Askep [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI “M” DENGAN ATRESIA ESOFAGUS DI RUANG NICU GBPT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA



Disusun Oleh: 1. Dwi Hapsari Amd, kep 2. Febrianti Adi P, Amd. Kep 3. Jamilatul Komari, Skep. Ns 4. Mariska Ayu P, Amd Kep 5. Nirmawati, Amd. Kep 6. Ninik Faizah, Amd. Kep 7. Supatmi, Skep. Ns 8. Tatik Mediawati, Amd. Kep 9. Ulin Shara, Amd. Kep



PELATIHAN KEPERAWATAN NEONATOLOGI (LEVEL II,III) ANGKATAN XXVI



DAFTAR ISI Halaman Judul Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN



1



1.1. Latar Belakang



1



1.2. Tujuan



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penyakit



3 3



2.1.1. Definisi



3



2.1.2. Epidemiologi



4



2.1.3. Etiologi



5



2.1.4. Klasifikasi



6



2.1.5. Manifestasi Klinis



7



2.1.6. Diagnosis



8



2.1.7. Komplikasi



8



2.1.8. Patofisiologi



9



2.1.9. Penatalaksanaan



11



2.1.10. Pengobatan



13



2.2 Tinjauan Pustaka Asuhan Keperawatan



14



2.2.1. Pengkajian



14



2.2.2. Diagnosa Keperawatan



15



2.2.3. Intervensi



15



2.2.4. Implementasi



19



2.2.5. Evaluasi



19



2.2.6. WOC



20



BAB III TINJAUAN KASUS PADA ATRESIA ESOFAGUS 3.1. Pengkajian 3.2. Pemeriksaan Fisik 3.3. Pemeriksaan Penunjang 3.4. Program Terapi 3.5. Analisa Data



i



3.6. Diagnosa Keperawatan 3.7. Intervensi 3.8. Implementasi BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pengkajian 4.2. Diagnosa Keperawatan 4.3. Intervensi 4.4. Implementasi 4.5. Evaluasi BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB 1 PENDAHULUAN



2.1 Latar Belakang Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dimana esophagus tidak terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula



trakeaoesophageal



(Tracheoesophageal



Fistula/



TEP).



Fistula



trakeoesofageal (TEF) dan esophagus atresia (EA) adalah darurat bedah, menyajikan selama pertama saat setelah lahir. Thomas Gibson adalah yang pertama, yang di 1696 dijelaskan deskrips klinis dan patologis yang akurat dari anomali yang paling umum, di mana EA dikaitkan dengan TEF. Pada saat itu penyakit ini dianggap sebagai yang fatalkondisi, yang merupakan tidak fatal lagi sekarang hari. Utama terobosan terjadi pada tahun 1941, ketika ahli bedah Amerika Cameron Haight dicapai bertahan hidup dengan sukses anastomosing dua ujung kerongkongan dan dengan demikian mengatasi obstruksi pada saluran gastro-intestinal. Prematuritas merupakan hal umum dan lebih dari 50% penderita disertai dengan beragai kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, kelainan traktus urinarius dan kelainan traktus gastrointestinal atresi esophagus ataupun fistula trakeo esofageal ditangani dengan tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus yang mengeluakan banyak mucus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda gangguan pernapasan. Atresia Esofagus (AE) merupakan kelainan congenital yang ditandai dengan tindak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus bagian distal. AE dapat terjadi bersama fistula trakeo esofagus (FTE), yaitu kelainan congenital dimana terjadi persambungan abnormal antara esofagus dengan trakea. Atresia Esofagus (AE) merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup.1 Insidensi AE di Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia,



1



2



insidensi bervariasi dari 0,4 – 3,6 per 10.000 kelahiran hidup. Dua insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup. Motilitas dari esophagus selalu dipengaruhi pada atresia esofagus. Gangguan peristaltic esofagus biasanya paling sering dialami pada bagian esofagus distal. Janin dengan atresia tidak dapat dengan efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada atresia esophagus dengan fistula trakeo esofageal distal, cairan amnion masuk melaalui trakea kedalam usus. Polihydramnion bisa terjadi akibat perubahan dari sirkulasi amnion pada janin. Neonatus dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak sekali air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal TEF, sekresi dengan gaster dapat masuk keparu-paru dan sebaliknya, udara juga dapat bebas masuk dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi bantuan. Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal. Diketahui bahwa bagian esofagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan ini bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esofagus dan dapat menimbulkan reflux gastroesofageal. Pada bayi dengan atresia esofagus sebaiknya pertahankan posisi bayi atau pasien dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk meminimalkan terjadinya aspirasi, pertahankan keefektifan fungsi respirasi, kemudian dilakukan tindakan pembedahan. Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, maka anomaly congenital lain pada bayi terlebih dahulu dievaluasi. Foto thoraks dapat mengevaluasi abnormalitas skeletal, malformasi kardiovaskuler, pneumonia dan lengkung aorta kanan. Foto abdomen bertujuan mengevaluasi abnormalitas skeletal, obstruksi intestinal dan malrotasi, foto toraks dan abdomen bias any sudah mencukupi, penggunaan kontraks tidak terlalu sering dibutuhkan untuk mengevaluasi atresia esofagus.



