Askep COPD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHANKEPERAWATAN DENGAN PASIEN CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASES DI RUANG ANTURIUM RSD DR. SOEBANDI



(JEMBER)



Disusun oleh : Ela Kusuma Wardani PRODI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA KRIKILAN GLENMORE BANYUWANGI 2018



1



TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep Medis 1. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis kronik, dan emfisema paru-paru. Sering juga penyakit-penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation dan Chronic Obstructive Lung Diseases (Somantri, 2012 : 49). COPD adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun (Smeltzer, 2011 : 43).



2. Etiologi Penyebab utama Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) adalah gaya hidup sebagai perokok karena perokok mempunyai pravalensi lebih tinggi mengalami gangguan pernafasan, kondisi lingkungan yang buruk yaitu asap polusi yang berlebihan, pembakaran, pertambangan yang menghasilkan asap atau gas yang berbahaya didalam lingkungan kerja atau rumah. Status soisal ekonomi juga menjadi faktor dari penyakit COPD karena bronkhitis terjadi lebih banyak pada golongan sosial lemah yang diperkirakan mencerminkan udara yang buruk, kepadatan lingkungan, gizi buruk. Selain itu, Faktor usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan umumnya COPD sering diderita oleh seorang laki-laki diatas usia 40 tahun (Budiman,dkk., 2013 : 1).



2



3. Patofisiologi Penyakit obstruktif jalan nafas terjadi karena aliran udara yang beragam tergantung pada penyakit yang menjadi satu kesatuan yang disebut COPD. Pada asma alergen utama seperti debu, infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh virus yang menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir kedalam paru. Pada bronkhitis kronik terjadi penumpukan sekresi lendir yang menyumbat jalan nafas yang dikarenakan produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 tahun. Pada emfisema, kelainan atau kerusakan yang terjadi pada dinding alveolar yang dapat mengganggu perjalanan udara (Somantri, 2012 : 52-62). Selama bertahun-tahun, peradangan menyebabkan perubahan permanen dalam paru. Dinding saluran udara menebal dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Kerusakan pada dinding halus dari kantung udara di paru-paru menyebabkan emfisema dan paru-paru kehilangan elastisitas normal. Saluran udara yang lebih kecil juga menjadi bekas luka dan menyempit. Perubahan ini menyebabkan gejala sesak napas, batuk dan dahak yang terkait dengan Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). (Budiman,dkk., 2013 : 1).



3



Pathway ASMA BRONKHIAL



BRONKITIS KRONIS



EMFISEMA PARU



Alergen utama seperti debu, infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh virus yang menyempit yang membatasi jumlah udara yang mengalir kedalam paru.



Penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak menyumbat jalan nafas yang dikarenakan produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 tahun



Kelainan atau kerusakan yang terjadi pada dinding alveolar yang dapat mengganggu perjalanan udara



Gangguan pergerakan udara dari dan keluar paru-paru



Bersihan Jalan nafas tidak efektif



Obstruksi jalan nafas



Pertukaran gas O2 dan CO2 tidak adekuat



Gangguan Pertukaran gas



Batuk, sesak nafas dan nafas menjadi pendek



Pola nafas tidak efektif



Mual, muntah Anoreksia



Resiko tinggi gagal nafas



Intake tidak adekuat Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Kematian



Intoleransi aktivitas



Kelemahan



Peningkatan asam laktat



4



O2 jaringan menurun



G3 metaboisma jaringan aerob menjadi unaerob



Jumlah acp menurun



4. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala atau manifestasi klinis COPD, diantaranya adalah a. Dispnea yang digambarkan sebagai kesulitan bernafas, bernafasan yang meningkat, berat dan kelaparan udara (Somantri, 2012 : 60). b. Batuk kronik menjadi gejala utama pasien COPD biasannya terjadi setelah merokok atau terpapar oleh polusi lingkungan yang awalnya hanya batuk sebentar kemudian lama menjadi hadir sepanjang hari dan produksi sputum yang banyak selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun (Tabani, 2010 : 5). c. Pink Puffers adalah timbulnya dispnea tanpa disertai batuk dan produksi sputum yang berarti. Biasannya dispnea timbul antara usia 30-40 tahun dan semakin lama semakin berat. Pada penyakit yang sudah lanjut pasien akan kehabisan nafas sehingga tidak dapat makan dan tubuhnya menjadi kurus (Budiman,dkk., 2013 : 2). d. Wheezing dan sesak dada adalah gejala spesifik dan bervariasi dari satu pasien dengan pasien lain sering dijumpai pada pasien COPD ringan yang lebih spesifik pada penyakit asma (Somantri, 2012 : 60). 5. Komplikasi a. Hipoksemia Keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam pembuluh arteri. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul sianosis(warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah). b. Asidosis respiratori Keasaman



