Artikel Pasar Induk Gadang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR INDUK DENGAN PENDEKATAN META-SWOT ( Studi Pada Pasar Induk Gadang Kota Malang) ABSTRAK



1. Perkenalan Perkembangan perekonomian di kota Malang dalam masa sepuluh tahun terakhir ini sangatlah pesat, tentu hal ini sejalan dengan berkembangnya kota Malang sebagai salah satu kota tujuan pendidikan di Indonesia juga sebagai perkembangan kota administrative terbesar kedua di J awa Timur dan sebagai kota tujuan wisata di Indonesia juga. Kondisi tersebut juga diikuti perkembangan perekonomian di Malang sangatlah terasa dampaknya dalam pemenuhan berbagai komoditi di Pasar Induk Gadang, karena berbagai komoditi tersebut baik sayuran dan buah-buahan juga kebutuhan beberapa bahan pokok , semua pusat perdagangannya melewati Pasar Induk Gadang. Sehingga muncul berbagai permasalahan dan khusunya cara pengembangan potensinya. Untuk itu perlu untuk dilakukan strategi pengembangannya agar mampu memberikan sedikit solusi agar supaya perekonomian bisa berjalan lancar dan bertumbuhkembang sesuai dengan potensinya. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Malang memiliki salah satu tujuan diantaranya mendorong pelaku ekonomi sektor informal dan UKM agar lebih produktif dan kompetitif yang mana dibutukan suatu pemetaan masalah serta potensi yang dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut. Pasar menjadi salah satu tempat dimana sektor informal dan UKM berada. Kegiatan ekonomi yang terdapat di berbagai jenis pasar merupakan salah satu upaya dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik sebagai pembeli maupun penjual. Pemetaan potensi pasar induk di kota Malang merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar masalah dan tantangan kedepan terhadap permasalahan di era modernisasi ini. Yang mana persaingan dengan pasar swalayan modern menjadikan pasar tradisional relatif semakin sulit berkembang. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia mendefinisikan pasar Induk sebagai pusat distribusi yang menampung hasil produksi petani dalam jumlah partai besar dan kemudian akan dibeli oleh para pedagang tingkat grosir. Dengan fungsi tersebut maka pasar Induk biasanya menempati area yang besar dengan berbagai fasilitas pendukung seperti pergudangan, pusat informasi pasar, area pelelangan, perkantoran, area bokar muat dan lahan parkir. Dengan melihat fasilitas pendukung tersebut, pasar induk akan lebih baik berada di daerah yang memiliki lahan relatif lebih luas dengan akses yang mudah. Komoditas dari pasar Induk akan dibeli para pedagang tingkat eceran untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran dengan posisi yang mendekati lokasi konsumen. Pasar Induk yang terdapat di daerah perkotaan yang memiliki jumlah penduduk padat tidak hanya berfungsi untuk masyarakat perkotaan saja, melainkan juga untuk daerah-daerah hinterland. Daerah-daerah hinterland memerlukan pasar yang dapat menampung barang-barang yang nantinya harus dipasarkan di wilayah kota Malang. Wilayah pasar di kota Malang yang tentunya juga menyebar mendekati lokasi konsumen berada tentunya juga membutuhkan keberadaan pasar induk sebagai pusat koleksi dan distribusi kebutuhan barang masyarakat kota Malang. Pasar Induk sendiri memiliki peran sebagai pusat grosir, seleksi komoditas, pusat informasi pasar,pengendalian kualitas dan fungsi keuangan. Sebagai pusat grosir tentunya pasar induk harus memenuhi kriteria sebagai tempat jual-beli, pengepakan, transportasi, pergudangan, dan penyuluhan. Sedangkan sebagai seleksi komoditas di pasar Induk, terdapat kegiatan seperti pemilihan, klasifikasi, pengepakan dan kegiatan lain dengan upaya peningkatan mutu. Pasar Induk sebagai pusat informasi pasar menyediakan beberapa informasi seperti harga, volume permintaan, dan selera konsumen. Pengendalian kualitas juga merupakan salah satu peran dari pasar induk yang mana selama proses pengelolaan komoditas mulai dari pengangkutan dari daerah sampai proses bongkar muat di pasar induk dan penyimpanan di pergudangan memenuhi syarat. Pengelola pasar Induk juga dapat melaksanakan pembelian lebih dahulu, yang mana nantinya tersedia jasa keuangan/pinjaman dan juga keringanan pembayaran kepada para pedagang di pasar Induk. Pasar induk yang merupakan bagian dari pasar tradisional sangat penting untuk diperhatikan dimana dalam penelitian Rizal (2013) disebutkan bahwa pasar tradisional merupakan salah satu



