Askep Atelektasis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A.



LATAR BELAKANG



Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda daripada anak yang lebih tua dan remaja. Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada pula kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara daripada lobus dan posisi yang disebabkannya daripada dindingdinding alveolar dan bronkhiolar. Menurut penelitian pada tahun 1994, secara keseluruhan terdapat 74,4 juta penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di Inggris sekitar 2,1 juta penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis yang perlu pengobatan dan pengawasan secara komprehensif. Di Amerika serikat diperkirakan 5,5 juta penduduk menderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di Jerman 6 juta penduduk. Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu mendapat perhatian dari perawat di dalam merawat klien dengan penyakit paru yang mengalami atelektasis secara komprehensif bio psiko sosial dan spiritual. Penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis pertama kali di Indonesia ditemukan pada tahun 1971. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah. Di Indonesia insiden terbesar terjadi pada 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan



Page



1



23,87 (tahun 2003).



BAB II TINJAUAN TEORI I.



KONSEP MEDIS



A. DEFINISI Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.



B. ETIOLOGI Penyebab dari atelektasis adalah : 1. Obstruktif : Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi. 



Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor



bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.  



Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa mukus. Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura,



peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum. 



Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang



tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis. 



Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa



sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis



Pneumothoraks







Tumor







Pembesaran kelenjar getah bening.







Pembiusan (anestesia)/pembedahan







Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi







Pernafasan dangkal







Penyakit paru-paru



Page







2



2. Non-obstruktif :



C. MACAM-MACAM ATELEKTASIS Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan 1.



Atelektasis Neonatorum



Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas.Faktor pencetus termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia intrauter. Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non crepitant, lembek dan alastis.Yang khas paru ini tidak mampu mengembang di dalam air.Secara histologis, alveoli mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa yang tebal yang tampak kisut.Epitel kubis yang prominem melaposi rongga alveoli dan sering terdapat edapan protein granular bercampur dengan debris amnion dan rongga udara.Atelektasi neonatorum pada sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.



2. Atelektasis Acquired atau Didapat Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang.Jadi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak.Istilah ini banya menyangkut mechanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada distribusi dari perubahan tersebut. 



Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga



udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. Penyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga ter sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelenjar getah bening (seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma pembuluh darah. 



Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau



udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah jantung kongesti. Pneumotoraks dapat juga menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang lebih tinggi.



menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi.



3



Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang Page











Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti



terjadi pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi. Pada sebagian kecil kasus, atelektasis terjadi karena patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada dinding dada. Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul karena sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi manifest karena mendadak timbul sesak napas. Memang peristiwa sesak napas akut dalam 48 jam setelah satu prosedur pembedahan, hampir selalu didiagnosis sebagai atelektasis. Yang penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi reekspensi yang tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka terhadap infeksi yang menunggagi.Atelektasis persisten segmen paru mungkin merupakan bagian penting untuk terjadinya karsinoma bronkogenik yang diam-diam.



Berdasarkan luasnya atelektasis 1.



Massive atelectase, mengenai satu paru



2.



Satu lobus, percabangan main bronchus



Gambaran khas yaitu inverted S sign → tumor ganas bronkus dengan atelectase lobus superior paru. 1.



Satu segmen → segmental atelectase



2.



Platelike atelectase, berbentuk garis



Misal : Fleischner line → oleh tumor paru Bisa juga terjadi pada basal paru → post operatif



Berdasarkan lokasi atelektasis 1.



Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan tersembunyi



dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi. 2.



Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan peradangan



atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar. 3.



Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan



tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis. 4.



Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu



pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis. 5.



Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada



bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis,



Page



hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.



4



biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena



6.



Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian anterior,



superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai pergeseran ke arah superior. D. PATOFISIOLOGI Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru.Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume. Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum. Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi dan kortek serebral.Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana



paru-paru



kekurangan



oksigen



tidak



terpenuhi



dan



penambahan



kerja



pernapasan.Kiranya aliran darah pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang.Tekanan CO2 biasanya normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paruparu yang normal.



E. GEJALA KLINIS Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan. Gejalanya bisa berupa : o gangguan pernafasan o bunyi nafas berkurang o nyeri dada o batuk o pucat o cemas o sianosis o gelisah o takikardia Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang



Page



5



sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).



F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan fisik : o Pada tahap dini sulit diketahui. o Ronchi basah, kasar dan nyaring. o Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik. o Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. 



Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)



2. Pemeriksaan Radiologi : 



Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.







Pada kavitas bayangan berupa cincin.







Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.



3. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.



4. Laboratorium : o Darah : leukosit meninggi, LED meningkat o Sputum : pada kultur ditemukan BTA o Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm) Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang jelas dari berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara, di celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus menjadi lebih opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak beraturan. Dan pemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan bronkografi, dapat degan tepat menetukan cabang bronkus yang tersumbat.



G. PENATALAKSANAAN Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut: 1) Medis a.



Pemeriksaan bronkoskopi



b. Pemberian oksigenasi c.



Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)



d. Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)



2) Keperawatan a.



Teknik batuk efektif



6



Pemeriksaan bakteriologis Page



e.



b. Pegaturan posisi secara teratur c.



