Bab 12 KLP 08 Modul 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MODUL II SIMULASI DINAMIK (POWERSIM)



DISUSUN OLEH : KELOMPOK VIII ANDI SULFI HIDAYAT



09120190012



MUH SULHAN S



09120190098



LABORATORIUM SIMULASI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2022



BAB I PENDAHULUAN Peran Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dalam kehidupan masyarakat BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha, demikian juga BBM sangat penting bagi sektor industri maupun transportasi. Oleh karena begitu pentingnya BBM dalam kehidupan masyarakat, maka BBM termasuk salah satu kebutuhan pokok masyarakat.Kondisi tersebut dapat tercermin dari peranan BBM sebagai faktor penting dalam menentukan perubahan harga-harga bahan pokok atau inflasi. Mengingat pentingnya peran BBM dalam kehidupan masyarakat maka pemerintah melakukan campur tangan dalam penentuan harga dan sekaligus menjamin ketersediaannya di pasar domestik. Upaya untuk menjamin kelancaran pasokan BBM ke masyarakat tidak bisa terlepas dari campur tangan usaha jasa pengangkutan. Dalam hal ini Pertamina bekerjasama dengan pihak terkait



untuk



menyediakan



truk



tangki



minyak



yang



berfungsi



untuk



mendistribusikan BBM ke konsumen. Pengangkutan sebagai alat fisik merupakan bidang yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena keduanya saling mempengaruhi, dan menentukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengangkutan atau sistem transportasi itu sendiri mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar arus barang dan lalulintas orang yang timbul sejalan dengan perkembangan masyarakat dan semakin tingginya mobilitas, sehingga menjadikan pengangkutan itu sendiri sebagai suatu kebutuhan bagi masyarakat. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi ini, maka sedikit banyak akan berpengaruh terhadap perkembangan di bidang



pengangkutan itu sendiri yang mendorong perkembangan dibidang teknologi, sarana dan prasarana pengangkutan, ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengangkutan, serta hukum pengangkutan, disamping tidak dapat dihindari pula timbulnya berbagai permasalahan yang diakibatkan dengan adanya pengangkutan itu sendiri. Pengangkutan barang seperti halnya truk tangki minyak ini bertujuan untuk memindahkan barang dari satu tempat asal ke tempat tujuan dimana perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi. Pengangkutan itu dilakukan karena nilai barang akan lebih tinggi di tempat tujuan daripada di tempat asalnya. Oleh karena itu pengangkutan dikatakan memberi nilai terhadap barang yang diangkut. Nilai itu akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai yang diberikan berupa nilai tempat (place utility), dan nilai waktu (time utility). Kedua nilai tersebut diperoleh jika barang yang diangkut ketempat dimana nilainya lebih tinggi dan dapat dimanfaatkan tepat pada waktunya. Dengan demikian pengangkutan dapat memberikan jasa kepada masyarakat yang disebut jasa angkutan. Pengangkutan barang seperti BBM didalam pelaksanaanya didahului dengan adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang ingin mengadakan pengangkutan barang. Kesepakatan tersebut tertuang dalam bentuk perjanjian pengangkutan yang akan menimbulkan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang berbeda dari masing-masing pihak sampai bahan bakar ini sampai ke konsumennya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Definisi Persediaan Persediaan adalah material berupa bahan baku baikberupabarang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan dalam suatu tempat dimana barang tersebut menunggu untuk diproses lebih lanjut. Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2000), persediaan merupakan sebuah aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha, atau persediaan barang yang masih dalam proses produksi. Menurut Assauri (1999), persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang tersebut dapat diperoleh dari sumber-sumber alam maupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakan usahanya. Menurut Rangkuti (2000), persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi memiliki fungsi sebagai berikut. 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang 2. Menghilangkan resiko barang yang rusak. 3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan 4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal 5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen Dalam persediaan terdapat beberapa fungsi menurut Rangkuti (2000), mengatakan fungsi-fungsi persediaan sebagai berikut.



