jumlah urin dan jumlah darah yang hilang serta keadaan fundus uteri harus diperiksa, adanya abnormalitas harus dilaporkan.Selain itu suhu juga perlu diukur. b. Terapi cairan dan diet Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan, termasuk Ringer Laktat, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya. Meskipun demikian, jika output urin di bawah 30 ml perjam, pasien harus dievaluasi kembali. Bila tidak ada manipulasi intra abdomen yang ekstensif atau sepsis, pasien seharusnya sudah dapat menerima cairan per oral satu hati setelah pembedahan.Jika tidak,



http://lib.unimus.ac.id



20



pemberian infus boleh diteruskan.Paling lambat pada hari kedua setelah operasi, sebagian besar pasien sudah dapat menerima makanan biasa. c. Vesika urinaria dan usus Kateter sudah dapat dilepas dari vesika urinaria setelah 12 sampai 24 jam post operasi. Kemampuan mengosongkan urinaria harus dipantau sebelum terjadi distensi. Gejala kembung dan nyeri akibat inkoordinasi gerak usus dapat menjadi gangguan pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi. Pemberian supositoria rectal akan diikuti dengan defekasi atau jika gagal, pemberian enema dapat meringankan keluhan pasien. d. Ambulasi Pada hari pertama post operasi, pasien dengan bantuan perawat dapat bangun dari tempat tidur sebentar sekurang-kurangnya sebanyak 2 kali. Ambulasi dapat ditentukan waktunya sedemikian rupa sehingga preparat analgesik yang baru saja diberikan akan mengurangi rasa nyeri. Pada hari kedua, pasien dapat berjalan ke kamar mandi dengan pertolongan.Dengan ambulasi dini, trombosit vena dan emboli pulmoner jarang terjadi. e. Perawatan luka Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang relative ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan. Secara normal jahitan kulit diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.Paling lambat pada hari ke tiga post partum, pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi. f. Laboratorium Secara rutin hematokrit diukur pada pagi hari setelah operasi, hematokrit harus segera dicek kembali bila terdapat kehilangan darah atau bila terdapat oliguri atau keadaan lain yang menunjukan hipovolemia. Jika hematokrit stabil, pasien dapat melakukan ambulasi tanpa kesulitan apapun dan kemungkinan kecil jika terjadi kehilangan darah lebih lanjut.



http://lib.unimus.ac.id



21



Pentalaksanaan non farmakologi nyeri juga dapat dilakukan dengan : a. Stimulasi dan Masase kutaneus Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. b. Terapi es dan panas Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang efektif pada beberapa keadaan; namun begitu, keefektifannya dan mekanisme kerjanya memerlukan studi lebih lanjut. c. Stimulasi Saraf Elektris Traskutan Stimulasi saraf traskutan (TENS) mengunakan unit yang di kerjakan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, gemetar atau mendengung pada area nyeri. d. Distraksi Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada suatu selain pada nyeri, dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainya. e. Imajinasi terbimbing Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. f. Hipnotis Hipnotis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. g. Teknik Relaksasi Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan



otot,



rasa



jenuh,



kecemasan



sehingga



mencegah



menghebatnya stimulus nyeri. Teknik relaksasi yang yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan mata dan bernafas dengan perlahan dan nyaman.



http://lib.unimus.ac.id



22



Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”) dan ekshalasi (hembuskan, dua, tiga). Pada saat perawat mengajarkan teknik ini, akan sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Nafas yang lambat, berirama juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi (Smeltzer & Bare, 2007). Aromaterapi lavender termasuk dalam teknik relaksasi dalam mengatasi nyeri. B. Aroma Terapi 1. Pengertian Aroma terapi berasal dari kata aroma yang berarti harum dan wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan. Sehingga aroma terapi dapat diartikan sebagai : “suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial ( essential oil )” (Jaelani, 2009). Aroma terapi adalah istilah modern untuk praktik yang sudah dilakukan ribuan tahun yang lalu, yang merupakan penatalaksanaan perawatan dan pengobatan menggunakan minyak esensial (Sunito, 2010). Aroma terapi adalah adalah praktek penyembuhan menggunakan baubauan murni sebagai penyembuhan alami (Datusanantyo & Robertus, 2009).



Aroma



terapi



adalah



sebuah



disiplin



menyeluruh



yang



menggunakan minyak esensial yang secara alami diekstrak dari tumbuhtumbuhan karena efek terapetiknya (Danusanantyo & Robertus, 2009). Aroma terapi adalah pengobatan menyeluruh yang dianggap sebagai teknik perawatan tubuh dengan menggunkan minyak esensial yang diekstraksi dari tanaman (Akoso & Galuh, 2009). Minyak esensial adalah minyak yang berasal dari saripati tumbuhan aromatis yang biasa disebut minyak atsiri. Minyak atsiri ini merupakan hormon atau life force tumbuhan, yang biasa didapat dengan cara ekstraksi. Minyak esensial itu berefek sebagai antibakteri dan antivirus, juga merangsang kekebalan tubuh untuk melawan infeksi



http://lib.unimus.ac.id



23



tersebut. Minyak esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil penyulingan dari bunga, buah, semak-semak, dan pohon (Sunito, 2010). Aroma berpengaruh langsung terhadap otak manusia, seperti halnya narkotika.Hidung memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 aroma yang berbeda yang mempengaruhi dan itu terjadi tanpa disadari. Aroma tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood, emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombanggelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan yang rileks (Maifrisco, 2008). Aromaterapi mempunyai efek yang positif karena diketahui bahwa aroma yang segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat terhadap emosi. Aroma ditangkap oleh reseptor di hidung yang kemudian memberikan informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori maupun memberikan informasi juga ke hipotalamus yang merupakan pengatur system internal tubuh, termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi terhadap stress (Shinobi, 2008). 2. Manfaat Aroma terapi Manfaat Aroma terapi menurut Shinobi (2008) adalah : a. Aroma terapi merupakan salah satu metoda perawatan yang tepat dan efisien dalam menjaga tubuh tetap sehat. b. Aroma terapi banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya untuk membantu penyembuhan beragam penyakit, meskipun lebih ditujukan sebagai terapi pendukung (support therapy) c. Aroma terapi membantu meningkatakn stamina dan gairah seseorang, walapun sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah dan semangat hidup d. Aroma terapi dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran dan rohani (soothing the physical, mind and spiritual)



http://lib.unimus.ac.id



24



e. Aroma terapi mampu menghadirkan rasa percaya diri, sikap yang berwibawa, jiwa pemberani, sifat familiar, perasaan gembira, damai, juga suasana romantis. f. Aroma terapi merupakan bahan antiseptik dan antibakteri alami yang dapat menjadikan makanan ataupun jasad renik menjadi lebih awet. 3. Efek Medis Minyak Esensial dan fisiologi Minyak esensial Minyak esensial memiliki peran amat penting bagi perkembangan kesehatan saat ini, yaitu sebagai sumber obat-obatan alami yang aman dan murah, melalui metode aroma terapi. Hal ini cukup beralasan, karena pada minyak esensial terdapat kandungan kimia bahan aktif yang memiliki khasiat dan efek yang cepat dalam membantu penyembuhan penyakit. Bahan-bahan aktif dalam minyak esensial ini juga merupakan sediaan kosmetika yang efektif dan praktis. Adapun efektivitas kimia bahan aktif minyak esensial tersebut dapat dijelaskan melalui mekanisme menurut Sunito (2010) sebagai berikut : a. Butiran Molekulnya sangat kecil dengan mudah dapat diserap melalui aliran darah hingga pembuluh kapiler darah di seluruh jaringan tubuh. Zat-zat aktif yang terdapat dalam minyak esensial ini kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, sehingga akan lebih mudah mencapai sasaran lokasi yang akan diobati (target site). b. Minyak esensial juga memiliki sifat mudah larut dalam lemak, sehingga dengan mudah terserap ke dalam lapisan kulit dan lapisan kulit yang ada di bawahnya (subkutan) bila dioleskan atau digosokkan. c. Minyak esensial mampu meredakan ketegangan pada otot-otot yang sedang yang sedang mengalami kelelahan akibat aktivitas yang berlebihan. d. Efek dari zat aktifnya dapat mempengaruhi lapisan dinding usus secara langsung, selaput lendir, dan otot-otot pada dinding usus di sekitarnya bila dikonsumsi secara internal melalui oral.



http://lib.unimus.ac.id



25



e. Minyak esensial juga mampu mempengaruhi impuls dan refleks saraf yang diterima oleh ujung-ujung reseptor saraf pada lapisan terluar dari kulit, dibawah lapisan epidermis. Selain itu, minyak ini dapat mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak melalui sistem saraf yang berhubungan dengan indera penciuman. Respons ini akan dapat merangsang peningkatan produksi masa penghantar saraf otak (neurotransmitter), yaitu yang berkaitan dengan pemulihan kondisi psikis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dan keinginan). f. Efek medis minyak esensial juga mampu mempengaruhi kelenjar getah bening. Dalam hal ini, efektifitas zat-zat aktifnya dapat membantu produksi prostaglandin yang berperan penting dalam meregulasi tekanan darah, pengendalian rasa sakit, serta keseimbangan hormonal. g. Minyak esensial juga ikut membantu kinerja enzim, antara lain, enzim pencernaan yang berperan dalam menstimulasi nafsu makan; asam hidrokhlorik, pepsin, musin dan substansi lain yang ada di lambung. 4. Sifat-sifat yang terkandung dalam minyak esensial Sifat-sifat yang terkandung dalam minyak esensial lavender yaitu sebagai antiseptik, antidepresan, meringankan stres dan sulit tidur, mengatasi gigitan serangga (Sunito, 2010). 5. Bentuk-bentuk aroma terapi Bentuk aroma terapi yang banyak ditemukan adalah aroma terapi berbentuk lilin dan dupa (incense stick dan incense cone). Adapula yang berbentuk minyak esensial tapi umumnya tidak murni, hanya beberapa persen saja menurut Sunito (2010) sebagai berikut : a. Dupa Dibuat dari bubuk akar yang dicampur minyak esensial III cara penggunaanya adalah dengan cara dibakar. b. Lilin Biasanya lilin aroma terapi wanginya itu-itu saja, misalnya sandalwood dan lavender . Sebab, sejumlah minyak esensial tertentu membuat lilin sulit membeku. Bahan baku lilin itu kemudian dicampur dengan



http://lib.unimus.ac.id



26



beberapa tetes minyak esensial grade III. Kualitas lilin di pasaran berbeda-beda. Cara sederhana untuk mengetahuinya adalah mencoba membakarnya lebih dahulu, lilin yang bagus tak mudah meleleh dan asapnya tidak hitam. c. Minyak Esensial Minyak esensial adalah konsentrat yang umumnya merupakan hasil penyulingan dari bunga, buah, semak-semak, dan pohon (Sunito, 2010). 6. Cara menggunakan minyak esensial Cara menggunakan minyak esensial menurut Jaelani (2009) : a. Kompres Kompres adalah salah satu upaya dalam mengatasi kondisi fisik dengan cara memanipulasi suhu tubuh atau dengan memblokir efek rasa sakit . Caranya adalah dengan menambahkan 3-6 tetes minyak esensial pada setengah liter air. Masukan handuk kecil pada air tersebut dan peras. Lalu, letakkan handuk tersebut pada wilayah yang diinginkan. Bisa juga untuk mengompres wajah dengan menambahkan 2 tetes minyak esensial pada satu mangkuk air hangat. Masukan kain atau handuk kecil pada air atau larutan dan peras. Letakan pada wajah selama beberapa menit. Ulangi cara tersebut selama tiga kali. b. Pemijatan / Massage Pemijatan / massage termasuk salah satu cara terapi yang sudah berumur tua. Meskipun metode ini tergolong sederhana, namun cara terapi



ini



masih



sering



digunakan.



