B2 Piolinov Iskandar Pengendalian Mikroorganisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR PENGENDALIAN MIKROORGANISME Dosen : Arina Findo Sari, M.Si Remila Selvany, M.Si. Asisten Laboratorium : Diah Lestari Fatima Salsabila Zahra



Hari,Tanggal :



11 November 2020 Nama : Piolinov Iskandar NIM : 11190950000062 Kelas : 3B-2



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI 2020 M / 1442 H



I.



Tujuan Mengamati efektivitas penghambatan aktivitas dan perumbuhan mikroorganisme oleh bahan-bahan kemoterapi (antiseptic dan disinfektan) untuk tujuan mengontrol mikroorganisme.



II.



Metodologi 2.1. Alat  Tusuk kapas (cotton swab)  Tabung reaksi steril kosong  Kertas saring whatman  Jarum ose  Pinset  Penggaris 2.2. Bahan  Biakan murni bakteri  Larutan NaCL 0,9 %  Media Mueller Hinton Agar (MHA) dalam petri  Cakram antibiotika  Media NA dalam tabung reaksi  Media NB dalam tabung reaksi  Larutan fenol 1:80, 1:90, 1:100  Larutan Lysol 1:400, 1:450, 1:500  Berbagai merk produk antiseptic (sabung cair, pembersih tangan, dll.) dengan konsentrasi sesuai dengan petunjuk pemakaian masing-masing produk 2.3. Prosedur Kerja 2.3.1. Uji Sensitivitas Antibiotika (Uji Kirby-Bauer) Suspensi media cair NB berujmur 24 jam disiapkan. Jika biakan dari agar miring, setiap jenis bakteri dibuatkan dalam larutan NaCL 0,9% dengan OD 0,1 pada λ =600 nm.



Bakteri diinokulasi pada media MHA plate steril dengan metode spread plate atau mengguanakan metode pour plate bila media MHA cair. Biakan didiamkan 5 menit agar kering



Ukuran diameter lingkaran jernih diamati yang menandakan tidak terdapat pertumbuha



Pinset dipijarkan lalu letakan cakram antibiotika yang berbeda pada setiap plat kultur bakteri dan diusahakan jarak antar cakram sama



Biakan diinkubasi selama 24-48 jam pada tempratur 37oC



2.3.2. Uji Penghambatan Oleh Antiseptik



4 buah NA dicairkan dalam tabung reaksi dan dibiarkan hingga te,praturnya 45oC



Kertas saring digunting diameter 1 cm dan disterilkan antiseptik



2 tabung diinokulasikan bakteri E. coli dan 2 tabung lainnya diinokulasikan bakteri B. subtilis. Media tadi diacmpur dan dituang ke masing-masing cawan agar beku



Kultur diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam



Ukuran diameter lingkaran jernih diamati yang menandakan tidak terdapat pertumbuhan



2.3.1.



Lakukan kembali prosedeur 1-4 secara runtun untuk menguji larutan produk antiseptic lain.



Uji Penghambatan Oleh Disinfektan (Koefisien Fenol)



6 tabung reaksi steril kosong disiapkan dan 18 tabung berisi media NB steril diberi label



Tabung-tabung reaksi steril kosong diberi setetes larutan fenol atau Lysol berbeda-bedan konsentrasinya



Setiap tabung uji diinokulasi dengan setetes atau 1 ose kultur S. aureus berumur 24 jam. Larutan dikocok dengan vortex agar pencampuran sempurna. Waktu pertama kali inokulasi dicatan



Kultur diinkubasi selama 48 jam pada tempratur 37oC



Setiap tabung uji diambil 1 loop ose penuh pada setiap interval 5, 10, 15 menit dan diinokulasikan dalam pada agar media NB dalam tabung reaksi



Pertumbuhan diamati dan tandai + atau -



Tentukan angka koefisien fenol dari bahan kimia yang diuji



III.



