Askep - Tinnitus - Kelompok 10 - Sumiyati Moo - 841418010 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Keperawatan Medikal Bedah III



ASUHAN KEPERAWATAN TINNITUS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah yang diampuh Ns. Gusti Pandi Liputo, M.Kep



Disusun Oleh: Kelas AKelompok 1 1. Parida Luawo 2. Sumiyati Moo 3. Iin N. Uno



(841418004) (841418010) (841418020)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas sega la rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. laporan ini terwujud berkat partisispasi berbagai pihak. Oleh Karena itu, kami me nyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami



menyadari laporan ini masih jauh dari harapan, yang mana di



dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari segi penyusunan bahasanya, sistem penulisan maupun isinya. Oleh karena itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam Laporan berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya. Adapun harapan kami semoga lap oran ini dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT meridhai kami. Aamiin.



Gorontalo , September 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.............................................................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................................................iii BAB I.......................................................................................................................1 Pendahuluan.............................................................................................................1 1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2 1.3 Tujuan.............................................................................................................2 BAB II......................................................................................................................3 Konsep Medis..........................................................................................................3 2.1 Definisi...........................................................................................................3 2.2 Etiologi...........................................................................................................3 2.3 Patofisiologi....................................................................................................4 2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................7 2.5 Komplikasi.....................................................................................................7 2.6 Penatalaksanaan..............................................................................................7 2.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................9 BAB III..................................................................................................................10 Konsep Keperawatan.............................................................................................10 3.1 Pengkajian....................................................................................................10 3.2 Diagnosis Keperawatan................................................................................14 3.3 Intevensi Keperawatan.................................................................................15 BAB IV..................................................................................................................26 Penutup...................................................................................................................26 4.1 Kesimpulan...................................................................................................26 4.2 Saran.............................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27



iii



iv



BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tinitus berasal dari bahasa Latin “tinnere” yang artinya dering. Tinitus adalah persepsi bunyi yang diterima pasien tanpa adanya stimulus suara dari luar telinga. Tinitus dapat bersifat objektif dan subjektif. Tinitus subjektif adalah tinitus yang hanya dapat didengar pasien sendiri tanpa dapat didengar oleh pemeriksa atau orang lain. Tinitus subjektif lebih banyak dijumpai dalam praktek sehari-hari. (Nugroho, dkk. 2015). Sebetulnya suara yang terdengar oleh telinga tersebut belum tentu bersifat kelainan atau patologis. Jika orang sehat yang terbukti telinganya normal, berada dalam ruang kedap (anehoic chamber), maka ia akan dapat mendengar berbagai macam suara yang berasal dari berbagai organ tubuhnya sendiri yang memang bekerja setiap saat, contohnya: pernapasan, kontraksi jantung, dan aliran darah. Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari, suasana yang memungkinkan suara fisiologis atau normal tersebut terdengar oleh seseorang sangat jarang tercipta dan bahkan dalam kamar yang sunyi di malam hari sekalipun. Hal ini dikarenakan, bunyi masking dari lingkungan dengan berintensitas bunyi sekitar 25 – 30 dB. Tinitus baru menjadi gejala jika suara organ tubuh intensitasnya melebihi bunyi masking lingkungan tadi (Agustini. 2016). Tinitus kerap diderita terutama orang pada kelompok usia pertengahan dan usia tua. Menurut data statistic dari pusat kesehatan di Amerika, sekitar 32% orang dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6 % nya sangat menganggu dan cukup sulit disembuhkan. Di Inggris, 17% populasi juga memiliki masalah tinitus. Sayangnya di Indonesia belum ada data statistic yang memadai, namun berdasarkan pengalaman empiris, penderita tinitus cukup banyak dan sering ditemui di tempat praktek, klinik, maupun rumah sakit. Meski tinitus bukanlah keadaan yang membahayakan, munculnya gejala ini pada hampir kebanyakan orang sangat mengganggu dan sering mempengaruhi kualitas hidup dan pekerjaannya (Agustini. 2016).



1



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep medis Tinnitus? 2. Bagaimana konsep keperawatan Tinnitus?



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep medis Tinnitus. 2. Untuk mengetahuikonsep keperawatan Tinnitus.



2



BAB II Konsep Medis 2.1 Definisi Tinitus berasal dari bahasa Latin “tinnere” yang artinya dering. Tinitus adalah persepsi bunyi yang diterima pasien tanpa adanya stimulus suara dari luar telinga. Tinitus dapat bersifat objektif dan subjektif. Tinitus subjektif adalah tinitus yang hanya dapat didengar pasien sendiri tanpa dapat didengar oleh pemeriksa atau orang lain. Tinitus subjektif lebih banyak dijumpai dalam praktek sehari-hari (Nugroho, dkk. 2015). Tinitus ada 2 macam yang terbagi atas tinitus obyektif dan tinitus subjektif. Tinitus obyektif terjadi apabila bunyi tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau dapat juga dengan auskultasi di sekitar telinga. Sifatnya adalah vibritorik yang berasal dari vibrasi atau getaran sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Sedangkan tinitus subjektif terjadi apabila suara hanya terdengar oleh pasien sendiri, dan jenis tinitus ini yang paling sering terjadi. Sifat dari tinitus subjektif adalah nonvibratorik karena adanya proses iritatif ataupun perubahan degenaratif pada traktus auditorius yang dimulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pada pusat saraf dari pendengar (Agustini. 2016).



