16 0 352 KB
MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMAJA”
DOSEN PENGAMPU: NS. NURBANI, S.KP., M.KEP
DISUSUN OLEH: ERITA ADRIANTI
191111003
FATIMA AZZAHRA
191111004
JESY
191111008
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG PRODI D-IV KEPERAWATAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya haturkan kepada
Tuhan Yang
Maha Esa yang masih memberikan nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan keluarga ini untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Keluarga di Jurusan Keperawatan Singkawang. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada N.s Nurbani, S.Kp., M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya tugas ini. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Remaja” Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya pada makalah ini, dan saya berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati saran dan kritik dari pembaca guna peningkatan pembuatan laporan pada tugas yang lain diwaktu mendatang.
Singkawang,1 Desember 2020 Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Tujuan ..............................................................................................
2
BAB II TINJAU PUSTAKA ............................................................................
4
A. Konsep Keluarga dan Remaja..........................................................
4
B. Konsep Masalah Terkait................................................................... 10 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMAJA..... 14 A. Pengkajian........................................................................................ 14 B. Diagnosa keperawatan...................................................................... 36 C. Skoring............................................................................................. 37 D. Intervensi.......................................................................................... 42 E. Implementasi dan Evaluasi............................................................... 55 BAB III PENUTUP............................................................................................. A. Kesimpulan...................................................................................... B. Saran................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehinggaa mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. (Kayyis, 2019) Perkembangan remaja, ditandai dengan adanya beberapa tingkah laku, baik tingkah laku positif maupun tingkah laku yang negatif. Hal ini dikarenakan pada masa ini remaja sedang mengalami masa panca roba dari masa anak-anak ke masa remaja. Perilaku suka melawan, gelisah, periode labil, seringkali melanda remaja pada masa ini. Namun demikian, berkembangnya perilaku ini, pada dasarnya sangat dipengerahui oleh adanya perlakukan-perlakuan yang berasal dari lingkungan. Hal ini seringkali terjadi karena kurangnya pemahaman orang-orang di sekeliling individu tentang proses dan makna perkembangan remaja. Pada tahap perkembangan ini, harus didukung oleh pemahaman orang tua terhadap kondisi remaja yang sedang mencari jati dirinya. Oleh karena itu, peran orang tua sebagai kawan dan sahabat lebih diperlukan pada masa ini dari pada peran orang tua sebagai pengatur dan penentu keputusan. (Ida, 2019). Pada masa perkembangan psikososial yaitu pembentukan identitas diri ini, sangat
banyak
perilaku-perilaku
yang
negative
diantaranya
homoseksual, seks bebas, merokok, tawuran, alcohol. (Kozier, 2010)
1
pergaulan
Ada beberapa faktor yang menentukan anak untuk mulai merokok. Selain faktor keluarga faktor-faktor lain yang dapat memicu perilaku merokok pada anak dan remaja adalah media massa dan teman. Penelitian Tanski menunjukkan bahwa iklan televisi, adegan merokok pada film dan berbagai acara yang disponsori industri rokok merupakan prediktor perilaku merokok pada remaja (Tanski, 2011). Penelitian Liem menjelaskan bahwa pengaruh teman terhadap perilaku merokok remaja lebih kuat daripada media massa (Liem, 2014). Mengingat peningkatan jumlah dan dampak remaja perokok tentunya bukan hanya peran pemerintah tetapi juga peran perawat dan keluarga.Menurut Friedmen keluarga berperan dalam memelihara kesehatan keluarga. Tugas keluarga dalam kesehatan yaitu mengenal masalah rokok, keluarga mampu mengambil keputusan bagian anggota keluarga yang merokok, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang merokok, keluarga mampu memodifikasi lingkungan keluarga yang merokok dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan bagi perokok (Zaidin Ali, 2010) Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang asuhan keperawatan keluarga pada Tn.B khususnya An.S dengan masalah perokok pada remaja. di wilayah Rt 001 Rw 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah penulis melakukan tinjau literatur diharapkan penulis dapat memberikan gambaran dalam pemenuhan kebutuhan dasar kepada keluarga Tn.B khusunya An.S dengan masalah remaja perokok melalui pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus 1) Mampu menguraikan/ mendeskripsikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan remaja merokok 2) Mampu
menguraikan
/
mendeskripsikan
kebutuhan dasar klien dengan remaja merokok
2
masalah
keperawatan
3) Mampu menguraikan / mendeskrpsikan rencana tindakan keperawatan 4) Mampu
menguraikan
/
mendeskripsikan
tindakan
keperawatan
kebutuhan dasar klien dengan remaja merokok 5) Mampu menguraikan / mendeskripsikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan remaja merokok
3
BAB II TINJAU PUSTAKA A. Konsep Keluarga dan Remaja 1. Konsep keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga ( friedman, 2010) Tipe keluarga Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe yaitu The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat. The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik suami/istri atau keduanya). Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barangbarang pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe yaitu Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri. The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
4
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu Anda pelajari berikut ini. a. Keluarga baru menikah atau pemula. Tugas perkembangannya adalah keluarga yang membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial, mendiskusikan rencana memiliki anak. b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru lahir. Tugas perkembangannya adalah membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peranperan orang tua dan kakek nenek. c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah. Tugas perkembangannya adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga. d. Keluarga dengan anak usia sekolah. Tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. e. Keluarga
dengan
anak
remaja.
Tugas
perkembangannya
adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak. f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda Tugas perkembangannya adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
5
didapatkan
melalui
memperbaharui
dan
perkawinan
anak-anak.
menyesuaikan
kembali
Melanjutkan hubungan
untuk
perkawinan.
Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri. g. Keluarga dengan usia pertengahan. Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak. Memperkokoh hubungan perkawinan. h. Keluarga
dengan
usia
lanjut
Tugas
perkembangannya
adalah
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan Menyesuaikan terhadap pendapatan
yang
menurun.
Mempertahankan
hubungan
perkawinan.
Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan. Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup). Peran keluarga adalah suatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga mengambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Dalam UU kesehatan nomer 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan “setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, perorangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal diatas jelas bahwa keluarga berkewajiban meciptakan dan memelihara 51 kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing Fungsi Keluarga Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu : a) Fungsi Afektif, berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
6
b) Fungsi Sosialisasi, sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. c) Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan. d) Fungsi Ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal. e) Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu keluarga mampu :
Mengenali masalah kesehatan yang terjadi
Mengambil keputusan atas masalah yang ada
Melakukan perawatan mandiri
Memodifikasi lingkungan agar dapat meningkatkan taraf kesehatan keluarga
Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Stressor dan koping. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor menjelaskan bagaimana keluarga berespon terhadap stressor yang ada. Strategi koping yang digunakan menjelaskan tentang strategi koping (mekanisme pembelaan) terhadap stressor yang ada. Disfungsi strategi adaptasi menjelaskan tentang perilaku keluarga yang adaptif ketika mempunyai masalah. Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit) meliputi pengkajian kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang perlu. Perlu dikaji juga bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi. 2. Remaja
7
Masa remaja adalah periode di mana seseorang menjadi dewasa secara fisik dan psikologis dan memperoleh identitas pribadi. Pada akhir periode kritis ini dalam pembangunan, individu harus siap memasuki usia dewasa dan memikul tanggung jawabnya. Panjang masa remaja ditentukan secara budaya sampai batas tertentu. Di Amerika Utara, masa remaja lebih panjang daripada di beberapa budaya, meluas hingga usia 18 atau 20 tahun. (Berman, 2016) Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehinggaa mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. (Kayyis, 2019) Remaja menghadapi banyak risiko kesehatan saat mereka menegosiasikan proses rumit menjadi dewasa muda. Terutama adalah konsekuensi dari perilaku berisiko. Tantangan psikologis dan emosional remaja dapat menyebabkan masalah psikologis. Juga, otak yang berkembang rentan terhadap kecanduan. Manifestasi pertama skizofrenia dapat muncul pada usia 13 tahun dengan tingkat prevalensi 0,5% pada remaja berusia 13 hingga 17 tahun (Masi & Liboni, 2011). Dengan kehidupan komunal (misalnya, di asrama perguruan tinggi) remaja yang terlambat juga berisiko meningkat untuk penyakit menular seperti campak dan meningitis pneumokokus.
Survei
Youth
Risk
Behavior
Surveillance
2011
telah
mengidentifikasi enam risiko prioritas tinggi (CDC, 2012) yaitu perilaku yang berkontribusi pada cedera atau kekerasan yang tidak disengaja, penggunaan tembakau, alkohol atau penggunaan narkoba lainnya, aktivitas seksual yang berkontribusi pada kehamilan dan IMS termasuk HIV, diet tidak sehat, ketidakaktifan fisik.
8
Menurut Kohlberg, remaja muda biasanya berada pada tingkat perkembangan moral konvensional. Sebagian besar masih menerima “Golden Rule” dan ingin mematuhi ketertiban sosial dan hukum yang ada. Remaja memeriksa nilai-nilai, standar, dan moral mereka. Mereka mungkin membuang beberapa nilai yang telah mereka adopsi dari orang tua demi nilai-nilai yang mereka anggap lebih cocok. Ketika remaja pindah ke tingkat pascakonvensional atau berprinsip, mereka mulai mempertanyakan aturan dan hukum masyarakat. Pemikiran yang tepat dan tindakan yang tepat menjadi masalah nilai-nilai dan pendapat pribadi, yang mungkin bertentangan dengan hukum sosial. Remaja mempertimbangkan kemungkinan mengubah hukum secara rasional dan menekankan hak-hak individu. Tidak semua remaja atau bahkan orang dewasa melanjutkan ke tingkat pascakonvensional ini. Proses perubahan pada remaja meliputi beberapa aspek, perama yaitu perubahan fisik. Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria. Hormon-hormon baru di produksi oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder. Yang kedua adalah perubahan emosional, Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah perubahan dalam aspek emosionalitas yang menimbulkan perasaan baru. Yang ketiga yaitu perubahan kognitif, Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan emosional tersebut makin dirumitkan oleh fakta bahwa individu juga sedang mengalami perubahan kognitif. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit dari apa yang ada, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Yang keempat yaitu implikasi psikososial, secara psikologis proses-proses dalam diri remaja semuanya tengah mengalami perubahan, dan komponenkomponen fisik, fisiologis, emosional, dan kognitif sedang mengalami perubahan besar. Sekarang dengan terbukanya kemungkinan bagi semua objek untuk dipikirkan dengan cara yang hipotesis, berbeda dan baru, dan dengan perubahan dirinya yang radikal,
9
sepantasnyalah bagi individu untuk memfokuskan pada dirinya sendiri dan mencoba mengerti apa yang sedang terjadi. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanakkanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa, contohnya adalah berusaha mampu menerima keadaan fisiknya. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. Mencapai kemandirian emosional. Mencapai kemandirian ekonomi. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orangtua. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. Mempersiapkan
diri
untuk
memasuki
perkawinan.
Memahami
dan
mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. B. Konsep Masalah Terkait 1. Ketidakefektifan koping Ketidakefektifan koping merupakan ketidakmampuan penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan yang tidak adekuat terhadap respons untuk bertindak, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia (NANDA, 2012). Salah satu batasan karakteristik secara subjektif dari ketidakefektifan koping yaitu perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan akan berpeluang untuk memulai komunikasi. Sedangkan yang tidak berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan akan cenderung menunda komunikasi. Wursanto (2007) mengatakan bahwa komunikasi dapat berlangsung setiap saat, di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja dan dengan siapa saja. Semenjak lahir, manusia sudah mengadakan hubungan dengan kelompok masyarakat
10
