Askep Defisit Perawatan Diri - Kelompok 7 - Kelas A [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Irsa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“ ASUHAN KEPERAWAN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI ”



Oleh: Kelompok 7 1. Filsa Husain (841418013) 2. Iin N. Uno (841418020) 3. Ramdan Hipi (841418021) 4. Lis Sugiarti Yusup (841418024) 5. Widya Puspa Molou (841418027) 6. Rezgina Mahmud (841418030)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri ” ini. Makalah ini terwujud berkat partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya. Tak ada gading yang tak retak beitu juga kami menyadari bahwa makalah ini masih banyakk kekkuranan.



Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat



membangun agar kami menjadi lebih baik lagi. Adapun harapan kami semoga makalah ini dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT meridhai kami. Amiin



Gorontalo , Januari 2020



Penulis



ii



Daftar Isi KATA PENGANTAR.............................................................................................ii Daftar Isi.................................................................................................................iii BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1 1.3 Tujuan.............................................................................................................1 BAB II......................................................................................................................3 KONSEP MEDIS.....................................................................................................3 2.1 Pengertian.......................................................................................................3 2.2 Etiologi...........................................................................................................3 2.2.1 Faktor Predisposisi...................................................................................3 2.2.2 Faktor Presepitasi.....................................................................................3 2.3 Patofisiologi....................................................................................................4 2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................5 2.5 Komplikasi.....................................................................................................6 2.6 Penatalaksanaan..............................................................................................7 BAB III....................................................................................................................8 KONSEP KEPERAWATAN...................................................................................8 3.1 Pengkajian......................................................................................................8 3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................10 3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................12 RENCANA KEPERAWATAN DEFISIT KEPERAWATAN DIRI ...................16 TERAPI KELUARGA ..........................................................................................18 BAB IV..................................................................................................................20 PENUTUP..............................................................................................................20 4.1 Kesimpulan...................................................................................................20 4.2 Saran.............................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21 iii



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU Nomor 18 pasal 1 & 3 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja secara produktif serta mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU Kesehatan Jiwa, 2014). Apabila seseorang/individu tersebut mengalami kesehatan jiwa baik fisik, mental, spiritual, tapi tidak dapat mengendalikan stres dan tidak ingin bersosialisasi dengan orang lain maka individu tersebut mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir, kehendak, emosi dan tindakan, di mana individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan (Marshaly, 2013). Menurut Madalise dkk (2015) Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak /menyakiti dirinya sendiri. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan, terdapat sekitar 350 juta orang mengalami depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang menderita skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Karena berbagai faktor biologis, psikologis, sosial dan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah serta memberikan dampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang (WHO, 2016).



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep medis dari gangguan defisit perawatan diri ? 2. Bagaimana konsep keperawatan dari gangguan defisit perawatan diri ?



1



C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep medis dari gangguan defisit perawatan diri 2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep keperawatan dari gangguan defisit perawatan diri



2



BAB II PEMBAHASAN 1.1 Konsep Medis 1. Definisi Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keeprawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000 dalam Ade Herman, 2011). Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kelaianan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mendiri (Yusuf, 2015). 2. Etologi Menurut Depkes (2000) dalam Deden dan Rusdi (2013) penyebab kurangnya perawatan diri adalah : 1. Faktor predisposisi : 1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. 2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3) Kemampuan realitas menurun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4) Sosial Kurang



dukungan



dan



latihan



kemampuan



perawatan



diri



lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2. Faktor presipitasi 3



Manurut Depkes (2000) dalam Deden dan Rusdi (2013) faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :



1. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2. Praktik social Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status Sosial Ekonomi Personal higiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan Pengetahuan persoanal higiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-lain. 7. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. 3. Patofisiologi Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut: a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013). 4



b. Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk, 2015). c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013). d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015) 4. Manifestasi klinis Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : A. Fisik 1) Badan bau, pakaian kotor. 2) Rambut dan kulit kotor. 3) Kuku panjang dan kotor. 4) Gigi kotor disertai mulut bau. 5) Penampilan tidak rapi. B. Psikologis 1) Malas, tidak ada inisiatif. 2) Menarik diri, isolasi diri. 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. C. Sosial 5



