5 0 872 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN “SKLEROSIS MULTIPEL”
Dosen pembimbing : Nurul Kartika Sari S.Kep.Ns
Oleh kelompok 3 : 1.
Andi Juli Pradana
(09.02.00.127)
2.
Annisa Fibriana
(09.02.00.129)
3.
Beker Martapura
(09.02.00.133)
4.
Sri Retnowati
(09.02.00.158)
5.
Susi Febi Eliyana
(09.02.00.162)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN Prodi S1 Keperawatan Jl. Letda Sucipto 211Tuban. Email : [email protected] 2011-2012
KATA PENGANTAR Assalamu’ alaikum Wr.Wb Segala Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan”Makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persyarafan”, dengan sebaik-baiknya. Dan semoga sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi akhiruz zaman Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya. Dan tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada:
Dosen pembimbing oleh Nurul Kartika Sari S,Kep.Ns
Dan teman – teman yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari Ibu Dosen dan untuk mengembangkan wawasan melalui tulisan sehingga dapat dibaca dan dipelajari. Sangat disadari bahwa naskah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang konstruktif sangat dihararapkan dari para pembaca. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua, Amin.... Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita semua. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tuban, Februari 2012
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar belakang ................................................................................ 1.2 Rumusan masalah ........................................................................... 1.3 Tujuan ............................................................................................ BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................ 2.1 Konsep Dasar Medis ...................................................................... 2.2 Pemeriksaan……………………………………………………… 2.3 Komplikasi .................................................................................... 2.4 Penatalaksanaan ............................................................................. 2.5 Teori Askep .................................................................................... BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................... BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 4.1 Kesimpulan..................................................................................... 4.2 Saran ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Sklerosis Multipel adalah suatu kelainan dimana saraf-saraf pada mata, otak dan tulang belakang kehilangan selubung sarafnya (mielin).System saraf perifer tidak terkena melainkan salah satu penyakit saraf yang menyerang sel-sel saraf di bagian sistem saraf pusat. Ketika myelin mengalami kerusakan, akan mengganggu penyampaian ‘pesan’ antara otak dan bagian-bagian tubuh lainnya.Respon
peradangan
berperan
menimbulkan
penyakit
dengan
menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada myelin. Multipel sklerosis merupakan suatu penyakit inflamasi dan demilienisasi dari substansia alba susunan saraf pusat yang bersifat relaps dan progresif. Penyakit ini umumnya mengenai orang dewasa muda ( 18 – 40 tahun ) dimana wanita lebih sering menderita penyakit ini (wanita:pria 1,6-2 : 1) . Prevalensinya di USA mencapai 350.000 orang dengan insidensi 10.000 kasus baru tiap tahunnya. Sedangkan di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita penyakit ini dan sebagian besar didominasi oleh orang kulit putih / keturunan Eropa. Mutiple sclerosis merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Multiple sclerosis memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan bisa hilang lagi secara sekejap atau menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan. Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Untuk mendiagnosa penyakit ini masih sulit, diperlukan pengalaman-pengalaman fase awal penyakit. Pemeriksaan laboratorium akan membantu menunjang diagnose.
1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Definisi dari penyakit multipel sclerosis ? 2. Apa etiologi dari penyakit multipel sclerosis ? 3. Bagaimana manifestasi klinis penyakit multipel sclerosis ? 4. Bagaimana patofisiologi penyakit multipel sclerosis ? 5. Bagaimana WOC/Patway penyakit multipel sclerosis ? 6. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan pada klien MS ?
7. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan dari penyakit MS ? 8. Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit MS ? 9.
Bagaimana Teori Askep penyakit multipel sclerosis ?
10. Bagaimana Askep kasus pada klien dgn penyakit multipel sclerosis ?
1.3 TUJUAN 1.3.1 Umum Tujuan umum makalah ini untuk mengetahui penyakit multiple sclerosis secara menyeluruh. 1.3.2 Khusus 1. Untuk mengetahui anatomi & fisiologi SSP penyakit multiple sclorosis 2. Untuk mengetahui definisi penyakit multiple sclorosis 3. Untuk mengetahui etiologi penyakit multiple sclorosis 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit multiple sclorosis 5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit multiple sclorosis 6. Untuk mengetahui WOC/Patway penyakit multiple sclorosis 7. Untuk mengetahui pemeriksaan penyakit multiple sclorosis 8. Untuk mengetahui komplikasi penyakit multiple sclorosis 9. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit multiple sclorosis 10. Untuk mengetahui teori askep penyakit multiple sclorosis
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 KONSED DASAR MEDIS 1) ANATOMI & FISIOLOGI OTAK DAN SISTEM PERSYARAFAN Anatomi fisiologi sistem persyarafan manusia secara garis besar terdiri dari 2 bagian : SSP
(otak
dan
sumsum
tulang
belakang)
dan
Ssperifer/tepi.
Otak
(serebelum,serebrum,pond,MO,diensefalon,mensefalon) terletak didalam tengkorak kepala sedangkan sumsum tulang belakang terletak di dalam tulang belakang. Beda dgn mera Ssperifer atu tepi terletak disemua bagian tubuh melalui serabut-serabut saraf yang menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang dengan bagian tubuh lainya. Sistem saraf terdiri dari sel saraf/neuron,sel glia/sel penyokong,sel schwann. Salah satu bagian sel saraf yaitu myelin yang berperann pada penyakit ini mengalami perubahan .Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya (bakteri dan virus). Banyak jenis MS yang menunjukkan gejala penyakit ‘kekebalan tubuh’, dimana tubuh menyerang sel-sel dan jaringan-jaringannya sendiri (dalam kasus MS, yang diserang adalah Myelin). Para peneliti tidak mengetahui apa yang memicu sistem kekebalan tubuh tersebut menyerang myelin, tetapi diduga hal tersebut terjadi karena perpaduan beberapa faktor. Satu teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah menetap lama dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian yang sudah mencoba mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan tidak ada virus MS, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak dan herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit MS. Virus-virus ini mengaktifkan sel darah putih (limfosit) dalam aliran darah menuju ke otak dengan melemahkan mekanisme pertahanan otak (yaitu darah/sawar otak). Kemudian, di dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan unsur-unsur lain dari sistem kekebalan tubuh dengan satu cara yang pada akhirnya membuat selsel tersebut menyerang dan menghancurkan myelin.
