Asal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1.



Gambaran Umum Proyek Gardu Induk merupakan kumpulan peralatan listrik tegangan tinggi yang



mempunyai fungsi dan kegunaan dari masing-masing peralatan yang satu sama lain saling terkait sehingga penyaluran energy listrik dapat terlaksana dengan baik. Salah satu peralatan utama yang terdapat di Gardu Induk adalah transformator daya. Pemeliharaan dan pengoperasian yang tidak benar terhadap transformator daya akan memperpendek umur transformator daya dan akan menimbulkan gangguangangguan pada saat beroperasi sehingga kontinuitas penyaluran menjadi tidak lancar. Di Gardu Induk Padang Sidempuan memiliki 3 unit trafo daya, yaitu Trafo Daya 1 30 MVA Pauwels, Trafo Daya 2 30 MVA Energoinvest dan Trafo Daya 3 60 MVA Unindo. Dari hasil Pemeliharaan Trafo Daya 2 30 MVA Tahun 2019, didapat hasil pengujian yang sudah tidak memenuhi standard serta Anomaly yang terjadi pada Trafo Daya 2, dan pada tanggal 21 september 2018 terjadi Hotspot pada skun kabel power Incoming Trafo Daya 3, perbaikan hotspot pada Trafo Daya 3 diperlukan pemadaman dan beban Trafo Daya 3 jika dialihkan ke Trafo Daya 2, Trafo Daya 2 tidak akan mampu lagi menampung beban Trafo Daya 3, maka trafo sebaiknya dilakukan uprating demi pertimbangan keamanan dan keandalan trafo kedepannya dalam mensuplai tenaga listrik kepada konsumen. Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) ini dilaksanakan di Gardu Induk Padagsidempuan selama 1 bulan terhitung dari 07 Januari s/d 07 Februari 2019. Metode pengumpulan informasi dan data yang dilakukan adalah studi lapangan, konsultasi dengan dosen pembimbing, dan referensi. Untuk mendapatkan hasil dari tujuan PKLI maka dilakukan dengan metode observasi dan survey secara langsung. Hasil yang diperoleh adalah mengetahui ANALISIS UP RATING TRAFO DAYA di GI Padangsidempuan.



2



1.2.



Latar Belakang Pendirian Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) merupakan salah satu syarat untuk



menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Universitas Negeri Medan. Dalam program PKLI, mahasiswa dapat mengamati secara langsung kenyataan di lapangan dan melihat sejauh mana perkembangan teknologi yang dikaitkan dengan teori-teori yang diperoleh dibangku kuliah, sehingga nantinya tidak canggung untuk terjun ke masyarakat. Untuk memenuhi syarat tersebut maka penulis mengadakan PKLI di PT.PLN (Persero) P3B Sumatera, UPT Pematang Siantar, Tragi Sibolga, Gardu Induk Padangsidempuan. Gardu Induk merupakan kumpulan peralatan listrik yang mempunyai fungsi dan kegunaan dari masing-masing peralatan yang satu sama lain saling terkait sehingga penyaluran energy listrik dapat terlaksana dengan baik. Gardu induk berfungsi untuk mengubah tenaga listrik tegangan tinggi ke tegangan tinggi atau ke tegangan menengah, pengukuran, pengawasan, operasi serta pengaturan pengamanan sistem tenaga listrik. Gardu Induk (GI) bekerja pada tegangan menengah hingga tegangan tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah peralatan utama, yaitu Trafo Daya. Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan jantung dari transmisi dan distribusi.Dalam kondisi ini suatu transformator diharapkan dapat beroperasi secara maksimal (kalau bias secara terus menerus tanpa berhenti).Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti itu, maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik mungkin.Oleh karena itu tranformator harus dipelihara dengan menggunakan system dan peralatan yang benar,baik dan tepat.Untuk itu regu pemeliharaan harus mengetahui bagian-bagian tranformator dan bagian-bagian mana yang perlu diawasi melebihi bagian lainnya. Transformator daya diantaranya dilengkapi dengan transformator pentanahan yang berfungsi untuk mendapatkan titik netral dari transformator daya. Peralatan ini disebut Neutral Current Transformer (NCT), perlengkapan lainnya adalah pentanahan transformator yang disebut Neutral Grounding Resistance (NGR).



3



Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat terhormat, karena pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin berfungsinya



peralatan



dengan



baik.



Tujuan



pemeliharaan



adalah



untuk



mempertahankan kondisi atau menjaga agar peralatan menjadi tahan lama dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan. Pentingnya trafo daya pada suatu gardu induk, maka perlu dilakukan peningkatan kapasitas agar apabila terjadi gangguan pada salah satu trafo daya bisa ditampung bebannya oleh trafo daya lain.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai trafo yang seharusnya dilakukan uprating demi pertimbangan keamanan dan keandalan trafo kedepannya dalam mensuplai tenaga listrik kepada konsumen. Fokus pembahasan dalam laporan ini adalah “ANALISIS UPRATING TRAFO DAYA 2 DI GARDU INDUK PADANG SIDEMPUAN UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN TERHADAP KONSUMEN.” 1.3.



Tujuan Praktek Kerja Lapangan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri di PT. PLN (Persero)



P3B



Sumatera,



UPT



Pematang



Siantar,



Tragi



Sibolga,



Gardu



Induk



Padangsidempuan adalah: 1. Mengetahui pemelihaan dan pengujian trafo daya 2 di Gardu Induk Padangsidimpuan. 2. Mengetahui anomali yang terjadi pada trafo daya 2 di Gardu Induk Padangsidimpuan. 3. Mengetahui sebab dilakukan Uprating Trafo Daya 2 di Gardu Induk Padangsidimpuan. 1.4.



Manfaat Praktek Kerja Lapangan Setelah mengikuti pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) di



PT. PLN (Persero) P3B Sumatera, UPT Pematang Siantar, Tragi Sibolga, Gardu Induk Padangsidempuan, maka saya sebagai mahasiswa PKLI memperoleh manfaat sebagai berikut:



4



1. Mampu melakukan perbandingan terhadap ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan dengan aplikasi di lapangan. 2. Mengetahui bagaimana cara pemeliharaan Trafo Daya di Gardu Induk Padangsidimpuan 3. Mampu memahami pentingnya dilakukan UP RATING Trafo untuk peningkatan pelayanan di Gardu Induk Padangsidimpuan 4. Mampu memahami prinsip kerja Trafo Daya sebagai alat yang penting pada Gardu Induk Padangsidempuan. 5. Mampu memahami penyebab dilakukannya UP RATING. 1.5.



Pemilik Proyek



1.5.1.



Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan PKLI ini dilakukan pada tanggal 07 Januari 2019-07 Februari 2019 di PT.



PLN (Persero) P3B Sumatera, UPT Pematang Siantar, Tragi Sibolga, Gardu Induk Padangsidempuan. 1.5.2.



Sejarah Berdirinya Gardu Induk Padangsidempuan. Keberadaan PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban



Sumatera terpisah dari PLN Wilayah dan Pembangkitan mulai 27 Agustus 2004 berdasarkan SK Direksi PT. PLN No.179.K/101/DIR/2004 dan diresmikan tanggal 25 April 2005. P3B Sumatera sendiri terbagi atas 3 UPB (Unit Pengatur Beban) dan 6 UPT (Unit Pelayanan Transmisi). Untuk daerah Sumatera Utara sendiri dibawahi oleh UPB Sumbagut, UPT Medan dan UPT Pematang Siantar. PT PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Pematang Siantar sebagai unit penyaluran menerima tenaga listrik dari PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Pandan, PT Inalum, PT PLN (Persero) UPT Medan dan PT PLN (Persero) UPT Padang yang kemudian menyalurkannya melalui peralatan Transmisi 275 kV, 150 kV dan 20 kV kepada pelanggan yaitu PLN Cabang Pematang Siantar, PT PLN (Persero) Cabang Rantau Prapat, PT PLN (Persero) Cabang Sibolga, PT PLN (Persero) Cabang Padang Sidempuan, PT PLN (Persero) Cabang Binjai, dan PT PLN (Persero) Cabang Lubuk Pakam. Dalam pelaksanaan penyaluran tenaga listrik tersebut PT PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Pematang Siantar melakukan koordinasi dengan PT PLN



5



(Persero) Unit Pengatur Beban Sumbagut, serta mendapat pembinaan, pengarahan, bimbingan dan pemantauan dari PLN Kantor Induk P3B Sumatera. Ruang lingkup kegiatan inti PT PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Pematang Siantar dalam memenuhi keandalan dan ketersediaan sarana instalasi sistem tegangan tinggi dan tegangan menengah adalah melaksanakan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan peralatan transmisi dan gardu induk sesuai prosedur (SOP), instruksi kerja (IK) dan ketentuan yang berlaku.UPT Pematang Siantar terbagi 3 TRAGI (Transmisi dan Gradu Induk), Tragi Kisaran, Tragi Sidikalang dan Tragi Sibolga. Gardu Induk Padang Sidimpuan berada dibawah Tragi Sibolga bersama dengan GI Sibolga, GI Tarutung, GI Porsea, GI Modular Gunung Tua dan GI Sipan Sihaporas I & II. Gardu Induk Padang Sidimpuan beroperasi pada bulan September 1992 seiring dengan beroperasinya PLTU Belawan dan selesainya pembangunan Sistem Transmisi 150 KV Sibolga-Padangsidempuan. Tahun 1998 dengan berkembangnya sistem kelistrikan di Sumatera Utara, dimana dengan dibangunnya PLTA Sipan Sihaporas, Gardu Induk Padangsidempuan juga berkembang untuk dapat menerima daya dari PLTA ini. Dengan terinterkoneksinya Sistem Sumbagteng dan Sistem Sumbagut pada 17 Agustus 2007 maka dengan itu beroperasi juga Sistem Transmisi Padangsidempuan-Rantau Prapat Line II. 1.5.3.



