Asal Usul Desa Mejasem [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Gambaran Umum Desa Mejasem 1. Sejarah Desa Mejasem Nama Desa Mejasem tidak lepas dari nama dua orang prajurit kerajaan Mataram yang dikejar-kejar oleh belanda dan melarikan diri ke daerah Pekalongan. Mereka adalah Raden Wirodanu dan Pangeran Pekik, dimana dalam pelarian diri akhirnya mereka sampai pada suatu tempat. Ditempat itu mereka menemukan benda berbentuk kendi besar (bahasa jawa : Gentong) yang berwarna ungu. Gentong itu bukan sembarang gentong karena didalamnya terdapat makhluk penunggu yang bernama jin Parilodro. Namun demikian Raden Wirodanu dan Pangeran Pekik sangat tertarik dengan gentong tersebut dan berkeinginan untuk memilikinya.



Jin Parilodro mengetahui keinginan dua prajurit



tersebut dan berusaha mempertahankan benda yang sudah lama menjadi miliknya, sehingga mereka akhirnya terlibat pertarungan yang dahsyat dan sengit.



Dalam



pertarungan tersebut akhirnya jin Parilodro dapat dikalahkan. Sampai saat ini tempat terjadinya pertarungan tersebut dinamakan dukuh gentong wungu yang berada dalam wilayah hukum Kecamatan Sragi. Pasca kekalahannya, jin Parilodro kemudian menyingkir sampai didaerah singiran. Dalam perjalanan selanjutnya, Raden Wirodanu dan Pangeran Pekik melihat pohon besar yang disebut Pohon Randu kemudian keduanya memutuskan untuk berteduh. Ketika sedang berteduh ada seorang gadis yang bernama Putri Rantan Sari yang memperhatikan kedua prajurit tersebut.



Putri Rantan Sari akhirnya terpesona akan



ketampanan Raden Wirodanu dan jatuh cinta, akan tetapi cintanya ditolak oleh Raden Wirodanu. Raden Wirodanu beranggapan bahwa Putri Rantan Sari adalah makhluk halus bukan manusia lumrah. Atas penolakan ini Rantan Sari merasa malu dan sakit hati yang mendalam. Akhirnya putri Rantan Sari bertekad melakukan ritual topo kungkum (bertapa sambil berendam air) di sungai Brancah. Konon tempat bertemunya Raden Wirodanu dan putri Rantan Sari sekarang dinamakan dukuh Gembyang yang juga berada dalam wilayah hukum Kecamatan Sragi. Tempat terjadinya penolakan tragis yang menimpa putri Rantan Sari sampai saat ini menjadi Mitos bagi seorang laki-laki pendatang yang bila melewati sungai brancah maka sifatnya akan menjadi suka bila melihat wanita cantik (jawa : Brancah/tukmis).



Setelah menolak cinta putri Rantan Sari Raden Wirodanu dan Pangeran Pekik melanjutkan perjalanannya ke utara sampai pada suatu tempat yang disebut dengan nama Alas Rowo Rengginang yang sangat angker. Karena keangkeran hutan tersebut maka muncul istilah jalmo teko jalmo mati yang artinya barang siapa yang mendatangi maka dia akan mati.



Akan tetapi berkat kesaktian kedua prajurit tersebut Alas Rowo



Rengginang dapat di buka/dibabat. Dalam proses babat alas tersebut menyisakan dua pohon yang tidak bisa dirobohkan oleh Raden Wirodanu dan Pangeran Pekik yaitu Pohon Mojo dan Pohon Asem yang menjadi tempat tinggal penunggu Alas Rowo Rengginang. Tempat tersebut oleh Raden wirodanu dan Pangeran Pekik dinamakan MEJASEM ( Dari kata MOJO dan ASEM ) yang konon kabarnya kedua pohon tersebut masih berdiri sampai tahun 1960.1 2. Periode Pemerintah Desa Mejasem Pada jaman kolonial Belanda Desa Mejasem terdapat dua kelurahan mejasem lor dan mejasem kidul. Untuk mejasem Lor lurah



yaitu



yang pertama bernama



Gendul dan mejasem kidul bernama Dakiyan. Kemudian terjadi pergantian lurah pada masa berikutnya, yaitu lurah mejasem lor diganti oleh Lurah Sarpan sedang luruh mejasem kidul diganti Lurah Gabik. Karena luas wilayah mejasem tidak begitu luas maka oleh Pemerintah kolonial belanda waktu itu digabung kembali menjadi satu yaitu Mejasem. Sedangkan Mejasem Kidul dan Mejasem Lor kini menjadi nama Dukuh/Dusun. Pada tahun 1920 setelah proses penggabungan Mejasem Kidul dan Mejasem Lor menjadi Mejasem diadakan pemilihan lurah. Keluar sebagai pemenang dalam pilkades tersebut adalah Kasmali dari Dukuh mejasem lor. Pusat pemerintahan desa waktu itu ditempatkan di rumah beliau karena Desa Mejasem waktu itu belum memiliki kantor tersendiri. Pada tahun 1949 terjadi agresi militer belanda dan banyak warga masyarakat Mejasem yang menyelamatkan diri dari serangan belanda termasuk Lurah kasmali. Sehingga sempat terjadi kekosongan lurah dan akhirnya dibentuk Lurah Recomba (lurah bentukan belanda). Adapun yang menjadi lurah recomba adalah Dultabri yang waktu itu menjabat sebagai Bahu/Kepala Dusun Mejasem. Setelah Desa Mejasem kembali pada 1



Suwargi, Sesepuh Desa Mejasem, Wawancara Pribadi, Pekalongan, Kamis 18 Mei 2017, 11:00.



NKRI lurah dijabat lagi oleh Kasmali sampai meninggal dunia pada tahun 1957 dan Dultabri kembali menjadi Bahu. Setelah Lurah Kasmali wafat diadakan pemilihan lurah yang baru dan yang menjadi lurah adalah Soewaryo sebagai anak bungsu dari mantan lurah Kasmali. Pada periode ini jabatan lurah berubah menjadi Kepala Desa. Pada waktu pemerintahan Kepala Desa Soewaryo tepatnya pada tahun 1965 kantor Pemerintahan Desa Mejasem dipindah ke Dukuh Mejasem Kidul dengan menempati bangunan baru berupa Balai Desa.



Dalam tahun itu Pemerintah Desa



Mejasem membangun beberapa sarana, diantaranya adalah bendungan Mejasem untuk mengairi persawahan yang ada di Desa Mejasem sampai Desa Wonosari dan gedung Sekolah dasar yang bersebelahan dengan balai desa. Soewaryo menjabat sebagai Kepala Desa Mejasem selama 31 tahun yaitu dari tahun 1957 sampai dengan tahun 1988. Periode Kepala Desa Mejasem berikutnya dijabat oleh Sutrimo yang menjabat Kepala Desa selama 2 periode, yaitu Periode I tahun 1988 sampai dengan 1996 dan periode II 1996 sampai dengan 2006.



Beliau adalah keponakan dari kepala desa



Soewaryo dan cucu dari Lurah Kasmali. Selama pemerintahan Kepala Desa Sutrimo untuk pertama kali di laksanakan pengaspalan jalan poros Desa Mejasem serta pembenahan dan perbaikan kantor balai Desa Mejasem.



Kemudian menyusul



pembangunan gedung PKD, Gedung TK dan gedung BKD dilingkungan Balai Desa Mejasem dan pembuatan SPAL disepanjang jalan poros desa. Naskhin adalah kepala Desa Mejasem periode berikutnya yang menjabat selama satu periode yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2013. Pada masa kepemimpinan Nasikhin Desa Mejasem mendapatkan bantuan dari pemerintah melaui Program Dana Alokasi Khusus (DAK) berupa air bersih utk masyarakat, serta adanya program PNPM yang dialokasikan untuk pembuatan jalan tembus yang menghubungkan antara Desa Mejasem dan Desa Wonosari. Pada periode ini juga dilaksanakan kegiatan pembuatan SPAL. Pada tahun 2013 sampai sekarang Kepala Desa Mejasem dijabat oleh Sudarto S.E yang mana



beliau



masih



keturunan/cicit



dari



Lurah



Kasmali.



Dalam



masa



kepemimpinannya selama satu tahun pertama Sudarto sudah berhasil membangun



pengaspalan seluruh jalan poros dan jalan lingkar Desa Mejasem, pengaspalan jalan gang di dukuh mejasem lor, Pembangunan MCK Plus, PAMSIMAS dimana saat ini sedang sedang penggodokan menjadi BUMDes, pembangunan PAUD terpadu yang ada di dukuh Mejasem lor, serta ke depan masih banyak pembangunan-pembangunaan sarana lain yang telah direncanakan. 2. Visi Misi Desa a. Visi : “Terwujudnya Perubahan Sistem Menuju Mejasem Yang Lebih Baik” Visi tersebut menjelaskan bahwasanya untuk terwujudnya sebuah desa, sebuah pemerintahan dan sebuah organissasi yang baik dan maju maka perlu adanya action pembenahan dan perubahan, utamanya adalah sistem pemerintahannya, sistem pembangunannya dan sistem kemasyarakatannya. Sehingga apabila sistem tersebut sudah berjalan dengan baik maka roda pemerintahan, pembangunan dan masyarakat tidak akan terjebak dalam pola-pola lama yang selalu tergantung dari figur atau tekanan. Karena sistem akan berjalan dengan sendirinya dengan aturan-aturan dan prosedur yang jelas. b. Misi Untuk mewujudkan visi Desa Mejasem lima tahun ke depan dalam menghadapi era globalisasi dan tuntutan demokrasi, maka dijabarkan dalam Tiga misi yang disebut “TRI GATRA” yaitu sebagai berikut : 1 Mewujudkan penyelenggaraan sistem pemerintahan desa yang bersih, jujur dan transparan dalam pelayananan pada masyarakat. 2. Pembangunan disegala sektor dengan mengedepankan skala prioritas dan yang berbasis ekonomi rakyat yang berpedoman pada sila ke 4 , dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat didalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut hajat masyarakat banyak. 3. Mewujudkan sistem Kemasyarakatan yang guyup rukun dan gotong royong dalam bingkai kesatuan yang utuh bukan yang terkotak-kotak/ kelompok-kelompok yang hanya mementingkan golongannya masing-masing. Didalam menjalankan tiga misi tersebut maka Pemerintah Desa Mejasem mengeluarkan program atau rencana kerja yang harus dilaksanakan yang dibagi dalam tujuh program unggulan yaitu meliputi :



1. Pembenahan sistem birokrasi dan SDM dari mulai perangkat, lembaga, sampai RT, RW. Sesuai dengan Tugas pokok dan fungsinya ( Tupoksi ) masing-masing dan Standar Operation Prosedur (SOP ) yang berlaku. 2. Pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur khususnya akses jalan dan Saluran air (SPAL) secara bertahap dan berkesinambungan. 3. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan agama dan umum, baik PAUD,TK, TPQ dan Madrasah serta adanya hub yang sinergis antara pihak sekolah dengan pemerintah desa. 4. Pembentukan Lembaga Independen yang berbasis pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan tujuan untuk peningkatan kapasitas hidup masyarakat



( Perekonomian



Produktif ) 5. Gerakan bersih desa tiap 1 bulan sekali, dan selapanan desa 4 bulan sekali. Serta pengaktifan kembali siskamling. 6. Pembentukan kembali kelompok tani ( Gapoktan ) 7. Menumbuhkembangkan seni, budaya dan olah raga dengan merangkul karang taruna sebagai garda terdepan. Dalam mewujudkan VISI dan MISI tersebut maka pemerintah Desa Mejasem bersinergi membentuk kerja sama dengan lembaga, Tokoh agama, Tokoh masyarakat dan seluruh lapisan masyarakat sehingga akan terwujud iklim yang sejuk dan kondusif. Untuk menopang sinergitas tersebut maka harus berpegang pada azas Keterbukaan, Kebersamaan,