aspek penting dalam perekonomian masyarakat dimana banyak orang mencari mata pencaharian di pasar tradisional dan mempermudah petani dalam menjual hasil bumi secara langsung. Buruknya sistem maupun insfrastruktur pasar tradisional di perkotaan mengakibatkan para konsumen banyak beralih ke pasar modern hal ini juga di dukung oleh penelitian Rufaidah (2008). Pola pemetaan potensi pasar tradisional menjadi sangat dibutuhkan untuk menjaga eksistensi dan fungsi pasar induk yang merupakan salah satu bagian dari pasar tradisional. Selanjutnya diperlukan revitalisasi pasar tradisional dengan memperhatikan bentuk bangunan, penataan kios, jumlah pedagang, sarana dan prasarana, lokasi pasar, aksestabilitas pasar tradisional dan sistem pengelolaan dari pemerintah (Qoriah,2014). Hal yang harus diperhatkan disini adalah tidak semua program revitalisasi pasar berhasil dan sukses dilaksanakan sehingga diperlukan suatu pemetaan potensi untuk mendukung program revitalisasi. Dengan melihat fungsi pasar Induk maka pola perdagangan dalam sistem perpasaran bagi suatu kota akan semakin sederhana dan dapat menghasilkan harga yang relatif lebih stabil dan mempermudah pengawasan pemerintah. Selain fasilitas penunjang juga diperlukan kebijaksanaan pemasaran dari pihak pengelola pasar (pemerintah) guna mendukung terselenggaranya fungsi pasar Induk. Maka dari itu mengingat pentingnya keberadaaan pasar Induk di Kota Malang maka diperlukan suatu kegiatan pengidentifikasian dan pemetaan masalah berikut juga potensi pasar Induk di wilayah Kota Malang. Yang mana diketahui bahwa kota Malang merupakan salah satu kota yang tingkat kepadatan penduduk serta perputaran ekonomi baik barang dan jasa juga relatif tinggi. Eksistensi keberadaan pasar induk akan mampu mendukung keberadaan pasar tradisional selain pasar Induk, sehingga dapat mendorong pelaku ekonomi sektor informal dan UKM agar mampu bersaing dengan sektor modern seperti swalayan dll. Kondisi pasar Induk yang telah ada di Kota Malang yaitu pasar Induk Gadang perlu untuk dilihat potensi pengembangan dan revitalisasinya dalam sebuah kegiatan yang dapat mengidentifikasi masalah dan tantangan agar tercipta pasar induk yang aman, nyaman, efisien dan berkontrubusi terhadap perekonomian wilayah Kota Malang. Pasar Induk Gadang sendiri merupakan pasar induk yang memiliki jumlah pedagang kurang lebih 3000 dan menampung komoditas pertanian di area sekitar Malang raya. Bertambahnya jumlah pedagang di pasar induk Gadang yang semakin tahun semakin meningkat yang tidak diimbangi dengan peningkatan kondisi pasar baik secara kualitas maupun kuantitas juga menjadi salah satu masalah utama (Anas,__). Untuk mencapai efisiensi tersebut diperlukan pasar induk yang memiliki daya saing dan memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi yang mampu bersaing dengan pasar modern. Sehingga sangat dibutuhkan pengembangan dan rancangan ulang sistem di pasar Induk Gadang. Fleisher dan Bensoussan (2002) menyatakan bahwa standar kualitas untuk perencanaan strategi dapat disimpulkan pada akronim “FAROUT”. Mereka harus future-oriented (berorientasi pada masa depan), accurate (akurat), resource-effiient (efisiensi sumber daya), objective (objektif), useful (berguna), dan timely (tepat waktu). Standar kualitas ini bisa didapatkan dengan menggunakan model perencanaan strategi baru yaitu Meta-SWOT yang merupakan bentuk pengembangan dari analisis SWOT (Strength, Weakness , Opprotunity , Threat ). Meta-SWOT merupakan alat analisis yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan strategi dan pengembangan strategi karena dapat menghasilkan strategi bersaing yang didasarkan pada kecocokan yang baik antara sumber daya internal dan faktor eksternal. Sumber daya internal dianalisis menggunakan pandangan berbasis sumber daya atau Resource Based View (RBV) dan faktor eksternal dianalisis menggunakan PESTEL. Meta-SWOT sangat cocok digunakan untuk perencanaan strategi karena analisis ini dapat memfasilitasi analisis dengan pesaing dan menganalisis faktor internal dan eksternal secara lebih mendalam dan detail daripada analisis SWOT, sehingga perusahaan dapat menemukan sisi “unique” yang dimilikinya yang tidak dimiliki oleh pesaing.



