6 0 400 KB
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA Ny. DH DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DIRUANG IGD DIRUMAH SAKIT SITI FATIMAH PROVINSI SUM-SEL
DISUSUN OLEH :
NAMA
: Yulanda Pransiska
NIM
: 01.18.0055
TINGKAT
: IIIA
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/SRIWIJAYA TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
MENGETAHUI CI / KARU RUANGAN
MAHASISWA AKPER KESDAM II/SWJ
Ns. Faradina Rosa., S.Kep
Yulanda Pransiska
MENGETAHUI DOSEN PEMBIMBING
Ns.Desy Anggraini, S.Kep,M.Kes
LAPORAN PENDAHULUAN I.
KONSEP GAWAT DARURAT A. Definisi Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban. Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016). Menurut permenkes RI nomor 19 tahun 2016 pasal 1 yang memaparkan gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segara untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan. Sejalan dengan america heart association (2015). Memaparkan kondisi gawat darurat atau emergency merupakan kondisi yang terjadi secara mendadak dan sangan mengancam jiwa sehingga harus segera diberikan pertolongan secara cepat tepat dan benar. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan nyawa dan penjegahan kecacatan lebih lanjut (UU NO 44 tahun 2009).gawat darurat adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera,dalam arti pertolongan secara cermat , cepat , dan tepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati / cacat atau kehilngan anggota tubuhnya seumur hidup.(saanin,2016). Keadaan gawat draurat adalah keadaan yang terjadi mendadak sewaktu-waktu / kapan saja terjadi dimana saja dan dapat menyangkut siapa saja sebagai akibat dari suatu kecelakaan suatu proses medik atau perjalanan suatu penyakit.(saanin,2016). Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional keperawatan yang diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgent dan kritis.namun UGD dan klinik darurat sering digunakan untuk masalah yang tidak urgent,(hati, 2011 dalam saanin,2016). B. Prinsip Gawat Darurat 1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berfikir sebelum tindak (jangan panik) 2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi. 3. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secra menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea ). Lindungi korban dari kedinginan. 4. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masallaha yang mengancam jiwa(henti nafas,nadi tidak teraba pendarahan hebat,keracunan ) 5. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi,berikan bantuan.untuk menenangkan dan menyakinkan akan di tolong 6. Hindari mengangkat atau memindahkan yang tidak perlu,memindahkan jika hanya ada kondisi yang membahayakan .
7. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau parkiran kemungkinan tindakan anastesi umum dalam waktu dekat. 8. Jangan dipindahkan (ditrasportasi) sebelum pertolongna pertama selesai dilakukan dan terdapat alat transfortasi yang memadai. C. Klasifikasi Tingkat Prioritas 1) Gadar P1 : keadaan mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya (cardiac arrest, penurunan kesadaran, trauma mayor + perdarahan hebat) 2) Gawat tidak darurat P2 : keadaan mengancam nyawa tapi tidak perlu tindakan darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti dokter spesialis misalnya (kanker tahap lanjut, fraktur terbuka) 3) Darurat tidak gawat P3 : keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar tidak ada gangguan ABC dan dapat lansung diberikan terpai definitive. Misal (fraktur minor/tertutup, sistitis, laserasi) 4) Tidak Gawat tidak darurat P4 : keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan segera misal (penyakit kulit, flu, batuk dll) D. Standar Kegawat Daruratan Standar keperawatan merupakan tingkat pelaksanaan yang perawatnya memegang tanggung jawab,dan didefinisikan sebagai cara seorang perawat yang bijaksana akan memberikan perawatan lingkungan yang sama. D. Tujuan Gawat Darurat 1) Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat. 2) Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai. 3) Penanggulangan korban bencana. Untuk dapat mencegah kematian, petugas harus tahu penyebab kematian yaitu 1) Meninggal dalam waktu singkat (4-6 menit) a) Kegagalan sistem otak b) Kegagalan sistem pernafasan c) Kegagalan sistem kardiovaskuler 2) Meninggal dalam waktu lebih lama (perlahan-lahan) a) Kegagalan sistem hati b) Kegagalan sistem ginjal (perkemihan) c) Kegagalan sistem pankreas (endokrin)
II.
Konsep Penyakit
A. Definisi Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014) Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2012). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan
darah
di
atas
normal
atau
kronis
dalam
waktu
yang
lama( Saraswati,2012). B. Anatomi Dan Fisiologi
Sumber : Aspiani (2014) Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (thoraks), diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut pericardium, yang terdiri atas 2 lapisan, yauitu pericardium parietalis, merupakan lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan selaput paru. dan pericardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang juga disebut epikardium. 9 Di dalam lapisan jantung tersebut terdapat cairan pericardium, yang berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat memompa. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut pericardium, lapisan tengah atau miokardium merupakan lapisan berotot, dan lapisan dalam disebut endokardium. Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis, disebut atrium, dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel. a. Atrium 1) Atrium kanan, berfungsi sebagai tempat penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena cava superior, vena cava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. 2) Atrium kiri, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. b. Ventrikel (bilik) Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut muskulus papilaris. Ujung muskulus papilaris dihubungkan 10 dengan tepi daun katup atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae. 1) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. 2) Ventrikel kiri, Menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel. Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan yang lain, jantung dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya : a) Katup atrioventrikuler. Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup atrio-ventrikuler, yaitu :
1) Katup trikuspidalis. Merupakan katup yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitral/ atau bikuspidalis. Merupakan katup yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri, serta mempunyai 2 buah katup. Selain itu katup atrioventrikuler berfungsi untuk memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastole ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistole ventrikel (kontraksi). 11 b) Katup semilunar. 1) Katup pulmonal. Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. 2) Katup aorta. Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar ini mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup yang simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan dengan sebuah cincin serabut. Adapun katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masingmasing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel. C. Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut (Aspiani, 2014) : 1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014) a. Genetik Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah 11 meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan. c. Diet Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat. d. Berat badan Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi. e. Gaya hidup Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk 12 menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
danreabsorbsi
natrium.
