Asuhan Kebidanan Komunitas Kelompok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELOMPOK DI DESA BATUDINDINGKEC. GAPURA KABUPATEN SUMENEP



Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas Pada Akademi Kebidanan Universitas Wiraraja



Disusun oleh: Mahasiswa Kebidanan



PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP 2012



LEMBAR PENGESAHAN



ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELOMPOK DI DESA BATUDINDING KEC. GAPURA KABUPATEN SUMENEP



Laporan Kelompok Telah Memenuhi Syarat dan Disetujui Tanggal .... .... .... ....



Menyetujui dan Mengesahkan Pembimbing I



Pembimbing II



( IVA GAMAR DIAN P., S.ST)(JOHARTATIK, AMD. KEB) Mengetahui, Ka. Puskesmas UPT Gapura



Kepala Desa



(dr. H. R. AMAR MA’RUF WAJI, M.Si)( ABU YAMIN, BA)



Mengetahui Ka. Prodi DIII Kebidanan



(Endang Susilowati, S.ST., MM) PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP 2012



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.Laporan ini penulis susun sebagai pertanggung jawaban selama melaksanakan PKL Kebidanan Komunitas.Dalam pelaksanaan PKL Kebidanan Komunitas banyak pihak yang telah membantu kelancaran dalam menyelesaikan tugas ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih atas segala dukungan dan bimbingannya kepada yang terhormat: 1.



dr. H. R.Amar Ma’ruf Waji. M.Si selaku Kepala Puskesmas Gapura.



2.



BapakAbu Yamin, BA selaku kepala Desa Batudindingatas pemberian ijinnya kepada kami untuk melaksanakan PKL di Desa Batudinding.



3.



Ibu Sulistianingsih,S.ST selaku Bidan koordinator di Puskesmas Gapura



4.



Ibu Johartatik,Amd.Keb selaku bidan pembimbing polindes Batudindingselaku Bidan Desa/Pembina wilayah dan pembimbing lapangan PKL Desa Batudinding.



5. Masyarakat Desa Batudinding. 6.



Keluarga yang sudah bersedia meluangkan waktu dan membantu melaksanakan PKL.



7.



dr.Susiselaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep.



8.



Ibu Endang Susilowati,S.ST., MM selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan.



9.



Ibu Iva amar D.P, S.STselaku pembimbing individu PKL Kebidanan Komunitas.



10. Kepadakedua Orang Tua yang telah memberi do’a dan dukungan. 11. Teman-teman yang telah memberi dukungan dan membantu dalam melaksanakan PKL Kebidanan Komunitas 12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Penulis mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya Mahasiswa Akademi Kebidanan Universitas Wiraraja. dan para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.



Sumenep, Juli 2012



Penulis



DAFTAR ISI



DAFTAR GRAFIK



DAFTAR TABEL



DAFTAR LAMPIRAN



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakan Masalah Masalah keluarga berencana bukan merupakan masalah baru, tapi dapat disoroti oleh pengetahuan-pengetahuan baru dan data baru fisiologi alat reproduksi dari segala segi, sehingga manusia dapat mempengaruhi jalannya reproduksi dengan teknik yang akseptabel (Teknik KB : 14). Lebih dari 3 dasawarsa program KB nasional dilaksanakan di Indonesia.Selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil yang dicapai. Salah satu bukti keberhasilan program tersebut antara lain semakin tingginya angka pemakaian alat kontrasepsi (prevalensi). SDKI tahun 1997 memperlihatkan proporsi peserta KB untuk semua cara tercatat sebesar 57,4 %. Bila dirinci lebih lanjut proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (21,1 %), pil (15,4 %), IUD (8,1 %), susuk (16 %), mow (3 %), kondom (0,7 %), MDP (0,4 %) dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara tradisional pantang berkala maupun senggama terputus. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, dimana upaya tersebut bisa bersifat sementara ataupun permanent. Dengan menggunakan alat kontrasepsi diharapkan PUS bisa merencanakan kapan ibu akan mengalami kehamilan lagi dan ber jumlah anak yang diinginkan. Dengan pembatasan kehamilan dan kelahiran tersebut diharapkan dapat meningkatkan SDM yang berkualitas.( Dyah, 2009) Sudah menjadi pandapat umum bahwa kondisi gizi yang optimal dari anak – anak sekarang, terutama pada bayi adalah sesuatu hal yang mutlak demi kesehatan dan pertumbuhan yang baik pada masa mendatang. Disamping itu diakui pula bahwa untuk bayi, air susu ibu (ASI) adalah satu – satunya sumber zat makanan alamiah yang perlu dilindungi serta si promosikan di seluruh negara (Resolusi WHA 34, 22) Pengalaman telah menunjukkan bahwa terbentuknya cara pemberian makanan bagi yang tepat serta lestarinya pemakaian ASI sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu – ibu (WHO, 1979; Baer 1981). Khusus mengenai kekurangan kalori dan protein pada bayi di pedesaan, disamping penakaran susu yang kurang tepat juga sering disebabkan karena penyapihan yang terlalu dini. Pada masyarakat yang buta gizi dimana air susu ibu diganti dengan air tajin/pisang. Kekurangan kalori dan protein pada bayi ini sangat berbahaya karena jumlah sel otak dan juga luas permukaan otak yang sebenarnya masih dalam taraf terganggu/terhenti sehingga menyebabkan penurunan kapsitas mental, intelektual dan juga fisik dimasa mendatang.



Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Pada ibu hamil lingkar lengan atas digunakan untuk memprediksi kemungkinan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir rendah. Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas LILA WUS (ibu hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. Lingkar lengan atas merupakan indicator status gizi yang digunakan terutama untuk mendeteksi kurang energi protein pada anak-anak dan merupakan alat yang baik untuk mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini sesuai dengan Depkes RI (1994) yang dikutip oleh Supariasa, bahwa pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan cepat. Hasil Pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK. Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan.Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga nonkesehatan, seperti dukun.Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat.Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan.Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab bidan. Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang cukup penting. Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang



memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji. Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita.Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional. Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan anak. Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan. Maka dari itu, Praktek Kerja Lapangan merupakan merupakan bentuk pembelajaran klinik dengan menerapkan materi yang telah didapat di bangku kuliah terutama mata kuliah kebidanan komunitas pada keluarga, dimana mahasiswa mendapat pengalaman nyata tentang peran dan fungsi bidan di masyarakat dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja individu, keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kebidanan serta dapat mengembangkan Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan pengorganisasian masyarakat. Dari hasil survei lapangan Di Desa Batudinding dengan sasaran sebanyak 69 KK. Banyaknya WUS yang hamil sebanyak 7orang (100%). Dari data berikut dapat ditemukan bahwa yang menderita gizi kurang pada ibu hamil yaitu 3 orang (42,7%), yang cukup 1 orang (14,2%) dan yang baik 3 orang (42,8%). Salah satu diantaranya di Dusun Laok Lorong pada keluarga Tn. M bahwa istrinya Ny. I masih mengalami gizi kurang pada ibu hamil dikarenakan faktor pendidikan yang kurang sehingga kurangnya pengetahuan pada ibu hamil. Dari hasil survei lapangan Di Desa Batudinding dengan sasaran sebanyak 69 KK.Banyaknya PUS yang ber KB sebanyak 41orang (59,4%)dan yang tidak ikut KB sebanyak 28 orang (40,5%). Dari data berikut dapat ditemukan bahwa yang ikut KB < 40 hari sebanyak 0 orang (0%) dan yang ikut KB > 40 hari sebanyak 41 orang (100%) dan 28 diantaranya belum ingin ber KB. Salah satu diantaranya di Dusun Daja Lorong pada keluarga Tn. S bahwa istrinya Ny. R masih bingung dan belum mengetahui ingin memakai jenis kb apa dan kapan Ny. R memulai kb setelah melahirkan anaknya yang berumur 25 hari. Hal ini



dikarenakan tingkat pendidikan Ny. R SD yang menjadi faktor kurangnya pengetahuan tentang KB kurang.



1.2



Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk memperoleh gambaran nyata dalam memberikan asuhan kebidanan setelah melakukan asuhan pada keluarga diharapkan penulis dapat mengerti dan memahami proses asuhan kebidanan keluarga. 1.2.2 Tujuan Khusus Setelah diadakan konseling diharapkan agar: 1.



Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada keluarga



2.



Mahasiswa mampu melakukananalisis data pada keluarga



3.



Mahasiswa mampu menentukan perumusan masalah pada keluarga



4.



Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah pada keluarga



5.



Mahasiswa mampu menentukan rencana tindakan terhadap masalah pada keluarga



6.



Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada keluarga



7.



1.3



Mahasiswa mampu melaksanakan Evaluasi pada keluarga



Metode 1.



Survei



2.



Penyuluhan



3.



Tanya jawab



BAB 2 TINJAUAN TEORI



2.1



Batasan Masyarakat 1.



Pengertian Masyrakat Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan



yang berhubungan dengan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti : sekolah, keluarga, perkumpulan, negara semua adalah masyarakat. Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada 2 macam masyarakat yaitu : 1. Masyarakat paguyuban Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota – anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. 2. Masyrakat patembayan Masyarakat petembayan terdapat hubungan pamrih antara anggota – anggotanya. Unsur – Unsur suatu masyrakat : -



Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak



-



Bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.



-



Adanya aturan dan Undang – Undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.



Bila dipandang cara terbentuknya masyarakat: 1.



Masyarakat paksaan misalnya negara, masyarakat tawanan.



2.



Masyarakat merdeka



-



Masyarakat natur yaitu masyrakat yang terjadi dengan sendirinya seperti gerombolan, suku, yang bertalian dengan hubungan darah atau keturunan.



-



Masyarakat kultur yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan dunia dan kepercayaan.



Masyarakat dipandang dari sudut antropologi terdapat 2 tipe masyarakat: 1.



Masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, belum mengenal pembagian kerja, belum mengenal tulisan dan tekhnologinya sederhana.



2.



Masyarakat sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala bidang, karena pengetahuan modern sudah maju, tekhnologipun berkembang dan sudah mengenal tulisan.



2.2



Struktur Masyarakat Menurut Douglas (1973), mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan makrososiologi



mempelajari struktur perilaku sosial. Menurut Kornblum (1988) menyatakan struktur merupakan pola perilaku yang berulang, yang menciptakan hubungan antar invidu dan antar kelompok dalam masyarakat. Mengacu pada pengertian sosial menurut Kornblum yang menekankan pada pola perilaku yang berulang maka konsep dasar dalam pembahasan struktur adalah adanya perilaku individu atau kelompok. Perilaku sendiri merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang di dalamnya terdapat proses komunikasi ide dan negosiasi Pembahasan mengenai struktur sosial oleh Ralph Linton dikenal adanya dua konsep yaitu status dan peran. Status merupakan perkumpulan suatu hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah aspek dinamis dari sebuah status. Menurut Linton (1967), seseorang menjalankan peran ketika ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. Tipologi lain yang dikenal oleh Linton adalah pembagian status menjadi status yang diperoleh dan status yang diraih. Status yang diperoleh adalah status yang diberikan kepada individu tanpa memandang kemampuan atau perbedaan antar individu yang dibawa sejak lahir. Sedangkan status yang diraih adalah status yang memerlukan kualitas tertentu. Status seperti ini tidak diberikan pada individu sejak ia lahir, melainkan harus diraih melalui persaingan atau usaha pribadi. Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh 2 cirinya yang bersifat unik. 1.



Horizontal Ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan – kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat serta perbedaan – perbedaan kedaerahan.



2.



Vertikal Struktur masyarakat Indonesia ditandai adanya perbedaan – perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup dalam. Perbedaan–perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat dan kedaerahan



sering kali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk. Istilah masyarakat majemuk diperkenalkan oleh J. S. Furnivall untuk menggambarkan masyarakat Indonesia pada zaman Hindia Belanda. Masyarakat majemuk yaitu suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri–sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain dalam kesatuan politik. 3.



Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, dimana upaya tersebut bisa bersifat sementara ataupun permanent. Dengan menggunakan alat kontrasepsi diharapkan PUS bisa merencanakan kapan ibu akan mengalami kehamilan



lagi dan berjumlah anak yang diinginkan. Dengan pembatasan kehamilan dan kelahiran tersebut diharapkan dapat meningkatkan SDM yang berkualitas. ( Dyah, 2009) 4.



Banyaknya perempuan yang belum mengetahui ingin memakai jenis kb apa dan kapan waktu yang tepat untuk mulai menggunakan alat kontrasepsi setelah dia melahirkan sehingga terjadi kehamilan yang tidak diharapkan karena ketidaktahuan ibu tentang alat kontrasepsi. Keberhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang.



2.3



Konsep Dasar Masalah 2.3.1



Konsep Dasar KB (Keluarga Berencana) Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, dimana



upaya tersebut bisa bersifat sementara ataupun permanent. Dengan menggunakan alat kontrasepsi diharapkan PUS bisa merencanakan kapan ibu akan mengalami kehamilan lagi dan ber jumlah anak yang diinginkan. Dengan pembatasan kehamilan dan kelahiran tersebut diharapkan dapat meningkatkan SDM yang berkualitas. ( Dyah, 2009) Banyaknya perempuan yang belum mengetahui ingin memakai jenis kb apa dan kapan waktu yang tepat untuk mulai menggunakan alat kontrasepsi setelah dia melahirkan sehingga terjadi kehamilan yang tidak diharapkan karena ketidaktahuan ibu tentang alat kontrasepsi. Keberhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang. Menurut WHO Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : 1)



Menghindari kelahiran-kelahiran yang tidak diinginkan.



2)



Mengatur Interval diantara kehamilan



3)



Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.



4)



Menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hanafi, 2004)



a.



Manfaat 1) Untuk merencanakan kehamilan dan kelahiran



2) Untuk mencegah penyakit kelamin 3) Menurunkan kematian karena kehamilan penuh resiko atau aborsi yang tidak aman. 4) Menurunkan angka kematian anak balita jarak kelahiran membuat mereka lebih sehat dari terawat. 5) KB membantu bapak untuk lebih punya peluang membangun keluarga sejahtera.(Hanafi, 2004) b.



Jenis-jenis Alat Kontrasepsi 1) Kondom a) Pengertian Adalah selaput karet/latex yang dipasang pada penis selama berhubungan seksual sehingga mencegah sperma bertemu dengan sel telur. b) Cara Kerja Mencegah masuknya sel mani ke dalam vagina karena seluruh sperma tertampung di kondom. c) Efek Samping Kondom rusak, alergi terhadap karet, iritasi vagina karena alergi bahan kondom, mengurangi kenikmatan bersenggama. 2) Pil a) Pengertian Adalah tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik. b) Cara Kerja Mengentalkan cairan lendir di mulut rahim, menekan pemasakan sel telur, menjadikan endometrium tidak siap implantasi c) Efek samping Mual muntah, pertambahan Berat Badan, perdarahan tidak teratur, sakit kepala, timbul jerawat, depresi, perubahan nafsu sex



3) Suntik KB a) Pengertian Adalah hormon yang diberikan secara suntikan atau injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan. (BKKBN, 2003) b) Cara Kerja



Mencegah pelapasan telur, memperkental lendir leher rahim, menipiskan dinding rahim. c) Efek samping Gangguan siklus haid, perdarahan ringan, kenaikan berat badan. 4) Implan/ Susuk a) Pengertian Adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk, yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas melalui tindakan operasi kecil. b) Cara kerja Mencegah pelepasan telur, memperkental lendir rahim c) Efek samping Perubahan pola haid , sakit kepala, mual muntah, jerawat., berat badan meningkat, perdarahan, bercak. 5) IUD/Spiral a) Pengertian Adalah alat kontrasepsi yang berupa rangka plastik kecil yang dipasang ke dalam rahim melalui vagina b) Cara kerja Mencegah pertemuan sperma dengan telur, mencegah telur yang dibuahi menempel di dinding rahim c) Efek samping perubahan haid, bisa keluar tanpa diketahui , terasa sakit atau nyeri 6) MOW/ steril/ operasi a) Pengertian Adalah suatu operasi kecil dilakukan dengan cara memotong atau mengikat saluran indung telur sehingga sperma dan sel telur tidak bisa bertemu. (BKKBN, 2003). b) Biasanya yang dipakai yaitu : Pemotongan jalan antara indung telur dengan rahim, pengikatan jalan antara indung telur dengan rahim sehingga sel telur yang sudah masak tidak dapat bertemu dengan sperma. c) Waktu Penggunaan Waktu yang tepat dianjurkan untuk memenuhi menggunakan alat kontrasepsi pada waktu ibu menyusui atau tidak menyusui.



1) Waktu



yang



tepat/dianjurkan



untuk



memulai



menggunakanalat



kontrasepsi pada ibu menyusui/tidak menyusui : a) Persalinan – 6 minggu Amenore laktasi, AKDR tembaga, kondom dan spermisida b) 6 minggu – 6 bulan Amenore laktasi, AKDR tembaga, tubektomi, kontrasepsi progestin (mini pil, susuk), pantang berkala c) 6 bulan ke atas Kontrasepsi progestin (mini pil, susuk), Pantang berkala, Pil kombinasi 2) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya. 3) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan sel telur sebelum ibu mendapatkan haidnya lagi selama menyusui, maka ibu bisa tidak memakai alat kontrasepsi selama ibu belum haid lagi.(Hanafi, 2004)



2.3.2



Konsep Dasar Gizi Ibu Hamil Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.Penilaian



secara tidak langsung ada dua yaitu survey konsumsi makanan dan statistic vital.Penilaian status gizi secara langsung ada empat yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil digunakan pengukuran secara langsung dengan menggunakan penilaian antropometri yaitu : Lingkar Lengan Atas Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia subur (Supariasa, 2002 : 48). Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keadaan KEK Pada Ibu Hamil Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makanan merupakan sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya sendiri.Namun makanan yang dimakan oleh seorang ibu bukan satu-satinya factor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil.Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi ibu



hamil diantaranya adalah faktor sosial ekonomi, faktor Biologis, faktor pola Konsumsi dan Faktor perilaku ibu. (Notoatmodjo, 2008) - Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari: a.Pendapatan Keluarga b.Pendidikan Ibu Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan cara mendidik. Kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang ditamatkan dan mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi dengan diukur dengan cara dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi (Depdikbud, 1997). c.Status Perkawinan Status Perkawinan ibu dibedakan menjadi: Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah, secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup berpisah sebagai suami istri karena bercerai dan belum kawin lagi.Cerai mati adalah status dari mereka yang suami/istrinya telah meninggal dunia dan belum kawin lagi. -



Faktor Biologis Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari : a.