Dari latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk:  Menganalisis dan menjelaskan potensi pengembangan pasar Induk Gadang.  Melihat daya saing dan kemanfaatan pasar Induk kota Malang terhadap perokonomian wilayah.  Memberikan gambaran potensi pengembangan pasar Induk Kota Malang (Dikembangkan di lokasi yang sama atau dipindahkan di lokasi yang sama atau dipindahkan di lokasi yang lebih strategis) Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif dengan survey untuk mendapatkan keterangan yang jelas mengenai masalah-masalah dan potensi-potensi yang dimiliki Pasar Induk Gadang. Data dianalisis menggunakan Meta-SWOT. Kerangka teori yang dibentuk didasarkan pada sumber teoritis yang cukup kuat yaitu  pasar (Samuelson, 2004);  pasar induk  pembangunan atau revitalisasi pasar induk (Moeliono, 2007);  strategi pengembangan (Olsen dan Eadie dalam Bryson, 2004);  implementasi manajemen pengelolaan pasar 2. Kerangka Teori 2.1 Pasar Samuelson (2004) mengemukakan bahwa pasar merupakan sebuah mekanisme yang melalui para pembelinya dan para penjual berinteraksi untuk menentukan harga dan melakukan pertukaran barang dan jasa. Pandangan ekonomi menyebutkan bahwa pasar merupakan suatu tempat bertemnya permintaan dan penawaran. Menurut kegiatannya pasar digolongkan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Pasar ecer yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran secara eceran. 2. Pasar grosir dimana terdapat permintaan dan penawaran dalam jumlah besar 3. Pasar induk dimana merupakan tempat pengumpulan dan penyimpanan bahan-bahan pangan untuk disalurkan ke grosir dan pembelian. 2.2 Pasar Induk Peran pasar induk dipertegas dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 3 Tahun 2008 tentang Perlindungan, Pemberdayaan dan Penataan Pasar Modern di Provinsi Jawa Timur, yang mana menegaskan bahwa pasar induk merupakan pusat distribusi yang menampung hasil pertanian yang dibeli oleh para pedegang pada tingkat grosir yang kemudian dijual pedagang di tingkat eceran yang selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran. Dimana dalam peraturan terseut juga menunjukkan perhatian pemerintah tentang keberlangsungan pasar tradisional ditengah pertumbuhan pasar modern. Pasar tradisional diharapkan mampu berkembang, saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan sehingga dibutuhkan suatu upaya pembinaan, perlindungan dan pemberdayaan pasar tradisional serta penataan dan pengendalian pasar modern. 2.3 Pembangunan atau Revitalisasi Pasar Induk Revitalisasi merupakan suatu cara, proses menghidupkan kembali atau menggiatkan kembali berdasarkan kamus besar bahas indonesia (Moeliono, 2007). Fungsi revitalisasi pasar adalah agar pasar tradisional dapat dijadikan “model” oleh Pemerintah Daerah untu pengembangan di masa yang akan datang dan agar fungsi pasar induk tetap terlaksan guna mendukung keberadaan pasar tradisional di tengah gempuran modernisasi.



2.4 Strategi Pengembangan Strategi merupakan suatu upaya pengembangan keunggulan organisasi atau institusi dalam lingkungan eksternal maupun internal yang kompetitif dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisai (Tangkilisan,2005). Strategi suatu organisasi akan bermanfaat dan optimal apabila dikelola dengan baik, sehingga perencanaan strategis mutlak diperlukan. Olsen dan Eadie (dalam Bryson, 2004) mengemukakan bahwa perencanaan strategis sebagai upaya disiplin untuk menghasilkan keputusan serta suatu tindakan yang mendasar dalam membentuk dan membimbing organisasi. Strategi pengembangan dalam konteks ini juga melihat bagaimana kondisi yang ada di lingkungan sekitar. Dengan menganalisis lingkungan sekitar maka dapat melihat kekuatan dan kelemahan, sehingga penyusunan strategi dapat dimanfaatkan secara efektif. 2.5 Implementasi Manajemen Pengelolaan Pasar Implementasi pengelolaan pasar tradisional yang profesional telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.70/M-DAG/PER/12/2013, yang mana pasar harus menciptakan elemen-elemen seperti dibawah ini : 1. Menstabilkan harga 2. Memastikan kesesuaian standar berat dan ukuran supaya menjaga tertib ukur dalam proses perlindungan baik pedagang maupun konsumen pasar 3. Melaksanakan pembinaan, pendampingan, dan pengawasan kepada para pedagang 4. Memberikan ruang usaha bagi pegadang 3. Metodologi Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif dengan pendekatan survei yang dapat diartikan pengamatan dan penyelidikan secara kritis untuk mendapatkan keterangan yang jelas mengenai masalah-masalah yang ada di pasar induk. Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Gadang di wilayah kerja Kota Malang, Provinsi Jawa Timur pada bulan April-Mei 2018. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data primer yang didukung dengan data sekunder. Sumber data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan informan penelitian yaitu Pedagang di Pasar Gadang sebagai informan kunci, SKPD terkait sebagai member check dan Forum Group Discussion (FGD). Data sekunder diperoleh dari publikasi-publikasi yang terkait dengan penelitian dan dapat digunakan sebagai bahan pendukung dalam laporan penelitian potensi pengembangan pasar induk Gadang. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua stakeholder yang mendukung dan menjalankan aktivitas pekerjaan dan berhubungan dengan keberadaan pasar induk Gadang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa penjual atau produsen, beberapa pembeli atau konsumen, petugas kebersihan, petugas keamanan dan parkir, serta hasil wawancara tersebut dilakukan cross check dengan dinas-dinas yang terkait. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yakni teknik pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil hanya yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu tentang pemetaan potensi pasar induk Gadang. Untuk memperkuat analisis data primer dengan metode kualitatif, data-data sekunder yang didapatkan diolah secara content analysis atau analisis isi. Analisa hasil juga didukung menggunakan analisa Meta-SWOT yang mana hasil yang diperoleh akan lebih berguna yang mana menggunakan kerangka VRIO (valuable, rarity, inimitable dan organization). Perangkat aplikasi Meta-SWOT diantara : Worksheet, Teknik perencanaan strategis FAROUT (future oriented, accurate, objective, useful, timely), Diagram alir Meta-SWOT (1. Peta Kompetitif, 2. Peta Strategi).