2.2 Etiologi Menurut Agustini (2016) Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya tinitus. Beberapa diantaranya adalah: 1. Kelainan vaskular baik pada arteri atau vena. 2. Kelainan muskular: klonus otot palatum atau tensor timpani. 3. Lesi pada saluran telinga dalam: Tumor saraf kedelapan. 4. Gangguan kokhlea: trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit Meniere’s, presbikusis, tuli saraf mendadak, emisi otoakustik. 5. Ototoksisitas: aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida). 6. Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis, gangguan tuba eustachi. 7. Lain-lain: serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit sistemik seperti anemia.



3



Menurut Willy (2019)Pada kasus yang jarang terjadi, telinga berdengung dapat disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah, misalnya: 1. Tumor yang menekan pembuluh darah dikepala atau leher. 2. Gangguan aliran darah akibat penyempitan pembuluh darah di leher. 3. Pembuluh darah abnormal yang terhubung satu dengan yang lain. 4. Penumpukan kolesterol di dalam pembuluh darah dekat telinga bagian tengan dan dalam. 5. Tekanan darah tinggi.



2.3 Patofisiologi Mekanisme terjadinya tinitus karena aktivitas elektrik di sekitar auditorius yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, tetapi impuls yang terjadi bukan berasal dari bunyi eksternal atau dari luar yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls yang abnormal di dalam tubuh penderita sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul terdengar (Agustini. 2016). Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut atau pulsasi tinitus. Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis, dan lain-lain. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare(Agustini. 2016). Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba Eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan



4



vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis, maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga (Agustini. 2016). Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit Meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah dan tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan tuli sensorineural dan vertigo.Gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus atau gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah kembali normal(Agustini. 2016).



5



PATHWAY



Aktivitas elektrik disekitar nervus Auditorius



Impuls abnormal



Ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga



Penumpukan serumen



Meinere’s syndrome



Keracunan obat/ototoksisitas



Penyumbatan telinga



Dipicu oleh ketidaknormalan kadar cairan (endolymph)



Kerusakan saraf vestibulokoklea



Penurunan pendengaran Tuli sensorineural Tuli konduksi



Tinnitus



Paparan suara bising yang terlalu kuat



Stereocilia pada organo corti terdefleksi secara lebih kuat Direspon oleh sistem saraf pusat



Pendengaran terganggu



Gangguan persepsi sensori



Berupa suara berdengung



Merasa tidak nyaman



Gangguan rasa nyaman



Suara yang didengar berulang/terlalu tinggi



Sulit untuk tidur



Kerusakan sel rambut dan stereocilia



Gangguan pola tidur



Adanya hiperpolaritas dan hiperaktivitas sel rambut



Adanya impuls terus menerus pada ganglion saraf pendengaran Gangguan komunikasi verbal 6



Ketulian (hearing loss)



2.4 Manifestasi Klinis Tinnitus ditandai dengan sensasi mendengar bunyi, padahal tidak ada suara disekitarnya. Penderit tinnitus bisa mengalami sensai bunyi pada salah satu telinga atau pada kedua telinga. Sensai bunyi tersebut berupa : 1. Dengung 2. Desis 3. Detak 4. Gemuruh, dan 5. Raung (Willy. 2019).



2.5 Komplikasi Menurut dr. Tjin Willy tahun 2019 Telinga berdenging yang terjadi secara terus menrus dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Beberapa kondisi yang bisa terjadi akibat telinga berdenging adalah: 1. Depresi 2. Sulit tidur 3. Sulit berkonsentrasi 4. Mudah marah



2.6 Penatalaksanaan Perlu diketahinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui. Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu : 1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker. 2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari. 3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas. Berbagai penelitian untuk menemukan jenis obat masih terus dilakukan. Adapun jenis obat yang dapat secara konsisten efektif pada pengobatan jangka panjang belum juga ditemukan. Meski demikian pemakaian beberapa



7



jenis obat sedikit banyak dapat memberikan perbaikan pada pasien tinitus, seperti: a. Vitamin B dan derivatnya: nicotinamide (vasodilator) yang secara empiris telah digunakan secara luas untuk kelainan kokhlea (contoh: penyakit Meniere’s) b. Trimetazidine: obat anti iskemia dengan antioksidan. c. Vitamin A: pada dosis tinggi dilaporkan memperbaiki ambang persepsi dan mencegah tinnitus. Namun perhatian terhadap toksisitasnya dapat membatasi vitamin A dalam penggunaan praktis. d. Lidokain intravena: suatu golongan anestetik local amide dengan aktivitas system saraf pusat, dilaporkan berguna dalam mengontrol tinnitus. e. Tocainine: merupakan lidokain oral dengan waktu paruh yang panjang. f. Trisiklik trimipramine: suatu anti depresan. 4. Pembedahan juga berperan dalam penanganan tinnitus jika diaplikasikan untuk mengoreksi sumber penyebab. Misalnya: stapedektomi untuk kelainan otosklerotik, lainnya adalah koklear implant. Pertimbangan juga dapat diberikan untuk melakukan terhadap pengikatan saraf ke-8 divisi koklearis, walaupun hasilnya tidak dapat diprediksikan.. dan tentu saja hanya bisa dilakukan terhadap pasien yang memang fungsi pendengarannya sudah rusak berat alias tuli berat yang tidak mungkin lagi dikoreksi (Agustini. 2016). Menurut dr. Tjin Willy tahun 2019 tidak semua tinnitus dapat dicegah. Namun dalam beberapa kasus, telinga berdenging dapat dicegah dengan melakukan sejumlah langkah berikut : 1. Menyetel musik dengan suara yang tidak terlalu kersa, terutama bila mendengar melalui headphone. 2. Mengenakan pelimdung telinga, terutama bila anda berprofesi sebagai tentara, musisi atau pekerja pabrik. 3. Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, yaitu dengan pola makan sehat dan rutin berolahraga.