Usia Ibu Hamil Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas



janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. (Baliwati, 2004 :Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995 : 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik. b.



Jarak Kehamilan



Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5). Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3). c.



Paritas Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup



(viable).(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut: a) Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir. b) Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas. c) Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas. -



Faktor Pola Konsumsi Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan



penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri yaitu upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Almatsier, 2003: 13), Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu, dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatanatau penyakit pada ibu. Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat.Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi. (Supariasa, 2002: 187) -



Faktor Prilaku



Faktor perilaku ini terdiri dari kebiasaan yang sering dilakukan ibu diantaranya yaitu kebiasaan merokok dan mengkonsumsi cafein, Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan system syaraf.Kafein bukan merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, karena efek yang ditimbulakan kafein lebih banyak yang negative dari pada positifnya salah satunya adalah gangguan pencernaan. Dengan adanya gangguan pencernaan makanan maka akan menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan janin.



2.3.3



Konsep Dasar MP ASI



MP ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) yaitu makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan kepada bayi atau balita untuk memenuhi kebutuhan gizinya, disamping ASI, MP ASI diberikan mulai umur 6 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat usia bayi , kebutuhan akan zat gizi bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang di keluarkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan MP ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengankemampuan pencernaan bayi/anak. PersaratanMP ASI. Kriteria yang harus dimiliki oleh MP ASI adalah sebagai berikut: -



Nilai gizi dan kandungan proteinnya tinggi



-



Memiliki nilai suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineraldalam jumlah yang cukup



-



Dapat diterima dengan baik



-



Sebaiknya dapat di produksi dari bahan bahan yang tersedia secara lokal



Cara Pemberian MP ASI -



Berikan secara hati hati sedikit demi sedikit dari bentuk encer kemudian yang lebih kental secara berangsur-angsur.



-



Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi benar-benar dapat menerimanya.



-



Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir dan harus dicoba sedikt demi sedikt misalnya telur, cara pemberiannya kuningnya dahulu setelah tidak ada reaksi alergi, maka hari berikutnya putihnya.



-



Padapemberian makan sebaiknya jangan dipaksa,sebaiknya



diberi pada waktu hamil a. Menjelaskan dampak MP ASI yang diberikan pada bayi usia kurang dari 6 bulan b. Menjelaskan jenis MP ASI yang perlu di konsumsi oleh bayi. c. Menjelaskan pola pemberian MP ASI pada bayi



2.3.4



Konsep Dasar Persalinan Dukun



Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat. Persalinan dukun adalah proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan atau tenaga yang kurang profesional atau yang dikenal dengan istilah dukun bayi. Penyebab persalinan dukun a.



Kebiasaan atau perilaku adat istiadat yang tidak menunjang.



1.



Keluaga yaitu adanya kebiasaan keluarga yang memutuskan atau memaksa calon orang tua mengenai siapa yang akan menolong persalinan.



2.



Masyarakat yaitu adanya kebiasaan masyarakat yang lebih mempercayai penolong persalinan pada tenaga non medis atau dukun.



b.



Sarana kesehatan



c.



Keadaan sosial ekonomi yang belum memadai



d.



Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat



e.



Status dalam masyarakat



f.



Tingkat kepercayaan penyuluhan terhadap masyarakat dan petugas kesehatan yang masih rendah.



Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1.



Pada umumnya adalah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.



2.



Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf



3.



Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama



4.



Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap.Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.



5.



Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.



6.



Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .



Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi, antara lain : 1.



Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim dari luar sewaktu melakukan pertolongan pada ibu bersalin



2.



Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan mengurutngurut rahim pada waktu kala III.



3.



Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan tindakan dukun tersebut di perlukan suatu bimbingan bagi dukun.



-



Persalinan Nakes Persalinan nakes merupakan persalinan yang di tolong oleh seseorang yang telah



berpengalaman dan melalui pendidikan yang telah dtentukan. Apabila persalinan tidak di tolong oleh tenaga kesehatan yang kurang ahli/berpengalaman maka akan banyak resiko yang di dapat. Setelah dilakukan penelitian ternya persalinan masih ada yang di tolong oleh dukun, oleh sebab itu pemerintah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab bidan. Maka dari itu tugas dan tanggung jawab



bidan



terhadap



dukun



bayi



sangat



memberikan



kontribusi



yang



cukup



penting. Pengetahuan dukun bayi tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional. Oleh karena itu alangkah baiknya persalinan sebaiknya dibantu oleh persalinan nakes 2.4



Manajemen / Asuhan Kebidanan Komunitas Konsep Dasar Kebidanan Komunitas 1.



Pengertian Adalah seorang bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah



komunitas. (Dr. J.H. Syahlan, SKM) Adalah para praktisi bidan yang berbasis komuniti harus dapat memberikan supervisi, yaitu dibutuhkan oleh wanita selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir secara komprehensif. (United Kingdom Central Council For Nursing, Midwifery and health)



Adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang telah diakui oleh pemerintah setempat yang telah menyelesaikan pendidikan dan lulus, serta terdaftar/ mendapat izin melakukan praktek kebidanan yang melayani keluarga atau masyarakat di wilayah tertentu. (WHO) Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan (J.H. Syahlan, 1996). Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu.Sarana kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga dan masyarakat.Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit.Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan di rumah sakit.Pelayanan kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas.Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya dari sudut biologis.Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan disekelilingnya. Dapat ditemukan disini bahwa unsur-unsur yang tercakup didalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan serta teknologi. Asuhan kebidanan komunitas adalah merupakan bagian integral dari system pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana. 2.