Penelitian ini menggunakan triangulasi data untuk menjaga kredibilitas dan keabsahan data kualitatif sebagai berikut : 1. Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan penelitian pada informan yang berbeda dari berbagai pasar dan melakukan pra-penelitian pada pedagang, wawancara pada UPT Pasar dan penelitian utama dengan informan yang berbeda dari pra-penelitian 2. Triangulasi teknik dilakukan dengan menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu wawancara, dokumentasi, dan focus group discussion dengan pemangku kepentingan 3. Triangulasi waktu dilakukan dengan melaksanakan pra-penelitian, wawancara dan focus group discussion pada waktu yang berbeda hingga didapatkan kecukupan data. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisa Potensi Pasar Induk Gadang  Letak Pasar Gadang yang Strategis Letak Pasar Gadang sangatlah strategis berada di pinggiran kota Malang dan dekat dengan terminal angkutan umum. Dengan letak tersebut maka pasar Gadang relatif mudah dijangkau oleh pemasok dari sentra produkdi baik kota Malang maupun luar kota Malang. Selain pemasok, pedagang kulakan yang berdagang di pasar kawasan maupun lingkungan di kota Malang juga mudah menjangkaunya. Letaknya juga berada di jalan besar yang mudah diakses oleh penduduk luar Kota. Dengan kedekatannya dengan terminal juga mempermudah distribusi komoditas dari dan keluar daerah.  Pertumbuhan Penduduk yang Relatif Cepat Kota Malang terjadi kedatangan penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya baik migrasi yang relatif lama yaitu dalam hitungan tahun seperti migrasi akibat akses pendidikan dan pekerjaan maupun migrasi yang tidak terlalu lama seperti para wisatawan yang mengakses wisata di Kota Batu maupun Kabupaten Malang. Akibat dari jumlah penduduk yang terus meningkat, kebutuhan akan pangan juga meningkat. Teori ekonomi tentang permintaan menjelaskan permintaan yang tinggi mengakibatkan harga barang menjadi naik sehingga diperlukan suplai barang yang besar agar harga menjadi stabil. Suplai barang ini dapat dikendalikan melalui pasar induk.  Kebutuhan Komoditas Pangan yang Terus Meningkat Pertumbuhan penduduk di kota malang yang tinggi berakibat pada kebutuhan pangan yang tinggi juga. Kebutuhan pangan yang disediakan baik di pasar tradisional maupun modern menjadi sangat penting Kota Malang sebagai kota tujuan wisata, pendidikan dan industri sangat cocok untuk tumbuh kembang usaha kuliner, yang terbukti banyaknya penjual makanan dari pedagang kaki lima, warung, kafe maupun restoran yang terus berkembang. Hal ini menjadikan pemenuhan komoditas pangan di Kota Malang meningkat dan tentunya keberadaan pasar induk sangat dibutuhkan.  Banyaknya Pasar Tradisional di Kota Malang Kemunculan pasar tradisional di kota malang baik pasar kawasan maupun pasar lingkungan membutuhkan suplai barang. Suplai barang ini kemudian di sediakan di pasar induk Kota Malang yaitu pasar Gadang. Sebagai pasar induk, Pasar Gadang memiliki fungsi distribusi barang ke pasar yang terletak di tengah kota. Sistem pembelian di pasar induk sendiri merupakan sistem kulakan. Harga jual mereka lebih rendah daripada pedagang eceran. Sehingga dengan adanya jaringan pasar kawasan maupun lingkungan yang cukup besar di Malang fungsi pasar induk menjadi sangat di butuhkan untuk menjaga agar suplai barang terjaga, tersedia pangan, dan dapat menjaga kestabilan harga.  Kota Malang Dikelilingi Daerah dengan Hasil Alam Melimpah







Letak Kota Malang yang strategis dengan dikelilingi daerah yang subur dan kaya hasil alam seperti Batu, Lumajang, Kabupaten Malang dll menjadikan kota malang tidak kesulitan dalam mencari pemasok. Kebutuhan pangan yang tinggi dan letaknya dari daerah pemasok yang dekat menjadikan kota Malang salah satu daerah yang memiliki magnet bagi pemasok untuk mengirimkan barangnya ke kota Malang. Pemasok dari luar daerah tidak perlu jauh-jauh mengirimkan barangnya ke daerah lain yang mana barang hasil pertanian cukup mudah menjadi rusak. Pasar Induk Gadang (PIG) Memiliki Potensi Retribusi yang Besar di Kota Malang PIG memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pasar yang bersistem karena angka kontribusi PIG terhadap perekonomian Kota Malang khususnya dalam kontribusinya terhadap PAD masih dapat ditingkatkan sehingga dapat semakin meningkatkan kontribusinya untuk perekonomian Kota Malang.