Apabiladapat
dilakukan
perbaikan
pada
stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014). Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokan yaitu : No 1. 2. 3. 4.
Kategori Optimal Normal High Normal Hipertensi Grade 1 (Ringan) Grade 2 (Sedang) Grade 3 (Berat) Grade 4 ( Sangat berat )
Sistolik (mmHg) 120
D. Patofisiologi Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada 13 saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013). Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011). Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013). Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini 14 menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).
E. Tanda dan Gejala Hipertensi Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
1. Sakit kepala 2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk 3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh 4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat 5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) Klien hipertensi mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi. F. Komplikasi Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. 16 Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani, 2014) 1. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi. 2. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan. 3. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
4. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh. G.
Pemeriksaan Diagnostik 1.
Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh hipertensi.
2.
Glukosa darah Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3.
Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4.
EKG Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5.
Hemoglobin/Hematokrit Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (Viskositas)
dan
dapat
mengindikasikan
faktor-faktor
risiko
seperti
hiperkoagulabilitas, anemia. 6.
BUN/kreatinin Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7.
Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8.
Kalium serum Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
9.
Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi. 12. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab). 13. Urinalisa Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes. 14. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. 15. Foto dada Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung. 16. CT Scan Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama ( Sudoyo, 2012) H. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan nonfarmakologis Dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu (Aspiani, 2014) 1.
Pengaturan diet a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari. b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular. c. Diet kaya buah sayur. d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2.
Penurunan berat badan Mengatasi obesitas Pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk 18 menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
3.
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung. olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
4.
Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
2. Penatalaksanaan Farmakologis a.
Terapi oksigen
b.
Pemantauan hemodinamik
c.
Pemantauan jantung
d.
Obat-obatan : - Diuretik Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium - Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung 19 dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai
diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR. Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium.
III.
Asuhan Keperawatan Teoritis A. Pengkajian 1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama klien, agama,pekerjaan, pendidikan, alamat, no rm, jenis kelamin, sumber informasi, waktu kedatangan dan juga biasanya disertai dengan identitas keluarga atau penanggung jawab. 2. Triase Triase adalah proses penentuan atau seleksi pasien yang di prioritaskan untuk mendapatkan penanganan terlebih dahulu diruang instansi gawat darat ( IGD ) rumah sakit. Dalm sistem triase ada empat kategori warna yaitu : a.
Merah ( Read Area ) pasien prioritas utama yang membutuhkan pertolongan pertama
b.
Kuning ( Yallow Area ) pasien prioritas kedua yang membutuhkan pertolongan pertama tetapi masuk kategori tidak dalam kondisi kritis
c.
Hijau ( Green Area ) pasien prioritas ketiga umumnya mengalami cedera ringan dan biasanya masih mampu berjalan dan mencari pertolongan sendiri
d.
Hitam pasien yang sudah tidak mungkin ditolong lagi atau sudah meninggal
3. Primary Survey Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam, untuk mengetahui kondisi pasien yang mengancam jiwa dan kemudian dilakukan tindakan life saving. a.
Airway ( Jalan Napas ) -
Lihat, dengar, raba ( look, listen and feel )
-
Buka jalan napas dengan proteksi tulang sevical dengan menggunakan teknik haed in chin lift/ jawtrush dengan korban trauma
b.
-
Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut
-
Finger swab untuk membersihkan sumbatan didaerah jalan napas dan mulut
Breating ( Pernapasan ) -
Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut apakah ada pertukaran hawa napas yang adekuat, frekuensi napas, kualitas napas, keteraturan napas atau tidak
c.
Circulation ( Perdarahan ) -
Lihat adanya pendarahan eksternal/internal
-
Hentikan
pendarahan
eksternal
dengan
rest,ice,compress,
elevation
( instirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/hebat, tinggikan ) -
Perhatikan tanda – tanda syak/gangguan sirkulasi : Capilaryrefill time ( CRT ) nadi, sianosis, pulsus arteri distal
d.
Disability ( Susunan saraf pusat ) - Cek kesadaran ( AVPU ) dan ( GCS ) - Adakah cedera kepala - Adakah cedera leher - Perhatika cedera pada tulang belakang
e.