Sasaran pelayanan kebidanan komunitas Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah komuniti, di dalam komuniti



terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok dalam suatu masyarakat.Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak dalam keluarga. Ibu



:Calon ibu/ masa pranikah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu meneteki, ibu masa interval, menopouse



Anak



: Bayi, balita, masa sekolah



Keluarga Berencana : Nuclear family (suami, istri, anak), extended family (keluarga besar, kakek, nenek, dll) Masyarakat 3.



: Masyarakat desa, kelurahan dalam batas wewenang kerja



Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas yang dilakukan oleh Bidan Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas yang dilakukan oleh bidan meliputi : a.



Penyuluhan kesehatan



b. Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita c.



Konsep keluarga berencana



d. Imunisasi, gizi, keluarga berencana e.



Memberikan pelayanan kesehatan ibu di rumah



f.



Membina dan membimbing kader dan dukun bayi



g. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan h. Membina kerja sama lintas program dan lintas sektoral i.



Melakukan rujukan medik



j.



Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakai kontrasepsi.



4.



Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Manajemen kebidananan adalah metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk menyelematkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti, penerapan manajemen kebidanan komuniti (J.H. Syahlan, 1996).



1



Identifikasi masalah Bidan yang berada di desa memberikan pelayanan KIA dan KB di masyarakat melalui



identifikasi, ini untuk mengatasi keadaan dan masalah kesehatan di desanya terutama yang ditujukan pada kesehatan ibu dan anak. Untuk itu bidan melakukan pengumpulan data dilaksanakan sccara langsung ke masyarakat (data subyektif) dan data tidak langsung ke masyarkaat (data obyektif) a.Data Subyektif



Data subyektif diperoleh dari informasi langsung yang diterima dai masyarakat. Pengumpulan data subyektif dilakukan melalui wawancara.Untuk mengetahui keadaan dan masalah kesehatan masyarakat dilakukan wawancara terhadap individu atau kelompok yang mewakili masyarakat. b.Data Obyektif Data obyektif adalah data yang diperoleh dari observasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga, masyarakat dan lingkungan.Kegiatan dilakukan oleh bidan dalam pengumpulan data obyektif ini ialah pengumpulan data atau catatan tentang keadaan kesehatan desa dan pencatatan data keluarga sebagai sasaran pemeriksaan. 2.Analisa dan perumusan masalah Setelah data dikumpulkan dan dicatat maka dilakukan analisis.Hasil analisis tersebut dirumuskan sebagai syarat dapat ditetapkan masalah kesehatan ibu dan anak di komuniti. Dari data yang dikumpulkan, dilakukan analisis yang dapat ditemukan jawaban tentang : a.Hubungan antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial budaya atau perilaku, pelayanan kesehatan yang ada serta faktor-faktor keturunan yang berpengaruh terhadap kesehatan. (H.L. Blum). b.Masalah-masalah kesehatan, termasuk penyakit ibu, anak dan balita c.Masalah-masalah utama ibu dan anak serta penyebabnya d.Faktor-faktor pendukung dan penghambat Rumusan masalah dapat ditentukan berdasarkan hasil analisa yang mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah potensial. 3.Diagnosa potensial Diagnosa yang mungkin terjadi 4.Antisipasi penanganan segera Penanganan segera masalah yang timbul



5.Rencana (intervensi) Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan dan evaluasi. 6.Tindakan (implementasi) Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 7.Evaluasi Untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan.



BAB III ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS A. Pengkajian 1. Data Demografi 0%



Jumlah



0% 0% 0% 4%



PNS Swasta Petani



42%



54%



Nelayan Pedagang Pensiunan



Pada Desa Batudinding di data demografi sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai Petani dengan presentasi yaitu 54%.



Jumlah Islam



Protestan



Budha



Hindu



0% 0%



100%



Pada Desa Batudinding di data demografi sebagian besar penduduk beragama islam presentasi yaitu 100%.



%, 100



Jumlah , 69



Pada Desa Batudinding di data demografi sebagian besar penduduk bersuku madura presentasi yaitu 100%.



Jumlah 0% 0% RS PKM



100%



Lainnya



Pada Desa Batudinding di data demografi sebagian besar penduduk sumber informasi kesehatannya adalah puskesmas presentasi yaitu 100%.



Jumlah 0% 4%



7% 0% 2% 0%



Pusing Sesak Batuk



87%



Demam Diare



Pada Desa Batudinding di data demografi sebagian besar penduduk keluhan saat ini sebaian besar tidak ada keluhan presentasi yaitu 87 %.



Jumlah 3% 0% 3% 0% 0% 0%



Pusing Sesak Batuk



94%



Demam Diare



Pada Desa Batudinding di data demografi sebagian besar penduduk keluhan 1 tahun terakhir saat ini sebaian besar keluhan 1 tahun terakhir tidak ada keluhan presentasi yaitu 94%.



Jumlah 0% 0%



Asma Hypertensi



100%



DM Katarak TBC



Pada Desa Batudinding di data demografi sebagian besar penduduk penyakit saat ini sebaian besar tidak ada keluhan presentasi yaitu 100%.