4.2 Masalah Pasar Induk Kota Malang  Kesemrawutan Pasar Induk Gadang Pasar Induk Gadang masih sangat semrawut karena belum terdapat sistem zonasi yang jelas sehingga antar komoditas sering bercampur. Dibutuhkan sistem pencatatan barang untuk dapat mengetahui seberapa besar potensi arus keluar masuk-barang di Pasar Gadang dan dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk pembuatan kebijakan terkait dengan fungsi Pasar Induk.  Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai Los/lapak pedagang di Pasar Induk Gadang terlihat tidak teratur dan dapat dikatakan cenderung nyaris roboh di beberapa tempat. Kenyamanan dan keamanan baik pedagang maupun pembeli terabaikan. Kondisi toilet juga tidak lebih baik, toilet terkesan kumuh dan kotor sehingga tidak enak di pandang maupun digunakan.  Masalah Pada Internal Pedagang Pasar Induk Dalam perkembangan pasar induk gadang sendiri terdapat masalah-masalah yang terjadi pada lingkungan pedagang diantaranya yaitu adanya dualisme kepengurusan paguyuban pasar. Dualisme kepengurusan ini memiliki perbedaan pandangan terkait dengan rencana pengembangan pasar induk gadang. Masalah-masalah di internal pedagang ini sendiri harus segera diselesaikan melalui dialog yang komprehensif dan adil bagi seluruh pihak yang bersangkutan.  Tidak Terdapat Sistem Pemanfaatan Sampah Dalam sehari sampah yang di hasilkan di pasar Gadang mencapai puluhan ton. Kontribusi yang diberikan pedagang kepada pemerintah daerah sebesar Rp 3000;/hari relatif kecil dibandingkan jumlah sampah yang mungkin di hasilkan namun demikian cara untuk memaksimalkan keberadaan sampah adalah dengan mengolah samapah menjadi pupuk. Dengan menjadikan sampah sayur, buah dll menjadi pupuk organik akan menjadikan sampah di pasar Gadang memiliki nilai tambah dan bermanfaat. 4.3 Analisa Pengembangan Pasar Induk Gadang Dalam menganalisa pengembangan pasar Induk Gadang di perlukan suatu analisa identifikasi pasar bersangkutan dan identifikasi pasar pesaing yang di gambarkan dengan diagram sebagai berikut



Proyek perencanaa n



Pasar induk yang berkembang : Pasar Induk Jaka Baring palembang



PASAR INDUK GADANG



Pasar Induk Tanah Tinggi Pasar Induk Osowilangun



Periode perencanaa n



Pembandingan Potensi PIG dengan pasar berkembang lainnya Lokasi yang Strategis Potensi Retribusi yang besar Produk dengan Harga Murah Permintaan Tinggi



Pertumbuhan penduduk yang cepat Migrasi penduduk ( sebagai tujuan pendidikan, industri dan wisata )



Evaluasi strategi yang cocok BUMD melalui perusahaan daera Swasta murni Swasta dan pemerintah