1. Fungsi Decouping Fungsi decouping adalah persediaan yang memungkinkan



perusahaan



dapat



memenuhi



permintaan



pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. Persediaan ini diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan. 2. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan Lot sizing ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dengan frekuensi pemesanan yang lebih sedikit, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan. 3. Fungsi Antisipasi Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam



hal



ini



perusahaan



dapat



mengadakan



persediaan



musiman. 2.1.2 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pengendalian



persediaan



(Inventory



Control)



merupakan



penentuan suatu kebijakan pemesanan bahan baku, kapan bahan baku tersebut dipesan, berapa banyak yang dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan. Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan. Persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah biaya atau beban bunga, biaya penyimpanan, biaya



pemeliharaan gudang atau mesin, serta memungkinkan penyusutan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan. Sebaliknya apabila persediaan bahan baku yang terlalu kecil atau kurang akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga. Pengertian bahan baku adalah barang-barang yang dibeli perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi (Jusup 1999). Suadi (2000), menyatakan bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian produk jadi dan dapat diidentifikasikan ke produk jadi, maka bahan baku adalah bahan input yang akan diproses menjadi barang jadi. Pengendalian erat hubungannya dengan pengawasan. Penentuan jumlah persediaan perlu ditentukan sebelum melakukan penilaian persediaan. Jumlah persediaan dapat ditentukan dengan dua sistem yang paling umum dikenal pada akhir periode yaitu: Periodic system, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik agar jumlah persediaan akhir dapat diketahui jumlahnya secara pasti. 2.1.3 Sistem pengendalian persediaan Menurut Assauri (1998), penentuan jumlah persediaan ditentukan sebelum melakukan penilaian persediaan. Jumlah persediaan dapat ditentukan dengan dua sistem yang umum dikenal pada akhir periode yaitu sebagai berikut. 1. Periodic system, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik agar jumlah persediaan akhir dapat diketahui jumlahnya secara pasti. 2. Perpetual system atau book inventory yaitu setiap kali pengeluaran diberikan



catatan



administrasi



barang



persediaan.



Dalam



melakukan penilaian persediaan terdapat beberapa cara yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut. 3. First In First Out (FIFO) cara ini didasarkan atas asumsi bahwa arus harga bahan adalah sama dengan arus penggunaan bahan. Sejumlah unit bahan dengan harga beli tertentu sudah habis dipergunakan, maka penggunaan bahan baku berikutnya harga akan didasarkan pada harga beli berikutnya. Dasar metode ini maka harga atau nilai dari persediaan akhir adalah sesuai dengan harga dan jumlah pada unit pembelian terakhir 4. Last In First Out (LIFO) perusahaan beranggapan harga beli terakhir dipergunakan untuk bahan baku yang pertama keluar sehingga masih ada stok dnilai berdasarkan harga pembelian terdahulu. 5. Weighted Average (rata-rata tertimbang) cara ini didasarkan atas harga rata-rata per unit bahan adalah sama dengan jumlah harg a per unit yang dikalikan dengan masing-masing kuantitasnya kemudian dibagi dengan seluruh jumlah unit bahan dalam perusahaan tersebut. 6. Harga standar merupakan besarnya nilai persediaan akhir dari suatu perusahaan akan sama dengan jumlah unit persediaan akhir dikalikan dengan harga standar perusahaan. Harga pokok produksi suatu unit atau produk selama periode tertentu, yang ditentukan dimuka. 2.1.4 Tujuan pengendalian persediaan bahan baku Tujuan diadakan pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan adalah agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Pengendalian yang dimaksud secara kuantitas dan kapan pemesanan



bahan baku dilakukan. Menurut Ginting (2007), menjelaskan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah sebagai adalah berikut. a. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak. b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set upmesin). Selain itu, produk memerlukan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan. c. personalia menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak perlu dilakukan. 2.1.5 Faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku Menurut



Ahyari



(1995),



ada



beberapa



faktor



yang



mempengaruhi persediaan bahan baku. Faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan dan faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut. 1. Perkiraan pemakaian Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan , maka manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan di dalam proses produksi pada suatu periode . Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan produksi pada periode yang akan datang . Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebuat dapat diketahui dari perencanaan produksi perusahaan berikut tingkat persediaan bahan jadi yang dikehendaki oleh manajemen



2. Harga dari bahan Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk



investasi



dalam



persediaan



bahan



baku



tersebut.



Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan. 3. Biaya-biaya persediaan Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku 4.



Pemakaian senyatanya Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu (actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena untuk keperluan proses produksi



akan



dipergunakan



sebagai



salah



satu



dasar



pertimbangan dalam pengadaaan bahan baku pada periode berikutnya . Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun harus senantiasa dianalisa . Dengan demikian maka dapat disusun perkiraaan bahan baku mendekati pada kenyataan. 5. Model Pembelian bahan Manajemen perusahaan harus dapat menentukan model pembelian yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi bahan baku yang dibeli. Model pembelian yang optimal atau EOQ. 6.



