9 0 741 KB
Artikel Komposisi Analisis Proses Komposisi Pada Sebuah Novel “Midah Si Manis Bergigi Emas”Karya Pramoedya Ananta Toer
Disusun Oleh : NADYA FIRDA ULFA HASANAH (166042)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA JOMBANG Jln.Patimura III No. 20, Sengon, Kec. Jombang Kab. Jombang Jawa Timur 61418 Telp (0321) 861319
TAHUN AJARAN 2017
ARTIKEL KOMPOSIS DALAM NOVEL “Midah Si Manis Bergigi Emas” 2003 Karya Pramodya Ananta Toer
ABSTRAK Penelitian ini berlatar belakang proses komposisi yang ada dalam novel. Objek penelitian ini adalah novel “Midah Si Manis Bergigi Emas” tahun 2003 karya Pram. Dalam novel “Midah Simasi Bergigi Emas” tahun 2003 karya Pramodya Ananta Toer. Bagaimana bentuk-bentuk atau pembentukan kata yang ditulis oleh pengarang di
novel ini, yang nantinya akan berkaitan dengan proses komposisi (kata majemuk) dan akan melahirkan makna baru. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yanitu metode yang menggambarkan data sesuai dengan novel “Midah Si Manis Bergigi Emas” tahun 2003 karya Pram. Adapun teknik penulisan dengan cara catatan langsung. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai proses komposisi dalam novel “Midah Si Manis Bergigi Emas” tahun 2003 karya Pram. Hasil analisis memberikan simpulan bahwa proses komposisi yang ada terdapat dalam novel “Midah Si Manis Bergigi Emas” tahun 2003 karya Pram banyak yang berkelas kata nomina, verba, adjektiva. Sehingga jenis kata yang diperoleh lebih dominan berkelas kata nomina. Begitupun juga dengan makna gramatikal lebih berdominan bermakna gramatikal idiom.
Kata kunci : Proses Komposisi Midah Si Manis Bergigi Emas.
A. Latar Belakang Dalam sebuah sutdi morfologi yang berarti ilmu yang mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata bahasa indonesia seperti proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, konvensi, serta penyerapan dalam bahasa asing, dll. Setiap proses morfologi akan melahirkan makna gramatikal, Begitupun juga dengan komposisi (kata majemuk). Komposisi ini merupakan penggabungan dasar dengan dasar, dalam bahasa indonesia komposisi merupakan satu mekanisme sering dipergunakan dalam pembentukan dan pengayaan kosakata sehingga melahirkan makna gramatikal. Di sini saya tertarik untuk menganalisis proses komposisi pada sebuah novel yang berjudul “Midah Si Manis Bergigi Emas” sebuah karya dari Pramoedya Ananta Toer. Bagaimana bentuk-bentuk atau pembentukan kata yang ditulis oleh pengarang di novel ini, yang nantinya akan berkaitan dengan proses komposisi dan akan melahirkan makna baru. Seringkali orang salah menafsirkan sebuah makna, salah satunya makna dari hasil kompisisi. Maka dari itu saya mencoba untuk menganalisis proses kompisis pada novel “Midah Si Manis Bergigi Emas” ini. Supaya tidak terjadi kekeliruan dalam penafsiran. Terutama bagi mereka yang tergolong awam dan sukar untuk mencari kebenaran makna aslinya.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk komposisi dalam novel “Midah Si Manis Bergigi Emas”? 2. Bagaimana makna Komposisi dari bahan yang di peroleh dari novel “Midah Si Manis Bergigi Emas”? 3. Bagaimana fungsi komposisi dalam dalam sebuah kalimat yang berada pada novel “Midah Si Manis Bergigi Emas”?
C. Kajian Teori KOMPOSISI Menurut Masnur Muslish, yang dimaksud dengan proses pemajemukan atau komposisi adalah peristiwa bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang relatif baru. Hasil dari proses ini disebut kata majemuk. Seperti kata kamar mandi, buku tulis, keras kepala, dan mata air.
Ciri-ciri kata majemuk Ciri-ciri kata majemuk memiliki dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
a.
Segi sifat konstruksi
Pada segi ini kata majemuk tidak bisa disisipi bentuk atau unsur lain, baik bentukyang, dan, -nya, milik. b.
Segi unsur
Bentuk majemuk dalam bahasa Indonesia lebih banyak yang berunsur bentuk-bentuk yang belum pernah mengalami proses morfologis. Misalnya kamar kerja, terima kasih, jual beli, dan bola lampu. Tetapi ada beberapa yang mengalami proses afiksasi, seperti membabi buta, bertekuk lutut, dan tertangkap basah. Pada contoh tersebut, urutan konstruksinya tetap dan menghasilkan arti yang baru.