Demyelinasi Demyelinasi adalah istilah yang dipakai untuk hilang/rusaknya myelin, yaitu suatu substansi dalam massa putih otak yang melindungi ujung saraf. Myelin membantu saraf menerima dan menginterpretasikan pesan-pesan dari otak dengan kecepatan tinggi. Ketika ujung saraf kehilangan substansi tersebut, maka substansi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik, menyebabkan timbulnya luka-luka, atau munculnya ‘sclerosis’ di ujung-ujung saraf yang kehilangan myelin. Nama penyakit Multiple Sclerosis didasarkan pada area luka-luka tersebut. Demyelinasi adalah penyebab dasar dari gejala-gejala yang timbul pada penderita MS. Ketika demyelinasi terjadi, kecepatan ‘lalu-lintas’ pesan pada saraf menjadi lebih lambat daripada biasanya. Bahkan ketika luka-luka yang terjadi akibat demyelinasi sudah sembuh dan mengalami remyelinasi, respon saraf akan cenderung melambat. 2) DEFINISI Sklerosis Multipel adalah suatu kelainan dimana saraf-saraf pada mata, otak dan tulang belakang kehilangan selubung sarafnya (mielin). Istilah sklerosis multipel berasal dari banyaknya daerah jaringan parut (sklerosis) yang mewakili berbagai bercak demielinasi dalam sistem saraf. Pertanda neurologis yang mungkin dan gejala dari sklerosis multipel sangat beragam sehingga penyakit ini tidak terdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul. MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang jaringan tubuh normal/ sistem saraf pusat ( SSP ), yang mendorong ke arah terjadinya demielinisasi.Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin. MS adalah kondisi peradangan myelin. Myelin adalah materi lemak yang melindungi saraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan saraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls
inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat,dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit usaha. Pada
MS,
kerusakan
myelin
(demyelinasi)
menyebabkan
gangguan
kemampuan serabut saraf untuk menghantarkan ‘pesan’ ke dan dari otak, yang pada akhirnya menghasilkan berbagai macam gejala MS. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak sebagai area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang pada waktu dan area yang berbeda. Secara harfiah, istilah Multiple Sclerosis berati Banyak Luka/Parut. Multipel sklerosis paling sering ditemukan pada usia muda. Faktor resiko : a) Kasus ini sedikit lebih banyak menyerang wanita dibandingkan dengan pria. Usia rata-rata penderita penyakit ini adalah 30 tahun, dengan batas antara 18-40 tahun. walaupun penyakit ini bisa mulai dalam masa kanakkanak dan juga di atas usia 60 tahun. b) variasi geografis memperlihatkan lebih sering ditemukan pada daerah dengan suhu sedang dibandingkan dengan daerah iklim tropis. jarang terjadi pada khatulistiwa dan garis lintang 30°–35° utara dan selatan. Pada umumnya MS meningkat secara proporsional dengan meningkatnya jarak dari garis katulistiwa. Tidak ada penjelasanyang memuaskan mengenai peristiwa ini, walaupun variabel tertentu telah diteliti. Hal ini karena meliputi faktor-faktor lingkungan, seperti iklim, kelembaban, resistensi pada virus tertentu. c) Perbedaan etnis pada insidensi penyakit merupakan argumen kerentanan genetik terhadap kondisi ini. Jenis-Jenis MS Perjalanan penyakit MS tidak terduga. Bagi beberapa orang, penyakit ini hanya sedikit mengganggu, sedangkan beberapa yang lain mengalami perburukan yang cepat hingga membuatnya sama sekali tidak berdaya, dan beberapa yang lain berada di antara dua kondisi ekstrem tersebut. Walaupun setiap individu mengalami kombinasi kondisi gejala MS yang berbeda, tetapi ada beberapa macam pola berbeda yang berhubungan dengan jenis penyakit ini: jenis ini dibedakan dari keparahan serangannya : 1. Relapsing-Remitting (RR)MS Hilang-Timbul ini adalah MS jenis klasik yang sering timbul akhir usia belasan/20thn diawali dgn suatu serangan hebat kemudian diikuti kesembuhan semu. Kesembuhan semu artinya setelah serangan hebat px terlihat pulih namun sebenarnya tingkat kepulihannya itu tidak lagi sama dgn tingkat kepulihan sebelum terkena serangan. Pada MS
jenis ini, terjadi beberapa kali kekambuhan (serangan) yang tidak terduga. Dapat timbul gejala-gejala baru atau terjadi perburukan gejala yang sudah ada. Serangan ini dapat berlangsung dalam waktu yang bervariasi (dalam hitungan hari atau bulan) dan dapat pulih secara sebagian (parsial) atau total. Jenis ini dapat bersifat ‘tidak aktif’ selama berbulan-bulan atau bertahuntahun. • Frekuensi – kurang lebih 25% 2.
Benign MS Jinak Setelah satu atau dua kali serangan dan kemudian pulih total, MS jenis ini tidak mengalami perburukan dan tidak timbul kecacatan permanen. MS jinak hanya dapat diidentifikasi bila terdapat kecacatan ringan yang timbul pada waktu 10 – 15 tahun setelah serangan dan pada awalnya dapat dikategorikan sebagai MS hilang-timbul. MS jinak cenderung berhubungan dengan gejalagejala yang tidak parah ketika terjadinya serangan (contohnya pada sistem sensorik). • Frekuensi – kurang lebih 20%
3. MS Progresif Sekunder Bagi beberapa orang yang pada awalnya mengalami MS hilang – timbul, dalam perjalanan penyakitnya ada bentuk perkembangan lebih lanjut yang mengarah pada ketidakmampuan yang bersifat progresif, dan seringkali disertai kekambuhan terus menerus. • Frekuensi – kurang lebih 40% 4. MS Progresif Primer MS jenis ini ditandai dengan tidak adanya serangan yang parah, tetapi ada serangan-serangan kecil dengan gejala-gejala yang terus memburuk secara nyata. Terjadi satu akumulasi perburukan dan ketidakmampuan yang dapat membawa penderita pada tingkat/titik yang semakin rendah atau terus berlanjut hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun. • Frekuensi – kurang lebih 15%
3) ETIOLOGI Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun atau antigen asing memicu reaksi autoimun, yang biasanya terjadi pada awal kehidupan penderita. Lalu tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan mielinnya sendiri, antibodi ini menyebabkan peradangan dan kerusakan pada selubung saraf. (Clark, 1991). Biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti :
1. Lapisan merujuk pada destruksi myelin, lemak dan material protein yang menutupi lapisan saraf tertentu dalam otak dan medulla spinalis dimana Lapisan ini mengakibatkan gangguan transmisi impuls saraf. 2. Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang berefek terhadap lapisan saraf. 3. Penyebab tidak diketahui tetapi kemungkinan karena factor presipitasi yang berhubungan dengan disfungsi autoimun, kelainan genetik ,proses infeksi oleh virus (virus, yang mungkin sudah menetap lama dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh.),Stress emosional,Cedera. 4. Prevalensi terbanyak dilintang utara dan diantara bangsa Caucasian.
