Askep Gadar-Asma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. M DIAGNOSA ASTHMA BRONCHEALE DI RUANG IGD RSUD DR. R. SOETIJONO BLORA



Disusun Oleh : DEA PUTRI EKA NURULITA P1337420418009 3A



POLTEKKES KEMENKES SEMARANG PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA TAHUN AJARAN 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN Telah diterima dan disetujui “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diagnosa Asthma Broncheale di ruang IGD RSUD DR. R. SOETIJONO BLORA”. Pada : Hari



: Sabtu



Tanggal



: 27 Maret 2021



Tempat



: Ruang IGD ( Instalasi Gawat Darurat )



Mengetahui



Dosen Pembimbing



CI Ruang IGD



Keperawatan Gawat Darurat



RSUD DR. R. SOETIJONO BLORA



Joni Siswanto.,S.Kep.,M.Kes



Lukmini Anita Rizki.,S.Kep.,Ners



NIP. 196607131990031003



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN DIAGNOSA ASTHMA BRONCHEALE DI RUANG IGD RSUD DR. R. SOETIJONO BLORA A. KONSEP ASMA BRONCHEALE 1.1 Pengertian Asthma Broncheale adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat penyempitan saluran nafas yang sifatnya reversibel (penyempitan dapat hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernafasan diantara dua interval asimtomatik. (WHO, 2015) Asthma Broncheale adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat reversible, dan diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. ( Nanda NIC-NOC, 2015 ) Asthma Broncheale adalah Inflamasi kronis dan reversible pada jalan nafas yang disebabkan oleh reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulus. ( Doenges, 2018 ) Asthma Broncheale adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas. (United States National Tuberculosis Association, 2013) Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan Asthma Broncheale adalah penyakit saluran pernafasan yang terjadi karena adanya penyempitan saluran nafas yang mengakibatkan sesak nafas dimana fase inspirasi lebih pendek dari fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing).



1.2 Etiologi ( Nanda NIC-NOC, 2015 )  Asthma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversible yang disebabkan oleh : a. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas. b. Pembengkakan membran bronkus. c. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental. 



Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan Asthma Broncheale : a.



Faktor predisposisi (genetik) Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana  cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu, hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.



b.



Faktor Presipitasi (Pencetus ) 1) Alergen Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu : a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan obat-obatan. c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan, logam dan jam tangan. 2) Infeksi Saluran Pernafasan Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus Respiratory Synchyhal Virus (RSV) dan virus para influenza.



3) Iritasi Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin. 4) Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asthma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. 5) Stress Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. 6) Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti 7) Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.



1.3 Klasifikasi  Menurut Nanda NIC-NOC, 2015. Ada 2 penggolongan besar Asthma Broncheale, yaitu : a.



Asthma Broncheale yang berkaitan dengan penderita yang mempunyai riwayat pribadi atau riwayat keluarga dengan kelainan atopik. Dapat disebut asthma ekstrinsik (asthma alergik) yaitu asthma yang mulai terjadi saat kanak-kanak, kadar IgE serum meningkat, mekanisme terjadinya berkaitan dengan sistem imun.



b.



Asthma Broncheale pada penderita yang tidak ada kaitannya dengan diatesis atopik. Asthma ini



golongkan sebagai asma



instrinsik atau asthma idiosinkratik yaitu asthma yang terjadi saat dewasa, kadar IgE normal dan bersifat Non-imun.  Tipe-tipe asthma lain yaitu a.



Asthma Imunologi atau alergik atau ekstrinsik Biasanya terjadi pada anak-anak, serangan dapat dicetuskan oleh kontak dengan alergen pada penderita yang sensitif.



b.



Asthma non Imunologik Atau non Alergik Atau Intrinsik Biasanya terjadi pada orang dewasa usia diatas 35 tahun atau sesudah usia 40 tahun. Serangan asthma dapat dicetuskan oleh faktor-faktor non spesifik, misalnya flu biasa, latihan fisik atau emosi ataupun serangan dapat timbul sesudah infeksi virus hidung atau pada percabangan trakea bronchiale. Makin lama serangan makin hebat sehingga menjadi bronchitis kronik dan kadangkadang emfisema.



c.