Jumlah 0% 1% 0% 0 0% %



Asma Hypertensi DM



99%



Katarak TBC



Pada Desa Batudinding di data demografi sebagian besar penduduk penyakit satu tahun terakir sebaian besar tidak ada keluhan presentasi yaitu 100%. -



Perilaku kesehatan



Jumlah 7% 2% 3x



I. PENGKAJIAN 1. Data umum Data KB nifas a. Data Subyektif Kecamatan



:Gapura



Kepala Keluarga laki-laki / wanita :



Kelurahan



:-



Nama:Tn “S”



RT



:-



Agama: Islam



RW



:-



Pekerjaan



Penghasilan



:



Umur: 49 tahun



Keadaan Kesehatan



:Baik



Pendidikan



Alamat



:Dusun Daja Lorong



: Petani



: SD



Susunan anggota keluarga Nama



Jenis



Umur



Hub. Dg



Keadaan kes waktu



No. KIA /



KK



kunjungan. Pertama



KB



kelamin



/ imunisasi yang di dapat Surawi



Laki-laki



49 th



Suami



sehat



Ruhaeni



Perempuan



32 th



Istri



sehat



Suriyani



Perempuan



22 th



Anak



Sehat



Jelita Dwi



Perempuan



25 hari



Anak



Sehat



Istiqomah



Genogram keluarga dan keterangan : 2



1



4



3



Keterangan : : laki – laki



: perempuan : tinggal dalam satu rumah 1



: Tn.S



2



: Ny. R



3



: Anak I dari Tn. R dan Ny. S



4



: Anak II dari Tn. R dan Ny. S



2. Data Khusus 1. Imunisasi



: belum lengkap (Hb)



2. Bila keluarga data yang sakit berobat ke



: Bidan



3. Jenis penyakit yang diderita oleh keluarga



:-



4. Pemeriksaan kehamilan ke



: Bidan



5. Pertolongan persalinan yang lalu



: Dukun



6. Kebiasaan menyapih umur



:-



7. Pemberian makanan tambahan sejak usia



: sebelum 6 bulan



- Jenis makanan 8. tanggapan terhadap KB



: pisang + lontong : baik



9. Pola hidup / ADL



: baik



- Pola Makan



: frekwensi 3x Kualitas makan baik



- Pola Minum



: 8 gelas/ hari



- Kebiasaan makan



: Tinggi garam



- Penggunaan garam beryodium



: Benar



- Pola BAK



: Normal



- Tempat



: Kamar mandi



- Pola BAB



: Normal



- Tempat



: WC



- Pola aktivitas (olah raga)



: Cukup



- Kebersihan diri



: Baik



- Tempat mandi



: Pribadi



- Pola kebersihan lingkungan



: Buang sampah dibakar Pengurasan Bak mandi 1 minggu Pengelolahan



kaleng/botol



ditimbun - Pola penggunaan Air bersih



: Sumur



- Pola Penggunaan Obat



: Dengan resep dokter



- Pola Penggunaan Pelayanan kesehatan



: Bidan



10. Adat kebiasaan,selamatan 11. Penggunaan waktu senggang



: molang areh : mengasuh bayi



12. Situasi sosial budaya dan ekonomi b. Data Obyektif 1. Rumah : Luas Jenis Rumah



: Tersendiri



Letak



: dekat dengan sarang vector



Dinding



: Tembok



Atap



: Genteng



: cukup



bekas



Cahaya



: Terang



Jalan Angin



: Cukup



Jendela



: Ada



Jumlah ruang



: 3 ruang



2. Air minum Asal



: PAM



Nilai air



: cukup bersih



Konsumsi air



:



3. Pembuangan sampah Dibakar 4. Jamban dan kamar mandi Jenis jamban



: leher angsa



Jarak dengan sumber air



: dekat



Kebersihan



: Bersih



Kamar mandi



: Ada / bersih



5. Pekarangan dan selokan Pengaturan



: Teratur



Kebersihan



: Cukup Bersih



Air limbah



: di manfaatkan



Peralatab pekarangaan



: Ada



6. Kandang ternak Bangun



: Permanen



Letak



: Tersendiri



Kebersihan



: Bersih



7. Denah rumah dan keterangan



4



2 3 1



Keterangan : 1



: Ruang tamu



2 : Tempat tidur dan dapur 3



: Kamar tidur I



4 : Kamar mandi Data Gizi Pada Ibu Hamil a. Data Subyektif Kecamatan



:Gapura



Kepala Keluarga laki-laki / wanita :



Kelurahan



:-



Nama:Tn “U”



RT



:-



Agama: Islam



RW



:-



Pekerjaan



Penghasilan



:



Umur: 28 tahun



Keadaan Kesehatan



:Kurang baik



Pendidikan



Alamat



:Dusun Laok Lorong



: Wiraswasta



:SMA



Susunan anggota keluarga Nama



Jenis



Umur



kelamin



Hub. Dg



Keadaan kes waktu



No. KIA /



KK



kunjungan. Pertama



KB



/ imunisasi yang di dapat Upid Riyadi



Laki-laki



28 th



Suami



sehat



Ika Noviyanti



Perempuan



23 th



Istri



Kurang baik



Genogram keluarga dan keterangan : 2



1



4



3



Keterangan : : laki – laki



: perempuan : tinggal dalam satu rumah



5



: Tn.U



6



: Ny. I



2. Data Khusus 1. Imunisasi



: belum lengkap (TT1)



2. Bila keluarga data yang sakit berobat ke



: Bidan



3. Jenis penyakit yang diderita oleh keluarga



:-



4. Pemeriksaan kehamilan ke



: Bidan



5. Pertolongan persalinan yang lalu



:



6. Kebiasaan menyapih umur



:-



7. Pemberian makanan tambahan sejak usia



:-



- Jenis makanan 8. tanggapan terhadap KB



:: baik



9. Pola hidup / ADL



: baik



- Pola Makan



: frekwensi 3x Kualitas makan baik



- Pola Minum



: 8 gelas/ hari



- Kebiasaan makan



: Tinggi garam



- Penggunaan garam beryodium



: Benar



- Pola BAK



: Normal



- Tempat



: Kamar mandi



- Pola BAB



: Normal



- Tempat



: WC



- Pola aktivitas (olah raga)



: Cukup



- Kebersihan diri



: Baik



- Tempat mandi



: Pribadi



- Pola kebersihan lingkungan



: Buang sampah dibakar Pengurasan Bak mandi 1 minggu Pengelolahan



kaleng/botol



ditimbun - Pola penggunaan Air bersih



: Sumur



- Pola Penggunaan Obat



: Dengan resep dokter



- Pola Penggunaan Pelayanan kesehatan



: Bidan



10. Adat kebiasaan,selamatan 11. Penggunaan waktu senggang 12. Situasi sosial budaya dan ekonomi



: 7 bulanan : : cukup



bekas



b. Data Obyektif 1. Rumah : Luas Jenis Rumah



: Tersendiri



Letak



: dekat dengan sarang vector



Dinding



: Tembok



Atap



: Genteng



Cahaya



: Terang



Jalan Angin



: Cukup



Jendela



: Ada



Jumlah ruang



:



