5 0 3 MB
LAPORAN KASUS RADIOLOGI ATELEKTASIS
Disusun oleh: Salwa Yustika Putri
1102016199
Shadrina Safira
1102016201
Pembimbing: dr. Ryan Indra, Sp. Rad
KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI- RS MOH RIDWAN JAKARTA
STATUS PASIEN I.
IDENTITAS PASIEN Nama
: An. S
Usia
: 9 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Pondok Gede
No. RM
:
Tanggal Masuk RS : 29 Juni 2020 Tanggal Periksa II.
: 29 Juni 2020
ANAMNESIS a. Keluhan Utama Sulit bernapas b. Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan disertai keluar sekret dari hidung dan batuk sudah 3 hari. c. Riwayat Penyakit Dahulu Terdiagnosis asma sejak 3 tahun yang lalu dan sudah diberikan obat untuk asma serangan ringan. d. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak disebutkan dalam laporan kasus e. Riwayat Lingkungan dan Kebiasaan -
III.
PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis a. Keadaan Umum : Komposmentis b. Tanda – Tanda Vital (stabil) Tekanan darah : 100/60 mmHg Frekuensi nadi : 100x/menit Frekuensi napas : 25x/menit Suhu tubuh : 37,0 ° C
c. Kulit Warna : Sawo matang Sianosis : Tidak ada Ikterus : Tidak Edema : Tidak ada d. Kepala Rambut : Hitam Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-) Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Hidung : Sekret (-), deviasi (-) Pupil : Bulat isokor 2mm/2mm, RCTL/RCL (++/++) Telinga : Serumen (-/-), secret (-/-) Bibir : Pucat (-), sianosis (-) Lidah : Lidah kotor (-), atrofi papil lidah (+) Tonsil : hiperemis (-) Faring : Hiperemis (-) e. Leher Inspeksi : Simetris Palpasi : Kaku kuduk (-) Pembesaran KGB : Tidak ada f. Thoraks Paru Inspeksi : Dinding dada simetris kanan dan kiri Palpasi : Simetris, fremitus normal kanan dan kiri Perkusi : Suara sonor diseluruh lapang pandang paru Auskultasi : Wheezing pada kedua lapang paru Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke-5 linea midklavikularis sinistra Perkusi : Tidak dilakukan Auskultasi : BJ I - BJ II murni, regular, vesikuler, bising (-), gallop (-)
g. Abdomen Inspeksi : Simetris, distensi (-) Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), turgor (-) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen Auskultasi : Bising usus (-) h. Ekstremitas : Sianosis (-), edema (-), akral dingin (-), Refleks patologis (-), refleks fisiologis (+) IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan darah lengkap: dalam batas normal 2. Test biokimia: dalam batas normal 3. Radiografi dada Terdapat gambaran radioopak tanpa adanya air bronchogram pada region lobus kanan atas
Gambar 1. a. Terdapat gambaran radioopak pada apex paru di lobus kanan atas proyeksi postero-anterior, b. Gambaran radioopak berasal dari hilus dan meluas ke apex paru
4. Ultrasonografi Ditemukan area hipoekoik dengan ukuran 7.98cm2 dengan komponen hiperekogenik didalamnya disertai dengan air bronchogram tidak dinamis dan peningkatan B-Lines.
Gambar 2: (c) Terlihat B Line. (d) Terlihat area hipoekoik dengan komponen hiperekogenik.
V.
RESUME Seorang anak usia 9 tahun datang ke IGD RS Ridwan diantar oleh ibunya, dengan keluhan gangguan pernapasan disertai dengan keluar sekret dari hidung dan batuk sejak 3 hari yang lalu. Gejala dirasa semakin parah dalam 1 hari terakhir. Pasien memiliki riwayat asma sejak 3 tahun yang lalu dan sudah diberikan terapi asma serangan ringan sedang. Pada saat pemeriksaan, keadaan umum komposmentis dan tanda vital pasien stabil. Pemeriksaan fisik auskultasi paru terdengar suara wheezing pada kedua lapang paru, yang lainnya normal. Dilakukan pemeriksaan penunjang darah lengkap tidak ada kelainan, pada radiografi dada terdapat gambaran radioopak pada lobus kanan atas pada proyeksi postero-anterior dan lateral. Setelah itu dilakukan pemeriksaan USG dengan temuan area hipoekoik dengan komponen hiperekogenik dan terkadang peningkatan B-Line.