Exposure/Evironmental ( Kontrol lingkungan ) Buka baju penderita lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah hipotermi/ kedinginan
4. Secondary Survey Mencari perubahan – perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki ( head to toe ). Tujuanya untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang diderita pasien sehingga dapat ditangi lebih lanjut a. Prosedur Anamnesis Riwayat AMPE Alergi, Medikasi, Past Illness ( penyakit sebelumnya ), Event/Environment ( lingkungan yang berhubungan dengan kegawatan ) Pemeriksaan fisik ( pemeriksaan kondisi menyeluruh ) - Posisi saat ditemukan - Tingkat kesadaran - Sikap umum, keluahan - Trauma, kelainan - Keadaan kulit 1) Pemeriksaan Kepala dan Leher ) - Rambut dan kulit kepala (perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan ) - Telinga ( perlukaan, darah,cairan )
- Mata ( perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak mata, adanya benda asing, pergerakan abnormal ) - Hidung ( perlukaan, darah,cairan, napas cuping hidung ) - Mulut ( perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut atau tidak ) - Bibir ( perlukaan, perdarahan, sianosis, kering ) - Rahang ( perlukaan, stabilitas,krepitasi ) - Kulit ( perlukaan,basah/kering, darah, suhu, warna ) - Leher ( perlukaan, bedungan vena, deviasi tracea, spasme otot,stoma, stabilitas tulang leher ) 2) Pemeriksaan Dada Fail chest, napas diagfragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekanan perlukaan ( luka terbuka,luka megisap ) suara ketuk perkusi, suara napas 3) Pemeriksaan perut Perlukaan, distensi,tegang,kendor,nyeri tekan,undulasi 4) Pemeriksaan tulang belakang Kelainan bentuk,nyeri tekan, spasme otot 5) Pemeriksaan pevis/genetalia Perlukaan,nyeri,pembengkakan,krepitasi,inkontinensia 6) Pemeriksaan ekstremitas Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut nadi, warna luka B. Daftar Masalah Keperawatan Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Hipertensi adalah : 1. Penurunan Curah Jantung 2. Nyeri Akut 3. Resiko Hipovolemia C. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung dibuktikan dengan tekanan darah meningkat
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan mengeluh nyeri dan tampak meringis 3. Resiko hipovolemia dibuktikan Status hipermetabolik D. Rencana Tindakan Keperawatan No Diangnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intevensi Keperawatan 1. Penurunan curah Penurunan curah jantung Perawatan Jantung jantung
Ekspetasi :
Observasi
Definisi
curah jantung meningkat
1. Identifikasi
Ketidakadekuatan jantung Kriteria hasil : memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan
metabolism jantung
fraction
Penyebab
meningkat
1. Perubahan
irama
jantung 2. Perubahan
frekuensi
jantung 3. Perubahan kontraktilitas
primer penurunan curah
1. Kekuatan perifer
tanda/gejala
nadi ejection (EF)
jantung
(meliputi
dyspnea,
kelelahan,
edama,
ortopnea,
paroxysmal
nocturnal
2. Palpitasi menurun
dyspnea,
3. Bradikardia
CVP)
menurun
peningkatan
2. Identifikasi
4. Takikardia menurun
tanda/gejalasekunder
5. Gambaran
penurunan curah jantug
EKG
aritmia menurun
(meliputi
penungkatan
4. Perubahan preload
6. Lelah menurun
berat
5. Perubahan afterload
7. Edema menurun
hepatomegeli,
Gejala
8. Distensi
dan
Tanda
mayor
vena
jugularis menurun
Subjektif
9. Dyspnea menurun
1. Perubahan afterload
10. Oliguria menurun
1) Dyspnea
11. Pucat/sianosis
Objektif 1).
Tekanan
darah
meningkat/menurun 2). Nadi perifer teraba
vena juguralis, palpitasi, rokhi
basah,
oliguria,
batuk, kulit pucat) 3. Monitor tekanan darah ortostatik, jiak perlu)
12. Paroxysmal nocturnal
distensi
(termasuk tekanan darah
menurun
1. Perubahan afterload
badan,
4. Monitor intake dan output dysnea
(PND) menurun 13. Ortopnea menurun
cairan 5. Monitor
berat
badan
setiap hari pada waktu
lemah 3).
14. Batuk menurun
Capillary
refill
time >3 detik
S3
dan/atau sianosis Tanda
minor
Menurun 17. Tekanan
Subjektif
membaik
keluhan
dada
darah
9. Monitor (
kapiler
aritmia
kelainan
10.
Monitor
laboratorium
-
(mis,
Objektif
jantung,
Perubahan afterload
BNP)
vascular resistance (PVR) 2) Systemic vascular resitance (SVR)
irama
dan
nilai
nilai
frekuensi)
Perubahan afterload
1) Pulmonary
nyeri
8. Monitor EKG 12 sadapan
membaik 18. Pengisian
6. Monitor saturasi oksigen 7. Monitor
16. Suara jantung S4
5). Warna kulit pucat dan
jantung
menurun
4). Oliguria
Gejala
15. Suara
yang sam
11.
jantung
elektrolit,
enzim
BNP,
NTpro-
Monitor fungsi alat
pacu jantung 12.
Periksa tekanan darah
dan
frekuensi
sebelum
dan
nadi sesudah
aktivitas 13.
Periksa tekanan darah
dan
frekuensi
nadi
sebelum pemberian obat Terapeutik 1. Posisikan
pasien
semi
fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman 2. Berikan
diet
jantung
sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol dan
makanan
tinggi
lemak) 3. Gunakan stocking elastis atau
pneumatic
intermiten, sesuai indikasi 4. Fasilitasi
pasien
dan
keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat 5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu 6. Berikan
dukungan
emosional dan spiritual 7. Berikan oksigen unruk mempertahankan saturasi oksigen >94% Edukasi 1. Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi 2. Anjurkan
beraktivitas
secara bertahap 3. Anjurkan
berhenti
merokok 4. Anjarkan
pasien
dan
keluarga mengukur berat badaan harian 5. Ajarkan
pasien
dan
keluarga mengukur intake dan output cairan harian Kolaborasi 1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk 2.
ke
program
Nyeri akut
Nyeri Akut
rehabilitasi jantung Manajemen Nyeri
Definisi
Ekspetasi :
Observasi
Pengalaman sensorik atau Tingkat Nyeri menurun
1. Identifikasi lokasi,
emosional yang berkaitan Kriteria hasil:
karakteristik,
dengan
kemampuan
durasi,frekuensi, kualitas,
menuntaskan aktifitas
intensitas nyeri
kerusakan
jaringan
aktual
1.
atau
fungsional, dengan onset mendadak
atau
meningkat
2. Identifikasi sakal nyeri 3. Identifikasi respons nyeri
lambat
2.
keluhan nyeri menurun
dan berintensitas ringan
3.
merinis menurun
hingga
4.
sikap
berat
yang
berlangsung kurang dari 3
protektif
memperberat dan memperingan nyeri
5.
gelisah menurun
Penyebab
6.
kesulitan
Agen
pencedera
fisiologi Inflamasi, 2.
iskemia,
8.
berfokus
pencedera (mis.
kimia iritan) pencedera
(mis.
Abses,
amputasi,
terbakar,
terpotong,
mengagkat
berat, prosedur operasi, latiahn
fisik
berlebihan) Gejala
pada
diri
9.
diaforesis menurun
10. perasaan
dan
7. Identifikasi [engaruh
depresi
( tertekan ) menurun mengalami
takut cedera
berulang menurun terasa teraba
membulat menurun Tanda
15. ketegangan
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan penggunaan analgetik
tertekan menurun 14. uterus
nyeri pada kualitas hidup
9. Monitor efek samping
12. anoreksia menurun 13. perineum
6. Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
11. perasaan
Agen
trauma,
nyeri
menarik diri menurun
Terbakar, bahan kimia,
fisik
dan keyakinan tentang
sendiri menurun
Agen
5. Identifikasi pengetahuan
menurun 7.
kimiawi
3.
tidur
(mis.
neoplasma)
4. Identifikasi faktor yang
menurun
bulan. 1.
non verbal
otot
Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS, hipnosis,
Mayor
menurun
Subjektif 1.
Mengeluh nyeri
Objektif 1. Tampak meringis
16. pupil dilatasi menurun
biofeedback, terapi pijat,
17. muntah menurun
aromaterapi, teknik
18. mual menurun
imajinasi terbimbing,
19. frekuensi
2. Bersikap
protektif
(mis.
Waspada,
posisi
akupresur, terapi musik,
menghindar
nyeri)
nadi
membaik
terapi bermain )
20. pola napas membaik 21. tekanan
darah
membaik
3. Gelisah
22. proses
4. Frekuensi
nadi
meningkat
berpikir
membaik 24. fungsi
Gejala dan Tanda Minor
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan )
23. fokus membaik
5. Sulit tidur
kompres hangat,/dingin,
berkemih
membaik
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan
Subjektif
25. prilaku membaik
sumber nyeri dalam
-
26. nafsu makan membaik
pemilihan strategi
Objektif
27. pola tidur membaik
meredakan nyeri
1. Tekanan
darah
meningkat
1. Jelaskan penyebab,
2. Pola nafas berubah 3. Nafsu makan berubah 4. Proses
berfikir
terganggu
sendiri 7. diaforesis
pada
periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan monitor nyeri
5. Menarik diri 6. Berfokus
Edukasi
diri
secara mandiri 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
1. 3.
Kolaborasi
pemberian
Risiko Hipovolemia
Risiko Hipovolemia
anlgetik, jika perlu Manajemen Hipovolemia
Definisi
Ekspetasi :
Observasi
Berisiko
mengalami Status cairan Membaik
1. Periksa tanda dan gejala
penurunan volume cairan Kriteria Hasil : intravaskuler, interstilial
hipovolemia
1. Kekuatan
nadi
meningkat Faktor Risiko
cairan 3. Membran
secara aktif 2. Gangguan
mukosa
lembap meningkat absorbs 4. Ortopnea menurun
cairan 3. Usia lanjut 4. Kelebihan berat badan 5. Status hipermetabolik 6. Kegagalan mekanisme
Frekuensi, nadi teraba menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, urin
6. Paroxysmal
hematocrit
nocturnal
dyspnea (PND) menurun anasarka
menurun
membrane
mukosa kering, volume
5. Dyspnea menurun
7. Edema
mis.
lemah, tekanan darah
2. Output urine meningkat
1. Kehilangan
(
menurun, meningkat,
haus lemah ) 2. Monitor
intake
dan
output cairan
regulasi
8. Edema perifer menurun
7. Evaporasi
9. Frekuensi nadi membaik
1. Hitung kebutuhan cairan
intake 10.Tekanan darah membaik
2. Berikan posisi modifled
8. Kekurangan cairan
9. Efek agen farmakologi
11.Tekanan nadi membaik 12.Turgor kulit membaik 13.Jugular venous pressure
Kondisi Klinis Terkait
(JVP) membaik
1. Penyakit Addison
14.Hemoglobin membaik
2. Trauma/perdarahan
15.Hematocrit membaik
3. Luka bakar
Terapeutik
trendelenburg 3. Berikan asupan cairan oral Edukasi 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 2. Anjurkan
4. AIDS
perubahan
5. Penyakit Crohn
mendadak
6. Muntah
Kolaborasi
7. Diare
1. Kolaborasi
menghindari posisi
pemberian
8. Colitis ulseratif
cairan IV isotonis ( Nacl, RL) 2. Kolaborasi
pemberian
cairan IV hipotonis ( mis, glukosa 2,5%, Nacl 0,4%) 3. Kolaborasi cairan
pemberian
koloid
(mis.
Albumin, plasmanate) 4. Kolaborasi
pemberian
produk darah
E. Implementasi Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan cermat dan rinci. Implementasi ini biasanya selesai setelah dianggap permanen. Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan serius dengan mengacu pada norma-norma tertentu mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, pelaksanaan tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya. F. Evaluasi Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa,
perencanaan,
tindakan,
dan
evaluasi
itusendiri.
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA Aspiani. (2014). Laporan Pendahuluan Hipertensi, Jantung dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta. Udjianti. (2010). Patofisiologi Hipertensi. Jakarta: Erlangga. Padilla. (2013). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. PPNI. TIM POKJA SDKI DPP.(2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan PPNI. TIM POKJA SLKI DPP.(2017) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan PPNI. TIM POKJA SIKI DPP.(2017) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan
IDENTITAS
Nama
: Ny.DH
No. Rekam Medis : 000046XX
Umur
: 44 tahun
Agama
:Islam
Jenis Kelamin
:
Pekerjaan
: ASN
Status Perkawinan
: Menikah
Sumber informasi
: Suami
Diagnosa Medis
Pendidikan :S2 Alamat
: HIPERTENSI L / P
: Jl. Talang Aman TANDA TANDA VITAL
TRIAGE P0
PRIMER SURVEY
Hitam
P1 Merah
P2 Kuning
S 37,1 SPO2 Hijau 98%
N 103 NY ERI 6/10
RR 24 TB
TD 205/97 KG
160
75
P3
GENERAL IMPRESSION Datang dengan : Berjalan, Kursi roda, Teman, Ambulance,_datang dgn keluarga _______ Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri tekuk dan pusing melayang 1 jam sebelum masuk rumah sakit disertai mual muntah 3x , badan lemas Mekanisme Cedera : Tidak ada cedera Waktu kejadian
: _1_ Menit, Jam, Hari, Minggu, Bulan, dll.
Prehospital : RJP, Intubasi O2, IV, N-Collar, Bidai, Obat, Tidak ada Riwayat lainya : - Riwayat penayakit : Hipertensi sejak 7 tahun yang lalu - Riwayat alergi
: Tidak ada Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY Jalan Nafas
Tidak ada masalah keperawatan :
Tujuan
Implementasi :
Evaluasi :
PRIMER SURVEY
¨ Paten¨ Tidak Paten
&Kriteria
…………………………
……………
Hasil :
…………………………
……………
Obstruksi : ¨ Lidah¨ Cairan
…………………
…………………………
……………
¨ Benda Asing
…………………
…………………………
……………
…………………
…………………………
……………
Suara Nafas :
…………………
…………………………
……………
¨ Snoring ¨ Gurgling ¨Stridor
…………
…………………………
……………
¨ N/A suara nafas tambahan
Intervensi :
…………………………
……………
¨ vesikuler
1. ……………… …………………………
……………
……………… …………………………
……………
……………… …………………………
……………
……………… …………………………
……………
Batuk ¨ Ya
¨ Tidak
2. ……………… ………………
……………
Data Lain :
………………
……………
Tidak ada masalah
………………
……………
………………
……………
3. ………………
……………
………………
……………
………………
……………
………………
……………
BREATHING
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan Tujuan Implementasi :
Evaluasi :
Gerakan dada :
&Kriteria
…………………………
……………
¨ Simetris¨ Asimetris
Hasil :
…………………………
……………
………………….
…………………………
……………
..
…………………………
……………
Irama Nafas :
¨ Cepat
…………………
…………………………
……………
¨Dangkal
…….
…………………………
……………
¨ Normal
………………..
…………………………
……………
……….………..
…………………………
……………
……………….
…………………………
……………
…..
…………………………
……………
Retraksi otot dada :
…………………
…………………………
……………
¨ Ya
…...
…………………………
……………
Intervensi :
…………………………
……………
1. ……………… …………………………
……………
……………… …………………………
……………
……………… …………………………
……………
RR : x/mnt
……………… ….
……………
Data Lain :
……………...
……………
2. ………………
……………
………………
……………
………………
……………
………………
……………
………………
……………
3. ………………
……………
………………
……………
………………
……………
………………
……………
Pola Nafas
:
¨ Teratur¨ Tidak Teratur
¨ Tidak
Sesak Nafas : ¨ Ya
¨ Tidak
Tidak ada data lain
……………… Diagnosa Keperawatan:
……………
CIRCULATION
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
Nadi
frekuensi jantung dibuktikan dengan tekanan darah meningkat Tujuan Implementasi Evaluasi :
:
¨ Teraba¨ Tidak teraba
&Kriteria
1.Mengidentifikasi
S : Pasein
Nadi
Hasil :
tanda/gejala primer
mengatakan
Setelah dilakukan
penurunan curah jantung
tidak pusing
intervensi
(meliputi kelelahan,
lagi
Sianosis
: 103 x/mnt : ¨ Ya ¨ Tidak
keperawatan
dyspea)
O:
CRT
:
selama 1x3 jam
2.Memonitor
¨< 3 detik
¨> 3 detik
diharapkan curah
oksigen
jantung mingkat
3.Memposisikan
Pendarahan :
dengan kriteria
semi fowler atau fowler S: 36,8 c
¨ Ya
hasil :
dengan
1. Kekuatan nadi
atau posisi nyaman
¨ Tidak ada
Data Lain:
periper
Ds : Pasein mengatakan pusing
meningkat
melayang
mmHg
kaki
pasien N: 89x/mnt kebawah RR: 20x/mnt SPO2 : 100
Memberikan
jantung
sesuai
diet % (mis. A : Masalah
2. Takikardia
Batasi asupan kafein, belum
menurun
natrium, kolestrol dan teratasi
Do : - Keadaan umum lemah
4.
saturasi TD : 140/90
3. Lelah
-Pasien tampak cemas
makanan tinggi lemak)
menurun
P:
5. Memfasilitasi pasien Intervensi
Td : 205/97 mmHg
Intervensi :
dan
N: 103x/mnt
Perawatan
modifikasi gaya hidup di rumah
RR: 24x/mnt
jantung
sehat
S: 37,1 C
Observasi
SPO2 : 98%
1.
untuk dilanjutkan ( pulang
6.Menganjurkan aktivitas paksa)
Identifikasi
tanda/gejala primer penurunan curah
keluarga
jantung
fisik sesuai toleransi 7.Melakukan
Kolaborasi
pemberian antiaritmia
4. Memberik an
diet
jantung
(meliputi
sesuai
dyspnea,
(mis.
kelelahan, edama,
Batasi
ortopnea,
asupan
paroxysmal
kafein,
nocturnal
natrium,
dyspnea,
kolestrol
peningkatan
dan
CVP)
makanan
2.Monitor
tinggi
saturasi oksigen
lemak) 5.
Terapeutik
Memfasilit
1. Posisikan pasien
asi pasien
semi
fowler
dan
atau
fowler
keluarga
dengan
kaki
untuk
kebawah
atau
modifikasi
posisi nyaman 2.
Berikan
diet
gaya hidup sehat
jantung
sesuai
(mis.
Batasi
kan
asupan
kafein,
aktivitas
natrium,
fisik
kolestrol
dan
makanan tinggi lemak) 3.
Fasilitasi
pasien
dan
keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat Edukasi 1.
An jurkan aktivitas fisik
6.Menganjur
sesuai
toleransi Kolaborasi 1.Kolaborasi
sesuai toleransi
pemberian antiaritmia,
jika
perlu Diagnosa Keperawatan: CIRCULATION
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisologis dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tamapak meringis Tujuan Implementasi Evaluasi :
Nadi
:
¨ Teraba¨ Tidak teraba
&Kriteria
Implementasi :
S: Pasien
Hasil :
Manajemen Nyeri
mengatakan
Setelah dilakukan Nadi
: 103 x/mnt
intervensi selama 1x3
Sianosis
: ¨ Ya ¨ Tidak
jam
diharapkan tingkat
CRT
:
¨< 3 detik
¨> 3 detik
Pendarahan : ¨ Ya
¨ Tidak ada
Nyeri
menurun Kriteria hasil: 1. keluhan nyeri menurun 2. merinigis
Data Lain: Ds: Pasien mengatakan nyeri dibagian tekuk, pusing seperti melayang sebelum masuk rumah sakit S : 37,1 c P : Pasien mengatakan nyeri dibagian tekuk Q : Pasien mengatakan terasa melayang-layang R : Di tekuk
menurun 3. anoreksia menurun 4. muntah menurun 5. mual menurun 6. frekuensi nadi membaik 7. tekanan darah membaik
1.Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2.Mengidentifikasi sakal nyeri 3. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat,/dingin, terapi bermain ) 4. Memfasilitasi istirahat dan tidur 5.Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat 6. Mengajarkan teknik
tidak pusing lagi P : Pasien mengatakan tidak pusing lagi Q:R : Di kepala T:O: - Tidak mengeluh nyri lagi Td : 140/90 mmhg RR : 20x/menit T : 36,8 c N : 89 x/m S : 3/10 A: Masalaah
S : Skala nyeri 6 dari 10
Intervensi :
nonfarmakologi untuk
belum
T : Hilang timbul
Manajemen Nyeri
mengurangi rasa nyeri
teratasi
7.Melakukan kolaborasi
P:
pemberian anlgetik
Intervensi
Do : - Pasein tampak mengeluh nyeri
Observasi
TD : 205/97 mmHg
1. Identifikasi
dilanjutkan
RR : 24x/mnt
lokasi,
di rumah
N : 103 x/mnt
karakteristik,
(pulang
S : Skala nyeri 6 dari 10
durasi,frekuensi,
paksa) 3.
kualitas,
Memberikan
intensitas nyeri
teknik
2. Identifikasi
nonfarmakol
sakal nyeri
ogis untuk
Terapeutik
mengurangi rasa nyeri
1. Berikan teknik
( mis. TENS,
nonfarmakologis
hipnosis,
untuk mengurangi
akupresur,
rasa nyeri ( mis.
terapi musik,
TENS, hipnosis,
biofeedback,
akupresur, terapi
terapi pijat,
musik,
aromaterapi,
biofeedback,
teknik
terapi pijat,
imajinasi
aromaterapi,
terbimbing,
teknik imajinasi
kompres
terbimbing,
hangat,/dingi
kompres
n, terapi
hangat,/dingin,
bermain )
terapi bermain )
4.
2. Fasilitasi
Memfasilitas
istirahat dan tidur
i istirahat
Edukasi
dan tidur
1. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 2. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 1.Kolaborasi pemberian anlgetik,
jika
perlu CIRCULATION
Diagnosa Keperawatan : Resiko hipovolemia dibuktikan dengan status hipermetabolik
Nadi
:
¨ Teraba¨ Tidak teraba
Setelah
dilakukan Manajemen
intervensi
Hipovolemia
keperawatan Nadi
: 103 x/mnt
selama 1 x 3 Jam diharapkan
Sianosis
: ¨ Ya ¨ Tidak
CRT
:
¨< 3 detik
¨> 3 detik
status
cairan Ekspetasi Membaik Kriteria Hasil :
Pendarahan : ¨ Ya
¨ Tidak ada
1.Dyspnea menurun
S : Pasien mengatakan
1.Memeriksa tanda dan
gejala
hipovolemia ( mis. Frekuensa
:
teraba tekanan menurun, tekanan) 2.
lemah, darah
sudah tidak mual dan muntah lagi O : Keadaan umum membaik TD : 140/90 mmHg N: 89x/mnt S: 36,8 c RR: 20x/mnt
Memberikan A: Masalah
asupan
cairan belum teratasi
Data lain : Ds : Pasien mengatakan mual dan muntah 3 x kali
2. Frekuensi nadi membaik 3.Tekanan
darah
membaik
oral 3.
P : Intervensi
Menganjurkan
memperbanyak asupan cairan oral
Do :
dilanjutkan di rumah ( pulang paksa) 3. Menganjurkan
- Keadaan Umum lemah
Intervensi
4.Menganjurkan
memperbanyak
Td : 205/97 mmHg
Keperawatan
menghindari
asupan cairan oral
N: 103x/mnt
Manajemen
perubahan
RR: 24x/mnt
Hipovolemia
mendadak
S: 37,1 C
Observasi 1.
Periksa
dan
tanda gejala
hipovolemia ( mis. Frekuensi, teraba
nadi lemah,
tekanan
darah
menurun, tekanan) Terapeutik 1. Berikan asupan cairan oral Edukasi 1.
Anjurkan
memperbanyak asupan cairan oral 2.