Hasil



Setiap potongan kertas saring diletakkan pada bagian tengan plat E.coli dan B. subtilis



Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini, adapun data yang didapat sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil Uji Sensitivitas Antibiotika (Uji Kirby-Bauer) Antibiotik



Amoxicillin 25 µg



Zona bening E. S. coli aure us



0,8 cm



Gambar E. coli



S. aureus



3 cm (Dok. Pribadi, 2018) (Dok. Pribadi, 2018)



Penicillin 10 µg



0,6 cm



2,5 cm (Dok. Pribadi, 2018)



Streptomycin 10 µg



1,3 cm



(Dok. Pribadi, 2018)



1 cm (Dok. Pribadi, 2018) (Dok. Pribadi, 2018)



Ampicillin 10 µg



1,4 cm



1,5 cm (Dok. Pribadi, 2018)



Ciprofloxacin 5 µg



Chloramphenicol 30 µg



Erythromycin 15 µg



3 cm



2 cm



1,1 cm



(Dok. Pribadi, 2018)



3,5 cm (Dok. Pribadi, 2018)



(Dok. Pribadi, 2018)



(Dok. Pribadi, 2018)



(Dok. Pribadi, 2018)



2,5 cm



0,5 cm



Erythromycin 15 µg



(Dok. Pribadi, 2018)



(Sumber : https://www.chegg.com/homew ork-help/questions-andanswers/organisms-usedescherichia-coli-pseudomonasaeruginosa-staphylococcusaureus-table-1-deter-q54988060



) Tetracycline 30 µg



Tetracycline 30 µg



2,2 cm



0,5 cm (Dok. Pribadi, 2018)



(Sumber : https://www.chegg.com/homew ork-help/questions-andanswers/organisms-usedescherichia-coli-pseudomonasaeruginosa-staphylococcusaureus-table-1-deter-q54988060 ) Gentamicin 10 µg



Gentamicin 10 µg



1,5 cm



0,3 cm (Dok. Pribadi, 2018)



(Sumber : https://www.chegg.com/homew ork-help/questions-andanswers/organisms-usedescherichia-coli-pseudomonasaeruginosa-staphylococcusaureus-table-1-deter-q54988060 )



Tabel 4.2. Hasil Uji Penghambatan Oleh Antiseptik Antiseptik



Antis



Zona bening E. S. coli aureus



1,7 cm



Gambar E. coli



S. aureus



1,8 cm (Lestari, 2018) ( Lestari , 2018)



Nuvo



1,7 cm



1,8 cm



( Lestari , 2018)



( Lestari , 2018)



My baby



Kitashi



Dettol



N o



5,7 cm



1,8 cm



7,5 cm



( Lestari , 2018)



( Lestari , 2018)



( Lestari , 2018)



( Lestari , 2018)



( Lestari , 2018)



( Lestari , 2018)



1,3 cm



2,8 cm



8 cm



Tabel 4.3. Hasil Uji Penghambatan Oleh Disinfektan (Koefisien Fenol) Menit keGambar Pengenceran 5 10 15



Keofisen Fenol 1 (1/100 = 1/100)



1.



Fenol 1 : 80



-



-



-



(Dok. Pribadi, 2018)



2.



Fenol 1 : 90



-



-



-



(Dok. Pribadi, 2018) 3.



Fenol 1 : 100



+



-



-



(Dok. Pribadi, 2018)



4.



Porstex 1: 100



+



-



-



(Dok. Pribadi, 2018) 1 (1/100 = 1/100) 5.



Porstex 1: 150



+



-



+



(Dok. Pribadi, 2018)



6.



Porstex 1: 200



+



+



(Pengenceran Fenol : Pengenceran Porstex)



+



(Dok. Pribadi, 2018)



IV.