Jenis pemajemukan dalam bahasa Indonesia 1.
Apabila dilihat dari hubungan unsur-unsur yang mendukungnya. Pemajemukan
dapat dibagi atas tiga, yaitu: a.
Bentuk majemuk yang unsur pertama diterangkan unsur kedua. Terbagi atas dua macam, yaitu o karmadharaya (apabila unsur yang kedua berkelas kata sifat), misalnya: -
orang kecil
(= rakyat jelata)
-
hari besar
(= hari yang diperingati secara nasional)
-
meja hijau
(= pengadilan)
o tatpurusa (apabila unsur kata kedua berkelas kata selain kata sifat), misalnya: -
meja tulis
-
ruang tamu
kamar mandi b.
Bentuk majemuk yang unsur pertama menerangkan unsur kedua. Pada umumnya
berasal dari unsur serapan, terutama bahasa Sanskerta. Misalnya Purbakala, balatentara, dan bumiputra. Bentuk-bentuk ini tidak produktif lagi karena saat ini orientasinya sudah tidak diarahkan pada bahasa Sanskerta. c.
Bentuk majemuk yang unsur-unsurnya tidak saling menerangkan, tetapi hanya
merupakan rangkaian yang sejajar (kopulatif). Bentuk majemuk ini biasa disebut sebagai dwandwa. Apabila dlihat dari hubungan makna antaunsurnya, ada yang setara, berlawanan, dan ada yang bersinonim. Misalnya: - Hubungan setara
:
kaki tangan, daya juang, tanggung jawab;
- Hubungan berlawanan :
jual beli, simpan pinjam, ibu bapak;
- Hubungan bersinonim :
hancur lebur, pucat pasi, sanak saudara.
`
2.
Apabila didasarkan jumlah unsurnya, kata majemuk dapat dikelopokkan
kedalam dua jenis, yaitu:
Pertama, kata mejemuk berunsur dua buah bentuk, misalnya orang tua, anak buah, bini muda, dan lembaran hitam.
Kedua, kata majemuk berunsur lebih dari dua buah (idiom), misalnya senjata makan tuan dan apa boleh buat. Apabila didasarkan pada konstruksi kelas katanya, yaitu: a.
KB-KB
:
tuan tanah, kepala batu, mata keranjang, tanah air.
b.
KB-KK
:
roti bakar, kursi goyang, kamar tidur, ayam sabung.
c.
KB-KS
d.
KK-KB
:
tolak peluru, tusuk jarum, masuk angin, balas budi.
e.
KK-KK
:
turun minum, temu karya, pukul mundur, pulang pergi.
f.
KK-KS
:
tertangkap basah, tahu beres, adu untung.
g.
KS-KB
:
gatal mulut, haus darah, tinggi hati, besar kepala.
h.
KS-KK
:
salah ambil, salah lihat, buruk sangka.
i.
KS-KS
:
panjang lebar, tua rena, lemah lembut, kering kerontang.
:
kursi malas, hidung belang, kepala dingin, bini muda.
Namun, Masnur Muslich menambahkan beberapa kelas kata, yaitu: j.
Kbil-KB :
setengah hati, perdana mentri, empat mata.
k.
Kbil-Kbil :
sekali dua
l.
Kket-KB :
sebelah mata
m.
KB-Kket :
negeri seberang
n.
KB-KK-Kbil :
hewan berkaki seribu
o.
KB-KB-Kbil :
pedagang kaki lima, warga kelas satu, warga kelas dua.
p.
KB-Kket-KK :
apa boleh buat
q.
Kbil-Kbil-KB :
setali tiga uang
r.
KB-KK-KB :
senjata makan tuan
s.
Kbil-KK
setengah hati
:
Sedangkan komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun brntuk imbuhan) untuk mewadahi sautu “konsep” yang belum terampung dalam sebuah kata (Chaer, 2008:209). Macam-macam komposisi yaitu: A. Komposisi Nominal B. Komposisi Verbal
C. Komposisi Ajektival
A. Komposisi Nomina Komposisi nomina adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nominal (Chaer , 2008:216). Contoh: - kakek nenek pergi berlebaran. - mereka memakai baju baru.
No. Komposisi Nomina Dibentuk dari
Contoh
1.
Nomina + Nomina
Kakek nenek dan meja kayu
2.
Nomina + Verba
Buku ajar dan ruang tunggu
3.
Nomina + Ajektiva
Guru muda dan mobil kecil
4.
Adverbia + Nomina
Banyak buaya dan beberapa murid
1. Komposisi Nomina Bermakna Gramatikal Makna gramatikal yang muncul dalam proses pembentukan komposisi nomina antara lain: No. 1.