Asthma Campuran Terdiri dari komponen asma intrinsik dan ekstrinsik. Kebanyakan pasien asma intrinsik akan berlanjut menjadi bentuk asma campuran yang serangannya diawali oleh infeksi virus atau bakteri atau alergen dapat pula dicetuskan oleh faktor yang berbeda misalnya perubahan suhu dan kelembaban uap yang



mengiritasi asap, bau-bauan yang kuat, latihan fisik dan stress emotional (Price, 2008 ; 476)



1.4 Manifestasi Klinis ( Nanda NIC-NOC, 2015 ) Manifestasi Klinis pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otototot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asthma menurut GINA ( Global Initiative For Asthma ) yaitu : a. Tingkat I Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronchiale di laboratorium. b. Tingkat II Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan. c. Tingkat III Tanpa keluhan. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali. d. Tingkat IV Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas. e. Tingkat V Status asthmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan



yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.  Manifestasi klinis yang sering muncul antara lain a.



Dispnea.



b.



Bising mengi ( wheezing ) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.



c. d. e. f. g. h. i. j.



Batuk produktif, sering pada malam hari. Nafas atau dada seperti tertekan. Sianosis. Pada palpasi hiperresonansi. Ronchi. Anoreksia/gangguan nafsu makan. Kelemahan. Diaphoresis/keringat dingin



1.5 Patofisiologi ( Nanda NIC-NOC, 2015 ) Asthma ialah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat mudah bereaksi terhadap barbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma. Kelainan yang didapatkan adalah : Otot bronkus akan mengkerut ( terjadi penyempitan) Selaput lendir bronkus udema Produksi lendir makin banyak, lengket dan kental, sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lubang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak napas. Serangan tersebut dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat. Pada stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat, terdapat edema dan sekresi bertambah. Lumen bronkus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti embuluh darah, infiltrasi sel eosinofil dalam secret didlam lumen saluran napas. Jika serangan sering terjadi dan lama atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin bosal, hyperplasia serat elastin, juga hyperplasia dan



hipertrofi otot bronkus. Pada serangan yang berat atau pada asma yang menahun terdapat penyumbatan bronkus oleh mucus yang kental. Pada asthma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen – antibody menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan patologi tadi. Mediator kimia tersebut adalah: a.



Histamin.



b.



1) Kontraksi otot polos 2) Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi pembuluh vena, sehingga terjadi edema 3) Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa bronchus, bronkhoilus, mukosa, hidung dan mata Bradikinin. 1) Kontraksi otot polos bronchus. 2) Meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. 3) Vasodepressor (penurunan tekanan darah). 4) Bertambahnya sekresi kelenjar peluh/keringat dan ludah. Prostaglandin.



c.



1.6 Pathway



FAKTOR PENCETUS SERANGAN Faktor Ekstrinsik



Faktor Intrinsik



Inhalasi alergen ( debu, serbuk-serbuk dan bulu binatang, obat-obatan )



Polusi udara : CO, asap rokok, pasfum Emosional : takut, cemas, stress Fisik : cuaca dingin perubahan temperature Infeksi : para influenza virus, pneumonia, mycoplasma Iritan : kimia Aktifitas yang berlebihan



Reaksi antigen dan antibodi Antigen merangsang Ig E di sel mast, maka terjadi reaksi antigen-antibodi Proses pelepasan produk-produk sel mast ( mediator kimiawi ) Histamin, bradikinin, prostaglandin, anafilaksis Mempengaruhi otot polos dan kelenjar pada jalan nafas



Eudema dinding bronkiolus Obstruksi saluran nafas



MK : Pola Nafas Tidak Efektif



Kontraksi otot polos



Pe produksi mukus



Spasme otot bronkus ( bronkospasme )



Rangsangan batuk Dispnea MK : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif



Asma



Tubuh lemah



MK : Intoleransi Aktivitas



Pe sekresi mukus



Muncul pada malam hari



MK : Gangguan Pola Tidur



Kurang pajanan informasi



MK : Kurangnya Pengetahuan



Sumber : Nanda NIC-NOC, 2015



1.7 Penatalaksanaan ( Nanda NIC-NOC, 2015 )  Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronchiale : a.



Menghilangkan obstruksi jalan nafas



b.



Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.



c.



Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit.



 Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas : a.



Pengobatan dengan obat-obatan Seperti : 1) Agnosis Beta : metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit. 2) Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis



tidak memberikan



hasil yang



memuaskan. 3) Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang lama harus diawasi dengan ketat. 4) Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat pencegah asma khusunya untuk anak-anak. 5) Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer ditentukan dengan cara Berat badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu Pulmicord ( budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg/ dosis), Fentolin (beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400 μg / dosis), NaCl 2 ml, Bisolvon larutan (Putri & Sumarno, 2013). 6) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)



b.



Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya : 1) Oksigen 4-6 liter/menit. 2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan. 3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam. 4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.



c.



