Bab 3 Profil Wilayah Kota Sawahlunto [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



3.1



SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA SAWAHLUNTO



C



ikal bakal dijadikannya Sawahlunto sebagai kota terkait dengan penelitian yang



dilakukan



Minangkabau



oleh



(saat



beberapa itu



dikenal



geolog



asal Belanda ke



sebagai Dataran



Tinggi



pedalaman Padang),



sebagaimana yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Penelitian pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian dilanjutkan oleh Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867. Dalam penelitian De Greve, diketahui bahwa terdapat 200 juta ton batu barayang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu sungai yang ada di Sawahlunto. Sejak penelitian tersebut diumumkan ke Batavia pada tahun 1870, pemerintah Hindia-Belanda mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan eksploitasi batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto juga dijadikan sebagai kota pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal 1 Desember yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto. Kota Sawahlunto memiliki tahapan sejarah yang panjang. Dimulai dari sebuah permukiman awal yang dihuni oleh kelompok masyarakat agraris. Sebelum batu bara menjadi komoditas yang mendorong eksplorasi kolonial Belanda, Sawahlunto merupakan areal persawahan yang membentang di seluruh bagiannya. Lahan persawahan tersebut beserta lahan permukiman seluruhnya merupakan tanah ulayat dan memiliki nilai yang ditentukan oleh sistem sosial yang berlaku.



LAPORAN AKHIR



3-1



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Gambar 3.1 Foto Awal Perkembangan Kota Sawahlunto Gambar 3.1 di atas mengambarkan dalam periodisasi Nas (1986), Kota Sawahlunto pada awalnya merupakan kota kolonial (colonial town). Kota ini awalnya merupakan bentang lahan persawahan sebelum akhirnya diolah oleh Nagari Kubang, sebuah kelompok sosial dalam masyarakat adat. Kata awal "Sawahlunto" mereferensikan kondisi saat itu yang masih berupa persawahan. Sawah yang dimaksud terletak di sebuah lembah yang dialiri sebuah anak sungai yang bernama Batang Lunto. Berbeda dengan kota-kota lainnya di pantai barat yang telah ada sebelumnya, kotakota yang berada di dataran tinggi Sumatera Barat relatif baru dalam pertumbuhannya (Asoka dkk, 2005). Kota-kota di daerah ini, seperti Bukittinggi, Padangpanjang, Batusangkar, Payakumbuh, Solok, dan Lubuk Sikaping muncul karena masuknya orang-orang Belanda ke daerah pedalaman (Colombijn, 1994). Pemerintah kolonial kemudian membangun kota yang bercorak kolonial. Kota Sawahlunto dapat dibedakan dari kota-kota lainnya karena faktor penentu utama, yaitu deposit batu bara yang sangat melimpah. Batu bara menjadi komoditas unggulan yang menarik orang-orang Belanda untuk bermukim pada lokasi tersebut. Tidak seperti kota lainnya yang berada di dataran tinggi, Kota Sawahlunto awalnya tidak sebagai pusat pemerintahan di Sumatera, melainkan kota tambang. Tahun 1891 adalah awal pertambangan batu bara di Kota Sawahlunto. Kota ini pun telah sepenuhnya menjadi sebuah kota kolonial (colonial town). Dengan demikian, di Sawahlunto ditempatkan seorang pejabat pemerintah Aspirant Controleur, wakil kontrolir, jabatan terendah yang dipegang oleh orang Belanda dalam



LAPORAN AKHIR



3-2



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



birokrasi Kolonial Belanda. Empat tahun kemudian (1895) Sawahlunto telah ditetapkan sebagai ibukota Kelarasan Kota VII dan Silungkang dinilai tidak strategis lagi oleh Belanda secara ekonomis karena eksploitasi batu bara lebih penting untuk diperhatikan. Padahal sebelumnya, Kota Sawahlunto masih termasuk ke dalam Keselarasan Silungkang karena berada dalam Kanagarian Kubang. Tahun 1903, Kelarasan Kota VII menjadi Kelarasan Sawahlunto seiring dengan perkembangan kota yang pesat. Status kota ditunjukkan lebih jelas dengan mengangkat seorang Burgelijken Stand (walikota) pada tahun 1911. Hal ini disebabkan karena Kota Sawahlunto dipandang memiliki posisi yang strategis saat itu. Perkembangan selanjutnya, tahun 1914 Sawahlunto dijadikan sebagai ibukota Afdeeling Tanah Datar yang semula berada di Batusangkar. Status yang lebih tinggi lagi dimiliki Sawahlunto pada tahun 1918. Sawahlunto ditetapkan sebagai gemeente (kotapraja). Walikota yang dipilih oleh Kepala Afdeeling Tanah Datar dibantu oleh Gemeenteraad (Dewan Kota) yang terdiri dari 5 Eropa, 3 Pribumi dan 1 Cina. Pada tahun 1929 Kota Sawahlunto diperluas menjadi 5.777 Ha yang tidak berubah sampai tahun 1990. Bahkan pada tahun 1930 Kota Sawahlunto memiliki jumlah penduduk terbesar kedua di Sumatera Barat (Colombijn, 1994). Pada masa penjajahan Jepang, Kota Sawahlunto menjadi ibukota kabupaten (Ken) Solok dengan bupati seorang Jepang bernama Bung Tsu Tjonya. Penjajah Jepang pun mendidik penduduk lokal untuk membantu dalam pertambangan batu bara. Sebagian besar teknologi berasal dari Jepang, yang mengharuskan penduduk lokal untuk belajar bahasa Jepang. Namun, perekonomian kota menjadi mandek karena seluruh keuntungan dari komoditas batu bara dikuasai Jepang. Hal ini menyebabkan kondisi fasilitas kota menjadi rusak karena tidak adanya biaya perbaikan dan pemeliharaan. Kehidupan masyarakat pun menjadi sulit karena perekonomian yang mandek, tidak ada arus uang yang berputar di kalangan penduduk lokal (Asoka, dkk, 2005). Setelah kemerdekaan, kota dibagi ke dalam dua kecamatan, yaitu Kota Sawahlunto Utara (dua nagari) dan Sawahlunto Selatan (tiga nagari). Kota ini masih memiliki arti penting bagi pergerakan kemerdekaan karena menjadi pusat perakitan senjata yang berada di pabrik Tambang Batu bara Ombilin.