Keterpaduan,



Keakraban,



Kepekaan,



Kecermatan,



Kesungguhan,



Kesinambungan, Berorentasi pada keberhasilan. 3. Letak Geografis Batas Desa Mejasem Kecamatan Siwalan sebagai berikut :  Sebelah Utara



: Desa Tengengkulon Kecamatan Siwalan



 Sebelah Selatan



: Desa Sragi Kecamatan Sragi



 Sebelah Barat



: Desa Sukorejo Kecamatan Ulujami Pemalang



 Sebelah Timur



: Desa Wonosari Kecamatan Siwalan



4. Luas Wilayah2



2



Buku DHKP Desa Mejasem Tahun 2017



a. Luas Daratan Dusun Mejasem Lor  Wilayah RW I



: 49.085 m2



 Wilayah RW II



: 19.673 m2



 Wilayah RW III



: 12.365 m2



b. Luas Daratan Dusun Mejasem Kidul  Wilayah RW IV



: 34.567 m2



 Wilayah RW V



: 30.472 m2



 Wilayah RW VI



: 23.940 m2



Total luas daratan



: 170.102 m2



c. Luas lahan persawahan : 418.044 m2 Total luas desa



: 588.146 m2



5. Monografi Jumlah Penduduk Rekapitulasi Lahir, Lahir Mati, Mati, Pindah, Datang (Lampid) Bulan Juni 20183 JUMLAH NO



PERINCIAN



1 1 2 3 4 5 6 7 NO 1 2 3 4



3



2



Laki-laki 3



Perempuan 4



L+P 5



1806 2 0 4 2 3 1805



1644 2 0 2 3 0 1641



3450 4 0 6 5 3 3446



Jumlah Penduduk s.d. bulan lalu Jumlah lahir Jumlah Lahir Mati Jumlah Mati Jumlah Pindah Jumlah Datang Jumlah Penduduk s.d. Bulan ini KETERANGAN



JUMLAH



Jumlah RT Jumlah RW Jumlah Dusun Jumlah KK



Laporan monografi bulanan petugas registrasi desa Mejasem



17 6 2 1051



6. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Mejasem



KEPALA DESA BPD



SUDARTO, S.E.



SYAIFULLAH SYAIFULLAH SEKRETARIS DESA AGUS SUPRANOTO



PAMONG TANI



KADUS MEJASEM KIDUL



KADUS MEJASEM LOR



SUWARGI



MUCHIDIN



SUMORO



KAUR PEMERINTAHAN



KAUR PEMBANGUNAN



DRISIPIN



ADE KURNIAWAN



KAUR KESRA



KAUR UMUM -



MOHAMAD ISROK



7. Sarana Dan Prasarana. a. b. c. d.



Kantor Desa Prasarana Kesehatan Prasarana Ibadah Prasarana Pendidikan



e. Prasarana Umum 1) Olahraga 2) Kesenian / Budaya 3) Sumur Desa



: 1 Unit : 1 Unit Balai Kesehatan desa : 1 Unit masjid & 9 unit musholla : 1 Unit gedung PAUD, 1 unit gedung TK, 1 unit gedung TK SD, 1 unit gedung Madrasah. : 1 unit lapangan sepak bola : 1 unit gamelan : 3 unit sumur bor



B.



Data Statistik Pernikahan dan Perceraian di Desa Mejasem4 NO 1 2 3 4



4



TAHUN 2014 2015 2016 2017 JUMLAH



NIKAH 78 Orang 58 Orang 66 Orang 52 Orang 202 Orang



CERAI TALAK -



Buku register Nikah, Talak, Cerai & Rujuk Desa Mejasem Tahun 2014-2016



CERAI GUGAT 6 Orang 1 Orang 2 Orang 2 Orang 9 Orang