Makna Grama Sisipan tikal ‘gabungan biasa Dan ’
2.
‘bagian’
3.
‘kepunyaan atau Milik pemilik’
4.
‘asal bahan’
terbuat dari
5.
‘asal tempat’
berasal dari
Dari
Makna Unsur
Contoh
a. (+ pasangan antonim relasio nal)
ayah ibu dan sua mi istri
b. (+ anggota dari satu medan makna)
topan badai dan sa wah ladang
a. Unsur pertama: (+ bagian d an unsur kedua) b. Unsur kedua: (+ keseluruha n yang mencakup unsur pert ama) a. unsur pertama: (+ benda ter milik) b. unsur kedua: (+ insan), (+ yang diinsankan) atau (+ pe milik) (+ bahan pembuat unsur perta ma).
awal tahun, tengah semester, dan akhir bulan.
sepatu adik, rumah nenek, dan tanah ne gara.
cincin emas, sate a yam, dan kursi rota n. (+ tempat berasalnya unsur pert lenong betawi, jeru ama) k bali, dan soto ma dura.
‘bercampur atau dicampur deng an’ ‘hasil buatan’
bercampur
(+ pencampur pada unsur perta ma)
teh susu, roti keju, dan lontong sayur.
Buatan
(+ pembuat unsur pertama)
8.
‘tempat melaku kan sesuatu’
Tempat
a. unsur pertama: (+ ruang) b. unsur kedua: (+ tindakan)
9.
‘kegunaan terte ntu’
Untuk
10.
‘bentuk’
Berbentuk
11.
‘jenis’
Jenis
12.
‘keadaan’
Dalam kead aan
a. unsur pertama: (+ kegunaan ) b. unsur kedua: (+ tindakan) a. unsur pertama: (+ benda) b. unsur kedua: (+ bentuk) ata u (+ wujud) a. unsur pertama: (+ benda ge nerik) b. unsur kedua: (+ benda spesi fik) a. unsur pertama: (+ benda) b. unsur kedua: (+ keadaan)
puisi Chairil, mobil Jepang, dan Lukisa n Afandi. Rumah makan, ka mar mandi dan hala man parkir. Uang belanja, pensi l alis dan kapal per ang. Paku payung, ruma h mungil dan karet gelang. Ayam petelur, mob il sedan dan bunga anggrek.
13.
‘seperti atau me nyerupai’
Seperti atau serupa
14.
‘jender atau jeni s kelamin’
berkelamin
15.
‘model’
Model
16.
‘memakai atau menggunakan’
Memakai
17.
‘yang di...’
Yang di...
18.
‘ada di...’
Di
19.
‘yang (biasa) m elakukan’
6.
7.
20.
a. unsur pertama: (+ benda bu atan) b. unsur kedua: (+ ciri khas be nda) a. unsur pertama: (+ makhluk) b. unsur kedua: (+ gender) a. unsur pertama: (+ benda bu atan) b. unsur kedua: (+ ciri khas da ri sesuatu) a. unsur pertama: (+ benda ala t) b. unsur kedua: (+ bahan yang digunakan) unsur kedua: (+ perlakuan terh adap unsur pertama) a. b.
Gubuk reyot, radio antik dan anak mal as. Kopi bubuk, gula p asir dan rem cakra m. Anak lakilaki, atlet putri dan ayam jago. Topi koboi, celana jengki dan kebaya Kartini. Mesin uap, kapal la yar dan kereta listri k.
Anak angkat, roti b akar dan ikan pepes . unsur pertama: (+ kegiatan) Bajak laut, wisata a unsur kedua: (+ ruang) atau lam dan arung jera (+ tempat) m. unsur pertama: (+ pelaku) Tukang tipu, jago b unsur kedua: (+ tindakan) at alap dan juru bicara au (+ kegiatan) .
Yang melak a. ukan atau y b. ang mengerj akan ‘wadah atau tem Wadah atau a. unsur pertama: (+ wadah) pat’ tempat b. unsur kedua: (+ benda berw adah)
Cangkir kopi, kalen g susu dan kotak su rat.
21.
‘letak atau posis i’
Yang berad a di...
a. unsur pertama: (+ benda) b. unsur kedua: (+ posisi)
22.
‘mempunyai ata u dilengkapi de ngan’ ‘jenjang, tahap atau tingkatan’
Mempunyai atau dileng kapi dengan Tahap atau t ingkat
‘rasa atau bau’
Yang rasan ya atau yan g baunya
a. unsur pertama: (+ benda ala t) b. kedua: (+ pelengkap) a. unsur pertama: (+ kegiatan) b. unsur kedua: (+ tahap) atau (+ tingkatan) a. unsur pertama: (+ benda ras a) atau (benda bau) b. unsur kedua: (+ rasa) atau ( + bau)
23.
