Askep CA Serviks  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS CA SERVIKS Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas



Oleh : DITA YANUAR EKAPUSPITASARI AANG FERID HERMAWAN



(1912050) (1912051)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR 2019/2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker



merupakan



penyakit



akibat



pertumbuhan



tidak



normal dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker. Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014). Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti sebanyak



70%



penyebab



dari



kanker



serviks



adalah



infeksi



Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Meskipun infeksi Human Papilloma Virus HPV penyebab lebih tinggi, namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti melakukan hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual yang berganti – ganti pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo, 2014). Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker seviks merupakan salah satu penyebab kemtian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara – negara lain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di



1



Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita sangat khawatir dan cemas dengan keadaannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka kelompok kami tertarik untuk menyusun makalah tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks 1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks b. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks c. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks d. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks e. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kanker Serviks 1. Pengertian Kanker Serviks Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015). Menurut Mitayani (2011) kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun. 2. Penyebab Kanker Serviks Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut : 1. Usia Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.



3



Lesi pra kanker servik pada wanita dengan usia pertama kali berhubungan seksual 4.0 cm pada dimensi



T2b T3



IIB III



terbesar. Tumor dengan invasi parametrium Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak



T3a T3b



IIIA



berfungsi. Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa



IIIB



perluasan ke dinding pelvis. Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan atau menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak



T4



IV



berfungsi. Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah mencapai mukosa kandung kemih atau rektum



T4a



IVA



(terbukti melalui biopsi). Penyebaran mencapai organ sekitar.



T4b



IVB



Penyebaran mencapai organ yang jauh.



5. Patofisiologi Kanker Serviks Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale



9



dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal invasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat di diagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012). Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos di masyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).



10



WOC Kanker Serviks - Berhubungan sexs usia < 17 th - Higene seks yg kurang - Virus HIV - Sering melahirkan dengan persalinan bermasalah - Berganti-ganti pasangan - Herediter



Dysplasia Serviks



Proses metaplasti



Ca. Serviks



Terapi



Tahap Lanjut



Tahap Awal



Nekrosis Jaringan Serviks



Menyebar ke pelvik



Malu



Tekanan Intrapelvik



Hambatan Interaksi Sosial



Tekanan Intra Abdomen Nyeri Akut



Pembesaran Massa Penipisan Sel Epitel Rusaknya Permeabilitas pembuluh darah



Defisit Perawatan Diri Perdarahan Kelelahan Resiko Kekurangan Volume Cairan



Anemia Pembentukan Asam Laktat



Hb Turun



Imunitas menurun



Suplai O2 Turun



Resiko Infeksi



Metabolisme Anaerob



11



Terapi



Pre



Pembedahan / Histerektomi



Kemoterapi



Radiasi



Memepercepat pertumbuhan sel normal



Post



Defisiensi Pengetahuan Ansietas



Memperpendek usia akar rambut



Pre



Post



Kurang Pengetahuan



Aktivitas Fisik Terbatas



Ansietas Intoleransi Citra Tubuh



Alopecia Gangguan Citra Tubuh



Gastrointestinal



Perkemihan



Kompresi pada RES



Peningkatan Tekanan Gaster



Cystitis



Anemia



Eritema, pecah-pecah kering, pruritus



Mual, Muntah



Gangguan Eliminasi Urine



Leukosit Menurun



Kerusakan Integritas Kulit



Anoreksia



Peningkatan Pemanasan pada epidermis kulit



Resiko Infeksi Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang12 dari kebutuhan tubuh



6. Tanda dan gejala kanker serviks Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala-gejala umum yang terjadi pada penderita kanker ini adalah : a. Ada bercak atau perdarahan setelah berhubungan seksual, b. Ada bercak atau perdarahan di luar masa haid, c. Ada bercak atau perdarahan pada masa menopause, d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya, atau e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah diobati. Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah: a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact bleeding) b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal c. Pendarahan diluar siklus menstruasi d. Penurunan berat badan yang drastis e. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung f. Hambatan dalam berkemih 7. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis a. Sistem pencernaan Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Mual muntah terjadi karena peningkatan asam lambung sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Mengatasi mual dapat diberikan obat anti mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan. Obat kemoterapi juga dapat menyebabkan diare karena terjadi kejang otot perut yang menimbulkan rasa tidak nyaman