LAPORAN AKHIR



3-3



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Sejak dibukanya areal tambang batu bara, penduduk Kota Sawahlunto dihuni oleh masyarakat Minangkabau (dari berbagai kabupaten di Sumatera Barat) sebagai masyarakat asli dan masyarakat pendatang (Jawa, Sunda, Batak, keturunan Cina, bahkan keturunan Belanda). Pertambangan telah menyatukan berbagai etnis tersebut yang terlihat sampai saat ini.



3.2



GEOGRAFIS, LETAK, DAN BATAS ADMINISTRASI



Kota Sawahlunto merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat dengan ibukota Lembah Segar. Secara Astronomis Kota Sawahlunto terletak antara 0º 33' 40" – 0º 48' 33" Lintang Selatan dan 100º 41' 59" – 100º 49' 60" Bujur Timur, tercatat memiliki luas 27.345 Ha atau sekitar 0,65 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat. Jarak dari Kota Sawahlunto ke kota Padang (ibukota propinsi) adalah 95 Km, dapat ditempuh melalui jalan darat dalam waktu sekitar 2 jam dengan kendaraan roda empat. Secara administratif Kota Sawahlunto terdiri dari 4 Kecamatan, 10 Kelurahan, dan 27 Desa. Batas wilayah Kota Sawahlunto dilihat dari letak administrasi berbatasan dengan:  Sebelah Utara



: Berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar.



 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Solok.  Sebelah Timur



: Berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung.



 Sebelah Barat



: Berbatasan dengan Kabupaten Solok.



Tabel 3.1 berikut, menjelaskan secara rinci tentang luas wilayah, jumlah RT, RW, Dusun, di Kota Sawahluto perkecamatan dan per desa/kelurahannya. Sedangkan pembagian wilayah administrasi Kota Sawahlunto dapat dilihat pada Gambar 3.2. Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Sawahlunto No



Kecamatan



Ibukota Kecamatan



Luas Wilayah (Km2) 32,93



%



1



Silungkang



Muaro Kalaban



2



Lembah Segar



Aur Mulyo



52,58



19,23



3



Berangin



Santur



88,55



32,38



4



Talawi



Talawi Mudiak



99,39



36,35



273,45



100,00



Jumlah



12,04



Sumber : Sawahlunto Dalam Angka 2014.



LAPORAN AKHIR



3-4



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Gambar 3.2 Peta Administrasi Kota Sawahlunto



3.3



KONDISI FISIK WILAYAH KOTA



3.3.1



Topografi dan Kemiringan Lahan Secara topografi wilayah Kota Sawahlunto terletak



pada



daerah



perbukitan



dengan



ketinggian antara ± 250 – 650 meter permukaan laut. Wilayah ini terbentang dari Utara ke Selatan, bagian Timur dan Selatan mempunyai topografi yang relative curam (kemiringan lebih dari 40%) yang luasnya 28,52% dari luas wilayah keseluruhan, sedangkan bagian Utara bergelombang dan relative datar. Kemiringan dan keterjalan bentang alam ini telah menjadi kendala atau faktor pembatas pengembangan wilayah Kota Sawahlunto.



LAPORAN AKHIR



3-5



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Bentang alam yang landai terletak hampir di tengah daerah Kota Sawahlunto, tetapi umumnya merupakan jalur-jalur sempit sehingga dirasa sulit untuk dikembangkan menjadi permukiman perkotaan. Posisinya memanjang sepanjang Sesar Sawahlunto, memisahkan perbukitan terjal yang terletak dikedua sisinya. Dataran yang relatif landai sehingga memungkinkan berkembangnya permukiman perkotaan hanya dijumpai di Talawi dan Kota Sawahlunto sendiri. Lebih jelasnya peta topografi Kota Sawahlunto dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan Tabel 3.2.



Gambar 3.3 Peta Kemiringan Lereng Kota Sawahlunto Tabel 3.2 Luas Wilayah Berdasarkan Kelerengan Lahan Kota Sawahlunto No



Kecamatan 0-2



1



Silungkang



2



Luas Wilayah (Ha)



Luas Lahan (Ha) Berdasarkan Kemiringan (%) 2 - 15



15 - 25



25 - 40



> 40



29,00



288,00



735,00



340,00



1.901,00



3.293,00



Lembah Segar



240,00



358,00



694,00



1.836,00



2.110,00



5.258,00



3



Berangin



343,00



1.514,00



1.432,00



3.450,00



2.136,00



8.855,00



4



Talawi



991,00



1.420,00



2.680,00



3.195,00



1.653,00



9.939,00



1.603,00



3.580,00



5.541,00



8.821,00



7.800,00



27.345,00



Jumlah



LAPORAN AKHIR



3-6



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Sumber : BPN Kota Sawahlunto 2012.