sekelilingnya. Kelompok pertama dialami oleh individu itu dengan ibunya, bapaknya, dan anggota keluarga lainnya. Makin bertambah umurnya, makin luas pula hubungan yang dapat dijangkau oleh individu itu. Selain sebagai makhluk individu, manusia adalah makhluk sosial, makhluk bermasyarakat. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak remaja merupakan faktor penting dalam interaksi, karena komunikasi menyebabkan adanya saling pengertian antar anggota keluarga. Komunikasi efektif terjadi apabila anak dapat mengungkapkan perasaan dan masalah yang dihadapi sedang orang tua memahami dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Balson, 2003). Komunikasi orang tua dengan remaja pada dasarnya harus terbuka, walaupun remaja lebih cenderung terbuka dengan teman sebaya. Hal tersebut karena remaja merupakan bagian dari keluarga terbuka diharapkan dapat menghindari kesalahpahaman antara orang tua dengan remaja. Mengemukakan bahwa komunikasi efektif antara orang tua dan remaja membentuk pola dasar kepribadian remaja secara normal dan perkembangan psikologis yang sehat bagi remaja, karena merupakan hakekat seorang remaja dalam pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan uluran tangan orang tua, orang tua lah yang bertanggung jawab dalam mengembangkan keseluruhan eksistensi remaja termasuk kebutuhan fisik dan psikis sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang kearah kepribadian yang matang dan harmonis. Kualitas komunikasi antara orang tua dan remaja dapat menghindari remaja dari perilaku berisiko remaja, hal ini dikarenakan antara orang tua dan remaja terjalin hubungan atau komunikasi yang intensif sehingga kemungkinan terjadi sharing, dan pemecahan masalah (Laily & Matulessy, 2004; dalam Fauzi, 2010). Dalam berkomunikasi dengan remaja ada beberapa kunci pokok yang harus diperhatikan, yaitu pertama, mendengar supaya remaja mau bicara, kedua menerima dahulu perasaan remaja, dan ketiga bicara supaya di dengar. Oleh sebab itu orang tua dan orang dewasa harus mau belajar dan berubah dalam cara berbicara dan cara mendengar. Dalam mencapai tujuan berkomunikasi, perlu diingat bahwa orang tua dan orang dewasa juga harus lebih dahulu siap dan mau
11
berubah, sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang efektif dengan mereka (BKKBN, 2002). 2. rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negera) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daundaun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Ada beberapa jenis rokok, antara lain rokok filter, rokok tidak berfilter, klobot, kawung, cigarette, cerutu, rokok putih, kretek, dan klembak serta rokok elektrik. Beberapa bahan kimia yang terdapat dalam rokok antara lain Nikotin, Tar, CO (karbon monoksida) dan berbagai logam berat. Salah satu bahan yang sangat berbahaya bagi kesehatan yaitu nikotin. Nikotin terdapat dalam asap rokok dan juga dalam tembakau yang tidak dibakar, dimana asap rokok yang dihisap mengandung lebih kurang 4000 jenis bahan kimia dan 200 di antaranya bersifat racun (Sitoepoe, 2000). Antara lain karbon monoksida (CO) dan polycyclic aromatic hydrocarbon yang mengandung zat-zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, benzopyrenes, vinyl chlorida, dan nitroso-nor-nicotine). Di samping itu, nikotin juga dapat menimbulkan ketagihan, baik pada perokok aktif maupun perokok pasif (Anonimous, 2006). Faktor yang mempengaruhi orang merokok perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari sejak masa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja. Proses belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan melalui tranmisi dan generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertical yaitu lingkungan keluarga, lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Sosialisasi yang lain melalui transmisi horizontal melalui lingkungan teman sebaya. Namun demikian, yang paling besar memberikan kontribusi adalah kepuasan-kepuasan yang diperoleh setelah merokok atau rokok memberikan kontribusi yang positif. Pertimbangan- pertimbangan emosional lebih dominan
12
dibandingkan
dengan
pertimbangan-pertimbangan
rasional
bagi
perokok
(Komasari & Alvin, 2000). Beberapa factor yang memiliki peran besar dalam perilaku merokok dan berada sangat dekat dengan perokok yaitu pengaruh orang tua. Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada anak. Sebab, anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku yang dicontohkan oleh orang tua. Pengaruh teman Hedman et al (2007) menyebutkan bahwa salah satu factor resiko pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga sebagai perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% diantaranya memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan remaja bukan perokok. Faktor kepribadian. Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja mengonsumsi rokok dan obat-obat, yaitu sifat konformitus sisoal. Individu yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas social lebih mudah menjadi pengguna rokok dan obat-obatan dibandingkan dengan individu yang memiliki skor rendah. Pengaruh iklan Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok, baik dari media cetak ataupun media elektronik. Keinginan mencoba rasa rokok, sebagai fashion (gaya), meyukai rasa rokok. Ketidakpedulian terhadap bahaya rokok, merokok memberikan kepuasan, dan lingkungan social. 3. Gangguan pola tidur Gangguan pola tidur adalah gangguan jumlah dan kualitas tidur (penghentian kesadaran alami, periodic) yang diatasi waktu dalam jumlah dan kualitas (NANDA NIC, NOC, 2007). Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur (Nurmianto, 2004). Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah, orang muda serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologisnya, menurun daya tahan tubuh
13
serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain (Potter & Perry, 2009). Faktor fisiologis, faktor psikologis, obat-obatan dan substansi, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur (Potter & Perry, 2005)
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA REMAJA A. PENGKAJIAN KELUARGA 1. DATA UMUM a. Identitas Kepala Keluarga Nama Kepala Keluarga
: SUMITRO
Umur
: 50
Alamat
: Jl. Ampera No. 1, RT 001, RW 007, Dusun Pasar Lama, Desa parit baru, kecamatan Selakau, kabupaten Sambas, Kalimantan Barat
Pekerjaan Kepala Keluarga
: Wiraswasta
Pendidikan Kepala Keluarga : SLTA Agama
: Islam
Suku bangsa
: Melayu, Indonesia
No
Nama
JK
Hub dgn KK
Umur
Pendidikan
Agama Pekerjaan
1.
Hanifah
P
Istri
44
SLTA
Islam
Wiraswasta
2.
Kinanti
P
Anak
25
S1
Islam
Wiraswasta
3.
Muhammad
L
Anak
21
D3
Islam
Wiraswasta
L
Anak
18
SMA
Islam
Pelajar
Anja Khadafi 4.
Gemilang
14
5.
Air Alamsyah
L
Anak
14
SMP
Islam
Pelajar
6.
Fathur Naufal
L
Anak
4
Paud
Islam
Tidak Bekerja
Komposisi keluarga
b. Genogram
c. Tipe keluarga Keluarga Tn. S memilki tipe keluarga inti, karena keluarga Tn.S terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah. d. Suku Bangsa Keluarga Tn. S berasal dari suku melayu atau Indonesia, kebudayaan yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa melayu Sambas. e. Agama Seluruh anggota beragama Islam dan taat beribadah. Menurut Tn. S pengetahuan tentang agama sangatlah penting.