Persediaan bahan pengaman (SS) Persediaan pengamanan adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau



menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out) Selain digunakan untuk menanggulangi terjadinya keterlambatan datangnya bahan baku. Adanya persediaan bahan baku pengaman ini diharapkan proses produksi tidak terganggu oleh adanya ketidakpastian bahan. Persediaan pengaman ini merupakan sejumlah



unit



tertentu



,



dimana



jumlah



ini



akan



tetap



dipertahankan, walaupun bahan bakunya dapat berganti dengan yang baru. 7. Waktu tunggu Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (re-order point). Dengan waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli 8. pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin. 9. Pemesanan kembali (re-order point) Re-order point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan baku kembali, sehingga datangnya pemesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan baku yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ. Ketepatan waktu tersebut harus diperhitungkan kembali agak mundur dari waktu tersebut akan menambah biaya pembelian bahan baku atau stock out cost (SOC) , bila terlalu awal akan diperlukan biaya penyimpanan yang lebih atau extra carrying cost (ECC).



2.2 Simulasi 2.2.1 Definisi Simulasi Simulasi merupakan suatu aktifitas memodelkan suatu proses atau sistem sedemikian rupa, sehingga model yang dibangun mempunyai respons yang menyamai sistem aktual terhadap kejadiankejadian yang terjadi seiring dengan waktu yang berjalan. Perilaku tersebut sering sekali disebut seperti melihat perilaku sistem terhadap waktu (Behavior over time) sehingga dapat lebih mudah mempelajari perilaku sistem secara komperehensif.(Ii & Teori, 2009) Simulasi sebagai cara untuk menghasilkan kondisi dari situasi dengan model untuk studi menguji atau training, dan lain-lain. Khosnevis, 1994, mendefinisikan simulasi sebagai pendekatan eksperimen. Simulasi juga merupakan kumpulan metode dan aplikasi yang digunakan untuk meniru perilaku suatu sistem, kadang dilakukan menggunakan komputer dengan software yang sesuai (Ekoanindiyo, 2011) Simulasi adalah proses perancangan suatu model dari suatu sistem nyata dan melakukan percobaan-percobaan dengan model tersebut dengan tujuan untuk memahami tingkah laku sistem atau mengevaluasi



berbagai



strategi



untuk



pengoperasian



sistem



(Shannon, 1975 di dalam Tasrif, 2004). Simulasi menurut Subagyo et al. (1989) adalah duplikasi atau abstraksi persoalan dalam kehidupan nyata dalam model matematika. Dalam hal ini biasanya dilakukan penyederhanaan,



sehingga



pemecahan



dengan



modelmodel



matematika bisa dilakukan. Teknik simulasi bersifat luwes terhadap perubahan-perubahan, sehingga sesuai dengan keperluan sistem yang sebenarnya. Teknik simulasi digunakan karena :



1. Sistem dunia nyata dengan elemen-elemen stokastik sangat kompleks sehingga tidak dapat digambarkan dengan model matematika dan dianalisa dengan teknik analisis. 2. Simulasi dapat memperkirakan dari tingkah laku sistem yang ada. 3. Alternatif desain tujuan sistem dapat dibandingkan melalui simulasi. 4. Pada simulasi dapat dilakukan pengendalian terhadap kondisikondisi eksperimen yang lebih baik dibanding melakukan eksperimen langsung terhadap sistem tersebut. 5. Simulasi memungkinkan untuk kajian yang memerlukan waktu lama. 2.2.2 Jenis-Jenis Simulasi Dalam penelitian (Hatmojo, 2016) terdapat beberapa jenis simulasi yang masing-masing digunakan pada jenis sistem yang sesuai, antara lain yaitu 1. Simulasi statis dan dinamis Simulasi statis adalah simulasi yang tidak didasarkan atas waktu. Simulasi



ini



seringkali



melibatkan



random



sampling



untuk



menghasilkan hasil statistik sehingga simulasi ini kerap kali disebut dengan



simulasi



Monte



Carlo.



Sebaliknya,simulasi



dinamis



mengikutsertakan aliran waktu. Keadaan yang ada di dalam sistem akan berubah seiring dengan jalannya waktu. Karena ini, simulasi dinamis



tepat



untuk



digunakan



untuk



menganalisa



sistem



manufaktur dan sistem jasa. Simulasi yang dibedakan berdasarkan pengaruh terhadap waktu. Simulasi statis merupakan simulasi pada suatu sistem yang tidak mempunyai



pengaruh



besar



terhadap



waktu.