Non Farmakologi Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) dapat dilakukan dengan 1) Postural Drainage



Adalah



teknik



yang



digunakan



untuk



mengalirkan



sputum/dahak yang berada didalam paru agar mengalir ke saluran pernafasan yang besar sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan. Tindakan ini dilakukan selama minimal 20 menit untuk satu bagian lobus paru dan dilakukan pemeriksaan suara paru terlebih dahulu untuk menentukan posisi yang tepat. Dilakukan sehari sebanyak 2 kali pada pagi hari dan sore hari. 2) Fisioterapi Dada 1.



Clapping/Perkusi Dada



Dilakukan bersamaan dengan pemberian postural drainage. Dengan memeriksa seluruh bagian dada yang memerlukan



drainage.



Yang



bertujuan



untuk



menggetarkan paru sehingga bila ada dahak yang lengket pada dinding saluran nafas dapat terlepas dan mengalir ke saluran nafas yang lebih besar. Dengan cara tangan diposisikan seperti membentuk cup/mangkuk, ujung jari menyentuh ibu jari diperkusikan pada permukaan dada dengan gelombang amplitudo dan frekuensi yang bervariasi menurut perubahan konsistensi dan lokasi sputum. Sebaiknya jumlah tepukan mencapai



25 kali dalam 10 menit agar lebih maksimal, selama 3-5 menit untuk tiap bagian dari paru-paru. 2.



Vibrasi Dada/Menggetarkan Dada



Dilakukan setelah pemberian postural drainage. Vibrasi dengan menggetarkan sangkar dada yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempercepat aliran sekret di dalam paru. Vibrasi dilakukan pada saat pasien ekspirasi, dimana sebelumnya pasien diminta tarik nafas dalam kemudian saat ekspirasi diberikan vibrasi sampai akhir ekspirasi dengan frekuensi 4-5 kali gerakan. Tekanan bergetar yang dilakukan pada dada selama ekshalasi. Teknik ini dapat meningkat turbulensi dan kecepatan ekshalasi udara, sehingga secret dapat bergerak. 3) Batuk Efektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan secret secara maksimal. Tujuannya yaitu



membantu



membersihkan jalan nafas. Indikasi : Produksi sputum yang berlebih, Pasien dengan batuk yang tidak efektif.



4) Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi paru. Posisi ini mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi paru. 1.8 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Diagnostik menurut Doenges, 2018 yaitu a. Pemeriksaan laboratorium 1) Pemeriksaan sputum Adanya badan kareola adalah karakterestik untuk serangan asama yang berat, karena hanya reaksi nebat yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa. Sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Perwarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik. 2) Pemeriksaan darah (Analisa Gas Darah/AGD/Astrub) a) Analisa Gas Darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis. b) Peningkatan dari SGOT dan LDH c) Hiponatremia dan kadar leukosit diatas 15.000/mmᵌ dimana menandakan terdapat suatu infeksi 3) Sel eosinofil Dapat mencapai 1000-1500/mmᵌ, sedangkan hitungan sel eosinofil normal antara 100-200/mmᵌ b. Pemeriksaan penunjang 1) Pemeriksaan radiologi/rontgen dada



3) Scanning paru



2) Pemeriksaan tes kulit



4 ) Spirometer



1.9 Komplikasi ( Nanda NIC-NOC, 2015 ) Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis, chronic persistent bronchitis, emphysema. Status asma merupakan asma yang lama dan hebat dan tidak berespon terhadap terapi rutin. Status asma dapat menyebabkan gagal napas dengan hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis. Intubasi endotrakea, ventilasi mekanis, dan terapi obat agresif dapat diperlukan untuk mempertahankan jiwa. Selain gagal nafas akut, komplikasi lain terkait status asma, antara lain dehidrasi, infeksi pernafasan, atelektasis, pneumotoraks, dan kor pulmonale.



KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN DIAGNOSA ASTHMA BRONCHEALE DI RUANG IGD RSUD DR. R. SOETIJONO BLORA A. Pengkajian 1. Identitas pasien 2. Umur 3. Jenis kelamin 4. Agama 5. Pendidikan 6. Alamat/Tempat tinggal B. Pengkajian Primer General Impression 1. Keluhan Utama a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit, keluhan yang paling utama dikeluhkan oleh pasien sehingga masuk rumah sakit. b. Keluhan saat pengkajian, keluhan yang dikeluhkan pasien saat dilakukan pengkajian Primer Assessment 1. Airway a. Kaji dan pertahankan jalan nafas. b. Lakukan head tilt, chin lift jika perlu. c. Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan nafas jika perlu. d. Pertimbangkan untuk dirujuk ke anesthetist untuk dilakukan intubasi jika tidak mampu untuk menjaga jalan nafas atau pasien dalam kondisi terancam kehidupannya atau pada asthma akut berat. e. Jika pasien menunjukkan gejala yang mengancam kehidupan, yakinkan mendapat pertolongan medis secepatnya.