Caranya



adalah



dengan



menggunakan 7-10 tetes minyak esensial yang sejenis dalam 10-14 tetes minyak dasar, atau tiga kali dari dosis tersebut bila menggunakan tiga macam minyak esensial. Cara pemijatan ini dapat dilakukan dengan suatu gerakan khusus melalui petrissage (mengeluti, meremas, mengerol dan mencubit); effleurage (usapan dan belaian) friction (gerakan menekan dengan cara memutar-mutarkan telapak tangan atau jari).



http://lib.unimus.ac.id



27



c. Steaming Streaming merupakan salah satu cara alami untuk mendapatkan uap aromatis melalui penguapan air panas. Dalam terapi ini, setidaknya digunakan 3-5 tetes minyak esensial dalm 250 ml air panas. Tutuplah kepala dan mangkok dengan handuk, sambil muka ditundukkan selama 10-15 menit hingga uap panas mengenai muka. d. Hirup atau Inhalasi Adapun maksud dari terapi ini adalah untuk menyalurkan khasiat zat-zat yang dihasilkan oleh minyak esensial secara langsung atau melalui alat bantu aroma terapi. Seperti tabung inhaler dan spray, anglo, lilin, kapas, tisu ataupun pemanas elektrik. Zat-zat yang dihasilkan dapat berupa gas, tetes-tetes uap yang halus, asap, serta uap sublimasi yang akan terhirup lewat hidung dan tertelan lewat mulut. Caranya adalah teteskan satu tetes minyak esensial pada tisu, kapas atau sapu tangan. Hirup selama menit 15-30 menit.



http://lib.unimus.ac.id



28



C. Kerangka Teori Kerangka teori penelitian pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea sebagai berikut :



Intensitas nyeri a. Tidak nyeri b. Nyeri ringan c. Nyeri sedang d. Nyeri berat terkontrol e. Nyeri berat tak terkontrol



Nyeri post sectio caesarea



Penatalaksanaan nyeri non farmakologi Tanda-tanda vital Terapi cairan dan diet Vesika urinaria dan usus Ambulasi Perawatan luka Laboratorium Pentalaksanaan non farmakologi yang lain: a. Stimulasi dan Masase kutaneus b. Terapi es dan panas c. Stimulasi Saraf Elektris Traskutan d. Distraksi e. Imajinasi terbimbing f. Hipnotis g. Teknik Relaksasi h. Aromaterapi lavender



a. b. c. d. e. f.



Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri : a. Pengalaman masa lalu b. Ansietas c. Budaya d. Usia e. Efek placebo



Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber :



Modifikasi teori menurut Smeltzer & Bare, ( 2007), Potter & Perry, (2005) dan Cunningham (2006)



http://lib.unimus.ac.id



29



D. Kerangka Konsep



Variabel independen (bebas)



Variabel dependen (terikat)



Pemberian Aromaterapi lavender



Intensitas Nyeri Pada Pasien Post sectio caesarea



Gambar 2.2. Skema Kerangka Konsep Penelitian



E. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen (Variabel Bebas) Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2008) Variabel Independen dalam penelitian ini adalah tindakan pemberian aromaterapi lavender. 2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008). Variabel dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea.



F. Hipotesis Penelitian Ha : Terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang



http://lib.unimus.ac.id



BAB III METODE PENELITIAN



A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Alimul, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-eksperimen dengan menggunakan bentuk rancangan Pra - pasca test dalam satu kelompok (one – grup pre test – post test design). Ciri dari tipe ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Gambar 3.1 Desain Penelitian



Pretest Kelompok Eksperimen



Perlakuan



Postest



X



02



01



Keterangan: (01)



: Pengukuran pertama (Pretest)



X



: Tindakan dengan pemberian aromaterapi lavender



(02)



: Pengukuran kedua (Posttest)



B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi



merupakan



seluruh



subyek



atau



obyek



dengan



karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post Sectio Caesarea yang di rawat di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang sebanyak 48 responden.



http://lib.unimus.ac.id 30



31



2. Sampel Sampel adalah



bagian dari populasi dari karakteristik yang



dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan post Sectio Caesarea yang dirawat diruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal 22 Januari-07 Maret 2016 dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian terdapat 13 responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan sampel sebanyak 35 responden. 3. Kriteria inklusi dan eksklusi a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Tingkat kesadaran komposmentis, dan mampu berkomunikasi verbal. 2) Bersedia menjadi responden dan berada di tempat saat penelitian dilakukan. 3) Pasien post Sectio Caesarea yang masih mengalami nyeri 6 jam setelah anastesi. 4) Pasien yang kooperatif dan tidak shock neurogenik.



http://lib.unimus.ac.id



32



b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak



memenuhi kriteria inklusi dari studi karena



berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini : 1. Pasien post



Sectio



Caesarea



yang tidak dapat dilakukan



pengambilan data karena gangguan jiwa 2. Pasien post Sectio Caesarea yang menolak diberikan aromaterapi lavender karena alergi. C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi Operasional Independen : Tindakan Pemberian memberikan aromaterapi aroma wewngian lavender lavender Dependen : -Nyeri post Sectio Nyeri post Caesarea adalah Sectio nyeri akut yang Caesarea berhubungan dengan kerusakan jaringan setelah operasi Sectio Caesarea, nyeri akibat involusio uteri Variabel



Alat Ukur



Hasil Ukur



Skala



Anglo, lilin, aroma lavender, air



-



-



Lembar observasi skala nyeri pasien post Sectio Caesarea



Sebelum dilakukan pemberian aroma terapi lavender : 0 = tidak nyeri 1-3 = Nyeri ringan 4-6 = Nyeri sedang 7-9 = Nyeri berat terkontrol 10 = Nyeri berat tak terkontrol



Lembar observasi skala nyeri pasien post Sectio Caesarea



Setelah dilakukan Rasio pemberian aroma terapi lavender selama 15-30 menit: 0 = tidak nyeri 1-3 = nyeri ringan 4-6 = nyeri sedang 7-9 = nyeri berat terkontrol 10 = nyeri berat tak terkontrol



http://lib.unimus.ac.id



Rasio



33



D. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Ruang Ayyub 1 rumah sakit Roemani Semarang.



E. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Januari–07 Maret 2016.



F. Etika Penelitian Peneliti dalam melakukan penelitian perlu mendapatkan rekomendasi dari institusi lembaga tempat penelitian yaitu Rumah Sakit Roemani Semarang, kemudian setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memperhatian etika penelitian. Etika penelitian menurut Alimul (2007) meliputi : 1. Informed Consent Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuanya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien. 2. Anonymity ( Tanpa Nama ) Peneliti tidak mencantumkan nama responden untuk menjaga kerahasiaan, tetapi lembar tersebut diberikan kode, yakni dengan mencantumkan angka sesuai dengan banyaknya responden. 3. Confidentiality ( kerahasiaan ) Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.



http://lib.unimus.ac.id



34



G. Alat Pengumpul Data 1. Alat Pengumpul Data Penelitian



ini



menggunakan



metode



observasi



sistematis



dalam



pengumpulan data, dengan menggunakan instrumen dalam bentuk lembar observasi skala intensitas nyeri, aroma lavender, alat pengharum (anglo pemanas), lilin, korek api, aroma lavender dan air. 2. Uji Instrumen Pada penelitian ini tidak dilakukan uji instrumen karena instrumen dalam penelitian ini sudah baku.



H. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin untuk melakukan penelitian kepada Universitas Muhammadiyah Semarang. 2. Setelah mendapatkan surat permohonan ijin untuk melakukan penelitian dari Univeritas Muhammadiyah Semarang, peneliti kembali mengajukan ijin ke Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang. 3. Surat disposisi dari Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang kemudian diajukan BAPPEDA (Badang Perencanaan Pembangunan Daerah), kemudian dari BAPPEDA memberi rekomendasi untuk ditujukan ke Rumah Sakit Roemani Semarang. 4. Setelah mendapatkan ijin dari Direktur Rumah Sakit Roemani Semarang selanjutnya peneliti mendatangi Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang untuk mengadakan pendekatan kepada calon responden. 5. Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden ibu post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian agar proses pengambilan data dapat dilakukan dengan baik. 6. Peneliti meminta responden untuk mengisi lembar persetujuan menjadi responden bila yang bersangkutan setuju menjadi responden.



http://lib.unimus.ac.id



35



7. Peneliti meminta responden untuk menginterpretasikan tingkat nyeri yang dirasakan responden pada lembar observasi skala nyeri yang diberikan peneliti. Sesuai skala bourbonais menurut kategorinya yaitu: tidak nyeri (0), nyeri ringan (1-3), nyeri sedang (4-6), nyeri berat terkontrol (7-9), nyeri berat tak terkontrol (10) (Potter & Perry, 2005). 8. Peneliti menjelaskan dan mendemonstrasikan pemberian aroma terapi lavender untuk mengurangi nyeri . Dengan cara : 1) Persiapan alat: a) Minyak esensial lavender b) Alat pengharum (anglo pemanas) c) Lilin d) Korek api e) Air 10 cc 2) Beritahu responden tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan. 3) Ciptakan lingkungan yang tenang. 4) Usahakan agar responden tetap rileks dan tenang. 5) Atur posisi responden semi fowler, berbaring di tempat tidur dengan punggung dan bahu tersangga baik dengan bantal. 6) Tuang air sebanyak 10 cc kemudian teteskan minyak aroma terapi pada alat pengharum sebanyak 5 tetes menggunakan pipet ukuran 1 ml diatas tempat anglo. 7) Nyalakan lilin dibawah anglo dengan suhu 60 °C sampai aroma terapi tercium baunya dan menyebar ke seluruh ruangan dan dekatkan alat disamping pasien. 8) Anjurkan pasien menghirup armaterapi selama 15-30 menit. 9) Anjurkan bernafas beberapa kali dengan irama normal. 10) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks. 11) Usahakan agar responden tetap konsentrasi dan pusatkan pada daerah yang nyeri.



http://lib.unimus.ac.id



36



12) Peneliti meminta kembali responden untuk menginterpretasikan rasa nyeri setelah responden diberikan aroma terapi lavender selama 15-30 menit, dengan menggunakan lembar observasi skala nyeri. Sesuai skala bourbonais menurut kategorinya yaitu: tidak nyeri (0), nyeri ringan (13), nyeri sedang (4-6), nyeri berat terkontrol (7-9), nyeri berat tak terkontrol (10) (Potter & Perry, 2005). 13) Anjurkan pada responden untuk mengulangi prosedur hingga nyeri berkurang selama 15-30 menit. 14) Rapikan responden kembali. 15) Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencatat langsung tingkat skala nyeri responden dengan menggunakan lembar skala tingkat nyeri. 16) Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan dan analisa data.