VI.
DIAGNOSIS KERJA Atelektasis Lobus Kanan Atas / Right Upper Lobe Atelectasis
VII.
DIAGNOSIS BANDING
-
Atelektasis Lobus Kanan Atas / Right Upper Lobe Atelectasis
-
Pneumonia
VIII. RENCANA TATALAKSANA
IX.
-
Bronkoskopi fiberoptik
-
Ventolin Inhaler 2,5 mg (agonis b2 kerja pendek)
-
Fisioterapi dada
PROGNOSIS Quo Ad Vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam Quo Ad Functionam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Atelektasis berasal dari dua kata yunani ateles, yang berarti “tidak sempurna” dan ektasis, yang berarti “ekspansi”. Atelektasis berarti perluasan tidak sempurna dan kata yang digunakan untuk menggambarkan ekspansi paru-paru atau jaringan paru-paru yang tidak lengkap. (Carlsen et al, 2019) 1.2 Etiologi Atelektasis terjadi karena 3 proses: kompresi, penyerapan udara dari alveolus dan produksi atau fungsi surfaktan yang kurang. Atelektasis dibagi menjadi tipe obstruktif, non obstruktif, post-operasi dan rounded atelectasis. Ø Atelektasis tipe non-obstruksi diklasifikasi menjadi kompresi, adesif, sikatrik, relaksasi dan replacement atelectasis. (Grott, 2020) o Kompresi/ Relaksasi Ekspansi paru dihambat. Bisa disebabkan oleh pneumotoraks, hidrotoraks, hemotoraks, emfiema, tumor dan kardiomegali. o Adhesif Pada kelainan yang mengganggu fungsi surfaktan, kolaps dari alveoli dapat terjadi, seperti pada kasus- kasus acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan hyaline membrane disease (HMD). o Kontraksi/ Sikatrik Terjadi ketika proses fibrosis pada paru atau pleura menghambat ekspansi paru. o Relaksasi Atelektasis relaksasi disebabkan karena longgarnya bagian antara jaringan parietal dan visceral seperti yang terlihat pada pneumotoraks dan efusi pleura. o Replacement atelectasis Terjadi apabila alveolus pada seluruh lobus paru digantikan oleh tumor. Dapat terlihat pada karsinoma bronchioalveolar dan menyebabkan kolaps paru.
Ø Atelektasis Obstruktif: Akibat oklusi lumen bronkus yang diikuti oleh absorbsi udara di jaringan paru bagian distal dari obstruksi. Obstruksi bisa disebabkan oleh benda asing, tumor dan penimbunan mukus. Ø Pasca operasi: komplikasi yang terjadi dalam waktu 72 jam pasca pemberian anastesi. Ø Rounded atelectasis: Jarang terjadi dan sering kali terlihat pada kondisi asbestosis. (Soetikno, 2011) (Grott,2020) 1.3 Patofisiologi Ø Atelektasis Non Obstruktif •
Atelektasis Kompresi Atelektasis kompresi terjadi akibat adanya tekanan dari luar. Tekanan ini dapat menyebabkan volume paru-paru berkurang.
•
Atelektasis Adhesif Atelektasis adhesif disebabkan oleh kurangnya surfaktan. Surfaktan terdiri dari phospholipid dipalmitoyl phosphatidylcholine, yang berfungsi mencegah paru-paru kolaps dengan mengurangi tekanan permukaan alveoli. Kurangnya surfaktan dapat menyebabkan instabilitas alveoli dan kolaps paru.
Ø Atelektasis Obstruktif Pada atelektasis obstruktif, darah yang mengalir di membran kapiler alveoli akan menyerap gas dari alveoli. Udara dalam alveolus di serap sehingga alveolus kolaps. Kemudian sekresi dan sel akan mengisi ruang alveolar, untuk mencegah kolaps total dari paru yang atelektasis. Jaringan yang tidak terlibat akan mengembang. Jantung dan mediastinum dapat tergeser ke arah yang atelektasis, diafragma elevasi dan dinding dada mendatar. •
Atelektasis Subsegmental Atelektasis Subsegmental biasanya terjadi pada pasien yang tidak bisa menarik nafas panjang, seperti pada pasien post-operasi atau pasien dengan nyeri dada pleuritic. Atelektasis ini erat hubungannya dengan kurangnya surfaktan karena hipoksia, iskemia, hiperoxia dan toksin.