Pembahasan Uji Sensitivitas Antibiotika (Uji Kirby-Bauer) Menurut Hartayu dkk. (2020), mengatakan bahwa antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dengan cara merusak dinding sel dan menghambat kerja enzim, sintesis asam nukleat dari suatu mikroorganisme. Penggunaan antibiotika ini diberikan kepada manusia melalui oral atau mulut. Pemakaian antibiotik sekarang ini sering tidak rasional sehingga mengakibatkan meningkatnya resistensi antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa mengakibatkan resistensi obat, meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan. Faktor utama dalam menentukan tepatnya penggunaan antibiotik adalah pemilihan antibiotik yang tepat, berdasarkan bakteri penyebab dan sensitifitasnya terhadap antibiotik (Yuniar dkk., 2013) Menurut Khusuma dkk (2019), mengatakan bahwa uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan metode Kirby-Bauer yaitu dengan menggunakan difusi cakram (disk diffusion method) dengan mengukur diameter zona bening yang menunjukkan adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibiotik. Sampel yang digunakan berupa bakteri E.coli dan S. aureus dengan diberi beberapa antibiotika seperti Amoxicillin 25 µg, Penicillin 10 µg, Streptomycin 10 µg, Ampicillin 10 µg, Ciprofloxacin 5 µg, Chloramphenicol 30 µg, Erythromycin 15 µg, Tetracycline 30 µg, Gentamicin 10 µg. Berdasarkan percobaan dilakukan, diperoleh data yang menunjukan zona hambat yang dilakukan bahan kimia antibiotika yaitu pada bakteri E. coli pada senyawa amoxicillin diameter zona hambatnya 0.8 cm, Penicillin 0.6 cm, Streptomycin 1.3 cm, Ampicill 1.4 cm, Ciprofloxacin 3 cm, Chloramphenicol 2 cm, Erythromycin 1.1 cm, Tetracycline 2.2 cm, dan Gentamicin 1.5 cm. Sedangkan pada bakteri Staphylococcus aureus diperoleh diameter zona hambatnya amoxicillin 3 cm, Penicillin 2.5 cm, Streptomycin 1 cm, Ampicill 1.5 cm, Ciprofloxacin 3.5 cm, Chloramphenicol 2.5 cm, Erythromycin 0.5 cm, Tetracycline 0.5 cm,



dan Gentamicin 0.3 cm. Antibiotik berspektrum luas yaitu diantaranya, Streptomycin 10 µg, Ampicillin 10 µg, Ciprofloxacin 5 µg, dan Chloramphenicol 30 µg, sebab jika dilihat ukuran diameter zona bening tidak berbeda secara signifikan anatara bakteri E. coli dan S. aureus yang membuktikan antibiotika dapat bekerja dikedua bakteri yang memiliki karakteristik berbeda. Menurut Pangestika (2017), mengatakan bahwa antibiotic berspektrum luas (broad spectrum) yaitu merupakan antibiotic yang dapat atau mampu menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun negative. Antibiotik berspektrum sempit yaitu diantaranya Amoxicillin 25 µg dan Penicillin 10 µg untuk menghambat atau membunuh bakteri S. aureus, sedangkan antibiotic Erythromycin 15 µg, Tetracycline 30 µg, dan Gentamicin 10 µg untuk mengambat atau membunuh bakteri E. coli. Menurut Pangestika (2017), mengatakan bahwa antibiotic berspektrum sempit (narrow spectrum) yaitu antibiotic hanya mampu menghambat atau membunuh segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram positif saja atau hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif saja Bahan kimia antibiotika yang efektif membunuh atau menghambat bakteri E. coli dan Staphylococcus aureus adalah Ciprofloxacin. Semua itu dilihat dari kemampuan bahan kimia antibiotika menciptakan diameter lingkaran jernih yang besar pada kultur bakteri, terlebih lagi antibiotiki ini mampu bekerja dalam spectrum luas. Uji Penghambatan Oleh Antiseptik Menurut Staf Pengajar Departemen Farmakologi Universitas Sriwijaya (2009), mengatakan bahwa Antiseptik adalah zat-zat yang membunuh atau mencegah pertumbuhan aktivitas mikroorganisme. Istilah ini terutama digunakan untuk sediaan yang dipakai pada jaringan hidup. Biasanya antiseptic diberikan pada jaringan tubuh bagian luar yaitu kulit, sehingga antiseptic berada pada produk cairan pembersih tangan bahkan sabun mandi sekalipun. Antiseptik pun dituntut memenuhi syarat seperti : memiliki spectrum luas yang mampu dapat membunuh bakteri, virus, jamur, dan sebagainya; tidak merangsang kuli8t maupun mukosa; toksisitas atau daya absorbsi melalui kulit dan mukosa rendah; dan efek kerjanya cepat dan bertahan lama. Sampel yang digunakan berupa bakteri E.coli dan S. aureus dengan diberi beberapa produk antiseptis seperti Antis, Nuvo, My Baby, Kitashi, dan Dettol. Hasil menunjukkan ukuran diameter zona hambatnya pada bakteri E.coli yaitu Antis 1.7 cm, Nuvo 1.7 cm, My baby 5.7 cm, Kitashi 1.8 cm, dan Dettol 2,8 cm. Sedangkan pada bakteri S. aureus ukuran diameter zona hambatnya yaitu Antis 1.8 cm, Nuvo 1.8 cm, My baby 7.5 cm, Kitashi 1.3 cm, dan Dettol 8 cm. Semua data yang diperoleh itu menunjukan produk Dettol dan MyBaby yang memiliki kemampuan tinggi dalam menghambat atau membunuh bakteri. Perbandingan ukuran diameter zona hambat antar bakteri dengan produk sama menunjukan bahwa antiseptic bekerja dalam spectrum luas. Menurut Rini dan Nugraheni (2018), mengatakan perbendaan ukuran diameter zona hambat suatu bakteri dapat disebabkan sifat masing-masing bakteri dan jenis antiseptic. Perbedaan utama dari bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus ini terletak pada perbedaan susunan dinding selnya dimana bakteri gram positif didominasi oleh peptidoglikan yang tebal yaitu hingga 90%, sedangkan dinding sel bakteri gram negatif hanya mengandung peplidoglikan 15 hingga 20%. Senyawa peptidoglikan tersebut bersifat polar sehingga mudah larut pada etanol. Sampel mengandung zat aktif alkohol dengan kadar 60 - 70% yang bersifat sama dengan etanol sehingga Aktivitas penghambatan senyawa tersebut dapat dilihat pada besarnya DDH dari mikroba uji yang bersifat gram positif (Staphylococcus aureus). Penghambatan ini efektif pada bakteri tersebut karena lapisan peplidoglikan yang tebal terebut mudah larut pada alkohol. Perbedaan zona hambat juga dipengaruhi karena adanya perbedaan kandungan yang terdapat pada masing-masing produk antiseptic tersebut. Uji Penghambatan Oleh Disinfektan (Koefisien Fenol) Menurut Handayani (2019), mengatakan bahwa disinfketan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengetian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan. Di8sinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral. Disamping itu disnfektan tidak dapat membunuh sproa bakteri dan hanya mematikan sel vegetative mikroorganisme saja. Biasanya digunakan untuk benda mati. Uji koefisien fenol merupakan uji standar yang digunakan untuk membandingkan suatu