I.



Analisis Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dimaksudkan agar data yang telah terkumpul dapat secara bertahap yaitu : a.



Editing (memeriksa) Editing adalah meneliti setiap pertanyaan yang sudah diisi oleh responden. Peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data-data yang ada. Editing dilakukan ditempat pengumpulan data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi. Pada editing ini semua pertanyaan sudah diisi dengan baik. Hasil pemeriksaan lembar observasi semua telah terisi lengkap.



b. Coding (memberi tanda) Pada tahap ini jawaban pertanyaan yang sudah dilakukan editing



kemudian



diklasifikasikan



menurut



macam-macamnya.



Klasifikasi yang dilkukan dengan cara menandai masing-masing jawaban berupa angka, kemudian dimasukan dalam lembar tabel kerja guna mempermudah pengolahan data. Untuk responden pertama diberi coding 1, 2, 3 dan seterusnya sampai sebanyak jumlah responden.



http://lib.unimus.ac.id



37



c. Tabulating (tabulasi data) Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap coding yaitu pengorganisasian data agar mudah dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. 2. Analisis Data Analisis data untuk mencari pengaruh pemberian aroma terapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea. Sebelum melakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 dengan hasil data tidak berdistribusi normal dan didapatkan nilai sig. untuk intensitas nyeri sebelum perlakuan sebesar 0,000 dan intensitas nyeri sesudah perlakuan sebesar 0,004 . sehingga menggunakan uji alternatif Wilcoxon Match Paired Test. Analisa data bertujuan untuk mencari/melihat korelasi antara pemberian aroma terapi lavender dengan intensitas nyeri, dengan menggunakan program komputerisasi. SPSS (Statistik Program and Service Solution). Rumus Wilcoxon Match Pairs Test: Z



T  T T



Keterangan : T



= Jumlah jenjang atau rangking yang kecil



T



=



n



= jumlah sampel



T



=



n (n  1) 4



n(n  1)( 2n  1) 24



http://lib.unimus.ac.id



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang didirikan pada hari Rabu Pon tanggal 27 Agustus1975 dengan maksud sebagai sarana da’wah untuk mengamalkan amal ma’rufnahi munkar, mewujudkan cita-cita Muhammadiyah. Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang terletak di Jl. Wonodri 22 Semarang. Saat ini Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang memiliki 260 tempat tidur untuk berbagai kelas. Saat ini RS. Roemani sedang mengembangkan layanan Thibun Nabawi. Layanan baru ini merupakan cara pengobatan yang disandarkan pada ajaran nabi dalam hal pengobatan. Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang telah memperoleh sertifikat akreditasi penuh 16 bidang pelayanan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 dan telah lulus ISO 9001-2008, dan pada tahun 2014 mendapat penghargaan Satria Brand Award rangking 3 untuk kategori RSU Swasta se-Jawa Tengah (Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, 2016). Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit swasta yang berada ditengah kota Semarang yang memiliki 7 ruang perawatan yang terdiri dari Ayyub 1 khusus ruang maternitas, Ayyub 2 khusus ruang Internis, Ayyub 3 khusus ruang bedah, Ismail 1 dan Sulaiman khusus ruang VIP, Ismail 2 khusus ruang anak-anak serta ruang Adam 3 khusus PICU dan ICU. Ruang Ayyub 1 memiliki 28 tempat tidur terdiri dari 2 kelas VIP A, 6 kelas VIP B, 8 kelas I, 4 kelas II dan 8 kelas III (Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, 2016). Penulis melakukan penelitian di ruang Ayyub 1 dengan 35 responden pada tanggal 22 Januari -07 Maret 2016. Penilaian observasi dilakukan oleh peneliti sendiri untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea.



http://lib.unimus.ac.id 38



39



B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Karakteristik Umur



Min



Max



Mean



26



41



32,69



Standar deviasi 3,991



Tabel 4.1 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan umur didapatkan umur termuda 26 tahun, umur tertua 41 tahun, ratarata umur 33 tahun, dengan standar deviasi (3,991). b. Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Pekerjaan Guru IRT PNS Swasta Tenaga Medis Total



Tabel



Frekuensi 6 17 2 8 2 35



4.2



menunjukkan



bahwa



Persentase (%) 17,1 48,6 5,7 22,9 5,7 100,0



karakteristik



responden



berdasarkan pekerjaan sebagian besar bekerja sebagai IRT sebanyak 17 responden (48,6%), bekerja swasta sebanyak 8 responden (22,9%), guru sebanyak 6 responden (17,1%), PNS dan dan tenaga medis masingmasing 2 responden (5,7%).



http://lib.unimus.ac.id



40



c. Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Pendidikan SMP SMA DIII S1 Total



Frekuensi 1 11 7 16 35



Persentase (%) 2,9 31,4 20,0 45,7 100,0



Karakteritik responden berdasarkan pendidikan sebagian besar S1 sebanyak 16 responden (45,7%), pendidikan SMA sebanyak 11 responden (31,4%), pendidikan DIII sebanyak 7 responden (20,0%) dan pendidikan SMP sebanyak 1 responden (2,9%). d. Riwayat Obstetri Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Obstetri di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Riwayat Obstetri Hamil Kedua Hamil Ketiga Hamil Keempat Hamil Kelima Total



Tabel



4.4



Frekuensi 22 9 2 2 35



menunjukkan



bahwa



Persentase (%) 62,9 25,7 5,7 5,7 100,0



karakteristik



responden



berdasarkan riwayat obstetri sebagian besar hamil kedua sebanyak 22 responden (62,9%), hamil ketiga sebanyak 9 responden (25,7%), hamil keempat dan kelima masing-masing sebanyak 2 responden (5,7%).



http://lib.unimus.ac.id



41



e. Riwayat Sectio Caesarea Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 Rumah Sakit Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Riwayat Sectio Caesarea Belum Pernah SC Sudah Pernah SC Total



Frekuensi 11 24 35



Persentase (%) 31,4 68,6 100,0



Karakteritik responden berdasarkan riwayat Sectio Caesarea yang sudah pernah Sectio Caesarea sebanyak 24 responden (68,6%), dan yang belum pernah Sectio Caesarea sebanyak 11 responden (31,4%). 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Skala Nyeri 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total



Sebelum Perlakuan Frekuensi Persentase (f) (%) 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 5,7 6 17,1 9 25,7 18 51,4 0 0,0 0 0,0 35 100,0



Sesudah Perlakuan Frekuensi Persentase (f) (%) 0 0, 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 2,9 10 28,6 11 31,4 8 22,9 5 14,3 0 0,0 0 0,0 35 100,0



Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebelum diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender sebagian besar skala nyeri 8 sebanyak 18 responden (51,4%) dan sesudah diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender sebagian besar skala nyeri 6 sebanyak 11 responden (31,4%)



http://lib.unimus.ac.id



42



Tabel 4.7 Distribusi Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Karakteristik Sebelum Sessudah



Min



Max



Mean



5 4



8 8



7,23 6,17



Standar deviasi 0,942 1,098



Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebelum pemberian aromaterapi lavender rata-rata skala nyeri 7,23, skala nyeri terendah 5 dan tertinggi 8 dengan standar deviasi 0,942 dan sesudah diberikan aromaterapi lavender rata-rata skala nyeri 6,17, skala nyeri terendah 4 dan tertinggi 8 dengan standar deviasi 1,098. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Pemberian Aromaterapi Lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n = 35) Sebelum Perlakuan Intensitas Nyeri



Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat terkontrol Nyeri berat tak terkontrol Jumlah



Sesudah Perlakuan



Tendensi Frekuensi Persentase Tendensi Frekuensi Persentase sentral (F) (%) sentral (F) (%)



0 0



0,0 0,0



0 0



0,0 0,0



8 27



22,9 77,1



22 13



62,9 37,1



0



0,0



0



0,0



35



100,0



35



100,0



Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebelum pemberian aromaterapi lavender sebagian besar intensitas nyeri berat terkontrol sebanyak 27 responden (77,1%) dan sesudah diberikan aromaterapi lavender sebagian besar intensitas nyeri kategori sedang sebanyak 22 responden (62,9%). Terjadi peningkatan nyeri sedang setelah pemberian aromaterapi lavender



http://lib.unimus.ac.id



43



sebanyak 14 responden dan terjadi penurunan intensitas nyeri berat terkontrol setelah pemberian aromaterapi lavender sebanyak 14 responden. Responden yang mengalami nyeri sedang tetap menjadi nyeri sedang sebanyak 8 responden sedangkan responden yang mengalami nyeri berat terkontrol tetap menjadi nyeri berat terkontrol sebanyak 13 responden. 3. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Tabel 4.9 Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang, bulan Februari 2016 (n=35) Variabel Intensitas nyeri sebelum diberikan aromaterapi lavender - Intensitas nyeri sesudah diberikan aromaterapi lavender



Hasil Penurunan Peningkatan Tetap



N 25 0 10



Total



35



Mean Rank 13,00 0,00



ρ Value 0,000



Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden mengalami penurunan intensitas nyeri



sesudah diberikan aromaterapi lavender sebanyak 25



responden, tidak terdapat responden yang mengalami peningkatan intensitas nyeri, sedangkan responden yang mengalami intensitas nyeri tetap sesudah diberikan aromaterapi lavender sebanyak 10 responden. Hasil uji Wilcoxon match pair test didapatkan nilai p value =0,000 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh yang bermakna aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea Di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang



C. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. Berikut ini peneliti akan membahas berbagai data hasil penelitian.



http://lib.unimus.ac.id



44



1. Intensitas nyeri sebelum diberikan aromaterapi lavender. Data dari hasil penelitian didapatkan data sebagian besar responden memiliki intensitas nyeri berat terkontrol sebanyak 27 responden (77,1%) dan nyeri sedang sebanyak