3.3.2



Geohidrologi



Daerah Kota Sawahlunto dan sekitarnya dilalui oleh 5 (lima) buah sungai atau batang utama. Sungai-sungai atau batang itu adalah : 1. Batang Ombilin Sungai ini mengalir dari utara ke selatan dari Desa Talawi ke Desa Rantih Kecamatan Talawi. Sungai Ombilin merupakan sungai terbesar di daerah Sawahlunto sebagai sumber air baku bagi PDAM. Sungai ini berhulu di Danau Singkarak, Debit sungai ini di daerah Sikalang-Rantih lebih dari 10 m3/detik. 2. Batang Malakutan Sungai ini mengalir dari barat yang berhulu di Desa Siberambang, Kecamatan X Koto, Kabupaten Solok ke timur melewati Desa Kolok Mudiak dan Desa Kolok Tuo di Kecamatan Barangin yang akhirnya bertemu dengan Batang Ombilin. 3. Bantang Lunto Sungai ini berhulu di Desa Lumindai, Kecamatan Barangin dan mengalir dari arah barat menuju timur dan membelah Kota Sawahlunto, Kecamatan Lembah Segar dan bermuara di Batang Ombilin. 4. Batang Sumpahan Sungai ini berhulu di Kelurahan Sapan (Kelurahan Durian II) di Kecamatan Barangin kemudian bertemu dengan Batang Lunto dan akhirnya bermuara di Batang Ombilin. 5. Batang Lasi Sungai ini berhulu di IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok yang mengalir menyusuri jalan dari Solok ke Sijunjung di Kecamatan Silungkang, Kecamatan Silungkang dan keluar di perbatasan Kota Sawahlunto-Sijunjung. Sungai ini kemudian bertemu juga dengan Batang Ombilin di Sungai Kuantan atau Indragiri.



LAPORAN AKHIR



3-7



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Seluruh sungai yang berada di Kota Sawahlunto merupakan hulu Sungai Indragiri di Provinsi Riau. Oleh karena itu, bisa dimengerti pada masa-masa awal penambangan batu bara Ombilin ada gagasan untuk membawa hasil tambang batu bara melalui sungai ke arah Selat Malaka. Gagasan ini tidak pernah terwujudkan karena kondisi fisik hulu sungai sangat sulit untuk dijadikan sarana transportasi dan memang wilayah Sumatera Tengah pada waktu itu belum dikuasai oleh kolonial Belanda. Pada masa mendatang ada pertimbangan dari Pemerintah Kota Sawahlunto untuk menjadikannnya sebagai obyek wisata. Batang Lunto yang melintasi Kota Sawahlunto telah diubah menjadi kanal kota, dan telah menjadi bersifat urban. Tebingnya tidak lagi alami, tetapi telah menggunakan turap (retaining wall) dengan tembok penahan tanah dan juga digunakan untuk mendirikan bangunan. Kesan visual yang diperoleh Batang Lunto ini adalah adanya erosi pada bagian hulu dan bagian yang melintas kota telah dibebani oleh buangan cair dan padat. Adapun keberadaan sungai-sungai di Kota Sawahlunto peta hidrogeologi dapat dilihat pada Gambar 3.4.



LAPORAN AKHIR



3-8



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Gambar 3.4 Peta Hidrogeologi Kota Sawahlunto



3.3.3



Geologi Wilayah Kota Sawahlunto terletak di cekungan pra-tersier



Ombilin



yang



berbentuk



belah



ketupat panjang dengan ujung bulat, selebar 22,50 Km dan Panjang 47,00 Km. Dalam cekungan ini diperkirakan 2,00 Km, diisi oleh lapisan yang muda yang disebut dengan Formasi



Brani,



Formasi



Sangkarewang,



Formasi Sawahlunto, Formasi Sawah Tambang dan Formasi Ombilin. Formasi Ombilin merupakan lapisan paling muda menurut kategori zaman tersier atau berumur sekitar 2 juta tahun. Kota Sawahlunto terletak di atas Formasi Sawahlunto, batuan yang terbentuk pada zaman yang diberi istilah kala (epoch) Eocen sekitar 40-60 juta tahun yang lalu. Lebih jelasnya mengenai peta geologi dapat dilihat pada Gambar 3.5.



LAPORAN AKHIR



3-9



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Gambar 3.5 Peta Geologi Kota Sawahlunto



3.3.4



Iklim



Secara umum suhu rata-rata di Sumatera Barat tercatat antara 22° - 28° C dengan perbedaan antara temperature siang dan malam antara 5°- 7° C dan hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ada di Kota Sawahlunto berkisar antara 22° - 33° C. Untuk gambaran keadaan curah hujan di Kota Sawahlunto, Peta Curah Hujan Indonesia memberikan gambaran bahwa Kota Sawahlunto berada di dalam isohyat (garis curah hujan) antara 1.500 – 2.000 mm per tahun dengan rata-rata curah hujan per tahunnya sebesar 1.716,37 mm dengan rata-rata hari hujan 130 hari.



