Askep Sol Meningioma Icu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MENINGIOMA 1.



Definisi Meningioma merupakan tumor intrakranial yang termasuk golongan glioma (neoplasma dari sel glia) yang tumbuh di daerah meningen arachnoid. Sel – sel tumor ini berasal dari sel – sel di sekitar vili arakhnoid (arachnoid cap cells), melekat pada selaput otak dan memiliki bungkus yang baik sehingga dapat dengan mudah dilepaskan dari jaringan otak yang ada disekitarnya.



2.



Etiologi -



Trauma dan infeksi virus



-



Sinar radiasi (seperti pada terapi tine kapitis dengan radiasi dosis rendah)



-



Faktor genetik a.



hilangnya ekspresi dan mutasi gen tumor supresor NF-2 pada kromosom 22q.



b.



hilangnya gen tumor supresor TSLC-1



-



lebih sering pada wanita 50 – 60 tahun berhubungan dengan hormonal karena adanya reseptor estrogen, progesteron dan androgen pada sel tumor ini.



3.



Tanda dan Gejala Gejala: 1. Kejang 2. Sakit kepala terlokalisir dan tidak spesifik 3. Gejala stereotipik tergantung lokasi spesifiknya: a.



Parasagital : Monoparesis kaki kontralateral



b.



Subfrontal : Perubahan kesadaran, apatis, inkontinensia urine



c.



Olfaktory : Anosmia dengan atropi optik ipsilateral dan papiledema kontralateral (Kennedy-Foster syndrome)



d.



Sinus Kavernosus : Defisit saraf kranial multipel (II, III, IV, V, VI) menyebabkan penurunan penglihatan, diplopia dan kesemutan di muka.



e.



Lobus Oksipital : Hemianopsia kontralateral



f.



Sudut serebellopontin : penurunan pendengaran dengan kelemahan dan kesemutan pada wajah.



g.



Medula spinalis : nyeri tulang belakang terlokalisir, sindroma hemispinal Brown-Sequard.



h.



Saraf Optik : Exopthalmus, kebutaan, dilatasi pupil ipsilateral.



i.



Sayap Sphenoid : Kejang, paresis saraf kranial multipel bila mengenai fissura orbital inferior.



j.



Foramen magnum : paraparesis, gangguan spingter, atropi lidah dengan fasikulasi



4. Gejala seperti stroke (Transient ischemic attack-TIA) 5. Meningioma intraventrikuler mungkin muncul dengan gejala hidrosefalus. Tanda : 1.



Peningkatan



tekanan



intrakranial



seperti



papiledema,



penurunan kesadaran, herniasi otak. 2.



Anosmia, gangguan lapang pandang, atropi optik, diplopia, penurunan sensasi fasial, paresis fasial, penurunan pendengaran, deviasi uvula, hemiatropi lidah.



3.



Reflek



Babinski



positif,



reflek



Hoffman



positif,



hiperrefleksia. 4.



Sindroma Brown Sequard (sensasi nyeri kontralateral menurun, kelemahan ipsilateral, penurunan sensasi posisional), gangguan spingter, paraparesis.



4.



Klasifikasi Secara mikroskopis dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: a.



Meningioma Meningotelial Sel – sel yang tampak serupa dengan arachnoid cap cells berbentuk poligonal



b.



Meningioma Psamomateus Dalam tumor ini tersebar butir – butir kalsifikasi dan selnya tersusun dalam lilitan dengan pusat pembuluh darah yang dikelilingi jaringan hialin yang mengapur.



c.



Meningioma Fibroblastik



Mengandung banyak jaringan ikat yang mengelilingi sel – sel meningiotelial. Meningioma dapat menjadi ganas atau maligna dimana selnya bertambah banyak secara mikroskopis dan tak lagi memiliki bungkus atau kapsel yang bagus dan infiltrasi ke jaringan sekitarnya.