Salah



satu



penggunaan umum dari simulasi statis adalah menggunakan bilangan random untuk menyelesaikan permasalahan, biasanya stokastik dan bergulirnya waktu tidak mempunyai peran. Sedangkan simulasi dinamis adalah simulasi suatu sistem yang memiliki pengaruh besar terhadap waktu, contohnya simulasi dari mesin yang bekerja 40 jam per minggu. 2. Simulasi kontinu dan diskrit Simulasi yang dibedakan berdasarkan perubahan tiap satuan waktu. Simulasi diskrit adalah simulasi dimana variable dari sistem dapat berubah-ubah pada titik-titik waktu tertentu. Kebanyakan dari sistem manufaktur dimodelkan sebagai simulasi kejadian dinamis, diskrit



stokastik



dan



menggunakan



variabel



random



untuk



memodelkan rentang kedatangan, antrian, proses, dan sebagainya. Sedangkan simulasi kontinu adalah simulasi dimana variabel berubah secara terusmenerus dalam skala waktu tertentu, sebagai contoh aliran fluida dalam pipa atau terbangnya pesawat udara. 3. Simulasi stokastik dan deterministic Simulasi yang dibedakan berdasarkan sifat probabilistic. Simulasi deterministik merupakan simulasi pada suatu sistem yang tidak mengandung variabel yang bersifat probabilistic. Model simulasi stokastik adalah simulasi yang memiliki variabel yang bersifat probabilistic. Keluaran dari model simulasi stokastik adalah random dan oleh karenanya hanya merupakan perkiraan dari karakteristik sesungguhnya



dari



sistem.



Maka



diperlukan



beberapa



kali



menjalankan model, dan hasilnya hanya merupakan perkiraan dari performansi yang diharapkan dari sistem yang diamati



2.3 Sistem 2.3.1 Pengertian Sistem Sistem adalah sekumpulan elemen-elemen yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari definisi tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sistem terdiri dari beberapa elemen, elemen-elemen tersebut saling berhubungan dan bekerja sama, serta sistem ada untuk mencapai tujuan yang spesifik (Indriawan et al., 2017). Sistem merupakan bagian yang harus dihadapi oleh manusia sejak manusia diciptakan di muka bumi. Beberapa contoh dari sistem adalah sistem bumi, sistem tata surya, sistem alam, dan lain-lainnya. Beberapa contoh tersebut membuat manusia mulai mencari tahu apa dan bagaimana sistem tersebut dibentuk dan berjalan. Hingga saat ini dalam perkembangannya, sistem merupakan satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan diri manusia untuk mencapai tujuan seperti kemajuan yang baik dalam berpikir maupun pelaksanaannya. Sistem merupakan interaksi antar komponen dari sebuah objek secara keseluruhan dalam batas lingkungan tertentu dan bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu (Sutrisno, 2010). Menurut Forrester (1961), sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok unsur yang beroperasi secara bersamaan untuk mencapai suatu tujuan.(Ii & Teori, 2009) Pengertian sistem tergantung pada latar belakang, cara pandang orang yang mencoba mendefinisikannya. Menurut hukum sistem dipandang sebagai kumpulan aturan-aturan yang membatasi baik oleh kapasitas sistem itu sendiri maupun lingkungan tempat sistem itu



berada, untuk menjamin keserasian dan keadilan. Schmidt and Taylor, 1970, mendefinisikan sistem sebagai kumpulan komponen komponen (entiti-entiti)



yang



berinteraksi



dan



bereaksi



antar



atribut



komponenkomponen untuk mencapai suatu tujuan akhir yang logis. Model didefinisikan sebagai suatu deskripsi logis tentang bagaimana sistem bekerja atau komponen-komponennya bereaksi. Dengan membuat model dari suatu sistem maka diharapkan dapat lebih mudah untuk melakukan analisis (Ekoanindiyo, 2011). 2.3.2 Jenis-jenis Sistem Menurut Grafiqie (2012), sistem dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan output sistem terhadap kondisi sistem, yaitu sebagai berikut : 1.



Sistem Terbuka Sistem terbuka merupakan sebuah sistem dimana output adalah hasil dari input. Meskipun output tidak mempunyai pengaruh terhadap input awal dan terpisah. Sistem ini tidak memiliki kendali atas perilaku di masa mendatang karena tidak bereaksi maupun mengamati dengan kinerjanya sendiri.