15
f. Status social ekonomi Pencari nafkah utama adalah Tn.S yang bekerja sebagai penjual bensin, pengantar batu es untuk ikan, dan masih ada pekerjaan lainya maka dari itu Tn.S jarang berada di rumah. Selain itu Ny.H bekerja sebagai penjual kue serta An.K membuka toko jilbab kecil-kecilan dan An.M bekerja di jasa pengantaran barang. An G dan An. A juga membantu menjada tempat cuci motor dan warung bensi milik Tn.S. Penghasilan keluarga Tn.S dalam satu bulan berkisar Rp. 4.000.000. Keluarga Tn.S dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dan memiliki prabot rumah tangga yang lengkap. g. Aktivitas rekreasi keluarga Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah menonton TV, makan bersama di luar dan sesekali bertamasya ke luar kota. Kadangkadang berkumpul dengan sanak saudara saat ada acara keluarga dan lebaran. Anak-anak dari Tn. S biasanya menghilangkan stress dengan bermain bersama temannya. An.G mengatakan jika merasa bosan dan stress dia sering keluar malam untuk sekedar nongkrong bersama temannya. An.G juga mengatakan bahwa dia pernah keluar malam dan pulang jam 3 subuh. Namun, sekarang dia mengatakan bahwa dia tidak setiap hari pulang larut malam tapi apabila pulang terlambat biasanya di atas jam 1 malam dan pulang jam 12 malam. 2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Keluarga Tn. S berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan tahap anak dewasa. Tn.S memiliki 5 orang anak, 4 laki-laki dan 1 perempuan. Saat ini anak pertama keluarga Tn.H (An.K) berumur 25 tahun, belum berkeluarga dan membuka toko jilbab . Anak ke-2 Tn.H (An.M) berumur 21 tahun, belum berkeluarga dan berkerja di salah satu jasa pengiriman barang. Anak ke-3 (An.G) berumur 17 tahun, masih
16
sekolah SMA. Dan anak ke-4 (An.A) berumur 14 tahun, masih sekolah SMP. Serta anak ke-5 (An. F) berumur 4 tahun, baru masuk paud. b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dalam keluarga Tn. S yaitu kurangnya keterbukaan komunikasi antar keluarga. An. A cenderung tidak menceritakan masalah yang dihadapi dan kegiatannya sehari-hari yang dapat memengaruhi tingkah lakunya. c. Riwayat kesehatan keluarga inti : 1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini Tn. S sering mengeluh pusing dan lemas, ketika diperiksa keadaan Tn.S dan didapatkan tekanan darah Tn.H yaitu 80/70 mmHg. Tn.S tidak pernah memeriksakan dirinya ke dokter, dia menganggap penyakit tersebut akan sembuh sendiri. Biasanya jika tekanan darah Tn.S turun, dia meminum susu cair. Ny.H beranggapan bahwa sakit Tn.S hanya biasa dan tidak terlalu serius. Ny.H menderita kolesistitis . Apabila nyeri yang dirasakan kembali datang maka Tn. S akan membawa Ny. H ke klinik untuk memeriksakan nyeri yang diderita. Ny. H sempat beberapa kali opname di rumah sakit dengan penyakit yang sama. Ny.H juga menghindari makanan yang dapat memicu munculnya rasa sakit akibat kolesistitis. An.K dan An. M menderita gastritis, Ny.H mengatakan bila anaknya merasa sakit, maka akan diberi obat penurun asam lambung yang dibeli di apotek. Namun, bila penyakit dirasa cukup serius, Ny.H dan Tn.S akan pergi ke Puskesmas atau dokter. Ny.H mengatakan walau An.G merupakan anak yang periang tapi An.G agak sulit untuk terbuka dengan keluarganya, dia lebih baik memendam perasaannya. An. G mengatakan jarang berbicara dengan Tn. S karena menurut An. G bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar, Tn. S sering marah-marah sehingga An. G malas untuk menanggapinya. Ibu. H mengatakan sebenarnya Tn. S baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya.
17
An. G juga mengatakan bahwa dia sudah merokok semenjak SMP karna ikut-ikutan dengan temannya. Ny.H dan Tn. S sudah sering memberi tahu efek samping dari merekok tapi An.G belum bisa meninggalkan kebiasayannya. Karna teman-temannya juga An.G sering keluar malam dan hal tersebut mengganggu pola tidurnya. An. A dan An.F tidak memiliki malah penyakit yang serius. Saat An.A dan An.F jatuh sakit keluarga sebinya menangani dengan cara tradisonal. Apabila An. A dan An.F mengalami sakit yang berkepanjangan da tidak menunjukan gejala akan sembuh maka Tn.S dan Ny.H akan membawa anaknya ke klinik terdekat. 2. Riwayat penyakit keturunan Orang tua dari Tn.S sudah tiada keduanya, ibu Tn. S memiliki penyakit DM (diabetes mellitus) dan meninggal akibat stroke, Bapak Tn.S meninggal karena Tumor ganas diperut bawah. Namun, Orang Tua dari Ny.S memiliki riwayat hipertensi. Ayah dari Ny.S telah meninggal 2 tahun yang lalu akibat HHD (Hypertension Heart Disease). Serta ibu dari Ny.S memiliki riwayat hipertensi serta menderita penyakit DM (Diabetes Melitus). Ibu dari Ny.S saat ini masih menjalani pengobatan dengan rawat jalan. 3. Lingkungan a. Karakteristik rumah Tempat tinggal Tn.S memiliki luas 114,75 m, Tipe rumah 45, milik sendiri. Rumah Tn.S memiliki kamar/ ruangan sebanyak 10 ruangan, Ventilasi/ penerangan cukup, dengan pemanfaatan ruangan : 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 Toko An.K, 1 R keluarga, 1 dapur, 1 ruang makan, 2 kamar mandi satu ruang cuci baju. Rumah Tn.S memiliki 1 Septik tenk, jarak pembuangan (Septik tenk) dengan sumber
mata
air
±10m.
Keluarga
18
Tn.S
menggunakan sumber air minum dari air hujan. Tidak tersedia tempat sampah, untuk limbah rumah tangga ada di belakang rumah dan biasanya dibuang sehari sekali. Lingkungan rumah Tn.S cukup bersih, jarak rumah dengan jalan raya cukup dekat. b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW Keluarga Tn.S tinggal di daerah dekat dengan pasar, tetangga yang ada di sekitar rumah semuanya ramah dan saling tolong-menolong satu sama lain. c. Mobilitas geografi keluarga Tn. S mengatakan dia sejak lahir sudah menempati rumha tersebut. Dan Ny.H awalnya tinggal di Sungai Toman, Salatiga, namun setelah menikah dengan Tn.S maka Ny.H pindah ke Selakau. Semua anak Tn.S besar di rumah tersebut. Keluarga Ny.H tinggal berjauhan dari rumahnya. Sedangkan keluarga Tn.S tinggal tak jauh dari rumah Tn.S d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Biasanya Ny.H ikut arisan sebulan sekali sekali, sedangkan Tn.S selalu ikut serta bila ada acara kerja bakti RT maupun RW. An.K mengatakan bahwa dia memiliki teman sebaya yang jarak rumhanya lumayan jauh, dan dia juga disibukan dengan menjaga toko yang dibukanya. An.K juga senang bersosialisasi dengan tetangga dan membantu apabila sedang ada acara. An. M sekarang disibukan dengan bekerja, walaupun begitu dia masih sering bersosialiasi dengan temannya. An.M mempunyai teman dari berbagai tingkatan sosial dan umur. Beberapa teman-temannya merupakan perokok, minum beralkohol. Namun, An.A berusaha untuk tidak mengikuti tindakan negatif teman-temannya, karena An.M mengerti bahaya dari tindakan tersebut.
