Ashma Choirunnisa - 19330135 - Laporan Penentuan Angka Kuman - Pratikum Mikrobiologi (A) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI “PENENTUAN ANGKA KUMAN ”



Dosen pembimbing : Saiful Bahri, S.Si., M.Si. Disusun Oleh : Ashma Choirunnisa 19330135 Kelas A



PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penentuan banyaknya mikroba dalam suatu bahan (makanan, minuman, dll) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut. Kandungan mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya serta dapat ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi. Organisme



mikroskopis



adalah



organisme yang hanya



bisa



dilihat



dengan



menggunakan mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan organisme mikroskopis. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi kepentingan manusia. Bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi kepentingan organisme akuatik perlu dipelajari  supaya bakteri yang menguntungkan, keberadaannya (kapasitas jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang merugikan (patogen) jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan tindakan pencegahan atau antisipasi  infeksi bakteri tersebut (Umam, 2008). Setelah kita mempelajari bagaimana menumbuhkan suatu koloni bakteri, tentu harus mengatahui kuantitas dan kualitas dari bakteri tersebut. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah bagaimana mengetahui kuantitas dari suatu bakteri. Ada berbagai cara untuk menghitung jumlah sel bakteri, antara lain hitungan langsung dengan menggunakan mikroskop, dan hitungan tidak langsung dengan metode hitung cawan baik dengan metode cawan tuang maupun metode cawan sebar. Pengukuran kuntitatif populasi mikroba dari suatu sampel dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam sampel tersebut. Sehingga dengan kita dapat mengetahui apakah mikroba tersebut berbahaya atau bahkan baik bagi lingkungan dalam jumlah tertentu. Untuk mengetahui perkembangan suatu bakteri membutuhkan pembuatan media dengan metode perhitungan bakteri yang ada dalam media. Ada banyaknya metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri secara kuantitatif dari suatu populasi bakteri. Proses penghitungan sel bakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah metode hitung pada cawan petri (standard plate count), metode pengamatan langsung dengan kaca objek atau metode



hitung



dengan



menggunakan haemocytometer,



metode



ukur



kekeruhan



(turbidimetri) menggunakan spektrophotometer dan metode jumlah perkitaan terdekat. Dalam



praktikum



kali



ini



menggunakan



metode



hitung



koloni



dicawan



petri(standar/viable plate count methond ) dan spektrofotometer ( turbidimeter ), kedua metode ini sering sekali digunakan karena kedua metode ini terhadang menghasilkan hasil perhitungan yang mirip namun keduanya mempunyai prinsip yang berbeda. 1.2 Tujuan Praktikum  Untuk menghitung jumlah kuman aerob yang terdapat dalam produk obat, obat tradisional, makanan, kosmetik, dan alat kesehatan.  Untuk menentukan jumlah populasi mikroorganisme dalam suatu kultur atau sample.  Mempelajari teknik pengenceran kuman untuk penentuan angka kuman. 1.3 Prinsip Praktikum Sediaan yang telah dihomogenkan dan diencerkan dengan pengenceran yang sesuai ditanam pada media agar (PCA = Plate Count Agar), setelah inkubasi pada suhu 37o C selama 24-48 jam dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Satuan perhitungan jumlah mikroba dikenal dengan istilah Coloni Formiong Units (CFU) untuk perhitungan bakteri dan kapang /khamir. Faktor pengenceran = pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan. CFU = jumlah koloni yang tubuh x 1/faktor pengenceran atau Rumus penentuan angka kuman : CFU = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎n Volume inoculum



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Penentuan angka kuman ada 2, yaitu : 1. Penentuan angka kuman dengan mengukur jumlah sel. Umumnya untuk organisme unisel bakteri dan khamir. Ada dua cara penentuan angka kuman dengan mengukur jumlah sel, yaitu: a) Secara langsung (Counting Chamber) Cara perhitungan ; langsung berarti kita dapat mengetahui beberapa jumlah mikroba pada saat dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan secara langsung menunjukan jumlah mikroba yang masih hidup maupun yang sudah mati. 



Dengan ruang hitung Yaitu cara mikroskopis dengan menggunakan ruang/cawan hitung khusus. Contoh: Slide Pettrof Hauser Haemocytometer Larutan



yang



akan



diperiksa



dimasukan



kedalam



ruang



hitung



Haemocytometer yang telah diketahui volumenya. Ruang hitung tersebut telah terbagi menjadi 9 kotak besar. Satu kotak besar terdiri dari 25 kotak sedang yang setiap kotaknya terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil yang luas maupun volumenya sudah ditentukan. Dengan menghitung mikroorganisme yang berada dalam kotak- kotak tersebut dan mengkalikannya dengan volumenya, maka jumlah mikroorganisme permililiter dapat diektahui 



Metode breed dengan cara film organisme dikeringkan, difiksasi, lalu ditentukan jumlahnya.