8 responden



(22,9%) sebelum diberikan



aroma terapi lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. Hal ini sesuai dengan pendapat Potter yang mengatakan bahwa tindakan pembedahan dapat menimbulkan tingkat nyeri post operatif pada klien (Potter & Perry, 2005). Kondisi ini dikuatkan oleh Smeltzer yang menyatakan bahwa salah satu respon fisiologis yang terjadi ketika seseorang menjalani pembedahan adalah timbulnya rasa nyeri karena adanya sebuah sayatan (Smeltzer & Bare,2007). Reaksi tersebut akan menimbulkan persepsi nyeri. Melzack dan Wall menemukan tentang teori gate control yang menjelaskan bahwa substansi doral saraf sumsum tulang belakang (spinal cord) mempunyai peran sebagai mekanisme pintu gerbang (gating mechanisme). Mekanisme pintu gerbang ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai ke korteks serebri dan menimbulkan reflek persepsi nyeri (Shone, 2005). Teori trasmisi dan inhibisi adanya stimulus pada nociceptor memulai trasmisi impuls-impuls saraf, sehingga trasmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotrasmiter yang spesifik kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut - serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif (Barbara C, Long, 1989 dalam Aziz, 2009). Hasil penelitian sebelum diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender terdapat 2 responden yang memiliki skala nyeri 5, dilihat dari karakteristiknya satu responden berusia 36 tahun, pendidikan S1 dan belum pernah mengalami sectio caesarea dan satu responden sudah pernah mengalami sectio caesarea, umur 30 tahun, pendidikan SMA. Hal ini terjadi karena skala nyeri dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah arti nyeri, persepsi nyeri, toleransi nyeri, dan reaksi terhadap nyeri.



http://lib.unimus.ac.id



45



Sesuai dengan teori menurut Alimul Aziz (2009) bahwa arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri yang negatif, seperti membahayakan merusak. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman. Teori menurut Smeltzer dan Bare (2007) menyatakan bahwa cara lansia berespon terhadap nyeri dapat berbeda dengan orang yang berusia lebih muda. Pengalaman seseorang terhadap nyeri juga akan berpengaruh pada skala nyeri. Individu yang mempunyai pengalaman multipel dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding orang yang hanya mengalami sedikit nyeri.



2. Intensitas nyeri sesudah di berikan aromaterapi lavender Akibat pengaruh nyeri pada respon fisiologis yang terjadi dibutuhkan suatu cara untuk mengurangi intensitas nyeri yang tidak nyaman akibat post operasi. Untuk mengatasi rasa nyeri diantaranya adalah melakukan tindakan peredaan nyeri yang bersifat nonfarmaklogi yaitu teknik relaksasi aroma terapi lavender. Rene-Maurice Gattefosse, seorang ahli kimia Perancis, menemukan sifat obat minyak esensial lavender bila diterapkan untuk luka bakar di tangannya



setelah



kecelakaan



di



laboratoriumnya,



dan



memulai



kebangkitan sederhana dari minyak nabati. Pada tahun 1928, Gattefosse menciptakan istilah “aroma terapi” untuk merangkum efek penyembuhan dari minyak atsisri kemudian Dr Jean Valnet, ahli bedah tentara Perancis, berhasil mengunakan minyak esensial untuk mengobati tentara



yang



terluka (Jaelani, 2009). Aroma terapi dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri, perawatan kulit, mengurangi ketegangan dan kelelahan, serta memperkuat kondisi tubuh secara keseluruhan. Minyak esensial dapat mempengaruhi suasana hati, mengurangi kelelahan, mengurangi kecemasan, dan merangsang relaksasi. Ketika dihirup, minyak esensial bekerja pada otak



http://lib.unimus.ac.id



46



dan sistem saraf melalui stimulus dari saraf penciuman. Minyak esensial diekstrak dari tanaman, bunga, pohon, buah-buahan, kulit kayu, rumput, serta biji yang memiliki sifat terapeutik, psikologi, dan fisiologis yang spesifik, yang dapat meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit (Jaelani, 2009). Aromaterapi sudah diperkenalkan di Inggris sebagai salah satu upaya perawatan di beberapa rumah sakit sejak tahun 1990-an. Aromaterapi dijadikan penenang sebelum dan sesudah operasi di rumah sakit John. Aromaterapi juga telah dilaksanakan pada rumah sakit Obstetrik Ginekologik di Melbourney Australia. Aromaterapi menjadi populer di Amerika Serikat setelah tahun 1980-an, sekarang banyak lotion, lilin, dan produk kecantikan yang dijual sebagai "aromaterapi". Bahkan beberapa universitas telah membuka kelas jurusan untuk aromaterapi, diantaranya ada University of Maryland Medical Center, Anglia Ruskin University, University of Greenwich, University of Bradford, dll (Sundari, 2011). Minyak esensial mampu meredakan ketegangan pada otot-otot yang sedang mengalami kelelahan akibat aktivitas yang berlebihan. Minyak esensial juga dapat mempengaruhi impuls dan refleks saraf yang diterima oleh ujung-ujung reseptor saraf pada lapisan terluar dari kulit, dibawah lapisan epidermis. Selain itu, minyak esensial ini dapat mempengaruhi aktivitas fungsi



kerja otak melalui sistem saraf yang



berhubungan dengan indra penciuman. Respon ini akan dapat merangsang peningkatan produksi masa penghantar saraf otak (neurotrasmiter), yaitu yang berkaitan dengan pemulihan kondisi psikis seperti emosi, perasaan, pikiran,dan keinginan (Jaelani, 2009). Butiran molekul yang sangat kecil dengan mudah dapat terserap melalui aliran darah hingga pembuluh kapiler darah di seluruh jaringan tubuh. Zat-zat aktif yang terdapat dalam minyak esensial ini kemudian diedarkan keseluruh jaringan tubuh, sehingga akan lebih mudah mencapai sasaran lokasi yang akan diobati (target site). Efek medis minyak esensial



http://lib.unimus.ac.id



47



juga dapat mempengaruhi kelenjar getah bening. Dalam hal ini, efektifitas zat-zat aktifnya dapat membantu produksi prostaglandin yang berperan penting dalam meregulasi tekanan darah, pengendalian rasa sakit, serta keseimbangan hormonal (Jaelani, 2009). Hasil setelah diberikan aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea adalah nyeri sedang sebanyak 22 responden (62,9%) dan nyeri berat terkontrol 13 responden (37,1%). Nyeri berat terkontrol 13 responden (37,1%) yang tidak mengalami penurunan intensitas nyeri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah arti nyeri, persepsi nyeri, toleransi nyeri, dan reaksi terhadap Nyeri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri yang negatif, seperti membahayakan merusak. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman (Alimul Aziz, 2009). Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif tepatnya pada korteks. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor. Toleransi nyeri ini erat kaitanya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian kepercayaan yang kuat. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak kunjung hilang, sakit. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit (Alimul Aziz, 2009).



3. Pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri Aroma terapi berasal dari kata aroma yang berarti harum dan wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan. Sehingga aroma terapi dapat diartikan sebagai : “suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan



http://lib.unimus.ac.id



48



minyak esensial ( essential oil )”. (Jelani, 2009). Aroma terapi merupakan istilah modern untuk praktik yang sudah dilakukan ribuan tahun yang lalu, yang



merupakan



penatalaksanaan



perawatan



dan



pengobatan



menggunakan minyak esensial (Tim Gaya Hidup Sehat, 2010). Penggunaan metode aroma terapi ini sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Sejak 5000 tahun yang lalu, bangsa mesir telah menggunakan getah dan minyak dari tumbuhan yang ada di sekitar negeri itu untuk perawatan tubuh, dupa pengharum ruangan maupun obat berbagai penyakit. Sementara orang-orang cina telah menggunakan rempah-rempah dan wewangian untuk meningkatkan kualitas kehidupannya, terutama yang berkaitan dengan perawatan tubuh dan penyembuhan beragam penyakit (Jaelani, 2009). Hasil penelitian menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Baubauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombanggelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Sementara dengan menghirup aroma bunga melati maka akan meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan ketangkasan dan kesiagaan. Selain itu lavender dipercaya bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran. Sedangkan wewangian Lemon digunakan untuk menenangkan suasana (Bastard & Denise ,2006). Penelitian yang dilakukan oleh Dasna (2014) menunjukkan bahwa terapi aroma bunga lavender (Lavandula Angustifolia) efektif menurunkan skala nyeri pada klien Infark Miokard di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru dengan nilai p value =0,001. Penelitian yang dilakukan oleh Frayusi,



http://lib.unimus.ac.id



49



(2012) terapi wewangian bunga lavender (lavandul aangustifolia) dapat menurunkan skala nyeri lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat terapi wewangian bunga lavender (lavandula angustifolia). Penelitian oleh Pratiwi (2012) menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan latihan teknik relaksasi pernapasan menggunakan aromaterapi lavender dengan p value = 0.000 taraf signifikan < 0.05. Wijayanti, L, (2012) menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada ibu primigravida post sectio caesarea hari I-II di ruang Flamboyan Rumah Sakit Mardi Waluyo Blita dengan P value =0,00. Hasil penelitian dilihat dari karakteristik responden berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri. Hal ini karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai pemikiran yang lebih baik dalam mendistraksi nyeri dibandingkan orang yang berpendidikan rendah. Dilihat dari pekerjaan menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga semakin berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri. Hal ini karena ibu rumah tangga sudah terbiasa mengalami nyeri akibat aktivitas rumah tangga. Dilihat dari riwayat obsteri menunjukkan bahwa ibu hamil kedua lebih tinggi mengalami penurunan intensitas nyeri dibandingkan dengan kehamilan lebih dari dua. Hal ini karena ibu hamil kedua kondisi fisik lebih kuat sehingga mampu mengkompensasi nyeri dan ibu hamil lebih dari dua juga dipengaruhi oleh kontraksi rahim sehingga lebih tinggi intensitas nyeri. Dilihat dari riwayat sectio caesarea menunjukkan bahwa yang sudah pernah mengalami sectio caesarea lebih tinggi mengalami penurunan intensitas nyeri dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami sectio caesarea. Hal ini karena yang sudah pernah mengalami sectio caesarea



pernah merasakan nyeri sebelumnya sehingga lebih



berpengalamana dalam mengatasi nyeri. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang dengan 35 responden dapat diketahui bahwa intensitas



http://lib.unimus.ac.id



50



nyeri responden sebagian besar mengalami penurunan intensitas nyeri dengan p value 0,000. Hasil ini lebih kecil dari signifikan yang ditetapkan yaitu 0,05. Berarti ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea. Ha diterima = ada pengaruh. Menurut penelitian Lorenzi, Miller dan Perry telah menunjukan bahwa aromaterapi lavender efektif dalam menurunkan nyeri post operasi. Hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender tidak terdapat responden yang mengalami nyeri skala ringan. Hal ini dikarenakan banyak pasien post post Sectio Caesarea yang mengeluhkan rasa nyeri akibat bekas sayatan dan jahitan, selain itu luka tersebut tergolong panjang dan dalam. Sesuai dengan teori menurut Walley (2008) yang menyatakan bahwa pada operasi Sectio Caesarea ada 7 lapisan perut yang harus disayat. Sementara saat proses penutupan luka, 7 lapisan tersebut dijahit satu demi satu menggunakan beberapa macam benang jahit. Rasa nyeri di daerah sayatan yang membuat sangat terganggu dan pasien merasa tidak nyaman. Hasil analisa uji wilcoxon, didapatkan nilai p value 0.000 < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum dan setelah diberikan aroma terapi lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang. Hal ini menunjukan bahwa dengan pemberian aroma terapi lavender pada pasien post sectio caesarea berpengaruh dalam menurunkan intensitas



nyeri dan mengalami



perbedaan setelah diberikan aroma terapi lavender. Hasil penelitian ini pun terbukti bahwa pemberian aroma terapi lavender mampu mempengaruhi perubahan intensitas nyeri post sectio caesarea dengan waktu singkat. Apabila penggunaan tepat dan sesuai dalam ketentuannya dan daya konsentrasinya terkendali dengan baik. Hasil penelitian yang telah dilakukan mendukung teori Potter & Perry (2005) sebelumnya yang menyebutkan bahwa pemberian aroma terapi dapat mengubah persepsi dan motivasi afektif dan dapat memberikan individu kontrol diri ketika nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri).