2. Air minum Asal



: PAM



Nilai air



: cukup bersih



Konsumsi air



:



3. Pembuangan sampah Dibakar 4. Jamban dan kamar mandi Jenis jamban



: leher angsa



Jarak dengan sumber air



: dekat



Kebersihan



: Bersih



Kamar mandi



: Ada / bersih



5. Pekarangan dan selokan Pengaturan



: Teratur



Kebersihan



: Cukup Bersih



Air limbah



: di manfaatkan



Peralatab pekarangaan



: Ada



6. Kandang ternak Bangun



: Permanen



Letak



: Tersendiri



Kebersihan



: Bersih



7. Denah rumah dan keterangan



6



5



3



7



4 2 1



Keterangan : 1 : Ruang tamu 2 : Kamar tidur I 3 : Ruang tengah 4 : Kamar tidur II 5 : Dapur 6 : Kamar mandi 7 : Kandang Data MP ASI dini dan Peralinan Dukun di Dusun Tembing a. Data Subyektif Kecamatan



:Gapura



Kepala Keluarga laki-laki / wanita :



Kelurahan



:-



Nama:Tn “A”



RT



:-



Agama: Islam



RW



:-



Pekerjaan



Penghasilan



:



Umur: 30 tahun



Keadaan Kesehatan



:Baik



Pendidikan



Alamat



:Dusun Tembing



: Petani



: SD



Susunan anggota keluarga Nama



Jenis



Umur



Hub. Dg



Keadaan kes waktu



No. KIA /



KK



kunjungan. Pertama



KB



kelamin



/ imunisasi yang di dapat Abu Bakar



Laki-laki



30 th



Suami



sehat



Fazana



Perempuan



28 th



Istri



sehat



Andi



Laki- laki



12 th



Anak



Sehat



Perempuan



4 bl



Anak



Sehat



Darmawan Kanzah Zahira Akila



Genogram keluarga dan keterangan : 2



1



4



3



Keterangan : : laki – laki



: perempuan : tinggal dalam satu rumah 1



: Tn. A



2



: Ny. F



3



: Anak I dari Tn. A dan Ny. F



4



: Anak II dari Tn. A dan Ny. F



2. Data Khusus 1. Imunisasi



: belum lengkap ( DPT II)



2. Bila keluarga data yang sakit berobat ke



: perawat



3. Jenis penyakit yang diderita oleh keluarga



:-



4. Pemeriksaan kehamilan ke



: Bidan



5. Pertolongan persalinan



: Dukun



6. Kebiasaan menyapih umur



: sejak lahir



7. Pemberian makanan tambahan sejak usia



: sebelum 6 bulan



- Jenis makanan 8. tanggapan terhadap KB



: pisang + lontong : tidak baik



9. Pola hidup / ADL



: baik



- Pola Makan



: frekwensi 3x Kualitas makan baik



- Pola Minum



: 8 gelas/ hari



- Kebiasaan makan



: Tinggi garam



- Penggunaan garam beryodium



: Benar



- Pola BAK



: Normal



- Tempat



: Kamar mandi



- Pola BAB



: Normal



- Tempat



: WC



- Pola aktivitas (olah raga)



: Cukup



- Kebersihan diri



: Baik



- Tempat mandi



: Pribadi



- Pola kebersihan lingkungan



: Buang sampah dibakar Pengurasan Bak mandi 1 minggu Pengelolahan



kaleng/botol



ditimbun - Pola penggunaan Air bersih



: Sumur



- Pola Penggunaan Obat



: Dengan resep dokter



- Pola Penggunaan Pelayanan kesehatan



: Bidan



10. Adat kebiasaan,selamatan 11. Penggunaan waktu senggang



: molang areh : mengasuh bayi



12. Situasi sosial budaya dan ekonomi b. Data Obyektif 1. Rumah : Luas Jenis Rumah



: Tersendiri



Letak



: dekat dengan sarang vector



Dinding



: Tembok



Atap



: Genteng



Cahaya



: Terang



: cukup



bekas



Jalan Angin



: Cukup



Jendela



: Ada



Jumlah ruang



:



2. Air minum Asal



: PAM



Nilai air



: cukup bersih



Konsumsi air



:



3. Pembuangan sampah Dibakar 4. Jamban dan kamar mandi Jenis jamban



: leher angsa



Jarak dengan sumber air



: dekat



Kebersihan



: Bersih



Kamar mandi



: Ada / bersih



5. Pekarangan dan selokan Pengaturan



: Teratur



Kebersihan



: Cukup Bersih



Air limbah



: di manfaatkan



Peralatab pekarangaan



: Ada



6. Kandang ternak Bangun



: Permanen



Letak



: Tersendiri



Kebersihan



: Bersih



7. Denah rumah dan keterangan



5



3



4



2 1



Keterangan : 1



: Ruang tamu



2



: Kamar tidur I



3



: Kamar tidur II



4



: Kamar mandi



5



: Dapur



II. INTERPRETASI DATA DASAR No.



Diagnosa



Data dasar



Urut 1.



Ny. R usia 32 th dengan -Rendahnya penggunaan KB pada masa penggunaan KB pada masa nifas



2.



nifas



Ny. I usia 23 th dengan gizi pada - Gizi pada Ibu hamil rendah Ibu hamil rendah



3.