Pemetaan strategi



SWASTA



Keberadaan Pasar Induk Gadang memiliki potensi baik dari internal maupun eksternal. Sumber daya dan kapabilitas internal Pasar Induk Gadang yang memiliki kriteria (V)RIO adalah 1. Lokasi yang strategis Pasar Induk Gadang terletak di wilayah kota yang masih akan terus berkembang menjadi kota besar sehingga untuk jangka waktu yang panjang PIG memiliki potensi yang bagus. Lokasi Pasar Induk Gadang yang berada di pinggiran kota Malang dan dekat dengan terminal angkutan umum juga sangat resource efficient ( efisiensi sumber daya ) karena dikelilingi daerah yang subur dan kaya hasil alam seperti Batu, Lumajang, Kabupaten Malang dll sehingga tidak kesulitan dalam mencari pemasok dan mempermudah distribusi komoditas dari luar daerah agar tidak perlu jauh-jauh mengirimkan barangnya ke daerah lain yang mana barang hasil pertanian cukup mudah menjadi rusak. Selain itu, berguna (useful) untuk pedagang kulakan yang berdagang di pasar kawasan maupun lingkungan di Kota Malang karena lebih mudah untuk menjangkaunya. Letaknya juga berada di jalan besar yang mudah diakses oleh penduduk luar kota. 2. Potensi Retribusi yang Besar Pasar Induk Gadang selama ini menyumbang PAD melalui tarikan retribusi. Dengan lokasi yang cukup besar dan dihuni oleh 3000 pedagang PIG memiliki kontribusi yang relatif besar diantara pasar-pasar lain di Kota Malang. Retribusi di Pasar Gadang per harinya berada pada kisaran Rp.4000. Angka kontribusi ini masih dapat ditingkatkan sehingga PIG memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pasar yang bersistem dan meningkatkan kontribusinya untuk perekonomian Kota Malang. 3. Produk dengan Harga Murah Produk yang dijual di Pasar Induk Gadang sangat murah dibandingkan dengan pasarpasar lain di Kota Malang. Hal ini disebabkan karena sebagai pasar induk, Pasar Gadang memiliki fungsi distribusi barang ke pasar yang terletak di tengah kota dan sebagai supplier pasar-pasar tradisional. Sistem pembelian di pasar induk sendiri merupakan sistem kulakan sehingga harga jual mereka lebih rendah daripada pedagang eceran. Berdasarkan analisis PESTEL, faktor-faktor dari lingkungan eksternal yang dapat memberikan peluang dan ancaman untuk Pasar Induk Gadang adalah 1. Kota Malang menjadi tujuan daerah pengiriman barang agrikultura dari daerah luar kota maupun luar pulau. Berbagai komoditas di Pasar Induk Kota Malang merupakan hasil dari kiriman luar pulau maupun luar daerah yang relatif jauh diantaranya Sulawesi, Sumatera, Banyuwangi, Bali, Jawa Tengah, dan lain-lain. Contohnya tewel diambil dari Sumatera dan jeruk dari Sulawesi. 2. Pertumbuhan penduduk di Kota Malang sangat cepat, salah satunya diakibatkan banyaknya pendatang baru yang selalu meningkat setiap tahunnya akibat akses pendidikan, pekerjaan, dan wisata yang selalu berkembang. Kota Malang sebagai kota tujuan wisata, pendidikan dan industri juga sangat cocok untuk tumbuh kembang usaha kuliner, yang terbukti banyaknya penjual makanan dari pedagang kaki lima, warung, kafe maupun restoran yang terus berkembang. Hal ini menguntungkan Pasar Induk Gadang di masa depan karena pemenuhan komoditas pokok dan pertanian di Kota Malang akan selalu meningkat dan suplai barang dapat dikendalikan melalui Pasar Induk. 3. Pengeluaran rata-rata penduduk Kota Malang berada pada urutan keempat terbesar di Jawa Timur. Potensi ini menunjukkan kebutuhan akan pemenuhan baik sandang, pangan, dan papan di Kota Malang juga relatif besar. Oleh karena itu, diperlukan fasilitas yang



dapat menciptakan kestabilan harga dalam upaya pemenuhan kebutuhan salah satunya pasar induk. 4. Tidak adanya sistem pemanfaatan sampah akan merusak lingkungan di sekitar pasar dan dapat menjadi ancaman bagi Pasar Induk Gadang. Dalam sehari sampah yang dihasilkan di Pasar Induk Gadang mencapai puluhan ton. Namun, kontribusi yang diberikan pedagang kepada pemerintah daerah sebesar Rp.3000/hari relatif kecil dibandingkan jumlah sampah yang dihasilkan. Dari hasil telaah analisa potensi Pasar Induk Gadang yang telah ada maka selanjutnya akan dilakukan perbandingan potensi dengan pesaing nya yaitu Pasar Osowilangun Surabaya dan Pasar Tanah Tinggi Tangerang, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1. Competitive Map



1 2 3 4



Lokasi yang Strategis Retribusi Permintaan barang Harga murah



5 3 5 5 18 2



5 5 5 5 25 1



5 5 5 5 25 1



Competitive Map



25 20 15 10 5 Pasar Induk Pasar Pasar Tanah Gadang Osowilangun Tinggi Pada competitive map terlihat posisi Pasar Induk Gadang masih berada di bawah kedua pesaing nya dan di bawah rata-rata. Retribusi yang dianggap sebagai potensi PIG nyatanya masih memiliki skor yang lebih rendah dari kedua pesaingnya. Namun, untuk lokasi, permintaan barang, dan harga PIG memiliki skor yang tinggi dan setara dengan pesaing nya. Oleh karena itu, masih diperlukan pengembangan pada PIG agar tidak kalah dalam persaingan. Dari hasil telaah analisa pasar induk yang telah ada maka dihasilkan sebuah skema pengembangan pasar induk di Kota Malang akan lebih cocok dikembangkan oleh swasta melalui sistem kerjasama swata dengan pemerintah. Berikut adalah skema alternatif model



manajemen pengelolaan dan pembangunan Pasar Induk Gadang bisa dilakukan dengan beberapa hal diantaranya : Alternatif



I



II



III



IV



V



                                