13



atau sakit pada perut, bahkan ada yang diare sampai dehidrasi berat dan harus dirawat karena kekurangan volume cairan, kadang sampai terjadi sembelit. Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum air yang banyak untuk mengatasi kehilangan cairan. Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika memungkinkan olahraga (Ariani, 2015). b. Sistem imun dan sistem hematologi Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Organ penyusun sistem kekebalan tubuh pada manusia salah satunya adalah sumsum tulang. Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zatzat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Potter & Perry, 2005). Kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah menurun, yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan: a. Mudah terkena infeksi Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatan leukosit. Bila terjadi infeksi maka terjafi peningkatan suhu tubuh.



14



b. Perdarahan Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit. c. Anemia Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak pucat. c. Sistem integumen Kerontokan rambut terjadi karena kemoterapi menargetkan semua sel yang dapat membelah dengan sangat cepat. Folikel rambut adalah struktur dalam kulit yang berfungsi menumbuhkan rambut. Folikel adalah salah satu sel dengan laju pertumbuhan tercepat dalam tubuh. Selama menjalani kemoterapi bekerja untuk menghancurkan sel kanker, prosedur ini juga akan menghancurkan sel-sel rambut. Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi (Ariani, 2015). d. Sistem reproduksi Terjadinya kekeringan cairan pada vagina karna efek terapi yang di berikan dan dapat mengganggu hubungan seksual (Ariani, 2015). 8. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk menentukan kanker serviks sebagai berikut: 1. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma



15



yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna. 2. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsi. Kelemahan: hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat. 3. Kolpomikroskopi Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali. 4. Biopsi Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. 5. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas. 6. Pemeriksaan lainnya a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah, masa peredaran dan masa pembekuan). b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOT dan SGPT. c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG. d. Pemeriksaan sistem respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat. 9. Penatalaksanaan Kanker Serviks Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium kanker serviks:



16



STADIUM PENATALAKSANAAN 0 Biopsi kerucut Ia Ib, IIa



Histerektomi transvaginal Biopsi kerucut Histerektomi transvaginal Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat



IIb, III, IV IVa, IVb



metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan Histerektomi transvaginal Radioterapi Radiasi paliatif Kemoterapi



Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-metode tersebut: 1. Operasi atau pembedahan Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium I dan II. a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy) Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan dengan tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari. b. Histerektomi total Mengangkat leher rahim dan rahim. c. Histerektomi radikal Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan bagian dari vagina. d. Saluran telur dan ovarium Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut salpingo-ooforektomi.



17



e. Kelenjar getah bening Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. 2. Radioterapi Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks tahap awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang bagian-bagian selain kanker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel – sel di daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini: a. Terapi radiasi eksternal Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa menit. b. Terapi radiasi internal Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari).



18



Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi. Radiasi pada perut dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi merah dan kering. 3. Kemoterapi Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-obatan yang diberikan dan seberapa banyak kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu: a. Sel darah Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah. b. Sel – sel pada akar rambut Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur. c. Sel yang melapisi saluran pencernaan Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.



19



Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak. Menurut Reeder dkk (2013), penataalksanaan pada kanker serviks yaitu: 1. Stadium I Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerektomi atau dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks. 2. Stadium IB dan IIA Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi bilateral. 3. Stadium IIB sampai IVB Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan radioterapi.



2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Serviks 1. Pengkajian keperawatan a. Anamnesis 1. Data dasar Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium). 2. Identitas pasien Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan pekerjaan orang tua. 3. Identitas penanggung jawab



20



Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien. 4. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti



tpendarahan



intra



servikal



dan



disertai



keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia. b. Riwayat kesehatan sekarang Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium



awal



tidak



merasakan



keluhan



yang



mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,



perdarahan



setelah



melakukan



hubungan



seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia. c. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). d. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang



21



tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda, 2008). 5. Riwayat obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu diketahui adalah: a.



Keluhan haid Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab



kanker



serviks



tidak



pernah



ditemukan



sebelumnya menarche dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks. b.



Riwayat kehamilan dan persalinan Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).