Dengan preparat olesan (Smear Count) Membuat preparat oles dari sejumlah volume tertentu dari larutan sampel dan disebarkan diatas gelas objek dalam luas tertentu pula (misalnya: 1cm3) lalu preparat olesan difikasi, diwarnai, dihitung dibawah mikroskop. Dengan mengetahui luas bidang pandang mikroskop dan jumlah mikroorganisme yang ada dibidang tersebut, maka jumlah mikroorganisme per milimeter sampel dapat diketahui.



b) Secara Tidak Langsung Cara perhitungan tidak langsung, hasil perhitungan jumlah mikroba baru dapat diperoleh kemudian setelah dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Hasil perhitungan tidak langsung akan menunjukan jumlah mikroba yang masih hidup saja. Adapun caranya : 



Menghitung jumlah mikroba (Total Plate Count = Angka Lempeng Total) Metode penghitungan koloni pada plate agar (Agar Plate Count), yaitu metode penemuan angka kuman (enumerasi) sel hidup (viable) yang paling umum digunakan. Metode ini didasari oleh hubungan teoritis bahwa satu sel bakteri menghasilka satu koloni yang tumbuh dalam plate agar bersesuaian dengan jumlah bakteri asalnya. Keterbatasan luar bidang permukaan plate agar pada petri menghasilkan prosedur plate count didahului dengan pengenceran sampel. Jumlah deret pengenceran dalam Satu seri tergantung pada kekeruhan sampel awal semakin keruh sampel semakin banyak pengenceran yang diperlukan.







Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada (MPN = Most Probably Number)







Cara kekeruhan (turbiditas) Cara perhitungan tidak langsung dapat digunakan baik untuk bahan padat maupun cair. Khusus untuk bahan padat maka sebelum dilakukan perhitungan bahan itu perlu dilakukan pelarutan atau dibuat suspensi, dengan memperhitungkan faktor pengencerannya.



2. Penentuan angka kuman dengan mengukur massa sel Digunakan untuk semua tipe mikroorganisme termasuk yang punya filament (benang- benang panjang) seperti jamur yang tidak dapat dihitung dengan mengukur jumlah sel. Penentuan angka kuman dengan mengukur masaa sel dapat memperkiraan total protoplasma seluler per milliliter kultur. Metode yang paling umum digunakan adalah : a. Metode perkiraan kimiawi Dengan mengukur jumlah senyawa yang karakteristik disalam sel. Misalnya : Nitrogen seluler, protein, fosfor, DNA, dll.



b. Metode dengan mengukur berat kering sel (miselia) Dengan cara larutan yang diperiksa disentrifuge, kemudian endapannya dikeringkan untuk kemudian ditimbang. c. Metode dengan mengukur volume sel Dengan mengukur volume total dari endapan sel yang telah disentrifuge d. Metode tubidimetrik Didasari pada fakta bahwa suatu cahay bersesuaian dengan total massanya dalam kultur tersebut. Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung 1) Satu koloni dihitung 1 koloni 2) Duakoloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni 3) Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni 4) Dua koloni yang berhimpitan dan masih bisa dibedakan dihitung 2 koloni 5) Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah cawan) tidak dihitung 6) Koloni yang besarnya kurang dari setengah cawan dihitung 1 koloni 3. Standar Perhitungan Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu koloni dihitung sebagai satu koloni, maupun koloni yang bersekatan. Hasil yang dilaporkan terdiri dari dua angka yaitu angka pertama didepan koma dan angka kedua dibelakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua. Contoh : jika jumlah yang dibutuhkan 1 ml dan tiap perlakuan dilakukan 1 kali Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada cawan petri maka hanya koloni oengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 koloni dihasilkan faktor pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni pada cawan petri, maka hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan lebih dari sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.



Jika semua pengenceran menghasilkan range antara 30-300 koloni pada cawan petri. Perbandingan sel pengenceran tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran lebih kecil atau sama dengan 2, tentukan rata-rata dari kedua pengenceran



tersebut



dengan



memperhitungkan



pengencerannya.



Jika



perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan terendah lebih dari 2, maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) perpengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh salah satu, meskipun salah satu dari cawan duplo tidak memenuhi syarat 30-300 koloni. Berikut contoh duplo dengan volume jumlah yang ditumbuhkan 1 ml.