Disiplin Kerja Seperti perusahaan pada umumnya, Gardu Induk Padangsidimpuan dalam



menjalankan kegiatan untuk setiap harinya memiliki aturan dan disiplin kerja terkhusus mengenai waktu seperti berikut ini. Hari kerja



: setiap hari



Waktu kerja



: a. Dinas pagi jam 07.00 s/d 16.00 wib b. Dinas sore jam 16.00 s/d 23.00 wib c. Dinas malam jam 23.00 s/d 08.00 wib d. Tugas perintah



6



1.5.4.



Visi, Misi P3B Sumatera



1.5.4.1. Visi : Diakui sebagai pengelola penyaluran dan penghantar beban sistem tenaga listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. 1.5.4.2. Misi : PT. PLN (Persero) P3B Sumatera memiliki misi sebagai berikut : 1. Mengelola sistem tenaga listrik secara manual 2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara eisien, andal dan akrab lingkungan 3. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetiti, transparan dan adil 4. Melaksanakan pembangunan instalasi sistem transmisi tenaga listrik sumatera 1.5.5.



Motto P3B Sumatera PT. PLN (Persero) P3B Sumatera memiliki motto “Kesinambungan



penyaluran listrik untuk sumatera”. Dengan motto tersebut PT. PLN (Persero) P3B Sumatera berharap akan Listrik untuk kehidupan yang lebih baik. 1.5.6.



Struktur Organisasi Gardu Induk Padangsidempuan Struktur Organisasi adalah suatu bentuk/cara atau system untuk pembagian



tugas dan tanggung jawab, dimana setiap bagian saling terkait dan saling mendukung serta bekerja sama untuk pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Seperti halnya Gardu Induk Padangsidempuan juga memerlukan struktur organisasi yang akan mampu saling membagi tugas dan bekerja sama. Adapun Struktur Organisai Gardu Induk Padangsidempuan adalah sebagai berikut:



7



Sumber : Dokumentasi kegiatan Gambar 1.1. Struktur organisasi Gardu Induk Padangsidempuan 1.5.6.1. Uraian tanggung jawab, tugas dan wewenang Adapun tugas dan tanggung dan jawab setiap bagian pada struktur organisasi Gardu Induk Padangsidempuan adalah sebagai berikut: a. Supervisor Menyelesaikan masalah sebisanya tanpa harus ditangani oleh atasan atau manager, membantu tugas staf bawahan, menampung segala keluhan dari tamu dan customer yang disampaikan melalui staf untuk disampaikan ke manager, mengatur kerjanya para bawahannya (staf), membuat job deskriptions untuk staf bawahanya, bertanggung jawab dalam hasil kerja staf, memberi motivasi kerja kepada staf bawahanya, membuat jadwal kegiatan kerja untuk karyawan, memberikan breafing bersama staf, membuat planing pekerjaan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan, membuat suatu usulan promosi jabatan bagi staf bawahannya, memberikan sebuah reward (penghargaan) kepada staf bawahannya,



dan berhak untuk memberikan



punishment (hukuman) untuk staf bawahannya. b. Operator Bertanggung jawab kelangsungan operasi GI dengan menjaga keandalan penampilan peralatan dalam setiap saat, menjaga keamanan peralatan listrik yang terpasang, mencatat dan melaporkan hasil penunjukan meter ke piket



8



system secara periodik, melaksanakan perintah piket yang sesuai dengan prosedur dan melaporkan pelaksanaannya ke piket sistem, mencatat dan meriset alarm yang muncul, annunciator yang muncul, relai yang kerja bila terjadi gangguan, mengambil tindakan penyelamatan bila kondisi darurat tanpa terlebih dahulu member tahu kepada piket, menolak perintah bila tidak sesuai prosedur yang berlaku. c. Petugas ground patrol Ground patrol adalah jenis pekerjaan pemantauan/pemeriksaan harian terhadap jalur transmisi tanpa memanjat tower dilakukan oleh Line walker secara terjadwal. Obyek yang diperiksa adalah: 1. Kawat penghantar 2. Ground wire 3. Ruang bebas (Right of Way/ROW) 4. Tower dan halamannya 5. Lingkungan dan aktifitas masyarakat sekitarnya d. Petugas keamanan Melaksanakan pengamanan secara menyeluruh di lokasi kerja, melakukan pemeriksaan pada tamu/pemilik yang akan masuk ke area GI,menanyakan keperluan dan menunjukkan meja resepsionis/penerima tamu/layanan informasi, memeriksa setiap mobil/motor yang masuk atau keluar lingkungan kerja, khusus untuk mobil bak terbuka/tertutup yang akan memasuki lingkungan kantor/perumahan harus diperiksa, muatan dan surat jalan, pintu pagar/gerbang harus selalu tertutup, anggota harus stand-by ditempat, menjaga dan memelihara asset dan inventaris GI, menertibkan parkir mobil dan motor pada saat parkir e. Cleaning servis Menyapu dan mengepel ruangan, membersihkan dapur dan kamar mandi GI, membersihkan ruangan panel control, membersihkan seluruh area GI, menyiram bunga, mengganti bunga yang sudah rusak, membakar sampah, dan mengantar makan dan minum pegawai (staf) beserta tamu.



9



BAB 2 LANDASAN TEORI



2.1.



Gardu Induk



2.1.1.



Pengertian Gardu Induk Gardu induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)



tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Gardu induk adalah suatu instalasi yang terdiri dari peralatan listrik yang berfungsi untuk : 1. Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ke tegangan tinggi yang lainnya atau ke tegangan menengah. 2. Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem tenaga listrik. 3. Mengatur penyaluran daya ke gardu-gardu lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu-gardu distribusi setelah melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang (feeder) tegangan menengah. 2.1.2.



Jenis – Jenis Gardu Induk Jenis gardu induk dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Berdasarkan besaran tegangannya, terdiri dari : a. Gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV. b. Gardu induk tegangan tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV. 2. Berdasarkan pemasangan peralatan : a. Gardu induk pasangan luar b. Gardu induk pasangan dalam c. Gardu induk kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam 3. Berdasarkan fungsinya : a. Gardu induk penaik teganggan b. Gardu induk penurun tegangan c. Gardu induk pengatur tegangan d. Gardu induk pengatur beban



10



e. Gardu distribusi



4. Berdasarkan isolasi yang digunakan : a. Gardu induk yang menggunakan isolasi udara b. Gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF 6 5. Berdasarkan sistem Rel ( Busbar) : a. Gardu induk sistem rel busbar b. Gardu induk sistem single busbar c. Gardu induk sistem double busbar d. Gardu induk sistem satu setengah (on half) busbar



2.1.3.



Komponen – Komponen Gardu Induk a. Switch yard (switchgear) Switch yard adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai tempat peralatan komponen utama gardu induk. Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbatas dan di dalam gedung maka disebut switchgear. b. Transformator daya Transformator berfungsi untuk mentranformasikan daya listrik, dengan merubah



besarnya



tegangan



sedangkan



frekuensinya



tetap.