6. Riwayat psikososial Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, dkk, 2013). 7. Riwayat kebiasaan sehari – hari Biasanya



meliputi



pemenuhan



elimenasi,



aktivitas



pasien



kebutuhan



sehari-hari,



kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015).



22



nutrisi,



pemenuhan



8. Pemeriksaan fisik, meliputi: a. Kepala  Rambut: bersih, tidak ada ketombe, rambut rontok dan mudah tercabut.  Mata: konjungtiva anemis  Leher: tidak ada kelainan b. Thoraks  Dada: tidak ada kelainan  Jantung: tidak ada kelainan c. Abdomen: tidak ada kelainan d. Genetalia: sekret berlebihan, keputihan, peradangan, perdarahan dan lesi (Brunner & Suddarth,2015) e. Ekstremitas: pasien kanker serviks stadium lanjut mengalami oedema dan nyeri (Brunner & Suddarth, 2015) 2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Menurut SDKI, kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis 2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( stress, keengganan makan) 3. Gangguan



citra



tubuh



berhubungan



dengan



efek



tindakan/pengobatan (kemoterapi) 4. Resiko



ketidakseimbangan



cairan



berhubungan



perdarahan 5. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional



23



dengan



3. Rencana Keperawatan DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri akut berhubungan dengan Setelah agen pencedera fisiologis



LUARAN dilakukan



INTERVENSI tindakan Manajemen Nyeri



keperawatan,



pasien Obervasi



mampu mengontrol nyeri dengan 1. Identifikasi Defenisi : pengalaman sensori atau kriteria hasil: emosional



yang



a. Tingkat nyeri



aktual atau fungsional, dengan onset



terjadi



lambat



dan



berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.



kapan



2. Menggambarkan



faktor



penyebab



nyeri



Subjektif: mengeluh nyeri



kesehatan



perubahan



Tampak meringis



terkait



2.



Bersikap protektif (mis. waspada,



nyeri



nyeri.



gejala 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon



pada



profesional



nyeri. 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup



4. Mengenali



1.



memperingan nyeri. 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang



3. Melaporkan



Gejala dan tanda mayor:



posisi menghindari nyeri).



nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal. 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan



terhadap



Objektif:



durasi,



2. Identifikasi skala nyeri



1. Mengenali



atau



karakteristik,



frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.



berkaitan dengan kerusakan jaringan mendadak



lokasi,



apa



dengan



5. Melaporkan



yang 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer gejala



yang sudah diberikan. 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik.



nyeri yang Terapeutik



24



3.



Gelisah



4.



Frekuensi nadi meningkat



5.



Sulit tidur.



terkontrol



teknik



nonfarmakologis



untuk



mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, b. Respon pengobatan 1. Pasien



Gejala dan tanda minor:



10. Berikan



akupressur, terapi musik, terapi pijat, aroma



mengetahui



terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres



efek sampingnya



hangat/dingin, terapi bermain)



Subjektif: (tidak tersedia)



2. Tidak ada reaksi alergi 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa



Objektif:



3. Tidak ada efek prilaku



nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan,



1.



Tekanan darah meningkat



dari pengobatan.



kebisingan)



2.



Pola nafas berubah



Edukasi



3.



Nafsu makan berubah



12. Jelaskan penyebab nyeri



4.



Proses berpikir terganggu



13. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri



5.



Menarik diri



14. Ajarkan



6.



Berfokus pada diri sendiri



7.



Diaforesis



teknik



nonfarmakologis



untuk



mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 15.



Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.



Pemberian Analgesik Observasi 1.



25



Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus,



pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frukuensi, durasi) 2.



Identifikasi riwayat alergi obat



3.



Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri.



4.



Monitor tanda – tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik.



5.



Monitor efektifitas analgesik.



Terapeutik 6.



Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu.



7.



Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum.



8.



Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien.



9.



Dokumentasikan



respon



terhadap



analgesik dan efek yang tidak diinginkan.



26



efek



Edukasi 10. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat. Kolaborasi 11. Kolaborasi Defisit nutrisi berhubungan dengan Setelah faktor psikologis



dilakukan



memenuhi



pasien



kebutuhan a. Status



metabolisme.



baik



Subjektif: (tidak tersedia) Objektif: 1.



2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.



nutrisi



:



asupan 3. Identifikasi makanan yang disukai.



makanan dan cairan.