8



2.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu mulai dari melihat keadaan rongga mulutnya, telinga luar, membran timpani, cranial nerve V, VII dan VII, temporalnya, dll. Kemudian dilakukan otoskopi untuk melihat ada atau tidaknya penyakit di telinga luar dan tengah, mengetahui ada tidaknya infeksi cerumen, serta melihat kondisinya normal atau abnormal. Selain itu pemeriksaan audiologi yang wajib dilakukan, diantaranya PTA (Pure Tone Audiometry), BERA, Speech Test, Tone Decay Audiometry, dan Tone Decay Refleks. Pemeriksaan vestibuler juga dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan sistem vestibulernya. Saat ini, sudah diciptakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengatasi tinitus, yang diistilahkan dengan tinnitus treatment, dan nama alat tersebut adalah neuromonic (Agustini. 2016).



9



BAB III Konsep Keperawatan 3.1 Pengkajian 1. Identitas a. Identitas pasien Nama



: Tidak terkaji



Umur



:Tidak terkaji



Agama



: Tidak terkaji



Jenis Kelamin



:Tidak terkaji



Status Perkawinan



: Tidak terkaji



Pendidikan



: Tidak terkaji



Pekerjaan



: Tidak terkaji



Suku Bangsa



: Tidak terkaji



Alamat



: Tidak terkaji



Tanggal Masuk



: Tidak terkaji



Tanggal Pengkajian



: Tidak terkaji



No. Register



: Tidak terkaji



Diagnosa Medis



: Tinnitus



b. Identitas Penanggung Jawab Nama



: Tidak terkaji



Umur



:Tidak terkaji



Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji Pekerjaan



: Tidak terkaji



Alamat



: Tidak terkaji



2. Status Kesehatan a. Status Kesehatan Saat Ini 1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) Tidak terkaji 2) Riwayat kesehatan sekarang Tinnitus P (Provokating)



: Tidak terkaji



Q (Quality)



: Tidak terkaji 10



R (Region)



: Tidak terkaji



S (Severity/Skala)



: Tidak terkaji



T (Time)



: Tidak terkaji



3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji b. Satus Kesehatan Masa Lalu 1)      Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji 2)      Pernah dirawat



: Tidak terkaji



3)      Alergi



: Tidak terkaji



4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji c. Riwayat Penyakit Keluarga



: Tidak terkaji



d. Diagnosa Medis dan therapy : Tinnitus 3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan:



Tidak terkaji



b. Pola Nutrisi-Metabolik 1) Sebelum sakit



: Tidak terkaji



2) Saat sakit



: Tidak terkaji



c.   Pola Eliminasi 1) BAB -



Sebelum sakit



: Tidak terkaji



-



Sebelum sakit



: Tidak terkaji



-



Sebelum sakit



: Tidak terkaji



-



Sebelum sakit



: Tidak terkaji



2) BAK



d. Pola aktivitas dan latihan 1) Aktivitas : Tidak terkaji Kemampuan



0



1



2



Perawatan Diri Makan dan minum Mandi Toileting Berpakaian Berpindah



11



3



4



0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total 2) Latihan -



Sebelum sakit : Tidak terkaji



-



Sebelum sakit : Tidak terkaji



e. Pola kognitif dan Persepsi



: Tidak terkaji



f. Pola Persepsi-Konsep diri



: Tidak terkaji



g. Pola Tidur dan Istirahat -



Sebelum sakit : Tidak terkaji



-



Sebelum sakit : Tidak terkaji



h. Pola Peran-Hubungan



: Tidak terkaji



i. Pola Seksual-Reproduksi 1. Sebelum sakit : Tidak terkaji 2. Sebelum sakit : Tidak terkaji j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji k. Pola Nilai-Kepercayaan



: Tidak terkaji



4. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda Vital : TB/BB



: tidak terkaji



HR



: tidak terkaji



RR



: Tidak terkaji



Suhu



: Tidak terkaji



N



: Tidak terkaji



TD



: Tidak terkaji



b. Keadaan fisik 1) Kepala a) Lingkar kepala : Tidak terkaji b) Rambut



: Tidak terkaji



c) Warna



: Tidak terkaji



d) Tekstur



: Tidak terkaji



e) Distribusi Rambut : Tidak terkaji f) Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji



12



2) Mata a) Sklera



: Tidak terkaji



b) Konjungtiva



: Tidak terkaji



c) Pupil



: Tidak terkaji



3) Telinga



: Tidak terkaji



4) Hidung



: Tidak terkaji



5) Mulut



: Tidak terkaji



a) Kebersihan



: Tidak terkaji



b) Warna



: Tidak terkaji



c) Kelembapan : Tidak terkaji d) Lidah



: Tidak terkaji



e) Gigi



: Tidak terkaji



6) Leher



:



