13 0 3 MB
ASEPTIC DISPENSING CLINICAL APPLICATION SPECIALIST
A. PENDAHULUAN Pencampuran obat harus dilakukan secara terpusat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk menghindari infeksi nosokomial dan terjadinya kesalahan dalam pemberian obat.
Teknik Aseptis dilakukan untuk meminimalisir kontaminasi mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan kepada petugas.
6
PENDAHULUAN Sesuai PERMENKES No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, menyatakan bahwa “Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit “
Dispensing sediaan steril meliputi : a) Pencampuran Obat Suntik b) Penyiapan Nutrisi Parenteral
c) Penanganan Sitostatika
LANJUTAN …………………!! Dispensing sediaan steril hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai sarana untuk melakukan produksi sediaan steril. Selain sarana, Rumah Sakit juga harus memiliki tenaga kefarmasian yang terlatih, fasilitas dan peralatan serta prosedur penanganan khusus.
8
PENCAMPURAN OBAT DALAM AKREDITASI RUMAH SAKIT Bab Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO, KARS 2012) PKPO (KARS,2018)
• Adanya kebijakan pengelolaan obat (MPO 1) (EP 5 R, 2018) MPO 5. Dispensing • Dipersiapkan dan dikeluarkan di ruang aman dan bersih safety dan aseptik (EP 5.1 R, 2018) • Staf pelaksana terlatih (tersertifikat) (EP 5 D,W, 2018) • Farmasist bersertifikasi untuk evaluasi dan penanggung jawab (EP 5 O,W, 2018) • Alur seragam dalam produksi dan distribusi obat (EP 5.1 R, 2018) • Obat di distribusikan dalam kemasan paling siap diberikan ke pasien (EP 5.1 D,W, 2018) 9
PENCAMPURAN OBAT
Non toxic Drug & Parenteral Nutrition Contoh : Antibiotik, Elektrolit, Vitamin, analgetik Toxic Drug Contoh : obat-obatan Chemotherapy
11
Resiko Terhadap Petugas Needle Stick Injury ( Tertusuk jarum )
Repetitive Strain Injuries (RSI) dikarenakan karena penggunaan alat yang berlebihan pada saat farmasis / perawat melakukan persiapan obat.
12
Resiko Terhadap Obat/Pasien
01 Microbial Contamination 02 Particle Contamination 03 Incompatibility 04 Extravasation
Microorganism Contamination 1. Hindari kontaminasi bakteri, virus, jamur dengan
HAND HYGIENE 2. Lakukan teknik aseptik dan disinfeksi 3. Lakukan sterilisasi produk pencampuran (rekonstitusi) kalau perlu 4. Hindari batuk, bersin, tertawa, berbicara di atas area steril (Gunakan Masker) 14
AREA RESIKO KONTAMINASI OBAT
Persiapan
Farmasi
Transportasi
Pendistribusian
Pemberian
Bangsal Perawatan
15
Particle Contamination > Kontaminasi partikel menggambarkan adanya partikel yang tidak semestinya, bergerak aktif atau tidak larut pada cairan parenteral (BSP 2009; USP 2009). Partikel-partikel ini dapat di deteksi dengan: a. Inspeksi visual (≥ 50 µm) b. Inspeksi sub-visible (2-50 µm) Partikel berukuran 300 µm dapat melewati kanul G18 > Sumber Partikel : a. Karet : Tutup vial obat, flabot infus b. Kaca : pecahan ampul c. Plastik : ampul plastik/ flash d. Obat tidak terlarut
Size 120 µm
Size 30 µm 18
Akibat Kontaminasi Partikel Partikel Kaca Partikel kaca dari ampul kaca dapat menyebabkan phlebitis [Yorioka et al. 2006, DeLuca et al. 1975, Schroeder et al. 1976]
> Partikel Plastik penyakit granulomatous paru [Bowen et al. 1981] (menghambat pertukaran gas) myocarditis [Kossovsky et al. 1990]. ruam kulit [Ellenbogen et al. 1975]. > Partikel karet/Rubber/Silicone penyempitan jaringan lokal dan penyempitan pulmonary [Roth 2007, Lehr et al. 2002]. 19
Pencegahaan Kontaminasi Partikel > In-line filters Dapat menghilangkan kontaminasi partikel, kontaminasi micro-biological dan udara dari cairan infus [Jack et al. 2009, Ball 2003]. Mengurangi komplikasi (contoh : sepsis) dan cost efektif [van Lingen et al. 2004] > Needle ber-filter Untuk mencampurkan obat dari gelas ampul sebelum di aplikasikan akan mengurangi kontaminasi partikel kaca [Panknin 2007, Heiss-Harris et al. 2004, Preston 2004, Lye 2003].
20
Drug Incompatibility (Drug Reaction) Inkompatibilitas terhadap: a. Obat – Pelarut – Obat lain Sterile Water/ Aquabidest, NaCl 0,9%, D5%
b. Obat – Infusion Line Incompatible thd material PVC/ DEHP
Drug Incompatibility (Drug Reaction) Inkompatibilitas akibat : c. Obat – Kemasan/ Plabottle Incompatibel terhadap PVC
d. Penyimpanan kurang tepat : - Sensitif cahaya - Suhu (Suhu kamar 150C-250C, Suhu lemari es 20C-80C) 22
Obat Sensitif Cahaya Beberapa obat sensitif terhadap cahaya UV, bahkan hanya dengan panjang gelombang kurang dari 520 nm. Sehingga perlu dilindungi dari paparan cahaya langsung.
25
Kebocoran obat vesicant ke jaringan sekitar pembuluh darah (perivascular/ subcutan). Resiko dari obat vesicant dampak serius melepuh/ lecet ; ulcerasi; nekrosis; gangren;
Phillips LD. Manual of I.V. Therapeutics: Evidence-Based Practice for Infusion Therapy. 6th ed. Philadelphia, PA: FA Davis; 2014.
27
29
Penanganan : a. STOP aliran infus segera b. Aspirasi obat sebelum melepas iv catheter c. Berikan treatment sesuai jenis Obat d. Ganti akses ke ekstremitas lain e. Observasi tanda dan gejala kompartemen syndrome, neuropati, nekrosis. f. Evaluasi/ Foto : ketika cedera, 24 jam, 48 jam dan 1 minggu post cedera. g. Area ekstravasasi tidak membaik debridement,
skin grafting, fasciotomy, amputasi 35
JANGAN !!! flushing,tekan,menutup
36
RUANGAN DALAM PENCAMPURAN 1. Ruang persiapan 2. Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian (APD) 3. Ruang antara (Ante room) : ruangan sebelum petugas masuk ruang steril. 4. Ruang pencampuran (Clean room) dilengkapi LAF/BSC
37
SYARAT RUANG PENCAMPURAN (CLEAN ROOM) Clean Room harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Memenuhi standar cleanroom class 10000 (PMK No 58 th 2014), LAF class 100 2. Suhu 160C – 250C. 3. Kelembaban 45 – 55% 4. Di lengkapi HEPA Filter (High Efficiency Particulate Air) 5. Tekanan udara di dalam ruangan positif daripada LAF 6. Memiliki Pass box 7. Antara dinding dan lantai tidak bersudut serta mudah dibersihkan (Epoxy/ vynil/ Enamel) 8. Dikalibrasi berkala (setahun sekali)
39
PASS BOX Pass box yaitu tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran.
Pass Box terletak diantara ruang persiapan dan ruang steril. Pass Box tempat penerimaan dan pengiriman sediaan steril.