5. Patofisiologi Etiologi Pembentukan massa tumor dari Arachnoid cap cells Melekat dan membesar di selaput otak aracnoid Iritasi cortex serebri Kejang



Kompresi parenkim otak Peningkatan tekanan



Oklusi arteri serebri



Intrakranial



di basis kranii iskemia jaringan otak



Sakit Kepala



Menekan jaras



Menekan daerah jaras



Kortikonuclear



Kortikospinalis



Impuls saraf ke



impuls saraf ke



Nuklei saraf Kranial



medula spinalis



Menurun/menghilang



menurun/hilang



Penurunan Kesadaran Operasi Reseksi Tumor



mengenai nukleus nervus kranialis ipsilateral



mengenai lower motor neuron kontralateral Hemiparesis



Post Operasi Reseksi Tumor



Paresis Nervus Kranial



kontralateral lesi



Kontralateral lesi Kerusakan Mobilitas Fisik



kompresi/perubahan



Adanya luka



Status pasca anestesi



posisi jaringan otak



insisi operasi Perubahan Perfusi Serebral



Nyeri



Risiko



Risiko Ketidakefektifan



Infeksi



Fungsi Pernafasan



6. Pemeriksaan Penunjang a.



Radiologi:



X-Ray,



CT-scan,



MRI,



Angiografi



endovaskular, PET-scan. b.



Pemeriksaan



histologis



(PA)



untuk



menentukan



grade/tingkat keganasan tumor. c.



Imunohistokimia : adanya antigen membran epitel (EMA) pada 80 % kasus



7. Penatalaksanaan a.



Terapi obat – obatan: Kortikosteroid pre dan post operasi, antiepilepsi, kemoterapi, radioterapi, radiooperatif.



b.



Pembedahan : Reseksi tumor.



8. Pengkajian Keperawatan Data Subyektif Pasien mengeluh sakit pada luka operasi Data obyektif Klien tampak lemah, penurunan kesadaran, kelemahan motorik 9.



Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan post op reseksi tomor meningioma yaitu : 1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penghentian aliran darah oleh SOL, post operasi d/d perubahan tingkat kesadaran, perubahan respon motorik 2. Risiko ketidakefektifan fungsi pernafasan b/d status pasca anastesi, imobilisasi pasca operasi 3. Risiko infeksi b/d insisi pembedahan, destruksi pertahanan garis depan terhadap



serangan bakteri 4.



Nyeri b/d luka insisi d/d klien mengeluh nyeri, terdapat luka insisi



5. Kerusakan mobilitas



fisik b/d keterbatasaan akibat



post op, gangguan



neuromuskuler akibat hemiparesis d/d klien terbaring di tempat tidur, penurunan kekuatan otot



9.



Rencana Perawatan 1.



Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penghentian aliran darah oleh SOL, post operasi d/d perubahan tingkat kesadaran, perubahan respon motorik Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam terjadi perbaikan tingkat kesadaran, dan fungsi motorik Intervensi dan rasional 



Pantau



status



neurologis



secara



teratur



dan



bandingkan dengan nilai normal Rasional : mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK 



Kaji



respon



motorik



terhadap



perintah



yang



sederhana, catat gerakan anggota tubuh sisi kiri dan kanan secara terpisah Rasional : mengukur kesadaran secara keseluruhan dan kemampuan untuk berespon pada rangsangan eksternal 



Pantau pernafasan meliputi pola dan iramanya Rasional : nafas yang tidak teratur dapat menunjukkan adanya gangguan serebral







Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan antara kiri dan kanan, dan reaksinya terhadap cahaya Rasional : keadaan pupil ditentukan oleh saraf cranial







Pantau pemasukan dan pengeluaran Rasional : bermanfaat sebagai indicator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan







Tinggikan kepala pasien sesuai indikasi yang dapat ditoleransi Rasional : meningkatk,kan aliran balik vena dari kepala, sehingga akan mengurangi terjadinya edema atau peningkatan TIK







Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi Rasional : menurunkan hipoksemia, yang dapat meningkatkan vasodilatasi dan volume darah cerebral yang meningkatkan TIK







Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : -



Steroid ( dexametason ) Rasional : menurunkan inflamasi yang selanjutnya menurunkan edema jaringan



-



Antikonvulsan( penitoin ) Rasional : obat pilihan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kejang



2.