7) Dada/pernapasan a) Inspeksi



: Tidak terkaji



b) Palpasi



: Tidak terkaji



c) Perkusi



: Tidak terkaji



d) Auskultasi



: Tidak terkaji



8) Jantung a) Inspeksi



: Tidak terkaji



b) Palpasi



: Tidak terkaji



c) Perkusi



: Tidak terkaji



d) Auskultasi



: Tidak terkaji



9) Paru-paru a) Inspeksi



: Tidak terkaji



b) Palpasi



: Tidak terkaji



c) Perkusi



: Tidak terkaji



d) Auskultasi



: Tidak terkaji



10) Abdomen



: Tidak terkaji



11) Punggung



: Tidak terkaji



12) Ekstermitas



: Tidak terkaji



13) Genitalia



: Tidak terkaji



13



14) Integumen



: Tidak terkaji



a) Warna



: Tidak terkaji



b) Turgor



: Tidak terkaji



c) Integrasi



: Tidak terkaji



d) Elastisitas



: Tidak terkaji



5. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan otoskopi. PTA (Pure Tone Audiometry), BERA, Speech Test, Tone Decay Audiometry, dan Tone Decay Refleks 6. Penatalaksanaan -



Elektrofisiologik Psikologik Terapi medikamentosa Pembedahan



3.2 Diagnosis Keperawatan 1. 2. 3. 4.



Gangguan persepsi sensori D.0085 Gangguan rasa nyaman D.0074 Gangguan pola tidur D.0055 Gangguan komunikasi verbal D. 0119



14



3.3 Intevensi Keperawatan No 1.



SDKI Gangguan persepsi sensori (Pendengaran) D.0085 Kategori: Psikologi Subkategori: integritas Ego Definisi Perubahan persepsi terhadap stimulasi baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau distorsi. Penyebab 1. Gangguan penglihatan 2. Gangguan pendengaran 3. Gangguan penghidu 4. Gangguan perabaan 5. Hipoksia serebral 6. Penyalahgunaan zat 7. Usia lanjut 8. Pemajanan toksin lingkungan Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan 2. Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman atau pengecapan. Objektif 1. Distorsi sensori 2. Respons tidak sesuai 3. Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba atau mencium sesuatu



SLKI Fungsi sensori (L.06048) Setelah melakukan pengkajian selama 3 × 24 jam tingkat Fungsi sensosi membaik, dengan criteria hasil :



SIKI



Rasional



Manajemen halusinasi (I. 09288) Manajemen halusinasi (I. 09288) Definisi : mengidentifikasi dan Observasi : mengelola peningkatan keamanan, 1. Halusinasi adalah gangguan kenyamanan dan orientasi realita persepsi yang menyebabkan seseorang melihat, mendengar, Tindakan : atau mencium sesuatu yang Observasi : Keluhan Ketajaman pendengaran sebenarnya tidak ada. Halusinasi 1. Monitor perilaku yang meningkat dari skala 1 bisa disebabkan oleh gangguan mengindikasikan halusinasi (menurun) menjadi skala 5 mental, penyakit tertentu, atau efek 2. Monitor isi halusinansi (mis. (meningkat ) samping obat-obatan. Kekerasan atau membahayakan 2. Halusinasi juga bisa disertai (PPNI, 2019). diri’ oleh delusi, yaitu keyakinan Terapeutik terhadap sesuatu yang tidak ada atau 1. Pertahankan lingkungan yang tidak sesuai dengan keadaan aman sebenarnya. Misalnya, seseorang merasa memiliki kekuasaan dan 2. Diskusikan perasaan dan respon sangat dekat dengan orang-orang terhadap halusinasi terkenal, padahal pada kenyataannya Edukasi tidak 1. Anjurkan memonitor sendiri Terapeutik : situasi terjadi halusinasi 1. Lingkungan yang nyaman bagi 2. Anjurkan melakukan distraksi penderita halusinasi sangatlah (mis. Mendengarkan musik, penting, umumnya penderitan halusinasi tidak di rekomendasikan melakukan aktivitas, dan teknik untuk berada di lingkungan yang relaksasi) ramai karena akan memunculkan 3. Ajarkan pasien dan keluarga fikiran fikiran lain yang bisa cara mengontrol halusinasi membuat penderita tidak nyaman Kolaborasi 2. Halusinasi adalah sensasi yang 1. Kolaborasi pemberian obat diciptakan oleh pikiran seseorang antipsikotik dan antiansietas,jika tanpa adanya sumber yang nyata. Gangguan ini dapat memengaruhi perlu kelima panca indera. Seseorang (PPNI, 2018). disebut berhalusinasi ketika dia 15



2.