4) MANIFESTASI KLINIS Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variasi dan gejala-gejalanya tergantung pada area sistem saraf pusat yang terkena. Tidak ada pola khusus pada MS dan setiap penderita MS memiliki kekhasan gejalanya masingmasing, yang bentuknya bervariasi dari waktu ke waktu dan tingkat keparahan serta lamanya serangan dapat berubah, walaupun pada penderita yang sama. Tidak ada MS yang khas. Kebanyakan penderita MS akan mengalami lebih dari satu gejala, walaupun gejala-gejala ini umum terjadi pada banyak orang, tapi tidak seorangpun mempunyai semua gejala tersebut bersamaan. Gejalagejala yang umum terjadi adalah: 1. Visual disturbances (Gangguan Penglihatan) - Penglihatan kabur - Penglihatan ganda / berbayang (diplopia) - Neuritis optika - Gerakan mata yang tak terkontrol - Buta total (sangat jarang terjadi) 2. Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi - Hilang keseimbangan tubuh - Gemetar (tremor) - Ketidakstabilan berjalan (ataksia) - pusing (vertigo) - kekakuan anggota gerak - gangguan koordinasi - kelemahan: terutama dapat mengenai kaki dan kemampuan berjalan
3. Kekakuan - Mengenai tonus otot dan kekakuan otot dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan - Spasme 4. Perubahan rasa/sensasi - perasaan baal - perasaan seperti di tusuk-tusuk jarum - kebas (paraesthesia) - perasaan seperti terbakar - nyeri dapat berhubungan dengan penyakit MS, contohnya, nyeri di wajah (seperti trigeminal neuralgia), dan nyeri otot 5. Gangguan kemampuan berbicara - bicara menjadi lambat - berbicara seperti menggumam - perubahan ritme berbicara - sulit menelan (dysphagia) 6. Keletihan berlebihan - perasaan lemah dan letih yang datang tidak terduga dan tidak sebanding dengan aktivitas yang sedang dikerjakan. Keletihan berlebihan adalah gejala penyakit MS yang paling umum (dan yang paling menyusahkan). 7. Gangguan kandung kemih dan usus besar - gangguan kandung kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat buang air kecil secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil. - gangguan usus meliputi: konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang diare. 8. Seksual dan Keintiman - impoten - berkurangnya kemampuan seksual - kehilangan gairah 9. Sensitivitas terhadap Panas - gejala-gejala memburuk dengan udara panas 10. Gangguan Kognitif dan Emosi - kehilangan memori jangka pendek - kehilangan kemampuan konsentrasi, penilaian, penalaran Gejala awal yang sering terjadi adalah kesemutan, mati rasa atau perasaan aneh pada lengan, tungkai, batang tubuh atau wajah. Ketangkasan dan kekuatan tungkai atau tangan bisa hilang. Lain dengan gejala-gejala yang jelas terlihat dengan segera, gejala lain seperti keletihan (fatigue), perubahan
sensasi, gangguan memori dan konsentrasi sering menjadi gejala yang tersembunyi. Gejala seperti ini mungkin sulit untuk dijelaskan kepada orang lain dan kadang-kadang keluarga dan perawat tidak dapat memahami efeknya terhadap pekerjaan, aktivitas sosial, dan kualitas hidup penderita MS.
5) PATOFISIOLOGI MS ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas luka).Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex: infeksi).Tsel ini dalan hubunganya dengan astrosit,merusak barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun. Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel.
Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin,
menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak , ataun sklerosis dengan flak yang tersebar.Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) aanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan). Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif.
6) WOC/PATHWAY Agen System Imun Berubah Auto Imun Menurun Merusak Imun
Gannguan Penghantaran Impuls
Gangguan Pemeliharan Saraf
Impuls Kesaraf Lambat
Saraf Terganggu
Myelin Rusak
Dyemilinasi Fungsi SSP Terganggu
SSP
SST MSP/Medula Spinalis
Otak
Serebrum
Batang Otak
Serebelum
Drensephalen
Servikal
Torakal
Lumbal
Gangguan Pada Hipotalamus
Ekstremitas atas terganggu
Fx. Pernafasan tak Fisiologis
Eustomitas bawah terganggu
L. F
L. O
L. T
L. P
Medula Oblongata
Pelemahan Otot
Status Mental Terganggu
Sistem Optikus
Input Indera Perasa Terganggu (Pengecap, Pendengaran, Penciuman)
Input Sensoris Terganggu (Sensasi)
Kemampuan Bicara Lemah
Kemampuan Motorik Menurun
Emosi Labil MK : Resiko Menciderai Diri
Visus Penglihatan Terganggu MK : Resiko Gangguan Penglihatan
Otonom
Hilang Fx. Pendengaran MK : Gangguan Komunikasi Verbal
Kelumpuhan Pada kaki/ tangan secara tibatiba MK : Kerusakan Mobilitas Rusak
Fx. Saraf Pernafasan Terganggu
Gangguan Memori Pendek
Sesak
MK : - Gangguan Fungsi Kognitif - Gangguan Psikologi
MK : Pola nafas tidak efektif
Reflek
Gangguan Mobilisasi
Sakral
S. Pencernaan
S. Perkemihan
Pola Eliminasi Terganggu
Spingter abnormal sehingga terjadi gangguan Fx. Urinasia
Inkontenensia/ retensi urin
MK : Gangguan Pola Eliminasi Urin MK : Gangguan Mobilisasi
Simpatis (sadar)
Somatis
Parasimpatis (Tidak sadar) Kolaps
Parasimpatis
Paralisis
Saraf Cranial 12 Saraf Cranial terganggu tidak bisa bekerja sebagaimana mestina
7) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK & KOMPLIKASI 1. Pemeriksaan o Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan ikatan oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG) yang menunjukkan abnormalitas imunoglobulin. Dalam kenyataannya, hampir 95% antibodi IgG normal terlihat di SSP pada klien dengan multipel skierosis.. Pemeriksaan elektroporesis susunan saraf pusat, antibody Ig dalam SSP yang abnormal. Pemeriksaan potensial bangkitan dilakukan untuk membantu memastikan luasnya proses penyakit den memantau perubahan. o
CT Scan : gambaran atrofi serebral
o MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan. Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag sepanjang substansia alba dari SSP.Pemeriksaan MRI menunjukkan bahwa banyak plak tidak menimbulkan gejala serius, dan pasien dengan plak ini tidak secara serius mengalami gangguan tetapi mengalami periode remisi yang panjang di antara episode remisi. Terdapat bukti bahwa remielinasi secara actual terjadi pada beberapa pasien. o
Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.
o Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif. o Laboratorium
2. Komplikasi Disfungsi
pernafasan,Infeksi
kandung
kemih,
infeksi
sistem
pernafasan,sepsis, Komplikasi dari imobilitas,dekubitus, Konstipasi, deformitas kontraktur, edema dependen pada kaki, pneumonia dan depresi reeaktif, masalh-masalh emosi, social, ekonomi, pendidikan juga dapat menjadi akibat dari penyakit. 3. Prognosis o Sklerosis multipel memiliki perjalanan penyakit yang bervariasi dan tidak bisa diramalkan. o Pada banyak penderita, penyakit ini dimulai dengan gejala tertentu, yang selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun kemudian tidak menunjukkan gejala lebih lanjut.
o Pada penderita lainnya, gejala semakin memburuk dan lebih meluas dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. o Cuaca hangat, mandi air panas atau demam bisa memperberat gejala. o Kekambuhan bisa terjadi secara spontan atau dipicu oleh infeksi (misalnya influenza). o Jika kekambuhan sering terjadi maka kelainan semakinmemburuk dan bisa bersifat menetap. o Banyak
penderita
MS
yang
menjalani
hidup
dengan
ketidakmampuan dalam mengatur diri (misalnya, keletihan berlebihan, pincang, gangguan kandung kemih). Bagaimanapun, sedikitnya 15% dari penderita MS akan menjadi cacat (misalnya harus menggunakan kursi roda setiap waktu). o
Harapan hidup bagi sebagian besar penderita MS adalah mendekati normal.
