Askeb Iud [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “R” P2002 Ab000 DENGAN AKSEPTOR LAMA PEMASANGAN IUD DI BPS SK SULASTRI KEPANJEN 20 JUNI 2011



Untuk memenuhi tugas PKK II semester IV



Oleh : EMY SILFIANA NIM. 09.2.078



POLITEKNIK KESEHATAN RUMAH SAKIT dr. SOEPRAOEN PROGRAM STUDI KEBIDANAN MALANG 2011



LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “R” P2002 Ab000 DENGAN AKSEPTOR LAMA PEMASANGAN IUD DI BPS SK SULASTRI KEPANJEN 20 JUNI 2011



Mahasiswa



EMY SILFIANA NIM 09.2.078



Mengetahui, Pembimbing Institusi



Pembimbing Klinik



ITA ULVIA, S.ST



SK SULASTRI, S.ST



KATA PENGANTAR



Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Kebidanan pada Ny “R” P2002 Ab000 Dengan Akseptor Lama Pemasangan IUD di BPS SK. Sulastri Kepanjen 20 Juni 2011” dengan baik. Laporan asuhan kebidanan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek klinik yang diselenggarakan mulai tanggal 04 – 23 juli 2011 di BPS SK. Sulastri, Kepanjen. Asuhan kebidanan ini tersusun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.



Letkol CKM dr. Nirawan P, Sp.M, selaku Direktur Poltekkes RS dr.Soepraoen



2.



Mayor CKM dr. Zainal Alim, Sp.OG, selaku Ka Prodi Kebidanan Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang



3.



SK. Sulastri, S.ST, selaku Pembimbing Akademik



4.



Ita Ulvia, S.ST, selaku Pembimbing Institusi



5.



SK. Sulastri, S.ST, selaku Pembimbing Klinik



6.



Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini



masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan khusunya bagi penulis sendiri



Malang, Juni 2011



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di indonesia adalah di bidang kependudukan yang masih tinggi pertumbuhan penduduknya.Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan program Keluarga Berencana. Di Indonesia, angka pertumbuhan penduduk tahunan tertinggi mencapai 2,34% pada periode 1971-1980. Program Keluarga Berencana (KB) berhasil menekan angka pertumbuhan penduduk tahunan menjadi 1,97% pada periode 1980-1990. Secara absolut, tambahan jumlah penduduk mulai turun dari 31,7 juta pada 1980-1990 menjadi 26,5 juta pada periode 1990-2000. Kalaupun penduduk Timor Timur diperhitungkan pada sensus 2000, kenaikan pada periode 1990-2000 pun hanya sekitar 27,5 juta, masih lebih rendah daripada kenaikan 1980-1990. Kalau menggunakan angka pertumbuhan penduduk, peledakan terjadi pada 1971-1980. Kalau menggunakan kenaikan jumlah penduduk secara absolut, peledakan terjadi pada periode 1980-1990. Ada tiga tanda yang dinilai telah terjadi peledakan penduduk. Pertama,angka pertumbuhan penduduk tahunan meningkat dari 1,44% pada periode 1990-2000 menjadi 1,48% periode 2000-2010. Kedua, tambahan jumlah penduduk periode 2000-2010 mencapai 32,5 juta, lebih besar daripada periode



1990-2000



yang



hanya



27,5



juta



(kalau



Timor



Timur



diperhitungkan). Ketiga, hasil sensus ini ternyata lebih tinggi daripada dugaan para demografer. Misalnya Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007 memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia akan berjumlah 234,2 juta pada 2010, yang ternyata lebih rendah dari hasil sensus 2010.



Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi, dan pengendalian penduduk. Berdasarkan



pendapat



diatas,



diharapkan



setiap



keluarga



memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan berkenaan dengan hal tersebut, paradigma baru progrm KB nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi “Keluarga Berkualitas 2015” untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, tanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Sarwono,2003). Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri.Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata,sementara itu kegiatan keluarga berencana masih kurang dalam penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontrasepsi dapat dikatakan bahwa 51,21% akseptor KB memilih Suntik sebagai alat kontrasepsi, 40,02% memilih pil,4,93% memilih implant 2,72%memilih IUD dan lainnya 1,11%.Pada umumnya masyarakat memilih metode nonMKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti IUD, Implant, medis operatif pria (MOP) dan medis operatif wanita (MOW) kurang diminati. Bedasarkan prasurvey bahwa penggunaan alat kontrasepsi metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD di pengaruhi oleh beberapa faktorfaktor misalnya faktor tingkat ekonomi, usia, parietas, pendidikan. Pada umumnya PUS (Pasangan Usia Subur) yang telah menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan pil, suntik dan kondom. Namun pada akhir-akhir ini akseptor lebih dianjurkan untuk menggunakan program metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), yaitu alat kontrasepsi spiral (IUD), susuk (Implant) dan kontap (Vasektomi dan tubektomi). Metode ini lebih ditetapkan karena