2.



Sistem Tertutup Sistem tertutup merupakan sistem yang memiliki struktur umpan balik tertutup yang mengendalikan tindakan atau input saat ini di masa mendatang. Sistem ini membawa hasil dari tindakan di masa lalu atau output sebelumnya kembali dan disebut juga sebagai feedback system.



2.4 Model Model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual (Daellenbach, 1994). Model adalah



representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi informasiinformasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari fenomena sistem yang sebenernya. Model dapat merupakan tiruan dari suatu benda, sistem atau kejadian yang sesungguhnya yang hanya berisi informasi-informasi yang dianggap penting untuk ditelaah (Achmad, 2008: 1). Sebuah model didefinisikan sebagai representasi dari suatu sistem untuk tujuan pembelajaran terhadap sistem. Dalam memodelkan sebuah sistem menurut Arifin (2008), sangat penting untuk memahami konsep dari sebuah sistem dan sistem pembatas. Sebuah sistem didefinisikan sebagai sekumpulan objek (manusia, mesin, dan informasi) yang dihubungkan dan saling berinteraksi bersama-sama dalam aturan-aturan atau adanya saling ketergantungan untuk menyelesaikan beberapa tujuan. Contohnya adalah sistem produksi manufaktur automobile dimana mesin, komponen, dan pekerja beroperasi bersama sepanjang lintas perakitan untu menghasilkan kendaraan berkualitas tinggi. Model merupakan suatu representasi dari sistem. Representasi dapat berbentuk scaled-down version, pictorial, verbal, schematic maupun simbolsimbol abstrak yang dikenal dengan model matematik. Jika model yang diformulasikan sederhana maka solusinya cukup diperoleh secara anailitis (disebutmodel analitik), tetapi jika sangat kompleks, solusinya harus menggunakan teknik komputasi numeris (disebut dengan model simulasi). Model dapat diklasifikasikan menjadi model ikonik, analog dan simbolik. Model ikonik adalah mempresentasikan suatu sistem atau benda menjadi suatu objek model yang wujudnya menyerupai sistem tersebut. Model analog adalah model yang mampu mempresentasikan sifat suatu sistem



menjadi lebih sederhana. Model simbolik atau model matematis adalah representasi secara abstrak dari suatu sistem. Model matematis atau simbolik memiliki dua tipe tujuan, yaitu deskriptif dan preskriptif (normatif). Model deskriptif merupakan model yang menggambarkan suatu sistem. Sedangkan model preskriptif merupakan model yang didekatkan dengan metode optimisasi ataupun heuristik ataupun metode lainnya sehingga menghasilkan model yang optimal. Tujuan dari studi pemodelan adalah menentukan informasi- informasi yang dianggap penting untuk dikumpulkan, sehingga tidak ada model yang unik. Satu sistem dapat memiliki berbagai model, bergantung pada sudut pandang dan kepentingan pembuat model. Pemodelan sistem merupakan kumpulan aktivitas dalam pembuatan model dimana model merupakan perwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual suatu penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks. berikut memberikan gambaran jenis model, karakteristik dasar mereka dan bentuk akhir dari model. Ali Basyah Siregar (1991), mengemukakan bahwa karakteristik model yang baik sebagai ukuran tujuan pemodelan yaitu : a. Tingkat generalisasi yang tinggi. Makin tinggi tingkat generalisasi model,maka model tersebut akan dapat memecahkan masalah yang semakin besar. b. Mekanisme transparansi. Model dapat menjelaskan dinamika sistem secararinci. c. Potensial untuk dikembangkan. Membangkitkan minat peneliti lain untuk menyelidikinya lebih lanjut.