8) PENATALAKSANAAN MEDIS Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien. Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan pada serangan akut dan kronik. Program pengobatan sesuai dengan individu, kelompok, dan rasional yang menjadi indikasi untuk mengurangi gejala dan memberikan dukungan secara terus¬menerus. Banyak klien multipel skierosis mengalami keadaan stabil dan hanya memerlukan pengobatan yang lebih sering yang ditujukan pada pengontrolan gejala sedangkan yang lain mengalami progresi penyakit yang mantap. 1) Penatalaksanaan Serangan Akut ( Farmakoterapi ) o Kortikosteroid dan ACTH digunakan sebagai agen anti-inflamasi yang dapat
meningkatkan
konduksi
saraf,
menurunkan
inflamasi,
kekambuhan dalam waktu singkat atau eksaserbasi (exacerbation). Karena mekanisme imun merupakan faktor patogenesis multipel sklerosis, make sejumlah agen farmakologik dicoba untuk modulasi respons imun dan menurunkan kecepatan perkembangan penyakit den serangan yang sering den menurunkan keadaan yang semakin buruk. Obat-obat ini mencakup azatioprin, sikiofosfamid, dan interferon. o Beta interferon (Betaseron) telah disetujui untuk digunakan dalam perjalanan
relapsing-remitting.
Beta
interferon
(Betaseron
®)
digunakan untuk mempercepat penurunan gejala. Betaseron telah diketahui efektif dalam menurunkan secara signifikan jumlah dan
beratnya eksaserbasi akut dengan pemindaian MRI yang menunjukkan area demielinisasi yang lebih kecil pada jaringan otak. ini merupakan obat baru yang dapat menjanjikan untuk pengobatan multipel skierosis meskipun telah ratusan kali dicoba. o Baklofen sebagai agen antispasmodik merupakan pengobatan yang dipilih untuk spastisitas. Klien dengan spastisitas beret dan kontraktur memerlukan blok saraf dan intervensi pembedahan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut. o Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi penyakit o Modalitas lain (misalnya radiasi, kopolimer 1, dan kladribin) sekarang masih diteliti sebagai pengobatan yang mungkin untuk bentuk multipel sklerosis progresif. 2) Penatalaksanaan Gejala Kronik o Pengobatan spastic dengan bacloferen (Lioresal®), dantrolene (Dantrium®),
diazepam
(Valim®),
terapi
fisik,
intervensi
pembedahan. o
Kontrol kelelahan dengan namatidin (Simmetrel®).
o Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling. o Penatalaksanaan
kandung
kemih
dengan
antikolinergik
dan
pemasangan kateter tetap. o Penatalaksanaan terhadap kontrol berkemih dan defekasi pada kebanyakan masalah sulit klien. Umumnya, gejala disfungsi kandung kemih dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu ketidakmampuan untuk
menyimpan
urine
(hiperefleksi;
tidal
tertahan),
ketidakmarnpuan mengosongkan kandung kemih (hiporefleksi, hipotonik), dan campuran kedua tipe. Berbagai variasi pengobatan digunakan untuk mengatasi masalah masalah ini. Kateterisasi sendiri yang dilakukan secara sering efektif digunakan untuk disfungsi kandung
kemih.
Infeksi saluran kemih sering terjadi akibat disfungsi neurologis. Asam askorbat dapat diberikan untuk mengasamkan urine, sehingga menurunkan kemungkinan bakteri untuk bertumbuh. Antibiotik diberikan bile dibutuhkan, o
Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria.
o
Penatalaksanaan rehabilitasi dengan terapi fisik dan terapi kerja.
o
Kontrol distonia dengan karbamazim (Treganol®).
o Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (Tegratol®), feniton (Dilantin®), perfenazin dengan amitriptilin (Triavili®)
9) TEORI ASKEP 1. PENGKAJIAN Pengkajian keperawatan menunjukkan masalah yang aktual dan risiko berkaitai dengan penyakit yang mencakup masalah neurologis, komplikasi sekunder, dan pengaruh penyakit terhadap klien dan keluarga. a) Gerakan dan kemampuan berjalan klien diobservasi untuk menentukan apakah ada kemungkinan risiko jatuh. b) Pengkajian fungsi dilakukan baik ketika klien cukup istirahat dan ketika mengalami keletihan. c) Perlu dikaji untuk adanya kelemahan, spastisitas, kerusakan penglihatan, dan inkontinensia. d) Amati kekuatan motorik, koordinasi dan gangguan berjalan. e) Kaji pemeriksaan saraf cranial. f)
Evaluasi fungsi eliminasi.
g) Eksplorasi koping, efek aktifitas dan fungsi seksual, serta status emosional. Anamnesis Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok dewasa muda antara 18-40 tahun), jenis kelamin (lebih sering menyerang wanita dibandingkan dengan pria), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosis medis. a) Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota gerak, penurunan daya ingat, serta gangguan sensorik dan penglihatan. b) Riwayat Penyakit Saat Ini Pada anamnesis, klien sering mengeluhkan parestesia (baal, perasaan geli, perasaan “mati”, “tertusuk-tusuk jarum dan peniti”), penglihatan kabur, lapang pandang semakin menyempit, dan mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan terutama apabila is sedang berada di tempat tidur. Merasa lelah dan best pada sate tungkai dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolannya kurang sekali. Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering bertingkah lake euforia, suatu perasaan senang yang tidak realistic. mi diduga
disebabkan terserangnya substansia alba lobus frontalis. Pada tahap lanjut dan penyakit, klien sening mengeluhkan retensi akut dan inkontinensia. c) Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat infeksi virus pada mesa kanak-kanak. Namun hubungan riwayat infeksi virus yang menyerang pada mesa kanak-kanak belum diketahui bagaimana menyebabkan multipel skierosis pada waktu mulai menginjak mesa dewasa much. Virus campak (rubella) diduga sebagai virus penyebab penyakit mi. d) Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat. Masih dipertanyakan apakah meningkatnya kasus pada keluarga diakibatkan oleh predisposisi genetik (tak terdapat pola herediter). e) Pemeriksaan Fisik Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dan pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dan klien.Klien dengan multipel sklerosis umumnya tidak mengalami penununan kesadaran. Adanya perubahan pads tanda vital meliputi bradikandi, hipotensi, den penurunan frekuensi pernapasan yang berhubungan dengan bercak lesi di medula spinalis. B1 (Breathing) Pada umumnya klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada sistem pernapasan. Pads beberapa klien yang telah lama menderita multipel sklerosis akan mengalami gangguan fungsi pernapasan. Ini terjadi akibat tirah baring dalam jangka waktu yang lama. Pemeriksaan fisik yang didapat meliputi: Inspeksi, didapatkan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napes, dan penggunaan otot bantu napas.Palpasi, didapatkan taktil premitus seimbang kanan den kin. Perkusi, didapatkan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru. Auskultasi, didapatkan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret, dan kemampuan ha yang menurun yang wring didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
B2 (Blood) Pada umumnya klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada sistem kardiovaskular. Akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien mengalami hipotensi postural. B3 (Brain) Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku. B4 (Bladder) Disfungsi kandung kemih. Lesi pads traktus kortikospinalis menimbulkan gangguan pengaturan sfingter sehingga timbul keraguan untuk berkemih. frekuensi, dan urgensi berkemih yang menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spastic. Kecuali itu jugs timbul retensi akut dan inkontinensia. B5 (Bowel) Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karma penurunan aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi. B6 (Bone) Pada beberapa keadaan klien multipel skierosis biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan spastik anggota gerak. Kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pads keempat anggota gerak. Merasa lelah dan beret pads satu tungkai, pads waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju dengan pengontrolan yang kurang sekali. Klien dapat mengeluh tungkainya waken-akan meloncat secara spontan terutama apabila is sedang berada di tempat tidur. Keadaan spastis yang lebih beret disertai dengan spasme otot yang nyeri. Adanya gangguan keseimbangan den koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan den kaku pads seluruh gerakan memberikan risiko pads trauma fisik bile melakukan aktivitas. Risiko dan multipel skierosis terhadap sistem mi herupa komplikasi sekunder seperti risiko kerusakan integritas jaringan kulit (dekubitus) akibat penekanan setempat dan tirah baring lama, deformitas, kontraktur, den edema dependen pads kaki.
f) Pemeriksaan Fungsi Serebri Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan ya berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang. Adanya gangguan afek berupa euforia merupakan tanda khas pada klien multipel sklerosis. g) Pemeriksaan Saraf Kranial Saraf I. Biasanya pada klien multipel sklerosis tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan. Saraf II. Hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan penurunan ketajaman penglihatan. Sejumlah besar klien menderita gangguan penglihatan sebagai gejala-gejala awal. Dapat terjadi kekaburan penglihatan, lapang pandang yang abnormal dengan bintik buta (skotoma) baik pada satu maupun pada kedua mate. Salah satu mate mungkin mengalami kebutaan total. Gangguan-gangguan visual ini mungkin diakibatkan oleh neuritis saraf optikus. Lesi pada batang otak yang menyerang nukleus atau serabut-serabut traktus pada otot-otot ekstraokular dan nistagmus (gerakan osilasi bola mate yang cepat dalann arch horisontal atau vertikal). Saraf III, IV, dan VI. Pada beberapa kasus penyakit multipel sklerosis biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf mi. Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf mi. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam betas normal. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan perubahan status kognitif (klien tidak kooperatif). Saraf Xl. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pads satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal. h) Sistem Motorik Kelemahan spastik anggota gerak dengan manifestasi berbagai gejala meliputi kelemahan anggota gerak pads satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pads keempat anggota gerak. Merasa lelah dan beret pads satu tungkai dan pads waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju dan pengontrolannya kurang sekali. Klien dapat mengeluh tungkainya waken-akan meloncat secara spontan terutama apabila is sedang berada di tempat tidur. Keadaan spastic yang lebih beret disertai dengan spasms otot yang nyeri.
i) Sistem Sensorik Gangguan sensorik berupa parestesia (bawl, perasaan geli, perasaan “coati”, “tertusuk-tusuk jarum dan peniti”). Jika lesi terdapat pads kolumna posterior medula spinalis servikalis, fleksi leher menyebabkan sensasi seperti syok (tends Lhermitte). Gangguan proprioseptif sering menimbulkan ataksia sensorik dan inkoordinasi lengan. Sensasi getar sering kali menghilang. j) Pemeriksaan Refleks Refleks tendon hiperaktif dan refleksrefleks abdominal tidak ada. Respons plantar berupa ekstensor (tends Bahinski). Tench mi merupakan indikasi terserangnya lintasan kortikospinal. k) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien deism keluarga den masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik deism keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan den peran karma klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ads harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang terpenting pads klien dengan penyakit multipel sklerosis adalah adanya gangguan afek, benupa eufonia. Keluhan lain yang melibatkan gangguan serebri dapat berupa hilangnya days ingat den demensia. Messiah-messiah emosi, sosial, pernikahan, ekonomi, pendidikan yang dihadapi klien jugs dapat menjadi akibat dan penyakit. 2. DIAGNOSA 1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan, paresis, dan spastisitas. 2. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kerusakan sensorik dan penglihatan, dampak tirah baring lama, dan kelemahan spastis. 3.
Deficit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, higiene) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan merawat din sendiri, kelemahan fisik spastis.
4.
Perubahan nutrisi: kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
5.
Perubahan pole eliminasi urine yang berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan.
6.
Risiko tinggi gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama.
7.
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan disartria ,ataksia selebri sekunder dari kerusakan serebri.
8.
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan proses pikir dan disfungsi akibat perkembangan penyakit.
9.
Gangguan proses keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan peran sesungguhnya.
10. Hambatan manajemen pemeliharaan rumah yang berhubungan dengar keterbatasan fisik, psikologis, dan sosial. 11. Risiko terhadap disfungsi seksual yang berhubungan dengan keterlibatan atau reaksi psikologis terhadap kondisi. 3. INTERVENSI DAN RASIONAL NO
DX
1
Hambatan mobilitas fisik
INTERVENSI 1. Kaji mobilitas yang
RASIONAL 1. Mengetahui tingkat
yang berhubungan dengan
ada dan observasi
kemampuan klien
kelemahan, paresis, dan
terhadap peningkatan
dalam melakukan
spastisitas.
kerusakan.
aktivitas.
2. Lakukan latihan otot
2. mengurangi resiko
Tujuan:
untuk menguatkan
Dalam waktu 3 x 24 jam,
otot yang
klien mampu
lemah,beritahu
nyaman dan
melaksanakan aktivitas
keluarga untuk
meminimalkan resiko
fisik sesuai dengan
melakukannya.
kontraktur
kemampuannya.
3. Lakukan relaksasi untuk meminimalkan
Kriteria hasil: Klien dapat ikut serta
kontraktur. 4. Kompres es pada otot
atrofi 3. memberikan rasa
4. mengurangi spastik otot 5. kegiatan atau kerja yang berat dpt
dalam program latihan,
yang lemah sebelum
menimbulkan
tidak terjadi kontraktur
mekakukan relaksasi
kelemahan otot
sendi, bertambahnya
untuk mengurangi
kekuatan otot klien
spastik.
menunjukkan tindakan
5. Ajarkan klien
6. mengurangi beban klien 7. melatih kemandirian
untuk meningkatkan
menghindari
klien dgn alat bantu
mobilitas.
kelemahan otot dgn
untuk berjalan.
menghentikan
8. berkurangnya sensasi
kegiatan beberapa saat
ransangan dpt
dan istirahat.
membahayakan klien
6. Bantu klien bergerak dan beraktivitas 7. Ajarkan klien cara
jika bergerak bebas tanpa ada pendamping yang membantu.
menggunakan alat
9. membantu cegah
bantu seperti kursi
kontraktur dan
roda dan tongkat.
memberi kenyamanan
8. Beritahu klien untuk
posisi.
tidak melakukan perubahan posisi secara mendadak,yang dpt menyebabkan klien jatuh akibat kehilangan sensasi dan berjalan dgn menyeret. 9. Bantu kliden ubah posisi secara teratur ketika melakukan gerakan untuk mencegah kontraktur : tidur terlentang akan meminimalkan spasme fleksi pinggul dan lutut.
2
Risiko tinggi cedera yang 1. Pertahankan berhubungan
dengan
tirah
1. Meminimalkan
baring dan imobilisasi
rangsang nyeri akibat
sesuai indikasi
gesekan
antara
penglihatan, dampak tirah 2. Anjurkan menggunakan
fragmen
tulang
baring
kontak lensa bagi klien
dengan jaringan lunak
yang pnya penglihatan
di sekitarnya.
kerusakan sensorik dan
lama,
dan
kelemahan spastis.
ganda. Tujuan:
2. Alat
3. Lakukan konsultasi dgn
Dalam waktu 3 x 24 jam,
dokter ahli mata
mengoptimalkan
fungsi sensorik.
klien
yg
keluhan
sesuai untuk
memperjelas
risiko trauma tidak terjadi 4. Atur lingkungan bagi dan
bantu
mengalami
penglihatan 3. Ahli/spesialis
gangguan sensorik : a.
mungkin
orientasikan
memberikan
klien lingkungan
lbh
bisa advice
Kriteria hasil:
terhadap
Klien mau berpartisipasi
dan atur furnitur dan
terhadap
pencegahan
benda2 milik pribadi.
4. Suasana lingkungan jg
trauma, dekubitus tidak
b.yakinkan lantai tdk
membantu dlm proses
terjadi, kontraktur sendi
licin,bebas
penyembuhan.
tidak terjadi klien tidak
halangan.
dari C.ajarkan
yang lbh detail untuk terapi lainnya.
jatuh dan tempat tidur.
klien
menggunakan
seluruh pancaindra utk mengenal lingkungan.
3
Deficit
perawatan
(makan,
diri Mandiri
1. Membantu
minum, 1. Kaji kemampuan dan
mengantisipasi
dan
berpakaian, higiene) yang
tingkat
berhubungan
dalam skala 0-4 untuk
pertemuan kebutuhan
melakukan ADL
individual
dengan
perubahan merawat
kemampuan din
penurunan
dalam
sendiri, 2. Ajarkan
kelemahan fisik spastis.
dan
dukung
klien selama aktifitas 3. Rencanakan
tindakan
merencanakan
2. Dukungan pada klien selama
aktifitas
kehidupan sehari-hari
Tujuan:
untuk mengatasi defisit
dapat
Dalam waktu 2 x 24 jam,
motorik
perawatan diri.
terjadi peningkatan dalam
tempatkan makanan dan
perilaku perawatan diri.
peralatan di dekat klien
melakukan
agar
sendiri
Kriteria hasil:
seperti
mampu
mengambilnya.
Klien dapat menunjukkan 4. Kaji perubahan
gaya
sendiri
hidup
3. Klien
meningkatkan
akan
mampu aktifitas untuk
memenuhi perawatan
kemampuan
komunikasi
untuk
dirinya. 4. Ketidakmampuan
untuk kebutuhan merawat
bernkemih.Antarkan ke
berkomunikasi dengan
dini dan mengidentifikasi
kamar
perawat
personal/keluarga
kondisi memungkinkan.
yang
dapat membantu.
mandi
bila
dapat
menimbulkan masalah
5. Identifikasi
kebiasaan
pengosongan kandung
defekasi.
Anjurkan
kemih
minum
dan
meningkatkan aktifitas
oleh
masalah neurogenik. 5. Meningkatkan latihan dan
Kolaborasi
karena
menolong,
mencegah konstipasi 6. pencahan Pertolongan
6. Pemberian
supositoria
dan pelumas feses . 7. Konsultasi
ke
dokter
terapi okupasi.
utama terhadap fungsi bowel atau berkemih. 7. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus
4
Perubahan nutrisi: kurang
1. Evaluasi
dan kebutuhan tubuh yang
makan
berhubungan
mengalami
dengan
kemampuan 1. Mulut mereka kering klien
Klien
akibat obat-obatan dan
kesulitan
mengalami
kesulitan
intake nutrisi yang tidak
dalam mempertahankan
mengunyah
dan
adekuat.
berat badan mereka.
menelan.
2. Observasi/timbang beret Tujuan:
badan
Dalam waktu 2 x 24 jam,
memungkinkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
jika
3. Anjurkan
pemberian
sesuai
dengan
hasil
pemeriksaan
batuk.
tidak
terjadi
4. Lakukan
serum,
kehilangan
beret badan (7-10%) dan
pemeriksaan
diindikasikan,
badan
refleks
selama
tubuh,
berat
penurunan
cc/hari 2. Tanda
laboratorium
kenaikan
akibat
2500
pentingnya nutrisi bagi memperlihatkan
aspirasi
cairan
gangguan jantung
Klien mengerti tentang
Klien berisiko terjadi
kekunangan
asupan
nutrisi
yang
menunjang terjadinya
seperti
masalah katabolisme,
transferring,
BUN/Kreatinin,
dan
glukosa
kandungan dalam
glikogen
otot
kepekaan
laboratorium.
dan
terhadap
pemasangan ventilator 3. Mencegah
terjadinya
dehidrasi
akibat
penggunaan ventilator selama
klien
tidak
sadar dan mencegah terjadinya konstipasi. 4. Memberikan informasi yang tepat tentang
keadaan
nutrisi
yang
dibutuhkan klien
5
Perubahan pole eliminasi
1. Kaji pola berkemih dan
1. Mengetahui
urine yang berhubungan
catat produksi urine tiap
fungsi ginjal
dengan kelumpuhan saraf
6 jam
perkemihan.
2. Untuk
2. Berikan
cairan
yang
cukup 2000 cc/hari Tujuan:
3. Kaji
adanya
retensi
membantu
mencegah dan
status
infeksi
pembentukan
kristal/batu
pada
Dalam waktu 2 x 24 jam
urin,kateter untuk urine
ginjal.
pemenuhan
residual
mempertahankan
eliminasi
urine terpenuhi/eliminasi urin teratur.
jika
diindikasikan. 4. Ajarkan
klien
fungsi ginjal. untuk
segera mengatakan jika Kriteria hasil: Pemenuhan
ada eliminasi
urine dapat dilaksanakan dengan/tidak
tanda
infeksi
saluran kemih 5. Lakukan
Membantu
3. Mengetahui
pola
eliminasi urin 4. Untuk
segera
mendapatkan bladder
training : a. Berikan
tindakan/penanganan secepatnya.
menggunakan
kateter,
minum setiap 2 jam.
produksi urine 50 cc/jam,
b.ikuti jadwal berkemih
keluhan eliminasi urine
setiap
tidak ada
toleransi. c.batasi volum
5. Untuk
mengurangi
inkontinensia
1-2jam,sesuai
cairandan
makanan
bergaram
1-2
jam
sebelum tidur.