3.3.5



Potensi Rawan Bencana



Bencana pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor geologi, litologi, struktur geologi (patahan) kemiringan lereng, geomorfologi, air tanah dan daya dukung tanah.



LAPORAN AKHIR



3-10



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Berdasarkan data yang diperoleh bahwa bencana alam yang sering terjadi berupa tanah longsor dan patahan (sesar). Morfologi dan kemiringan lereng dapat menentukan potensi tingkat bahaya bencana gempa bumi dan longsor. Pertambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Bukit Asam dan perusahaan lainnya di daerah Sawahlunto dan sekitarnya, berperan cukup besar dalam pembentukan bentang alam atau morfologi saat ini sehingga sewaktu waktu bentang alam tersebut berubah setiap saat terutama dalam kemiringan lerengnya. A. Struktur Geologi (Patahan) Di Sawahlunto terdapat dua buah sesar geser yaitu sesar geser Sawahlunto dan sesar geser Batu Tajam berarah barat laut-tenggara, mengikuti arah sesar besar Sumatera, jalur kedua sesar tersebut berada di daerah pebukitan sebelah barat daya jalan raya Sawahlunto-Santur. Secara regional struktur geologi yang berkembang di cekungan Ombilin berarah barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya, baik itu berupa sesar/patahan maupun perlipatan. Cekungan Ombilin ini terbagi menjadi dua bagian oleh sesar normal Tanjung Ampalu/sesar Pamuatan yaitu bagian timur merupakan blok yang turun (mengarah kebawah) sedangkan bagian barat yaitu daerah Sawahlunto dan sekitarnya merupakan blok yang relatif naik. Sesar turun Ombilin terlihat pada kontrol arah aliran Sungai Ombilin yaitu barat laut-tenggara, sedangkan sesar turun lainnya yaitu sesar Padang Malintang, sesar Batukunit,sesar Sugar, sesar Salak dan sesar Sipang berarah timur lautbarat daya. Berdasarkan analisa struktur mikro yaitu dengan pengamatan langsung dilapangan menunjukkan adanya bidang sesar (gores garis) dan arah kekar/retakan yang dapat memberikan petunjuk arah umum dan jenis patahan. Sedangkan identifikasi adanya seretan (drag fold) akibat patahan dengan skala kecil, terlihat pada pemotongan tebing-tebing jalan raya propinsi, jalan raya kota dan jalan desa, serta dalam skala besar seretan pebukitan. Beberapa sesar geser (thrust fault) diantaranya adalah sesar Sawahlunto merupakan sesar utama (orde pertama) yang berarah barat laut - tenggara dan sesar Sugar berarah utara selatan telah mempengaruhi pola aliran sungai Batang Lunto, sedangkan sesar Padang Malintang dan sesar Parambahan telah mempengaruhi pola aliran sungai Batang Ombilin dan anak-anak sungainya yang membentuk pola aliran sungai menangga (trellis). Lihat Tabel 3.3.



LAPORAN AKHIR



3-11



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Tabel 3.3 Kerusakan Badan Jalan Akibat Zona Lemah Patahan/Sesar. No 1 2 3



Lokasi Jalan (S. Lunto - Talawi) Km 3 (Lubang panjang) Km 4 (Waringin/Pasar Sapan Jalan Simpang Guguk Balangan - Sapan



Zona Lemah Patahan/Sesar Patahan Lubang Panjang Patahan Batu kunit Patahan Batu Kunit



Kerusakan Badan jalan ambles, retak dan longsor. Badan jalan ambles, retak-retak/Kantor Pajak Rusak. Badan jalan ambles dan retak-retak.



4



Jalur Kelok Sago-Sapan



Patahan Sawahlunto



5



Km 5 (Sie Durian)



Patahan Sei Durian



6



Km 7 (Kr. Anyar)



Patahan Padang Malintang



Badan jalan ambles/retak-retak dan longsor Badan jalan ambles/retak-retak dan longsor Badan jalan ambles/rayapan



7



± Km 11 (Kp. Salak)



Patahan Parambahan



Badan jalan ambles



Sumber : RTRW Kota Sawahlunto 2012-2032.



B. Gerakan Tanah atau Longsoran (Mass Movement) Berdasarkan data, informasi, dan kenampakan di lapangan daerah Kota Sawahlunto dan sekitarnya kendala geologi yang dominan umumnya berupa bencana alam yang disebabkan oleh proses bersifat alami, seperti gerakan tanah, zona lemah patahan dan erosi. Longsoran tanah tipe rayapan terjadi yang menyeret jalan Santur-Talawi atau tepatnya disekitar Washing Plant Sawah Rasau V pada km.7, terjadi pada lapisan batulempung (Formasi Sawahlunto) disebabkan karena kestabilan lereng bagian bawah terganggu oleh erosi Sungai Lurah Gadang. Longsoran bahan rombakan yang diakibatkan oleh ulah manusia terutama dalam pemotongan lereng untuk pembangunan perluasan perumahan ditemui sebagian di Kecamatan Lembah Segar dan Kecamatan Barangin. C. Gempa Bumi Kota Sawahlunto memiliki potensi kebencanaan yang kemungkinan akan terjadi yaitu gempa bumi, sedangkan longsoran dan bidang lemah patahan akan cenderung menjadi faktor kendala dalam pengembangan wilayah. Kegempaan di Daerah Cekungan Ombilin berdasarkan catatan episenter (pusat gempa) dengan radius 400 km dari Kota Sawahlunto dari tahun 1973 sampai tahun 1999 telah terjadi sebanyak 420 kali kejadian gempa bumi.