d. Peka terhadap perubahan asumsi. Hal ini menunjukkan bahwa prosespemodelan tidak pernah selesai (peka terhadap perubahan lingkungan) 2.5 Sistem Dinamik 2.5.1 Definisi SIstem Dinamik System Dynamics (SD) adalah metode untuk menyelidiki perilaku sistem yang kompleks dari satuan waktu ke waktu dengan mengubah seluruh sistem menjadi serangkaian stok dan aliran yang saling berhubungan yang saling mempengaruhi melalui loop umpan balik (Zomorodian et al., 2018). Sedangkan (Mbohwa et al., 2017) berpendapat bahwasannya pendekatan dengan sistem dinamik menggunakan causal loop dan stock flow diagram, di mana causal loop diagram mewakili hipotesis sebab akibat dari suatu sistem, sedangkan diagram aliran stok menggambarkan struktur aliran sistem. Di sisi lain, variabel stok menentukan status sistem pada titik waktu mana pun, sementara variabel aliran menggambarka tingkat perubaha stok.(Romadhon & Suryani, 2020) Sistem dinamik adalah suatu metode analisis permasalahan dimana waktu merupakan salah satu faktor penting, dan meliputi pemahaman



bagaimana



suatu



sistem



dapat



dipertahankan



darigangguan di luar sistem, atau dibuat sesuai dengan tujuan dari pemodelan sistem yang akan dibuat (Coyle, 1996). Dalam metodologi sistem dinamk yang dimodelkan adalah struktur informasi sistem yang didalamnya terdapat sumber informasi dan jaringan aliran informasi yang saling terhubung. Sistem dinamik adalah suatu metode pendeskripsian kualitatif, pemahaman, dan analisis sistem kompleks dalam ruang lingkup



proses, informasi, dan struktur organisasi, yang memudahkan dalam simulasi pemodelan kuantitatif dan analisis kebijakan dari struktur sistem dan kontrol (Wolstenholme, 1989 di dalam Daalen dan Thissen, 2001). Sistem dinamik adalah suatu metode analisis permasalahan dimana waktu merupakan salah satu faktor penting, dan meliputi pemahaman bagaimana suatu sistem dapat dipertahankan dari gangguan di luar sistem, atau dibuat sesuai dengan tujuan dari pemodelan sistem yang akan dibuat (Coyle, 1979).



2.5.2 Metodologi Sistem Dinamik Metodologi Sistem Dinamik (System Dynamics, selanjutnya disingkat SD) mula-mula berkembang di Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1956, dikembangkan oleh Jay W. Forrester (Forrester, 2002). Dasar pemikiran metodologi SD adalah berpikir serbasistem atau systems thinking, yaitu cara berpikir di mana setiap masalah dipandang sebagai sebuah sistem, yaitu keseluruhan interaksi antar unsur-unsur dari sebuah objek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan. Metodologi sistem dinamik dibangun atas dasar tiga latar belakang disiplin yaitu manajemen, teori umpan balik atau cybernetic dan simulasii komputer. Bertujua untuk memecahakan permasalahan manajerial secara holistik, menghilangkan kelemahan dari masingmasing disiplin dan menggunakan kekuatan setiap disiplin untuk membentuk sinergi. Didasari oleh filosofi kausal, tujuan metodologi sistem dinamik adalah mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang cara kerja suatu sistem. Permasalahan dalam suatu system



dilihat



tidak



disebabkan



oleh



pengaruh



luar



namun



dianggap



disebabkan oleh struktur internal sistem. Fokus utama dari metodologi sistem dinamik adalah pemahaman atas sistem sehingga langkah pemecahan masalah dengan metodologi sistem dinamik, yaitu : 1. Identifikasi dan definisi masalah 2. Konseptualisasi system 3. Formulasi model 4. Simulasi dan validasi model 5. Analisis kebijakan 6. Implementasi Dari model sistem dinamik dalam bentuk diagram kausatik dibangun Flow Diagram untuk mengambarkan variabel simulasi dan parameterisasi serta formulasi model untuk siap disimulasikan. (Satyaninggrat & Suryani, 2015) Kriteria persoalan yang tepat untuk dimodelkan menggunakan metodologi SD (Tasrif, 2005): a. Mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap waktu) b. Mengandung minimal satu struktur umpan balik. Menurut (Chang, 2011) pendekatan sistem dinamik (SD) dapat membantu para peneliti mendapatkan wawasan tentang perubahan dinamis, Metode SD dapat mensimulasikan banyak perspektif serta memberikan solusi jangka panjang, masalah yang kompleks dapat disajikan dalam cara yang ringkas dan sistematis untuk membantu manajer menguasai masalah. Dengan menggunakan model simulasi, evaluasi efektivitas berbagai kebijakan dapat dinilai dalam kerangka kerja yang sama. Pemodelan simulasi telah menjadi alat penting



dalam menetapkan implementasi strategis, analisis kebijakan dan desain di banyak bidang (Samah et al. 2015). Dalam hal ini, sistem dinamik