MKJP dianggap lebih efektif dan lebih mantap dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom maupun suntik. Kurangnya pengetahuan penduduk tentang keuntungan kontrasepsi IUD ini membuat mereka ragu untuk mencoba menggunakan. Perlunya asuhan dan penyuluhan



tentang



kontrasepsi



IUD



mengenai



efektifitasnya



tidak



mengganggu hubungan suami istri, tidak menmpengaruhi terhadap ASI, kesuburan segera kembali sesudah IUD diangkat, dan efeksampingnya sangat kecil membuat penulis tertarik mengambil kasus dan memberi asuhan kebidanan pada NY.”R” dengan akseptor lama IUD sebagai salah satu usaha untuk menjarangkan kelahiran serta untuk menerapkan manajemen kebidanan dan mengetahui pengetahuan dalam praktek. 1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah melakukan asuhan kebidanan ini, penulis diharapkan dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny.”R” P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD secara komprehensif baik dari segi biopsiko-sosialnya. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subyektif dan data obyektif b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah c. Mahasiswa mampu menentukan masalah potensial d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera berdasarkan masalah potensial yang ada e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa dan masalah f. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sesuai hasil dari implementasi



1.3 Metode Penulisan Asuhan Kebidanan ini disusun dengan cara: a. Observasi Teknik observasi dalam studi kasus ini adalah pengamatan secara langsung yang meliputi inspeksi, palpasi b. Wawancara Mengadakan tanya jawab langsung kepada klien guna mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu, sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat dan benar sesuai dengan masalah yang ada c. Praktek Melakukan praktek langsung melalui pendekatan management kebidanan d. Studi Pustaka Membaca sumber buku yang dapat mendukung terlaksananya asuhan dan dapat membandingkan antara teori dan praktek 1.4 Sistematika Penulisan BAB I



PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Tujuan III. Metode Penulisan IV. Sistematika Penulisan



BAB II TINJAUAN TEORI I. Konsep KB IUB II. Konsep Manajemen Kebidanan BAB III TINJAUAN KASUS I.



Pengkajian



II.



Identifikasi Diagnosa dan Masalah



III.



Identifikasi dan Masalah Potensial



IV.



Identifikasi Kebutuhan Segera



V.



Intervensi



VI.



Implementasi



VII. Evaluasi



BAB IV PEMBAHASAN, berisi tentang kesenjangan antara teori dan kasus BAB V PENUTUP I.



Kesimpulan



II.



Saran



DAFTAR PUSTAKA



BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 KONSEP IUD 2.1.1 Definisi IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang dimasukkan kedalam rongga rahim oleh seorang dokter/ bidan terlatih. 2.1.2 Penggolongan AKDR a. Un-medicated Devices = Inert Devices, First Generation Devices. Misalnya 1.



Grafenberg ring



2.



Ota ring



3.



Margues coil



4.



Lippes



Loop



(dianggap



sebagai IUD staandart) 5.



Saf-T-Coil



6.



Delta Loop: Modified Loop D



Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi paost-partum b. Medicated Devices = Bio-Active Devices, Second Generation Devices 1. Mengandung Logam : a.



AKDR-Cu Generasi Pertama (First Generation Copper Devices) 1) CuT-200 = Tatum-T 2) Cu-7 = Gravigard 3) MLCu-250



b.



AKDR-Cu Generasi Kedua (Second Generation Copper Devices)



1) CuT-380A = ParaGard 2) CuT-380Ag



3) CuT-220C 4) Nova-T = Novagard : mengandung Ag 5) Delta-T : Modified CuT-220C. Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi past partum 6) MLCu-375 2. Mengandung Hormon : Progesterone atau Levonorgestrel a.



Progestasert



=



Alza-T,



dengan daya kerja 1 tahun b.



LNG-20



:



mengandung



Levonorgestrel (Hanafi, 2004, hal : 204-205) 2.1.3 Cara Kerja a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke uba falopii b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovom bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangikemampuan sperma untuk fertilisasi d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Saifuddin, 2006, hal : MK-74 s/d 75) 2.1.4 Mekanisme Kerja IUD Mekanisme kerja yang pasti dari IUD beltun diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan: 1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam ca-vum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Di samping itu, dengan munculnya lekosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa/ovum dan blastocyst. 2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebab-kan terhambatnya implantasi. 3. Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.



4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii. 5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri. 6. Dari penelitian-penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa membuahi sel telur (mencegah ferti-lisasi). 7. Untuk IUD yang mengandung Cu: a. Antagonisms kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu en-zim dalam traktus genitatia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi; dan mungkin juga menghambat akti-vitas alkali phosphatase. b. Menggganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus. c. Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium. d. Mengganggu metabolisme glikogen. Penambahan Ag pada IUD yang mengandung Cu mempu-nyai maksud untuk mengurangi fragmentasi dari Cu sehingga Cu lebih lama habisnya. 8. Untuk IUD yang mengandung honnon progesterone: a. Gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan tergang-gunya proses implantasi (endometrium tetap berada dalam fase decidual / progestational). b. Lendir serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin. (Hanafi, 2004, hal : 205-206) 2.1.5 Keuntungan a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi. Sangat efektif Æ 0,6 – 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan) b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.



c. Metode jangka panjang (10 tahun propteksi dari CuT-380A dana tidak perlu diganti). d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil. g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT380A). h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. i.



Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).



j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir). k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat. l.



Membantu mencegah kehamilan ektopik. (Hanafi, 2004, hal : 205-206)



2.1.6 Kerugian a.



Efek samping yang umum terjadi : 1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan). 2. Haid lebih lama dan banyak. 3. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. 4. Saat haid lebih sakit.



b.



Komplikasi lain : 1. Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari pemasangan. 2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemi. 3. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).



c.



Tidak mencegahan IMS termasuk HIV / AIDS



d.



Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.



e.



Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan deangan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.



f.



Prosedur



medis,



termasuk



pemeriksaan



pelvik



diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan. g.



Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.



h.



Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR



i.



Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)



j.



Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.



k.



Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perrempuan tidak mau melakukan ini. (Saifuddin, 2006, hal : MK-75 s/d 76)



2.1.7 Yang Dapat Menggunakan IUD a.



Usia reproduktif



b.



Keadaan nulipara



c.



Menginginkan



menggunakan



kontrasepsi jangka panjang d.



Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya



e.



Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi



f.



Resiko rendah dari IMS



g.



Tidak



menghendaki



metode



hormonal h.



Tidak meyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap hari



i.



Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama (lihat kontrasepsi darurat)



Pada umumnya ibu dapat menggunakan IUD Cu dengan aman dan efektif IUD dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya : a) Perokok b) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan pabila tidak terlihat adanya infeksi c) Sedang memakai antibiotika atau anti kejang d) Gemuk ataupun yang kurus e) Sedang menyusui Begitu juga ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan IUD : a) Penderita tumor jinak payudara b) Penderita kanker payudara c) Pusing – pusing, sakit kepala d) Tekanan darah tinggi e) Varises di tungkai atau di vulva f) Penderita penyakit jantung (termasuk jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan IUD) g) Pernah menderita stroke h) Penderita diabetes i) Penderita penyakit hati atau empedu j) Malaria k) Skistosomiasis (tanpa anemia) l) Penyakit Tiroid m)Epilepsi n) Nonpelvik TBC o) Setelah kehamilan ektopik p) Setelah pembedahan pelvik



(Saifuddin, 2006, hal : MK-76 s/d 77) 2.1.8 Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil) b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi) c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri f. Penyakit trofoblas yang ganas g. Diketahui menderita TBC pelvik h. Kanker alat genital i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin, 2006, hal : MK-77) 2.1.9 Penanganan efek samping yang umum dan permasalahan yang lain Efek Samping Amenorea



Penanganan Pastikan apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.



Apabila



benang



tidak



terlihat,



atau



kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepakan. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan AKDR,



kehamilannya



jelaskan



adanya



tanpa



risiko



melepas



kemungkinan



terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan Kejang



diperhatikan. Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari keke-jangan. Tanggulangi penyebabnya apabila



ditemukan.



Apabila



tidak



ditemukan



penyebabnya beri analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengajami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentuWan Perdarahan yang



hebat



metode kontrasepsi yang lain vagina Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan



tidak teratur



patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan). AKDR



memungkinkan



dilepas



apabila



klien



menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemi (Hb 38 0C)



7.



Perdarahan bercak/spotting Ds : Ibu mengatakan sering mengeluarkan flek-flek



Do : Terdapat bercak-bercak darah/flek-flek merah kehitaman 8.



Erotio Portiones Ds : Do : terdapat kemerahan pada portio



2.2.3 Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial Langkah III merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. (Salmah, 2006: 160) 2.2.4 Kebutuhan Segera Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. (Salmah, 2006: 161) 2.2.5 Intervensi Dx



: P..Ab..dengan akseptor baru/lama......Pemasangan IUD



Tujuan



: Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama … menit, klien mendapat pelayanan KB IUD



KH



: - klien mengerti efek samping dan pesan penting IUD - IUD terpasang baik dalam rahim - klien tahu kapan waktunya control - KU baik, kesadaran composmentis - TTV dalam batas normal TD : 90/60-130/90 mmHg Nadi: 70-90 x/ menit RR : 16-24 x/ menit Suhu: 36,5-37,5 C