http://lib.unimus.ac.id



51



D. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena adanya keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Pelaksanaan Observasi Pengumpulan data dalam penelitian ini hanya dilakukan sekali saja dan sehingga data yang didapat masih belum menggambarkan nilai sebenarnya (bias hasil). Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan observasi tidak hanya sekali 2. Sampel penelitian Peneliti mengambil sampel penelitian hanya berdasarkan multi gravida walaupun



sampel baru pertama kali



sectio caesarea. Peneliti tidak



membedakan riwayat sectio caesarea sebelumnya atau persalinan sebelumnya sehingga kemungkinan terjadi perbedaan respon nyeri. 3. Hasil penelitian Hasil penelitian mungkin menjadi bias karena ada faktor-faktor lain atau variabel-variabel lain yang tidak diteliti seperti kepercayaan, pengalaman melahirkan sebelumnya, budaya kecemasan dan efek placebo. 4. Tempat penelitian Peneliti tidak membedakan ruangan kelas tempat penelitian, sehingga hasil penelitian dapat menjadi bias karena ada faktor lingkungan tempat penelitian yang berpengaruh pada tingkat nyeri seperti kebisingan, cahaya terang dan kesendirian. Sesuai dengan teori menurut Smeltzer & Bare (2007) yang menyatakan bahwa faktor yang



dapat mempengaruhi



intensitas nyeri yaitu lingkungan yang berlebihan seperti kebisingan, cahaya terang dan kesendirian.



http://lib.unimus.ac.id



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan 1. Intensitas nyeri pasien post Sectio Caesarea sebelum diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang sebagian besar kategori berat terkontrol sebanyak 27 responden (77,1%). 2. Intensitas nyeri pasien post Sectio Caesarea sesudah diberikan tindakan pemberian aromaterapi lavender di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang sebagian besar kategori sedang sebanyak 22 responden (62,9%). 3. Ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien post Sectio Caesarea di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang dengan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05).



B. Saran 1. Bagi perawat Hasil penelitian diharapkan perawat dapat



melakukan



tindakan



pemberian aromaterapi lavender sebagai alternatif pengobatan untuk mengurangi nyeri pada pasien post Sectio Caesarea dalam meningkatkan asuhan keperawatan. 2. Bagi intitusi Rumah Sakit Menjadi



rekomendasi



bagi



institusi



dalam



memberikan



asuhan



keperawatan agar dimasukkan dalam pedoman penyusunan SOP penanganan nyeri di Rumah Sakit Roemani Semarang dan dapat dijadikan pengobatan Thibun Nabawi yang sedang dikembangkan sebagai pengobatan alternatif herbal yang disandarkan pada ajaran nabi. 3. Bagi pasien Diharapkan pasien mampu menerapkan cara penanganan nyeri di rumah dengan menggunakan aromaterapi lavender



http://lib.unimus.ac.id 52



53



4. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dapat menjadi program pengembangan dalam ilmu keperawatan dalam mata kuliah maternitas dengan menerapkan terapi non farmakologi yakni aromaterapi lavender sebagai penanganan nyeri. 5.



Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan adanya tindak lanjut untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode dan variabel yang berbeda sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik, misalnya dengan menggunakan cara dan alat pengharum lain misalnya : dioles, di bakar, disemprotkan, peneliti selanjutnya



dapat menggunakan sampel pasien post operasi



selain Sectio Caesarea dan menggunakan aromaterapi lavender tidak hanya untuk nyeri tetapi dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan.



http://lib.unimus.ac.id



DAFTAR PUSTAKA



Alimul, A, (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Alimul, A. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses keperawatan . Jakarta : Salemba Medika Anggorowati dkk., (2007). Efektifitas pemberian intervensi spiritual “spirit ibu” terhadap nyeri post sectio caesarean (SC) pada RS Sultan Agung Dan Rs Roemani Semarang. Journal Media Ners, Vol.8 No.2, Juli 2007. Asrul, (2009). Penanganan nyeri. blogspot.com/



Diakses dari http://asramamedicafkunhas.



Batubara, dkk. (2008). Hubungan pengetahuan, nyeri pembedahan section caesaria dan bentuk puting dengan pemberiann air susu ibu pertama kali pada ibu post partum. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.2 Juli 2008 54. Bobak. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC. Dasna (2014). Efektifitas terapi aroma bunga lavender (lavandula angustifolia) terhadap penurunan skala nyeri pada klien infark miokard. (Skripsi tidak dipublikasikan). Datusanantyo dan Robertus. (2009). Bebas alergi. Yogyakarta: Kanisius Frayusi, A, (2012). Pengaruh pemberian terapi wewangian bunga lavender (lavandula angustifolia) secara oles terhadap skala nyeri pada klien infark miokardium di CVCU RSUP Dr M Djamil Padang. (Skripsi tidak dipublikasikan). Ganong, William F. (2010). Fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC Jackson. M & Jackson. L, (2011). Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta : Erlangga Jaelani. (2009). Aroma terapi. Jakarta : Pustaka Populer Obor Laila. (2011). Buku pintar menstruasi. Yogyakarta: Buku biru



http://lib.unimus.ac.id



Liu, H. Y., Chang, Y. M., & Chen, H. C. (2010). Effects Of Music Theraphy On Labour Pain And Anxiety In Taiwanese First-Time Mothers. Journal of Clinical Nursing , 1065-1072 Maifrisco, O. (2008) Pengaruh aromaterapi terhadap tingkat stress mahasiswa. Available from URL: www.indoskripsi.com. [Accessed 02 November 2015]. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Ogan, M. (2005). A pilot study evaluating mindfulness based stress reduction and massage for the management of chronic pain. USA Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan volume 2. Jakarta : EGC Potter, Patricia A.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses dan praktik. Alih Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta : EGC Pratiwi, R (2012). Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post Sectio Caesarea Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan Menggunakan Aromaterapi Lavender di Rumah Sakit Al Islam Bandung. (Skripsi tidak dipublikasikan). Price, S.A dan Wilson Lorraine M.C, (2006). Patofisiologi clinical concepts of desiase process edisi 6, vol 2, Alih bahasa Brahm U, Jakarta: EGC. Price, Sylvia Anderson.(2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, (2016). Profil Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, diakses dari : http://www.rsroemani.com/ diakses tanggal 12 April 2016 Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press. Rustam M, (2008). Sinopsis obstetri. Jakarta: EGC. Shinobi. (2008) Pijat aromaterapi. Available from URL: http://id.88db.com/ id/Discussion/Discussion_reply.page/Health_Medical/?DiscID=1309. [Accessed 02 November 2015]. Sjamsuhidajat dan Jong. (2004). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC.



http://lib.unimus.ac.id



Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G.( 2007). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth,. Jakarta : EGC Sodikin (2012). Pengaruh terapi bacaan Al-Quran melalui media audio terhadap respon nyeri pasien post operasi hernia di RS Cilacap (Tesis FIK UI). Sugiyono. (2008). Statistik untuk penelitian. Revisi Terbaru, Bandung : CV Alvabeta Sundari, W. (2011). Pijat dalam aromaterapi. Jakarta : Program Magister Herbal Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Sunito, dkk. (2010). Aroma alam untuk kehidupan. Jakarta : PT Raketindo Primamedia mandiri. Susilo, W (2015). Efek fisik dan psikologi pada ibu postpartum section caesarea dengan pemberian aromatherapy lavender di Rumah Sakit Ibu dan Anak Evasari Jakarta (Skripsi tidak dipublikasikan). Suyanto (2012). Pemilihan metode pengobatan pada pasien di RS oleh perawat. (Skripsi tidak dipublikasikan). Tri Akoso & Galuh. (2009). Bebas kelelahan. Yogyakarta: Kanisius. Walley, J., Simkin, P., dan Keppler, A. (2008). Panduan lengkap kehamilan, melahirkan, dan bayi, edisi revisi. Jakarta: Arcan.. Wijayanti, L, (2012). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri pada ibu Primigravida post sectio caesarea hari I-II di ruang Flamboyan Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar. (Skripsi tidak dipublikasikan). Wiknjosastro, (2005). Ilmu kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.



http://lib.unimus.ac.id



http://lib.unimus.ac.id



Lampiran 1



JADWAL PENELITIAN



KALENDER PENYUSUNAN SKRIPSI TAHUN AJARAN 2015-2016 NO



KEGIATAN



OKTOBER 2015



NOVEMBER DESEMBER 2015 2015



JANUARI 2016



1



1



1



2



3 4



2



3



4



1



2



3



4



2



3



FEBRUARI 2016 4



1



2 3



4



5



MARET 2016 1



2



Riview Metodologi Riset 1



Penyusunan BAB I



2



Penyusunan BAB II



3



Penyusunan BAB III



4



Ujian Proposal



5



Revisi Proposal



6



Penelitian



7



Penyusunan BAB IV



8



Penyusunan BAB V



9



Ujian Skripsi



10 11



Revisi Skripsi Pengumpulan Naskah dan CD



12



Yudicium



http://lib.unimus.ac.id



3



APRIL 2016 4



1



2



3



MEI 2016 4



1



2



3



JUNI 2016 4



5



1



2



3



JULI 2016 4



5



1 2 3 4 5



Lampiran 3 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN



Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Ruang Ayyub 1 RS Roemani Semarang Dengan Hormat Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama



: RIAH DAMAWANTI



NIM



: G2A214045 Adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas



Muhammadiyah Semarang yang sedang melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG“. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi anda sebagai responden karena kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila calon responden tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada sanksi bagi anda dan apabila anda telah menjadi responden dan terjadi hal – hal yang merugikan untuk mengundurkan diri dan tidak ikut dalam penelitian ini responden berhak menarik jawaban yang diberikan. Apabila



anda



menyetujui,



maka



saya



mohon



kesediaan



untuk



menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan–pertanyaan yang saya buat. Atas perhatian dan kesediaan saudara menjadi responden saya ucapkan banyak terima kasih. Peneliti Riah Damawanti



http://lib.unimus.ac.id



Lampiran 4



PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN



Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas



Muhammadiyah Semarang



yang bernama



RIAH



DAMAWANTI dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS



NYERI PADA PASIEN POST



SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG”. Saya memahami bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam serta menggali gagasan / ide atas permasalahan yang diteliti dan tidak akan berakibat negatif terhadap diri saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden penelitian ini. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.