4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien.



oral adekuat



perlunya



penggunaan



selang



nasogastrik.



2. Asupan cairan secara oral 6. Monitor asupan makanan. adekuat



7. Monitor berat badan.



Berat badan menurun minimal



3. Asupan cairan IV adekuat



10% di bawah rentang ideal.



4. Asupan nutrisi parenteral Terapeutik adekuat



Gejala dan tanda minor:



jenis



dengan 1. Identifikasi status nutrisi



1. Asupan makanan secara 5. Identifikasi Gejala dan tanda mayor:



dan



nafsu Observasi



Definisi: asupan nutrisi tidak cukup kriteria hasil: untuk



dosis



analgesik, sesuai indikasi. tindakan Manajemen Nutrisi



keperawatan, makan



pemberian



5. Tidak



8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium. 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika



ada



mual



27



dan



perlu.



Subjektif: 1.



Cepat kenyang setelah makan



2.



Kram/nyeri abdomen



3.



Nafsu makan menurun



Objektif:



muntah



10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan).



b. Nafsu makan



11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu



1. Peningkatan



keinginan



untuk makan 2. Peningkatan



yang sesuai. 12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah



1.



Bising usus hiperaktif



rangsangan



2.



Otot pengunyah lemah



3.



Otot menelan lemah



4.



Membran mukosa pucat



14. Berikan suplemen makanan, jika perlu.



5.



Sariawan



15. Hentikan pemberian makan melalui selang



6.



Serum albumin turun



7.



Rambut rontok berlebihan



Edukasi



8.



Diare



16. Anjurkan makan dalam posisi duduk, jika



untuk makan



konstipasi. 13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi



3. Intake makanan adekuat



protein.



nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi.



mampu. 17. Ajarkan diet yang diprogramkan. Kolaborasi 18. Kolaborasi



pemberian



medikasi



sebelum



makan (mis. pereda nyeri, antiemetik), jika perlu.



28



19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah



kalori



dan



jenis



nutrien



yang



dibutuhkan, jika perlu. Gangguan



citra



tubuh Setelah



dilakukan



tindakan Promosi citra tubuh



berhubungan dengan perubahan keperawatan, struktur/bentuk tubuh



mampu



pasien Observasi



beradaptasi



terhadap 1.



disabilitas



fisik



Definisi : perubahan persepsi tentang dengan kriteria hasil: penampilan, struktur dan fungsi fisik



1.



individu.



2.



1. Mengungkapkan tubuh.



2.



bagian 3.



Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh.



kemampuan



Identifikasi



untuk 3. terhadap



perubahan



citra



tubuh



yang



mengakibatkan isolasi bagian tubuh yang



disabilitas



Subjektif: kecacatan/kehilangan



tahap perkembangan.



Menyampaikan secara lisan menyesuaikan



Gejala dan tanda mayor:



Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan



berubah.



Menyampaikan secara lisan Terapeutik penyesuaianterhadap



4.



Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya.



disabilitas-



5.



Diskusikan



Beradaptasi



Objektif:



keterbatasan



1. Kehilangan bagian tubuh.



fungsional



terhadap secara 6.



perbedaan



fisik



terhadap harga diri. Diskusikanperubahan kehamilan dan penuaan.



29



penampilan akibat



pubertas,



2. Fungsi/struktur



tubuh



berubah/hilang.



4.



Mengidentifikasi untuk



beradaptasi



perubahan hidup.



cara-cara 7. dengan



citra tubuh (mis. luka, penyakit, pembedahan). 8.



Gejala dan tanda minor: 9. mau



mengungkapkan



kecacatan/kehilangan



Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh.



bagian



Edukasi



tubuh.



10. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan



2. Mengungkapkan perasaan negatif



perubahan citra tubuh.



tentang perubahan tubuh. 3. Mengungkapkan



11. Anjurkan



kekhawatiran



mengungkapkan



gambaran



diri



terhadap citra tubuh.



pada penolakan/reaksi orang lain.



12. Anjurkan menggunakan alat bantu (mis.



4. Mengungkapkan perubahan gaya



pakaian, wig, kosmetik).



hidup.



13. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung



Objektif:



(mis. kelompok sebaya).



