21 0 246 KB
PEMBAGIAN FI’IL MUTA’ADDIN DAN LAZIM Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Bahasa Arab Dosen pengampu : Muhammad Aniq, Lc. MA
Disusun Oleh : Kelompok 6-Aksya C 1. Nurul Musthofa
(1820610090)
2. Laela Jannatun Naim
(1820610092)
3. Futuhunnikmah
(1820610094)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2019
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan hadis. Umat Islam tidak dapat menggali, memahami dan mempelajari ajaran agama Islam yang terdapat padaal-Qur’an dan hadis tanpa memiliki kemampuan menggali, memahami dan menguasai bahasa Arab dengan baik. Dalam upaya mengembangkan wawasan berbahasa Arab, amat diperlukan adanya sebuah kajian kebahasaan. Allah telah memberikan karunia yang sangat besar kepada kita berupa lisan sebagai satu-satunya bagian dari anggota badan yang dapat berbicara. Perkara yang telah diketahui bahwa ketika manusia ingin berbicara, maka bahasa yang digunakan tidak lepas dari lisan atau tulisan, semua bahasa yang keluar dari manusia mengandung unsur yang penting, unsur-unsur tersebut adalah huruf, kata, dan kalimat. Kumpulan huruf akan membentuk kata dan dari kumpulan kata-kata akan membentuk kalimat. Nahwu adalah bagian dari pelajaran bahasa Arab yang berkaitan dengan kedudukan suatu kata. Dengan ilmu ini, seseorang akan mampu membaca kitab berbahasa Arab, namun harus juga ditunjang dengan kaidahkaidah ilmu shorof. Ilmu nahwu terbagi menjadi beberapa bagian, salah satu bagian dari ilmu nahwu yaitu kalimat. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai kalimat dan pembagiannya. A. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian fi’il lazim dan fi’il muta’addi?
2. Bagaimana Ciri-Ciri Fi’il Lazim ? 3. Bagaimana pembagian fi’il muta’addi? 4. Bagaimana Cara Merubah Fi’il Lazzim Menjadi Fi’il Muta’addi?
Bab II PEMBAHASAN A. Pengertian Fi’il Lazim Dan Fi’il Muta’addi a. Fi’il Lazim Kata lazim dilihat dari segi Lugowiyah adalah yang perlu sekali tak dapat dihindari. Dan jika ditinjau dari segi Istilahiyah menurut Bakr Isma’il adalah
هوما يكتفي بفا عله وال يحتا ج إلي مفعول به:الالزم Fi’il lazim adalah fi’il yang tercukupi dengan adanya fa’il dan tidak butuh maf’ul bih. Dalam redaksi lain fi’il lazim ialah fi’I; yang tidak dapat sampai kepada maf’ulnya kecuali dengan bantuan huruf jer atau bias dikatakan bahwa fi’il lazi adalah fi’il yang hanya mampu beramal sampai fa’il saja. Contoh قامزيد
1
Bahaud Bin Abdullah Ibnu Aqil, Alfiyyah Syarah Ibnu ;Aqil, Terj. Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), Hal 351 1
b. Fi’il Muta’addi Kata muta’addi berasal dari kata ta’addi jika dilihat dari segi Lugowiyah adalah melampui batas. Dan jika ditinjau dari segi Istilahiyah Muhammad Bakr Isma’il adalah
هZZول بZZا ج إلي مفعZZ بل يحت, هو الذي اليكتفي بفا عله: الفعل المتعدي أو أكثر Fi’il Muta’addi adalah fi’il yang tidak cukup dengan fa’ilnya. Tetapi butuh maf,ul bih atau lebih. Atau fi’il muta’addi ialah fi’il yang sampai kepada maf’ulnya tanpa huruf jer. Dalam redaksi lain dikatakan bahwa fi’il muta’addi adalah fi’il yang memiliki maf’ul bih. Contoh lafal عمراضرب زيذ
B. Ciri-Ciri Fi’il Lazim