darah



yang



berlebihan



karena



penumpukan



karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Tanda gejalannya antara lain nyeri kepala, fatigue (kelelahan), letargi (penurunan kesadaran), dizzines (rasa pusing), takipnea (frekuensi pernafasan yang cepat).



5



c. Infeksi respiratori Infeksi pernapasan akut yang disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatannya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja nafas dan timbulnya dispnea(susah nafas). d. Gagal jantung Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini. e. Kardiak disritmia Timbulkan hipoksemia, penyakit jantung lain,efek obat atau asidosis respiratori. f. Status asmatikus Merupakan komplikasi yang berhubungan dengan asma bronkial. Penyakit ini sangat berat, dapat mengancam kehidupan, dan sering tidak berespons terhadap terapi yang diberikan (Somantri, 2012 : 50).



B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Penyakit COPD menyerang laki-laki dengan usia 65-75 tahun (Somantri, 2012 : 63). b. Alasan masuk Rumah Sakit Terjadi batuk produktif yang sering dan nafas yang dangkal dan cepat (Sudoyo, 2012 : 2225). c. Keluhan Utama Pasien mengalami sesak nafas dan produksi sputum yang banyak (Budiman,dkk., 2013 : 1).



6



d. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat penyakit sekarang COPD mengalami gangguan pernafasan sudah lama, dan batuk yang dapat membuat sesak nafas sehingga pasien nyeri pada bagian dada dan setelah beraktivitas sesak semakin bertambah (Sudoyo, 2010 : 2225). 2) Riwayat penyakit dahulu Pasien dengan COPD mengalami batuk yang memproduksi sputum selama beberapa hari dalam 1 tahun dan paling sedikit dalam 2 tahun



berturut-turut



dikarenakan



adanya



riwayat



merokok



(Somantri, 2012 : 59). 3) Riwayat keluarga Pasien COPD keluhan seperti adanya sesak nafas, batuk lama yang seringkali didapatkan penyakit turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya (Somantri, 2012 : 55). 4) Riwayat lingkungan Klien yang tidak perokok tetapi tinggal dengan perokok (perokok pasif) mengalami peningkatan kadar karbo monoksida darah yang menyebabkan terjadi gangguan pernapasan kronik lebih tinggi (Somantri, 2012 : 60). e. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum Klien mengalami susah bernafas, bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan, frekuensi pernafasan yang meningkat disertai batuk dan sputum kental yang sulit dikeluarkan (Somantri, 2012 : 55). 2) Tanda-tanda vital a) Nadi : Frekuensi nadi 70-90 X/menit b) Pernapasan : Frekuensi pernafasan RR >30 X/ menit, takikardi >120 X/menit (Sudoyo, 2010:2222).



7



Pasien



mengalami sukar bernafas, sesak dan anoreksia (kehilangan selera makan) (Somantri, 2012 : 55). 3) Pemeriksaan Fisik Body system a) Sistem Pernafasan Pada pasien COPD pemeriksaan fisik dimulai dari inpeksi dapat berupa bentuk dada seperti tong (Barrel chest), terdapat cara bernafas Purse lips breathing (seperti orang meniup), terlihat penggunaan otot-otot bantu nafas, pelebaran sel iga. Pada perkusi biasannya ditemukan suara hipersonor. Pemeriksaan auskultasi dapat ditemukan suara nafas yang melemah, ekspirasi memanjang, mengi dan ronchi (Tabani, 2010 : 10). b) Sistem Kardiovaskular Pada pasien COPD terjadi tekanan darah menurun, penurunan curah jantung dengan adanya brakikardi, kadang terjadi anemia dan nyeri dada (Smeltzer, 2011 : 50). c) Sistem Persyarafan Perlu diwaspadai kesadaran, pemeriksaan GCS, adanya kelemahan