Gejala dan Tanda Minor Subjektif 1. Menyatakan kesal Objektif 1. Menyendiri 2. Melamun 3. Konsentrasi buruk 4. Distorsi waktu, tempat,orang atau situasi 5. Curiga 6. Melihat ke satu arah 7. Mondar mandir 8. Bicara sendiri Kondisi klinis terkait 1. Glaukoma 2. Katarak 3. Gangguan refraksi (miopia, hiperopia, astigmatisma, presbiopia) 4. Trauma okuler 5. Trauma pada saraf kranialis II, III, IV akibat stroke aneurima intrakranial, trauma/tumor otak. 6. Infeksi okuler 7. Presbikusis 8. Malfungsi alat bantu dengar 9. Delirium 10. Demensia 11. Gangguan amnestik 12. Penyakit terminal 13. Gangguan psikotik (PPNI, 2017). Gangguan Rasa Nyaman (D.0074) Status Kenyamanan Terapi relaksasi (I.09326) Kategori: Psikologi (L.08064) Definisi Subkategori: Nyeri Dan Kenyamanan Setelah dilakukan tindakan 16



melihat, mendengar, merasa, atau mencium suatu aroma yang sebenarnya tidak ada. Hal-hal ini hanya ada di dalam pikiran mereka. Edukasi : 1. Pasien diajarkan memonitor diri sendiri saat terjadi halusinasi tujuannya yaitu agar klien bisa mengontrol dirinya pada saat terjadi halusinasi dan juga agar pasien bisa mengetahui apa yang harus diperbuat. Tujuan lainnya juga untuk memendirikan pasien 2. Tehnik distraksi terdiri dari 3, yaitu: distraksi melawan dengan suara keras, distraksi menghindar melalui bercakap-cakap dengan orang lain dan distraksi mengalihkan dengan melakukan aktifitas terjadwal. Fokus penelitian ini pada tehnik distraksi menghardik yang dikombinasikan dengan terapi spiritual. 3. Cara mengontrol halusinasi klien bisa dengan cara menghardik, mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan terjadwal. Kolaborasi : 1. Apabila halusinasi yang di rasakan klien tidak membaik dan sudah diupayakan, klien bisa diberikan obat antiasietas atau antipsikotik.



Terapi relaksasi (I.09326) Observasi - Dalam fisika, energi adalah properti



Definisi Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social. Penyebab 1. Gejala penyakit 2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan 3. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. dukungan financial, sosial,dan pengetahuan) 4. Kurangnya privasi 5. Gangguan stimulus lingkungan 6. Efek samping terapi 7. Gangguan adaptasi kehamilan Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Mengeluh tidak nyaman Objektif 1. Gelisah Gejala dan Tanda Minor Subjektif 1. Mengeluh sulit tidur 2. Tidak mampu rileks 3. Mengeluh kedinginan/kepanasan 4. Merasa gatal 5. Mengeluh mual 6. Mengeluh lelah Objektif 1. Menunjukkan gejala distress



keperawatan 3x24 jam, masalah resiko infeksi diharapkan dapat teratasi dengan indicator : Keluhan tidak nyaman menurun dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 5 (menurun) (PPNI, 2019).



Menggunakan teknik peregangan



fisika dari suatu objek, dapat berpindah melalui interaksi fundamental, yang untuk mengurangi tanda dan gejala dapat diubah bentuknya namun tak dapat ketidaknyamanan seperti nyeri, diciptakan maupun dimusnahkan. ketegangan otot, atau kecemasan Konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran, jiwa dan fisik pada Tindakan sebuah objek. Menurut kamus Bahasa Observasi Indonesia pengertian konsentrasi adalah - Identifikasi penurunan tingkat Pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal energy, ketidakmampuan - Relaksasi dalam psikologi, adalah berkonsentrasi ataugejala lain keadaan emosional makhluk hidup, yang mengganggu ketegangan rendah, di mana tidak ada gairah yang bisa berasal dari sumberkemampuan kognitif sumber seperti kemarahan, kecemasan, - Identifikasi teknik relaksasi atau ketakutan. Menurut kamus Oxford, yang pernah efektif relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran digunakan bebas dari ketegangan dan kecemasan Kesediaan adalah kesanggupan - Identifikasi kesediaan, (kerelaan) untuk berbuat sesuatu. Arti kemampuan, dan penggunaan lainnya dari kesediaan adalah kesudian. teknik sebelumnya - Otot tegang merupakan kondisi cedera otot yang terjadi - Periksa ketegangan otot, karena otot mengalami peregangan yang frekuensi nadi, tekanan darah, berlebihan akibat aktivitas fisik. Selain dan suhu sebelum dan peregangan yang berlebihan, otot tegang juga dapat disebabkan adanya kerusakan sesudah latihan. pada tendon. Secara umum, hal ini - Monitor respon terhadap terjadi akibat tekanan dan aktivitas berat terapi relaksasi yang lebih dari biasanya - Relaksasi dalam psikologi, adalah 17



2. Tampak merintih/menangis 3. Pola eliminasi berubah 4. Postur tubuh berubah 5. Iritabilitas Kondisi klinis terkait 1. Penyakit Kronis 2. Keganasan 3. Distres psikologis 4. Kehamilan (PPNI, 2017).



Terapeutik -



Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman , jika memungkinkan.