LAPORAN AKHIR



3-12



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Dari catatan gempa bumi tersebut menunjukkan bahwa daerah Sawahlunto dan sekitarnya banyak terjadi gempa bumi dangkal yang rata-rata mempunyai kedalaman 33 km, dengan intensitas antara 4,5 sampai 5,5. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kegempabumian, dalam banyak hal dipengaruhi oleh karakteristik tanah dan batuan setempat, di samping karakteristik guncangan (ground shaking) yang dihasilkan oleh suatu besaran kegempabumian (magnitude). Untuk mempredeksi terjadinya gempa bumi di wilayah Sawahlunto secara makro didasarkan



atas



Peta



Zonasi



gempa-gempa



yang



bersifat



merusak



di



Indonesia,menunjukkan posisi wilayah Ombilin atau Sawahlunto berada pada zone 3 dan 4 dengan besaran intensitas berkisar antara 0,13 - 0,25 g. Bencana alam geologi merupakan peristiwa alam dimana proses terjadinya merupakan bagian dari dinamika bumi baik itu kaitannya secara langsung yaitu berupa pergerakan patahan/sesar maupun gempabumi, sedangkan yang tidak langsung berupa gerakan tanah/longsoran. Lebih jelasnya mengenai peta rawan bencana dapat dilihat pada Gambar 3.6.



Gambar 3.6 Peta Rawan Bencana Kota Sawahlunto



LAPORAN AKHIR



3-13



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



3.3.6



Penggunaan Lahan Luas Kota Sawahlunto adalah 27.345 hektar. Sebagian



besar



merupakan 10.057



wilayah



kebun



hektar.



Kota



campuran Hutan



Sawahlunto yaitu



merupakan



seluas luas



penggunaan lahan terbesar kedua di Kota Sawahlunto dengan luas lahan 4.322 hektar. Luas semak/alang-alang yaitu 3.909 hektar. Kampung/pemukiman



3.068



hektar.



Sawah



2.094 hektar dan kantor/Industri seluas 975 hektar. Penggunaan lahan Kota Sawahlunto dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.7.



Tabel 3.4 Penggunaan Lahan Kota Sawahlunto Kecamatan No



Penggunaan Lahan 496,00 6,00 137,00



Lembah Segar 732,00 12,00 176,00



64,00



Silungkang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12



Kampung/ Permukiman Kantor/Industri Sawah Tegal/Kebun/ Ladang/ Huma Kebun Campuran Perkebunan Estate Hutan Semak Kolam Tanah Tebuka/Tandus Rusak Taman Rekreasi/ Olah Raga Lain-Lain Kota Sawahlunto



Berangin



Jumlah (Ha)



%



Talawi



918,70 54,30 639,00



925,00 903,00 1.142,00



3.071,70 975,30 2.097,00



11,20 3,60 7,70



160,00



56,00



3,00



283,00



10,00



1.202,00 90,00 510,00 754,00 29,00



2.977,00 167,00 368,00 664,00 0,00



4.279,00 399,00 194,00 2.279,00 0,00



1.611,00 1.467,00 3.226,00 187,00 0,00



10.069,00 2.123,00 4.298,00 3.884,00 29,00



36,80 7,80 15,70 14,20 0,10



0,00



0,00



23,00



392,00



415,00



1,50



5,00



2,00



13,00



34,00



54,00



0,20



0,00



0,00



0,00



49,00



49,00



0,20



3.293,00



6.258,00



8.855,00



9.939,00



27.345,00



100,00



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



LAPORAN AKHIR



3-14



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Gambar 3.7 Peta Penggunaan Lahan Kota Sawahlunto 2008



3.4



KONDISI KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN



3.4.1



Kependudukan



Jumlah penduduk Kota Sawahlunto pada tahun 2013 adalah 58.972 jiwa atau meningkat 1,56 persen dibandingkan jumlah penduduk pada tahun 2012. Jika dilihat menurut kecamatan, jumlah penduduk Kecamatan Talawi merupakan yang terbesar dibandingkan kecamatan lainnya dengan populasi mencapai 18.448 jiwa, atau mencapai 31,28 persen dari total penduduk Kota Sawahlunto. Kecamatan dengan populasi penduduk terkecil adalah Kecamatan Silungkang dengan jumlah penduduk 10.637 jiwa. Secara umum tingkat kepadatan penduduk Kota Sawahlunto pada tahun 2013 adalah 215,66 jiwa per kilometer persegi. Tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan cukup bervariasi. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Siungkang dengan kepadatan 323,02 jiwa per kilometer persegi.