anggota



badan



dan



terganggunya



aktivitas



(Smeltzer, 2011 : 53). d) Sistem Pencernaan Pada inpeksi adanya mual, muntah, kembung adanya distensi abdomen dan nyeri abdomen, diare atau konstipasi. Pada auskultasi dapat ditandai dengan peningkatan bunyi usus. Pada perkusi adanya bunyi tympani abdomen akibat adanya kembung. Pada palpasi adanya hepatomegali, adanya nyeri tekan pada abdomen (Budiman, 2013 : 2). e) Sistem Endokrin Yang



mengkonsumsi



obat-obatan



anti



inflamasi



akan



mengalami pembesaran hati (Budiman, 2013 : 1). f) Sistem Integumen Pasien COPD akan mengalami turgor kulit menurun dan kulit kering (Budiman,dkk., 2013 : 3).



8



g) Sistem Reproduksi Pasien COPD biasanya mengalami masalah dalam seksual yaitu impoten (Budiman,dkk., 2013 : 1). h) Sistem Muskuluskeletal Terjadi edema ekstremitas dan tremor saat melakukan aktivitas (Tabani, 2010 : 22). i) Sistem Pengliatan Sklera berwarna putih, konjungtiva sedikit anemis, sedikit cowong (Tabani, 2010 : 25). j) Sistem Pendengaran Menguji pengukuran pendengaran, nyeri tekan dan lesi kulit (Tabani, 2010 : 28). k) Sistem Perkemihan Pada pasien COPD kaji adannya gangguan eliminasi urine seperti retensi urine ataupun inkonteinensia urine (Smeltzer, 2011 : 66). f. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien dengan penyakit COPD adalah sebagai berikut : 1) Pemeriksaan radiologis Pada bronkhitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang dapat diperhatikan : a) Tubular shadow atau farm liner terlihat bayangan garisgaris yang keluar dari hillus ke apeks paru b) Corak paru yang bertambah (Sudoyo, 2010 : 2235). 2) Pemeriksaan faal paru a) Analisis gas darah : PaO2 20% dari kondisi istirahat 2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas 3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia 4) Sianosis Kondisi Klinis Terkait 1) Anemia 2) Gagal jantung kongestif 3) Penyakit jantung koroner 4) Penyakit katup jantung 5) Aritmia 6) Penyakit paru obstruktif kronis 7) Gangguan metabolik



16



8) Gangguan muskuloskeletal



f. Resiko infeksi Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik Faktor Risiko: 1) Penyakit kronis (misal. Diabetes melitus) 2) Efek prosedur invasif 3) Malnutrisi 4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan Kondisi Klinis terkait 1) Penyakit paru obstruktif kronis 2) Tindakan invasif 3) Kanker 4) Gagal ginjal 5) Gangguan fungsi hati



b. Intervensi Keperawatan a. Bersihan Jalan Nafa tidak efektifan Kriteria hasil : 1) Batuk efektif 2) Mengeluarkan secret secara efektif 3) Mempunyai jalan napas yang paten 4) Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih 5) Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal 6) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal 7) Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah Intervensi (NIC) : Aktivitas Keperawatan : Pengkajian 1) Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut



17



a) Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain b) Keefektifan obat resep c) Kecenderungan pada gas darah arteri, jika tersedia d) Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan e) Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan keletihan 2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan vetilasi dan adanya suara napas tambahan. 3) Pengisap jalan Napas (NIC) : a) Tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea b) Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO dan SvO) dan status hemodinamik (tingkat MAP [mean areterial pressure] dan irama jantung segera sebelum, selama, dan setelah pengisapan c) Catat



jenis



dan



jumlah



secret



yang



dikumpulkan



(Wilkinson, 2013 : 40). Penyuluhan untuk pasien/keluarga : 1) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung 2) Informasikan kepada pasien dan keluarga tntang larangan merokok di ruang perawatan 3) Intruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam untu mengeluarkan sekret 4) Ajarkan pasien untuk membebat/ mengganjal luka insisi pada saat batuk 5) Ajarkan pasien dan keluraga tentang maksa perubahan pada sputum 6) Pengisapan jalan nafas (NIC) : intruksikan pada pasien dan kelurga tentang cara pengisapan jalan nafas (Wilkinson, 2013 : 43). Aktivitas kolaboratif : 1) Rundingkan dengan ahli terapi pernafasan