Risiko ketidakefektifan fungsi pernafasan b/d status pasca anastesi, imobilisasi pasca operasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam fungsi nafas efektif, dengan kriteri hasil : klien bernafas spontan, frekuensi nafas dalam batas normal 



Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Catat ketidak teraturan pernafasan. Rasional : Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal, pernafasan lambat menandakan perlunya ventilasi mekanik







Angkat kepala tempat tidur sesuai indikasi Rasional : untuk memudahkan ekspansi paru/ventilasi paru







Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara – suara tambahan yang tidak normal Rasional : untuk mengidentifikasi adanya masalah paru







Pantau penggunaan obat – obat depresan pernafasan seperti sadatif Rasional : dapat meningkatkan komplikasi pernafasan







Kolaborasi pemberian oksigen Rasional : memaksimalkan oksigen dan membantu dalam pencegahan hipoksia







Kolaborasi : pantau analisa gas darah, tekanan oksimetri Rasional : Menentukan kecukupan pernafasan, keseimbangan asam basa dan kebutuhan akan terapi



3. Risiko infeksi b/d insisi pembedahan, destruksi pertahanan garis depan terhadap serangan bakteri



Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi Intervensi dan Rasional 



Pertahankan tehnik aseptik Rasional : menurunkan risiko pasien terkena infeksi sekunder







Pantau suhu tubuh secara teratur. Catat munculnya tanda – tanda klinis dari proses infeksi Rasional : peningkatan suhu tubuh menrupakan tanda – tanda terjadinya infeksi







Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan Rasional : dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses terlokalisir







Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi Rasional : mencegah terjadinya infeksi



4. Nyeri b/d luka insisi d/d klien mengeluh nyeri, terdapat luka insisi Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang dengan kriteria hasil : klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak meringis Intervensi dan rasional  Kaji tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya Rasional : pengkajian yang optimal akan memberikan data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat. 



Pertahankan posisi senyaman mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan fisiologis Rasional : dengan posisi yang nyaman akan dapat mengurangi nyeri







Ajarkan tehnik relaksasi dan destraksi Rasional : dengan memfokuskan pada ketrampilan tertentu dapat menurunkan ketegangan otot







Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kebutuhan Rasional ; diberikan untuk menghilangkan/mengurangi nyeri



5. Kerusakan mobilitas fisik b/d keterbatasaan akibat post op, gangguan neuromuskuler akibat hemiparesis, penurunan kekuatan otot d/d klien terbaring di tempat tidur, , keterbatasan rentang gerak Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam mobilitas fisik tidak terganggu



dengan



kriteri



hasil:



klien



otot,melakukan kembali fungsi optimal.



dapat



mempertahankan



kekuatan



Intervensi dan rasional 



Jadwalkan tindakan dengan periode waktu istirahat, anjurkan pasien untuk dapat berperan serta dalam kegiatan sehari – hari dengan keterbatasan yang dialaminya. Rasional : meningkatkan penyembuhan dan membentuk kekuatan otot dan kesabaran







Bantu untuk melakukan rentang gerak aktif dan pasif yang disesuaikan dengan prosedur pembedahan Rasional : mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal ekstrimitas







Bantu untuk melakukan aktifitas ambulasi Rasional : keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi







Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya Rasional :







Kolaborasi



pemberian



analgetik



kira-kira



30



menit



sebelum



memindahkan/melakukan ambulasi pasien Rasional : antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelaksasi pasien, meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien selama melakukan aktivitas.



ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama Klien : Wyn Anggur Umur/JK : 49/L No 1



Data Subyektif & Obyektif DS : DO : penurunan



No. RM : 01.27.53.50 Dx. Medis : Post op Reseksi tomor ( meningioma ) Interpretasi Penghentian aliran



Masalah Keperawatan Perubahan perfusi



Diagnosa Keperawatan Perubahan perfusi



darah oleh SOL



jaringan serebral



jaringan serebral



kesadaran,



b/d penghentian



perubahan



aliran darah oleh



respon motorik,



Iskemik jaringan



SOL d/d



otak



perubahan tingkat



GCS 3 5 6



2



kesadaran, Perubahan perfusi



perubahan respon



jaringan serebral



motorik



DS : -



Post operasi



DO : Terdapat



reseksi tumor



luka post operasi pada kepala, terpasang CVP,



Risiko infeksi b/d insisi pembedahan,



Adanya luka insisi operasi



terpasang dower cateter



Risiko infeksi



destruksi pertahanan depan



Risiko infeksi



garis



terhadap



serangan bakteri



DS : 3.



DO : klien tampak lemas, terbaring



- Keterbatasan o.k.