24.
Kamar tengah, pint u samping danlaci atas. Rumah tingkat, tru k gandengan dan se peda motor. Sekolah dasar, pem ain pemula dan per wira pertama. Kacang asin, air ta war dan minyak wa ngi.
2. Komposisi Nomina Bermakna Idiomatik Komposisi nomina memiliki makna idiomatik baik berupa idiom penuh maupun idiom se bagian. Idiom penuh artinya, seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat dipredik si secara leksikal maupun secara gramatikal. Contoh: - orang tua, ‘ayah ibu’. - meja hijau, ‘pengadilan’ Sementara komposisi yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu unsurnya masi memiliki makna leksikalnya. Contoh: pakaian kebesaran, gaji buta dan koran kuning (Chaer, 2008:222-223).
3. Komposisi Nomina Metafosis Komposisi nomina yang salah satu unsurnya digunakan secara metafosis, yaitu dengan m engambil salah satu komponen makna yang dimiliki unsur tersebut. Contoh: kaki gunung, ma kna metafosis dari komponen makna kaki yaitu ‘terletak dibagian bawah’. Sedangkan pada k omposisi kaki meja diberi makna metafosis dari komponen kaki yaitu ‘penunjang berdirinya t ubuh’ (Chaer, 2008:223).
4. Komposisi Nomina Nama dan Istilah Sebagai nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal, tidak bermakna idiom atik, juga tidak bermakna metafosis (Chaer, 2008:224). Contoh: Nama
Istilah
Hotel Indonesia
Lepas landas
Tanah Abang
Suku cadang
Kali Ciliwung
Rumah tangga
5. Komposisi Nomina dengan Adverbia Makna komposisi jenis ini ditentukan noleh makna leksikal dari kata adverbiaitu. Adverbi a yang mendampingi namina adalah adverbia negasi seperti, bukan, tiada dan tanpa. Adverbia yang menyataka jumlah seperti, beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang, dan kurang. Co ntoh: tanpa uang, beberapa siswa dan sedikit air (Chaer, 2008: 225).
B. Komposisi Verbal Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal (Chaer, 2 008:225). Contoh: - mereka menyanyi menari sepanjang malam. - dia datang menghadap kepala sekolah.
No.
Komposisi Nomina Dibentuk dari
Contoh
1.
Verba + verba
Duduk termenung dan lari bersembunyi
2.
Verba + nomina
Gigit jari dan membanting tulang
3.
Verba + ajektiva
Lompat tinggi dan berkata keras
4.
Adverbia + verba
Tidak datang dan belum jumpa
1. Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal Makna garamatikal yang muncul dalam proses pembentukan komposisi verbal antara lain: No. 1.
Makna Grama Sisipan tikal ‘gabungan bias Dan a’
Makna Unsur
Contoh
a. Sebagai dua buah kata bersi nonim b. Anggota dari satu medan m akna c. Pasangan berantonim
Bujuk rayu, kasih saya ng dan tegur sapa. Makan minum, baca t ulis dan tingkal laku. Jual beli, pulang pergi dan maju mundur. Hidup mati, rebah ban gun dan bongkar pasa ng. Duduk berbicara dan datang menangis
Atau
Pasangan berantonim
3.
‘gabungan me mpertentangka n’ ‘sambil’
Sambil
4.
‘lalu’
Lalu
a. unsur pertama: (+ tindaka n) dan (+ gerak) b. unsur kedua: (+ tindakan) dan (- gerak) a. unsur pertama: (+ tindaka
2.
Melompat menendang
b. 5.
‘untuk’
Untuk
a. b.
6.
‘dengan’
Dengan
a. b.
7.
‘secara’
Secara
8.
‘alat’
Mengguna kan
a. b. a. b.
9.
‘waktu’
Waktu
a. b.
10.
‘karena’
Karena
11.
‘terhadap’
Terhadap atau akan
12.
‘menjadi’
Menjadi
13.
‘sehingga’
Sehingga a tau sampai
a. b. a. b. a. b. a. b.
14.
‘menuju’
Ke atau m enuju
a. b.
15.
‘arah kedatanga Dari n’
a. b.
16.