18



2) Konsultasikan pada dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan pendukung 3) Berikan udara / oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan kebijakan institusi 4) Lakukan dan bantu dalam terapi aerosol, nebulazier, ultrasonik dan perawatan paru lainnya 5) Bari tahu dokter tentang hasil gas darah abnormal (Wilkinson, 2013 : 41). Aktivitas lain : 1) Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret 2) Anjurkan penggunaan spirometer insetif 3) Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu tempat kesisi lain sekurangnya 2 jam sekali 4) Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk menurunkan kecemasan dan mengingkatan kontrol diri 5) Berikan pasien dukungan emosi 6) Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan maksimal rongga dada 7) Pengisapan nasofaring atau orofaring untuk mengeluarkan sekret 8) Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea 9) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan sekret 10) Singkirkan atau tangani faktor penyebab, seperti nyeri, keletihan dan sekret yang kental (Wilkinson, 2013 : 41-42). b. Gangguan pertukaran gas Kriteria Hasil : 1) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal 2) Memiliki ekspansi paru yang simetris 3) Menjelaskan rencana perawatan di rumah 4) Tidak menggunakan pernafasan bibir mecucu 5) Tidak mengalami napas dangkal atau orthopnea



19



6) Tidak menggunakan otot aksesoris untuk bernafas (Wilkinso, 2013 : 326).



Intervensi (NIC) : Aktivitas Keperawatan : Pengkajian 1) Kaji suara paru ; frekuensi nafas, kedalaman dan usaha napass 2) Pantau saturasi oksigen dengan oksimeter nadi 3) Pantau hasil gas darah 4) Pantau kadar elektrolit 5) Pantau status mental 6) Peningkatakan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen 7) Observasi terhadap sianosis terutama membran mukosa mulut 8) Manajemen jalan nafas (NIC) : a) Identifikasi kebutuhan pasien terhadap pemasangan jalan nafas aktual atau potensial b) Auskultasi suara nafas tandai penurunan atau hilangnya ventilasi c) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan 9) Pengaturan hemodinamik (NIC) : a) Auskultasi bunyi jantung b) Pantau dan dokumentasikan frekuensi, irama dan denyut jantung S3 dan S4 c) Pantau adanya edema perifer d) Pantau fungsi alat pacu jantung Penyuluhan untuk pasien/keluarga : 1) Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan 2) Ajarkan kepada pasien teknik bernafas dan relaksasi 3) Jelaskan kepada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya



20



4) Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok itu dilarang 5) Manajemen jalan napas (NIC) : a) Ajarkan tentang batuk efektif b) Ajarkan kepada pasien bagaimana menggunakan inhaler yang diajarkan Aktivitas Kolaboratif : 1) Konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan gas darah arteri 2) Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait 3) Berikan obat yang diresepkan 4) Persiapkan pasien untuk ventilasi mekanis 5) Manajemen jalan napas (NIC) : a) Berikan udara yang dilembapkan atau oksigen b) Berikan bronkodilator c) Berikan aerosol d) Berikan terapi nebulasi ultrasonik Aktivitas lain : 1) Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksaan prosedur untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa kendali 2) Beri penenangan kepada pasien selama periode gangguan atau kecemasan 3) Lakukan higiene oral secara teratur 4) Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen 5) Apabila oksigen diprogramkan bagi pasien yang memiliki masalah pernafasan kronis, pantau aliran oksigen 6) Buat rencana perawatan untuk pasien yang menggunakan ventilator yang meliputi : a) Menyakinkan



keadekuatan



pemberian



oksigen



dengan



melaporkan ketidaknormalan gas darah arteri b) Menyakinkan keefektifan pola pernafasan dengan mengkaji sinkronisasi dan kemungkinan kebutuhan sedasi