Intervensi : 1. Berikan konseling pra pemasangan



R / klien mendapat pemahaman tentang mekanisme pemasangan IUD, efek samping dan keuntungannya. 2. Beritahu hasil pemeriksaan R / dengan penjelasan yang jelas klien tidak cemas dan tidak takut sehingga klien lebih kooperatif 3. Lakukan persiapan alat, tempat dan klien R / kesiapan membantu sesuai prosedur 4. Lakukan pemasangan sesuai prosedur R / ketepatan pemasangan, menjaga kesterilan 5. Berikan konseling post pemasangan R / informasi pada klien dengan tepat dan menambah pengetahuan klien 6. Berikan terapi yang sesuai R / analgesik dalam mengurangi nyeri 7. Anjurkan klien untuk kontrol ulang 1 minggu lagi R / deteksi dini adanya komplikasi IUD yang mungkin terjadi 8. Dokumentasikan R / bahan bukti pertanggungjawaban dan tanggung gugat Masalah : 1. Amenorhea Tujuan : Klien tidak hamil : klien mengerti efek samping IUD Klien hamil : klien tidak mengalami komplikasi KH



: Ibu bias menyebutkan efek sampinng IUD IUD tetap terpasangn atau telah dilepas sesuai kehamilan



Intervensi : 1. Pastikan hamil atau tidak R / Menentukan ketepatan tindakan yang akan diberikan 2. Sarankan klien untuk melepas IUD (bila klien hamil UK < 13 minggu) R / Mencegah terjadinya penyebaran infeksi/komplikasi 3. Berikan konseling pada klien



R / Konseling yang tepat memberikan ketenangan dan ibu lebih kooperatif 4. Jelaskan efek samping IUD R / Pengetahuan ibu bertambah 2. Kejang/kram perut bagian bawah Tujuan : kejang/kram teratasi KH



: - klien merasa nyaman dan tidak mengeluh kejang perut - Palpasi perut bagian bawah lembek - IUD dilepas untuk penderita kejang berat



Intervensi : 1. Kaji sumber penyebab kejang R / Mempermudah tindakan yang akan dilakukan 2. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesic R / Analgesik bekerja di SSP untuk memblokir pusat nyeri 3. Lepaskan IUD dan bantu klien memilih metode lain R / Mencegah terjadinya komplikasi dan upaya dini pencegahan infeksi 3. Perdarahan hebat dan tidak teratur Tujuan : Tidak terjadi komplikasi KH



: Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti TTV dalam batas normal Pada portio perdarahan berkurang atau berhenti Klien tidak mengalami anemia



Intervensi : 1. Lakukan pemeriksaan dalam R / Deteksi dini adanya kelainan/infeksi pada genetalia interna 2. Anjurkan kllien untuk makan makanan bergizi tinggi terutama sayuran berwarna hijau dan buah-buahan R / Sayuran berwarna hijau banyak mengandung Fe untuk membantu proses pembentukan sel darah merah



3. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesic (ibuprofen) dan tablet besi R / Obat tersebut bekerja dengan mengurangi jumlah perdarahan serta mencegah terjadinya anemia 4. Benang/ekor IUD hilang Tujuan : Tidak terjadi kehamilan KH



: IUD terpasang/terlepas Planotest – Filament +/-



Intervensi



:



1. Periksa apakah ada IUD dalam rahim R / Sebagai upaya penegakan diagnosa 2. Lakukan pemeriksaan urin/planotest R / Planotes yang positif merupakann parameter kegagalan IUD 3. Siapkan klien untuk rujuk ke tim medis R / Mendapatkan perawatan pada tempat yang meadai 4. Anjurkan suami klien untuk memakai kondom saat berhubungan seksual R / Sebagai upaya darurat untuk mencegah kehamilan 5. Bantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang lain R /Metode kontrasepsi yang tepat mencegah terjadinya kehamilan 5. Pengeluaran cairan dari vagina Tujuan : Tidak terjadi komplikasi KH



: keputihan Tidak terdapat kondiloma akuminata pada vagina



Intervensi



:



1. Obati dan lepas IUD setelah 48 jam R / Mencegah penyebaran infeksi 2. Bantu klien memilih metode KB lain R /Metode kontrasepsi yang tepat mencegah terjadinya kehamilan



3. Berikan KIE tentang cara cebok yang benar dan personal hygiene R / Mencegah penyebaran infeksi 6. Infeksi Tujuan



: Infeksi teratsi dan tidak terjadi komplikasi



KH



: TTV dalam batas normal TD



: 90/60 – 130/90 mm Hg



Suhu : < 38 0C Nadi



: 60-88 x/menit



Intervensi : 1. Observasi TTV R / TTV merupakan parameter keadaan ibu 2. Ajarkan pada ibu cara cebok yang benar R / Menekan pertumbuhan kuman 3. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic R / Antibiotik dapat mencegah atau mengobati infeksi 7. Perdarahan bercak/spotting Tujuan :



Tidak terjadi perdarahan



KH



tidak ada flek-flek kehitaman



:



Intervensi : 1. Jelaskan bahwa perdarahan bercak/spotting merupakan efek samping R / Pengetahuan ibu bertambah dan ibu merasa lebih tenang 2. Jelaskan prosedur pemeriksaan R / Ibu lebih kooperatif 3. Lakukan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan dalam R / Penegakan diagnosa 8. Erotio Portiones Tujuan : tidak terjadi erotio portiones KH