1. Menyembunyikan/menunjukkan



14. Latih fungsi tubuh yang dimiliki.



bagian tubuh secara berlebihan. 2. Menghindari



Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis.



Subjektif: 1. Tidak



Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi



melihat



15. Latih peningkatan penampilan diri (mis.



dan/atau



berdandan).



menyentuh bagian tubuh.



16. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada



30



3. Fgokus berlebihan pada perubahan



orang lain maupun kelompok.



tubuh. 4. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh. 5. Fokus



pada



penampilan



dan



kekuatan masa lalu. 6. Hubungan sosial berubah.



31



BAB III CONTOH KASUS 2.1



Pengkajian PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS (GINEKOLOGI) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES PATRIA HUSADA BLITAR Informasi didapat dari: pasien dan suami pasien Tanggal/jam



No. Reg/RM: 1524/147340



MRS



: 15 Maret 2020 jam 03.00



Nama : Ny. A



Pengkajian



Umur : 45 tahun



Diagnosis



Suku : Jawa



Asal



masuk



:UGD



Agama : Islam



Cara



tiba



di



Pendidikan : SMP



ruangan: menggunakan kereta dorong



: 15 Maret 2020 jam 06.00 medis



:



Ca.



Serviks



IIIB



Riwayat sakit dan kesehatan



Pekerjaan : Ibu Rumah tangga Keluhan utama:Pasien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti melilit



sudah ± 7 bulan, pasien tampak menyeringai kesakitan, skala nyeri = 7. Merasa kurang tenaga dan cepat lelah. Penyakit yang pernah diderita: -



sebelumnya pasien pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama dan pernah dilakukan biopsi.



Penyakit yang pernah diderita keluarga: -



Suami pasien mengatakan dari keluarga tidak memiliki riwayat penyakit turunan seperti hipertensi, jantung diabetes mellitus dan asma. Suami pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama.



Riwayat alergi: pasien tidak mempunyai alergi obat maupun makanan. Riwayat KB (jenis, lama pemakaian, efek samping):



-



Pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi yaitu pil KB sudah kurang lebih 20 tahun dan pada saat menggunakan KB setiap kali menstruasi bercak darah lebih banyak.



Riwayat menstruasi: 32



Menarche usia: 15 tahun Banyaknya: pada saat menggunakan KB, darah menstruasi menjadi lebih banyak. Dismenorea: Pasien mengatakan mengalami sakit perut sebelum menstruasi dan pada hari pertama menstruasi saja. Siklus: 30 hari



Genogram



Lamanya: 5 – 7 hari Hamil ke- &



Usia



Jenis



masalah



kehamilan



persalinan



selama hamil 1, tidak ada



37 minggu



Spontan



Penolong



bidan



Penyulit



-



gangguan kehamilan 2, tidak ada



BB/PB



Usia anak



Pengalaman



lahir/JK



saat ini



&masalah menyusui



2,8 kg/



28 tahun



-



20 tahun



-



48 cm/ 39 minggu



Spontan



bidan



-



♀ 3,3 kg/



gangguan



50 cm/



kehamilan







Pemeriksaan Fisik Head to toe Keadaan umum: lemah, tampak lesu Kesadaran



: composmentis



Tanda vital



: TD: 100/50 mmHg ; nadi: 100x/mnt; suhu badan: 37˚C; RR: 22x/mnt CRT: < 2 detik; akral: hangat



Lain – lain:



Kepala dan leher



-



Status gizi: TB



= 155 cm



BB



= 35 kg



IMT



= 16,6 kg/m²



BB Ideal : (155-100)x(15% x (155-100)) = 46,75 kg Rambut : Penglihatan (mata) Pupil



: isokor ukuran: 3 mm



Refleks cahaya (ka/ki): + / + Diameter (ka/ki)