1) Interaksi kurang. 2) Kegiataan kurang. 3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma. 4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah : a. Data subyektif 1) Pasien merasa lemah. 2) Malas untuk beraktivitas. 3) Merasa tidak berdaya. b. Data obyektif 1) Rambut kotor, acak-acakan. 2) Bdan dan pakaian kotor dan bau. 3) Mulut dan gigi bau. 4) Kulit kusam dan kotor. 5) Kuku panjang dan tidak terawat. 5. Komplikasi Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene ialah : a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan mencinti, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. 6



6. Penatalakanaan 1. Farmakologi a. Obat anti psikosis : Penotizin. b. Obat anti depresi : Amitripilin. c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam. d. Obat anti insomia : phnebarbital. 2. Terapi a. Terapi Keluarga Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian : 1) Jangan memancing emosi klien. 2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga. 3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat. 4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang dialaminya. b. Terapi Aktivitas Kelompok Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan : 1) Manfaat perawatan diri. 2) Menjaga kebersihan diri. 3) Tata cara makan dan minum. 4) Tata cara eliminasi. 5) Tata cara berhias. c. Terapi Musik Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan kesadaran pasien.



7



3.1 Konsep keperawatan A. Pengkajian 1. Identitas a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan. Kemudian usia dan No RM. b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat. 2. Alasan masuk Tanyakan kepada klien dan keluarga a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini ? b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ? c. Bagaimana hasilnya ? 3. Faktor predisposisi a. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu. b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. c. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga lainnya yang mengalami gangguan jiwa. d. Tanyakan



kepada



klien/keluarga



tentang



pengalaman



yang



tidak



menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu. 4. Fisik Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ : a. Ukur dan observasi TTV. b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien. c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakn oleh klien. d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan keluhan yang ada. 8



e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada. 5. Psikososial a. Genogram b. Konsep diri c. Hubungan sosial d. spiritual 6. Status mental a. Penampilan b. Pembicaraan c. Aktivitas motorik d. Alam perasaan e. Afek f. Interaksi selama wawancara g. Persepsi h. Proses pikir i. Isi pikir j. Tingkat kesadaran k. Memori l. Tingkat konsentrasi dan berhitung m. Kemampuan penilaian n. Daya tilik diri 7. Kebutuhan persiapan pulang a. Makan b. BAB/BAK c. Mandi d. Berpakaian e. Istirahat dan tidur f. Penggunaan obat g. Pemeliharaan kesehatan h. Kegiatan didalam rumah i. Kegiatan di luar rumah 8. Mekanisme koping Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. 9



9. Masalah psikososial dan lingkungan Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas. 10. Pengetahuan Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah. 11. Aspek medik Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmako, dan terapi lainnya. 12. Daftar masalah a. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif dan data objektif. b. Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan. 13. Daftar diagnosis keperawatan a. Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi) berdasarkan pohon masalah. b. Urutkan diagnosis sesuai prioritas. B. DIAGNOSA 1. Defisit Perawatan Diri : (spesifikkan) (D.0109) Kategori



: Perilaku



Subkategori



: Kebersihan Diri



10



POHON MASALAH



Ganguan Pemeliharaan Kesehatan (BAB/BAK, mandi, makan, dan minum



Effect



Defisit Perawatan Diri Menurunnya motivasi dalam perawatan diri



Core Problem



ISOS: Menarik Diri Causa Harga Diri Rendah



11



DIAGNOSA DAN INTERVENSI NO 1



SDKI Defisit Perawatan Diri :



SLKI Perawatan Diri (L.11103)



SIKI Dukungan Perawatan



(spesifikkan) (D.0109)



Setelah dilakukan tindakan



Diri (I.09268)



Kategori : Perilaku



keperawatan selama 3x24



Definisi : memfasilitasi



mengidentifikasi



Subkategori : Kebersihan



jam masalah defisit



pemenuhan kebutuhan



kebiasaan aktivitas



Diri



perawatan diri dapat



perawatan diri.



perawatan diri sesuai



Definisi : Tidak mampu



diatasi dengan kriteria hasil Tindakan



melakukan atau



:



menyelesaikan aktivitas perawatan diri. Penyebab 1. Gangguan Muskulokeletal 2. Gangguan neuromuskuler 3. Kelemahan 4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik 5. Penurunan motivasi/minat



Observasi 1. Kemampuan mandi pasien meningkat 2. Kemampuan mengeenakan pakaian meningkat 3. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat 4. Kemampuan



1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia 2. Monitor tingkat kemandirian 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan



RASIONAL Observasi 1. Untuk dapat



usia klien 2. Untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian klien 3. Untuk dapat mengetahui kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan dari klien Terapeutik 1. Untuk dapat



mempertahankan



diri, berpakaian,



menyediakan



kebersihan diri



berhias, dan makan



lingkungan yang



meningkat



terapeutik seperti



12



5. Minat melakukan Gejala dan Tanda Minor



perawatan diri



Subjektif :



meninkat



1. Menolak perawatan diri Objektif : 1. Tidak mampu mandi/mengenakan



suasana yang hangat, Terapeutik 1. Sediakan lingkungan yang



rileks dan privasi dari klien 2. Untuk dapat mendukung



terapeutik (mis.



menyediakan keperluan



suasana hangat,



klien seperti parfum,



rileks, privasi)



sikat gigi, dan sabun



2. Siapkan keperluan



mandi



pakaian/makan/ke



pribadi (mis.



toilet/berhias secara



parfum, sikat gigi,



mendapingi melakukan



mandiri



dan sabun mandi)



perawatan diri sampai



2. Minat melakukan



3. Dampingi dalam



3. Untuk mendapat



mandi dari klien



perawatan diri



melakukan



kurang



perawatan diri



memfasilitasi menerima



sampai mandiri



keadaan ketergantungan



Gejala dan Tanda Minor Subjektif :



4. Fasilitasi untuk



(tidak tersedia)



menerima keadaan



Objektif



ketergantungan



(tidak tersedia) Kondisi Klinis Terkait 1. Stroke



5. Fasilitsi



4. Untuk dapat



dari klien 5. Untuk dapat memfasilitasi kemandirian dari klien,



kemandirian, bantu



bantu klien jika klien



jika tidak mampu



tidak dapat melakukan



13



2. Cedera medula spinalis



melakukan



perawatan diri



perawatan diri



3. Depresi



Edukasi



4. Arthritis reumatoid



1. Untuk dapat



5. Retardasi mental



menganjurkan klien



6. Delirium



melakukan perawatan



7. Demensia



diri sesuai kemampuan



8. Gangguan amnestik 9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain 10. Fungsi penilaian tergantu Keterangan



Edukasi 1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan



Diagnosa ini dispesifikasi menjaddi salah satu atau lebih dari : 1. Mandi 2. Pakaian 3. Makan 4. Toileting



14



5. Berhias



15



Rencana Keperawatan Defisit Keperawatan Diri dalam bentuk strategi pelaksanaan NO. 1.



Klien SPIP Menjelaskan pentingnya kebersihan diri



Keluarga SPIK Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat



2.



Menjelaskan cara menjaga kebersihan



pasien Menjelaskan pengertian, tanda dan



diri



gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang di alami pasien beserta terjadinya Menjelaskan cara cara merawat pasien



3.



Membantu pasien mempraktikan cara



4.



menjaga kebersihan diri Menganjurkan pasien memasukan



1.



dalam jadwal kegiatan harian SP2P Mengevaluasi jadwal kegiatan harian



SP2K Melatih keluarga mempraktikan cara



pasien



merawat pasien dengan defisit



Menjelaskan cara makan yang baik



perawatan diri Melatih keluarga mempraktikan cara



2.



defisit perawatan diri



merawat langsung kepada pasien defisit perwatan diri 3.



Membantu pasien mempraktikan cara



4.



makan yang baik Menganjurkan pasien memasukan



1.



jadwal kegiatan harian SP3P Mengevaluasi jadwal kegiatan harian



SP3K Membantu keluarga membuat jadwal



pasien



aktivitas dirumah termasuk minum



Menjelaskan cara eliminasi yang baik



obat (discharge planning) Menjelaskan follow up pasien setelah



2.



pulang 3.



Membantu pasien mempraktikan cara



4.



eliminasi yang baik Menganjurkan pasien memasukan



1.



dalam jadwal kegiatan harian SP4K Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 16



2. 3.



pasien Menjelaskan cara berdandan Membantu pasien mempraktikan cara



4.



berdandan Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian



TERAPI KELUARGA Masalah defisit perawatan diri dalam hal ini dapat ditangani dengan salah satu terapi yakni terapi keluarga, di mana dalam hal ini keluarga berperan penting dalam pendekatan kepada klien yang mengalami penurunan kemampuan dalam merawat diri. 1. Dalam jurnal “Dukungan Keluarga Pada Pasien Gangguam Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh” 17



menjelaskan bahwa Aktivitas perawatan diri menurun pada pasien gangguna jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir, sehingga keluarga menjadi sistem pendukung utama dalam mengatasi keadaan ini. Penelitian ini bertujuan untuk gambaran dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri yang tercatat sebagai penerima layanan dipuskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh berjumlah sebanyak 164 orang. Pengambilan sampel minimal dihitung berdasarkan rumus slovin sebanyak 63 orang yang berkunjung ke puskesmas saat penelitian. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner dengan teknik angket. Hasil penelitian menunjukkan responden mempunyai dukungan emosional yang baik sebanyak 33 orang (52,4%), responden mempunyai dukungan informasi yang kurang baik sebanyak 35 orang (55,6%), responden mempunyai dukungan instrumental yang baik sebanyak 36 orang (57,1%), responden mempunyai dukungan penghargaan yang baik sebanyak 35 orang (55,6%). Berdasarkan hasil penelitian, puskesmas diharapkan dapat membantu peningkatan kemampuan keluarga dalam mendapat informasi yang dibutuhkan dan mendorong partisipasi aktif anggota keluarga dalam melakukan perawatan diri pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri. 2. Jurnal “Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa” menjelaskan bahwa tingkat ketergantungan pasien terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya pada keluarga cukup tinggi. Hal ini tentunya akan mengganggu pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota keluarga dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Apabila keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka akan terganggulah pencapaian tujuan keluarga. Hal ini bisa terjadi karena pasien yang mengalami gangguan jiwa tersebut dianggap sebagai beban keluarga yang dapat mempengaruhi sistem dalam keluarga secara keseluruhan. Perlu keterampilan agar keluarga mampu merawat pasien/orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Kemampuan melakukan perawatan merupakan tolak ukur kualitas hidup ODGJ. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan keluarga dalam merawat ODGJ. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalahh keluarga yang memiliki anggota keluarga ODGJ di wilayah puskesmas Sragi Lampung Selatan. Metode 18



pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling dan didapatkan sampel sebanyak 40 orang. Pengambilan data menggunakan lembar kuesioner kemampuan keluarga. Pada analisis dilakukan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengukur kemampuan keluarga dalam merawat ODGJ. Hasil uji statistik diketahui sebagian besar kemampuan keluarga pada kelompok kurang memadai. Disarankan pada puskesmas untuk mengembangan program keperawatan kesehatan jiwa komunitas dan menjadikan pendidikan kesehatan atau psikoedukasi keluarga sebagai salah satu intervensi bagi keluarga untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat ODGJ. 3. Jurnal “Family Matters : a Systematic Review of The Avidence for family Psychoeducation for Major Depressive Disorder” yang dalam hal ini merupakan salah satu jurnal Family Therapy memuat bahwasanya ada bukti yang cukup besar yang menunjukkan bahwa intervensi keluarga untuk gangguan mental mebuahkan hasil yang lebih baik untuk pasien dan perawat. keluarga dianggap penting untuk pemulihan pasien pasien dengan masalah-masalah yang sering dilaporkan dalam hal depresi. Pentingnya dukungan keluarga bukan hanya untuk memecahkan masalah yang dihadapi pasien namun juga mendorong kemajuan kesehatan dari pasien. Seperti halnya dalam studi tersebut di mana para peneliti memanfaatkan intervensi singkat yang dilakukan dalam 8 minggu dan dilaporkan bahwa perbedaan gejala depresi yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang berhubungan dengan diri pasien tersebut sangat signifikan memuncak saat 4 minggu intervensi dilaksanakan.



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan kebersihan klien dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan resiko menjadi



19



isolasi sosial maka komunikasi terapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk membina saling percaya sehingga dapat mengggali semua permasalahan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih. Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi focus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan klien. B. Saran Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna kesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah maupun di rumah sakit.



20



DAFTAR PUSTAKA Bradi, Pamela.,and Kangas, Maria. 2016. “Family Matters” : a Systematic Review of The Avidence for family Psychoeducation for Major Depressive Disorder. Journal of Marital and Family Therapy. 43(2): 245-263 Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Kperawatan Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing. Direja, Ade Herman surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta : Nuha Medika. Kusuma, Putri Rahayu., Armiyadi,Muhammad. 2017. Dukungan Keluarga Pada Pasien Gangguam Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Fakultas Keperawatan Sulastri. 2018. Kemampuan Keluarga dalam Merawat Orang dengan Gangguan Jiwa. Jurnal Kesehatan. 8(1), 131 Tim Pokja. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.



21



22