Semarang,



2016 Responden



(



http://lib.unimus.ac.id



)



LEMBAR OBSERVASI



PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG A. Identitas Responden 1. Kode Responden



:…………………………….(diisi peneliti)



2. No. RM / Kelas



: …………………………….



3. Tgl lahir/Umur



:…………………………….



4. Pekerjaan



: …………………………….



5. Tanggal / jam operasi



: ……………………………



6. Tanggal / jam Observasi :……………………………. 7. Status Obstetri



: …………………………….



8. Indikasi SC



: …………………………….



9. TTV



:



TD :



S



:



N :



RR :



B. Pengolahan No. Responden



Intensitas nyeri klien sebelum diberikan aroma terapi lavender



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



http://lib.unimus.ac.id



Skala nyeri klien sesudah diberikan aroma terapi lavender



SKALA TINGKAT NYERI (Diisi responden)



Sebelum Pemberian Aromaterapi 0



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



Tidak



Nyeri



Nyeri



Nyeri



Nyeri



nyeri



ringan



sedang



berat



berat



terkontrol



tak terkontrol



Sesudah Pemberian Aromaterapi 0



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



Tidak



Nyeri



Nyeri



Nyeri



Nyeri



nyeri



ringan



sedang



berat



berat



terkontrol



Keterangan : Skala 0



= Tidak nyeri



Skala 1-3



= Nyeri ringan



Skala 4-6



= Nyeri sedang



Skala 7-9



= Nyeri berat terkontrol



Skala 10



= Nyeri berat tak terkontrol



http://lib.unimus.ac.id



tak terkontrol



SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBERIAN AROMA TERAPI LAVENDER 1. Tahap Prainteraksi a. Siapkan diri perawat / mahasiswa : penguasaan konsep & precaution b. Cuci tangan c. Persiapan alat:  Minyak esensial lavender  Anglo  Lilin  Korek Api  Air 2. Tahap Orientasi a. Berikan salam therapeutik, panggil klien & keluarga dengan namanya b. Bawa alat kedekat klien c. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien & keluarga 3. Tahap kerja a. Berikan kesempatan klien & keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai b. Menanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada klien c. Mulai tindakan dengan cara yang baik d. Memberikan privacy kepada klien e. Ciptakan lingkungan yang tenang f. Usahakan agar responden tetap rileks dan tenang g. Atur posisi responden semi fowler, berbaring di tempat tidur dengan punggung dan bahu tersangga baik dengan bantal h. Tuang air sebanyak 10 cc kemudian teteskan minyak aroma terapi pada alat pengharum sebanyak 5 tetes menggunakan pipet ukuran 1 ml diatas tempat anglo. i. Nyalakan lilin dibawah anglo dengan suhu 60 °C sampai aroma terapi tercium baunya dan menyebar ke seluruh ruangan dan dekatkan alat disamping pasien. j. Anjurkan pasien menghirup armaterapi selama 15-30 menit. k. Anjurkan bernafas beberapa kali dengan irama normal l. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks



http://lib.unimus.ac.id



m. Usahakan agar responden tetap konsentrasi dan pusatkan pada daerah yang nyeri n. Anjurkan pada responden untuk mengulangi prosedur hingga nyeri berkurang selama 15-30 menit 4. Tahap Terminasi a. Evaluasi tindakan dengan menggunakan lembar observasi skala nyeri setelah diberikan aroma terapi lavender selama 15-30 menit. b. Rapikan responden kembali c. Merapikan alat d. Mengakiri pertemuan e. Dokumentasi



http://lib.unimus.ac.id



http://lib.unimus.ac.id



http://lib.unimus.ac.id



TABULASI DATA HASIL PENELITIAN



No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35



No. RM/ Kelas 332696/VIP.B BPJS 403649 / III Umum 403236 / II BPJS 273010/VIP B BPJS 403260 / I BPJS 361033 / I BPJS 403696 / II BPJS 238938 / II BPJS 392587 / VIP B BPJS 292570 / VIP A BPJS 315871 / I BPJS 322676 / I BPJS 376339 / VIP B BPJS 316659 / VIP B BPJS 274542 / III BPJS 404259 / VIP B BPJS 402234 / I BPJS 404689 / II BPJS 736337 / II BPJS 404674 / I BPJS 398215 / III BPJS 398982 / I BPJS 288772 / I BPJS 262900 / I BPJS 239670 / VIP B BPJS 342614 / VIP B BPJS 391330 / I Asuransi 258714 / I Umum 179496 / VIP B Umum



403138 / VIP B BPJS 314254 / III Umum 334426/ III BPJS 348964 / II BPJS 272804 / VIP A BPJS 404442 / VIP B BPJS



Tgl Lahir/ Umur



Pekerjaan



11 Juni 1989 /26 IRT 8 Mei 1983 / 32 Guru 22 Maret 1987 / 28 IRT 31 Des 1981 / 34 Swasta 1 Sept 1979 / 36 Guru 12 Juni 1989 / 27 IRT 8 Sept 1984 / 31 Guru 9 Maret 1986 /30 IRT 24 April 1986 / 30 Guru 4 Mei 1983 / 32 IRT 9 April 1996 / 30 IRT 18 Mei 1982 /33 IRT 13 Agust 1986 /29 Swasta 6 Juli 1984 / 31 IRT 5 Jan 1980 / 36 IRT 23 Feb 1985 / 31 Tenaga Medis 3 Nov 1988 / 27 Tenaga Medis 07 Mei 1975 / 40 Swasta 10 Des 1982 /33 Swasta 21 Sept 1974 /41 IRT 29 Nov 1980 / 35 Swasta 25 Mei 1984 / 33 Guru 13 Maret 1983 /32 IRT 17 Feb 1981 / 35 Guru 5 Sept 1984 / 32 PNS 31 Des 1974 / 41 IRT 19 April 1990 / 26 IRT 22 Sept 1983 / 32 IRT 21 Juli 1982 / 33 PNS 13 Mei 1983 / 32 Swasta 10 Okt 1980 / 35 Swasta 19 Mei 1977 / 39 IRT 17 Agust 1976 / 39 Swasta 25 Nov 1982 / 33 IRT 8 April 1985 / 30 IRT



Pendidikan SMA S1 SMA SMA S1 SMA S1 SMA S1 S1 S1 DIII S1 S1 S1 DIII DIII SMA DIII S1 SMA DIII SMA S1 S1 SMP SMA S1 S1 SMA S1 SMA DIII S1 DIII



Tanggal/jam operasi 22 Jan 2016 / 08.30 26 Jan 2016 / 21.00 27 Jan 2016 / 16.00 29 Jan 2016 / 13.00 31 Jan 2016 / 12.00 1 Feb 2016 / 13.00 1 Feb 2016 / 09.00 2 Feb 2016 / 16.00 2 Feb 2016 / 08.00 5 Feb 2016 / 07.30 6 Feb 2016 / 10.00 7 Feb 2016 / 08.00 9 Feb 2016 / 17.00 11 Feb 2016 / 11.15 11 Feb 2016 /14.00 12 Feb 2016 / 06.30 12 Feb 2016 / 13.00 12 Feb 2016 / 13.00 12 Feb 2016 / 16.00 13 Feb 2016 / 17.00 13 Feb 2016 / 21.00 14 Feb 2015 / 06.00 15 Feb 2016 /07.00 16 Feb 2016 / 16.00 18 Feb 2016 / 07.00 26 Feb 2016 / 10.00 27 Feb 2016 / 15.30 28 Feb 2016 / 12.00 29 Feb 2016 / 19.45 1 Maret 2016 / 21.30 2 Maret 2016 / 12.30 3 Maret 2016 / 08.00 4 Maret 2016 / 09.00 7 Maret 2016 / 08.30 7 Maret 2016 / 08.00



Tanggal / Jam Observasi 22 Jan 2016 / 13.10 27 Jan 2016 / 09.00 28 Jan 2016 / 09.00 29 Jan 2016 / 18.30 31 Jan 2016 / 21.30 1 Feb 2016 / 21.30 2 Feb 2016 / 06.00 2 Feb 2016 / 21.30 2 Feb 2016 / 22.00 5 Feb 2016 / 14.00 6 Feb 2016 / 21.30 7 Feb 2016 / 21.30 10 Feb 2016 /07.30 11 Feb 2016 / 18.00 11 Feb 2016 / 19.00 12 Feb 2016 / 13.00 12 Feb 2016 / 19.00 12 Feb 2016 / 19.00 12 Feb 2016 / 20.00 14 Feb 2016 / 06.30 14 Feb 2016 / 07.00 14 Feb 2016 / 21.00 15 Feb 2016 / 15.00 17 Feb 2016 / 08.00 18 Feb 2016 / 13.00 27 Feb 2016 / 21.00 27 Feb 2016 / 23.00 28 Feb 2016 / 22.00 1 Maret 2016 / 06.00 2 Maret 2016 / 07.00 3 Maret 2016 / 08.00 3 Maret 2016 / 14.00 4 Maret 2016 / 15.00 7 Maret 2016 / 21.30 7 Maret 2016 / 21.00



Status Obstetri G2P1A0 (Hamil Aterm) G2P1A0 (Hamil Aterm) G2P1A0 (Hamil 37 minggu) G2P1A0 (Hamil 41-42 minggu)



G3P2A0 (Hamil 41 Minggu) G2P1A0 (Hamil 39 minggu) G2P1A0 (Hamil 39 minggu) G2P1A0 (Hamil 38 minggu) G2P1A0 (Hamil 40 minggu) G2P1A0 (Hamil 37 minggu) G3P2A0 (Hamil 38 minggu) G2P1A0 (Hamil 38 minggu) G2P1A0 (Hamil Aterm) G2P1A0 (Hamil 41 minggu) G3P2A0 (Hamil 39 minggu) G2P1A0 (Hamil 40 minggu) G2P1A0 (Hamil Aterm 39 minggu)