6
Kerusakan
komunikasi
verbal yang berhubungan dengan disartria ,ataksia selebri
sekunder
dari
kerusakan serebri.
1. Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi 2. Menentukan cara-cara komunikasi
seperti
mempertahankan kontak pertanyaan
Dalam waktu 2 x 24 jam,
jawaban
klien
menggunakan
menggunakan
bicara
terjadi pads banyak klien yang mengalami penyakit
multipel
skierosis. mata,
Tujuan:
1. Gangguan
Bicara
mereka yang lemah,
dengan
monoton,
halus,
ya/tidak,
menuntut
kesadaran
kertas
berupaya untuk bicara
komunikasi yang efektif
dan pensil/ bolpoin,
dengan
lambat,
sesuai dengan kondisinya.
gambar, atau papan
dengan
penekanan
tulis; bahasa isyarat,
perhatian
pads
Kriteria hasil:
perjelas
yang mereka katakan.
Membuat
komunikasi
teknik/metode
komunikasi yang dapat dimengerti
sesuai
kebutuhan
dan
arti
dan yang
disampaikan
2. Mempertahankan kontak
3. Anjurkan
spa
mats
akan
membuat klien tertarik
keluarga/orang dekat
lain dengan
selama
meningkatkan
yang
kemampuan
klien untuk berbicara
menggerakkan kepala,
berkomunikasi.
dengan
mengedipkan
klien,
jika
komunikasi, klien
dapat
mats,
memberikan informasi
atau
tentang
dengan isyarat-isyarat
dan
keluarganya
keadaan
sedang
yang terjadi
Keluarga
dapat
merasakan
akrab
senang
sederhana, lebih baik guna
pertanyaan
ya/tidak. 3. Anjurkan
dengan klien, berada
keluarga/orang
dekat
yang
klien
selama
berbicara. 4. Kolaborasi
dekat
lain dengan
klien untuk berbicara dengan
dengan
klien,
ahli
wicara
bahasa
memberikan informasi
Ahli
terapi
wicara
tentang
bahasa
dan
keluarganya
keadaan
yang
sedang
terjadi
Keluarga
dapat
merasakan
akrab
dengan klien, berada dekat
klien
selama
berbicara. 4. dapat
membantu
dalam
membentuk
peningkatan
latihan
percakapan
dan
membantu
petugas
kesehatan
untuk
mengembangkan metode untuk
komunikasi memenuhi
kebutuhan klien.
4. EVALUASI 1. Klien mampu berpartisipasi melaksanakan aktivitas sehari-hari tanpa cemas atau agitasi. 2. Klien mampu mengatur pola istirahat tidurnya 3. Tidak mengatakan adanya trauma 4. Tidak mengalami gangguan eliminasi urine 5. Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga
BAB III TINJAUAN KASUS
Seorang laki-laki berusia 22 th dibawa ke RSUD dengan wajah meringis dan mengatakan kakinya nyeri seperti ditusuk-tusuk dan saat berjalan pasien terlihat diseret. Pasien juga mengeluh sulit BAK dan BAB serta penglihatan kabur. Pasien juga sulit untuk berkomunikasi dan tampak bingung. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan data TD : 120/80 mmHg, RR : 22x/mnt, N:88x/mnt,S:36,50C , CT Scan menggambarkan adanya lesi otak dan IgG>0,7. ASUHAN KEPERAWATAN 1) PENGKAJIAN Pengkajian tgl : 5 april 2011
Jam : 13.00
MRS tanggal : 5 april 2011
No.RM : 030989765
Ruangan/kelas : II A
Diagnosa masuk : MS
IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.D
penanggung jawab biaya
Usia : 22 th
Nama : Ny.E
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : darma permai 4/5 surabaya
Suku/bangsa : jawa
Hub keluarga :istri
Agama : Islam
Telepon : 031866765
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Guru Alamat : darma permai 4/5 surabaya
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluhan utama : kakinya nyeri seperti ditusuk-tusuk Riwayat penyakit sekarang : pasien dibawa ke RSUD dengan wajah meringis dan lemas mengatakan kakinya nyeri seperti ditusuk-tusuk dan saat berjalan pasien terlihat diseret. Pasien juga mengeluh sulit BAK dan BAB serta penglihatan kabur. Pasien juga sulit untuk berkomunikasi dan tampak bingung. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan data TD
:
120/80
mmHg,
RR
:
22x/mnt,
N:88x/mnt,S:36,50C , CT Scan menggambarkan adanya lesi otak dan IgG>0,7.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit menular atau kronis,operasi, tapi px pnya alergi pada makanan laut.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Dari keluarga pasien jg tidak mempunyai riwayat penyakit menular atau kronis lainnya. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, RR : 22x/mnt, N:88x/mnt,S:36,50C 2. B1 Pola nafas,irama,suara nafas normal, tidak ada cuping hidung, bentuk dada dan septum nasi simetris. 3. B2 Akral hangat, tdk ada keluhan nyeri dada, CRT,JVP, ,bunyi dan irama jantung normal. Konjungtiva pucat. 4. B3 Kesadarn Composmentis 456, tdk ada keluhan pusing,lelah, pupil anisokor,ada nyeri dgn skala 8 di kaki, reflek tricep,bicep, reflek patologis babinski,budbinsky, bicara terbata-bata dan artikulasi tidak jelas, pasien bingung. 5. B4 Retensi urin, kandung kencing membesar dan nyeri, produksi urin 900ml/hari,warna kuning bau khas. Intake cairan oral : 1000cc/hari, parenteral :1500cc/hari 6. B5 TB : 160cm,BB:55kg, mukosa mulut kering, sulit menelan, abd.supel, bising usus 30x/mnt, BAB 1x/hari konsistensi lunak, inkontinensia. 7. B6 Kekuatan otot tangan kanan kiri : 5, kaki kanan : 4, kaki kiri:2, pergerakan sendi terbatas, ada kelainan ekstremitas, kulitnya ikterik, akral hangat, turgor baik, tak ada odema. 8. Pengindraan Penglihatan kabur, sclera/konjungtiva ikterus, pupil anisokor 9. Pengkajian psikososial Persepsi klien ini merupakan cobaan Tuhan, tampak murung dan tidak kooperative, mengalami gangguan konsep diri.
10. Pengkajian spiritual Sering melakukan ibadah. 11. Personal hygine Mandi 1x/hari, keramas 2x/seminggu, sikat gigi 1x/hari, potong kuku 1x/minggu.ganti pakaian 1x/hari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG CT Scan menggambarkan adanya lesi otak (lobus occipitalis,cerebelum,medula oblongata,sacral)dan functi lumbal : IgG > 0,7
TERAPI Metylprednisolon per infus 1gram/hari selama 7-10 hari Kemudian PO/peroral prednison 80mg selama 4 hari Kemudian tapering off 40,20,10 mg masing2 4 hari Baklofen + amritriptilin
2) ANALISA DATA NO 1
DATA
ETIOLOGI
Ds :
Agen
Px mengatakan kakinya terasa lemas/lumpuh
-
Sistem imun berubah
Auto imun menurun Nyeri pada kaki, skala 8
-
-
Myelin rusak
Kekuatan otot 5
5
4
2
TTV :
G3.penghantaran impuls
Impuls listrik lambat
TD :120/80mmHg N:88x/mnt
Saraf rusak
S:36,50C RR:22x/mnt -
-
Susunan SSP terganggu
Sistem sensorik : Penglihatan kabur
Otak
Sistem motorik : Bicara terbata-bata
KEPERAWATAN Kerusakan mobilitas fisikis
terutama bagian kiri Do :
MASALAH
Otak kecil
dan artikulasi tidak jelas, paralisis
Kelemahan otot
bag.ekstremitas bawah sinistra,
Kelemahan motorik
reflek patologi (babinski,budbinski)
Kelumpuhan tangan/kaki
,reflek trisep dan bisep.
Kerusakan mobilitas fisik
2
Ds :
Agen
Px mengatakan susah BAK Do : -
Perubahan pola eliminasi urine
Sistem imun berubah Frekuensi
BAK
sering tp menetes --
Auto imun menurun
Retensi urine -
Alat bantu kateter
-
Kandung
kencing
membesar
G3.penghantaran impuls
-
Terdapat nyeri tekan
-
Produksi
urin:
900ml/hari kuning
Myelin rusak
Impuls listrik lambat
warna jernih,bau
Saraf rusak
khas -
Intake cairan oral :
Susunan SSP terganggu
1000ml/hari, parenteral
Spinal cord
:1500ml/hari Gangguan sfingter
Fungsi vu terganggu
Retensi/inkontinensia
Gangguan eliminasi urin
3
Ds :
Perubahan fisiologis
Px mengatakan cemas dan takut dgn penyakit yang dialaminya Do : -
Ekspresi wajah px
Koping individu tidak efektif
tampak murung -
Px terlihat bingung
-
Px tidak kooperative saat interaksi
-
Px gangguan
mengalami konsep
diri
3) DIAGNOSA 1. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan,paresis otot dan spatisitas 2. Perubahan pola eliminasi urinarius : inkontinensia b.d gangguan neuromuskuler 3. Koping individu tidak efektif b.d perubahan fisiologis, cemas dan takut
4) INTERVENSI,IMPLEMENTASI DAN RASIONAL
5) EVALUASI NO DX 1
TANGGAL SOAP
Kerusakan
mobilitas 06-04-2011
fisik
b.d
S : px mengatakan rasa lemas dan
lumpuh
pada
kelemahan,paresis otot
sedikit berkurang.
dan spatisitas
O:
kakinya
-
Nyeri pada kaki, skala 5
-
Kekuatan otot
-
5
5
4
2
Sistem
sensorik
:
Penglihatan kabur -
Sistem motorik : Bicara
terbata-bata
artikulasi paralisis bawah
tidak
dan jelas,
bag.ekstremitas sinistra,
reflek
patologi (babinski,budbinski),reflek trisep dan bisep.
A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan 2
Perubahan eliminasi
pola 06-04-2011 urinarius
inkontinensia
: b.d
S : Px mengatakan masih susah untuk BAK sendiri O:
gangguan
-
Ada retensi urin
neuromuskuler
-
Ada alat bantu kateter
-
Terdapat nyeri tekan
A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan 3
Koping individu tidak 06-04-2011
S : px mengatakan sudah tdk
efektif b.d perubahan
cemas dgn penyakitnya.
fisiologis, cemas dan
O:
takut
-
Ekspresi wajah px tidak tampak murung
-
Px sudah tidak terlihat
bingung -
Px
kooperative
interaksi A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan
saat
BAB VI PENUTUP
4.1 KESIMPULAN Multipel sklerosis adalah satu kondisi autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf pusat (SSP), mendorong ke arah terjadinya demielinisasi. Penyakit ini menyebabkan luka-luka pada sarung pelindung mielin ( lemak yang melingkupi akson sel-sel syaraf ), oligodendrosit ( sel-sel yang menghasilkan mielin ), akson dan sel-sel saraf. Gejala dari multipel sklerosis bervariasi, tergantung pada lokasi dari plak ( daerah dari jaringan parut ) di dalam sistem saraf pusat.Penyebab dari multiple sklerosis tetap tidak diketahui, walaupun kegiatan penalitian dibidang ini sudah banyak dilakukan.Manifestasi yang sering terjadi pada multipel sklerosis adalah gangguan visual, gejala dari gangguan batang otak, gejala gangguan serebelar, gejala ekstrapiramidal, fenomena mirip bangkitan, gangguan mental, gangguan miksi, gangguan sensorimotorik.Pemeriksaan penunjang yang penting
adalah
CT
scan,
VEP,
pemeriksaan
cairan
cerebrospinal,
elektroensefalografi, serum darah. Karena pemeriksaan diatas tidak ada yang 100% sensitif atau spesifik untuk multipel sklerosis, maka pemeriksaan ini harus dipertimbangkan dan dinilai dengan baik. Pada pasien dengan gejala sensorik minor, biasanya pemeriksaan penunjang diatas dapat ditunda dulu. Walaupun belum ada terapi kuratif untuk multipel sklerosis, namun terdapat tiga aspek penting dalam tatalaksana adalah tatalaksana relaps akut, modifikasi perjalanan penyakit,dan kontrol gejala. Sejumlah pengobatan tersedia untuk menangani gejala-gejala dan komplikasi multipel sklerosis kronis, masing-masing dengan obat-obatan yang spesifik. Beberapa jenis obat yang sering digunakan pada pasien multipel sklerosis adalah interferon, glatiramer
asetat,
natalizumab,
mitoxantron
dan
lain-lain.
Prognosis untuk seseorang dengan multipel sklerosis tergantung pada subtipe penyakit; jenis kelamin individu, ras, umur, gejala awal, dan derajat kerusakan. Harapan hidup dari penderita multipel sklerosis, untuk tahun-tahun awal, saat ini hampir sama halnya dari pada orang normal. Secara umum sangatlah sulit untuk meramalkan prognosis multipel sklerosis karena setiap individu memiliki variasi kelainan.
4.2 SARAN Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penyusun menyarankan kepada pembaca sekalian agar dapat menjaga kesehatan terutama dalam menghindari penyakit sklerosis . Ada beberapa pemicu serangan Ms yang harus dihindari : Panas,KerjaBerat,Stress. Kami berharap, dengan adanya penulisan makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.Terima kasih kami ucapkan atas perhatiannya.
DAFTAR PUSTAKA Batticaca,Franssisca B. (2008).Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika. Retrieved from : Agus sugiarto,dkk. (2011).Makalah KMB III Multiple Sclerosis “MS”. Retrieved from : file:///G:/KMB.3%20sklerosisi%20multipel/Sklerosis_Multipel_multiple_sclerosis.ht ml Retrieved from : file:///G:/Multiple%20Sklerosis%20%C2%AB%20Ruang%20Belajar%20Coass.htm