19
An.G mengatakan bahwa dia memiliki banyak teman, dan hampir semua temannya merokok, beberapa ada yang suka minum alkohol. An.G mengatakan dia sering keluar hingga larut malam dan dia juga mengatakan kalau dia merokok tapi tidak minum alcohol. An.G juga mengatakan dia mudah bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. An.A bersosialisasi dengan mudah terhadap masyarakat sekitar tetapi jangan bermain dikarenakan tidak ada anak seusinya di sekitar rumah. An.A mengatakan dia mempunyai teman SMP dan temannya itu merupakan seorang perokok, dan punya sifat yang kurang baik. Ny.H mengatakan kalau An.A pernah melakukan tindakan yang kurang baik akibat ikut-ikutan temannya. An.F sangat mudah bersosialisasi dengan tetangga sekitar, karna kebetulan ada tetangga yang seumuran dengannya sehingga dia bisa bermain bersama. An.F juga sering bermain di rumah tetangga yang lain, karna umur yang masih kecil, An.F sering dijemput tetangga untuk diajak bermain. e. Sistem pendukung keluarga Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Keluarga Tn.S memiliki fasilitas : Televisi, MCK, tempat tidur yang nyaman, sumber air bersih, motor sebagai sarana transportasi dan untuk masalah kesehatan, keluarga Tn.S memiliki memiliki bpjs untuk membantu biaya pengobatan. 4. Struktur Keluarga a. Pola Komunikasi Keluarga: Ny.H mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ny.H mendiskusikan bersama Tn.S, terkadang meminta bantuan nasihat dari orang tua. Waktu yang biasanya digunakan untuk komunikasi pada
20
saat santai yaitu malam hari dan waktu makan bersama dengan anggota keluarga. b. Struktur Kekuatan keluarga: Pemegang keputusan di keluarga adalah Tn.S sebagai kepala keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ny.H punya pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan rumah tangga dan mengatur posisi perabotan rumah tangga. Terkadang Ny.H juga berinisiatif sendiri untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada yang sakit dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat Apotek. c. Struktur Peran: Tn.S Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga. Ny.H mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibu. Ny.H berperan sebagai ibu rumah tangga dan juga membuka usaha jualan kue di rumahnya. An.K menjadi kakak tertua yang memngayomi adik-adiknya, dan membatu ibunya membereskan rumah. An.K juga membatu perekonomian keluarga. An.M sebagai abang tertua juga membantu mengurus adiknya, dan membantu Tn.S mencari nafkah. An. G mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya. An. Juga membantu Tn.S mencari nafkah dengan menjaga cuci motor di rumahnya. Ny.H mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. An.A juga agak malas belajar, Ny.H mengatakan bahwa An.G dan An.A sering keluar malam untuk bermain, tetapi An,A lebih awal pulangnya disbanding An.G d. Nilai dan Norma Budaya: Nilai dan norma yang dipegang oleh Tn.S adalah sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaruh oleh norma budaya. Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat. e. Fungsi Keluarga
Fungsi Afektif: Ny.H mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat
21
walaupun An. G termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapatnya.
Fungsi Sosialisasi: Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi keluarga Tn.S tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut.
Fungsi Perawatan Keluarga: Ny.H mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari apotek. Keluarga Ny.H juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Tn.S mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan tidak merokok hanya saja jika sedang banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya biasanya Tn.S mengeluhkan pegal-pegal pada badannya.
f. Stress dan Koping Keluarga. Keluarga Tn.S mencemaskan pergaulan An. G yang sudah memasuki masa remaja. An.G sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An. G juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di sekitar rumahnya tersebut. Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau setiap masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan minta bantuan dari orang tua dan tetangga yang terdekat. Strategi Koping yang Digunakan: Ny.H mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah yang ada. Strategi Adaptasi Disfungsional: Tidak ada. g. Harapan Keluarga: Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan
22
mendapatkan banyak pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara perawatannya.
5. Pemeriksaan fisik. 6. 1
Nama
Tn.S
TD
Nadi
Nafas
Suhu
(mmHg)
(x/menit)
(x/menit)
(oC)
150/120
90
21
36,7
Pemeriksaan Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada Fisik retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 10x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris.
23
No
2
Nama
Ny.H
Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, memakai kacamata jika membaca. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu (mmHg)
(x/menit)
(x/menit)
(oC)
110/90
82
19
36,8
Pemeriksaan Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada Fisik retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9 x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
24
(k g) 48
No
3
Nama
An.K
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu (mmHg)
(x/menit)
(x/menit)
(oC)
100/90
88
20
36,5
Pemeriksaan Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada Fisik retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop.
25
(k g) 51
Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9 x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
26
No
4
Nama
An. M
TD
Nadi
Nafas
Suhu
(mmHg)
(x/menit)
(x/menit)
(oC)
110/90
91
21
36,8
Pemeriksaan Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada Fisik retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8 x/menit. Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
27
(k g) 36
Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. No
5
Nama
An. G
TD
Nadi
Nafas
Suhu
(mmHg)
(x/menit)
(x/menit)
(oC)
90/70
92
22
36,9
Pemeriksaan Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada Fisik retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 22 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8 x/menit. Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
28
(k g) 31
Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm,
No 6
Nama An.F
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. TD Nadi Nafas Suhu (mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC) 90 23 37
Pemeriksaan Jantung: Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada Fisik retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop. Paru-paru: Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 23 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan.
29
Abdomen: Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8 x/menit Ekstremitas: Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela normal kiri dan kanan, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit: Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. Kepala: Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Leher: Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Telinga: Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik. Mata: Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, jarak pandang berkurang. Mulut dan hidung: Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
30
31
2. Analisa data No 1.
data DS
Masalah keperawatan Penurunan koping keluarga pada
-
Ny.H mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan
-
Ny.H mengatakan sudah lelah menyuruh An.G untuk belajar karna selalu
keluarga Tn.S khususnya An. G.
diabaikan oleh An.G -
An. G mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya
-
An.G tidak paham tenang management waktu yang baik.
-
An. G mengatakan saat ini sudah tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya
DO 2.
An. G sering nongkrong dan tidak terlihat belajar
- An.G asik bermain posel kalau sedang berada di rumah DS :
Gangguan pola tidur An.G pada
-
An.G mengatakan bahwa dia sering pulang malam dan begadang
Keluarga Tn.S
-
An.G mengatakan bahwa dia sering kelelahan
-
An.G juga mengatakan bahwa kepalanya sering terasa pusing dan matanya berkunang-kunang sewaktu bangun tidur.
DO :
32
-
An.G tampak pucat
-
Konjungtiva anemis
-
TTV An.G : TD : 80/60 mmHg RR : 19X / menit N
3.
S DO -
: 78X / menit :36,4 oC Perilaku
An.G mengatakan “Rokok adalah tembakau, didalam rokok terdapat zat nikotin beresiko
kesehatan akibat
cenderung
rokok
pada
dan tar, saya merokok karena ingin mencoba, saya merokok sejak kelas 2 SMP keluarga Tn.S khususnya An.G dan merokok sehari habis 3. Tetapi belum timbul gejala yang memberatkan aktivitas An.G -
Ny.H mengatakan “akibat lanjut dari rokok kalau tidak segera dihentikan bisa penyakit jantung, darah tinggi, kalau melihat An.G merokok langsung saya marahi.”