Komponen Parameter Lahan milik Pemerintah Kota Malang Dikembangkan oleh Pemerintah Kota Malang Dikelola oleh UPTD dibawah Dinas Perdagangan Sepenuhnya melaksanakan fungsi pelayanan Seluruh biaya investasi, pemeliharaan dan operasional dari APBD Kota Malang dengan didukung APBN Tidak profit oriented Lahan milik Pemerintah Kota Malang Dikembangkan oleh Pemerintah Kota Malang Dikelola oleh PD Pasar Kota Malang Aset dipisahkan dari Pemerintah Kota Malang Profit oriented memberikan PAD Budget otonom Biaya pengembangan menjadi tanggungjawab PD Pasar dan Pemerintah Kota Malang Lahan milik Pemerintah Kota Malang Dikembangkan oleh pemerintah kota Malang Dikelola oleh swasta Profit oriented Ada bagi hasil keuntungan Aset milik Pemerintah Kota Malang Biaya pengelolaan tanggung jawat pengelola Biaya pengembangan tanggung jawab Pemerintah Kota Malang Lahan milik Pemerintah Kota Malang Dikembangkan oleh swasta Dikelola oleh swasta Profit oriented Format kerjasama dapat berupa dapat berupa bagi hasil keuntungan dan atau BOT selama kurun waktu tertentu Lahan milik Pemerintah Kota Malang Dikembangkan dan dijual oleh swasta Dikelola oleh PD Pasar Profit oriented Bagi hasil keuntungan penjualan Kepemilikan aset dan saham antara Pemerintah Kota Malang dan swasta Biaya pengelolaan dan pengembangan tanggung jawab pengelola



Alternatif pengelolaan pasar induk diatas merupakan alternatif yang ditawarkan untuk pengembangan Pasar Induk Gadang. Untuk masing-masing alternatif tersebut memiliki kekurangan yang di jelaskan melalui tabel di bawah sebagai berikut :



Alternatif I



II



Kelebihan  Pembiayaan lebih pasti  Pertanggungjawaban jelas  PAD langsung masuk ke kas daerah  Langsung dibawah Pemerintah Kota Malang  Harga sewa akan lebih murah  Pelayanan penuh untuk masyarakat  Pengambilan keputusan tidak menunggu banyak pihak, relatif lebih cepat  Aset dan saham sepenuhnya milik Pemerintah Kota Malang  Pengawasan aset lebih mudah  Pertanggungjawaban biaya jelas



         



III



       



Pembiayaan lebih pasti Pertanggungjawaban jelas SDMnya lebih profesional Keuntungan signifikan masuk PAD Lebih mudah di kontrol Lebi fokus pada tugas pelayanan pasar induk Sepenuhnya milik Pemerintah Kota Malang meski dikelola oleh PD Pengelolaan aset lebih mudah Pertanggungjawaban biaya jelas Koordinasi tidak melibatkan banyak pihak sehingga bisa lebih cepat



Pembiayaan lebih pasti Pertanggungjawaban jelas SDM lebih profesional Ada peluang penerimaan PAD lebih tinggi Kebocoran anggaran dapat ditekan Profit oriented, sehingga perputaran uang lebih cepat Mandiri, tidak menyedot APBD Budaya kerja sama Pemerintah Kota Malang dan Swata tumbuh



Kekurangan  Dana APBD terbatas  Birokrasi sering menghabat pekerjaan dan menyebabkan biaya tambahan  Pengeluaran biaya harus sesuai prosedur sehingga bisa terjadi perlambatan ketika kebutuhan mendesak  Rentan kebocoran  Tidak mandiri sehingga menyedot PAD  Meningkatkan resiko keuangan APBD  Nilai PAD yang didapat masih akan dikurangi dengan biaya pemeliharaan aset  Waktu pembangunan dibatasi tahun anggaran  Dana APBD terbatas (dibatasi oleh DPR)  Birokrasi sering menghabat pekerjaan dan menyebabkan biaya tambahan  Pengeluaran biaya harus sesuai prosedur sehingga bisa terjadi perlambatan ketika kebutuhan mendesak  Rentan kebocoran  Kebijakan PD masih dipengaruhi oleh Pemerintah Kota Malang  Nilai PAD yang didapat masih akan dikurangi dengan biaya pemeliharaan aset  Kekuatan finansial PD tidak terlalu kuat, bisa jadi dapat menambah beban APBD  Karena pembangunan masih terikat birokrasi, maka sering menghabat pekerjaan dan menyebabkan biaya tambahan  Ada ketentuan bagi hasil, sehingga peluang mendapatkan PAD yang lebih tinggi berkurang  Pemerintah kota medan sulit melakukan kontrol  Harga sewa bisa lebih mahal dapat mengakibatkan tingginya



   IV



       



V



         