: portio tidak lecet dan kemerahan



Intervensi : 1. Jelaskan prosedur pemeriksaan R / Ibu lebih kooperatif 2. Lakukan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan dalam R / Penegakan diagnosa 3. Jelaskan hasil pemeriksaan R / ibu lebih tenang dan kooperatif 4. Pemberian albotil pada portio R / Albotil bisa membunuh flora patologis yang ada pada portio 5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic R / Mengatasi erotio portio 6. Anjurkan untuk kunjungan ulang 2 hari lagi R / Mengevalluasi hasil terapi yang telah diberikan 2.2.6 Implementasi Mengacu pada intervensi 2.2.7 Evaluasi Mengacu pada kriteria hasil



BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 PENGKAJIAN Tanggal 20 Juni 2011



pukul 11.00 WIB



A. Data Subyektif 1.



Biodata



Nama Ibu



: Ny “R”



Nama Suami : Tn “H”



Umur



: 30 tahun



Umur



: 35 tahun



Suku/bangsa : Jawa/Indonesia



Suku/bangsa : Jawa/Indonesia



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMA



Pendidikan



: S1



Pekerjaan



:-



Pekerjaan



: Polri



Alamat



: Jl.Sidoutomo



Penghasilan



: Rp 2.500.000



2.



Alasan Datang Ibu mengatakan datang ke bidan untuk pasang KB IUD



3.



Keluhan Utama Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan dan tidak sedang hamil.



4.



Riwayat Kesehatan Lalu Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit dan infeksi kelamin, tumor, kanker pada alat kandungannya, ataupun tidak sedang mengalami perdarahan yang belum jelas penyebabnya.



5.



Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit dan infeksi kelamin, tumor, kanker pada alat kandungannya, ataupun tidak sedang mengalami perdarahan yang belum jelas penyebabnya.



6.



Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kanker dan tumor.



7.



Riwayat Perkawinan Ibu mengatakan menikah 1 kali, lamanya kurang lebih 7 tahun, usia pertama kali menikah 23 tahun.



8.



9.



Riwayat Haid Menarche



: 14 tahun



Lama



: 6-7 hari



Siklus



: teratur, 28 hari



Keluhan haid



:-



Keputihan



:-



Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu Kehamilan



: anak pertama periksa di bidan 6 kali, sedangkan anak ke dua periksa 7 kali, selama kehamilan ibu tidak mengalami keluhan yang berat, hanya mual pada awal kehamilan.



Persalinan



: ibu mengatakan melahirkan anak pertama dan kedua di rumah bidan secara normal, dengan usia kehamilan 9 bulan. Anak pertama perempuan, BBl: 3000 gram, PBL: 49 cm, lahir langsung menangis. Anak kedua perempuan, BBL: 3300 gram, PBL: 54 cm, lahir langsung menangis.



Nifas



: ibu mengatakan masa nifasnya berjalan dengan normal, ibu memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.



10. Riwayat KB Ibu mengatakan sebelumnya memakai KB IUD, langsung setelah melahirkan anak pertama sampai 5 tahun, tidak ada keluhan. Kemudian dilepas dan tidak memakai KB apapun selama 1 tahun, karena ibu ingin mempunyai anak. Setelah itu ibu hamil dan sekarang ibu ingin memakai KB IUD lagi. 11. Pola Kebiasaan Sehari-hari a. Nutrisi makan 3-4x sehari dengan porsi satu setengah piring nasi, 1 mangkuk kecil sayur, 1 potong tempe/tahu, 1 potong ikan/ayam dan diselingi buah serta susu. Minum 6-7 gelas per hari.



b. Eliminasi BAB 1x sehari, BAK  4x sehari, tanpa keluhan/ gangguan c. Istirahat Jarang tidur siang, tidur malam 6-7 jam d. Aktivitas Melakukan pekerjaan rumah sendiri (masak, menyapu, mencuci dll), kadang dibantu suami. e. Kebersihan Mandi dan gosok gigi 2x/hari, ganti baju dan pakaian dalam 2x/hari, keramas 3 hari sekali 12. Data Psikososial dan Spiritual a. Psikologi : ibu mengatakan nyaman menggunakan KB IUD. b. Sosial



: ibu mengatakan suami setuju dengan metode KB ini



c. Spiritual : ibu mengatakan dalam agamanya tidak ada larangan memakai KB ini B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum KU



: baik



Kesadaran: composmentis TTV : TD : 120/70 mmhg N : 80 x/menit S : 36,5o C R : 20 x/menit BB



: 76 kg



TB



: 168 cm



2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Muka



: tidak pucat, tidak oedema



Mata



: konjungtiva merah muda, sklera putih



Hidung



: simetris, tidak pernapasan cuping hidung, bersih, tidak ada sekret



Mulut



: bersih, tidak tampak caries gigi.