-



Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi



-



Gunakan pakaian longgar



-



Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama



-



Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai



Edukasi -



Jelaskan tujuan, manfaat, batasan , dan jenis relaksasi yang tersedia(mis. Music , meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)



18



keadaan emosional makhluk hidup, ketegangan rendah, di mana tidak ada gairah yang bisa berasal dari sumbersumber seperti kemarahan, kecemasan, atau ketakutan. Menurut kamus Oxford, relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran bebas dari ketegangan dan kecemasan. Terapeutik - Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan seseorang yang merasa nyaman berdasarkan persepsi masing-masing individu. Sedangkan nyaman merupakan suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual akibat beberapa faktor kondisi lingkungan - Relaksasi dalam psikologi, adalah keadaan emosional makhluk hidup, ketegangan rendah, di mana tidak ada gairah yang bisa berasal dari sumbersumber seperti kemarahan, kecemasan, atau ketakutan. Menurut kamus Oxford, relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran bebas dari ketegangan dan kecemasan - Pakaian adalah bahan tekstil dan serat yang digunakan sebagai penutup tubuh. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal. Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi



-



Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih



-



Anjurkan mengambil posisi nyaman



-



Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi



-



Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih



-



Demonstrasikan dan latih teknik relaksassi (mis. Napas dalam, peregangan atau imajinasi terbimbing)



(PPNI,2018).



19



dan menutup dirinya. - Agar pasien merasa nyamand dengan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama - Relaksasi dalam psikologi, adalah keadaan emosional makhluk hidup, ketegangan rendah, di mana tidak ada gairah yang bisa berasal dari sumbersumber seperti kemarahan, kecemasan, atau ketakutan. Menurut kamus Oxford, relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran bebas dari ketegangan dan kecemasan Edukasi Penjelasan adalah seperangkat pernyataan yang biasanya dibangun untuk menggambarkan serangkaian fakta yang menjelaskan penyebab, konteks, dan konsekuensi dari fakta-fakta tersebut - Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. Terdapat tiga kategori intervensi keperawatan yaitu, intervensi yang diprakarsai oleh perawat, dokter, dan intervensi kolaboratif - Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan seseorang yang merasa nyaman berdasarkan persepsi masing-masing individu.



Sedangkan nyaman merupakan suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual akibat beberapa faktor kondisi lingkungan - Relaksasi dalam psikologi, adalah keadaan emosional makhluk hidup, ketegangan rendah, di mana tidak ada gairah yang bisa berasal dari sumbersumber seperti kemarahan, kecemasan, atau ketakutan. Menurut kamus Oxford, relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran bebas dari ketegangan dan kecemasan. - Praktek adalah tindakan melatih perilaku berulang-ulang, atau terlibat dalam suatu kegiatan berulang-ulang, untuk tujuan meningkatkan atau menguasainya, seperti dalam frasa 'latihan membuat sempurna'. Penting untuk dicatat bahwa latihan adalah kata kerja dan tidak harus bingung dengan praktik kata benda - Imajinasi terbimbing (guided imagery) adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan. 3.



Gangguan pola tidur (D.0055)



Pola tidur ( L.05045)



Dukungan Tidur ( I.05174) 20



Dukungan Tidur ( I.05174)



Gangguan pola tidur ( D. 0055) Kategori: Fisiologis Subkategori : Aktivitas/istirahat Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal Penyebab : 1. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tind akan 2. Kurangnya control tidur 3. Kurangnya privasi 4. Restraint fisik 5. Ketiadaan teman tidur 6. Mengeluh istirahat tidak cukup Gejala dan tanda mayor DS: 1. Mengeluh sulit tidur 2. Mengeluh sering terjaga 3. Mengeluh tidak puas tidur 4. Mengeluh pola tidur berubah 5. Mengeluh istirahat tidak cukup DO : ( tidak tersedia) Gejala dan tanda minor DS: 1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun DO: ( tidak tersedia ) Kondisi klinis terkait



Setelah melakukan pengkajian selama 3 × 24 jam tingkat gangguan pola tidur menurun, dengan criteria hasil : 1. Keluhan sulit tidur membaik 2. keluhan sering terjaga cukup membaik 3. keluhan tidak puas tidur cukup membaik 4. keluhan pola tidur berubah sedang 5. keluhan istiraht tidak cukup cukup membaik (PPNI, 2019).



Observasi : Definisi :Memfaslitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur. 1. Tidur adalah aktivitas utama otak Observasi : sepanjang awal perkembangan. 1. Identifikasi pola aktivitas dan Tidur memegang peranan penting tidur dalam maturasi otak in utero dan 2. Identifikasi faktor penggangu ekstra uterin. Fungsi otak manusia tidur (fisik dan/atau pada masa anak, dewasa, dan masa psikologis) tua dipertahankan oleh interaksi Terapeutik : kompleks dengan lingkungan 1. Modifikasi lingkungan (mis. selama periode terjaga. Tidur Pencahayaan, kebisingan, berperan dalam konsolidasi suhu, matras dan tempat tidur) interaksi tersebut dan dalam 2. Batasi waktu tidur siang,jika pembuangan pengalaman yang perlu tidak diinginkan. 3. Fasilitasi menghilangkan 2. faktor-faktor yang mempengaruhi stress sebelum tidur kebutuhan tidur meliputi aspek fisik, 4. Tetapkan jadwal tidur rutin psikologis, lingkungan, dan gaya 5. Lakukan prosedur untuk hidup pada pasien yang mengalami meningkatkan kenyamanan perubahan fungsi pernafasan. ( mis, pijat, mengatur Desain penelitian adalah deskriptif posisi,terapi akupresur) korelasi 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk Terapeutik : 1. Tidur dalam kondisi gelap atau menunjang siklus tidurmematikan lampu kamar akan terjaga. membuat kualitas tidur menjadi Edukasi : lebih baik. Paparan cahaya adalah 1. Jelaskan pentingnya tidur faktor kunci yang mengatur tidur cukup selama sakit. dan jam biologis tubuh. Cahaya 2. anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur menjadi acuan jam biologis tubuh, 3. anjurkan mengurangi karena cahaya yang diterima tubuh makanan/minuman yang saat tidur dapat memberikan sinyal mengganggu tidur yang menunjukkan waktu-waktu 4. anjurkan penggunaan obat tertentu bagi tubuh. 21