Melakukan postural drainase dan perkusi dada



H. PENGOBATAN Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena. Tindakan yang biasa dilakukan :  Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang  Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya  Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )  Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak  Postural drainase  Antibiotik diberikan untuk semua infeksi  Pengobatan tumor atau keadaan lainnya  Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat  Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.



I. PENCEGAHAN Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis : o Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin. o Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan. 



Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke paru-paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut.



 Kelainan-kelainan radiologik Bilamana seluruh paru-paru mengempis, akan ada suatu bayangan homogen pada belah itu, dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu dan diafragma terangkat. Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh penyumbatan bronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan yang karakteristik. Kelainan pertama adalah suatu bayangan yang homogen daripada



Page



bilamana ia berkembang sama sekali.



7



lobus yang kempis itu sendiri, yang akan menempati ruangan yang lebih kecil daripada



Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai suatu daerah yang opak pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di bawahnya di dekat klavikula yaitu yang diakibatkan oleh fisura horizontalis yang terangkat. Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan bayangan yang diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi lateral akan kelihatan suatu bayangan berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah anterior, ini mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan oleh suatu daerah yang translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan yang menyelip diantaranya dan sternum di sebelah posterior bayangan itu mempunyai batas yang tegas dengan batas konkaf yang disebabkan oleh fisura besar yang terdesak ke depan. Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat tidak tegas pada proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan batas daripada jantung kanan, pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai suatu bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulus sterno-diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisura horizontalis yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh fisura mayor yang terdesak ke depan. Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk segitiga, dengan batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan keluar dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di belakang bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf adalah baik. Pada proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan tetapi biasanya kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae torakalis di sebelah bawah akan kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada hitam daripada vertebrae di sebelah tengah; bagian posterior daripada bayangan diafragma kiri akan tidak dapat dilihat; dan akhirnya, daerah vertebrae bawah di belakang bayangan jantung akan kurang hitam daripada daerah translusen di belakang sternum. Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah konsekuensi daripada bayangan-bayangan vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas umum daripada lobus yang tidak mengandung udara, sedangkan bayangan pembuluh-pembuluh darah di dalam lobus yang lain adalah lebih memencar oleh karena ia mengisi suatu volume yang lebih besar. Pembuluh-pembuluh darah hilus pada sebelah yang terkena penyakit akan menunjukkan suatu konveksitas lateral dan bukan suatu konkafitas seperti dalam keadaan normal pada tempat dimana grup daripada lobus atas bertemu dengan arteria basalis di samping itu, hilus akan menjadi lebih kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan pembuluh-pembuluh darah paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit daerah akan kelihatan lebih sedikit daripada di sebelah yang lain (normal). Hanya akan ada sedikit atau sama sekali tidak ada translusensi yang relatif, oleh karena aliran kapiler bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea atau peninggian diafragma biasanya sedikit dan jantung beralih hanya sedikit ke jurusan lobus yang kempis yaitu pada kolaps daripada lobus bawah, atau yang lebih sering sama sekali tidak pada kolaps



Page



8



daripada lobus atas.



II.



ASUHAN KEPERAWATAN



A.



PENGKAJIAN



1.



Indentitas



o Nama, Umur, terjadi pada bayi yang baru lahir, anak-anak atau pada usia tua o Jenis kelamin bisa terjadi pada pria dan wanita o Pekerjaan, biasanya terjadi pada orang yang bekerja pada daerah dengan polusi tinggi 2.



Keluhan utama



Pada atelektasis keluhan utama yang dirasakan adalah  Sesak nafas  Nyeri dada 3.



Riwayat penyakit sekarang



Pasien merasakan sesak nafas, setelah beraktivitas dan merasakan nyeri dada pada bagian yang terkena atelektasis 4.



Riwayat penyakit keluarga



Pasien tidak mempunyai penyakit menurun 5.



Riwayat penyakit dahulu



Pada saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah lahir belum sempat terjadi tangis yang pertama 6.



Riwayat psiko social



 Pasien merasakan cemas karena mengalami nyeri  Pasien jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar 7.



Pola aktivitas sehari-hari



o Mobilisasi berkurang karena pasien sesak nafas jika pasien banyak melakukan aktivitas o Pola istirahat, tidur pasien menjadi berkurang atau tidak teratur 



Pemasukan nutrisi dan cairan berkurang



B. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, seringkali menunjukkan diagnosis kelainan paru yang terjadi. Hasil pemeriksaan fisik pada atelektasis (obstruksi lobaris) yang sering ditemukan adalah : 



Tanda-tanda vital



TD : hipertensi S



: hipertermi >39°C



RR : dipsnea 30x/mnt N : takikardi 130x/mnt 



Inspeksi



→ berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit, adanya sianosis pada



bibir dan ujung jari pasien terlihat pucat 



Perkusi meninggi



→ fremitus berkurang, trakea dan jantung bergeser → batas jantung dan mediastinumm akan bergeser letak diagfragma



9



Palpasi



Page











Auskultasi → suara nafas melemah,dan terdengar ronki



C.