zat bersifat antiseptic dengan fenol sebagai zat pembanding, hasilnya dinyatakan dalam koefisien fenol. Fenol digunakan sebagai pembanding karena fenol dianggap sebagai disinfketan yang paling lama atau tua yang telah diketahui kekuatannya (Fajriputri, 2014). Sampel yang digunakan berupa bakteri S. aureus dan akan diberikan larutan Fenol dan Porstex. Berdasarkan hasil yang diperoleh, menunjukan pada larutan fenol terjadi pertumbuan hanya pada larutan fenol dengan pengenceran 1:100 pada waktu menit ke-5 saja, yang dijadikan nilai koefisen fenol (control). Pada larutan Porstex dengan pengenceran 1;100 terdapat adanya pertumbuhan pada menit ke-5 dan dengan pengenceran 1:250 dan 1:200 terdapat pertumbuhan juga., yang menunjukan koefisien fenolnya 1. Dapat dilihat nilai koefisien fenol dan prostex memiliki nilai yang sama, yang menandakan larutan porstex sama efektifnya dengan larutan fenol. Menurut Hidayat dkk (2018), mengatakan bahwa apabila nilai koefisen larutan kurang dari hasil nilai koefisien larutan fenol(sebagai control), larutan dikatakan kurang efektif dari fenol. apabila nilai koefisen larutan lebih dari hasil nilai koefisien larutan fenol(sebagai control), larutan dikatakan lebih efektif dari pada fenol. Keefektifan ini ditandai dengan berapa kali efeltif dari fenol menggunakan metode perbandingan. V.