21



c) Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapann dan mempertahankan slang endotrakea d) Memantau komplikasi e) Memastikan ketepatan penempatan selang ET 7) Manajemen jalan nafas (NIC) : a) Atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi b) Atur posisi untuk mengurangi dispnea c) Pasang jalan nafas melalu mulut atau nasofaring d) Bersihkan sekret dengan menganjurkan batuk melalui pengisapan e) Dukung untuk bernafas pelan, dalam, berbalik dan batuk f) Lakukan fisioterapi dada jika perlu 8) Pengaturan hemodinamik (NIC) : a) Meninggikan bagian kepala tempat tidur b) Atur posisi pasien ke posisi Trendenburg (Wilkinson, 2013 : 328-330). c. Risiko ketidakseimbangan cairan Kriteria Hasil : 1) Memiliki konsentrasi urine yang normal 2) Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk pasien 3) Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang diharapkan 4) Tidak mengalami haus yang tidak normal 5) Memiliki keseimbangan asupan dan keluaran yang seimbang dalam 24 jam 6) Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab, mampu berkeringat) 7) Memiliki asupan cairan oral dan intravena yang adekuat Intervensi (NIC) : Aktivitas Keperawatan : Pengkajian



22



1) Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan 2) Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit 3) Pantau pendarahan 4) Identifikasi faktor pengaruh terhadap bertambahnya buruknya dehidrasi 5) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan 6) Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural 7) Kaji orientasi terhadap orang, tempat dan waktu 8) Cek arahan lanjut klien untuk menentukan apakah penggantian cairan pada pasien sakit terminal tepat dilakukan 9) Manajemen cairan (NIC) : a) Pantau status hidrasi b) Timbang



berat



badan



setiap



hari



dan



pantau



kecenderungannya c) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran (Wilkinson, 2015 : 311-313). Penyuluhan untuk pasien/keluarga : 1) Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus Aktivitas kolaboratif 1) Laporkan dan catat haluaran kurang dari 2) Laporkan dan catat haluaran lebih dari 3) Laporkan abnormalitas elektrolit 4) Manajemen cairan (NIC) : a) Atur ketersediaan produk darah untuk transfusi b) Berikan ketentuan penggantian nasogastrik berdasarkan haluaran, sesuai dengan kebutuhan c) Berikan terapi IV Aktivitas lain : 1) Lakukan higiene oral secara sering 2) Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam



23



3) Pastikan pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan 4) Ubah posisi pasien Trendelenburg atau tinggikan tungkai pasien bila hipotensi 5) Manajemen cairan (NIC) : a) Tingkatkan asupan oral b) Pasang kateter urine c) Berikan cairan, sesuai dengan kebutuhan (Wilkinson, 2013 : 312-314). d. Defisit Nutrisi, Kriteria Hasil : 1) Mempertahankan berat badan 2) Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat 3) Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet 4) Menolerasi diet yang dianjurkan 5) Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal 6) Memiliki nilai laboratorium 7) Melaporkan tingkat energi yanga adekuat (Wilkinson, 2013: 506). Intervensi (NIC) : Aktivitas Keperawatan Pengkajian 1) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasan makan 2) Pantau nilai laboratorium 3) Manajemen Nutrisi (NIC) : a) Ketahui makanan kesukaan pasien b) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi c) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan d) Timbang pasien pada interval yang tepat Penyuluhan untuk pasien/keluarga 1) Anjurkan metode untuk perencanaan makan



24



2) Ajarkan pasien tentang makanan bergizi dan tidak mahal\ 3) Manajemen nutrisi (NIC) : berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya Aktivitas kolaboratif 1) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan protein 2) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap 3) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi 4) Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan adekuat 5) Manajemen nutrisi (NIC) : tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Wilkinson, 2013 : 507-508). Aktivitas lain : 1) Buat perencanaan makanan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan 2) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah 3) Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realitas untuk latihan fisik 4) Anjurkan pasien untuk menampilakan tujuan makan dan latihan fisik 5) Tawarkan makanan porsi besar siang hari ketika nafsu makan tinggi 6) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan 7) Hindari prosedur invasif sebelum makan 8) Suapi pasien 9) Manajemen nutrisi (NIC) : a) Berikan pasien minuman dan kudapan bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi



25



b) Ajarkan pasien tentang cara membuat catatan harian makanan (Wilkinson, 2013 : 508).