3



2.2 Tujuan 2.2.1



Tujuan Umum Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada neonatus dengan Esofageal atresia.



2.2.2



Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian Esofageal atresia b. Mengetahui etiologi/penyebab bayi Esofageal atresia c. Mengetahui patofisiologi bayi Esofageal atresia d. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada bayi Esofageal atresia e. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan bayi dengan esofageal atresia berdasarkan prioritas masalah f. Dapat menentukan intervensi, melakukan tindakan dan evaluasi pada bayi dengan esofageal atresia



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Tinjauan Pustaka Penyakit 2.1.1



Definisi Esophageal Atrhisia/ Atrisia Esofagus Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼ - 1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula). Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja membentuk sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus).(Wong, Donna L. 2003: 512).



Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata). Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus untuk mengadakan pasase yang kontinu : esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak membentuk sambungan dengan



4



5



trakea ( fistula trakeoesopagus) atau atresia esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah segmen



esofagus



mengalami



gangguan



dalam



pertumbuhannya



(congenital) dan tetap sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran. Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus. Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti penyakit jantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima. Atresia Esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trachea.



2.1.2



Epidemiologi Atresia Esophagus Insiden dari Atresia Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari kelahiran hidup, angka ini makin lama makin menurun dengan sebab yang belum diketahui. yang



Atresia



Esofagus



kembar. Kecenderungan



2-3



kali lebih



peningkatan



sering



jumlah



pada kasus



janin atresia



esophagus tidak berhubungan dengan ras tertentu. Namun dari suatu penelitian didapatkan bahwa insiden atresia esophagus paling tinggi ditemukan pada populasi kulit putih (1 kasus per10.000 kelahiran) dibanding dengan populasi non-kulit putih (0,55 kasus per 10.000 kelahiran). Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pada perempuan untuk mendapatkan kelainan atresia esophagus. Rasio kemungkinan untuk mendapatkan kelainan esophagus antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1,26:1. Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus adalah kelainan kongenital pada neonatus yang dapat didiagnosis pada waktu-waktu awal kehidupan. Beberapa penelitian menemukan insiden atresia esophagus lebih tinggi pada ibu yang usianya lebih muda dari 19 tahun dan usianya lebih tua dari 30 tahun, dimana



6



beberapa penelitian lainnya juga mengemukakan peningkatan resiko atresia esophagus terhadap peningkatan umur ibu.



2.1.3



Etiologi Atresia Esophagus Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih terus berlanjut. Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esophagus dapat terganggu. Jika pemisahan trekeo esofageal tidak lengkap maka fistula trakeo esofagus akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu sel bagian depan dan belakang maka trakea akan membentuk atresia esophagus. Atresia esophagus dan fistula trakeo esofagus sering ditemukan ketika bayi memiliki kelainan kelahiran seperti : 1. Trisomi 2. Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia duodenal, dan anus imperforata). 3. Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan patent ductus arteriosus). 4. Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia). 5. Gangguan Muskuloskeletal. 6. Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebra, anus, cardiac, tracheosofageal fistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening). 7. Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki kelainan lahir.



7



Atresia Esophagus dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut : 1. Faktor obat : Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu thali domine . 2. Faktor radiasi : Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada gen 3. Faktor gizi 4. Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing – masing menjadi esofagus dan trachea. 5. Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya atresia. 6. Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trachea esofagus 7. Tumor esofagus. 8. Kehamilan dengan hidramnion 9. Bayi lahir premature. Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang tidak diketahui mengapa esofagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima.



2.1.4



Klasifikasi Atresia Esophagus Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross of Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut : 1. Tipe A - atresia esofagus tanpa fistula / atresia esofagus murni (10%) 2. Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal (