ASKEP Tiroiditis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TIROIDITIS



MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Studi Ilmu Keperawatan



Oleh : ALVIAN PRISTY WINDIRAMADHAN R 10.01.003



YAYASAN INDRA HUSADA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU 2011



1



ASUHAN KEPERAWATAN TIROIDITIS



A.



PENGERTIAN 1. Tiroiditis merupakan kelainan dari etiologi yang berbeda (Asdie, Ahmad.2000) 2. Tiroiditis merupakan peradangan akut kelenjar tiroid, dapat dikaitkan dengan supurasi yang disebabkan oleh bakteria (seperti stafilokokus, B-stafilokokus dan pneumokokus), atau dapat bersifat nonsupuratif dan sekunder



akibat



virus



atau



mekanisme



imunologik



(Manning, dkk.1996) 3. Tiroiditis merupakan inflamasi akut yang mengenai seluruh kelenjar tiroid, yang mungkin disebabkan oleh filtrasi sel neutrofil yang disusul oleh sel-sel limfosit dan histiosit; jenis radang ini jarang ditemukan (Quervein, Frizt de.1868-1940). 4. Tiroiditis menahun adalah penyakit autoimun yang disertai kenaikan kadar antibodi tiroid di dalam darah ( Sjamsu Hidajat. 1997).



B.



KLASIFIKASI 1. Tiroiditis Akut Merupakan penyakit yang dikarenakan infeksi bakteri tertentu dan sebagai akibat radang mulut, tonsil, atau lymphonodi cervicales.



2



2. Tiroiditis Subakut Merupakan kelainan inflamasi akut kelenjar tiroid yang kemungkinan besar disebabkan infeksi virus. 3. Tiroiditis Kronik Merupakan penyebab utama goiter pada anak-anak dan dewasa muda dan kemungkinan penyebab utama “miksedema idiopatik” yang merupakan stadium akhir tiroiditis hashimoto dengan destruksi total kelenjar.



C.



ETIOLOGI − Infiltrasi (perusakan) limfosit dan sel-sel plasma. − Gangguan autoimunitas. − Gangguan produksi T3 & T4 serum. − Gangguan TSH − Infeksi virus (campak, koksakie, dan adenovirus) − Infeksi bakteri (stafilokokuis, pneumokokus) − Defisiensi yodium.



D.



PATOFISIOLOGI TIROIDITIS 1.



TIROIDITIS SUBAKUT Pada fase awal, kadar T4 serum meningkat dan penderita mungkin



mempunyai gejala tirotoksikosis, tetapi ambilan yodium radioaktif jelas tersupresi.. T3 dan T4 meningkat, sementara TSH serum dan ambilan iodine



3



radioaktif tiroid sangat rendah. Laju endap darah sangat meningkat, kadangkadang sampai setinggi 100 mm/jam pada skala Westergen. Autoantibodi tiroid biasanya tidak ditemukan di serum. Bersamaan dengan perjalanan penyakit, T3 dan T4 akan menurun. TSH akan naik dan didapatkan gejalagejala hipotiroidisme. Lebih lanjut, ambilan iodine radioaktif akan meningkat, mencerminkan adanya penyembuhan kelenjar dan serangan akut. Tiroiditis subakut biasanya sembuh spontan setelah beberapa minggu atau bulan, kadang-kadang penyakit ini dapat mulai menyembuh dan tiba-tiba memburuk. Kadang-kadang menyangkut pertama-tama satu lobus kelenjar tiroid, baru kemudian lobus satunya. Eksaserbasi sering terjadi ketika kadar T4 telah turun, TSH telah meningkat dan kelenjar mulai berfungsi kembali. 2.



TIROIDITIS



KRONIK



(Tiroiditis



Hashimoto,



Tiroiditis



Limfositik) Limfosit disensitasi terhadap antigen dan autoantibody tiroid terbentuk, yang bereaksi dengan antigen-antigen. Tiga autoantibodi tiroid terpenting adalah antibody tiroglobulin (Ab Tg), antibodi tiroid peroksidase (Ab TPD), dahulu disebut antibodi mikrosomal, dan TSH reseptor blocking antibody (TSH-R Ab [blok]). Selama fase awal, Ab Tg meningkat sedikit, kemudian Ab Tg akan menghilang, tapi Ab TPD akan menetap untuk bertahun-tahun. Destruksi kelenjar berakibat turunnya kadar T3 dan T4 serum, dan naiknya TSH. Mula-mula TSH bisa mempertahankan sintesis hormone yang adekuat dengan terjadinya pembesaran tiroid atau goiter,



4



tetapi dalam banyak kasus kelenjar gagal dan terjadilah hipotiroidisme dengan atau tanpa goiter.