41
LAMINAR AIR FLOW (LAF) Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada pencampuran obat : a. Aliran udara horizontal (Horizontal Air Flow)
Udara bergerak dari LAF menuju petugas melindungi
Obat
• Digunakan untuk pencampuran obat non sitostatika. Gambar: Horizontal Air Flow
42
LAMINAR AIR FLOW (LAF) b. Aliran udara vertical ( Vertical Air Flow) • Aliran udara langsung mengalir ke bawah dan jauh dari petugas sehingga memberikan lingkungan kerja yang lebih aman. • Digunakan untuk pencampuran
obat sitostatika
• Laminar Air Flow Vertical / Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II yang digunakan dengan syarat: Tekanan udara harus lebih negatif dari pada tekanan udara di ruangan.
44
BIOLOGICAL SAFETY CABINET KLS II
45
SAFETY DRUG MIXING Memberikan obat yang aman dan steril Memberikan kemudahan dalam pencampuran obat toxic dan non toxic Efisiensi Waktu Mengurangi Resiko pada HCW (Needle-free/ Needleless dispensing)
47
PERSIAPAN Hal- hal yang perlu di persiapkan adalah:
a. Melakukan prinsip 8 Benar : 1. Benar Pasien 2. Benar Obat 3. Benar Dosis 4. Benar Rute 5. Benar Waktu Pemberian 6. Benar cara menyiapkan 7. Benar cara penyimpanan 8. Benar dokumentasi
b. Memeriksa kondisi obat (nama obat, no batch, expired date, jumlah obat). c. Memilih dan menghitung volume jenis pelarut obat .
48
PERSIAPAN d. Melengkapi dokumen pencampuran (contoh: form pencampuran obat) . e. Membuat label pengiriman obat berdasarkan: nama pasien, no MR, no kamar
f. Memasukkan alat yang digunakan, label dan obat kedalam ruang steril melalui pass box.
49
PERSIAPAN g. Mengunakan APD (Alat Pelindung Diri) meliputi : Baju pelindung diri : 2 lapis Tutup kepala : 1 lapis Masker : 1 lapis Sarung tangan steril : 2 lapis Kaca mata : 1 buah Sepatu boot : 1 pasang h. Menyiapkan alat dan bahan .
50
PERSIAPAN i. Melakukan disinfeksi area percampuran obat dengan Meliseptol Foam j. Menghidupkan laminar air flow (LAF) k. Memasang alas penyerap cairan dalam laminar air flow l. Menyiapkan kantong buangan sampah infeksius dalam laminar air flow.
55
PROSEDUR PENCAMPURAN 1. Petugas melakukan hand hygiene dengan Softa-Man sesuai SPO 2. Menggunakan APD (alat pelindung diri) 3. Melakukan pencampuran : a. Dari ampul/vial dengan metode konvensional (jarum) Disinfeksi leher ampul dengan alkohol swab, posisikan 450 lalu patahkan ampul (dengan kapas/ syringe) dan tunggu sekitar 5 detik untuk mengendapkan partikel kaca Aspirasi obat dari ampul menggunakan syringe tetap dengan posisi 450 dengan potongan jarum menghadap ke atas Ganti jarum dan sesuaikan metode pemberian obat (drip infus, bolus intravena, dll) Prosedur untuk sediaan vial hampir sama, ditambah pengkondisian tekanan syringe ke vial untuk menghindari hambatan aspirasi/ tertumpahnya obat 56
PROSEDUR PENCAMPURAN TEKNIK NEEDLE-FREE 3.b. Dari obat berbentuk Serbuk/ Cair (Vial) volume kecil ke Flabot :
57
PROSEDUR PENCAMPURAN TEKNIK NEEDLE-FREE 3. c. Dari obat berbentuk Serbuk/ Cair (Vial) ke Syringe : Pasang Syringe
Omnifix Luer Lock + Minispike V untuk mengambil pelarut (NaCl 0,9%, SWFI atau sesuai rekomendasi)
Masukkan pelarut ke dalam vial obat, lalu kocok sampai merata Aspirasi kembali menggunakan Omnifix dan Minispike V, lalu lepas Minispike V Tutup Omnifix dengan Combistopper (luerlock cap) untuk pemberian obat secara needle-free ”luer lock cap”
58
PROSEDUR PENCAMPURAN TEKNIK NEEDLE-FREE 3. d. Dari obat berbentuk Cair (Ampul) ke Syringe/ Flabot : Disinfeksi leher ampul dengan alkohol swab, lalu patahkan ampul (dengan kapas/ syringe) Aspirasi obat dari ampul menggunakan Omnifix/
Injekt + Sterifix (filter syringe) Tutup Omnifix dengan Combi-stopper untuk pemberian obat secara bolus (needle-free)
Jika akan di drip melalui infus, masukkan obat dari syringe ke Flabot. Disinfeksi port dan tutup dengan transparant film 59
PROSEDUR PENCAMPURAN TEKNIK NEEDLE-FREE 3. e. Dari obat berbentuk Cair (Botol kaca/ Flabot) ke Flabot/ Botol kaca/ Softbag : Umumnya digunakan untuk pengemasan nutrisi parenteral Pasang Transofix ke Flabot cairan (posisikan di bawah), lalu hubungkan dengan kemasan obat botol kaca/ flabot (posisikan di atas). Tekan flabot cairan (di bawah) sampai obat turun dan tercampur. Lakukan sampai obat benar-benar habis. Disinfeksi port yang telah digunakan dan tutup dengan transparant film.