•
Rounded Atelectasis Hal ini terjadi karena adhesi antara pleura visceral dan parietal sehingga paru
atelektasis menjadi terperangkap dan terlipat ke dirinya sendiri. (Madappa, 2018) (Herring, 2016) 1.4 Manifestasi Klinis Menurut Carlsen et al (2019), tanda dan gejala atelectasis berdasarkan lobus yang terkena satu atau multiple, penyebab yang mendasari atelectasis, dan usia pasien. Pada anak dengan asma, dapat terjadi obstruksi akibat kenaikan produksi mucus sehingga terdapat gejala seperti wheezing, batuk, gangguan pernafasan, dan lain-lain. Terdapat beberapa kasus atelectasis parsial, tidak terdapat gejala yang dikarenakan terjadi kompensasi berupa vasokonstriksi pembuluh darah pulmonar pada bagian paru yang kolaps. Untuk mendiagnosis atelectasis diperlukan pemeriksaan radiologi terutama x-ray. Demam, batuk, takipneu, wheezing, ronkhi, dan nyeri dada juga umum terjadi pada atelektasis. (Ozkaya, 2018) 1.5 Diagnosis 1.5.1
Anamnesis Pasien datang dengan keluhan: (Carlsen et al, 2019) (Soetikno, 2011)
1.5.2
•
Demam
•
Batuk
•
Takipneu
•
Nyeri dada
•
Gangguan pernafasan
•
Asimptomatis
Pemeriksaan Fisik •
Saturasi oksigen menurun
•
PF paru Perkusi: tumpul Auskultasi: terdapat wheezing, crackles selama inspirasi dan ekspirasi (Carlsen et al, 2019)
•
Pada saat perkusi ditemukan suara redup dan menghilangnya suara pernapasan. Pergerakan dada pada hemitoraks juga berkurang atau tidak ada. (Madappa, 2018)
1.5.3
Pemeriksaan Penunjang 1. Bronkoskopi fleksibel Dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan terapi jika ada kecurigaan obstruksi saluran pernafasan akibat benda asing, sumbatan lendir, airway malacia, tuberculosis endobronchial, kompresi eksternal dari cincin vascular, pembesaran kelenjar limfe atau pembesaran jantung. (Carlsen et al, 2019) 2. Radiografi dada Pemeriksaan Radiografi Dada memiliki tanda langsung dan tidak langsung: Tanda langsung: •
Perubahan letak fisura interlobaris
•
Penambahan opasitas
•
Corakan bronkovaskular yang bertambah
Tanda tidak langsung: •
Elevasi diafragma
•
Pergeseran mediastinum
•
Pergeseran trakea
•
Pergeseran letak hilus
•
Hiperaerasi kompensasi dari paru yang normal
•
Penyempitan sela iga (Soetikno, 2011)
Radiografi dada menggunakan proyeksi frontal dan lateral. Berikut tanda-tanda radiografi dada pada pasien atelectasis sesuai dengan letak paru yang kolaps. (Carlsen et al, 2019)
Tabel 1. Tanda Radiografi dada pada Atelektasis berdasarkan lokasi
Gambar 1. Gambaran pada foto toraks: Peningkatan opasitas (panah hitam) . Fisura minor tertarik keatas (panah putih). Fissura minor terdorong ke bawah (panah bitnik putih) dan fisura mayor terdorong ke atas (panah bitnik atas). (Herring, 2016)
Gambaran 2. Fissura minor tergeser kearah atas (panah putih) dan deviasi trakea (panah hitam). (Herring,
2016)
Gambar 3. Gambaran atelektasis subsegmental. Terihat densitas meningkat pada lobus bawah paru yang sejajar dengan diafragma. (Herring, 2016)
3. CT-Scan Digunakan jika atelectasis tidak terlihat pada x-ray dada, diperlukan anestesi general terutama pada anak-anak. Pada CT-Scan biasanya terlihat lesi pada dinding dada atau pada paru bagian perifer mendekati vertebra. Rounded atelektasis dan segmental dapat terlihat lebih jelas dengan CT. (Carlsen et al, 2019)
Gambar 4. Anak usia 4 tahun dengan atelectasis subsegmental pada paru bagian kanan. Bronkoskopi dilakukan untuk akibat suspect benda asing, negative. (Carlsen et al, 2019)