E.



MANIFESTASI KLINIS 1. Tiroiditis Akut − Nyeri dan pembengkakan leher anterior, demam, disfagia. − Faringitis atau nyeri faring sering timbul. − Kehangatan, eritema dan nyeri tekan kelenjar tiroid. 2. Tiroiditis Subakut −



Antenia yang nyata







Panas, malaise







Rasa saklit di leher, dapat meluas ke atas sampai angulus mandibula atau ke daun telinga pada satu atau kedua sisi leher.







Tiroid membesar secara simetris.







Mulanya penderita bisa mempunyai gejala hipertiroidisme dengan palpitasi, agitasi, dan keringat.







Peka



rangsang,



gelisah,



insomnia,



dan



penurunan berat badan yang merupakan manifestasi hipertiroidisme. −



Tidak ada oftalmopati.







Tanda-tanda klinis toksisitas termasuk takikardi, tremor, dan hiperrefleksia bisa dijumpai.



5



3. Tiroiditis Kronik −



Tiroiditis Hasihimoto biasanya dengan goiter dan pada pasien yang eutiroid atau yang menderita hipotiroidisme ringan







Distribusi seksual wanita dibanding pria adalah 4:1.







Prosesnya tidak sakit dan penderita bisa tidak sadar akan adanya goiter kecuali bila jadi sangat besar.







Pasien lebih tua dapat muncul dengan tiroidisme berat walau kelenjar tiroid yang kecil atrifik lunak.



F.



PENATALAKSANAAN 1. Tiroiditis Akut Terapi antibakteri spesifik biasanya menyebabkan penyembuhan, tetapi mungkin diperlukan drainase secara bedah. 2. Tiroiditis Subakut o



Pada kasus yang ringan aspirin cukup untuk mengontrol gejala.



o



Pada kasus yang lebih berat, glukokortikoid (prednisone, 20 sampai 40 mg/hari).



o



Prupanolol dapat digunakan untuk mengontrol tirotoksikosis yang berkaitan.



6



o



Pada kebanyakan kasus, hanya diperlukan terapi simtomatik, contoh : asetraminofen 0,5 gram, 4x sehari.



o



Bila nyeri, panas dan mailase sangat berat sampai menyebabkan penderita tidak bisa apa-apa, terapi obat-obatan anti imflamasi non steroid atau glukokortikoid jangka pendek seperti 20 mg, 3x sehari, selama 7 – 10 hari mungkin diperlukan untuk mengurangi inflamasi.



o



Levotiroksin 0,1 – 0,15 mg sekali sehari, diindikasikan selama fase hipotiroid penyakit agar tidak terjadi eksaserbasi kembali dari penyakit yang dirangsang oleh kadar TSH yang meningkat.



3. Tiroiditis Kronik (Tiroiditis Hashimoto) Hipertiroidisme dalam kaitannya dengan tiroiditis hashimoto diobati dengan cara konvensional, terapi-terapi ablasi lebih jarang digunakan karena tiroiditis kronik dan yang berhubuingan cenderung membatasi lamanya hiperfungsi tiroid dan juga memberikan predisposisi pada pasien untuk perkembangan hipertiroidisme setelah pembedahan atau pengobatan radioterapi.



G.



KOMPLIKASI Komplikasi



utama



Tiroiditis



Hashimoto



adalah



Hipertiroidisme



Progresif. Bila masa tiroid membesar, sementara menerima dosis tirokdsin maksimal yang dapat di toleransi maka dapat dicurigai sebagai kanker tiroid, dan karena hipotiroidisme dapat menimbulkan miksedema.



7



H.



Path Way



Bakteri



Virus



Gangguan Produksi T3 dan T4



Penurunan TSH serum



Laju endap darah meningkat



Peradangan Tiroid



8



Penyakit Autoimun



Ketidak seimbangan Nutrisi Kerusakan Menelan



Nyeri ASUHAN KEPERAWATAN TIROIDITIS



I.



Pengkajian Informasi yang perlu diperoleh dari klien dan keluarga yaitu : 1.



Keluhan Utama 1)



Apakah merasa sakit pada tenggorokan ?



2)



Apakah sulit untuk menelan ?



2.



Data Obyektif a.



Demam



b.



Tiroid membesar



c.



Gelisah



d.



