Askep RHD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1) Pengertian RHD Rematoid heart desease ( RHD ) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan. Reumatoid heart desease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993). RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif seperti pada jantung,tulang, jaringan subcutan pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi streptococcus hemolitic-b grup A.



2) Epidemiologi / Insiden Kasus RHD terdapat diseluruh dunia.Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.



3) Penyebab / Faktor Predisposisi Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A



yang pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun. Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD : a. Faktor-faktor pada individu  Faktor Genetik Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD ini tidak lengkap namun pada umumnya ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya RHD, walaupun cara penurunanya belum dapat dipastikan.  Jenis Kelamin Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita daripada anak laki-laki.  Golongan Etnik dan Ras Data di Amerika menunjukan bahwa serangan awal maupun serangan ulangan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih  Umur RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usa sekolah ) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan pada anak sebelum berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun



b.



Faktor-faktor lingkungan  Keadaan sosial ekonomi yang buruk Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan oenghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang  Iklim dan geografis RHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah beriklim sedang,tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropispun mempunyai insiden yang tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi, insiden RHD lebih tinggi daripada dataran rendah  Cuaca Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran napas atas meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat



DOWNLOAD PATHWAY RHD DISINI



5. Manifestasi Klinis dan Kriteria diagnosis



a. 1)



2)



3)



4)



5)



b. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)



Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala maka digunakan kriteria Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor. Kriteria Mayor Carditis Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau endokarditis ) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katub mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung ( seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat ), bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral ( bising sistolik ), Friction rub. Polyarthritis Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang berpindahpindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ), gangguan fungsi sendi. Khorea Syndenham Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat. Eritema Marginatum Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan. Nodul Subcutan Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas. Kriteria Minor Memang mempunyai riwayat RHD Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu Leukositosis Peningkatan laju endap darah ( LED ) C- reaktif Protein ( CRP ) positif P-R interval memanjang Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse ) Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO )



Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum seperti , akral dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia Diagnosis RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.



6. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang a.



b. c. d. e.



Pemeriksaan laboratorium Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan hemoglobin . Radiologi Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung. Pemeriksaan Echokardiogram Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi Pemeriksaan Elektrokardiogram Menunjukan interval P-R memanjang. Hapusan tenggorokan :ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A



7. Therapy / Penatalaksanaan Tata laksana RHD aktif atau reaktifitas adalah sebagai berikut : a. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai dengan keadaan jantungnya. Kelompok



Tirah baring



Mobilisasi bertahap



klinis



( minggu )



( minggu)



- Karditis ( - ) - Artritis - Karditis



(+)



2



2



4



4



6



6



>6



> 12



(+)



- Kardiomegali (-) - Karditis ( + ) - Kardiomegali(+) - karditis ( + ) - Gagal jantung (+ )



b.



Eradikasi dan selanjutnya pemberian profilaksis terhadap kuman sterptococcus dengan pemberian injeksi Benzatine penisillin secara intramuskuler. Bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan 1,2 juta unit dan jika kurang dari 30 kg diberikan 600.000-900.000 Unit. c. Untuk antiradang dapat diberikan obat salisilat atau prednison tergantung keadaan klinisnya. Salisilat diberikan dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama kurang lebih 2 minggu dan 25 mg/ Kg BB/hari selama 1 bulan. Prednison diberikan selama kurang lebih 2 minggu dan teppering off ( dikurangi bertahap ). Dosis awal prednison 2 mg/ kg BB/hari. d. Pengobatan rasa sakit dapat diberikan analgetik



e.



f.



Pengobatan terhadap khorea hanya untuk symtomatik saja, yaitu klorpromazin,diazepam atau haloperidol. Dari pengalaman ternyata khorea ini akan hilang dengan sendirinys dengan tirah baring dan eradikasi. Pencegahan komplikasi dari carditis misal adanya tanda-tanda gagal jantung dapat diberikan terapi digitalis dengan dosis 0,04-0,06 mg/kg BB.



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN



1. Pengkajian -



Data fokus: Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak terpola Adanya riwayat infeksi saluran nafas. Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar.. Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan hemoglobin Arthralgia, gangguan fungsi sendi Kelemahan otot Akral dingin Mungkin adanya sesak. Manifestasi khusus:  carditis: takikardia terutama saat tidu ( sleeping pulse ) kardiomegali suara bising katup ( suara sistolik ) perubahan suara jantung perubahan ECG (PR memanjang) Precordial pain Precardial friction rub Lab : leukositosis, LED meningkat, peningkatan ASTO,.  Polyarthritis Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi Menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, lengan ( gangguan fungsi sendi ) 



Nodul subcutaneous:



Timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas, Muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap. Terdapat pada permukaan ekstensor persendian  Khorea: Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat. Emosi labil Kelemahan otot  Eritema marginatum:



bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan. Bercak merah dapat berpindah lokasi  tidak permanen eritema bersifat non pruritus