LAPORAN AKHIR



3-15



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Talawi dengan kepadatan 185,61 jiwa per kilometer persegi. Sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio penduduk Kota Sawahlunto pada tahun 2013 adalah 98,11 yang berarti dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk lakilaki. Sex ratio antar kecamatan juga cukup bervariasi, namun dari semua kecamatan yang ada kecamatan dengan sex ratio di atas 100 yaitu Kecamatan Kecamatan Talawi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Kota Sawahlunto



1



Silungkang



32,93



5.312



5.325



10.637



99,76



Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2) 323



2



Lembah Segar



52,58



5.911



6.295



12.206



93,90



232



3



Berangin



88,55



8.715



8.966



17.681



97,20



199



4



Talawi



99,39



9.267



9.181



18.448



100,94



185



273,45



29.205



29.767



58.972



98,11



215



No



Kecamatan



Jumlah



Luas Wilayah (Km2)



Penduduk (jiwa) Laki-Laki



Perempuan



Jumlah



Sex Ratio



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



Piramida penduduk sangat bermanfaat dalam melihat struktur umur penduduk dan perbandingan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Secara umum piramida penduduk Kota Sawahlunto berbentuk expansif, dimana jumlah penduduk mudanya lebih besar dibandingkan penduduk usia dewasa. Hal ini mengindikasikan kondisi yang akan mengalami pertumbuhan. Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,56. Usia kawin pertama sering digunakan sebagai indikator untuk menggambarkan tingkat fertilitas karena semakin muda usia perkawinan pertama seseorang maka semakin panjang masa reproduksinya, sehingga peluang memiliki anak akan semakin besar. Dari grafik terlihat bahwa sebagian besar penduduk Kota Sawahlunto memiliki usia kawin pertama antara 16-24 tahun yaitu sebesar 75,02 persen dari total penduduk perempuan usia 25 tahun keatas yang pernah kawin. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kelompok Umur di Kota Sawahlunto



LAPORAN AKHIR



3-16



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Penduduk (jiwa)



No



Kelompok Umur



1



0-4



3.163



3.109



6.266



2



5-9



2.977



2.794



5.771



3



10-14



2.558



2.629



5.187



4



15-19



2.422



2.309



4.725



5



20-24



2.021



1.919



3.940



6



25-29



2.325



2.343



4.668



7



30-34



2.198



2.286



4.484



8



35-39



2.206



2.249



4.455



9



40-44



2.039



2.093



4.132



10



45-49



1.989



1.937



3.926



11



50-54



1.603



1.676



3.279



12



55-59



1.332



1.422



2.754



14



60-64



623



937



1.760



15



65+



1.549



2.076



3.627



29.205



29.767



58.972



Laki-Laki



Jumlah



Perempuan



Jumlah



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



3.4.2



Ketenagakerjaan



Penduduk usia kerja dibedakan antara penduduk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Persentase penduduk angkatan kerja di Kota Sawahlunto adalah 63,34 persen dari total penduduk usia kerja (penduduk 15 tahun keatas). Sedangkan sisanya 32,50 persen adalah bukan angkatan kerja. Dari 32,50 persen penduduk yang bukan angkatan kerja, sebagian besarnya adalah sekolah, ibu rumahtangga, pensiunan dan lainnya. Tingkat pengangguran terbuka merupakan perbandingan antara pencari kerja dengan angkatan kerja. Persentase tingkat pengangguran terbuka di Kota Sawahlunto dari tahun 2008 hingga tahun 2013 cukup berfluktuasi. Penurunan yang cukup tajam terjadi dari tahun 2010 hingga tahun 2011 yaitu dari 14,39 persen menjadi 4,62 persen.



LAPORAN AKHIR



3-17



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



3.5



KONDISI SOSIAL BUDAYA



3.5.1



Sarana Pendidikan



Pembangunan sarana dan prasarana diwujudkan dengan peningkatan kualitas infrastruktur sekolah, penyediaan ruangan belajar dan ruangan laboratorium, pustaka sekolah, lapangan olah raga, dan penyediaan bahan bacaan belajar.Untuk peningkatan jumlah tenaga pengajar, pemerintah Kota Sawahlunto menerima CPNS untuk tenaga pengaja setiap tahunnya. Hal ini diupayakan untuk menyeimbangkan jumlah guru dan siswa di Kota Sawahlunto. Kebutuhan akan sarana pendidikan baik gedung sekolah maupun ruang kelas diberbagai jenjang pendidikannyaterus mengalami dinamika, dalam hal ini pihak pemerintah Kota Sawahlunto dan pihak swasta terus berkontribusi dalam mengadakan sarana pendidikan tersebut. Hal yang berbeda justru terdapat pada jumlah tenaga pengajar atau guru, dimana pada periode ini tenaga pengajar mengalami kecenderungan meningkat diberbagai jenjang pendidikannya kecuali di jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan sekolah Menengah Umum (SMU).



3.5.2



Sarana Kesehatan



Salah satu prioritas pembangunan juga dilakukan pada bidang kesehatan, beberapa program peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, sepertipeningkatan layanan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana serta perbaikan status gizi masyarakat merupakan prioritas yang menjadi fokus perhatian pembangunan kesehatan.Kesehatan dan Gizi masyarakat merupakan bagian yang harus terus ditingkatkan baik melalui akses penduduk terhadap fasilitas layanan kesehatan, maupun promosi kesehatan yang dilaksanakan secara terus menerus agar masyarakat dapat berprilaku hidup sehat dan hidup dalam lingkungan yang sehat. Upaya untuk meningkatkan layanan kesehatan juga terus ditingkatkan dan dilanjuti baik oleh pemerintah daerah, maupun membuka keterlibatan sektor swasta seperti