1. Nyeri/kolik 2. Hipertiroidisme 3. Kecemasan 4. Penyakit paru obstruktsi kronik 5. Kehamilan 6. Periode pasca partum 7. Kondisi pasca operasi (PPNI, 2017).



tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM. 5. ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur ( mis,psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja) 6. ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya. (PPNI, 2018).



2. Tidur di ruangan yang terang lebih berisiko mengalami depresi dibandingkan tidur di ruangan yang gelap. Selain itu, gangguan tidur juga berkaitan erat dengan risiko depresi.Pencahayaan redup di malam hari meningkatkan perubahan fisiologis yang menyebabkan depresi pada manusia. Hal ini dapat terjadi melalui ritme sirkadian yang terganggu atau penekanan melatonin.  Edukasi : 1. Tidur yang berkualitas dilakukan minimal 7-8 jam setiap malam. Rentang ini akan memberikan waktu bagi tubuh untuk merawat dan menjaga kesehatan Anda. Tidur 7-8 jam setiap hari juga dapat memberikan Anda berbagai manfaat 2. Mengurangi makan atau minum yang bisa menggangu waktu tidur sangatlah baik, tujuannya yakni untuk memberikan waktu tidur yang optimal dan juga baik untuk kesehatan tubuh. 3. Obat tidur tidak hanya bisa memicu rasa kantuk, tapi juga membuat Anda tidur lebih lama. Jika digunakan dalam jangka pendek dan sesuai aturan pakai, obat ini memang bisa berguna. Namun



22



apabila digunakan berlebihan, beberapa jenis obat tidur bisa menyebabkan ketergantungan 4. latihan relaksasi otot progresif bermanfaat menimbulkan respon tenang, nyaman, dan rileks. 4.



Gangguan komunikasi verbal (D.0119) Komunikasi



Kategori: Relasional Subkategori : Interaksi Sosial Definisi : Penurunan, pelambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol. Penyebab : 1. Penurunn sirkulasi serebral 2. Gangguan neuromuskuler 3. Gangguan pendengaran 4. Gangguan muskuloskeletal 5. Kelainan palatum 6. Hambatan fisik (mis. Terpasang trakheostomi, intubasi, krikotiroidektomi) 7. Hambatan individu (mis. Ketakutan, kecemasan, merasa malu, emosional, kurang privasi) 8. Hambatan psikologis (mis. Gangguan psikotik, gangguan konsep diri, harga diri rendah, gangguan emosi) 9. Hambatan limngkungan (mis. Ketidakcukupan informasi, ketiadaan orang terdekat, ketidaksesuaian budaya,



Verbal ( L.13118) Setelah melakukan pengkajian selama 3 × 24 jam tingkat komunikasi verbal membaik, dengan criteria hasil : 1. Kemampuan berbicara meningkat 2. Kemampuan mendengar meningkat 3. Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh meningkat 4. Kontak mata meningkat 5. Respon perilaku membaik 6. Pemahaman komunikasi membaik (PPNI, 2019).



Perawatan Telinga (I.06206) Perawatan Telinga (I.06206) Definisi : mengidentifikasi, merawat Observasi : dan mencegah gangguan pada teliga 1. Tes pendengaran adalah prosedur dan pendegaran pemeriksaan untuk mengetahui Tindakan kemampuan mendengar seseorang. Observasi Pemeriksaan dilakukan dengan 1. Pemeriksaan fungsi mengukur seberapa baik suara pendengaran terhantar ke otak. 2. Monitor tanda dan gejala infeksi telinga (mis. Inflamasi 2. Suara yang didengar berasal dari dan pengeluaran cairan) getaran pada udara di sekeliling kita, 3. Monitor tanda dan gejala yang kemudian membentuk disfungsi telinga (mis. Nyeri, gelombang suara yang merambat nyeri tekan, gatal, perubahan dalam frekuensi tertentu. Proses pendegaran, tinitus, vertigo) mendengar terjadi saat gelombang Terapeutik suara masuk melalui telinga dan 1. Bersihkan telinga luar dihantarkan oleh saraf ke otak. 2. Bersihkan seruman telinga Proses mendengar ini akan dengan kapas yang lembut terganggu jika ada bagian telinga 3. Lakukan irigasi telinga,jika yang rusak, sehingga perlu terjadi gangguan pendengaran. 4. Hindari paparan suara keras Edukasi 3. Paparan suara kencang bisa merusak 1. Jelaskan tanda dan gejala sel-sel di telinga bagian dalam disfungsi pendengaran Anda. Kerusakan bisa terjadi dengan 2. Anjurkan menggunakan paparan jangka panjang dari suara sumbat telinga saat berenang kencang, atau dari suara ledakan atau dalam pesawat, jika singkat, seperti suara tembakan.  perlu 23