BAB III METODE PRATIKUM 3.1 Bahan 1. Medium petri PCA 2. Pipet volume 3. Vortex 4. Aquadest steril 5. Speader drigalsky 3.2 Prosedur Kerja A. Sampel bahan padat 1. Timbang 1 gram sampel padat lalu masukankedalam aqusdest steril 9 ml (pengenceran 10-1 ) secara aseptis dan divortex. Lalu diambil 1 ml larutan masukan dalam 9 ml aquadest steril yang baru (pengenceran 10-2 ) 2. Demikian seterusnya sampai tingkat pengenceran yang diinginkan. 3. Dari masing-masing 3 pengenceran terakhir dipipet 0,1 ml untuk ditanam secara sprade plate pada medium petri PCA masing-masing duplo. 4. Inkubasi selama 24 jam 5.



Hitung jumlah koloni yang tumbuh dengan satuan CFU (Coloni Forming Unit)



B. Sample bahan cair 1. Timbang 1 gram sampel cair lalu masukan ke dalam aqusdest steril 9 ml (pengenceran 10-1 ) secara aseptis dan divortex. Lalu diambil 1 ml larutan masukan dalam 9 ml aquadest steril yang baru (pengenceran 10-2 ) 2. Demikian seterusnya sampai tingkat pengenceran yang diinginkan. 3. Dari masing-masing 3 pengenceran terakhir dipipet 0,1 ml untuk ditanam secara sprade plate pada medium petri PCA masing-masing duplo. 4. Inkubasi selama 24 jam 5.



Hitung jumlah koloni yang tumbuh dengan satuan CFU (Coloni Forming Unit)



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Tabel Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Pada Sampel Seorang analis mikrobiologi, melakukan analisa tentang cemaran bakteri pada beberapa sampel yang diambil. Berikut data hasil perhitungan koloni bakteri pada tiap sampel. Tabel hasil perhitungan jumlah koloni pada tiap sampel Jumlah Koloni Dalam Setiap Cawan Pengenceran No



(Sel/ mL) 10-4



Rata-



-



410



10-5



10-5



Rata 1



CFU



Sampel



Susu



Rata-



10-6



10-6



Rata



Ratarata



230



245



237



134



125



129



37



43



40



1,84x108



Kedelai 2



Pepaya



126



132



129



47



34



40



12



10



TSUD



2,64x107



3



Madu



145



134



140



24



27



26



3



5



TSUD



2 x 107



4



Bumbu



TBU D



TB UD



TBUD



336



354



TBUD



275



267



TBUD



Jumlah



Kacang



koloni lebih



5



Jamu



123



110



116



34



36



35



11



9



TSUD



6



Bakso



150



147



149



45



54



50



23



21



TSUD



4.2 Perhitungan Jumlah Koloni Syarat koloni yg dapat dihitung jumlahnya 25-250 koloni (Depkes, BPOM) Praktikum umumnya yang digunakan yaitu 30 – 300 koloni. 1. Susu Kedelai 237