Transformator daya dilengkapi dengan trafo pentanahan yang berfungsi untuk mendapatkan titik netral dari trafo daya. Peralatan ini disebut Neutral Current Transformator (NCT), perlengkapan lainnya adalah pentanahan trafo yang disebut, Neutral Grounding Resistance (NGR). c. Neutral Grounding Resistance (NGR) Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang dipasang antara titik netral trafo dengan pentanahan. Neutral Grounding Resistance (NGR) berfungsi untuk memperkecil arus gangguan yang terjadi. d. Circuit Breaker (CB) Circuit breaker adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk memutus rangkaian listrik dalam keadaan berbeban. Circuit breaker



11



(CB) dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi normal maupun pada saat terjadi gangguan. Kerena pada saat bekerja, CB mengeluarkan (menyebabkan timbulnya) busur api, maka pada CB dilengkapi dengan pemadam busur api. e. Disconnecting Switch (DS) Disconnecting switch (DS) adalah perlatan pemisah, yang berfungsi untuk memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak berbeban. Kerena DS hanya dapat dioperasikan pada saat kondisi tidak berbeban, maka yang harus dioperasikan terlebih dahulu adalah CB. Setelah rangkaian diputus oleh CB, baru DS dioperasikan. f. Lighting Arrester (LA) Lighting arrester (LA) berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan listrik di gardu dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (lighting surge) pada kawat transmisi, maupun disebabkan oleh surja hubung (switching surge). Dalam keadaan normal (tidak terjadi gangguan) LA bersifat isolatif atau tidak bisa menyalurkan arus listrik. Dan sebaliknya apabila terjadi gangguan LA akan bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi. g. Current Transformator (CT) Current transformator (CT) berfungi untuk merubah besaran arus, dari arus yang besar ke arus yang kecil. Atau memperkecil besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi arus untuk sistem pengukuran dan proteksi. h. Potensial Transformator (PT) Potential transformator (PT) berfungsi untuk merubah besaran tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil besaran tegangan listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi besaran tegangan untuk pengukuran dan proteksi. i. Transformator Pemakaian Sendiri (TPS) Transformator pemakaian sendiri (TPS) berfungsi sebagai sumber tegangan AC 3 Phasa 220/380 Volt.



12



Digunakan untuk kebutuhan intern gardu induk, antara lain : 1. Penerangan di switch yard, gedung control, halaman GI, dan sekeliling GI. 2. Alat pendingin (AC) dan Rectifier. 3. Pompa air dan motor-motor listrik. j. Rel Busbar Rel busbar berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan antara transformator daya, SUTT, SKTT serta komponen listrik lainnya yang ada pada switch yaed. Komponen Rel Busbar antara lain : 1. Konduktor ( AAAC, HAL, THAL, BC, HDCC ) 2. Insulator string dan fitting ( insulator, tension clamp, suspension clamp, socket eye, anchor sagkle, spacer ) k. Gedung Kontrol (Control Building) Gedung kontrol (control building) berfungsi sebagai pusat aktifitas pengoperasian gardu induk. Pada gedung control inilah oprator bekerja mengontrol dan mengoperasikan komponen-komponen yang ada pada gardu induk. l. Panel Kontrol Panel kontrol berfungsi untuk mengetahui kondisi gardu induk dan merupakan pusat kendali local gardu induk. Didalamnya berisi saklar, indikator-indikator, meter-meter, tombol-tombol komando operasional PMT, PMS dan alat ukur besaran listrik, serta announciator. Panel control berada satu rungan dengan tempat oprator kerja. m. Panel Proteksi Panel



proteksi



(protection



panel/relay panel)



berfungsi



untuk



memproteksi (melindungi sistem jaringan gardu induk) pada saat terjadi gangguan maupun karena kesalahan operasi. Didalam panel proteksi berisi peralatan-peralatan elektro dan elektronik, dan lain-lain yang bersifat presisi. Setiap relay yang terpasang dan panel proteksi, diberi nama relay sesuai fungsinya.



13



n. Sumber DC Gardu Induk Sumber DC (Baterry) berfungsi untuk menggerakkan peralatan control, relay pengaman, motor penggerak CB, DS, dan lain-lain. Sumber DC ini harus selalu terhubung dengan rectifier dan harus diperiksa secara rutin kondisi air, kebersihan dan berat jenisnya. o. Panel AC/DC Gardu Induk Panel DC/AC gardu induk adalah alat listrik yang berupa lemari pembagi. Didalam panel DC/AC terpasang sakelar kecil atau fuse-fuse sebagai pembagi beban dan pengaman dari instalasi yang terpasang pada gardu induk. p. Kubikel 20 KV (HV CELL 20 KV) Kubikel adalah switchgear untuk tegangan menengah (20 KV) yang berasal dari output trafo daya, yang selanjutnya diteruskan ke konsumen melalui penyulang (feeder) yang tersambung (terhubung) dengan Cubicle tersebut. q. Sistem proteksi Sistem proteksi adalah suatu sistem pengaman terhadap peralatan listrik, yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan operasional dan penyebab lainnya. Beberapa peralatan listrik pada gardu induk yang perlu diamankan (proteksi) antara lain adalah : Transformator daya, Rel busbar, Panghantar, dan Penyulang 20 KV. r. Komponen Listrik Penunjang Seperti konduktor tembaga atau plat tembaga untuk grounding peralatan, GSW atau ground wire (kawat pentanahan), dan lain-lain. 2.1.4.



Gangguan Pada Gardu Induk Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem



tenaga listrik (gardu induk), antara lain sebagai berikut : a. Faktor manusia. Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan perlakuan pada sistem. Misalnya salah menyambung



14



rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan sebagainya. b. Faktor internal. Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu sendiri. Misalnya usia pakai (ketuaan), keausan, dan sebagainya. Hal ini bias mengurangi sensitivitas rele pengaman, juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya. c. Faktor external. Faktor ini meliputi gangguan- gangguan yang berasal dari lingkungan di sekitar sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir. Di samping itu ada kemungkinan gangguan dari binatang, misalnya gigitan tikus, burung, kelelawar, ular, dan sebagainya. 2.2.



Transformator



2.2.1.



PengertianTransformator Trafo merupakan peralatan statis dimana rangkaian magnetic dan belitan



yang terdiri



dari



2



atau lebih



belitan,



secara induksi



elektromagnetik,



mentransformasikan daya (arus dan tegangan) system AC ke system arus dan tegangan lain pada frekuensi yang sama, trafo menggunakan prinsip elektromagnetik yaitu hokum ampere dan induksi faraday, dimana perubahan arus atau medan listrik dapat membangkitkan medan magnet dan perubahan medan magnet. Arus AC yang mengalir pada belitan prime rmembangkitkan flux magnet yang mengalir melalui inti besi yang terdapat diantara dua belitan, fluxmagnet tersebut menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial/tegangan induksi. Fungsi dari trafo yaitu untuk menyalurkan tenaga atau daya listik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Dasar teori dari transformator adalah apabila ada arus listrik bolak-balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnet dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda tegangan mengelilingi magnet, sehingga akan timbul Gaya Gerak Listrik (GGL). Pemasangan trafo daya harus disesuaikan dengan



15



kebutuhan dan lokasi beban agar tercapai optimasi yang tinggi. Untuk mencapai performa yang maksimal, keandalan trafo daya harus tetap dijaga dengan perawatan berkala dan memiliki sistem proteksi yang baik. Dalam operasinya penyaluran tenaga listrik trafo dapat dikatakan jantung dari transmisi dan juga distribusi, dalam kondisi ini suatu trafo diharapkan dapat beroprasi secara maksimal (dalam artian dapat beroprasi secara terus menerus tanpa berhenti) karena trafo merupakan peralatan listrik tegangan tinggi yang sangat penting di Gardu Induk, maka cara pada saat melakukan pemeliharaan diharapkan dapat di lakukan dengan sebaik mungkin, serta sewaktu pemeliharaan dituntut untuk menggunakan sitem dan peralatan yang benar-benar baik dan tepat. Trafo berdasarkan tegangan beroprasinya dapat dibedakan menjadi : 1. Trafo 500/150 kV dan 150/70 KV disebut IBT (interbus transformator) 2. Trafo 150/20 kV dan 70/20 disebut juga trafo daya.



2.2.2.



Bagian-bagian Transformator 1. Bagian utama • Intibesi • Kumparan trafo • Minyak trafo • Bushing • Tangki konservator 2. Peralatan bantu • Pendingin • Tap changer • Alat pernapasan (dehydration breather) • Indikator-indikator thermometer, permukaan minyak 3. Peralatan proteksi • Rele bucholz • Pengaman tekanan lebih(explosivemembrane) • Rele tekanan lebih (sudden pressure relay) • Rele pengaman tangki



16



• Rele differensial • Rele arus lebih • Rele hubung tanah • Rele thermis • Arrester 2.2.2.1. Bagian utama transformator a) Inti besi Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluks, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus pusar atau arus eddy (eddy current). b) Kumparan transformator Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan, dan kumparan tersebut diisolasi, baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan menggunakan isolasi padat seperti karton, pertinax dan lain-lain. Pada transformator terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder. Jika kumparan primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut timbul fluks yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka mengalir arus pada kumparan tersebut, sehingga kumparan ini berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus. c) Kumparan tertier Fungsi kumparan tertier diperlukan adalah untuk memperoleh tegangan tertier atau untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta atau segitiga. Kumparan tertier sering digunakan juga untuk penyambungan peralatan bantu seperti kondensator synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt, namun demikian tidak semua transformator daya mempunyai kumparan tertier. d) Minyak transformator Sebagian besar dari transformator tenaga memiliki kumparan-kumparan yang intinya direndam dalam minyak transformator, terutama pada transformator-



17



transformator tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak transformator mempunyai sifatsebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan juga berfungsi pula sebagai isolasi (memiliki daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu: 1.



Kekuatan isolasi tinggi



2.



Penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga partikelpartikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat



3.



Viskositas yang rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan memiliki kemampuan pendinginan menjadi lebih baik



4.



Titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap yang dapat menimbulkan baha



5.



Tidak merusak bahan isolasi padat



6.



Sifat kimia yang stabil Minyak transformator baru harus memiliki spesifikasi seperti tampak



pada Tabel 2.1 di bawah ini.



18



Tabel 2.1. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru.



Untuk



minyak



isolasi



pakai



berlaku



untuk



transformator



berkapasitas > 1 MVA atau bertegangan > 30 kV sifatnya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2.



19



Tabel 2.2. Spesifikasi Minyak Isolasi Pakai.



e) Bushing Hubungan antara kumparan transformator ke jaringan luar melalui sebuah bushing, yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki transformator. f) Tangki dan konservator Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendam minyak transformator berada atau (ditempatkan) di dalam tangki. Untuk menampung pemuaian pada minyak transformator, pada tangki dilengkapi dengan sebuah konservator. Terdapat beberapa jenis tangki, diantaranya adalah: 



Jenis sirip (tank corrugated) Badan tangki terbuat dari pelat baja bercanai dingin yang menjalani penekukan, pemotongan dan proses pengelasan otomatis, untuk membentuk badan tangki bersirip dengan



20



siripnya berfungsi sebagai radiator pendingin dan alat bernapas pada saat yang sama. Tutup dan dasar tangki terbuat dari plat baja bercanai panas yang kemudian dilas sambung kepada badan tangki bersirip membentuk tangki corrugated ini. Umumnya transformator di bawah 4000 kVA dibuat dengan bentuk tangki corrugated. 



Jenis tangki Conventional Beradiator, Jenis tangki terdiri dar badan tangki dan tutup yang terbuat dari mild steel plate (plat baja bercanai panas) ditekuk dan dilas untuk dibangun sesuai dimensi yang diinginkan, sedang radiator jenis panel terbuat dari pelat baja bercanai dingin (cold rolled steel sheets). Transformator ini umumnya dilengkapi dengan konservator dan digunakan untuk 25.000,00 kVA, yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.



Gambar 2.1. Transformator Tipe Conventional Beradiator (Sumber Trafindo, 2005)



21



• Hermatically Sealed Tank With N2 Cushined, Tipe tangki ini sama dengan jenis conventional tetapi di atas permukaan minyak terdapat gas nitrogen untuk mencegah kontak antara minyak dengan udara luar



2.2.2.2. Peralatan Bantu a) Pendingin Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi transformator, maka untuk mengurangi adanya kenaikan suhu yang berlebihan tersebut pada transformator perlu juga dilengkapi dengan sistem pendingin yang bergungsi untuk menyalurkan panas keluar transformator. Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa udara, gas, minyak dan air, seperti pada tabel 2.3. Sistem pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara: • Alamiah (natural) • Tekanan/paksaan (forced). Tabel 2.3. Tipe Pendinginan Transformator



keterangan: A = air (udara), O = Oil (minyak), N = Natural (alamiah), F =Forced (Paksaan / tekanan)



22



b) Tap Changer (perubah tap) Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan



operasi



sekunder



sesuai



yang



diinginkan



dari



tegangan



jaringan/primer yang berubah-ubah. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau dalam keadaan tak berbeban (off load), dan tergantung jenisnya. c) Alat pernapasan Karena adanya pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara luar, maka suhu minyak akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas disebut pernapasan transformator. Permukaan minyak transformator akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan nilai tegangan tembus pada minyak transformator, maka untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal zat hygroscopis. d) Indikator Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu adanya indicator yang dipasang pada transformator. Indikator tersebut adalah sebagai berikut: 



indikator suhu minyak







indikator permukaan minyak







indikator sistem pendingin







indikator kedudukan tap, dan sebagainya.



2.2.2.3. Peralatan Proteksi a) Relay Bucholz Relay Bucholz adalah relai yang berfungsi mendeteksi dan mengamankan terhadap gangguan transformator yang menimbulkan gas.



23



Timbulnya gas dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah: • Hubung singkat antar lilitan pada atau dalam phasa • Hubung singkat antar phasa • Hubung singkat antar phasa ke tanah • Busur api listrik antar laminasi • Busur api listrik karena kontak yang kurang baik. b) Relai Tekanan Lebih Relai ini berfungsi hampir sama seperti Relay Bucholz. Fungsinya adalah mengamankan terhadap gangguan di dalam transformator. Bedanya relai ini hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan pemutus tenaga (PMT). Alat pengaman tekanan lebih ini berupa membran yang terbuat dari kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas, sebagai pengaman tangki transformator terhadap kenaikan tekan gas yang timbul di dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator. c) Relai Diferensial Berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan di dalam transformator, antara lain adalah kejadian flash over antara kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda kumparan. d) Relai Arus lebih Berfungsi mengamankan transformator jika arus yang mengalir melebihi dari nilai yang diperkenankan lewat pada transformator tersebut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan hubung singkat. Arus lebih ini dideteksi oleh transformator arus atau current transformator (CT). e) Relai Tangki Tanah Alat ini berfungsi untuk mengamankan transformator bila ada hubung singkat antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada transformator. f) Relai Hubung Tanah Fungsi alat ini adalah untuk mengamankan transformator jika terjadi gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah.



24



g) Relai Thermis Alat ini berfungsi untuk mencegah/mengamankan transformator dari kerusakan isolasi pada kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih. Besaran yang diukur di dalam relai ini adalah kenaikan suhu. 2.2.3.



Up Rating Transformator Uprating



transformator,



transformator



ini



merupakan



peningkatan



uprating transformator merupakan



kapasitas



daya



solusi yang dilakukan akibat



meningkatnya beban terhadap kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Pada umumnya uprating transformator ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja operasi dalam pendistribusian tenaga listrik kepada konsumen. Transformator sebagai media perantara dalam menyalurkan tenaga listrik mempunyai batas kemampuan maksimal. Batas kemampuan maksimal pembebanan pada transformator didasarkan atas nilai pengenal (rating) yang merupakan harga dalam keadaan operasi normal yang tidak boleh dilampaui. Jangan mengoperasikan suatu peralatan secara terus menerus dikapasitas 100%. Pada kondisi tertentu, karena keadaan emergency, boleh saja dioperasikan 100% ataupun maksimum 110% tetapi bukan untuk terus menerus. Agar transformator berumur panjang, perlu dipertimbangkan batas beban normal yang akan disuplaynya, idealnya ada pada angka 80%. Disamping itu, faktor 80% juga bermanfaat apabila seandainya ada penambahan beban dikemudian hari. Tentu saja juga mempertimbangkan besar kecilnya penambahan beban tersebut. Selain memperhatikan keamanan operasi transformator, umur pemakaian dan adanya penambahan beban nantinya, perlu dipertimbangkan juga untuk melakukan up rating. Seiring dengan usia operasi trafo maka kondisi trafo dapat mengalami pemburukan, hal ini dapat disebabkan karena tegangan lebih, suhu operasi yang tinggi, hotspot, korona, kontaminasi, kerusakan mekanis maupun kelembapan. Pemburukan atau kegagalan trafo dapat menyebabkan kegagalan operasi atau bahkan kerusakan trafo, oleh karenanyasangat diperlukan untuk mengetahui proses



25



pemburukan pada trafo sehingga kegagalan trafodalam beroperasi dapat dihindari atau jika perlu dilakukan tindakan lebih seperti misalnya up rating. 2.3.



Pemeliharaan



2.3.1.



Pengertian pemeliharaan Pemeliharaan peralatan adalah satu proses kegiatan yang bertujuan menjaga



kondisi peralatan, agar peralatan senantiasa beroperasi sesuai dengan fungsi dan karakteristik desainnya (Buku PLN, 2014). Menurut Akbar, A.A, dan Warsito, Agung (2013) dalam suatu jurnal, pemeliharaan adalah suatu kegiatan berupa menjaga, membersihkan, merawat peralatan tertentu agar tetap dalam kondisi yang baik. Pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin berfungsinya peralatan dengan baik. Menurut Ahmad Vei (2015), pemeliharaan, perawatan serta perbaikan tidaklah sama, untuk pengertian pemeliharaan ialah suatu tindakan yang dilakukan pada sebuah alat ataupun produk supaya alat atau produk tersebut tidak mengalami kerusakan, tindakan tersebut meliputi penyetelan, pelumasan, pemeriksaan pelumas, serta mengganti spare part yang sudah tak layak pakai. Untuk pengertian dari perawatan ialah tindakan perbaikan yang dilakukan pada sebuah alat yang sudah mengalami kerusakan supaya alat yang rusak tersebut bisa dipergunakan kembali. Sedangkan perbaikan adalah proses penggantian dan penyetelan bagian tertentu alat agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Istilah lain dari perbaikan adalah servis, yang berarti memperbaiki barang yang rusak atau usang atau merawat secara khusus suatu barang yang masa penggunaannya telah melampaui batas waktu tertentu. Dapat juga digunakan istilah pembetulan, yang bermakna proses atau cara untuk membuat alat menjadi betul. (Sujanarko, Bambang : 2012). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan kondisi peralatan, dan memastikan bahwa peralatan tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan yang menyebabkan gangguan. Perawatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan terprogram agar kondisi peralatan sesuai dengan yang diinginkan. Dan perbaikan adalah usaha yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi dan fungsi suatu peralatan yang rusak menjadi bekerja normal kembali.