bahasa asing) Gejala dan tanda mayor DS: ( tidak tersedia ) DO : 1. Tidak mampu berbicara atau mendengar 2. Menunjukan respon tidak sesuai Gejala dan tanda minor DS: ( tidak tersedia ) DO: 1. Afasia 2. Disfasia 3. Apraksia 4. Disleksia 5. Disartria 6. Afonia 7. Dislalia 8. Pelo 9. Gagap 10. Tidak ada kontak mata 11. Sulit memahami komunikasi 12. Sulit mempertahankan komunikasi 13. Sulit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh 14. Tidak mampu menggunakan ekspresi wajah atau tubuh 15. Sulit menyusun kalimat 16. Verbalisasi tidak tepat 17. Sulit menggungkapkan kata kata 18. Disorientasi orang, ruang, waktu 19. Defisit penglihatan



3. Ajarkan telinga luar (PPNI,2018).



membersihkan



Terapeutik : 1. Kotoran telinga berlebih dapat menghambat saluran telinga dan pergerakan gelombang suara. Membersihkan kotoran telinga dapat memperbaiki pendengaran 2. Kotoran telinga atau serumen umumnya berupa gumpalan lunak, yang merupakan produksi alami dari kelenjar minyak di liang telinga. Gumpalan ini justru berfungsi untuk melindungi telinga, berperan memerangkap debu, menghambat pertumbuhan kuman, dan menjaga agar air tidak masuk ke dalam telinga. Kotoran telinga sebenarnya tidak akan menyebabkan gangguan, jika jumlahnya tidak berlebihan. 3. Gelombang suara lewat melalui telinga bagian luar dan menyebabkan getaran pada gendang telinga. Gendang telinga dan tiga tulang kecil dari telinga bagian tengah memperkuat getaran saat gelombang tersebut berjalan ke telinga bagian dalam. Getaran melewati cairan di rumah siput di bagian dalam telinga (koklea).  Edukasi : 1. Ada 3 tipe gangguan pendengaran yang dapat terjadi, yaitu gangguan pendengaran konduktif, gangguan pendengaran sensorineural, dan gangguan pendengaran campuran. 2. Menggunakan sumbat telinga saat berenang dapat mencegah terjadinya infeksi pada telinga, karena



24



20. Delusi (PPNI, 2017).



masuknya air seperti otitis externa. Otitis externa adalah infeksi yang terjadi pada saluran yang menyalurkan suara dari luar menuju gendang telinga (saluran telinga). Infeksi ini bisa disebabkan banyak hal, telinga yang lembap seusai bermain air sehingga kulit saluran telinga rentan mengalami iritasi serta membentuk media yang sesuai untuk bakteri dan jamur hidup, bisa jadi penyebabnya 3. Kotoran atau serumen yang dihasilkan oleh kelenjar dalam saluran telinga umumnya dapat keluar dengan sendirinya. Akan tetapi, untuk jenis kotoran yang sudah membandel atau membeku, perlu proses pengeluaran yang harus dilakukan secara manual. Namun, yang perlu diperhatikan, membersihkan telinga dari kotoran harus dilakukan dengan aman agar tidak menimbulkan gangguan lain. Kesalahan dalam membersihkan telinga bisa menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan telinga



25



BAB IV Penutup 4.1 Kesimpulan Tinitus bukanlah penyakit atau sindroma, tapi hanya merupakan gejala yang mungkin berasal dari satu atau sejumlah kelainan dan belum tentu bersifat kelainan atau patologis.



Tinitus baru menjadi gejala jika suara organ tubuh



intensitasnya melebihi bunyi masking lingkungan tadi. Tinitus kerap diderita terutama orang pada kelompok usia pertengahan dan usia tua. Munculnya gejala pada hampir kebanyakan orang sangat mengganggu dan sering mempengaruhi kualitas hidup dan pekerjaannya. Mekanisme terjadinya tinitus karena aktivitas elektrik di sekitar auditorius yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, tetapi impuls yang terjadi bukan berasal dari bunyi eksternal atau dari luar yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls yang abnormal di dalam tubuh penderita sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas (Agustini. 2016).



4.2 Saran Menurut data statistic dari pusat kesehatan di Amerika, sekitar 32% orang dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6 % nya sangat menganggu dan cukup sulit disembuhkan. Di Inggris, 17% populasi juga memiliki masalah tinitus. Sayangnya di Indonesia belum ada data statistic yang memadai, sehingga diperlukan suatu penelitian untuk menghitung banyaknya penderita tinituss ddi Indonesia.



26



DAFTAR PUSTAKA Agustini



P. Dewi. 2016. MENGENALI GEJALA TINITUS DAN PENATALAKSANAANNYA. ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 34-40



Nugroho A. Dimas, Muyassaroh, Naftali Zulfikar. 2015. HUBUNGAN FREKUENSI DAN INTENSITAS TINITUS SUBJEKTIF DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN. ORLI. Vol. 45 No. 1 hal. 20 Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan indikator diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luarani Keperawatan Indonesia Definisi dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.



Willy



Tjin. 2019. TINNITUS – GEJALA, PENYEBAB DAN PENANGANANNYA. Alodokter. (https://www.alodokter.com/tinnitus diakses pada hari Senin, 14 September 2020 pukul 00.09 WITA).



27