G5P4A0 (Hamil Aterm) G2P1A0 (Hamil Aterm) G2P0A1 (Hamil 38 minggu) G2P1A0 (Hamil 37 minggu) G3P2A0 (Hamil 38 minggu) G2P1A0 (Hamil Aterm) G3P2A0 (Hamil 40 minggu) G3P2A0 (Hamil Aterm) G4P2A1 (Hamil (Aterm) G2P1A0 (HamilAterm) G3P2A0 (Hamil 36 minggu) G3P2A0 (Hamil Aterm) G2P1A0 (Hamil 39 mingu) G2P1A0 (Hamil Aterm) G3P1A1 (Hamil Aterm) G5P3A1 (Hamil Aterm) G4P2A1 (Hamil Aterm) G2P1A0 (Hamil Aterm)



http://lib.unimus.ac.id



Indikasi SC



TD Bekas SC 144/98 Bekas SC 120/74 Letak Lintang 114/60 Bekas SC 135/80 Serotinus, Oligohidramnion 134/82 Bekas SC 110/60 Bekas SC 114/65 Bekas SC 140/90 Bekas SC 115/75 Bekas SC 114/67 Bekas SC 127/78 Bekas SC 100/60 Bekas SC 119/70 Bekas SC 117/70 Bekas SC 132/78 Serotinus, Oligohidramnion, Portio Odem 124/78 Bekas SC 146/94 Letak Sungsang 120/74 KPD, Serotinus 143/80 KPD, primisecondary 112/58 Bekas SC, PEB 200/120 KPD, bekas SC 125/70 bekas SC, PEB 150/100 PEB 141/85 Bekas SC 119/75 PEB 160/100 Bekas SC, CPD 130/86 Bekas SC, placenta previa 110/70 Bekas SC, KPD, Sungsang 105/60 Bekas SC, primi sekundi 132/80 Bekas SC 105/68 Partus tak maju 110/70 Bai Besar, Serotinus, Oligohidramnion 105/65 Sungsang, Bayi Besar 130/80 Bekas SC 110/70



TTV S 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36



N 88 88 88 88 80 88 80 92 88 88 88 88 84 88 84 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 84 88 88 88 84 84 88 88



RR 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 36 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20



Intensitas Nyeri (Sebelum Terapi) 8 7 8 7 5 6 8 5 8 7 6 7 6 8 8 6 7 7 8 7 8 6 8 7 8 6 8 8 7 8 8 8 8 8 8



Intensitas Nyeri (Sesudah Terapi) 6 5 5 6 5 5 5 4 6 6 5 5 5 6 8 6 5 6 8 5 7 6 6 7 7 6 8 7 6 7 7 7 8 8 7



Explore



Intensitas Nyeri Sebelum Intensitas Nyeri Sesudah



Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0% 35 100,0% 0 ,0%



N



Total Percent 35 100,0% 35 100,0%



Descriptives Intensitas Nyeri Sebelum



Intensitas Nyeri Sesudah



Mean 95% Confidence Interval for Mean



Lower Bound



Statistic 7,23 6,90



Upper Bound



7,55



5% Trimmed Mean



7,31



Median



8,00



Variance



,887



Std. Deviation



,942



Minimum



5



Maximum



8



Range



3



Interquartile Range



1



Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean



Lower Bound



-,937 -,191 6,17 5,79



Upper Bound



6,55



5% Trimmed Mean



6,17



Median



6,00



Variance



1,205



Std. Deviation



1,098



Minimum



4



Maximum



8



Range



4



Interquartile Range



2



Skewness Kurtosis Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. Intensitas Nyeri Sebelum ,308 35 ,000 Intensitas Nyeri Sesudah ,191 35 ,002 a. Lilliefors Significance Correction



http://lib.unimus.ac.id



,206 -,849



Statistic ,776 ,901



Shapiro-Wilk df 35 35



Std. Error ,159



,398 ,778 ,186



,398 ,778



Sig. ,000 ,004



Intensitas Nyeri Sebelum



http://lib.unimus.ac.id



Intensitas Nyeri Sesudah



http://lib.unimus.ac.id



NPar Tests Descriptive Statistics N Intensitas Nyeri Sebelum Intensitas Nyeri Sesudah



35 35



Mean 7,23 6,17



Std. Deviation ,942 1,098



Minimum



Maximum 5 4



Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Intensitas Nyeri Sesudah Intensitas Nyeri Sebelum



Negative Ranks Positive Ranks Ties Total



a



25 b 0 c 10 35



a. Intensitas Nyeri Sesudah < Intensitas Nyeri Sebelum b. Intensitas Nyeri Sesudah > Intensitas Nyeri Sebelum c. Intensitas Nyeri Sesudah = Intensitas Nyeri Sebelum b



Test Statistics Intensitas Nyeri Sesudah Intensitas Nyeri Sebelum a Z -4,506 Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test



http://lib.unimus.ac.id



Mean Rank 13,00 ,00



Sum of Ranks 325,00 ,00



8 8



Frequencies



Statistics Intensitas Nyeri Sebelum N Valid Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum



35 0 7,23 ,159 8,00 8 ,942 ,887 3 5 8 253



Intensitas Nyeri Sebelum Frequency Valid



Nyeri Sedang Nyeri Berat Terkontrol Total



8 27 35



Percent 22,9 77,1 100,0



http://lib.unimus.ac.id



Valid Percent 22,9 77,1 100,0



Cumulative Percent 22,9 100,0



Frequencies Statistics Intensitas Nyeri Sesudah N Valid Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum



35 0 6,17 ,186 6,00 6 1,098 1,205 4 4 8 216



Intensitas Nyeri Sesudah



Valid



Nyeri Sedang Nyeri Berat Terkontrol Total



Frequency 22 13 35



Percent 62,9 37,1 100,0



http://lib.unimus.ac.id



Valid Percent 62,9 37,1 100,0



Cumulative Percent 62,9 100,0



Frequencies Statistics Usia N



Valid Missing



35 0 32,69 ,675 32,00 32 3,991 15,928 15 26 41 1144



Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum



Frequencies Statistics Pekerjaan N Valid Missing



35 0



Pekerjaan Frequency Valid



Guru IRT PNS Swasta Tenaga Medis Total



6 17 2 8 2 35



Percent 17,1 48,6 5,7 22,9 5,7 100,0



Valid Percent 17,1 48,6 5,7 22,9 5,7 100,0



http://lib.unimus.ac.id



Cumulative Percent 17,1 65,7 71,4 94,3 100,0



Frequencies Statistics Pendidikan N Valid Missing



35 0



Pendidikan Frequency Valid



DIII S1 SMA SMP Total



7 16 11 1 35



Percent 20,0 45,7 31,4 2,9 100,0



Valid Percent 20,0 45,7 31,4 2,9 100,0



http://lib.unimus.ac.id



Cumulative Percent 20,0 65,7 97,1 100,0



Frequencies Statistics Status Obstetri N Valid Missing



35 0



Status Obstetri



Valid



Hamil Kedua Hamil Ketiga Hamil Keempat Hamil Kelima Total



Frequency 22 9 2 2 35



Percent 62,9 25,7 5,7 5,7 100,0



Valid Percent 62,9 25,7 5,7 5,7 100,0



http://lib.unimus.ac.id



Cumulative Percent 62,9 88,6 94,3 100,0



Frequencies Statistics Riwayat SC N Valid Missing



35 0



Riwayat SC



Valid



Belum Pernah SC Sudah Pernah SC Total



Frequency 11 24 35



Percent 31,4 68,6 100,0



http://lib.unimus.ac.id



Valid Percent 31,4 68,6 100,0



Cumulative Percent 31,4 100,0



Crosstabs



N Pekerjaan * Intensitas Nyeri Sebelum



Pekerjaan



Total



Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0%



N



Total Percent 35 100,0%



Pekerjaan * Intensitas Nyeri Sebelum Crosstabulation Intensitas Nyeri Sebelum Nyeri Nyeri Berat Sedang Terkontrol Guru Count 2 4 Expected Count 1,4 4,6 % within Pekerjaan 33,3% 66,7% % within Intensitas Nyeri 25,0% 14,8% Sebelum % of Total 5,7% 11,4% IRT Count 4 13 Expected Count 3,9 13,1 % within Pekerjaan 23,5% 76,5% % within Intensitas Nyeri 50,0% 48,1% Sebelum % of Total 11,4% 37,1% PNS Count 0 2 Expected Count ,5 1,5 % within Pekerjaan ,0% 100,0% % within Intensitas Nyeri ,0% 7,4% Sebelum % of Total ,0% 5,7% Swasta Count 1 7 Expected Count 1,8 6,2 % within Pekerjaan 12,5% 87,5% % within Intensitas Nyeri 12,5% 25,9% Sebelum % of Total 2,9% 20,0% Tenaga Count 1 1 Medis Expected Count ,5 1,5 % within Pekerjaan 50,0% 50,0% % within Intensitas Nyeri 12,5% 3,7% Sebelum % of Total 2,9% 2,9% Count 8 27 Expected Count 8,0 27,0 % within Pekerjaan 22,9% 77,1% % within Intensitas Nyeri 100,0% 100,0% Sebelum % of Total 22,9% 77,1%



http://lib.unimus.ac.id



Total 6 6,0 100,0% 17,1% 17,1% 17 17,0 100,0% 48,6% 48,6% 2 2,0 100,0% 5,7% 5,7% 8 8,0 100,0% 22,9% 22,9% 2 2,0 100,0% 5,7% 5,7% 35 35,0 100,0% 100,0% 100,0%



Crosstabs



N Pekerjaan * Intensitas Nyeri Sesudah



Pekerjaan



Total



Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0%



Total N 35



Pekerjaan * Intensitas Nyeri Sesudah Crosstabulation Intensitas Nyeri Sesudah Nyeri Nyeri Berat Sedang Terkontrol Guru Count 5 1 Expected Count 3,8 2,2 % within Pekerjaan 83,3% 16,7% % within Intensitas Nyeri 22,7% 7,7% Sesudah % of Total 14,3% 2,9% IRT Count 11 6 Expected Count 10,7 6,3 % within Pekerjaan 64,7% 35,3% % within Intensitas Nyeri 50,0% 46,2% Sesudah % of Total 31,4% 17,1% PNS Count 1 1 Expected Count 1,3 ,7 % within Pekerjaan 50,0% 50,0% % within Intensitas Nyeri 4,5% 7,7% Sesudah % of Total 2,9% 2,9% Swasta Count 3 5 Expected Count 5,0 3,0 % within Pekerjaan 37,5% 62,5% % within Intensitas Nyeri 13,6% 38,5% Sesudah % of Total 8,6% 14,3% Tenaga Count 2 0 Medis Expected Count 1,3 ,7 % within Pekerjaan 100,0% ,0% % within Intensitas Nyeri 9,1% ,0% Sesudah % of Total 5,7% ,0% Count 22 13 Expected Count 22,0 13,0 % within Pekerjaan 62,9% 37,1% % within Intensitas Nyeri 100,0% 100,0% Sesudah % of Total 62,9% 37,1%



http://lib.unimus.ac.id



Percent 100,0%



Total 6 6,0 100,0% 17,1% 17,1% 17 17,0 100,0% 48,6% 48,6% 2 2,0 100,0% 5,7% 5,7% 8 8,0 100,0% 22,9% 22,9% 2 2,0 100,0% 5,7% 5,7% 35 35,0 100,0% 100,0% 100,0%