Anjurkan
menghindari perubahan mendadak
posisi
posisi
4.Menganjurkan menghindari
5. Kolaborasi
perubahan posisi
pemberian cairan
mendadak
IV hipotonis ( mis, glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
Kolaborasi 1.Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(
mis,
glukosa 2,5%, Nacl
DISABILITY Respon
:
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan Tujuan Implementasi :
Evaluasi :
¨ Alert¨ Verbal ¨ Pain
&Kriteria
…………………………
¨ Unrespon
Hasil :
…………………………
……………
…………………
…………………………
……………
…………………
…………………………
……………
Kesadaran:
¨ CM ¨ Apatis ¨ Somnolen
…………………
…………………………
……………
¨
…………………
…….................................
……………
…………………
.........................................
……………
…………………
.............
……………
GCS
: 15
¨ Eye .4¨ Verbal 5
…………………
……………
¨ Motorik 6
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
Pupil
:
¨ Isokor¨ Unisokor
…………… Data Lain :
……………
Tidak ada lain
Intervensi :
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……............
………………… ………………… Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE
Tidak ada masalah Tujuan Implementasi :
Evaluasi :
&Kriteria
…………………………
……………
Hasil :
…………………………
……………
…………………
…………………………
……………
…………………
…………………………
……………
…………………
…………………………
……………
Deformitas : ¨ Ya ¨Tidak
…………………
…………………………
……………
Dislokasi
: ¨ Ya ¨Tidak
…………………
…………………………
……………
Kontusio
: ¨ Ya ¨Tidak
…………………
…………………………
……………
Fraktur
: ¨ Ya ¨Tidak
…………………
…………………………
……………
Edema
: ¨ Ya ¨Tidak
…………………
…………………………
……………
Intervensi :
…………………………
……………
Data lain :
…………………
…………………………
……………
Tidak ada data lain
…………………
…………………………
……………
…………………
…………………………
……………
…………………
…………………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
……………
…………………
…………… …………… …………… …………… …………… ……………
INTERVENSI TAMBAHAN DIUNIT GAWAT DARURAT
TRAUMA / SURGICAL
CARDLOPULMONARY ABDOMINAL/PELVIS
C-Collar
O2:
Balut bidai
Onitor
Ice elevation
Intubasi
Perawatan luka
CPR
Perawatan fraktur
Cardioversion
NGT Gastric Lavage Urine Cath : LAIN LAIN Tranfusi darah Fungsi lumbal Injeksi Restrain Sedasi
Anestesi topikal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( Hematologi – CBC ) Pemeriksaan Trombosit Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematocrit
Hasil 255.000 7890
Nilai Rujukan 150-450 ribu/mm
3,8
3,9-5 jt/mm
11,1* 33*
5000-10000 mm 12-15 g/dl 35-47%
Hematologi – hitung jenis sel Lekosit segmen Lekosit monosit Lekosit limfosit Lekosit eosinofil Lekosit basophil
42*
50-70%
10 44
2-8%
4
2-4 %
0
25-40 % 0-1%
Kimia klinik Kalium
3,7
Natrium Kreatinin Ureum
3,6 -5,5 mEg/L 130-155mEg/L
144 0,9
0,6-1 mg/L 15-39 mg/L
40
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 2. EKG terlampir 3. BSS = 110 mg/ dl 4. Pemeriksaan Radiologi Kesan - Gambaran Pnemonia - Besar cor normal , aortos klerosis - Tampak sistema tulang yang tervisualisasi intak
TERAPI Jenis Drip hebesser
Dosis 2 amp
Frekuensi -
Rute IV
Indikasi -u/ meredahkan
Inj.Omeprazole 40 mg
-
IV
nyeri
Inj.Furosemide
Extra
IV
-u/ mengobati
1 amp Extra
Obat pulang
sakit lambung
Candesartan
10 mg
1x1
PO
-u/
HCR
25 mg
1x1
PO
mengeluarkan
Lansoprozole
30 mg
1x1
PO
kelebihan
Paracetamol
500 mg
3x1 (k/p)
PO
cairan -u/ menurunkan td -u/ menangani td & pembengkakan - u/ menurunkan produksi asam - u/ meredahkan nyer
D I
Discharged : Rawat Jalan, Pulang Paksa , Observasi , Pindah Ruangan
S P
cara pindah : Jalan, Brankar, Kursi Roda, dibantu, ambulance, mobil
O S I
kondisi : skala nyeri 3 , meningkat , buruk, baik , sedang , jelek , stabil . tidak stabil
S I Tanggal pengkajian
Tanda Tangan
23 Desember 2020 Jam : 11 : 00 Wib
Yulanda Pransiska
ANALISA DATA Inisial Pasien : Ny. DH
Hari/Tanggal : 23 Desember 2020
Jenis kelamin : Perempuan
NO. Med Record : 000046xx
N
DATA
Etiologi
Masalah Keperawatan
O 1.
Ds : Pasein mengatakan
Perubahan frekuensi jantung
pusing melayang
Penurunan curah jantung
Do : - Keadaan umum lemah -Pasien tampak cemas Td : 205/97 mmHg N: 103x/mnt RR: 24x/mnt S: 37,1 C SPO2 : 98% 2.
Data Lain: Ds: Pasien mengatakan nyeri dibagian tekuk seperti melayang sebelum masuk rumah sakit S : 37,1 c P : Pasien mengatakan nyeri dibagian tekuk Q : Pasien mengatakan terasa melayang-layang R : Di tekuk S : Skala nyeri 6 dari 10 T : Hilang timbul Do : - Pasein tampak mengeluh nyeri TD : 205/97 mmHg RR : 24x/mnt N : 103 x/mnt S : Skala nyeri 6 dari 10
Agen pencedera fisiologi
Nyeri akut
3.