Telinga



: bersih , simetris, tidak ada serumen



Leher



: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan bendungan vena jugularis



Abdomen



: tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran perut



Genetalia



: bersih, tidak ada condiloma, lesi, chadwick, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak oedem, tidak hemoroid



Ekstremitas : simetris, tidak oedem, tidak varises, pergerakan bebas b. Palpasi Leher



: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis, kelenjar getah bening.



Dada



: tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan



Abdomen



: tidak ada benjolan abnormal, tidak ada pembesaran uterus, tidak ada nyeri perut bagian bawah atau pada pelvik



Genetalia



: tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada kelenjar bartolini dan kelenjar skene



c. Auskultasi Dada : tidak ada wheezing dan ronchi d. Perkusi refleks patella +/+ 3. Pemeriksaan penunjang a. pemeriksaan inspekulo: v/v tidak ada erosi, tidak ada pengeluaran darah dan keputihan dari portio.



b. pemeriksaan dalam v/v tidak ada massa abnormal, tidak terjadi perlunakan servik, tidak ada nyeri goyang portio, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan skene, ukuran uterus 7 cm, posisi antefleksi. 3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH Dx : P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD Ds : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD Ibu mengatakan ingin menggunakan KB dalam jangka waktu yang panjang. Do : - KU



: Baik



- Kesadaran : Composmentis - TTV



:



TD



: 120/70 mmHg



N



: 80 x/ menit



RR



: 20 x/ menit



S



: 36,5oC



- Abodomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran perut, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri perut bagian bawah. - Genetalia : bersih,



tidak



ada



condiloma,



lesi,



chadwick,



pembesaran kelenjar bartolini, tidak oedem, tidak ada erosi, tidak ada pengeluaran darah dan keputihan dari porsio, tidak ada massa abnormal, tidak terjadi perlunakan servik, tidak ada nyeri goyang porsio, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan skene, ukuran uterus 7 cm, posisi antefleksi. 3.3 MASALAH POTENSIAL 3.4 KEBUTUHAN SEGERA -



3.5 INTERVENSI Dx



: P2002 Ab000 akseptor lama pemasangan IUD



Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 35 menit, klien mendapat pelayanan KB IUD. KH



: - klien mengerti efek samping dan pesan penting IUD - IUD terpasang baik dalam rahim - klien tahu kapan waktunya control - KU baik, kesadaran composmentis - TTV dalam batas normal TD : 90/60-130/90 mmHg Nadi: 70-90 x/ menit RR : 16-24 x/ menit Suhu: 36,5-37,5 C



Intervensi : 1. Berikan konseling pra pemasangan R / klien mendapat pemahaman tentang mekanisme pemasangan IUD, efek samping dan keuntungannya. 2. Beritahu hasil pemeriksaan R / dengan penjelasan yang jelas klien tidak cemas dan tidak takut sehingga klien lebih kooperatif 3. Lakukan persiapan alat, tempat dan klien R / kesiapan membantu sesuai prosedur 4. Lakukan pemasangan sesuai prosedur R / ketepatan pemasangan, menjaga kesterilan 5. Berikan konseling post pemasangan R / informasi pada klien dengan tepat dan menambah pengetahuan klien 6. Berikan terapi yang sesuai R / analgesik dalam mengurangi nyeri 7. Anjurkan klien untuk kontrol ulang 1 minggu lagi R / deteksi dini adanya komplikasi IUD yang mungkin terjadi 8. Dokumentasikan R / bahan bukti pertanggungjawaban dan tanggung gugat



3.6 IMPLEMENTASI Tanggal 20 Juni 2011, pukul 11.15 Dx



: P2002 Ab000 akseptor lama pemasangan IUD



1. Memberikan konseling Pra Pemasangan antara lain : a) keuntungan kontrasepsi : - efektifitas : gagal 0,6 – 0,8/ 100 ; efektif segera setelah pemasangan - jangka panjang - tidak mempengaruhi hubungan intim, ASI b) efek samping : - haid banyak dan lama, bercak atau nyeri haid bertambah - nyeri setelah 3 – 5 hari pemasangan c) kontraindikasi - hamil - perdarahan dari vagina - mengalami infeksi alat kelamin - ukuran rahim < 5 cm - anemia 2. Memberitahu klien hasil pemeriksaan bahwa kondisi klien baik, TD : 120/70 mmHg, tidak ada benjolan yang abnormal di payudara dan perut, tidak ada pembesaran perut, tidak ada nyeri perut, tidak ada keputihan atau perdarahan, tidak ada tanda infeksi, tidak ada nyeri goyang porsio, tidak ada penyakit pada alat kelamin. Sehingga klien dapat dilakukan pemasangan KB IUD. 3. Melakukan persiapan alat : - IUD steril (Nova T) - sarung tangan steril, tampon tang, tenakulum, sonde uterus, gunting benang, speculum, cucing, kapas DDT, korentang, larutan chlorin 0,5%, betadine, lampu sorot/senter, tempat sampah. Menyiapkan ruangan : - Lingkungan tertutup, terdapat lampu penerangan yang menerangi serviks (lampu sorot) Menyiapkan klien :