LAPORAN AKHIR



3-18



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



bertambahnya klinik. Dalam peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di desa dan kelurahan, Pemerintah Daerah Kota Sawahlunto menyediakan dua sampai tiga Posyandu di setiap Desa/Kelurahan. Peralatan dan fasilitas yang ada di posyandu juga terus ditingkatkan. Selain Posyandu, di beberapa desa, juga telah di bangun Polindes dan Poskesdes. Dengan adanya pos perpanjangan tangan rumah sakit untuk tingkat desa ini, diharapkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan medis di desa/kelurahan, dapat terlayani dengan cepat dan segera. Untuk tingkat Kota sawahlunto, masyarakat Kota Sawahlunto juga mempunyai satu Rumah sakit Umum Daerah yang dapat diandalkan. Pasien dan pengunjung Rumah Sakit Umum Daerah ini tidak hanya berasal dari dalam Kota Sawahlunto, juga didatangi oleh masyarakat daerah tetangga. Jumlah klinik Praktek Dokter juga semakin bertambah jumlahnya di Kota Sawahlunto. Data terakhir tahun 2010 memperlihatkan jumlah Klinik Praktek Dokter di Kota Sawahlunto meningkat hampir tiga kali lipat jumlah klinik praktek Dokter dibanding tahun 2008. Dengan fasilitas-fasilitas tersebut, diharapkan taraf kesehatan masyarakat Kota Sawahlunto dapat meningkat. Peningkatan jumlah Posyandu, Puskesmas dan Klinik Praktek Dokter tentu tidak dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat secara otomatis tanpa didukung oleh peningkatan SDM pengelola baik secara kuantitas maupun kualitas.Menyadari hal tersebut, Pemda Kota Sawahlunto selalu melakukan penambahan jumlah pegawai khususnya dibidang kesehatan ini.



3.5.3



Sarana Peribadatan



Agama berperan sebagai pedoman bagi para pemeluknya dalam menjalankan kehidupan di dunia dan di akhirat. Kehidupan di dunia adalah persiapan bagi kehidupan di akhirat. Agar manusia dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan pedoman yang benar, pemahaman terhadap agama sebagai pedoman hidup adalah sebuah prasyarat. Namun kehidupan keagamaan yang berkualitas tidak cukup hanya dengan pemahaman yang baik. Sebuah pemahaman yang baik perlu dibuktikan di dalam kehidupan nyata dalam bentuk pengamalan ajaran agama. Dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia diperlukan pula meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Agama akan memberikan peran yang



LAPORAN AKHIR



3-19



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



positif terhadap pembangunan ketika pemahaman dan pengamalan para pemeluk ajaran agama terus-menerus mengalami perbaikan kualitasnya. Meskipun agama Islam di Kota Sawahlunto merupakan agama mayoritas yaitu sekitar 99,4% dari jumlah penduduk, tetapi secara interaksi kehidupan beragama tidak terjadi benturan dan konflik dalam masyarakat antara pemeluk agama mayoritas dengan pemeluk agama minoritas. Sosialisasi antar pemeluk agama merupakan sebuah wujud keberhasilan pemerintah daerah dalam meningkatkan kehidupan beragama selama ini. Kondisi ini perlu dipertahankan dalam strategi pengembangan agama ke depan. Tantangan kerukunan kehidupan beragama diindikasikan akan terus meningkat sehingga perlu strategi pembangunan yang dapat meredam terjadinya konflik tersebut. Salah satu Misi Kota Sawahlunto adalah Pengembangan Nilai-nilai dasar agama di tengah masyarakat, di samping kita terus meningkatkan pembangunan di bidang ekonomi, social budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi kita pun terus meningkatkan pembangunan di bidang agama yang bertujuan lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT salah satunya adalah melaksanakan Musabaqah Tilawatil Qur'an. Disamping pembangunan agama dan adat budaya diarahkan pula untuk meningkatkan kerukunan hidup dengan meningkatkan rasa saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masyarakat sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa dan harmonis.



3.5.4



Sosial Budaya



Kota Sawahlunto dihuni oleh berbagai macam multi etnis, baik dari etnis cina, jawa, minang, dll, dimana proses migrasi masuk dan migrasi keluarnya lebih banyak disebabkan oleh produktivitas industri penggalian tambang Ombilin. Sehingga bila produktivitas tambangnya menurun, maka penduduk pada umumnya melakukan migrasi out. Hal ini terjadi pada periode 1930-1980, dimana di perkirakan jumlah penduduk Kota Sawahlunto berkurang sebesar 30.015 jiwa. Namun inovasi teknologi yang terus dilakukan untuk meningkatakan produktivitas tambang Ombilin berhasil menarik masyarakat untuk melakukan migrasi in kembali.



LAPORAN AKHIR



3-20



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Hal ini terjadi pada periode 1990-1995, dimana produksi batu bara Ombilin yang meningkat, mampu menarik sekitar 39.811 jiwa untuk datang kembali ke Kota Sawahlunto. Tidak hanya migrasi in yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk Kota Sawahlunto, namun peningkatan jumlah luas wilayah Kota Sawahlunto dari 778 Ha menjadi 27.345 Ha, juga menyebabkan jumlah Penduduk Kota ini menjadi lebih besar. Dari aspek agama, penduduk Kota Sawahlunto didominasi oleh masyarakat dengan latar belakang agama islam. Pada tahun 2010 prosentase penduduk islam mencapai 99,46%, dengan laju pertumbuhan mencapai 2,23.