= { 10−1 X 10−4 237



= { 10 5 +



129 106



+



129 10−1 X 10−5



40 + 10−1 X 10−6 }: 3



40 + 107 } : 3



= 237 x 10 5 + 129 x 106 + 40 x 107 = 1,84 x 108 sel/ml 2. Pepaya



dari 25250 2,33x107 3,245 x107



129



= { 10−1 X 10−4 40 + 10−1 X 10−5 }: 2 129



= { 105



40 + 106 } : 2



= 129 x 10 5 + 40x 106 = 2,64 x 107 koloni/gr 3. Madu 140



= { 10−1 X 10−4 140



= { 105



26 + 10−1 X 10−5 }: 2



26 + 106 } : 2



= 140 x 10 5 + 26 x 106 = 2 x 107 sel/ml 4. Bumbu Kacang = TBUD 5. Jamu 116



= { 10−1 X 10−4 116



= { 105



35 + 10−1 X 10−5 }: 2



35 + 106 } : 2



= 116 x 10 5 + 35 x 106 = 2,33 x 107 sel/ml 6. Bakso 149



= { 10−1 X 10−4 149



= { 105



50 + 10−1 X 10−5 }: 2



50 + 106 } : 2



= 149 x 10 5 + 50 x 106 = 3,245 x 107 koloni/gr 7. Sirup =



52 10



x 10 -4



= 5,1 x 10 -4 = 51. 000 = 52 x 106 sel/ml 8. Sosis



178



= { 10−1 X 10−4 178



= { 105



70 25 + 10−1 X 10−5 + 10−1 X 10−6 }: 3



70 25 + 106 + 107 } : 3



= 178 x 10 5 + 70 x 106 + 25x 107



= 1,126 x 108 koloni/gr 4.3 Pembahasan Penentuan banyaknya mikroba dalam suatu bahan (makanan, minuman, dll) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut. Kandungan mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya serta dapat ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi. Pada pratikum kali ini dilakukan perhitungan angka kuman yang bertujuan untuk menghitung jumlah kuman aerob yang terdapat dalam produk obat, obat tradisional, makanan, kosmetik, dan alat kesehatan. Untuk menentukan jumlah populasi mikroorganisme dalam suatu kultur atau sample. Dan mempelajari teknik pengenceran kuman untuk penentuan angka kuman. Pratikum ini menggunakan 8 sampel, yaitu susu kedelai, pepaya, madu, bumbu kacang, jamu, bakso, sirup dan sosis. Pada sampel Susu Kedelai, setelah dilakukan perhitungan koloni bakteri didapatkan jumlah cemaran bakteri pada CFU (Coloni forming unit) pada Susu Kedelai adalah sebanyak 1,84 x 108 sel/ml. Jumlah cemaran bakteri pada sampel susu kedelai melebihi batas maksimal cemaran mikrobiologi, dimana batas cemaran mikroba untuk buah Susu Kedelai adalah 1 x 106 CFU/ml. Pada sampel Pepaya, setelah dilakukan perhitungan koloni bakteri didapatkan jumlah cemaran bakteri pada CFU (Coloni forming unit) pada Pepaya adalah sebanyak 2,64 x 107 sel/g. Jumlah cemaran bakteri pada sampel pepaya melebihi batas maksimal cemaran mikrobiologi, dimana batas cemaran mikroba untuk buah pepaya adalah 1 x 10² koloni/g. Pada sampel Madu, setelah dilakukan perhitungan koloni bakteri didapatkan jumlah cemaran bakteri pada CFU (Coloni forming unit) pada Madu adalah sebanyak 2 x 107 sel/g. Jumlah cemaran mikroba pada sampel madu belum melebihi batas maksimal cemaran mikrobiologi, dimana batas cemaran mikroba untuk Madu adalah 5 x 103 koloni/g Pada sampel Bumbu Kacang, tidak dapat dilakukan perhitungan jumlah cemaran bakteri terhadap sampel. Dikarenakan jumlah koloni melebihi batas maksimum 25 – 250 koloni, atau TBUD (Terlalu banyak untuk dihitung).



Pada sampel Jamu, setelah dilakukan perhitungan koloni bakteri didapatkan jumlah cemaran bakteri pada CFU (Coloni forming unit) pada Jamu adalah sebanyak 2,33 x 107 sel/ml. Jumlah cemaran bakteri pada sampel Jamu belum melebihi batas maksimal cemaran mikrobiologi, dimana batas cemaran mikroba untuk Jamu adalah 106cfu/ml. Pada sampel Bakso, setelah dilakukan perhitungan koloni bakteri didapatkan jumlah cemaran bakteri pada CFU (Coloni forming unit) pada Bakso adalah sebanyak 3,245 x 107 sel/gr. Jumlah cemaran bakteri pada sampel Bakso melebihi batas maksimal cemaran mikrobiologi, dimana batas cemaran mikroba untuk Bakso adalah 1×10³ (koloni/gr). Pada sampel Sirup, setelah dilakukan perhitungan koloni bakteri didapatkan jumlah cemaran bakteri pada CFU (Coloni forming unit) pada Sirup adalah sebanyak 5,2 x 106 sel/ml. Jumlah cemaran bakteri pada sampel Sirup melebihi batas maksimal cemaran mikrobiologi, dimana batas cemaran mikroba untuk Sirup adalah 5 x 10² koloni/mL. Pada sampel Sosis, setelah dilakukan perhitungan koloni bakteri didapatkan jumlah cemaran bakteri pada CFU (Coloni forming unit) pada Sosis adalah sebanyak 1,126 x 108 sel/gr. Jumlah cemaran bakteri pada sampel Sosis melebihi batas maksimal cemaran mikrobiologi, dimana batas cemaran mikroba untuk Sosis adalah 1 x 105 CFU/gram



BAB V KESIMPULAN 1.



Penentuan banyaknya mikroba dalam suatu bahan (makanan, minuman, dll) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba.



2.



Kandungan mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya serta dapat ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi.



3.



Pratikum ini menggunakan 8 sampel, yaitu susu kedelai, pepaya, madu, bumbu kacang, jamu, bakso, sirup dan sosis.



4.



Pada sampel Bumbu Kacang, tidak dapat dilakukan perhitungan jumlah cemaran bakteri terhadap sampel. Dikarenakan jumlah koloni melebihi batas maksimum 25 – 250 koloni, atau TBUD (Terlalu banyak untuk dihitung).



DAFTAR PUSTAKA 1. Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional. 2020. PenuntunPraktikum Mikrobiologi. 2. PerBPOM No13 Tahun 2019. Tentang Batas Maksimal Cemaran Mikrobiologi. 3. Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta. 4. Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta. 5. Pelczar, M. W., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta. 6. Suriawiria, U., 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta. 7. Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga. Diakses pada tanggal 16 Mei 2021.