2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul 1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup ) ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan jantung berdebar-debar DO : - Takikardia terutama saat tidur ( sleeping pulse ) - Hipotensi, pucat sampai sianosis,akral dingin. - Bunyi jantung melemah, suara bising katup ( bising sistolik), friction rub. - Pemeriksaan lab : Peningkatan ASTO - Perubahan EKG pada gelombang P-R memanjang - Pada ekocardiogram menunjukan pembesaran juntung 2) 3)



4)



-



Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial DS : Klien mengeluh nyeri pada sendi dan berpindah-pindah. DO : Klien nyeri tekan pada daerah sendi Klien membatasi gerakan sendi. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung. Ditandai dengan : DS : DO : Peningkatan suhu tubuh namun kurang dari 39 derajat celcius dan tidak terpola Takikardia Pemeriksaan laboratorium darah menunjukan leukositosis. Hapusan tenggorokan ditemukan streptococcus hemoliticus b grup A Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Ditandai dengan : DS : Klien mengeluh mual dan tidak napsu makan Klien mengeluh lemas DO : Klien mengalami kelemahan.



5)



6)



-



Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Poltarthritis/arthalgia dan therapi bed rest .Ditandai dengan : DS : Klien mengeluh nyeri sendi DO : Klien mengalami gangguan fungsi sendi, nyeri tekan pada sendi Klien tampak membatasi gerakan sendi. Therapi klien harus tirah baring/bed rest Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan. Ditandai dengan : DS : Klien mengatakan timbul bercak-bercak merah namun tidak gatal pada kulit dan badan DO : Tampak adanya eritema marginatum pada kulit dan badan klien



7)



Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat



8)



Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea



3. Intervensi 1)



dan Rasional Keperawatan



Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosis katup ) Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat diminimalkan. Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, , bebas gejala gagal jantung, Intervensi dan rasional: Rasional Intervensi 1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi 1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD jantung sedini mungkin dan terjadinya secara teratur setiap 4 jam. takikardia-disritmia sebagai kompensasi



meningkatkan curah jantung 2.



3.



4.



5.



2. Pucat menunjukkan adanya penurunan Kaji perubahan warna kulit perfusi perifer terhadap tidak terhadap sianosis dan pucat. adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel. 3. Istirahat memadai diperlukan untuk Batasi aktifitas secara adekuat. memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan. 4. Stres emosi menghasilkan Berikan kondisi psikologis vasokontriksi yang meningkatkan TD lingkungan yang tenang. dan meningkatkan kerja jantung. Kolaborasi oksigen



untuk



5. Meningkatkan sediaan oksigen untuk pemberian fungsi miokard dan mencegah hipoksia. 6.



6.Kolaborasi digitalis



untuk



pemberian



Diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan beban kerja jantung.



7.



2)



Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi. Kriteria hasil : Klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya. Intervensi dan rasional: Intervensi 1. Kaji keluhan nyeri. Perhatikan intensitas ( skala 1-10 ) 2. Pertahankan posisi daerah sendi yang nyeri dan beri posisi yang nyaman



Rasional 1. Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan intervensi 2. Menurunkan spasme/ tegangan sendi dan jaringan sekitar



3. Kompres dengan kantong es jika diindikasikan 4. Ajarkan teknik relaksasi progresif ( napas dalam, Guid imageri,visualisasi )



5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik



3)



3. Menghambat kerja reseptor nyeri 4. Membantu menurunkan spasme sendi-sendi, meningkatkan rasa kontrol dan mampu mengalihkan nyeri. 5. Menghilangkan nyeri .



Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi Kriteria hasil : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm³ darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan. Intervensi dan rasional Intervensi 1. Kaji suhu tubuh 1. klien dan ukur tandatanda vital lain seperti nadi, TD dan respirasi 2. 2. Berikan klien kompres hangat pada lipatan tubuh dan terdapat banyak 3. pembuluh darah besar seperti aksilla, perut ) 3. Anjurkan klien 4. untuk minum 2 liter/hari jika memungkinkan 5. 4. Anjurkan klien untuk tirah baring ( bed rest )



Rasional Mengetahui data dasar perencanaan tindakan yang tepat



terhadap



Membantu meberikan evek vasodilatasi pembuluh darah sehungga pengeluaran panas terjadi secara evaporasi Peningkatan suhu juga dapat meyebabkan kehilangan cairan akibat evaporasi Mencegah terjadinya peningkatan reaksi peradangan dan hipermetabolisme. Mengurangi proses peradangan sehingga peningkatan suhu tidak terjadi serta streptococus hemolitikus b grup A akan



5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antiradang seperti salisilat/ prednison serta pemberian Benzatin penicillin



mampu dimatikan



4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi. Kriteria hasil : Klien tidak mual dan anoreksia, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang. Intervensi dan Rasional : Intervensi



Rasional



1. Kaji status nutrisi( perubahan BB< pengukuran antropometrik dan nilai HB serta protein



1. Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi



2. Kaji pola diet nutrisi klien( riwayat diet, makanan kesukaan )



2. Membantu dalam mempertimbangkan penyusunan menu sehingga klien berselera makan



3. Kaji faktor yang berperan untuk menghambat asupan nutrisi ( anoreksia, mual) 4. Anjurkan makan dengan porsi sedikit tetapi sering dan tidak makan makanan yang merangsang pembentukan Hcl seperti terlalu panas, dingin, pedas 5. Kolaborasi untuk pemberian obat penetral asam lambung seperti antasida 6.