dapat



membantu



pembuat



kebijakan



untuk



memvisualisasikan secara efektif untuk memprediksi sesuatu yang tidak terduga bisa terjadi. 2.6 Verifikasi dan Validasi Model Menurut t. Harrell, C., Ghosh, B. K., & Bowden, R (2004) didalam buku Simulation Using Promodel mengutip pernyataan34 Balci (1997) yang mengatakan bahwa ada lebih dari 77 teknik yang dapat digunakan untuk validasi dan verifikasi model



a. Verifikasi Model Verifikasi Model adalah proses penentuan apakah model tersebut berjalan atau beroperasi sesuai dengan model yang di modelkan. Apabila sebuah model telah terverivikasi bukan berarti bahwa model tersebut valid namun model tersebut hanya berjalan berjalan atau beroperasi dengan benar. Harrell, C., Ghosh, B. K., & Bowden, R (2004) didalam buku Simulation Using Promodel mengutip pernyataan Bank, dkk (2001) “verifikasi berkaitan dengan pembangunan model yang benar”. Hal ini digunakan untuk membandingkan model konseptual dengan representasi model yang telah diimplementasi dalam komputer. Verifikasi model dilakukan untuk memeriksa error pada model dan meyakinkan bahwa model berfungsi sesuai dengan logika pada obyek sistem. Verifikasi dilakukan dengan memeriksa formulasi apakah sudah sesuai dengan hubungan variabel dengan variabel lain dan memeriksa satuan (unit) variabel dalam model. Jika tidak terdapat error pada model, maka model telah terverifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, model telah



dibuat sudah dengan baik tanpa error pada formulasi dan tanpa error pada unit yang digunakan model. (Fortunella et al., 2019) Verifikasi model dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang umum yang dapat digunakan dalam melakukan verifikasi model adalah: 1.



Perhatikan dan periksa kode atau logika yang digunakan.



2.



Periksa output model (harus wajar dan rasional).



3.



Perhatikan animasi model yang digunakan.



4.



Gunakan fasilitas debugging yang disediakan oleh perangkat lunakyang digunakan.



b. Validasi Model Harrell, C., Ghosh, B. K., & Bowden, R (2004) didalam buku Simulation Using Promodel mengutip pernyataan Hoover dan Perry (1990) “Validasi adalah proses penetuan apakah model yang dibuat yang dibuat merupakan representasi dari objek yang dimodelkan”. Dengan kata lain validasi bertujuan untuk menguji apakah model yang dibuat tersebut akurat atau tidak. Perbedaan dari verifikasi dan validasi adalah veririfikasi bertujuan untuk membangun model yang benar sesuai dengan objek yang dimodelkan sedangkan validasi bertujuan untuk membangunmodel yang tepat. Untuk itu dalam proses validasi ini pihakpihak yang berkepentingan harus ikut terlibat. Karena proses validasi bisa sangat memakan waktu maka maka validasi hanya dilakukan sebatas validasi fungsional. Dari sudut pandang fungsional validasi model dipandang sebagai sebagai alat untuk menentukan bahwa output yang dihasilkan oleh model adalah akurat, dengan demikian apabila simulasi telah teruji valid maka hasil dari simulasi tersebut dapat



dipercaya dan dapat digunakan untuk membuat keputusan di dunia nyata. Setelah model simulasi sudah dibuat dan diverifikasi terkait kelengkapan data yang digunakan, tahap selanjutnya adalah validasi untuk diukur valid atau tidak. ada dua teori yang digunakan pada proses validasi



yaitu



teori



Man



Comparison



dan



Amplitude



Variation



Comparison.(Romadhon & Suryani, 2020) Validasi model bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Menurut Barlas (1996) terdapat dua proses validasi model yang dilakukan, yaitu validasi struktur model dan validasi behavior model. 1. Uji Validitas Struktur Uji validitas struktur secara langsung dapat dilakukan juga secara teori dengan membandingkan formulasi dan bentuk hubungan model dengan sumber literatur. Model pada penelitian ini valid dari segi sumber literatur dikarenakan pembuatan model dan formulasi berdasarkan jurnal dan buku. 2. Validitas behavior



model memiliki tujuan untuk



memberikan



keyakinan sejauh mana kemampuan kinerja model menghasilkan secara akurat hasil simulasi sesuai dengan kinerja sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah. Validitas ini dapat dilakukan secara statistik dengan membandingkan data empiris sistem nyata dengan output simulasi model. Variabel yang akan diuji validitasnya adalah variabel order rate. 2.7 Software Powersim Menurut Avianto (2006) Powersim adalah salah satu software untuk simulasi model system dynamics. Jadi Powersim hanyalah merupakan alat