26



2.3.2.



Tujuan Pemeliharaan Seperti halnya semua peralatan memerlukan pemeliharaan tidak terkecuali



peralatan listrik tegangan tinggi pada gardu induk tegangan tinggi atau ekstra tinggi, hal ini harus dilakukan pemeliharaan karena peralatan tersebut merupakan sarana penyaluran tenaga listrik yang paling penting untuk keperluan umum. Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk menjamin kontinuitas penyaluran tegangan tinggi dan menjamin keandalan antara lain: a. Untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi. b. Untuk memperpanjang umur peralatan sesuai dengan usia teknisnya. c. Untuk mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan. d. Untuk meningkatkan keamanan peralatan. e. Untuk mengurangi lama waktu pemadaman akibat sering terjadinya gangguan. 2.4.



Pengujian Trafo Daya 2



2.4.1.



Pengujian Tahanan DC Belitan Trafo Pengujian tahanan dc dimaksudkan untuk mengukur nilai resistif (R) dari



belitan dan pengukuran ini hanya bisa dilakukan dengan memberikan arus dc (direct current) pada belitan. Oleh karena itu pengujian ini disebut pengujian tahanan dc. Pengujian tahanan dc dilakukan untuk mengetahui kelayakan darikoneksi – koneksi yang ada di belitan dan memperkirakan apabila ada kemungkinan hubung singkat atau resistansi yang tinggi pada koneksi dibelitan. Pada trafo tiga fasa proses pengukuran dilakukan pada masing– masing belitan pada titik fasa ke netral. Alat uji yang digunakan untuk melakukan pengukuran tahanan dc adalah micro ohmmeter atau jembatan wheatstone. Micro ohmmeter adalah alat untuk mengukur nilai resistif dari sebuah tahanan dengan orde μΩ (micro ohm) sampai dengan orde Ω (ohm).



2.4.2.



Pengujian Tegangan Tembus Pengujian tegangan tembus adalah suatu pengujian dimana minyak trafo



diberi tegangan pada frekuensi system pada dua elektroda yang diletakkan didalam minyak isolasi. Jarak elektroda tergantung pada standard yang digunakan. Pada



27



banyak standard jarak yang digunakan adalah 2,5 mm. Alat yang digunakan adalah megger. Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan minyak isolasi dalam menahan stress tegangan. Minyak yang jernih dan kering akan menunjukan nilai tegangan tembus yang tinggi. Air bebas dan partikel solid, apalagi gabungan antara keduanya dapat menurunkan tegangan tembus secara dramatis. Dengan kata lain pengujian ini dapat menjadi indikasi keberadaan kontaminan sepertikadar



air



dan



partikel.



Rendahnya



nilai



tegangan



tembus



dapat



mengindikasikan keberadaan salah satu kontaminan tersebut, dan tingginya tegangan tembus belum tentu juga mengindikasikan bebasnya minyak dari semua jenis kontaminan. Terdapat beberapa metode pengukuran tegangan tembus pada minyak berdasarkan standar, dimana setiap metode pengujian menggunakan bentuk dan jarak antar elektroda: 1. IEC 60156-02 Tahun 1995, dengan elektroda mushroom denganjarak elektroda 2,5mm (yang umum digunakan di PLN) 2. ASTM D1816 - 12 (VDE electrode) dengan elektroda mushroom dengan jarak elektroda 1 atau 2 mm 3. ASTM D877 - 02 Tahun 2007 (Disc-electrodes) dengan elektroda silindrical dengan jarak electrode 2.54 mm



Standar pengujian SPLN 49-1 :1982 Tegangan Tembus 0-70 Kv



: > 30 kV/2,5 mm



70-170 kV



: > 40 kV/2,5 mm



>170kV



: > 50 kV/2,5 mm



Warna Minyak Trafo 1-2



: Baik (kuning pucat)



2,5 – 3



: Cukup Baik (kuning terang)



3,5 – 5,5



: Sedang (kuning sawo)



6 – 10



: Tidak Baik (coklat kehitaman)



28



2.4.3.



Pengujian Ratio Belitan Trafo Tujuan dari pengujian ratio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa



adanya masalah dalam antar belitan dan seksi – seksisistem isolasi pada trafo. Pengujian ini akan mendeteksi adanya hubung singkat antar lilitan, putusnya lilitan, maupun ketidaknormalan pada tap changer. Metoda pengujiannya adalah dengan memberikan tegangan variabel pada sisi HV dan melihat tegangan yang muncul pada sisi LV.Dengan membandingkan tegangan sumber dengan tegangan yangmuncul maka dapat diketahui ratio perbandingannya. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan alat Transformer Turn Ratio Test. 2.4.4.



Pengukuran Tahanan Isolasi Belitan Trafo Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian dimaksudkan



untuk mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo, untuk menghindari kegagalan yang fatal dan pengujian selanjutnya, pengukuran dilakukan antara: 



sisi HV - LV







sisi HV - Ground







sisi LV- Groud







X1/X2-X3/X4 (trafo 1 fasa)







X1-X2 dan X3-X4 ) trafo 1 fasa yang dilengkapi dengan circuit breaker. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan megger. Harga tahanan isolasi



ini digunakan untuk kriteria kering tidaknya trafo, juga untuk mengetahui apakah ada bagian-bagian yang terhubung singkat. Tujuan dari pengujian index polarisasi adalah untuk memastikan peralatan tersebut layak dioperasikan atau bahkan untuk dilakukan over voltage test. Indeks yang biasa digunakan dalam menunjukan pembacaan tahanan isolasi trafo dikenal sebagai dielectric absorption, yang diperoleh dari pembacaan berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih lama dengan sumber tegangan yang konstan. Pengujian berkelanjutan dilakukan dalam selama 10 menit, tahanan isolasi akan mempunyai kemampuan untuk mengisi kapasitansi tinggi kedalam isolasi trafo, dan pembacaan resistansi akan meningkat lebih cepat jika isolasi bersih dan kering.



29



Rasio pembacaan 10 menit dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal sebagai Polarization Index (PI) atau Indeks Polarisasi (IP). Pada tabel 2.4. adalah tabel index polarisasi. Jika nilai Indeks Polaritas (IP) terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa isolasi telah terkontaminasi. Besarnya Indeks Polaritas (IP) dapat dirumuskan sebagai berikut:



Menurut standar VDE (catalogue 228/4) minimum besarnya tahanan isolasi kumparan trafo, pada suhu operasi dihitung “1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm) “ Tabel 2.4. Index nilai Polarisasi Kondisi Index Polarisasi



2.4.5.



Berbahaya



2 Mohm Pemeliharaan pada rele bucholz dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui



ada tidaknya kebocoran dan kenormalan dari fungsi pada rele tersebut, perhatikan gambar rele bucholtz pada gambar 2.2. Parameter pengukuran dan pengujian fungsi rele bucholz adalah sebagai berikut : 1. Uji mekanik, dengan menekan tombol test setelah covernya dilepas 2. Uji pneumatik, dengan memompakan udara pada valve test sampai udara mengisi ruang bucholz dan merubah posisi bola pelampung. Buanglah udara setelah pengujian melalui sarana venting.



(1)



(2) Gambar 2.2. Rele Bucholz



Keterangan : 1. Tombol Uji Mekanik, 2. Valve untuk uji pneumatik 2.4.5.2. Rele Jansen Sama halnya dengan rele bucholz, indikasi alarm dari rele jansen yang diinformasikan keruang control disampaikan melalui kabel kontrol. Pengujian rele jansen ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik. Sama halnya seperti rele Bucholz yang memanfaatkan tekanan minyak dan gas yang terbentuk sebagai indikasi adanya ketidaknormalan / gangguan, hanya saja rele ini digunakan untuk memproteksi kompartemen OLTC. Rele ini juga dipasang pada pipa saluran yang menghubungkan kompartemen OLTC dengan konservator. Gambar 2.3. merupakan gambar bagian rele jansen.



32



Item-item pelaksanaan pemeliharaan Rele Jansen adalah sebagai berikut : 



Pada terminal blok, lakukan cek kontinuity dengan AVO meter pada terminal ukur untuk memastikan posisi dari terminal common dan kontak NO. Sebelumnya, pastikan katup penggerak pada posisi normal.







Ukur tahanan isolasi kontak (NO) dengan cara menghubungkan probe alat uji tahanan isolasi (tegangan uji 500 V) ke kontak NO dan Common pada terminal ukur relai jansen.