Kesimpulan Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dengan cara merusak dinding sel dan menghambat kerja enzim, sintesis asam nukleat dari suatu mikroorganisme. Penggunaan antibiotika ini diberikan kepada manusia melalui oral atau mulut. Berdasarkan praktikum ini, didapat antibotika untuk spectrum sempit untuk bakteri gram positf seperti S. aureus adalah Amoxicillin 25 µg dan Penicillin 10 µg. Antibotika untuk spectrum sempit untuk bakteri gram negatif seperti E. coli adalah Erythromycin 15 µg, Tetracycline 30 µg, dan Gentamicin 10 µg. Untuk antibiotika dalam spectrum luas Streptomycin 10 µg, Ampicillin 10 µg, Ciprofloxacin 5 µg, dan Chloramphenicol 30 µg. Antibiotika yang efektif membunuh atau menghambat bakteri E. coli dan Staphylococcus aureus adalah Ciprofloxacin. Antiseptik adalah zat-zat yang membunuh atau mencegah pertumbuhan aktivitas mikroorganisme. Istilah ini terutama digunakan untuk sediaan yang dipakai pada jaringan hidup. Biasanya antiseptic diberikan pada jaringan tubuh bagian luar yaitu kulit, sehingga antiseptic berada pada produk cairan pembersih tangan bahkan sabun mandi sekalipun. Antiseptik pun dituntut memenuhi syarat seperti : memiliki spectrum luas yang mampu dapat membunuh bakteri, virus, jamur, dan sebagainya; tidak merangsang kuli8t maupun mukosa; toksisitas atau daya absorbsi melalui kulit dan mukosa rendah; dan efek kerjanya cepat dan bertahan lama. Produk Dettol dan MyBaby yang memiliki kemampuan tinggi dalam menghambat atau membunuh bakteri. Perbandingan ukuran diameter zona hambat antar bakteri dengan produk sama menunjukan bahwa antiseptic bekerja dalam spectrum luas. Disinfketan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengetian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan. Di8sinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral. Disamping itu disnfektan tidak dapat membunuh sproa bakteri dan hanya mematikan sel vegetative mikroorganisme saja. Biasanya digunakan untuk benda mati. Nilai koefisien fenol dan prostex memiliki nilai yang sama, yang menandakan larutan porstex sama efektifnya dengan larutan fenol.



VI.



Daftar Pustaka Fajriputri, Hera. (2014). Uji Koefisien Fenol Produk Antiseptik dan Disinfektan Yang Mengandung Senyawa Aktif Benzalkonium Klorida. (Skripsi). Jakarta : Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Handayani, Resqi. (2019). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Purwokerto : CV. IRDH Hartayu, Titien Siwi, Yosef Wijoyo, dan Djaman Ginting Manik. (2020). Manajemen dan Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Dengan Metode Problem-based Learning dalam Kerangka Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta : Sanata Dharma University Press. Hidayat, Nur, Irene Meitiniarti, dan Neti Yuliana. (2018). Mikroorganisme dan Pemanfatannya. Malang : UB Press Khusuma, Ari, Yuriska Safitri, Annisa Yuniarni, dan Kurnia Rizki. (2019). Uji Teknik Difusi Menggunakan Kertas Saring Media Tampung Antibiotik dengan Escherichia Coli



Sebagai Bakteri Uji. Jurnal Kesehatan Prima Vol. 13(2) : 151-155 Pangestika, Nadia Wahyu. (2017). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Terhadap Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Kader PKK di 17 Kecamatan Wilayah Kabupaten Banyumas. (Skripsi). Purwokerto : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Rini, Eka P. dan Estu R. Nugraheni. (2018). Uji Daya Hambat Berbagai Merek Hand Sanitizer Gel terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 01 : 18-26 Staff Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. (2009). Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Yuniar, Irene, Mulya Rahma Karyanti, Taralan Tambunan, dan Nanda Asyura Rizkyani. (2013). Evaluasi Penggunaan Antibiotik dengan Kartu Monitoring Antibiotik Gyssens. Sari Pediatri Vol. 14(6) : 384-39. VII. Lampiran 1. Jelaskan yang dimaksud dari daerah jernih pada plat agar kultur bakteri yang diuji pada uji sensitivitas antibiotic dan antiseptic! Jawab : Daerah bening itu menunjukan tidak adanya pertumbuhan bakteri di sekitar cakram, yang merupakan efek dari penggunaan antibiotika dan antiseptic. 2. Jelaskan mengapa untuk memperoleh angka koefisien fenol diperhitungkan pula lama waktunya (length of exposure)! Jawab : Untuk mengetahui patokan pada menit berapa terjadi pertumbuhan pada larutan fenol dan larutan uji agar sesuai atau sebanding dan juga mengetahui pada pengenceran berapa bakteri tumbuh