-
Ny.H mengatakan “sudah saya suruh untuk An.G berhenti merokok”
DO -
Klien tampak terlihat baik
33
TD : 80/60 mmHg RR : 19X / menit
4.
N
: 78X / menit
S
:36,4 oC
DS
Gangguan proses keluarga pada
-
Ny.H mengatakan bahwa An. G sulit untuk diatur semenjak memasuki SMP
keluarga Tn.S khususnya An. G
-
Ny.H mengatakan bahwa An. H lebih suka menghabiskan waktunya di sendiri
berhubungan
-
Ny.H mengatakan An. G merupakan seorang anak yang pendiam dan jarang ketidakmampuan keluarga untuk berbicara jika tidak ditanya
-
memahami masalah.
Ny.H mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga
-
An. G mengatakan tidak mengetahui tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja
-
An. G mengatakan sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja
-
An. G mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua atau pun keluarganya yang lain
-
An. G mengatakan sering ditawari untuk mencoba merokok oleh temantemannya di sekolah maupun di lingkungan rumah
34
dengan
-
An. G juga mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga malam hari
DO: -
Tn.S terlihat jarang berada dirumah
-
An. G merupakan anak ketiga dalam keluarga
-
An. G berusia 17 tahun,
-
Di rumahnya tidak ada yang bisa mengajarkan peran dan tanggung jawab kepada remaja (An. G)
-
Defisiensi pengetahuan tentang tugas perkembangan maupun tanggung jawab sebagai remaja
-
An. G merupakan anak yang tertutup
B. Diagnose keperawatan
35
1) Gangguan pola tidur An.G pada Keluarga Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenali dan mengontrol aktivitas anggota keluarganya 2) Gangguan proses keluarga pada keluarga Tn.S khususnya An. G berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengambil keputusan. 3) Perilaku kesehatan cenderung beresiko akibat rokok pada keluarga Tn.S khususnya An.G b/d Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan pergaulan An.G yang rentan dengan perilaku menyimpang 4) Penurunan koping keluarga pada keluarga Tn.S khususnya An. G berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenali dan mengontrol aktivitas anggota keluarganya.
C. Skoring
36
a. Penurunan koping keluarga pada keluarga Tn.S khususnya An. G berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenali dan mengontrol aktivitas anggota keluarganya No 1
Kriteria Sifat Masalah : resiko
Skor 2
Bobot 1
Nilai 2/3 x 1 = 2/3
Pembenaran Masalah merupakan risiko, saat ini An. G masih duduk di kelas 2 SMP, dari hasil belajar semester yang lalu nilainya termasuk standar. An. G malas belajar di rumah dan tidak ada yang membantunya dalam mengerjakan
2
Kemungkinan masalah 1 dapat
dirubah
2
1/2 x 2 = 1
:
tugas maupun belajar. Orang tua hanya memarahi jika An. G malas belajar. An. G menyadari bahwa perlu belajar jika ingin hasil prestasinya meningkat, tetapi An.G tidak ingin mengurangi jam bermainnya
Sebagian.
dikarenakan dia juga telah membantu usaha cuci motor Tn.S. Orang tua
3
Potensi masalah dapat 2
1
2/3 x 1 = 2/3
memiliki kemauan untuk membantu permasalahan . Adanya kemauan dari remaja untuk memperbaiki cara belajarnya, tetapi
4
dicegah : cukup. Menonjolnya Masalah: 1
1
1/2 x1 = 1/2
kurang bantuan dan dukungan keluarga maupun temannya. Keluarga menganggap masalah terjadi tetapi tidak menjadikan masalah ini
tidak dirasakan TOTAL
prioritas utama. 2
5/6
b. Gangguan pola tidur An.G pada Keluarga Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenali dan mengontrol aktivitas anggota keluarganya.
37
No
Kriteria
Skor
Bobot
Nilai
Pembenaran
1
Sifat Masalah : aktual
3
1
3/3 x 1 = 1
An.A sering terlihat pucat dan merasa pusing setelah bangun tidur, namun An.A masih belum bisa meninggalkan kebiasaannya keluar malam dan begadang
2
Kemungkinan
masalah 2
2
2/2 x 2 = 2
dapat dirubah : Mudah. 3
Potensi
masalah
dapat 2
begadang dan keluar malam tapi tidak mendalam. 1
dicegah : cukup. 4
Menonjolnya masalah : 2
1
2/3 x 1 = An.A mau berusaha untuk mengurangi kebiasaannya keluar malam dan 2/3
begadang.
2/2 x1 = 1
Keluarga tahu bahwa banyak penyakit yang akan timbul jika An.A terlalu
Perlu segera ditangani TOTAL
Memberikan informasi mengenai dampak terburuk akibat terlalu sering
sering begadang, 4 2/3
c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko akibat rokok pada keluarga Tn.S khususnya An.G b/d Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan pergaulan An.G yang rentan dengan perilaku menyimpang
38
No 1
Kriteria Sifat Masalah
Skor : 2
Bobot 1
Nilai 2/3 x 1 = 2/3
resiko 2
belum ada gejala yang dapat menggangu aktivitasnya akibat konsumsi
Kemungkinan masalah
3
2
2
2/2 x 2 =2
dapat
dicegah
1
1/3 x 1 = 1/3
:
ketergantungan terhadap rokok, tapi sekarang mulai mengurangi dosis
Menonjolnya Masalah:
aktivitas. Masalah berheti merokok sulit dicegah karena proses berhenti merokok harus secara bertahap , merokok sudah 4 tahun yang menyebabkan sangat
rendah. 4
rokok. An. H menyadari bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit yang menyerang system pernapasan dan bisa mengganggu kesehatan tubuh dan
dirubah : mudah. Potensi masalah 1 dapat
Pembenaran Keluarga Tn.B khususnya An.S adalah perokok,An.S mengatakan bahwa
1
1
1/2 x1 = 1/2
Ada
merokok setiap harinya Keluarga tahu bahwa banyak penyakit yang akan timbul jika An.A terlalu banyak mengkonsumsi rokok.
masalah tetapi tidak perlu
segera
ditangani TOTAL 3 1/2 d. Gangguan proses keluarga pada keluarga Tn.S khususnya An. G berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengambil keputusan. No 1
Kriteria Sifat Masalah
Skor : 2
Bobot 1
Nilai 2/3 x 1 = 2/3
Pembenaran Timbul mekanisme koping negatif baik pada orangtua, keluarga maupun
39
2
resiko Kemungkinan masalah
3
2
2/2 x 2 =2
dapat
dicegah
1
3/3 x 1 = 1
respon positif dengan bertanya cara komunikasi yang baik dengan remaja. Keluarga sudah mengetahui stressor dan cara mencegahnya.