PEMERIKSAAN PENUNJANG



1.



Rontgen dada



: Menunjukan adanya daerah bebas udara di paru-paru



2.



CT scan



: Menentukan penyebab terjadinya penyumbatan



3.



GDA



: Untuk menunjukan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveolar



D. ANALISA DATA Tgl



DATA



ETIOLOGI



-



Ds : keluarga px mengatakan



Akumulasi



bahwa



sekret



px



saat



bernafas



terdapat bunyi.



MASALAH KEPERWATAN Bersihan jalan nafas tidak



pada



efektif.



bronkus



Do : - Bunyi nafas ronki -



-



Bunyi



nafas



px



melemah



MK : Bersihan



-



jalan



Frekwensi nafas px >



nafas



16x/menit



tidak efektif.



Ds : keluarga px mengatakan



Sesak nafas



Gangguan pertukaran O2



px sesak saat bernafas. Do : - Px terlihat lemah. -



Bunyi nafas ronki



-



Bunyi



nafas



px



MK



melemah



Gangguan



-



pertukaran O2



Frekwensi nafas px >



:



16x/menit.



E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan produksi sputum



mencapai bersihan jalan nafas.



Page



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan perilaku



10



Tujuan :



Kriteria hasil: Klien dapat mempertahankan jalan nafas secara efektif INTERVENSI: MANDIRI 



auskultasi bunyi nafas.catat adanya bunyi nafas ,misal: mengi ,ronki.



R/beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obtruksi jalan nafas dan terdapat nafas adventisius. 



kaji frekwensi kedalaman pernafasan dan gerakan dada



R/pernafasan



dangkal



dan



gerakan



dada



tidak



simetris



sering



terjadi



karena



ketidaknyamanan gerakan dinding dada/cairan paru. 



berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari ,kecuali kontra indikasi,tawarkan air hangat.



R/cairan (khususnya air hangat)memobilisasi 



observasi warna kulit,membran mukosa,dan kuku



R/sianosis kuku menunjukan adanya vasokontruksi,sianosis membram mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukan hipoksemia sistemik



KOLABORASI 



Berikan obat sesuai indikasi  bronkodilator,mis :egonis :epinefrin (adrenalin ,vaponefrin )  Xantin ,mis:aminofilin ,oxtrifilin.



R/merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal 



berikan humidikasi tambahan,mis:nebulizer ultranik,humidifier aerosol ruangan



R/kelembaban menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran secret. 



berikan pengobatan pernafasan ,mis ;fisioterapi dada



R/drainase postural dan perkusi bagian penting untuk mengencerkan secret&nbs;



.dan



memperbaiki ventilasi pada segmen Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar –



2.



kapiler(efek inflamasi) dan gangguan kapasitas pembawa oksigen Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan Kriteria hasil: Pertukaran gas dapat dipertahankan INTERVENSI: MANDIRI 



kaji frekuensi kedalaman pernafasan .



R/untuk mengevaluasi derajat distres pernafasan pernafasan atau proses penyakit . 



tinggikan kepala tempat tidur bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk



menurunkan kolaps jalan nafas.



Page



R/pengiriman oksigen dapat di perbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk



11



bernafas.dorong pasien untuk penafasan dalam atau nafas bibir.







Auskultasi bunyi nafas,cacat area penurunan aliran udara /bunyi tambahan ,(ronki,mengi,redup).



R/bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara,adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus. 



Palpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat palpasi)



R/penurunan getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan. 



Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.



R/selama distres pernafasan berat/akut ,pasien secara total tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari 



Awasi tanda – tanda vital dan irama jantung.



R/takikardia dan perubahan tekanan darah yang dapat menunjukan adanya hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.



KOLABORASI 



Awasi /gambaran seri GDA dan nadi



R/PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis,emfisema)dan PaCO2 secara umum menurun ,sehingga terjadi hipoksia . 



Berikan oksigen tambahan sesuai degan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien .



R/memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia 



Bantu intubasi ,berikan /pertahankan ventilasi mekanik



R/terjadinya kegagalan nafas yang akan datang memerlukan upaya penyelamatan hidup.



3. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan sesak Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam pasien menunjukan tidak sesak lagi. Kriteria hasil Klien dapat mempertahankan aktivitas



INTERVENSI : MANDIRI 



Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas catat laporan dipsnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.



R/ Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. 



Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.



R/ . Menurunkan distres dan rangsangan yang berlebihan atau meningkatkan istrahat



R/ Membuat pasien nyaman apa bila kepala ditinggikan, tidur dikursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.



12



Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur. Page







F. PELAKSANAAN Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi.



G. EVALUASI Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah realistik dapat dicapai



Page



13



dan efektif.



BAB III PENUTUP A.



KESIMPULAN



Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif. Penyebab obstruktif bisa berasal dari dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran pernafasan. Sedangkan penyebab non-obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru atau pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps. Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisis. Secara radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. B.



SARAN



Dengan dibuatnya makalah Atelektasis ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan terutama pada pasien yang mengalami gangguan atelektasis. Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau



Page



14



pihak lain yang membutuhkannya.