Insomnia



e.



Penurunan berat badan



f.



Disfagia



3.



Pemeriksaan Fisik 1)



Inspeksi - melihat, apakah ada pembesaran tiroid pada leher pasien



2)



Palpasi



9



- leher pasien (kenyal atau keras)



4.



Pemeriksaan Penunjang 1)



Pemeriksaan Laboratorium untuk Tiroiditis Subakut a. Pada mulanya, T3 dan T4 meningkat, bersamaan dengan perjalanan penyakit, T3 dan T4 akan menurun. b. Sementara TSH serum dan ambilan iodine radioaktif tiroid sangat rendah. Bersamaan perjalanan penyakit TSH akan naik dan didapatkan gejala-gejala hipotiroidisme. Lebih lanjut, ambilan iodine radioaktif akan meningkat, mencerminkan adanya penyembuhan dan serangan akut. c. Laju endap darah sangat meningkat, kadang-kadang sampai setinggi 100 mg/jam pada skala Westergren. d. Autoantibody tiroid biasanya tidak ditemukan di serum.



2)



Pemeriksaan Laboratorium untuk Tiroiditis Kronik (Hashimoto) a. Terdapat kelainan multiple pada metabolisme iodine. Aktivitas peroksida menurun sehingga organifikasi iodine terganggu.



10



b. Iodinasi material protein yang metabolic tidak aktif terjadi, sehingga terdapat PBI serum yang tinggi tidak sebanding dengan T4 serum. c. Ambilan radio iodin bisa tinggi, normal atau rendah. d. Kadar hormone tiroid sirkulasi biasanya normal atau rendah dan bila rendah, TSH akan meningkat. e. Penemuan laboratorium yang paling menonjol adalah titer yang tinggi dari antibodi antitiroid di serum. f. Uji serum untuk Ab Tg atau Ab TPO positif kuat pada kebanyakan penderita tiroiditis hashimoto. g. Biopsy aspirasi jarum halus.



II.



Diagnosa 1.



Kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.



2.



Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungna dengam ketidakmampouan pemasukan makanan.



3.



Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan psikososial / fisik secara kronis.



III. INTERVENSI DP I Kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler



11



Tujuan : Pasien mampu menelan secara adekuat. NOC : Status Menelan Kriteria hasil : 1.



Adanya reflek menelan



2.



Usaha menelan secara normal



3.



Kenyamanan dalam menelan



NIC : Terapi Menelan 



Monitor konsistensi makanan yang dibentuk dari latihan menelan.







Monitor tanda dan gejala aspirasi.



DP II Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan makanan. Tujuan : Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan adekuat. NOC 1.



Status Nutrisi : Pemasukan makan dan cairan − Pemasukan makanan melalui oral − Pemasukan cairan melalui oral − Pemasukan cairan − Pemasukan total nutrisi secara parenteral



2.



Status Menelan : Fase esophagus



12



− Nyaman dalam menelan − Tidak tersedak dan batuk saat menelan − Tidak terjadi muntah pada malam hari



NIC Terapi Nutrisi : − Monitor masukan makanan / cairan dan hitung masukan kalori harian secara tepat. − Anjurkan pasien untuk memilih makanan lunak



DP III Nyeri Kronik berhubungan dengan ketidakmampuan psikososial / fisik secara kronis NOC 1.



Tingkat Nyeri



2.



Kontrol Nyeri



Tujuan : Nyeri terkendali atau berkuarang Kriteria hasil : 1.



Tingakat Nyeri



13



o



Melaporkan nyeri



o



Frekuensi nyeri



o



Ekspresi nyeri



2.



Kontrol Nyeri o



Factor penyebab nyeri



o



Penggunaan analgetik dengan tepat



o



Gejala nyeri



NIC Manajemen Nyeri 



Kaji nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri.







Ajarkan teknik relaksasi







Berikan analghetik sebagai control nyeri jika diperlukan







Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri terjadi.







Ajak pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri.



IV. IMPLEMENTASI -



14



DAFTAR PUSTAKA



Aside, Ahmad H.2000.Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta : EGC Dunphy, Englebert, dkk.1985.Pemeriksaan Fisik Bedah. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medika Greenspan, Francis S.2000.Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta : EGC Isselbacher (etal).2000.Harrison Prinsip-Prinsip ILmu Penyakit Dalam Volume 5 Edisi 13. Jakarta : EGC Ragg, Mark.1998.Memahami Masalah Tiroid. Jakarta : Arcan www.medicastor.com



15



16