: 3 mm / 3 mm



Sklera



: putih



Konjungtiva



: merah muda



Penglihatan



: normal



Pendengaran (telinga): bersih 33



Gangguan pendengaran: tidak Penciuman (Hidung) : tidak bermasalah Bentuk



: normal



Gangguan penciuman : tidak Mulut



: mukosa bibir: kering



lidah: bersih, tidak ada stomatitis



Gigi: tidak ada caries Higiene



: untuk kebersihan pasien dibantu oleh suami



Nyeri telan



: tidak



Cloasma



: tidak



Pembesaran Kelenjar : Tyroid



: tidak



(Thorax) dada



Distensi vena jugularis: tidak Lain – lain Masalah: Irama jantung



:: reguler



Bunyi jantung



: normal



Nyeri dada



: tidak



Irama nafas



: teratur



Suara nafas



: vesikuler



Sesak nafas



: tidak



Payudara



: simetris



S1/S2 tunggal : ya



Aerola



: warna gelap



Papila



: menonjol keluar di atas permukaan aerola



Nyeri



: tidak



Abdomen



Lain – lain :Masalah : Inspeksi : tidak ada asites, tidak ada benjolan Auskultasi : peristaltik usus 24 x/mnt Perkusi



: bunyi timpani



Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, terdapat nyeri tekan pada abdomen bawah. Masalah: -



34



Miksi



: pasien terpasang catheter, saat pengkajian urin yang tertampung di urin bag



Genetalia



terdapat 150 cc berwarna kuning. Defekasi : saat pengkajian pasien sudah B.A.B dengan konsistensi lunak berwarna kuning kecoklatan. Lain – lain: pasien mengalami perdarahan pervagina dalam satu waktu 3 jam ganti satu softex nifas Masalah : Kemampuan pergerakan : bebas



Tangan dan kaki



Kekuatan otot



:



Refleks



5



5



5



5



: patella (+)



biseps (+)



trisep (+)



Babinsky (-) brudzinsky (+) Edema



kernig (+)



: tidak ada edema pada ekstrimitas



Varises : tidak ada Masalah : Orang yang paling dekat : suami Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : sangat baik Kegiatan ibadah : pasien menganut agama Islam, pasien selalu mejalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut. Konsep diri : Pasien dan keluarga mengatakan berharap akan kesembuhan pasien. Pasien terlihat sering melamun, saat pengkajian saat ditanya tentang sakitnya pasien menangis, pasien jarang menatap perawat ketika diajak bicara, pasien jarang menjawab ketika ditanya dan menjawab seperlunya dan suara lirih. Suami pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya menangis dan diam. Istrinya juga semakin kurus Laboratorium



Foto/Radiologi



Hb = 11,5 g/dl Hematokrit = 34,9% Leukosit = 3,84% Trombosit = 198.000 Albumin = 2,38 g/dl



35



USG



Lain-lain



Terapi/tindakan medis : -



Ceftazidime 3x1 gram (iv)



-



Norages



3x1



-



Albumin



1 vial



(iv) k/p Blitar, 15 Maret 2020



(kelompok)



2.2 Analisa Data NO 1.



DATA



ETIOLOGI Infiltrasi tumor



DS: - Pasien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti melilit ± 7



36



MASALAH Nyeri kronis



bulan DO: P : adanya ca serviks Q : nyeri seperti mules R : perut bagian bawah S : skala 7 T



:



nyeri



timbul



terus



menerus (kronis) -



Nadi



=



x/ menit, RR = menit, TD = 2.



100 22 x/



100/50



mmHg DS : -



faktor



Suami pasien mengatakan



Defisit nutrisi



psikologis



istrinya tambah kurus DO : -



BB : 35 Kg



-



BB ideal 46,75 kg



-



TB : 155



-



BB turun > 10 % dari BB ideal



-



Diit pasien terlihat masih utuh



3



BU : 24 x/menit



- Albumin = 2.38 g/dl DS : pasien mengatakan



Kondisi



kurang tenaga dan mudah



fisiologis



lelah DO : -



Tampak lesu



Seluruh aktivitas pasien



37



5



5



Keletihan



selama di rumah sakit pasien tergantung total dan hanya berbaring di tempat tidur



4



-



KU : lemah



-



Tonus otot



- Nadi = 100 x/mnt DS: -



penyakit kronis



Suami pasien mengatakan semenjak hanya



sakit



progresif



pasien



menangis



dan



diam. DO : -



Pasien tampak tegang,



-



Saat



pengkajian



saat



ditanya tentang sakitnya pasien menangis, -



Pasien perawat



jarang



menatap



ketika



diajak



bicara, -



Pasien jarang menjawab ketika



ditanya



dan



menjawab seperlunya. -



Berbicara pasien lirih



2.3 Diagnosa Keperawatan 1.



Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor



2.



Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis



38



Ansietas



3.



Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis



4.



Ansietas berhubungan dengan penyakit kronis progresif



39



2.4 Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA TUJUAN 1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri berhubungan dengan tumor



keperawatan,



2x24



INTERVENSI



jam Obervasi



infiltrasi pasien



1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,



mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil:



intensitas nyeri. 2. Identifikasi skala nyeri



- Pasien mampu mengenali 3. Identifikasi respons nyeri non verbal. kapan nyeri terjadi.



Terapeutik



- Pasien melaporkan jika 4.



nyeri (hipnosis, terapi musik, terapi pijat, kompres hangat)



nyeri sudah berkurang. - Ekspresi wajah rileks



Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa



5.



Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)



- Skala nyeri 3-4



- Tensi normal (100/60 – Edukasi 120/80 mmHg)



6.



- Nadi normal (60 – 100 7. x/menit) - Respirasi normal (16 – 20 x/menit)



8.



Jelaskan penyebab nyeri Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi



40



2.



Defisit



9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi



berhubungan dengan



keperawatan



4x24



jam, Observasi



faktor nafsu



psikologis



1.Identifikasi status nutrisi



makan pasien baik dengan



2. Identifikasi makanan yang disukai.



kriteria hasil:



3. Monitor asupan makanan



- Pasien mengungkapkan Terapeutik tidak mual dan muntah. - Pasien



mampu



4. Lakukan oral hygiene sebelum makan 5. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai



menghabiskan makanan Edukasi yang sudah disediakan.



6. Anjurkan makan dalam posisi duduk Kolaborasi 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah



3.



Keletihan



kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan. Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi



berhubungan



perawatan



dengan fisiologis



3 x 24 jam Observasi



kondisi diharapkan pasien mampu 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan meningkatkan/



kelelahan.



mempertahankan mobilitas 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional. yang



optimal



dengan 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan



41



kriteria: -



aktivitas.



Mempertahankan posisi Terapeutik



-



fungsional



4. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif.



Meningkatnya



Edukasi



kekuatan/fungsi



yang 5. Anjurkan tirah baring 6. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.



sakit. -



Menunjukkan yang



teknis 7. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang.



memampukan



melakukan aktivitas.



Kolaborasi 8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan



4.



Ansietas



asupan makanan. Setelah dilakukan asuhan Reduksi ansietas



berhubungan



keperawatan selama 3 x 24 Observasi



dengan



penyakit jam diharapkan ansietas bisa 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,



kronis progresif



berkurang dengan kriteria



waktu, stresor).



hasil



2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)



-



Pasien rileks



Terapeutik



-



Pasien dapat menerima 3. Ciptakan keadaan



suasana



kepercayaan.



perubahan



42



terapeutik



untuk



menumbuhkan



status kesehatannya. -



Pasien tidak mengalami 5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan. gangguan tidur



-



4. Dengarkan dengan penuh perhatian. Edukasi



Tensi normal (100/60 – 6. Informasikan



mengenai



Nadi normal (60 – 100 7. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien. x/menit)



-



faktual



pengobatan dan prognosis.



120/80 mmHg) -



secara



8. Latih teknik relaksasi



Respirasi normal (16 – 20 x/menit)



43



diagnosis,



44



Ringkasan jurnal NO 1



JUDUL



PENULIS,



METODE



HASIL PENELITIAN



SUMBER JURNAL



PENELITIAN TAHUN PENELITIAN Analisis Faktor- Citra Ayu penelitian Lesi pra kanker serviks akan faktor



yang Fitrisia , Daan analitik



Berhubungan dengan Lesi



Khambri,



Kejadian Bobby



Pra



meningkat kejadiannya pada tahun 2019 (8) 4 hal 33-43



observasional



wanita PUS di wilayah kerja



Indra dengan desain Puskesmas Muara Bungo 1,



Kanker Utama,



cross sectional



yang berusia >35 tahun, usia



Serviks



pada Syamel



Analisis



pertama



Wanita



Pasangan Muhamma



bivariat



seksual