2. Breathing a. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan tujuan mempertahankan saturasi oksigen > 95%. b. Berikan aliran oksigen tinggi melalui non-breath mask. c. Pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask-ventilation. d. Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2. e. Kaji respiratory rate. f. Jika pasien mampu, rekam peak expiratory flow dan dokumentasikan. g. Periksa sistem pernafasan, cari tanda-tanda : - Sianosis - Deviasi trachea - Kesimetrisan pergerakan dada - Retraksi dinding dada h. Auskultasi adanya : - Wheezing - Pengurangan aliran darah masuk 3. Circulation a. Kaji denyut jantung b. Catat tekanan darah c. Lakukan EKG d. Berikan akses IV dan pertimbangkan pemberian magnesium sulfat 2 gram dalam 20 menit e. Kaji intake output f. Jika potassium rendah makan berikan potassium 4. Disability a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS/AVPU b. Penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan pasien membutuhkan pertolongan diruang intensive



C. Pengkajian Sekunder 1. Full of vital sign TD, N, S, RR 2. Riwayat Penyakit a. Riwayat Penyakit Sekarang Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang dipakai setiap hari dan saat serangan. b. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian atas. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah riwayat sakit asma pada keluarga. d. Riwayat Sosial Ekonomi Lingkungan tempat tinggal dan bekerja, jenis makanan yang berhubungan dengan alergen, hewan peliharaan yang dipelihara dan tingkat stressor. 3. Pemeriksaan Head To Toe D. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas (bronchospasme) (D.0001) (SDKI, 2017)



E. Intervensi Keperawatan No



Diagnosa



. 1.



Keperawatan Bersihan jalan nafas



Setelah dilakukan



tidak efektif



tindakan keperawatan



berhubungan dengan



selama 1 x 30 menit



spasme jalan nafas



diharapkan bersihan



(bronkospasme)



jalan nafas pasien



(D.0001)



teratasi dengan



Tujuan



kriteria hasil : ⁃



Sesak nafas



Intervensi Keperawatan 1. Monitor TTV 2. Monitor saturasi oksigen 3. Monitor bunyi nafas tambahan 4. Berikan posisi semi fowler 5. Kolaborasikan dengan



berkurang



dokter dalam







Tidak gelisah



pemberian :







Tidak ada suara



⁃ Infus RL 500 ml (IV)



wheezing



⁃ Bronkodilator (nebulizer) ventolin 1 x 2,5 mg + pulmicort 1 x 1 mg ⁃ Berikan oksigen lewat NRM ⁃ Injeksi metilprednisolon 62,5 mg (IV) ⁃ Injeksi diphenhydramine 1 amp 10 mg (IV)



DAFTAR PUSTAKA



Amin H. dan Hardhi K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Cetakan I penerbit Mediaction Jogja Marilynn E. Doenges. 2019. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 9 Volume 1 penerbit Buku Kedokteran EGC PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Cetakan III (Revisi) penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Cetakan III (Revisi) penerbit Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia



ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. M DIAGNOSA ASTHMA BRONCHEALE DI RUANG IGD RSUD DR. R. SOETIJONO BLORA



A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien Nama



: Ny. M



Jenis Kelamin



: Perempuan



Umur



: 38 tahun



Agama



: Kristen



Status Perkawinan



: Kawin



Pendidikan



: S.Kep Ners



Pekerjaan



: Perawat



Sumber Informasi



: Pasien dan Keluarga



Alamat



: Tambaksari



No. RM



: 250XXX



Hari/Tanggal Pengkajian



: Senin, 22 Maret 2021



Pukul Pengkajian



: 09.00 WIB



Triage



: Kuning



Ruang



: IGD ( Instalasi Gawat Darurat )



Diagnosa Medis



: Asthma Bronchiale



2. General Impression a. Keluhan Utama



: Pasien mengatakan sesak nafas.



b. Orientasi (Tempat, waktu, orang) : Pasien mampu mengenali orang yang disekitarnya, pasien mengetahui jika malam hari dan pasien sedang sedang dirumah sakit.



3. Primary Survey a. (A) Airway Jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas. b. (B) Breathing Terdengar suara nafas wheezing dan pasien terlihat sesak nafas, RR : 28 x/menit, pasien terlihat gelisah c. (C) Circulation Akral dingin, pasien terlihat pucat, CPR