Kerusakan



Kerusakan



post operasi



mobilitas fisik



mobilitas fisik b/d



- Hemiparesis kontralateral lesi



ditempat tidur, penurunan kekuatan otot,



keterbatasaan akibat post op, kerusakan



Gangguan



neuromuskuler



neuromuskuler



d/d klien



aktivitas dibantu



terbaring di Kerusakan



tempat tidur,



mobilitas fisik



penurunan kekuatan otot



RENCANA KEPERAWATAN Nama Klien: Bp. A a.



Umur/JK : 49 th/L



No.RM : 01.27.53.50



Dx. Medis : Post Op Reseksi Tumor ( Meningioma )



Tanggal : 4 Mei 2009



Prioritas Diagnosa 1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penghentian aliran darah oleh SOL, post operasi 2. Risiko infeksi b/d insisi pembedahan, destruksi pertahanan garis depan terhadap serangan bakteri 3. Kerusakan mobilitas fisik b/d keterbatasaan akibat post op, kerusakan neuromuskuler



b.



Rencana Perawatan



No



Tujuan



Kriteria Hasil



Intervensi



Rasional



Dx 1



Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam



terjadi



perbaikan



Tingkat



kesadaran



-



dan fungsi motorik membaik -



perfusi jaringan -



Pantau



-



Mengkaj



status neurologis secara teratur



i adanya kecenderungan pada



dan bandingkan dengan nilai



tingkat



normal



potensial peningkatan TIK



kesadaran



Kaji respon motorik terhadap perintah yang



dan



Menguk ur



kesadaran



secara



sederhana, catat gerakan anggota



-keseluruhan dan kemampuan



tubuh sisi kiri dan kanan secara



untuk



terpisah



rangsangan eksternal



-



Pantau



berespon



-



pada



Nafas



pernafasan meliputi pola dan



yang



tidak



iramanya



menunjukkan



teratur



dapat adanya



gangguan serebral -



Evaluasi



-



Keadaan



keadaan pupil, catat ukuran,



pupil ditentukan oleh saraf



ketajaman, kesamaan antara kiri



cranial



dan



kanan,



dan



reaksinya



terhadap cahaya -



Pantau



-



intake dan output



Bermanf aat sebagai indicator dari cairan



total



tubuh



yang



terintegrasi dengan perfusi jaringan -



Tinggikan



-



Meningk



kepala pasien sesuai indikasi



atkan aliran balik vena dari



yang dapat ditoleransi



kepala,



sehingga



akan



mengurangi terjadinya edema atau peningkatan TIK -



Kolaborasi pemberian



oksigen



-



sesuai



Menurun kan hipoksemia, yang dapat



indikasi



meningkatkan



vasodilatasi



dan volume darah cerebral yang meningkatkan TIK -



Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : -



Steroid



-



( dexametason )



Menurun kan



inflamasi



selanjutnya



yang



menurunkan



edema jaringan -



Antikonvuls an( penitoin )



-



Obat pilihan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kejang



2.



Setelah dilakukan tindakan Tidak ada tanda-tanda infeksi, suhu tubuh



-



perawatan selama 2 x 24 dalam batas normal



Pertahankan



-



tehnik aseptik



Menurunk an



jam tidak terjadi infeksi



risiko



pasien



terkena



infeksi sekunder -



Pantau suhu tubuh



secara



teratur.



Catat



Peningkata n suhu tubuh menrupakan



munculnya tanda – tanda klinis



tanda



dari proses infeksi



infeksi



-



Kolaborasi pemberian



antibiotik







tanda



terjadinya



-



sesuai



Mencegah terjadinya infeksi



indikasi -



Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan



Dapat diperlukan mengalirkan terlokalisir



untuk isi



abses



3



Setelah dilakukan tindakan klien dapat mempertahankan kekuatan otot, - Jadwalkan tindakan dengan periode - Meningkatkan penyembuhan perawatan selama 2 x 24 mendapat bantuan minimal