1
1/2 x1 = 1/2
Keluarga menganggap masalah terjadi tetapi tidak menjadikan masalah ini
:
Tinggi. Menonjolnya Masalah:
remaja karena kurangnya kualitas komunikasi antara mereka. Pola komunikasi antara remaja dan orang tua merupakan suatu proses yang harus dimulai dan dijaga keberlangsungannya, keluarga sudah memberikan
dirubah : mudah. Potensi masalah 3 dapat
4
2
1 Ada
prioritas utama.
masalah tetapi tidak perlu
segera
ditangani TOTAL
3
5/6
3. Prioritas diagnose keperawatan Prioritas 1.
Diagnosis keperawatan (PES) Gangguan pola tidur An.G pada Keluarga Tn.S berhubungan dengan 4 2/3 ketidakmampuan keluarga dalam mengenali dan mengontrol aktivitas
40
Skor
anggota keluarganya 2.
Gangguan proses keluarga pada keluarga Tn.S khususnya An. G berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengambil keputusan.
3.
3 5/6
Perilaku kesehatan cenderung beresiko akibat rokok pada keluarga Tn.S khususnya An.G b/d Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi 3 1/2 lingkungan pergaulan An.G yang rentan dengan perilaku menyimpang
4.
Penurunan koping keluarga pada keluarga Tn.S khususnya An. G berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenali dan 2 5/6 mengontrol aktivitas anggota keluarganya.
D. Intervensi No SDKI
SLKI
SIKI Observasi
Terapeutik
41
Edukasi
Kolabortasi
1
Gangguan pola
Luaran Utama :
tidur An.G pada Pola tidur Keluarga Tn.S
Luaran tambahan
berhubungan
:
dengan
-
ketidakmampua n keluarga
peran -
dalam mengenali dan
anggota keluarganya
Status kenyamana
-
mengontrol aktivitas
Penampilan
Tingkat depresi
-
Tingkat keletihan
Dukungan Tidur Identifikasi pola aktivitas dan tidur Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis) Identifikasi
Modifikasi lingkungan ( mis. Pencahayaan,
pentingnya tidur
kebisingan, suhu, matras,
cukup selama
dan tempat tidur)
sakit
batasi waktu tidur siang, Jika perlu fasilitasi
makanan dan
menghilangkan stres
minuman yang
sebelum tidur
mengganggu tidur (mis. Kopi, teh, alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur) Identifikasi obat tidur yang
Jelaskan
tetapkan jadwal tidur rutin Lakukan prosedur untuk meningkatkan
anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur anjurkan menghindari makanan atau minuman yang mengganggu tidur anjurkan
kenyamanan ( mis.
penggunaan obat
pijat, pengaturan
tidur yang tidak
posisi, terapi
mengandung
akupresur )
supresor terhadap
42
dikonsumsi
sesuaikan jadwal pemberian obat
tidur REM ajarkan faktor-
dan/atau tindakan
faktor yang
untuk menunjang
berkontribusi
siklus tidur terjaga
terhadap gangguan pola tidur (mis. psikologis, gaya hidup, sering berubah shift kerja ) ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non farmakologi
lainnya Edukasi Orangtua: Fase Remaja 2
Gangguan
Luaran Utama:
proses keluarga
proses keluarga
dan kemampuan
media pendidikan
sasaran
pada keluarga
Luaran
orang tua menerima
kesehatan
perkembangan masa
identifikasi kesiapan Sediakan materi dan
43
Jelaskan tugas atau
Tn.S khususnya An. G berhubungan
tambahan: -Dukungan keluarga
dengan
-dukungan social ketidakmampua -kinerja n keluarga pengasuhan
informasi
identifikasi faktor
kesehatan sesuai
yang mempengaruhi
kesepakatan
program edukasi
berikan kesempatan orang
( mis. nilai budaya,
tua untuk bertanya
pengalaman negatif
berikan bahan bacaan
untuk
-koping keluarga
pada layanan
mengambil
-penampilan
kesehatan
keputusan.
jadwalkan pendidikan
mengenai remaja
remaja Jelaskan pola hubungan antara orang tua dan remaja Jelaskan mekanisme koping yang digunakan oleh remaja ( mis.
peran
penyangkalan )
-resolusi berduka
ajarkan fisiologi
-status koping
normal, emosional,
-tingkat agitasi
kongnitif, dan
-tingkat depresi
karakteristik remaja ajarkan cara berkomunikasi dengan remaja ajarkan memberikan kehangatan,
44
mengungkapkan sayang, mengajarkan disiplin ajarkan mengidentifikasi cara remaja dalam mengelola kemarahan ajarkan mengenai sikap sikap menghadapi perilaku remaja ajarkan mengidentifikasi adanya stres keluarga ( mis. depresi Orang Tua, kecanduan narkoba, alkoholisme, pendidikan terbatas,
45
kekerasan dalam rumah tangga, konflik perkawinan, perceraian ) Dukungan Pengungkapan Perasaan -
-
identifikasi
-
fasilitasi
-
ajarkan
tingkat emosi
mengungkapkan
mengekspresikan
identifikasi
pengalaman
perasaan secara
isyarat verbal
emosional yang
asertif
dan nonverbal
menyakitkan
identifikasi
informasikan
fasilitasi
menekan
perasaan saat ini
mengidentifikasi
perasaan dapat
identifikasi
asumsi interpersonal
mempengaruhi
hubungan antara
yang melatarbelakangi
hubungan
apa yang
pengalaman
interpersonal.
dirasakan dan
emosional
perilaku
-
-
-
fasilitasi pertimbangan menunda perilaku
46
dalam merespon emosi yang menyakitkan -
fasilitasi membedakan pengungkapan ekspresi emosi yang kuat diperbolehkan dan yang merusak hubungan
-
fasilitasi menetralkan kembali emosi yang
3
Perilaku
Luaran utama:
kesehatan
perilaku
cenderung
kesehatan
beresiko akibat rokok pada keluarga Tn.S khususnya
luaran tambahan:
negatif Edukasi Berhenti Merokok Identifikasi kesiapan
Sediakan materi dan
dan kemampuan menerima informasi
media edukasi jadwalkan pendidikan
-manajemen kesehata
penarikan nikotin ( mis. sakit kepala,
kesehatan sesuai
pusing, mual, dan
kesepakatan
insomnia )
berikan kesempatan
47
Jelaskan gejala fisik
Jelaskan gejala
An.G b/d
-manajemen
Ketidakmampu
kesehatan
an keluarga
keluarga
dalam
-pemeliharaan
memodifikasi
-kesehatan
pada keluarga untuk
berhenti merokok
bertanya
( mis. mulut kering, batuk, tenggorokan gatal ) Jelaskan aspek
lingkungan
psikososial yang
pergaulan An.G
mempengaruhi
yang rentan
perilaku merokok
dengan perilaku
informasikan produk
menyimpang
pengganti nikotin ( mis. permen karet, semprotan hidung, inhaler ) ajarkan cara berhenti merokok
Dukungan Berhenti Merokok
48
Identifikasi keinginan berhenti merokok identifikasi supaya berhenti merokok
Diskusikan motivasi penghentian merokok diskusikan kesiapan perubahan gaya hidup lakukan pendekatan
Jelaskan efek langsung berhenti merokok Jelaskan berbagai intervensi
psikoedukasi untuk
farmakoterapi (mis.