‘seperti’
Seperti ata u sebagai
a. b.
n) dan (+ gerak) unsur kedua: (+ tindakan) dan (- gerak) unsur pertama: (+ tindaka n) dan (+ gerak) unsur kedua: (+ tindakan) dan (_ sasaran) unsur pertama: (+ tindaka n) dan (+ gerak) unsur kedua: (+ tindakan) dan (+ keadaan) unsur pertama: (+ tindaka n) unsur kedua: (+ cara) unsur pertama: (+ tindaka n) unsur kedua: (+ alat) atau (+ yang digunakan) unsur pertama: (+ kegiatan ) unsur kedua: (+ saat) atau (+ ketika) unsur pertama: (+ keadaan ) unsur kedua: (+ penyebab) unsur pertama: (+ peristiw a) unsur kedua: (+ bahaya) unsur pertama: (+ penyeba b) unsur kedua: (+ akibat) unsur pertama: (+ tindaka n) unsur kedua: (+ kesudahan ) unsur pertama: (+ gerak ar ah) unsur kedua: (+ arah tujua n) unsur pertama: (+ gerak ar ah) unsur kedua: (+ tempat ke giatan) unsur pertama: (+ keadaan ) unsur kedua: (+ perbandin gan)
dan menerkam meng gigit. Pergi berobat dan dud uk berunding.
Datang merangkak da n pulang terpincangpincang. Terjun bebas dan ceta k ulang. Tolak peluru dan lom pat galah.
Apel pagi dan kawin muda.
Mabuk asmara dan ma ndi kerinngat. Kedap suara dan tahan banting. Jatuh cinta dan pergi h aji. Tembak mati dan puk ul mundur.
Lirik kanan dan pulan g kampung.
Pulang kerja dan usai sekolah.
Mati kutu dan buta ay am.
2. Komposisi Verbal Bermakna Idiomatikal Komposisi verbal yang bermakna idiomatikal, yaitu makna yang dapat ditelusuri atau dipr ediksi baik secara leksikal maupun gramatikal. Contoh: makan garammatikal ‘pengalaman’, gigit jari ‘tidak mendapat apaapa’ dan mengukir langit ‘mengkhayal’ (Chaer, 2008:229).
3. Komposisi Verbal dengan Adverbia Adverbia pendamping verba adalah (Chaer, 2008:231): No.
Adverbia
Kata
1.
negasi
Tidak, tak, tanpa
2.
kala
Sudah, sedang, tengah lagi, akan
3.
keselesaian
Sudah, sedang, tengah, belum
4.
aspektual
Boleh, wajib, harus, dapat, ingin, mau
5.
frekuensi
Sering, jarang, pernah, acapkali
6.
kemungkinan
Mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi
Contoh komposisi dengan kelas adverbia: - tidak makan - harus datang
C. Komposisi Ajektival Komposisi ajektival adalah komposisi pada satuan klausa, berkategori ajektival (Chaer, 2 008:231). Contoh: - gadis yang cantik molek itu duduk termenung. - kaya miskin di hadapan Allah sama saja.
No.
Komposisi Ajektiva Dibentuk dari
Contoh
1.
Ajektiva + ajektiva
Tua muda dan besar kecil
2.
Ajektiva + nomina
Merah darah dan keras hati
3.
Ajektiva + verba
Takut pulang dan malu bertanya
4.
Adverbia + ajektiva
Agak nakal dan sangat indah
1. Komposisi Ajektival Bermakna Gramatikal Makna garamatikal yang muncul dalam proses pembentukan komposisi ajektival antara lain: No . 1.
Makna Gramatikal
Sisipan
‘gabungan biasa’
Dan
Atau
3.
‘alternatif atau piliha n’ ‘seperti’
4.
‘serba’
5.
‘untuk’
Untuk
6.
‘kalau’
Kalau
2.
Seperti
Makna Unsur
Contoh
a. Pasangan bersinonim
Gagah berani dan sega r bugar b. Pasangan berantonim atau Baik buruk dan atas b beroposisi awah c. Sejalan atau tidak bertent Adil makmur dan keci angan l mungil Bertentangan sebagai pasan Panjang pendek dan k gan berantonim alah menang a. unsur pertama: (+ warna) Merah jambu dan biru b. unsur kedua: (+ benda be laut rwarna) Memiliki makna yang sama a. Komposisi: dan strukturnya sama denga Warna seragam merek n struktur reduplikasi utuh a biru-biru. b. Reduplikasi: Kumpulkan yang birubiru, yang lainnya bua ng saja. a. unsur pertama: (+ sikap Malu bertemu dan tak batin) ut pulang b. unsur kedua: (+ kejadian ) atau (+ tindakan) a. unsur pertama: (+ perasa Khawatir mendengar an batin) dan curiga melihat b. unsur kedua: (+ tindakan )
2. Komposisi Ajektiva Bermakna Idiomatikal Komposisi ajektiva bermakna idiomatikal, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal (Chaer, 2008:234). Contoh: panjang usus, ‘sabar’ dan tinggi hati , ‘angkuh’.
3. Komposisi Ajektival dengan Adverbia Menurut Chaer, (2008:234) adverbia yang mendampingi ajektival untuk membentuk kom posisi ajektival adalah: a. Adverbia negasi: tidak b. Adverbia derajat: agak, sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali. Contoh: tidak bagus, tidak mudah, agak tinggi, dan kurang rapat.
D. Fungsi Morfem Konstruksi Majemuk No
Kelas kata
Contoh
1.
Nomina + Nomina = Nomina
Tanah Air, Suami Istri, , Darah Daging
2.
Verba + Verba = Nomina
Sepak Terjang
3.
Adjektiva + Adjektiva = Nomina
Suka Duka
4.
Nomina + Adjektiva = Nomina
Kambing Hitam
5.
Verba + Nomina = Nomina
Sepak Bola
Jadi morfem dalam dalam konstruksi majemuk bisa berubah kelas katanya. Perubahan itu disebabkan oleh penggabungan unsur-unsurnya.kelas kata majemuk, di samping bisa sama persis dengan kedua unsurnya, bisa pla dengan salah satu unsurnya, bahkan berbeda sama sekali dari unsurnya.
E. Pembahasan Berikut adalah data kata yang telah ditemukan dalam nonel “Midah Si Manis Bergigi Emas”. No. 1.
Kata Lemah lembut
Kutipan “Ia perlakuan semua mereka dengan lemah lembut dan ia beri mereka upah yang patut”
2.
Pring Hitam
“sudah dapat ditentukan ia duduk di kursi goyang sambil mengdengarkan piring hitam yang membawakan suara Umi Kalsum kepadanya”
3.
Gadis kecil
“Sekali hentak ia telah menjadi gadis kecil yang liar”
4.
Hilang lenyap
“Dengan keputusan itu hilang lenyap seluruh kesedihan, perasaan akan kegoyahan nasibnya, kekuatan dan keliarannya”
5.
Tengah malam
“Dan waktu tengah malam lewat dan kepala rombongan itu jatuh tertidur sambil merangkulnya ia masih tetap mendoa dan etrus mendoa sehingga akhirnya pun jatuh tertidur pula”
6.
Kampung Duri
“Ia terus mengikuti, dari Kampung Duri hingga Glodok, dan dari Glodok ke Pasar Baru”
7.
Pecah Belah
“Ia menyaksikan betapa amarah bapak telah menyebabkan piringan-piringan yang begitu ia cintai,
baru kemarin pula dibeli dan menjadi miliknya, pecah belah tak tertolong lagi” 8.
Polisi lalu lintas
“Dari depot kemudian muncul polisi lalu lintas yang telah dikenalnya”
9.
Pisau cukur
“pandangannya yang mundur, anaknya yang bertambah banyak juga, hutangnya yang mulai meningkat- semua itu menyebabkan orang itu seakan pisau cukur yang kehilangan sarungnya dan tiap waktu bisa melukai orang”
10.
Gigih Putih Gemerlapan
“Midah tersenyum. Giginya putih gemerlapan”
11.
Pulang kerja
“Sehabis pulang kerja segera ia menggendong adik”
12.
Pasar Baru
“Glodok, Pasar Baru, Jatinegara, Senen, Sawah Besar, Tanah Abang, Priok”
13.
Sawah Besar
“Glodok, Pasar Baru, Jatinegara, Senen, Sawah Besar, Tanah Abang, Priok”
14.
Tanah Abang
“Glodok, Pasar Baru, Jatinegara, Senen, Sawah Besar, Tanah Abang, Priok”
15.
Merah membara
“Seklai ia tersenyum. Dan senyum itu disambut oleh Min dengan wajah merah membara”
16.
Pasar Senen
“Sabar, Nini. Kalau engkau beitu cemburuan, aku takut engkau jatuh jadi pengemis di Pasar Senen”
17.
Pusat Perhatian
“Midah tahu ia menjadi pusat perhatian”
18.
Melemparkan Senyum
“Dengan peci Mimin kurus ia memasuki restoranrestoran, melemparkan senyum ke kiri dan ke kanan.
19.
Sikambing Kacang
“Tetapi tidaklah lama karena dari pojok-pojok itu lahir berbagai macam ucapan yang memberangsangkan hati sikambing kacang”
20.
Rumah Sakit
“Waktu sakit pertama menyerang perutnya, buru-buru ia pergi kerumah sakit”
21.
Berjalan Kaki
“Ia terus berjalan kaki dari kampung ke kapung, dari jalan ke jalan”
22.
Kantor Polisi
“Ya, lebih baik nyoya pergi ke kantor polisi”
23.
Jantung Kota
“Daerah Si manis bukanlah di jantung kota di mana
banyak terdapat restoran” 24.
Begitu Lurus Hati
“Begitu lurus hati dia, begitu terus terang”
25.
Mendung Menyapa Wajah
“Waktu nyoya rumah melihat mendung menyapu wajah kedua orang muda itu, nampak terkejut”
26.
Tanah Lapangan Gambir
“Tanah lapang Gambir telah diselubungi rembang dan lampu jalanan telah menyala, berbasis seperti serdadu membawa obor”
27.
Gila Pujian
“Abdul merasa bersalah karena gila pujian”
28.
Angkat Pantat
“kalau engkau tak kawini Ahmad, seru nyoya rumah sekali lagi, sekarang juga kau harus angkat pantat dari sini”
29.
Genderang Perang
“Genderang perang berdentaman di hati Midah”
30.
Sebilah Pisau
“Keinsyafan itu melahirkan sebilas pisau yang menggurat hatinya”
31.
Sepanjang jalan
“sepanjang jalan ia dengar pekikikan rodjali”
32.
Membanting tulang
“Kalau engkau tahu bagaimana seorang tua harus membanting tulang mencari penghasilan, engkau akan mengerti bagaimana keruh hatinya bila tak dapat diterima apa yang sudah meminta banyak dari tenaganya. ”
33.
Rumah tangga
“Anaknya, cintanya, ketakutannya terhadap orang tuanya, dan cinta yang melalui kehormatan rumah tangga nyoya rumah”
34.
Tukang beca
“Baru ia memerintahkan tukang beca menuju kerumah orang tuanya.”
35.
Harta benda
“Aku tahu. Engkaulah satu-satunya harta benda orang tuamu”
36.
Seganas-ganas Macan
“Seganas-ganas macan, dia takkan memamakan anaknya sendiri”
37.
Jatuh Tertidur
“Akhirnya ia jatuh tertidur”
38.
Kamar Mandi
“Pagi-pagi benar ia telah bangun dan segera lari ke kamar mandi untuk membuang muntahnya”
39.
Jijik Melihat
“Maula-mula ia jijik melihat perbuatan itu”
40.
Membabi Buta
“dan ketak pedulian emaknya melela membabi buta”
Dari kata-kata yang telah ditemukan dalam novel, berikut analisi proses komposisi. A. Bentuk (Fungsi Komposisi) 1. Kata lemah lembut, kata lemah itu adalah kata adjektiva dan kata lembut juga berkelas kata adjektiva. Setelah kedua unsur tersebut berpadu lemah lembut berkelas kata nomina. 2. Kata gadis kecil, kata gadis adalah kata nomina dan kecil kata adjektiva. Setelah kedua unsur itu berpadu kata gadis kecil berkelas kata nomina. 3. Kata membabi buta, kata membabi adalah kata verba dan buta adalah kata adjektiva. Setelah kedua kata itu berpadu kata membabi buta berkelas kata nomina. 4. Kata kampung duri, kata kampung adalah kata nomina dan kata duri adalah kata nomina. Setelah kedua kata itu berpadu kata kampung duri berkelas kata nomina. 5. Kata berjalan kaki, kata berjalan adalah kata verba dan kata kaki adalah kata verba. Setelah kedua kata itu berpadu kata berjalan kaki berkelas kata verba.
B. Makna Gramatikal 1. Kata lemah lembut, tidak mempunyai makna gramatikal. 2. Kata gadis kecil, mempunyai makna gramatikal ‘jender atau jenis kelamin’. Makna gramatikal ‘gender’ dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ makhluk) dan komponen kedua memiliki makna (+ gender) atau sebaliknya. 3. Kata membabi buta, mempunyai makna gramatikal ‘seperti atau menyerupai’. Sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipi kata seperti atau serupa. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memmiliki komponen makna (+ benda buatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ ciri khas benda). 4. Kata kampung duri, tidak mempunyai makna gramatikal. 5. Kata berjalan kaki, mempunyai makna gramatikal ‘dengan’. Sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipi kata dengan. Makna gramtikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak) dan unsur kedua memiliki memiliki komponen makna (+ tindakan) atau (+ keadaan).
C. Aspek Semantik 1. Kata lemah lembut, merupakan istilah. Sebagai istilah komposisi tidak bermakna, tidak bermakna idiomatik, juga tidakbermakna metaforis. 2. Kata gadis kecil, yaitu kata yang beridiom sebagian. Dimana salah satu unsurnya masih bermakna leksikal. Jadi gadis kecil bermakna wanita yang masih muda 3. Kata membabi buta, yaitu kata yang beridiom penuh. Dimana semua unsurnya merupakan satu kesatuan. Jadi kata membabi buta bermakna melakukan sesuatu secara nekat, tidak peduli apa-apa lagi. 4. Kata kampung duri, merupakan sebuah nama dari sebuah tempat. Sebagai nama komposisi tidak bermakna, tidak bermakna idiomatik, juga tidakbermakna metaforis. 5. Kata berjalan kaki, merupakan makna subordinatif. Dimana makna tergangung pada komponen makna yang dimiliki unsur keduanya.