Gambar 5: Gambaran CT pada rounded atelectasis. Terlihat densitas seperti massa pada lobus bawah kiri (panah bintik hitam). Terlihat plak akibat eksposur asbes (panah hitam) dan comet tail yang muncul dari massa dan meluas ke hilum (panah putih). (Herring, 2016)
4. MRI Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk menegakkan diagnosis dan follow-up atelectasis. Umumnya diaplikasikan pada anak-anak. (Carlsen et al, 2019)
Gambar 6. Anak umur 10 tahun, setelah melakukan transplantasi jantung 9 tahun yang lalu. Pada MRI terlihat atelectasis ekstensif pada lobus bawah paru kanan dan kiri (Carlsen et al, 2019)
5. USG Pemeriksaan USG dilakukan dengan alasan pemeriksaan USG lebih murah, mudah dipindahkan dan mudah digunakan serta tidak menyebabkan radiasi. Pemeriksaan ini bisa dilakukan terutama pada anak-anak. (Ozkoya et al, 2018) Ultrasonography merupakan metode yang cepat, diindikasikan pada atelektasis dengan lesi dekat dengan dinding dada dan jika bersaamaan dengan efusi pleura (sering ditemukan pada kasus bedah jantung atau empyema pleura). Paru yang kolaps dapat dibedakan dari efusi pleura. (Carlsen et al, 2019)
Gambar 7. Anak usia 2 tahun dengan terapi oksigenasi ekstracorpoeral membranosa et causa pneumonia. Pada ultrasonografi terdapat atelectasis pada paru kiri (a), dapat terlihat dengan jelas disamping efusi pleura (p) (Carlsen et al, 2019)
1.6 Tatalaksana Pengobatan atelektasis dilakukan sesuai dengan penyebab asalnya. •
Fisioterapi dada, nebulized dornase alfa (DNase), dan, mungkin, bronkoskopi fiberoptik dapat membantu pasien dengan mucus yang menyumbat saluran pernapasan. Dornase alfa menjadi rekomendasi untuk pasien dengan asma.
•
Pada atelektasis pasif dan adhesif, tekanan akhir ekspirasi positif (PEEP) mungkin berguna sebagai tambahan untuk pengobatan
•
Pada atelektasis pasca operasi, pengobatan terbaik adalah pencegahan. Agen anastesia dengan
efek
narcosis
harus
dihindarkan.
Bronkodilator
nebulisasi
(albuterol,
metaproterenol) dan kelembapan juga berperan untuk mencairkan sekresi dan memudahkan pengeluarannya. •
Terapi farmakologis: bisa diberikan antibiotic spectrum luas (cefuroxime, cefaclor) apabila ditemukan pathogen pada sputum. Kemudian bisa diberikan agen mukolitik (acetylcysteine) dan recombinant human DNase pada pasien dengan cystic fibrosis. Obatobatan tersebut diserepkan untuk nebulisasi.
•
Pada atelektasis kronik bisa dilakukan lobektomi (pengangkatan hamper seluruh bagian lobus pada satu sisi paru. (Madappa, 2018) ( Grott, 2020)
DAFTAR PUSAKA
Carlsen KH, Crowley S, dan Smevik B. Atelectasis. Dalam: Willmot R., Bush A., Deterding R, et al, penyunting. Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-9. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2019. h. 1027-1033. Daffner, RH., Matthew, SH. 2014. Clinical Radiology: The Essentials 4th Edition. Baltimore: Lippincott William & Wilkins. Dunlap,
JD.
Grott,
K.
2019.
Atelectasis.
Indiana
University
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545316/ (Diakses 4 Mei 2020) Grott K, Dunlap JD. Atelectasis. [Updated 2020 Apr 23]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 JanHerring, W. 2016. Learning Radiology Recognizing The Basics. 3rd Edition.
Philadelphia:
Elsevier Inc. Madappa, T. Sharma, S. 2018. Atelectasis: Background, Patophisiology, https://emedicine.medscape.com/article/296468-overview#a4
Etiology. (Diakses
29
Juni
2020) Ozkaya AK, Yilmaz HL, Gokay SS, Kendir OT. Case Report: Lung Ultrasonography for Pulmonary Atelectasis in a Child. HK J Paediatr (new series) 2018;23:242-245 Soetikno, RD. 2011. Radiologi Emergensi. Bandung: PT Refika Aditama