60
PROSEDUR PENCAMPURAN 4. Berikan labelling pada kemasan obat yang telah selesai di campur 5. Obat dimasukkan kembali ke Pass Box untuk di kirim ke bangsal perawatan. 6. Buang semua sampah infeksius ke dalam plastik infeksius 7. Petugas melepas APD setelah semua kegiatan selesai 8. Hand hygiene kembali dengan Softa-Man .
61
Pemberian Obat Injeksi di Ruang Perawatan 1. Intra Vena a. Bolus Injeksi bolus volumenya kecil ≤ 10 ml, biasanya diberikan dalam waktu 3-5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu Contoh. Ceftriaxone inj. Pada kasus tertentu pemberian bolus harus dilakukan cepat untuk mencapai efek terapi segera (misal Epinephrin,Efedrin,Aminophilin)
62
Pemberian Obat Injeksi di Ruang Perawatan 1. Intra Vena b. Infus Infus Intermitten Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Umumnya tidak lebih dari 6 jam per dosis. Infus Kontinyu Infus kontinu diberikan hingga 24 jam dengan volume yang beragam. Umumnya menggunakan alat bantu syringe pump (volume kecil) ataupun infusion pump (volume diatas 50 cc) Misal nutrisi parenteral. 63
PILIHAN AKSES YANG DAPAT DIGUNAKAN Perifer
Middle Access
Central
900 mOsm/L
Vena metacarpal, v.basilica, v.cephalica
v.basilica, v.cephalica, v.femoralis
v.jugularis, v.subclavia,
IV Catheter
PICC/ Midline
CVC, Implantable Port
Cavafix
Certofix
Vasofix safety
Introcan safety
Celsite
PEMBERIAN OBAT BOLUS SECARA NEEDLE-FREE 65
Pemberian Obat Injeksi di Ruang Perawatan b. Intra Muskular Injeksi pada jaringan otot (sudut 900) c. Sub Kutan Injeksi dilakukan dibawah kulit d. Intrathekal Diberikan ke dalam kanalis medula spinalis dengan didahului mengeluarkan sejumlah cairan serebrospinal
KESIMPULAN
Pencampuran obat toksik maupun non-toksik sebaiknya dilakukan di Laminar Air Flow/Biological Safety Cabinet dengan teknik aseptik agar obat tetap steril. Pencampuran dan pemberian obat sebaiknya dilakukan secara needle-less untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi petugas. Safety devices sangat di perlukan dalam pencampuran obat untuk menghindari resiko kontaminasi yang dapat membahayakan pasien dan petugas (hospital safety). 67
THANK YOU Tedy Jaswadi
PT. B. Braun Medical Indonesia
[email protected] 081392224614
Kawasan Industri Candi Blok 21 No.1 Jl Gatot Subroto, Kec. Ngaliyan, Semarang