a. Ciri-ciri fi’il lazim 1. Fi’il yang menunjukkan arti karakter/watak an pembawaan, yaitu arti yang berrada pada fi’il dan melekat dalam dirinya, seperti lafadz ; ( جبنpenakut), (حسنtampan) قبح,(jelek) ( شجعpemberani) . contoh ( حسن عليAli tampan ), ( شجع الطالبMurid pemberani). 2. Fi’il yang menunjukkan arti bentuk, seperti lafadz; الFF ( طpanjang ), قصر ( pendek ) : contoh ( طال السبورةpapan tulis panjang ) 3. Fi’il yang menunjukkan arti bersih, seperti lafadz; ( طهرsuci ), ( نظفbersih ). Contoh ( نظف الفصلkelas bersih ), ( الطفل طهرbayi suci ). 4. Fi’il yang menunjukkan arti kotor, seperti lafadz; ( وسخkotor ), ( دنسkotor ). Contoh : ( ومبخ المكانtempat kotor )
5. Fi’il yang menunjukkan arti sesuatu yang baru datang tidak menetap dan bukan gerakan, seperti lafadz; ( مرضsakit ), ( اكسلmalas ), ( نشطgiat ), فرح (senang), ( حزنsusah ), ( شبعkenyang ), jika sesuatu tadi hal yang bergerak, maka bias lazim, seperti lafadz ; ( مقىberjalan ), dan bias muta’addi, seperti lafadz ( مدmemanjangkan ). Contoh: ( مرض زيذzaid sakit ) ( اللتلميذ شطmurid cerdas ). 6. Fi’il yang menunjukkan arti warna, seperti lafadz; ( احمرmerah ), ودFFاس ( hitam ). Contoh ( اسود اليلmlam telah menghitam ), ( احمر زهرةbunga telah memerah ). 7. Fi’il yang menunjukkan arti cacat, seperti lafadz; ( عمشنrebun ), ورFFع ( bermata satu). Contoh : ( عمشن احمدbermakna ahmad rabun ). 8. Fi’il yang menunjukkan arti perhiasan, yaitu sifat yang terlihat atau tidak, seperti lafadz; ( نحلlebar dan elok matanya ) ( كحلcelak ). Contoh: نحل زينب ( bermakna Zainab lebar dan elok matanya ). 9. Fi’il yang menunjukkan arti muthowa’ah terhadap fi’il muta’addi terhadap satu maf’ul, seperti lafadz; ( امتدmenjadi panjang ). Muthowa’ah ialah fa’il menerima akibat dari pekerjaan fi’il muta’addi. Contoh : ع االيلFFل فجتمFF ( جمع زيد االيbermakna zaid mengumpulkan onta maka onta menjadi kumpul ) 10. Fi’il yang mengikuti wajan فعل, seperti lafadz : ( حسنtampan ). Contoh:حسن ( بكرbermakna Bakr tampan ) 11. Fi’il yang mengikuti wajan انفعلseperti lafadz: ( انكسرpecah ). Contoh: انكسر ( مرأةbermakna kaca menjadi pecah ). 12. Fi’il yang mengikuti wajan افعل, seperti lafadz: ( اغبرkeruh ). Contoh: اغبر ( الماءbermakna air menjadi sangat keruh )2 13. Fi’il yang mengikuti wajan افعالseperti lafadz: ( اسفارsangat kuning ). Contoh ( اسفارالسماءbermakna langit itu telah kuning sekali) 2
Musthofa-Ghalainy, Jami’ Al Durus Al ‘Arabiyyah, Hlm 61
14. Fi’il yang mengikuti wajan افعلل, seperti lafadz; ( اقشعرmengkerut ) contoh: ( اقشعراالجلدbermakna telah mengkerut sekali kulitnya) 15. Fi’il yang mengikuti wajan افعنلل, seperti lafadz; ( افعنسسterbelakang), contoh: ( افعنسس ال جلbermakna orang laki-laki terbelakang) C. Pembagian fi’il muta’addi Fi’il yang mempunyai satu maf’ul bih, seperti : ركب, زرع, فتح, اكلcontoh: زرع الفالح القصبdan فتح علي البا ب Fi’il yang mempunyai dua maf’ul bih, terbagi dalam 2 macam: a. Kedua maf’ulnya bukan berasal dari mubtada’ dan khobar, seperti: ( اعطىmemberi), الZZZ( سbertanya), ( كساmemberi). Contoh: اعطيت السائل خبز b. Kedua maf’ulnya berasal dari mubtada’ dan khobar, terdiri dari 3 fi’il, yaitu; 1) افعال الظنseperti: ظن,خال ) زعم ( بمعنى ظن, جعل,حسب Contoh: ظننت زيدا منطلقا 2) الفال اليقين, Seperti وجد, علم,راى, ) تعلم ( بمعنى أعأ,الفىContoh وجدتزيئب ذاهبة 3) افعال التحويل, seperti: رد¸اتخذ, حول,صير Contoh: صيرت العدو صديقأ3 c. fi’il yang mempunyaitiga maf’ul bih, yang man maf’ul kedua dan ketiganya berasal dari mubtada’ dan khobar yang terdiri dari tujuh fi’il, yaitu: اخبر, خبر, انبأ, أري,أعلم contoh: اعلمت عليا الخبر صحيحا Ali Aljarim Dan Mustafa Amin, Tata Bahasa Arab Ibtidaiyah 3, (Bantung: Pt Alma’arif, 2002) Hal 150. 3