Kolaborasi



untuk



3. Menyediakan informasi mengenai faktor yang harus ditanggulangi sehingga asupan nutrisi adekuat. 4. Membantu mengurangi produksi asam lambnung/HCl akibat faktor-faktor perangsang dari luar tubuh 5. Membantu mengurangi produksi HCL oleh epitel lambung 6.



Mendorong peningkatan selera



penyediaan makanan kesukaan yang sesuai dengan diet klien



5)



makan.



Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Polyarthritis / Arthralgia dan therapi bed rest. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pemenuhan ADL klien teratasi. Kriteria hasil :Klien mengatakan ADL terpenuhi. Intervensi dan Rasional : INtervensi 1. Bantu pemenuhan ADL klien



2. Libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan klien 3. Beri penjelasan kepada klien bahwa klien haru s tirah baring sesuai dengan waktu yang diindikasikan



Rasional 1.Memenuhi kebutuhan klien sehingga klien tetap bed rest dan tenang 2.Kebutuhan klien akan l;ebih terpenuhi sehingga klien merasa tetap diperhatikan 3.Mencegah adanya komplikasi peradangan sampai ketingkat gagal jantung.



6)



Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan Tujuan : Seteklah dilakukan tindakan keperawatan,kerusakan integritas kulit teratasi. Kriteria hasil : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien Intervensi dan Rasional INtervensi Rasional 1. Kaji tingkat kerusakan kulit 1.memberikan pedoman untuk memberikan intervensi yang tepat 2. Pertahankan permukaan kering dan2.Lembab merupakan bersih pertumbuhan yang baik mikroorganisme.



tempat untuk



3. Berikan bantalan yang lembut pada3. Mencegah penekanan pada eritema badan sehingga tidak meluas 4.



7)



Kolaborasi untik pemberian antiradang ( prednison )



obat4.



Mengurangi reaksi sehingga eritema hilang.



peradangan



Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas tidak terjadi Rencana intervensi dan rasional:



Intervensi 1.



Rasional



1. Menyatakan adanay kongesti Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, paru/pengumpulan sekret mengii.



menunjukkan kebutuhan untuk 2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas intervensi lanjut. dalam. 2. 3.



Membersihkan jalan nafas memudahkan aliran oksigen.



dan



Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan dengan bantal Jika 3. Menurunkan komsumsi memungkinkan oksigen/kebutuhan dan meningkatkan ekspansi paru maksimal. 4. Kolaborasi dalam memBerikan 4. Meningkatkan konsentrasi oksigen oksigen tambahan sesuai indikasi. alveolar, yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia 5.Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD jaringan. 5. Hipoksemia dapat menjadi berat



6.Kolaborasi untuk pemberian diuretik.



pemberian



selama edema paru 6.Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.



8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera tidak terjadi. Intervensi dan Rasional Intervensi



Rasional



1. Kaji tingkat gerakan klien yang berlebihan



1. Menentukan memberikan intervensi



2. Pantau dan bila mungkin temani klien selama serangan khorea dan jauhkan bendabenda berbahaya dari klien



2. Mencegah terjadinya cidera akibat terjatuh atau terkena bahan berbahaya



3. Pasang tempat tidur klien



3. Mengurangi resiko klien terjatuh dari tempat tidur



4. Anjurkan menemani klien



pengaman



klien



untuk



dalam



4. Memberikan rasa aman klien sehingga cidera tidak terjadi .



5. Kolaborasi intuk pemberian obat penenang (



5. Memberikan efek rileks pada otot sehingga klien tenang.



klorpromazine atau diazepam ) sesuai indikasi



4. Kriteria 1)



2) 3)



4)



5) 6) 7) 8)



Evaluasi



Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup ) dapat teratasi.dengan kriteria evaluasi : Vital sign dalam batas normal , Gambaran EKG normal, bebas gejala gagal jantung, Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm³ darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Klien tidak mual dan anoreksia, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang. Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Immobilitas fisik akibat Gangguan muskuloskeletal ; arthralgia dan therapi.dapat terpenuhi dengan kriteria evaluasi : Klien mengatakan ADL terpenuhi. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat tidak menjadi aktual. Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea tidak menjadi aktual



Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. EGC, Jakarta Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.