- Minta klien untuk mengosongkan kandung kemih, membersihkan alat genetalia dengan sabun hingga bersih, dan berbaring dengan posisi litotomi dimeja periksa dan minta klien untuk tenang dan tidak takut. 4. Melakukan pemasangan sesuai prosedur - Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir - Memakai sarung tangan steril, melakukan vulva hygiene - Memasang speculum dengan cara posisi miring lalu mendorong hingga masuk, pastikan tidak terjepit 90o, menekan penjungkit bilah sehingga porsio tampak jelas - Melakukan antiseptik servik, dinding vagina sirkuler dari dalam keluar - Menjepit servik dengan tenaculum pada posisi jam 1 - Memasukkan sonde uterus dengan no touch technique untuk mengetahui posisi dan kedalaman uterus - Mengeluarkan sonde dan membaca hasil yakni 7 cm - Membuka separuh kemasan, memegang kedua ujung benang dan menarik tabung insersi sampai knop



di ujung lengan



horizontal



menutupi lubang tabung - Meluruskan flens berwarna kuning menarik tabung insersi sampai ujung bawah flens menunjukkan ukuran yang didapat dari sonde. Memasukkan plunger ke dalam tabung insersi. - Memasukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam kanalis servikalis dengan posisi flens dalam arah horizontal, mendorong tabung inserter sampai flens menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan fundus uteri. - Menarik tabung insersi agar tangan horizontal terlepas. Menekan alat secara hati-hati sampai flens menyentuh os servikalis lagi. - Mengeluarkan alat dari tabung insersi seluruhnya dengan menarik ke bawah - Mengeluarkan tabung insersi sedikit lalu menggunting benang hingga sisa 2-3 cm dari os servikalis - Melepas tenaculum dan speculum - Memasukkan alat dalam klorin 0,5% selama 10 menit secara bersama



- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 5. Memberikan konseling post pemasangan - IUD efektif segera setelah pemasangan - Mengajarkan cara cebok yang benar yakni dari depan ke belakang menggunakan air bersih, mengganti celana dalam 3x1 hari atau lebih bila basah - Cara mengontrol benang yakni cuci tangan dengan sabun hingga bersih. Letakkan 1 kaki di atas kursi, kloset, meja, dll, memasukkan ujung jari tengah ke dalam vagina hingga menyentuh benang. Kontrol benang setiap : - bulan setelah menstruasi - terasa kram di perut bawah - perdarahan bercak diantara haid/ pasca senggama - suami mengeluh terasa benang/ sakit/ nyeri hubungan seksual - Dan waspada bila tidak teraba ujung benang atau ujung benang seperti lidi, benang tambah panjang, mens tidak teratur, perdarahan yang keluar dari kelamin kecuali haid, nyeri hebat, maka segera ke tenaga kesehatan 6. Memberikan terapi: Asam mefenamat 500 mg (3x1) Amoxicillin 500 mg (3x1) 7. Menganjurkan kontrol 1 minggu lagi yaitu tanggal 27 Juni 2011 untuk memastikan tidak ada komplikasi dan IUD masih terpasang dengan baik 8. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan pada kartu akseptor K I, kartu status K IV, dan buku register. 3.7 EVALUASI Tanggal 20 Juni 2011



pukul 11.45 WIB



Dx



: P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD



S



: - Klien mengatakan mengerti dan akan melaksanakan anjuran petugas kesehatan - Klien mengatakan merasa lega setelah pemasangan IUD



O



: - Klien mampu mengulangi penjelasan tenaga kesehatan



- Bidan telah melakukan pemasangan IUD pada cavum uteri - Bidan telah memberikan terapi Asam mefenamat dan Amoxicillin - Tercatat pada kartu akseptor K I, kartu status K IV, dan buku register. A



: P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD



P



: - Anjurkan klien untuk minum obat secara rutin - Anjurkan Ibu untuk kontrol 1 minggu lagi tanggal 27 Juni 2011 atau sewaktu-waktu bila ada keluhan



BAB 4 PEMBAHASAN Pembahasan adalah analisa penulis tehadap kesesuaian ataupun kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi . Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “R” P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD maka tidak terdapat



kesenjangan dan



kesesuaian dari pengkajian data sampai evaluasi akhir. Pada pengkajian didapatkan data bahwa ibu berumur 30 tahun dan sudah mempunyai 2 anak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia antar 2035 tahun adalah masa mengatur kehamilan dan kontrasepsi yang cocok yaitu IUD, Pil, Suntik, implant. Data subyektif yang didapatkan sudah sesuai prosedur dan teori dengan melakukan anamnesa kepada ibu dan ibu dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Pada data obyektif yang didapatkan sudah sesuai dengan prosedur dan teori. Ibu kooperatif dalam tindakan yang dilakukan petugas yaitu dilakukan pemeriksaan kepada klien apakah ibu boleh dipasang IUD atau tidak, dan Ny”R” boleh memakai IUD karena tidak ditemukan masalah pada saat pemeriksaan yang menjadi kontraindikasi pemasangan. Pada