Ds : Pasien mengatakan mual dan muntah 3 x kali Do : - Keadaan Umum lemah Td : 205/97 mmHg N: 103x/mnt RR: 24x/mnt S: 37,1 C
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. Penurunan curah jantung 2. Nyeri akut 3. Resiko hipovolemia DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
Resiko hipovolemia
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri dan tampak meringis 3. Resiko hipovolemia dibuktikan dengan status hipermetabolik
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Inisial Pasien : Ny. DH
Diagnosa medis : Hipertensi
Jenis kelamin : Perempuan
No.med. Record : 000046xx
N O 1.
Diagnosa Keperawatan Penurunan berhubungan frekuensi
Luaran Keperawatan
Intervensi Keperawatan
curah
jantung Setelah dilakukan intervensi keperawatan
dengan
perubahan selama 1x3 jam diharapkan curah jantung
Perawatan jantung
dibuktikan mingkat dengan kriteria hasil :
Observasi
jantung
dengan tekanan darah meningkat
Intervensi :
1. Kekuatan nadi periper meningkat
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
2. Takikardia menurun
curah jantung (meliputi dyspnea, kelelahan,
3. Lelah menurun
edama,
ortopnea,
paroxysmal
nocturnal
dyspnea, peningkatan CVP) 2.Monitor saturasi oksigen Terapeutik 1. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman 2. Berikan diet jantung sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol dan makanan tinggi lemak) 3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
Edukasi 1. Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu 2.
Nyeri akut berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi selama 1x3 Intervensi :
agen pencedera fisologis
jam diharapkan tingkat Nyeri menurun
Manajemen Nyeri
dibuktikan dengan pasien
Kriteria hasil:
Observasi
mengeluh nyeri dan tampak
1.
Keluhan nyeri menurun
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
meringis
2.
Merinigis menurun
durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3.
Anoreksia menurun
2. Identifikasi sakal nyeri
4.
Muntah menurun
5.
Mual menurun
6.
Fekuensi nadi membaik
7.
Tekanan darah membaik
Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat,/dingin, terapi bermain ) 2. Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi
1. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 2. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
3.
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Resiko hipovolemia dibuktikan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi Keperawatan dengan status hipermetabolik
selama 1 x
3 Jam diharapkan status Manajemen Hipovolemia
cairan meningkat
Observasi
Kriteria Hasil :
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia ( mis.
1.Dyspnea menurun
Frekuensi, nadi teraba lemah, tekanan darah
2. Frekuensi nadi membaik
menurun, tekanan)
3.Tekanan darah membaik
Terapeutik 1. Berikan asupan cairan oral Edukasi 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis ( mis, glukosa 2,5%, Nacl
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN Nama Pasien : Ny. DH
Diagnosa Medis : Hipertensi
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Med. Record: 000046xx
NO 1.
Tgl/ Jam 24
Implementasi Keperawatan
Tgl/
Evaluasi Keperawatn
1.Mengidentifikasi tanda/gejala
Jam 24/12/2
S : Pasein mengatakan tidak pusing lagi
/12/20
primer penurunan curah jantung
0
O:
10.00
(meliputi kelelahan, dyspea)
10.30
TD : 140/90 mmHg
3.Memposisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman 4. Memberikan diet jantung sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol
dan
makanan
tinggi
lemak) 4.
Mefasilitasi
pasien
dan
keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat 5.
Menganjurkan aktivitas fisik
&
Tanda
tangan jelas
N: 89x/mnt
2.Memonitor saturasi oksigen
Nama
S: 36,8 c RR: 20x/mnt SPO2 : 100 % A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan di rumah ( pulang paksa) 4,5,6
Yulanda Pransiska
sesuai toleransi 6. 2.
Melakukan
Kolaborasi
pemberian antiaritmia 24/12/20 Manajemen Nyeri
24/12/2
10.400
1.Mengidentifikasi lokasi,
0
karakteristik, durasi,frekuensi,
11.00
S: Pasien mengatakan tidak pusing lagi O:
kualitas, intensitas nyeri
- Tidak mengeluh nyeri lagi
2.Mengidentifikasi sakal nyeri
Td : 140/90 mmhg
3. Memberikan teknik
RR : 20x/menit
nonfarmakologis untuk mengurangi
T : 36,8 c
rasa nyeri ( mis. TENS, hipnosis,
N : 89 x/m
akupresur, terapi musik, biofeedback,
P : Pasien mengatakan tidak pusing lagi Q
terapi pijat, aromaterapi, teknik
: Pasien mengatakan nyerinya tidak timbul
imajinasi terbimbing, kompres
lagi
hangat,/dingin, terapi bermain )
R : Di kepala
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
S : 3/10
5.Menganjurkan menggunakan
T:-
analgetik secara tepat
A: Masalaah belum teratasi
6. Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri 7.Melakukan kolaborasi pemberian
P : Intervensi dilanjutkan di rumah ( pulang paksa ) 3,4
Yulanda Pransiska
anlgetik 3.
24/12/20 Manajemen Hipovolemia 11.10
1.Memeriksa
tanda
dan
24/12/2 gejala 0
S : Pasien mengatakan sudah tidak mual dan muntah lagi
hipovolemia ( mis. Frekuensateraba 11.40
O : Keadaan umum membaik
lemah, tekanan darah menurun,
TD : 140/90 mmHg
tekanan)
N: 89x/mnt
2. Memberikan asupan cairan oral
S: 36,8 c
3.
RR: 20x/mnt
Mengnjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral 4.Menganjurkan
A: Masalah belum teratasi menghindari
P : Intervensi dilanjutkan di rumah
perubahan posisi mendadak
( pulang paksa)
5. Kolaborasi pemberian cairan IV
3,4
hipotonis ( mis, glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
Yulanda Pransiska