No
Kata
Bentuk
Fungsi
Makna
Aspek
Kata
Komposisi
Gramatikal
Semantik
1
Lemah lembut
Adj + Adj
Nomina
-
2
Pring Hitam
N + Adj
Nomina
jenis
Idiom penuh
3
Gadis kecil
N + Adj
Nomina
Jender atau jenis
Idiom
kelamin
sebagian -
Istilah
4
Hilang lenyap
verb + Adj
Nomina
5
Tengah malam
N+N
Nomina
6
Kampung Duri
N+N
Nomina
7
Pecah Belah
Verb +
Nomina
Yang di...
Idiom penuh
Nomina
Yang biasa
Idiom penuh
Bagian
Istilah Idiom penuh
-
Nama
Verb 8
Polisi lalu lintas
N+N
melakukan 9
Pisau cukur
N + Verb
Nomina
Kegunaan tertentu
Subordinatif
10
Gigih Putih
N + Adj
Nomina
Seperti atau
Koordinatif
Gemerlapan
menyerupai
11
Pulang kerja
verb + V
Verba
Arah kedatangan
Idiom penuh
12
Pasar Baru
N+N
Nomina
-
Nama
13
Sawah Besar
N + Adj
Nomina
-
Nama
14
Tanah Abang
N+N
Nomina
-
Nama
15
Merah membara
Adj + Adj
Nomina
-
Istilah
16
Pasar Senen
N+N
Nomina
-
Nama
17
Pusat Perhatian
N+N
Nomina
Bagian
Idiom penuh
18
Melemparkan
Verb + Adj
Verba
Sambil
Idiom penuh
Nomina
Seperti atau
Istilah
Senyum 19
Si kambing Kacang N + N
menyerupai 20
Rumah Sakit
N + Adj
Nomina
Tempat melakukan
Idiom penuh
sesuatu 21
Berjalan Kaki
Verb + N
Verba
Dengan
Subordinatif
22
Kantor Polisi
N+N
Nomina
Tempat melakukan
Nama
sesuatu 23
Jantung Kota
N+N
Nomina
Bagian
Istilah
24
Begitu Lurus Hati
Adj + N
nomina
-
istilah
25
Mendung Menyapa
Verb + N
Nomina
-
Istilah
N+N
Nomina
-
Nama
Wajah 26
Tanah Lapangan Gambir
27
Gila Pujian
Adj + N
Adjektiva
Kalu
Idiom penuh
28
Angkat Pantat
Verb + N
Nomina
-
Istilah
29
Genderang Perang
N+N
Nomina
-
Istilah
30
Sebilah Pisau
Adverb + N
Nomina
-
Istilah
31
Sepanjang jalan
N+N
Nomina
bagian
Idiom sebagian
32
Membanting tulang
verba + N
Nomina
Memakai atau
Idiom penuh
menggunakan 33
Rumah tangga
N+N
Nomina
34
Tukang beca
N+N
Nomina
-
istilah
Yang (biasa) melakukan
35
Harta benda
N+N
Nomina
Anggota dari satu
Idiom penuh
medan makna 36
Seganas-ganas Macan
Adj + N
Nomina
Seperti atau menyerupai
Istilah
37
Jatuh Tertidur
Verb +
Verba
Lalu
Koordinatif
Nomina
Tempat melakukan
Idiom penuh
Verb 38
Kamar Mandi
N + Verb
sesuatu 39
Jijik Melihat
Adj + Verb
Adjektiva
Kalau
Idiom penuh
40
Membabi Buta
N + Adj
Nomina
Seperti atau
Idiom
menyerupai
sebagian
D. Kesimpulan Dari analisis novenl “Midah Si Manis Bergigi Emas” bentuk kata yang di dapat banyak yang berkelas kata nomina, verbaa, dan adjektiva. Sehingga jenis kata yang diperoleh lebih dominan berkelas kata nomina. Begitupun juga dengan makna gramatikal lebih berdominan bemakna gramatikal idiom.
Daftar Pustaka Muslich, Masnur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Kajian Ke Arah Tata Bahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara Chaer, Abdul. (2015). Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Iyo Mulyono. (2013). Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Teori dan Sejumput Probelmatika Terapannya. Bandung: Yrama Widya