waktu istirahat, anjurkan pasien



dan



membentuk kekuatan



jam mobilitas fisik tidak



untuk dapat berperan serta dalam



otot dan kesabaran



terganggu



kegiatan sehari – hari dengan keterbatasan yang dialaminya



-



Bantu -



Mening



untuk melakukan rentang gerak



katkan mekanika tubuh dengan



aktif dan pasif yang disesuaikan



baik



dengan prosedur pembedahan -



Bantu untuk



melakukan



aktifitas -



ambulasi



Mempertahankan



mobilisasi



dan fungsi sendi/posisi normal ekstrimitas



- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya



Keterbatasan



aktivitas



tergantung pada kondisi yang khusus



tetapi



berkembang



dengan



sesuai toleransi



biasanya lambat



TINDAKAN KEPERAWATAN Nama Klien : Bp. A



No.RM



Umur/JK



: 49 th/L



Dx. Medis : Post op reseksi



Ruangan



: ICU IRIT



No 1



Tgl/Jam No. Dx 4/5/09 1430 1



: 01.27.53.50 meningioma



Implementasi



Evaluasi



Memantau status neurologis



Paraf



Kesadaran apatis



pasien 1



Evaluasi keadaan pupil



Pupil isolor, reflek cahaya +/+



1500



1,2



Mengukur tanda – tanda vital



TD : 115/65 mmHg, N : 70 x/menit, R : 16 x/menit, S : 36,5ºC



1500



1



Kolaborasi pemberian



Oksigen masuk



oksigen



melalui sungkup sebangak 5 lt/menit



1615



3



Memandikan pasien



Klien tampak lebih bersih



1730



1,2



Memberikan



Obat



Injeksi Obat masuk dengan



phenitoin 1 ampl, ranitidin 1 lancar melalui CVP ampl, dexametason 1 ampl, ceftriaxon 1 ampl



5/5/09



1 Memantau status neurologis Kesadaran



0800



0830



3



klien



composmentis



Memandikan pasien



Pasien tampak lebih bersih



0900



1



Kolaborasi



pemberian Memberikan oksigen



oksigen



dengan



kanul



3



lt/menit 1000



1,2



Memberikan



Obat



Injeksi Obat masuk dengan



phenitoin 1 ampl, ranitidin 1 lancer melalui CVP ampl, dexametason 1 ampl, ceftriaxon 1 ampl



1100



1,3



Membantu pasien minum



Minum habis



240



cc 1130



1,3



Mengkaji



respon



motorik Pergerakan



pasien



kiri



lebih



daripada



1200



tangan lambat tangan



kanan



1230



1



Mengukur intake dan out put



Dari jam 09-12 wita CM : 440 cc, CK : 300 cc



1,2



Observasi tanda – tanda vital



TD : 100/70 mmHg, N : 70 x/menit, S : 36 C, R : 16 X/menit



EVALUASI KEPERAWATAN Nama Klien: An. J 2009 No. Dx 1



Umur/JK : 12 th/L



Subyektif -



No.RM : 01.24.26.29



Obyektif - Kesadaran composmentis



Analisis Masalah teratasi



- Fungsi motorik membaik



sebagian



Dx. Medis : Post Op Reseksi Tumor ( Meningioma ) Planning -



Kaji



ji respon motorik terhadap masih terasa lemah



perintah yang sederhana,



perintah yang sederhana,



catat



anggota



catat gerakan anggota tubuh



tubuh sisi kiri dan kanan



sisi kiri dan kanan secara



secara terpisah



terpisah



gerakan



Kolab sesuai indikasi



sesuai indikasi Kolab



pemberian



sesuai indikasi : ada



tanda-tanda Masalah tidak terjadi



infeksi, suhu tubuh dalam batas normal



Pertahankan Kondisi



obat



Oksigen masuk 3 Kolabor lt/menit



asi



orasi



Tidak



-



orasi pemberian oksigen -



-



-



Evaluasi Mengka Tangan kanan



respon motorik terhadap



-



2



Implementasi



Tanggal : 18 April



pemberian



-



oksigen Obat masuk dengan lancar Kolabor



asi pemberian obat sesuai indikasi



3



-



-



Klien



mandiri, membaik



tampak



lebih Masalah



kekuatan



otot sebagian



teratasi -



Bantu



untuk



melakukan - Membantu untuk melakukan Klien



melakukan



rentang gerak aktif dan



rentang gerak aktif dan pasif rentang gerak



pasif



yang



yang



dengan



disesuaikan prosedur



disesuaikan



dengan



prosedur pembedahan



pembedahan - Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya



Membantu memenuhi ( kebersihan )



klien



dalam Klien tampak lebih



kebutuhannya bersih