D. Cara Merubah Fi’il Lazzim Menjadi Fi’il Muta’addi 1.
Dengan cara menambahkan hamzah ( ) أdi depan kata, sehingga membentuk pola افعل Seperti : خرجkeluar ; menjadi اخرج: mengeluarkan. حسن
Benar ; menjadi احسن: membenarkan
Contoh :( اخرخ احمد العلمAhmad mengeluarkan pensil) ( احسن عائشةاالجابةAisah membenarkan jawaban) 2.
Dengan mentasydidkan ‘ain fi’ilnya menjadi فعل Seperti : خرجkeluar menjadi خرجmengeluarkan. حسنBenar menjadi حسن membenarkan.4 Contoh :ابZZرججت التZZ ( خsaya mengeluarkan kitab) tulisan)
3.
(kamu membenarkan
dengan menambahkan huruf jer pada objeknya. Contoh : ( حدت يحسنkeluar bersama hasan).5
4 5
Imaduddinsukamto, Tata Bahasa Arab Sistematis, (Yogyakarta: 2000), Hal 33-34. Musthofa-Ghalainy, Ibid, Hlm 39.
BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan 1. Kata lazim dilihat dari segi Lugowiyah adalah yang perlu sekali tak dapat dihindari. Sedangkan Kata muta’addi berasal dari kata ta’addi jika dilihat dari segi Lugowiyah adalah melampui batas.
2. Ciri-ciri fi’il lazim
Fi’il yang menunjukkan arti karakter/watak an pembawaan,
Fi’il yang menunjukkan arti bentuk,
Fi’il yang menunjukkan arti bersih,
Fi’il yang menunjukkan arti kotor
Fi’il yang menunjukkan arti sesuatu yang baru datang tidak menetap dan bukan gerakan
Fi’il yang menunjukkan arti warna
Fi’il yang menunjukkan arti cacat
Fi’il yang menunjukkan arti perhiasan, yaitu sifat yang terlihat atau tidak,
Fi’il yang menunjukkan arti muthowa’ah terhadap fi’il muta’addi terhadap satu maf’ul
Fi’il yang mengikuti wajan فعل
Fi’il yang mengikuti wajan انفعل
Fi’il yang mengikuti wajan افعل
Fi’il yang mengikuti wajan افعال
Fi’il yang mengikuti wajan افعلل
3. Pembagian fi’il muta’addi o Fi’il yang mempunyai satu maf’ul bih o Fi’il yang mempunyai dua maf’ul bih, o fi’il yang mempunyaitiga maf’ul bih 4. Cara Merubah Fi’il Lazzim Menjadi Fi’il Muta’addi Dengan cara menambahkan hamzah ( ) أdi depan kata, sehingga membentuk pola افعل
Dengan mentasydidkan ‘ain fi’ilnya menjadi فعل
dengan menambahkan huruf jer pada objeknya.
Daftar pustaka
Bahaud Bin Abdullah Ibnu Aqil, Alfiyyah Syarah Ibnu ;Aqil, Terj. Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009) Musthofa-Ghalainy, Jami’ Al Durus Al ‘Arabiyyah, Hlm 61 Ali Aljarim Dan Mustafa Amin, Tata Bahasa Arab Ibtidaiyah 3, (Bantung: Pt Alma’arif, 2002) Imaduddinsukamto, Tata Bahasa Arab Sistematis, (Yogyakarta: 2000)