mendukung dan
terapi penggantian
membimbing upaya
nikotin )
berhenti merokok
4
Penurunan
koping keluarga status koping pada keluarga keluarga Tn.S khususnya An. G berhubungan
Dukungan Koping Keluarga
Luaran utama:
Luaran tambahan: -fungsi keluarga
Identifikasi respon
Dengarkan masalah,
Informasikan
Rujuk
emosional terhadap
perasaan, dan
kemajuan pasien
untuk
kondisi saat ini
pertanyaan keluarga
secara berkala
terapi
identifikasi beban
terima nilai-nilai
prognosis secara
keluarga dengan cara
49
informasikan fasilitas perawatan kesehatan
keluarga, Jika perlu
dengan ketidakmampua n keluarga dalam
-ketahanan keluarga -kinerja pengasuhan
psikologis identifikasi
tidak menghakimi diskusikan rencana
pemahaman tentang keputusan
medis dan perawatan fasilitasi pengungkapan
mengenali dan
-perlekatan
perawatan setelah
mengontrol
perasaan antara pasien
-resolusi berduka
pulang
aktivitas
dan keluarga atau antar
-tingkat ansietas
identifikasi
anggota keluarganya.
kesesuaian antara
anggota keluarga fasilitasi pengambilan
harapan pasien,
keputusan dalam
keluarga, dan tenaga
merencanakan
kesehatan
perawatan jangka panjang, Jika perlu fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai fasilitasi pemenuhan
50
yang tersedia
kebutuhan dasar keluarga ( mis. tempat tinggal, makanan, pakaian) fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan berduka, Jika perlu fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan
51
pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan perawatan hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan berikan kesempatan berkunjung bagi keluarga
Dukungan Penampilan Peran
Identifikasi berbagai
fasilitasi adaptasi peran
diskusikan perilaku
peran dan periode
keluarga terhadap
yang dibutuhkan
transisi sesuai
perubahan peran yang
untuk pengembangan
tingkat
tidak diinginkan
peran
perkembangan
fasilitasi bermain peran
identifikasi peran
dalam mengantisipasi
52
diskusikan perubahan peran yang
-
rujuk dalam kelompok untuk mempelaj ari peran
yang ada dalam
reaksi orang lain
diperlukan akibat
keluarga
terhadap perilaku
penyakit atau
identifikasi adanya
fasilitasi diskusi
ketidakmampuan diskusikan perubahan
peran yang tidak
perubahan peran anak
terpenuhi
terhadap bayi baru lahir,
peran dalam
Jika perlu
menerima
fasilitasi diskusi tentang peran orangtua, Jika perlu fasilitasi tentang
tua diskusikan strategi positif untuk
adaptasi peran saat anak
mengelola perubahan
meninggalkan rumah,
peran
Jika perlu fasilitasi diskusi
53
ketergantungan orang
ajarkan perilaku baru Yang dibutuhkan
Harapan dengan
oleh pasien atau
keluarga dalam peran
orang tua untuk
timbal balik
memenuhi peran
baru
E. Implementasi dan Evaluasi
54
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn.S yang bertempat tinggal di wilayah Jl. Ampera No. 1, RT 001, RW 007, Dusun Pasar Lama, Desa parit baru, kecamatan Selakau, kabupaten Sambas, Kalimantan Barat maka dapat disimpulkan hasil pengkajian awal yaitu komunikasi yang dibangun Antara An.G dan
orangtua kurang efektif. Ditemukan juga bahwa Kebiasaan buruk terbentuk pada An.G diakibatkan pergaulannya. Kebiasaan buruk tersebut awalnya sangat ditentang habis-habisa oleh orangtu tetapi karna An.G tidak ada perubahan akhirnya orangtua lelah untuk mengingatkan An.G. Sehingga tersusun empat masalah keperawatan Gangguan pola tidur An.G pada Keluarga Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenali dan mengontrol aktivitas anggota keluarganya. Gangguan proses keluarga pada keluarga Tn.S khususnya An. G berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengambil keputusan.Perilaku kesehatan cenderung beresiko akibat rokok pada keluarga Tn.S khususnya An.G b/d Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan pergaulan An.G yang rentan dengan perilaku menyimpang. Penurunan koping keluarga pada keluarga Tn.S khususnya An. G berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenali dan mengontrol aktivitas anggota keluarganya. Rencana keperawatan disesuaikan dari hasil pengkajian dan diagnose keluarga Tn.G yang diambil dari SIKI. Pada pengimplementasian keluarga cukup kondusif saat perawat dating sehingga implementasi dapat diberikan dengan baik, namun tidak semua intervensi yang dibuat dapat dilaksanakan. Evaluasi yang didapat cukup baik, karena kerluarga mulai mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
B. Saran Sebaiknya mahasiswa mempersiapkan segala hal baik berupa materi yang akan menunjang pembuatan dasar pada asuhan keperawatan, ataumateri yang nantinya akan disampaikan kepada keluarga. Waktu berkunjung haruslah dari kesepakatan
56
bersama , perawat wajib membina hubungan saling percaya antara perawat dan keluarga agar nantinya asuhan keperawatan dapat berjalan dengan lancar. Perawat juga harus memperhatkan keadaan keluarga dengan baik agar nantinya penentuan masalah keperawatan tepat.
57
DAFTAR PUSTAKA Fithri Ajhuri, Kayyis. (2019). Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang Hidup.Yogyakarta: Penebar Media Pustaka. Herlina. (2013). Bibliotherapy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku. Bandung: Pustaka Cendikia Utama. Salawati, Trixie. Devi Indrawati,Nuke. (2016). Ananlisis Kebutuhan untuk Merancang Komik Anak “ASETARO” (Aku Akan Tetap Sehat Tanpa Asap Rokok). Universitas Muhammadiyah Semarang: Jurnal Kesehatan Masyarakat. Snyder, Shirley. Frandsen Geralyn. (2016). Kozier & Erbs’ Fundamentals of Nursing: concepts, practice, and process. Tentu Edition. New Jersey: Pearson Education Inc. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat Ppni : Jakarta. 2017. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Difinisi Dan Tindakan Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat Ppni : Jakarta. 2018. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Difinisi Dan Tindakan Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat Ppni : Jakarta. 2019. Utami, Ida. (2019). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Idea Press. Widagdo, Wahyu. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta Selatan: Puspendik SDM Kes.
58