(tool) untuk mempermudah simulasi model system dynamics. Perlu ditegaskan di sini bahwa menggunakan software Powersim tidak berarti dengan sendirinya menggunakan metodologi system dynamics. System dynamics dapat disimulasikan dengan berbagai jenis software, termasuk dengan software spreadsheet, misalnya Excel. Aplikasi ini membantu dalam pemodelan sistem dinamik dengan membandiingkan variabel-variabel terkait kemudian melakukan penghitungan. Powersim merupakan simulator untuk menyusun model sistem dinamis yaitu suatu model dimana variabel yang diamati akan terjadi perubahan setiap saat atau sebagai fungsi waktu. Penyusunan model didasarkan pada dua pendekatan, yaitu 1. Hubungan sebab – akibat, selanjutnya hubungan tersebut diubah dalam bentuk variabel atau parameter dalam sistem dinamis tersebut. Konservasi (neraca) bahan, yaitu bahan tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Dalam hal ini, yang mungkin terjadi adalah perubahan bahan baik yang bersifat fisis, biologis atau kimiawi. Pada umumnya, model tersebut disusun berdasarkan persamaan (model) matematis. Akan tetapi, saat ini terdapat perangkat lunak Powersim, yang dapat menyederhanakan masalah tanpa harus menyusun persamaan matematis. Masih banyak perangkat lunak setipe yang selanjutnya disebut dengan simulator dinamis seperti STELLA, DYNAMO dan lain sebagainya. Perangkat lunak tersebut menggunakan gambar atau simbol sebagai alat komunikasi dengan penggunanya. Model Komputer dengan Software Powersim. Model komputer dengan software powersim yang dimaksud adalah penyusunan model dengan menggunakan software komputer yang dalam hal ini adalah software powersim. Pembentukan model dengan software powersim



tersebut



dilakukan dengan mengubah causal loop ke dalam bentuk diagram alir (flow



diagram). Dia gram alir tersebut memperlihatkan keterkaitan antara variabelvariabel dalam model dan penyusunan persamaan matematis yang menyatakan hubungan antar variabel-variabel tersebut. Selanjutnya diagram alir yang telah dilengkapi dengan persamaan matematis tersebut diolah sehingga proses simulasi dapat dilakukan. (Ariyani et al., 2010) Penggunaan system dinamik diarahkan kepada bagaimana memahami perilaku system tersebut sehingga dapat meningkatkan efektivitas dalam merencanakan suatu kebijakan dan pemecahan masalah yang timbul. Training ini akan membahas mengenai dasar-dasar system dinamis simulasi system dinamis. 1. Materi 2. Complex System & System Thinking : -



Pengenalan a. Proses Yang Diperlukan Untuk Mempelajari System Dynamics b. Tantangan Yang Dihadapi Dalam Mempelajari System Dynamics c. Hal-Hal Yang Diperlukan Untuk Berhasil Mempelajari System Dynamics d. Peran Penting Simulasi Dalam System Dynamics



- Aplikasi System Dynamics Proses Pemodelan : a. Tujuan Menggunakan Model b. Langkah-Langkah Pemodelan c. Overview Dari Proses Pemodelan - Struktur Dan Perilaku Complex System a. Modus Dasar Dari Dinamika Perilaku Sistem b. Interaksi Antar Modus Dasar Dari Dinamika Perilaku Sistem c. Modus Lain Dari Dinamika Perilaku Sistem - Conceptual Model:



a. Sub System Diagram b. Boundary Chart Diagra - Causal Loop Diagram (CLD): a. Notasi Dalam CLD b. Prinsip Membangun CLD c. Praktek Membangun CLD - Flow Diagram: a. Stocks, Flow Dan Akumulasi b. Mengidentikasi Stock Dan Flow c. Menterjemahkan CLD Kedalam Flow Diagram - Tools Untuk Memodelkan Dinamika Perilaku Sistem: a. Delays b. Coflows c. Modeling Decission Making - Praktek a. Membangun CLD & Model Dasar Dengan Powersim b. Membangun Model Lanjutan Dengan Powersim c. Membangun Model Alternatif Dan Simulasi - Validasi Dan Pengujian Model a. Boundary Adequacy Test b. Structure Assessment Test c. Dimensional consistency d. Parameter assessment e. Extreme condition tes