Aset tetap milik Pemerintah Kota Malang Pengelolaan lebih cepat karena tidak terikat birokrasi Biaya lebih realistis karena mengejar efisiensi Profesional APBD tidak terbebani Tidak birokratis Profit oriented, sehingga peluang mendapatkan PAD tinggi Mandiri tidak menyedot APBD Menguntungkan bagi kedua belah pihak Pemeliharaan aset tidak masuk APBD Menambah aset Pemerintah Kota Malang Pembangunan cepat berkembang Tidak tergantung pada dana APBD Lebih lancar karena tidak melalui birokrasi Lebih profesional Profit oriented, sehingga peluang mendapatkan PAD tinggi Mandiri tidak menyedot APBD Menguntungkan bagi kedua belah pihak Pemeliharaan aset tidak masuk APBD Biaya pengelolan lebih efisien Pengembangan cepat berkembang



               







harga jual barang Ada peluang dalam pembagian keuntungan pihak Pemerintah Kota Malang dirugikan Masih ada beban pengelolaan aset Kontrol lemah Harus berbagi keuntungan, sehingga ada kemungkinan PAD lebih rendah Rawan terhadap perselisihan Tidak sepenuhnya milik Pemerintah Kota Malang Beban biaya pengelolaan bisa lebih mahal bagi para pedagang Dapat meningkatkan harga Jika pengelola rugi, maka tidak ada pengembangan Pemerintah Kota Malang tidak dapat mengkontrol Lebih mengutamakan keuntungan sehingga dapat mengorbankan pedagang Pemerintah Kota sulit mengawasi Harga jual lokasi lebih mahal Pengalihan aset ke Pemerintah Kota relatif lebih lama Rawan terhadap perselsisihan Beban biaya pengelolaan bisa terlalu mahal bagi pedagang dan dapat menimbulkan kenaikan harga barang Jika pengelola rugi, maka tidak ada pengembangan



Sampai saat ini rata-rata pengembangan pasar di kota Malang lebih cenderung pada alternatif ke empat. Namun juga tidak menolak kemungkinan bahwa alternatif lain juga dapat lebih cocok untuk diterapkan khususnya untuk Pasar Induk Kota Malang yang di kembangkan di eks terminal Gadang maka pengembangan melalui pihak swasta adalah yang paling mungkin. Hal tersebut karena proses pembangunannya telah terkait dengan perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga. 5. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, belum adanya penataan berbagai komoditi di Pasar Induk Gadang. Kedua, belum tertibnya pedagang dalam membayar retribusi jualan dan retribusi tempat jualan. Beberapa juga tidak mau membayar sesuai lahan yang ditempati. Ketiga, belum ada sistem penataan Pasar Induk Gadang yang profesional dan one gate system dari keluar masuknya barang komoditi agar dapat meningkatkan retribusi. Keempat, khusus untuk komoditi bahan pokok, pelaku utamanya ada di luar pasar.



Daftar Pustaka Perda Kota Malang Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Pasar dan Tempat Berjualan Pedagang Perda Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilaya Kota Malang Tahun 2010-2030 Perda Kota Malang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Malang Perda Kota Malang Nomor 03 Tahun 2015 tentang Retribusi Jasa Umum Peraturan Menteri Perdagangan No.70/M-DAG/PER/12/2013 Argawal, Ravi; Grassl, Wolfgang dan Pahl, Joy. 2012. “Meta-SWOT:Introducing a New Strategic Planing Tool”. Journal of Business Strategy, Vol.33 pp 12-21. Blatstain, I. M. (2012). Strategic planning: predicting or shaping the future/Organization. Developmental Journal, 30(2), 32. Bryson, John M. (2005) Strategic Planning for Public and Non Profit Organization: a Guide to strengthening and Sustaining Organizational Achievement. Revised Edition. San Fransisco, Jossey-Bass Publishers. Miftahuhudin, M (Penterjemah) (2005). Perencanaan strategis bagi organisasi sosial. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Ekomadyo, A.S., Hidayatsyah, S. 2012. Isu, Tujuan, dan Kriteria Perancangan Pasar Tradisional. Bandung: Temu Ilmiah ILPBI, ITB. Moeliono, Anton. M. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Qoriah, Ciplis G. 2014. Model Penataan Pasar Tradisional Berdasarkan Karakteristi Kegiatan, Fasilitas



dan



Utilitas



:



Studi



Kasus



Pasar



Tunjung



di



Kabupaten



Jember.



http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/69248/ciplis%20gema %20qoriah_pemula_199.pdf;sequence=1 Rizal, Khoirul Tsani. 2013. Regulasi Pasar Moder dan Pasar Tradisonal dalam Persaingan Usaha. https://sansolvix.files.wordpress.com/2013/06/jurnal-regulasi-pasar-modern-dan-pasar-tradisional.pdf Robert K. Yin .1989. Case Study Research Design and Methods. Sage Publication Rufaidah, Popy. 2008. Peran Teknologi Komunikasi dalam



Rantai Nilai Pedagang di Pasar



Tradisional. Jurnal Sosioteknologi ITB. Vol 7 no. 14 Sugiyono. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta Tangkilisan, Nogi Hessel. 2005. Manajemen Publik. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia : Jakarta. Nusantara News. 2018. https://nusantara.news/pembangunan-pasar-induk-gadang-pig-kota-malangtak-kunjung-selesai