e. Intoleransi aktivitas Kriteria hasil 1) Mengedintifikasi aktifitas atau situasi yng menimbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas 2) Berpartisipasi dalam aktifitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memnatau pola dalam batasan normal 3) Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktifitas (uraikan tingkat yang diharapkan dari daftar pada saran penggunaan 4) Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen,obat dan atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktifitas 5) Menampilkan aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan berupa bantuan (misalnya, eliminasi dengan bentuan ambulansi untuk ke kamar mandi) (Wilkinson, 2013 : 26). Intervensi (NIC) Aktivitas Keperawatan : 1) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI 2) Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktifitas 3) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas 4) Manajemen energi (NIC) : a) Tentukan penyebab keletihan b) Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktifitas c) Pantau respon oksigen pasien d) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat



26



e) Pantau dan dokumentasi pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam. Penyuluhan untuk pasien atau keluarga : 1) Jika perlu, gunakan teknik napas terkontrol selama aktifitas 2) Pentingnya nutrisi yang baik 3) Tindakan untuk menghemat energi 4) Manajemen energi (NIC) : a) Ajarkan



tentang



pengaturan



aktifitas



dan



teknik



manajemen waktu untuk mencegah kelelahan Aktifitas kolaboratif : 1) Berikan pengobatan nyeri sebelum aktifitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor penyebab 2) Kolaborasikan dengan ahli terapo okupasi, fisik, atau reaksi untuk merencanakan dan memantau program aktifitas, jika perlu 3) Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan keshatan jiwa dirumah 4) Rujuk



pasien



kepelayanan



kesehatan



rumah



untuk



mendapatkan pelayanan bantuan perawatan rumah, jika perlu. Aktifitas lain : 1) Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktifitas perawatan selama periode istirahat 2) Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk, berdiri, danambulasi sesuai toleransi 3) Pantau tanda-tanda vital selama, setelah aktivitas : hentikan aktivitas jika tanda-tanda vital tidak dalam rentang normal bagi pasien atau jika ada tanda-tanda bahwa aktiitas tidak dapat tertoleransi 4) Rencanakan aktifitas bersama pasien dan keluarga yang meningkatkan kemandirian dan kesehatan (Wilkinson, 2013 : 27).



27



f. Infeksi, Risiko Kriteria Hasil 1) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Memperlihatkan hiegiene personal adekuat 3) Mengindikasikan



status



gastrointestinal,



pernapasan,



genitourinari dan imun dalam batas normal 4) Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi 5) Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan pemantauan (Wilkinson, 2013 : 425). Intervensi (NIC) Aktivitas keperawatan : Pengkajian 1) Pantau tanda dan gejala infeksi 2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi 3) Pantau hasil laboratorium 4) Amati penampilan praktik hiegiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi Penyuluhan untuk pasien/keluarga : 1) Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan resikp terhadap infeksi 2) Instruksikan untuk menjaga hiegene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi 3) Jelaskan rasional dan manfaat serta efek samping imuninasi 4) Berikan pasien dan keluarga metode untuk mencatat imunisasi 5) Pengendalian infeksi (NIC) : a) Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar b) Ajarkan kepada penunjang untuk mecuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien Aktivitas kolaboratif : 1) Ikuti protokol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif 2) Pengendalian infeksi (NIC) : berikan terapi antibiotik



28



Aktivitas lain : 1) Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan perawat yang sama untuk pasien lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawatan pasien dengan pasien yang terinfeksi 2) Pengendalian infeksi (NIC) : a) Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien b) Pertahankan teknik isolasi c) Terapkan kewaspadaan universal d) Batasi jumlah pengunjang (Wilkinson, 2013 : 426-427).



29



DAFTAR PUSTAKA



Huda, N. a. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA dengan intervensi NIC NOC. Jakarta: EGC. Muhammad Reza Budiman, Arif Djunaidy, Retno Aulia Vinarti. (2013). Deteksi Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis Menggunakan Metode Fuzzy : Study Kasus Di Rumah Sakit. Jurnal Teknik Pomits Vol 2, No 1, 1-6. Smeltzer. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 . Jakarta: EGC. Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Sudoyo, A. W. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III ,Ed V. Jakarta: Interna Publishing. Tabani, R. (2010). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: TIM. Wilkinson, J. M. (2013). Buku Saku Daignosis Keperawatan Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.



30