Identifikasi



diagnosa



dan



masalah



tidak



mengalami



permasalahan karena data yang didapatkan cukup untuk menunjang terbentuknya diagnosa. Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny “R” P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD. Dengan akseptor lama tersebut lebih



memudahkan



petugas



dalam



memberikan



asuhan.



Hal



ini



menunjukkan kesesuaian antara teori dengan kasus. Pada masalah potensial tidak ditemukan karena pada pemeriksaan tidak ditemukan hal hal yang abnormal yang mengarah kepada masalah tersebut. Sehingga ibu dapat dilakukan pemasangan IUD dan hal ini juga sudah sesuai dengan teori. Sehingga tidak diperlukan adanya kebutuhan segera. Namun pada ibu hanya dijelaskan akan efek samping yang biasa terjadi seperti nyeri atau sedikit mengganggu ketidaknyamanan ibu pada



saat atau setelah pemasangan, yang mana hal ini bisa dikurangi dengan teknik relaksasi pernafasan. Menurut teori intervensi dan implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yaitu memberikan konseling pra pemasangan, memberitahu klien hasil pemeriksaan, melakukan persiapan alat, ruangan, klien, melakukan pemasangan sesuai prosedur, memberikan konseling post pemasangan, memberikan terapi analgesik dan antibiotik, menganjurkan kontrol 1 minggu lagi yaitu tanggal 27 Juni 2011 untuk memastikan tidak ada komplikasi dan IUD masih terpasang dengan baik, dan terakhir mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan dalam kartu akseptor K I, kartu status K IV, buku register. Pada kasus didapatkan evaluasi P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD, klien mengatakan mengerti dan akan melaksanakan anjuran



petugas kesehatan, klien mengatakan merasa lega setelah



pemasangan IUD, obyektifnya yaitu klien mampu mengulangi penjelasan tenaga kesehatan terhadap cara pemeriksaan benang IUD, bidan telah melakukan pemasangan IUD (Nova T) pada cavum uteri, bidan telah memberikan terapi Asam mefenamat dan Amoxicillin, tercatat pada kartu akseptor K I, kartu status K IV, dan buku register. Assement nya yaitu P2002 Ab000 dengan akseptor lama pemasangan IUD. Untuk planningnya anjurkan klien untuk minum obat secara rutin, anjurkan Ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu bila ada keluhan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.



BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada pembuatan Asuhan Komprehensif yang telah disusun, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menerapkan pengetahuan yang didapat saat praktek klinik. Dari asuhan Komprehensif pada akseptor KB mahasiswa memiliki tujuan secara khusus sesuai dengan teori 7 langkah Varney, dimulai dari : 1. Mahasiswi mampu mengumpulkan data ibu Ber KB baik Data Subyektif dan Data Obyektif ditandai dengan mampu melakukan pengkajian 2. Mahasiswi mampu mendiagnosa dan mengidentifikasi masalah pada ibu dengan KB IUD ditandai diagnosa masalah dapat diketahui dengan baik 3. Mahasiswi mampu mengidentifikasi masalah potensial pada ibu dengan KB IUD masalah potensial tidak ditemukan 4. Mahasiswi mampu melaksanakan kebutuhan segera pada ibu dengan KB IUD kebutuhan segera tidak ada dalam kebutuhan potensial 5. Mahasiswi mampu merencanakan tindakan pada ibu dengan KB IUD ditandai bisa merencanakan sesuai dengan diagnosa dan masalah 6. Mahasiswi mampu melaksanakan tindakan pada ibu dengan KB IUD ditandai bisa melaksanakan rencana yang dibuat sehingga pasien mengerti dengan penjelasan petugas 7. Mahasiswi mampu mengevaluasi tindakan pada ibu degan KB IUD ditandai evaluasi berjalan baik sesuai dengan diagnosa masalah pasien 5.2 Saran 1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan mutu pendidikan kesehatan



2. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa atau pada pendidikan kesehatan pada umumnya 3. Meningkatkan sarana dan prasarana dalam pendidikan kesehatan sebagai salah satu penunjang dalam meningkatkan mutu dan kualitas generasi penerus DAFTAR PUSTAKA Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Hartanto,Hanafi.2003.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kandungan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Mansjoer, Arif, dkk. 2001 Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP. Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC. Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Salemba Medika. Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Varney Volume 1. Jakarta : EGC. Wheeler, Linda. 2003. Buku Saku Perawatan Prenatal dan Pascapartum. Jakarta : EGC.