Ny. F usia 28 tahun dengan MP - MP Asi dini pada Bayi “K” kurang dari 6 Asi dini pada bayi “K” dan bulan dan persalinan pada Dukun persalinan dukun



III. Perumusan masalah Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan,maka didapatkan kesimpulan bahwa permasalahan yang muncul sebagian besar disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan keterbatasan sarana terutama dana.Adapun permasalahan yang ada pada Tn.S adalah sebagai berikut ; 1. Rendahnya penggunaan KB pada masa nifas 2. Gizi pada Ibu hamil rendah 3. MP Asi dini pada bayi “K” 4. Persalinan Dukun di dusun Tembing



IV. Susunan prioritas masalah -



Skoring



-



Urutan prioritas masalah No



Masalah



Sifat



Kemungkinan



Potensi



Menonjolnya



Total



masalah



masalah



masalah



masalah



skor



untuk di ubah



untuk di cegah



1.



Rendahnya



4



3



3



4



14



4



3



3



3



13



4



3



2



3



12



4



3



2



3



12



penggunaan KB pada masa nifas



2.



Gizi pada Ibu hamil rendah



3.



MP Asi dini pada bayi “K”



4.



Persalinan Dukun di dusun Tembing



Keterangan : Skor



1 : Agak ringan 2 : Ringan 3 : Sedang 4 : Agak berat 5 : Berat



V. Proses manajemen Kebidanan No



Diagnosa



Tujuan /



Intervensi



Rasional



Implementasi



Evaluasi



Lakukan



Untuk



Mengadakan



Ibu dan



penyuluhan



menurunkan



penyuluhan



masyarakat



kepada



angka



tentang



mengerti



masyarakat



kematian



pentingnya



dengan



tentang



Ibu dan



menggunakan



penjelasan



pentingnya



janin, agar



KB pada



yang



ikut KB



program



masa nifas,



diberikan



pada masa



pemerintah



menjelaskan



oleh bidan



nifas



dapat



tentang



dan Ibu



Lakukan



terlaksana



macam –



menyetujui



kunjungan



dengan baik



macam KB



untuk



rumah



Melakukan



disuntik



untuk



kunjungan



KB pada



mengadakan



rumah



masa nifas



suntik KB



dengan



pada ibu



melakukan



nifas



sntik gratis



kriteria 1.



Ny. S



Untuk



dengan



menurunkan



rendahnya



angka



penggunaan kematian KB pada masa nifas



Ibu dan janin, agar program pemerintah dapat terlaksana dengan baik



pada Ibu nifas



VI. Catatan Perkembangan Tgl / jam



Diagnosa



Catatan perkembangan



14/07/2012



Ny. R usia 32 tahun



S : Keluarga mengatakan sudah tidak



dengan rendahnya



merasa cemas lagi



penggunaan KB pada masa



O : Penggunaan KB pada masa nifas



nifas



A : Ny. S dengan penggunaan KB pada masa nifas P : - Menjelaskan pada keluarga bahwa penggunaanKB nifas selanjutnya di bidan sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan 5.



Sumenep,



Mengetahui



2012



Yang mengkaji



Pembimbing



(



)



(



)



BAB IV PEMBAHASAN



Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa tingkat pengetahuan keluarga mengenai KB pada masa nifas pada keluarga di Desa Batudinding, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep rendah.Keluarga diberi penyuluhan tentang KB pada masa nifas.Setelah diberi penyuluhan tentang KB pada masa nifas keluargadapat mengerti dan memahami mengenai KB pada masa nifas. Lebih dari 3 dasawarsa program KB nasional dilaksanakan di Indonesia.Selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil yang dicapai. Salah satu bukti keberhasilan program tersebut antara lain semakin tingginya angka pemakaian alat kontrasepsi (prevalensi). SDKI tahun 1997 memperlihatkan proporsi peserta KB untuk semua cara tercatat sebesar 57,4 %. Bila dirinci lebih lanjut proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (21,1 %), pil (15,4 %), IUD (8,1 %), susuk (16 %), mow (3 %), kondom (0,7 %), MDP (0,4 %) dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara tradisional pantang berkala maupun senggama terputus. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, dimana upaya tersebut bisa bersifat sementara ataupun permanent. Dengan menggunakan alat kontrasepsi diharapkan PUS bisa merencanakan kapan ibu akan mengalami kehamilan lagi dan ber jumlah anak yang diinginkan. Dengan pembatasan kehamilan dan kelahiran tersebut diharapkan dapat meningkatkan SDM yang berkualitas.( Dyah, 2009). Banyaknya perempuan yang belum mengetahui ingin memakai jenis kb apa dan kapan waktu yang tepat untuk mulai menggunakan alat kontrasepsi setelah dia melahirkan sehingga terjadi kehamilan yang tidak diharapkan karena ketidaktahuan ibu tentang alat kontrasepsi. Keberhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang.



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga maka didapatkan data subyektif bahwa ibu mengatakan kurang pengetahuan tentang KB pada masa nifas, sedangakan data obyektif yaitu rendahnya penggunaan KB pada masa nifas. Maka dari hasil diatas dapat disimpulakan masalah keluargayakni kurangnya pengetahuan tentang KB pada masa nifas. 2. Berdasarkandari masalah yang ditemukan tersebut, maka dilakukan kegiatan penyuluhan tentang KB pada masa nifas. 3. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga sekarang lebih mengerti tentang KB pada masa nifas. Diharapkan keluarga akan menerapakan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari - hari.



B. Saran 1. Bagi keluarga a. Sebaiknya keluarga terus melanjutkan program yang telah dianjurkan oleh tenaga kesehatan. b. Sebaiknya keluarga memberikan saran bagi keluarga lain untuk mengikuti KB pada masa nifas c. Sebaiknya keluarga lebih meningkatkan perilaku hidup bersih. 2. Bagi tenaga kesehatan a. Sebaiknya tenaga kesehatan lebih meningkatkan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maupun perorangan. b. Sebaiknya tenaga kesehatan mampu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gizi pada ibu hamil. c. Sebaiknya tenaga kesehatan lebih memantau perilaku dan perkembangan pengetahuan masyarakat sehingga tenaga kesehatan tahu tentang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA



Dep Kes RI.1994.”Pedoman Supervisi Dukun Bayi Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/pembinaan-dukun-bayi-dikomunitas.html#ixzz20P1aePVw Effendy Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Depkes RI. 2000. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. Soekidjo, Notoatmodjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.