Mengukur tahanan isolasi terminal ukur untuk Phasa-Phasa dan PhasaGround.







Mengukur tahanan isolasi pengawatan.







Hasil ujinya harus mempunyai nilai sebesar R > 2 Mohm



Pelaksanaan uji fungsi rele jansen adalah sebagai berikut: 



Hubungkan kembali kabel yang telah dilepas pada terminal ukur (sesuai tanda yang diberikan). Pastikan koneksi sudah benar.







Kerjakan relai jansen dengan mendorong katup penggerak relai Jansen atau menekan tombol tes/control.







Pantau kondisi indikator trip.







Untuk me-reset, tekan tombol reset pada relai Jansen kemudian reset di kontrol panel.



Gambar 2.3. Bagian dalam Rele Jansen



33



2.4.5.3. Sudden Pressure Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada maintank. Gambar 2.4. menunjukkan tuas Rele Sudden Pressure. Untuk menjaga kesiapan kerja rele sudden pressure maka dilakukan pemeliharaan dengan item-item sebagai berikut:      



Membuka terminal kontak microswitch. Lakukan cek kontinuity dengan AVO meter pada terminal kontak untuk memastikan posisi kontak NO. Hubungkan probe alat uji tahanan isolasi dengan tegangan uji 500 V ke terminal kontak pada relai sudden pressure. Mengukur tahanan isolasi kontak untuk Phasa-Phasa dan Phasa- Ground (serta tahanan isolasi pengawatan). Catat hasil pengukuran pada blanko yang telah disiapkan. Hasil ujinya harus mempunyai nilai sebesar R > 2 MOhm.



Cara pemeliharaannya :  Hubungkan kabel kontrol ke terminal kontak relai sudden pressure  Kerjakan relai sudden pressure (dengan menekan tuas relai sudden pressure ke posisi trip)  Amati indikasi trip pada Marshaling Kios atau Kontrol Panel 



Catat hasil penunjukan indikator pada blanko yang telah disiapkan



 Untuk me-reset, harus dilakukan pada relai terlebih dahulu baru reset di kontrol panel.



34



Gambar 2.4. Tuas Rele Sudden Pressure 2.4.6.



Pengujian Kalibrasi Thermometer Kondisi sistem isolasi trafo akan terpengaruh dengan kondisi suhu operasi



trafo. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui besaran real suhu operasi dari trafo tersebut. Indikator yang digunakan untuk mendeteksi suhu tersebut adalah dengan menggunakan thermal sensor yang disentuhkan dengan suhu minyak bagian atas. Untuk memastikan bahwa suhu yang dideteksi sensor adalah akurat maka dilakukan proses kalibrasi sensor suhu tersebut. Proses kalibrasi yang dilakukan adalah dengan membandingkan pembacaan sensor suhu tersebut dengan pembacaan thermometer standar pada saat kedua alat pembaca suhu itu di panaskan dengan suhu yang sama. Apabila terdapat deviasi atau perbedaan penunjukan maka akan dilakukan penyesuaian penunjukan pada indikator sensor suhu. Alat yang digunakan adalah sebuah wadah / kotak yang terdiri dari sebuah heater yang suhunya telah diatur dengan menggunakan microprocessor sehingga dapat di tentukan sesuai kebutuhan. Gambar thermometer ditunjukkan seperti pada gambar 2.5.



35



Gambar 2.5. Thermometer 2.4.7.



Pengujian Tangen Delta Tan delta atau sering disebut Loss Angle atau pengujian faktor disipasi



adalah metoda diagnostik secara elektikal untuk mengetahui kondisi isolasi. Jika isolasi bebas dari defect, maka isolasi tersebut akan bersifat kapasitif sempurna seperti halnya sebuah isolator yang berada diantara dua elektroda pada sebuah kapasitor. Pada kapasitor sempurna, tegangan dan arus fasa bergeser 90o dan arus yang melewati isolasi merupakan kapasitif. Jika ada kontaminasi pada isolasi contohnya moisture, maka nilai tahanan dari isolasi berkurang dan berdampak kepada tingginya arus resistif yang melewati isolasi tersebut. Isolasi tersebut tidak lagi merupakan kapasitor sempurna. Tegangan dan arus tidak lagi bergeser 90o tapi akan bergeser kurang dari 90o. Besarnya selisih pergeseran dari 90o merepresentasikan tingkat kontaminasi pada isolasi. Dibawah merupakan gambar rangakaian ekivalen dari sebuah isolasi dan diagram phasor arus kapasitansi dan arus resistif dari sebuah isolasi. Dengan mengukur nilai IR / IC dapat diperkirakan kualitas dari isolasi. Pada isolasi yang sempurna, sudut akan mendekati nol. Menigkatnya sudut mengindikasikan meningkatnya arus resistif yang melewati isolasi yang berarti kontaminasi. Semakin besar sudut semakin buruk kondisi isolasi. Akan disajikan pada gambar 2.6.



36



Gambar 2.6. Rangkaian Ekivalen Isolasi Dan Diagram Phasor Arus Pengujian Phasor Arus Pengujian Tangen Delta Berdasarkan rekomendasi dari Double Engineering tahun 1993 (pada 25ºC), standar tangen delta adalah : 1. < 0.5 % = Normal 2. 0.5-1 % = Perlu Investigasi 3. > 1 % = Reklamasi Pengujian tangen delta trafo dapat menggunakan beberapa alat antara lain tettex dan alat uji tangen delta megger 2000. Langkah awal sebelum melakukan pengujian adalah bebaskan trafo dari tegangan dengan melepas sambungan ke busbar, kemudian pasang pentahanan temporer pada trafo agar proses pengujian berjalan aman. Pada gambar 2.7. menunjukkan rangkaian pengujian tangen delta.



Gambar 2.7. Rangkaian Pengujian Tangen Delta



37



Langkah-langkah pengujian dengan alat uji tangen delta megger 2000 yaitu: 1. Pasang kabel grounding keperalatan dan pastikan sistem grounding telah benar. 2. Sambung peralatan dan kabel konektor sesuai dengan fungsi masing-masing. 3. Periksa dan pastikan semua kabel telah terpasang dengan baik. 4. Nyalakan tombol “POWER” ke posisi “ON” 5. Periksa lampu open ground apakah masih menyala terus, yang berarti koneksi ground perlu di check ulang. 6. Setelah lampu ground padam, tekan menu pengukuran sesuai dengan konfigurasi pada specimen yang akan diuji ( GST,UST atau GST No Guard ) 7. Tekan kedua safety lock dan posisikan potensio HV ke posisi minimum. 8. Tekan tombol HV ON (warna putih). 9. Putar potensio HV sesuai dengan tegangan yang diinginkan (searah jarum jam). 10. Setelah tegangan sesuai yang diinginkan, tekan tombol”MEASURE” tunggu beberapa saat hasil pengukuran akan terlihat pada display. 11. Hasil yang ada dapat disimpan atau langsung dicetak pada printer yang telah disediakan. 12. Untuk mendownload kekomputer, dapat mempergunakan Data Key yang ada. 13. Data pada komputer dapat langsung dikonversi ke kondisi suhu 200C. 14. Setelah melakukan pengujian catat hasil yang diperoleh pada blanko yang tersedia.



Untuk mengukur specimen dapat dilakukan perubahan pada mode pengukuran, berikut ini mode yang dapat dipilih dengan injeksi tegangan tinggi disisi primer, seperti tabel 2.5. berikut.



38



Tabel 2.5. (a) pengujian untuk Trafo dua kumparan



Tabel 2.5. (b) pengujian untuk Trafo Tiga Kumparan



Pada bushing terdapat fasilitas untuk pengujian tangen delta yaitu center tap. Tegangan melalui tes tapmemungkinkan untuk menguji isolasi bushing dimana tes tap itu ditempatkan di bushing sehingga tidak memutuskan lead dari bushing. Isolasi utama adalah inti kondensator antara pusat konduktor dan lapisan tap. Tes ini dilakukan dalam test mode UST yang mengelimir kerugian pergi ke ground bagian dari bushing. Metode UST hanya mengukur bushing dan tidak secara berarti dipengaruhi oleh kondisi eksternal untuk bushing. Cara mengukur tangen delta bushing : 1. Sambungkan kabel tegangan tinggi dari alat ukur ke terminal konduktor bushing. Jika bushing yang diuji terpasang pada transformator, jumper semua bushing dari kumparan yang sama. Juga jumper bushing dari gulungan lain dan dihubungkan ketanah. Pastikan konektor tegangan tinggi membentang jauh dari bushing yang diuji untuk menghindari kontak dengan porselen bushing. 2. Sambungkan kabel tegangan rendah dari alat uji. Tap tes banyak jenisnya sehingga diperlukan alat atau adapter khusus. Beberapa tap uji terdiri dari miniatur bushing dimana konduktornya akan disambungkan ke ground melalui tutup tes tap. 3. Rumah tap mungkin mengandung sejumlah kecil minyak atau compound. Harus diperhatikan saat melepas tutup rumah tes tap untuk menghindari tumpahnya minyak. Patikan minyak diganti setelah pengujian selesai. Prosedur pengukuran tangen delta bushing :



39



1. Pengujian tangen delta sangat sensitif terhadap kondisi cuaca. Pengujian harus dilakukan dalam kondisi yang menguntungkan bila memungkinkan. 2. Uji insulasi utama C1 biasanya dilakukan pada 10KV dalam test mode UST. Selalu merujuk pada rating name plate seperti tegangan dari bushing yang diuji. Jika 10KV melebihi rating dari bushing, maka atur tegangan sama atau sedikit dibawah rating tegangan. 2.4.7.1. Pengujian tangen delta pada isolasi trafo Sistem isolasi trafo secara garis besar terdiri dari isolasi antara belitan dengan ground dan isolasi antara dua belitan. 1. Primer – Ground 2. Sekunder – Ground 3. Tertier – Ground 4. Primer – Sekunder 5. Sekunder – Tertier 6. Primer – Tertier 2.4.7.2. Pengujian tangen delta pada bushing Pengujian tangen delta pada bushing bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi pada C1 (isolasi antara konduktor dengan center tap) yang menggambarkan kondisi isolasi kertas bushing, C2 (isolasi antara center tap dengan Ground) yang menggambarkan kondisi isolasi minyak bushing. 2.4.8.



Pengujian NGR Neutral grounding resistor berfungsi sebagai pembatas arus dalam saluran



netral trafo. Agar NGR dapat berfungsi sesuai desainnya perlu dipastikan bahwa nilai tahanan dari NGR tersebut sesuai dengan spesifikasinya dan tidak mengalami kerusakan. Untuk mengukur nilai tahanan NGR dilakukan dengan menggunakan voltage slide regulator, voltmeter dan amperemeter, yang ditunjukkan pada gambar 2.8, 2.9., dan 2.10. Pada prinsipnya NGR akan diberikan beda tegangan pada kedua kutubnya dan dengan memanfaatkan pengukuran arus yang mengalir pada NGR dapat diketahui nilai tahanannya.



40



Dengan memanfaatkan rumus R = V / I, dimana R adalah tahanan, V adalah tegangan dan I adalah arus maka nilai tahanan dari NGR dapat ditentukan.



Gambar 2.8. Voltage Slide Regulator dan Kabelnya



Gambar 2.9. Voltmeter



Gambar 2.10. Amperemeter



41



BAB 3 PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN



3.1.



Orientasi Lapangan PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera terbagi



atas 3 UPB (Unit Pengatur Beban) yaitu : 1. UPB Sumatera Bagian Utara 2. UPB Sumatera Bagian Tengah 3. UPB Sumatera Bagian Selatan Dan 6 UPT (Unit Pelayanan Transmisi), yaitu : 1. UPT Pematang Siantar 2. UPT Medan 3. UPT Banda Aceh 4. UPT Pekanbaru Riau 5. UPT Palembang 6. UPT Padang 7. UPT Tanjung Karang UPB mempunyai fungsi melakukan pekerjaan jarak jauh, antara lain telesignaling, telemeasurement, dan remote control. Telesignaling berfungsi untuk melakukan sinyal jarak jauh untuk posisi pemutus tenaga (switchgear), pemisah, alarm, dan sebagainya. Selain itu UPB berfungsi untuk melakukan pengukuran jarak jauh (telemeasurement) pada pengukuran tegangan, arus, dan frekuensi. Fungsi UPB lainnya adalah untuk melakukan pengontrolan jarak jauh (remote control) sebagai pengontrol pemutus tenaga. Sedangkan UPT (Unit Pelayanan Transmisi) berfungsi sebagai pusat untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit menuju sistem distribusi melalui adanya tragi-tragi dan gardu induk. Melalui UPB dan UPT penyaluran beban bisa diatur dan dikendalikan dengan baik. UPT Pematang Siantar terbagi atas 3 Tragi (Transmisi Gardu Induk), yaitu : 1. Tragi Kisaran 2. Tragi Sidikalang



42



3. Tragi Sibolga Tragi Sibolga terbagi lagi atas 6 Gardu Induk (GI), yaitu : 1. GI Padangsidempuan 2. GI Sibolga 3. GI Tarutung 4. GI Porsea 5. GI Modular Gunung Tua 6. GI Sipan Sihaporas 1 dan 2 Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) P3B Sumatera, UPT Pematang Siantar, Tragi Sibolga, Gardu Induk Padangsidempuan dengan tegangan tinggi yaitu 150 KV, berfungsi sebagai Gardu Induk pengatur beban, menggunakan isolasi gas SF6 dan merupakan Gardu Induk Konvensional karena peralatan-peralatan gardu induk berada di luar gedung.



Sumber : dokumentasi kegiatan Gambar 3.1. Gardu Induk Padangsidempuan



43



Konfigurasi Gardu Induk PadangSidempuan terdiri dari : a. 6 Bay Penghantar: 1. Penghantar PadangSidempuan-Rantau Prapat 2. Penghantar PadangSidempuan-GunungTua 3. Penghantar PadangSidempuan-Martabe1 4. Penghantar PadangSidempuan-Martabe2 5. Penghantar PadangSidempuan-Sarulla 1 6. Penghantar PadangSidempuan-Sarulla 2 b. 3 BayTrafo : 1. Trafo Daya1 30 MVA Pauwels 2. Trafo Daya2 30 MVA Energoinvest (60 MVA CG POWER) 3. Trafo Daya3 60 MVA Unindo c. 1 Bay Kopel Bus d. Double Busbar



44



Sumber : Dokumentasi kegiatan Gambar 3.2. Sub Sistem Sumatera Bagian Utara



45



Gambar 3.2. Subsistem Sumatera Bagian Utara



Sumber : dokumentasi kegiatan Gambar 3.3. Single Line Diagram Gardu Induk Padangsidempuan



46



3.2.



Trafo Daya 2 Trafo Daya 2di GarduInduk Padangsidempuan dengan merk Energoinvest



berkapasitas 30 MVA melayani3 penyulang yaitu PN1, PN2 dan PN3.



Gambar 3.4.Trafo Daya2 30 MVA GI Padangsidempuan



Gambar 3.5. Foto Trafo 60 MVA Gardu Induk Padangsidempuan



47



Trafo daya 60 mva untuk menggantikan trafo daya 2 yang 30 mva sudah datang tetapi saya tidak berkesempatan untuk menyaksikan langsung pemasangannya dikarenakan waktu PKLI sudah habis sebelum pemasangannya. 3.3.



Pemeliharaan Trafo Daya 2 30 MVA Tahun 2019



3.3.1.



Pengujian Tangen Delta Beberapa istilah pada pengukuran adalah :



1. UST = Ungrounded Specimen Test artinya objek uji tidak ditanahkan 2. GST = Grounded Specimen Test artinya objek uji ditanahkan 3. CH –L = Pengukuran antara kumparan Primer dan Sekunder 4. CH – G = Pengukuran antara kumparan Primer dengan Ground 5. CL– G = Pengukuran antara kumparan Sekunder dengan Ground



Gambar 3.6. Hasil PengujianTangen Delta pada Trafo



48



Gambar 3.7. Hasil Pengujian Tangen Delta pada Bushing



3.3.2.



Pengujian Rele Jansen, Bucholz dan Sudden Pressure



Gambar 3.8. Hasil Pengujian Rele Jansen, Bucholz dan Sudden Pressure



49



3.3.3.



Pengujian Tahanan NGR dan Pentahanan NGR akan diberikan beda tegangan pada kedua kutubnya dan dengan



memanfaatkan pengukuran arus yang mengalir pada NGR dapat diketahui nilai tahanannya. Dengan memanfaatkan rumus R = V/I, dimana R adalah tahanan, V adalah tegangan dan I adalah arus maka nilai tahanan dari NGR dapat ditentukan.



Gambar 3.9. Hasil Pengujian Tahanan NGR dan Pentanahan 3.3.4.



Pengujian Tahanan Isolasi Belitan Trafo Pengukuran tahanan isolasi belitan trafo ialah proses pengukuran dengan



suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk mengetahui kondisi isolasi antara belitan dengan ground atau antara dua belitan. Metoda yang umum dilakukan adalah dengan memberikan tegangan dc dan merepresentasikan kondisi isolasi dengan satuan mega ohm.



50



Gambar 3.10. Alat Ukur Tahanan Isolasi



Gambar 3.11. Hasil Pengujian Tahanan Isolasi Belitan Trafo 3.3.5.



Pengujian Tahanan DC Belitan Trafo Pada trafo tiga fasa proses pengukuran dilakukan pada masing–masing



belitan pada titik fasa kenetral. Alat uji yang digunakan untuk melakukan pengukuran tahanan dc adalah micro ohmmeter atau jembatan wheatstone.



51



Gambar 3.12. Alat Pengukur RDC



Gambar 3.13. Hasil Pengujian Tahanan DC Belitan Trafo



3.3.6.



Pengujian Tegangan Tembus Minyak Pada pengujian ini standard jarak yang digunakan adalah 2,5 mm. Alat yang



digunakan adalah megger.



52



Gambar 3.14. Alat Uji Tegangan Tembus Minyak



Gambar 3.15. Warna Minyak Trafo Daya 2 No



3.3.7.



Tabel 3.1. Data pengujian tegangan tembus minyak isolasi Uraian Kegiatan Tegangan Tembus Warna Minyak (Kv/2.5mm) Minyak Trafo



1



Minyak bagian atas



45.6



3.5



2



Minyak bagian bawah



56.7



3.5



3



Minyak OLTC



24.4



3.5



Pengujian Kalibrasi Thermometer Proses kalibrasi yang dilakukan adalah dengan membandingkan pembacaan



sensor suhu tersebut dengan pembacaan thermometer standar pada saat kedua alat pembaca suhu itu dipanaskan dengan suhu yang sama. Apabila terdapat deviasi atau perbedaan penunjukan maka akan dilakukan penyesuaian penunjukan pada indikator sensor suhu.



53



Gambar 3.16. Hasil Pengujian/Pengukuran Kalibrasi Thermometer



3.3.8.



Pengujian Ratio Belitan Trafo Pengujian ini akan mendeteksi adanya hubung singkat antar lilitan, putusnya



lilitan, maupun ketidaknormalan pada tap changer. Alat yang digunakan adalah Megger.



Gambar 3.17. Alat Uji Ratio Metoda pengujiannya adalah dengan memberikan tegangan variable pada



54



sisi HV dan melihat tegangan yang muncul pada sisi LV. Dengan membandingkan tegangan sumber dengan tegangan yang muncul maka dapat diketahui ratio perbandingannya.



Gambar 3.18. Hasil Pengujian Ratio Belitan Trafo 3.4.



Anomali Trafo Daya 2



Gambar 3.19. Kebocoran Minyak pada sela baut tutup maintank



55



.Gambar 3.20. Rembesan minyak pada body maintank



Kebocoran minyak pada Trafo Daya 2 disebabkan overload beban yang menyebabkan minyak trafo panas berlebihan sementara kipas pendingin rusak.



Gambar 3.21. Box Thermometer Tidak Difungsikan



Gambar 3.22. Thermal Sensor Suhu Yang Sudah Rusak



56



Gambar 3.23. Wiring kabel pada box kontrol berantakan, tidak bisa dirapikan



Gambar 3.24. kipas/fan pendingin 5 rusak dari 12 3.5.



Data Pembebanan Trafo Daya Gardu Induk Padang Sidempuan Pada tanggal 21 September 2018 di Gardu Induk Padang Sidempuan terjadi



Hotspot pada skun kabel power Incoming Trafo Daya 3 Phasa R dan T, perbaikan hotspot pada Incoming Trafo Daya 3 diperlukan pemadaman dan beban Trafo Daya 3 dialihkan ke Trafo Daya 2. Tabel 3.2. Data Beban Trafo Daya GI PadangSidempuan Gardu Induk PadangSidempuan 21 September 2018 MVA



Beban MW



MVAR



TD#130MVA



11.89



10.7



2.5



TD#230MVA



13.22



12,2



4,5



TD#360MVA



25.33



22.8



7.9



TrafoDaya



57



Kapasitas Trafo Daya 2 adalah 30 MVA, jika ditinjau dari standar PLN sebesar 80% dari kapasitas trafo maka beban maksimal yang semestinya ditanggung adalah 24 MVA. Jika beban ditampung oleh Trafo Daya (TD) 2 maka akan menjadi 38.56 MVA, maka TD 2 berkapasitas 30 MVA tidak akan mampu lagi menampung beban, dan harus melakukan pengurangan beban pada penyulang, maka ini akan mengurangi penyaluran terhadap konsumen. Dengan dilakukannya Uprating Trafo Daya 2 dari 30 MVA menjadi 60 MVA, jika ditinjau dari standar PLN sebesar 80% dari kapasitas trafo maka beban maksimal yang semestinya ditanggung adalah 48 MVA. Dari data diatas jika beban ditampung TD 2 pembebanan TD 2 mencapai 38.56 MVA atau 63.26%. Nilai tersebut masih dibawah standar PLN sehingga aman apabila dilakukan manuver beban maka konsumen akan tetap terlayani. 3.6.



Pembahasan Dari data hasil pengujian terlihat beberapa kondisi kurang baik pada trafo



daya 2 di GI Padangsidempuan. Seperti nilai tangen delta yang melebihi batas normal. Hal ini membutuhkan pengujian lebih lanjut untuk menghindari terjadinya kegagalan isolasi trafo. Pengujian berikutnya juga menunjukkan beberapa kondisi kurang baik pada trafo seperti diperlihatkan pada tabel dibawah ini : Tabel 3.3. Resume Hasil Pemeliharan Standard Hasil Uji



No.



Masalah



1.



Pengujian Tangen Delta “Sekunder” Tidak Baik



Tangen Delta < 0,5 %



Pengujian Index Polarisasi “Primer-Tanah” Tidak Baik Pengujian Index Polarisasi “SekunderTanah” Tidak Baik Pengujian Index Polarisasi



Index Polarisasi ≥ 1,25



2.



3.



4.



Index Polarisasi ≥ 1,25



Index Polarisasi



CHL



Keterangan



0,4859 %



CHL + CLG 0,5312 %



CLG 0,5627 %



Pengujian “ CHL + CLG” dan “CLG” Tidak Baik



1 Menit



10 Menit



IP



Tidak Baik



758 MΩ



778 MΩ



1.03



1 Menit



10 Menit



IP



427 MΩ



453 MΩ



1,06



1 Menit



10 Menit



IP



Tidak Baik



Tidak Baik



58



5.



6.



“PrimerSekunder” Tidak Baik Pengujian Index Polarisasi “Primer, SekunderTanah” Tidak Baik Pengujian BDV Minyak OLTC Tidak Baik



≥ 1,25



559 MΩ



601 MΩ



1,08



Index Polarisasi ≥ 1,25



1 Menit



10 Menit



IP



407 MΩ



439 MΩ



1,08



≥ 40 KV/2,5 mm2



AVERAGE



Tidak Baik



Tidak Baik



24,4 KV/2,5 mm2



Selain hasil pengujian, kondisi trafo diperparah dengan berbagai kondisi fisik trafo yang terdapat dibeberapa bagian yaitu : 1. Wiring kabel pada box kontrol berantakan, tidak bisa dirapikan 2. Temperatur tidak bisa dikontrol di Monitor dari ruang kontrol 3. Rembesan minyak pada packing/baut body 4. Termal Sensor suhu rusak 5. Kipas/fan pendingin rusak 5 dari 12.



59



BAB 4 PENUTUP



4.1.



Kesimpulan Setelah penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) dan



dengan judul yang saya ambil selama satu bulan di Gardu Induk Padangsidempuan, maka penulis dapat memberikan kesimpulan dari kegiatan yang penulis laksanakan di lapangan adalah sebagai berikut : 1. Kinerja pelayanan kepada konsumen dapat ditingkatkan keandalan penyaluran setelah diuprating Trafo Daya 2 Gardu Induk Padang Sidempuan. 2. Dengan dilakukannya Uprating Trafo Daya 2 berkapasitas 60 MVA, dapat



menampung beban lebih banyak demi peningkatan pelayanan terhadap konsumen. 4.2.



Saran



1. Perlu adanya pemahaman yang mendasar baik teori maupun praktek dalam melakukan perawatan dan pemeriksaan pada bidang tertentu, hal ini akan mempermudah dalam pengecekan kerusakan nantinya. 2. Dalam menjalankan kegiatan perawatan baik di dalam maupun di luar GI sebaiknya menggunakan perlengkapan keamanan yang sesuai dan sebaiknya dilakukan sesuai jadwal. 3. Perlu adanya komunikasi dan kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan instansi industri.



60



DAFTAR PUSTAKA



1. Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik SKDIR 114.K/DIR/2010 Transformator Tenaga No. Dokumen: 01-22/HARLURPST/2009. 2. P.T. PLN “ Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan untuk Transformator Tenagan” Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta 1981. 3. Bonggas L.Tobing. 2003. Peralatan TeganganTinggi, Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama. 4. Kadir, Abdul.1989. Transformator. Jakarta: PTE lex Media Komputindo. 5. Tobing, Bonggas L. 2003. Peralatan TeganganTinggi. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama. 6. http://insyaansori.blogspot.com,2014 (diakses pada 02April 2019) 7. Setyowibowo, Arif. Pengujian tangen delta trafo dan bushing kasus khusus tangen delta negatif .PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali 8. http://anak-elektro-ustj.blogspot.co.id/2013/09/vbehaviorurldefaultvmlo.html. (diakses tanggal 16 Maret 2019)