Crosstabs



N Pendidikan * Intensitas Nyeri Sebelum



Pendidikan



Total



Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0%



Total N 35



Pendidikan * Intensitas Nyeri Sebelum Crosstabulation Intensitas Nyeri Sebelum Nyeri Nyeri Berat Sedang Terkontrol DIII Count 2 5 Expected Count 1,6 5,4 % within Pendidikan 28,6% 71,4% % within Intensitas Nyeri 25,0% 18,5% Sebelum % of Total 5,7% 14,3% S1 Count 3 13 Expected Count 3,7 12,3 % within Pendidikan 18,8% 81,3% % within Intensitas Nyeri 37,5% 48,1% Sebelum % of Total 8,6% 37,1% SMA Count 2 9 Expected Count 2,5 8,5 % within Pendidikan 18,2% 81,8% % within Intensitas Nyeri 25,0% 33,3% Sebelum % of Total 5,7% 25,7% SMP Count 1 0 Expected Count ,2 ,8 % within Pendidikan 100,0% ,0% % within Intensitas Nyeri 12,5% ,0% Sebelum % of Total 2,9% ,0% Count 8 27 Expected Count 8,0 27,0 % within Pendidikan 22,9% 77,1% % within Intensitas Nyeri 100,0% 100,0% Sebelum % of Total 22,9% 77,1%



http://lib.unimus.ac.id



Percent 100,0%



Total 7 7,0 100,0% 20,0% 20,0% 16 16,0 100,0% 45,7% 45,7% 11 11,0 100,0% 31,4% 31,4% 1 1,0 100,0% 2,9% 2,9% 35 35,0 100,0% 100,0% 100,0%



Crosstabs



N Pendidikan * Intensitas Nyeri Sesudah



Pendidikan



Total



Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0%



Total N 35



Pendidikan * Intensitas Nyeri Sesudah Crosstabulation Intensitas Nyeri Sesudah Nyeri Berat Nyeri Sedang Terkontrol DIII Count 4 3 Expected Count 4,4 2,6 % within Pendidikan 57,1% 42,9% % within Intensitas Nyeri 18,2% 23,1% Sesudah % of Total 11,4% 8,6% S1 Count 10 6 Expected Count 10,1 5,9 % within Pendidikan 62,5% 37,5% % within Intensitas Nyeri 45,5% 46,2% Sesudah % of Total 28,6% 17,1% SMA Count 7 4 Expected Count 6,9 4,1 % within Pendidikan 63,6% 36,4% % within Intensitas Nyeri 31,8% 30,8% Sesudah % of Total 20,0% 11,4% SMP Count 1 0 Expected Count ,6 ,4 % within Pendidikan 100,0% ,0% % within Intensitas Nyeri 4,5% ,0% Sesudah % of Total 2,9% ,0% Count 22 13 Expected Count 22,0 13,0 % within Pendidikan 62,9% 37,1% % within Intensitas Nyeri 100,0% 100,0% Sesudah % of Total 62,9% 37,1%



http://lib.unimus.ac.id



Percent 100,0%



Total 7 7,0 100,0% 20,0% 20,0% 16 16,0 100,0% 45,7% 45,7% 11 11,0 100,0% 31,4% 31,4% 1 1,0 100,0% 2,9% 2,9% 35 35,0 100,0% 100,0% 100,0%



Crosstabs



N Status Obstetri * Intensitas Nyeri Sebelum



Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0%



Total N 35



Status Obstetri * Intensitas Nyeri Sebelum Crosstabulation Intensitas Nyeri Sebelum Nyeri Nyeri Berat Sedang Terkontrol Status Obstetri Hamil Kedua Count 4 18 Expected Count 5,0 17,0 % within Status Obstetri 18,2% 81,8% % within Intensitas Nyeri 50,0% 66,7% Sebelum % of Total 11,4% 51,4% Hamil Ketiga Count 3 6 Expected Count 2,1 6,9 % within Status Obstetri 33,3% 66,7% % within Intensitas Nyeri 37,5% 22,2% Sebelum % of Total 8,6% 17,1% Hamil Keempat Count 1 1 Expected Count ,5 1,5 % within Status Obstetri 50,0% 50,0% % within Intensitas Nyeri 12,5% 3,7% Sebelum % of Total 2,9% 2,9% Hamil Kelima Count 0 2 Expected Count ,5 1,5 % within Status Obstetri ,0% 100,0% % within Intensitas Nyeri ,0% 7,4% Sebelum % of Total ,0% 5,7% Total Count 8 27 Expected Count 8,0 27,0 % within Status Obstetri 22,9% 77,1% % within Intensitas Nyeri 100,0% 100,0% Sebelum % of Total 22,9% 77,1%



http://lib.unimus.ac.id



Percent 100,0%



Total 22 22,0 100,0% 62,9% 62,9% 9 9,0 100,0% 25,7% 25,7% 2 2,0 100,0% 5,7% 5,7% 2 2,0 100,0% 5,7% 5,7% 35 35,0 100,0% 100,0% 100,0%



Crosstabs



N Status Obstetri * Intensitas Nyeri Sesudah



Status Obstetri



Total



Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0%



Total N 35



Status Obstetri * Intensitas Nyeri Sesudah Crosstabulation Intensitas Nyeri Sesudah Nyeri Nyeri Berat Sedang Terkontrol Hamil Kedua Count 16 6 Expected Count 13,8 8,2 % within Status Obstetri 72,7% 27,3% % within Intensitas Nyeri 72,7% 46,2% Sesudah % of Total 45,7% 17,1% Hamil Ketiga Count 4 5 Expected Count 5,7 3,3 % within Status Obstetri 44,4% 55,6% % within Intensitas Nyeri 18,2% 38,5% Sesudah % of Total 11,4% 14,3% Hamil Keempat Count 1 1 Expected Count 1,3 ,7 % within Status Obstetri 50,0% 50,0% % within Intensitas Nyeri 4,5% 7,7% Sesudah % of Total 2,9% 2,9% Hamil Kelima Count 1 1 Expected Count 1,3 ,7 % within Status Obstetri 50,0% 50,0% % within Intensitas Nyeri 4,5% 7,7% Sesudah % of Total 2,9% 2,9% Count 22 13 Expected Count 22,0 13,0 % within Status Obstetri 62,9% 37,1% % within Intensitas Nyeri 100,0% 100,0% Sesudah % of Total 62,9% 37,1%



http://lib.unimus.ac.id



Percent 100,0%



Total 22 22,0 100,0% 62,9% 62,9% 9 9,0 100,0% 25,7% 25,7% 2 2,0 100,0% 5,7% 5,7% 2 2,0 100,0% 5,7% 5,7% 35 35,0 100,0% 100,0% 100,0%



Crosstabs



N Riwayat SC * Intensitas Nyeri Sebelum



Riwayat SC



Total



Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0%



Total N 35



Riwayat SC * Intensitas Nyeri Sebelum Crosstabulation Intensitas Nyeri Sebelum Nyeri Nyeri Berat Sedang Terkontrol Belum Pernah Count 3 8 SC Expected Count 2,5 8,5 % within Riwayat SC 27,3% 72,7% % within Intensitas Nyeri 37,5% 29,6% Sebelum % of Total 8,6% 22,9% Sudah Pernah Count 5 19 SC Expected Count 5,5 18,5 % within Riwayat SC 20,8% 79,2% % within Intensitas Nyeri 62,5% 70,4% Sebelum % of Total 14,3% 54,3% Count 8 27 Expected Count 8,0 27,0 % within Riwayat SC 22,9% 77,1% % within Intensitas Nyeri 100,0% 100,0% Sebelum % of Total 22,9% 77,1%



http://lib.unimus.ac.id



Percent 100,0%



Total 11 11,0 100,0% 31,4% 31,4% 24 24,0 100,0% 68,6% 68,6% 35 35,0 100,0% 100,0% 100,0%



Crosstabs



N Riwayat SC * Intensitas Nyeri Sesudah



Riwayat SC



Total



Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0%



Total N 35



Riwayat SC * Intensitas Nyeri Sesudah Crosstabulation Intensitas Nyeri Sesudah Nyeri Berat Nyeri Sedang Terkontrol Belum Pernah Count 6 5 SC Expected Count 6,9 4,1 % within Riwayat SC 54,5% 45,5% % within Intensitas Nyeri 27,3% 38,5% Sesudah % of Total 17,1% 14,3% Sudah Pernah Count 16 8 SC Expected Count 15,1 8,9 % within Riwayat SC 66,7% 33,3% % within Intensitas Nyeri 72,7% 61,5% Sesudah % of Total 45,7% 22,9% Count 22 13 Expected Count 22,0 13,0 % within Riwayat SC 62,9% 37,1% % within Intensitas Nyeri 100,0% 100,0% Sesudah % of Total 62,9% 37,1%



http://lib.unimus.ac.id



Percent 100,0%



Total 11 11,0 100,0% 31,4% 31,4% 24 24,0 100,0% 68,6% 68,6% 35 35,0 100,0% 100,0% 100,0%



Frequencies Statistics Intensitas Nyeri Sebelum N Valid Missing



35 0



Intensitas Nyeri Sebelum Frequency Valid



5 6 7 8 Total



2 6 9 18 35



Percent 5,7 17,1 25,7 51,4 100,0



Valid Percent 5,7 17,1 25,7 51,4 100,0



http://lib.unimus.ac.id



Cumulative Percent 5,7 22,9 48,6 100,0



Frequencies Statistics Intensitas Nyeri Sesudah N Valid Missing



35 0



Intensitas Nyeri Sesudah Frequency Valid



4 5 6 7 8 Total



1 10 11 8 5 35



Percent 2,9 28,6 31,4 22,9 14,3 100,0



Valid Percent 2,9 28,6 31,4 22,9 14,3 100,0



http://lib.unimus.ac.id



Cumulative Percent 2,9 31,4 62,9 85,7 100,0



DOKUMENTASI PENELITIAN



http://lib.unimus.ac.id



DAFTAR RIWAYAT HIDUP



Nama



: Riah Damawanti



Tempat, Tanggal Lahir



: Banjarnegara, 04 September 1984



Jenis Kelamin



: Perempuan



Alamat Rumah



: Rt. 04 Rw. 02 Sijeruk Kendal



Nomer telpon / HP



: 087700078444



RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Pendidikan SD di SD N Kebondalem 01 Kendal, lulus tahun 1996 2. Pendidikan SLTP di SMP N 3 Kendal, lulus tahun 1999 3. Pendidikan SLTA di SMU N 2 Kendal, lulus tahun 2002 4. Pendidikan DIII di Akper Muhammadiyah Kendal, lulus tahun 2005



http://lib.unimus.ac.id



http://lib.unimus.ac.id



http://lib.unimus.ac.id



http://lib.unimus.ac.id



http://lib.unimus.ac.id