3.6



KONDISI PEREKONOMIAN



3.6.1



Sektor Perdagangan dan Jasa



Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Pasar yang ada di Kota Sawahlunto saat Ini adalah jenis pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawarmenawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Jumlah Pasar Menurut Jenis Pasar dan Kecamatan Di Kota Sawahlunto No



Kecamatan



Jumlah Pasar



Hari Pasar



1



Silungkang



1



Minggu



2



Lembah Segar



1



Rabu dan Sabtu



3



Barangin



1



Rabu dan Sabtu



4



Talawi



1



Selasa dan Jum'at



4



-



Jumlah



LAPORAN AKHIR



3-21



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



3.6.2



Sektor Pertanian



Tingkat Produksi komoditi tanaman pangan terbesar di Kota Sawahlunto pada tahun 2013 adalah padi. Dengan tingkat produksi 17.634 ton dan luas panen sebesar 3.537 hektar dapat diketahui rata-rata produksi per hektar lahan sebesar 6,68 ton per hektar. Jika dilihat menurut kecamatan, terlihat bahwa Kecamatan Talawi dan Kecamatan Barangin merupakan Kecamatan dengan tingkat produksi padi terbesar di Kota Sawahlunto dengan tingkat produksi masing-masing sebesar 9.273 ton dan 6.191 ton. (lihat Tabel 3.8 dan Tabel 3.9) Tabel 3.8 Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian Menurut Kecamatan Di Kota Sawahlunto 2013 No



Kecamatan



Lahan Pertanian (Ha) 3.133



Lahan Bukan Pertanian (Ha) 160



Total (Ha)



1



Silungkang



2



Lembah Segar



4.110



1.148



5.258



3



Barangin



7.463



1.392



8.855



4



Talawi



4.950



4.989



9.939



19.656



7.689



27.345



Jumlah



3.293



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



Tabel 3.9 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan Di Kota Sawahlunto 2013 No



Kecamatan



1



Silungkang



2



Lembah Segar



3 4



Luas Panen (Ha) 191



Produksi (ton) 940



Rata-Rata Produksi (ton/Ha) 4,92



245



1.230



5,02



Barangin



1.237



6.191



5,05



Talawi



1.864



9.273



4,97



3.537



17.634



4,98



Jumlah Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



LAPORAN AKHIR



3-22



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Produksi perkebunan terbesar di Kota Sawahlunto pada tahun 2013 adalah kakao yang merupakan perkebunan rakyat. Produksi kakao pada pada tahun 2013 adalah 410,35 ton yang tersebar di empat kecamatan. Kecamatan yang tingkat produksi terbesar adalah Kecamatan Lembah Segar dengan tingkat produksi sebesar 178,972 ton. (lihat Tabel 3.10 dan Tabel 3.11). Tabel 3.10 Luas Lahan Tanaman Perkebunan Menurut Jenis dan Kecamatan Di Kota Sawahlunto 2013 (Ha) No



Jenis Tanaman



Kecamatan Silungkang



Lembah Segar



Barangin



Total



Talawi



1



Kelapa



33,00



59,14



91,11



203,00



386,25



2



Karet



353,51



498,00



455,96



1.357,56



2.665,03



3



Kopi



3,00



2,11



27,81



40,50



73,42



4



Cengkeh



0,50



8,07



3,97



2,00



14,54



5



Kulit Manis



8,00



18,32



33,59



19,25



79,16



6



Enau



7,00



-



1,50



1,13



9,63



7



Pala



2,00



8,10



0,43



1,00



11,53



8



Kapuk



-



-



-



-



-



9



Kemiri



30,00



34,55



40,00



55,00



159,55



10



kakao



77,46



27,32



199,63



165,99



470,40



11



Lada



-



-



-



1,95



1,95



12



Gambir



-



-



-



-



-



514,47



655,61



854,00



1.847,38



3.871,46



Jumlah



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



Tabel 3.11 Produksi Lahan Tanaman Perkebunan Menurut Jenis dan Kecamatan Di Kota Sawahlunto 2013 (Ton) No



Jenis Tanaman



Kecamatan Silungkang



Lembah Segar



Barangin



Total



Talawi



1



Kelapa



17,43



23,52



171,76



229,43



442,14



2



Karet



8,05



19,34



192,20



248,67



468,26



3



Kopi



0,59



1,10



160,92



-



162,61



4



Cengkeh



-



1,29



0,79



0,84



2,92



5



Kulit Manis



-



2,79



18,33



-



21,12



6



Enau



0,58



-



-



-



0,58



7



Pala



-



1,12



0,04



0,87



2,03



LAPORAN AKHIR



3-23



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



No



Kecamatan



Jenis Tanaman



Silungkang



Lembah Segar



Barangin



Total



Talawi



8



Kapuk



-



-



-



-



-



9



Kemiri



30,00



37,45



66,91



55,00



189,36



10



kakao



3,27



178,97



145,55



82,55



410,34



11



Lada



-



-



-



1,95



1,95



12



Gambir



-



-



-



-



-



59,92



265,58



756,50



619,31



1.701,31



Jumlah



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



3.6.3



Sektor Peternakan



Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang menjadi sorotan di Indonesia. Pemerintah indonesia menargetkan swasembada daging sapi dan kerbau hingga pada tahun 2014. Pada wilayah Kota Sawahlunto populasi ternak sapi lebih besar dibandingkan populasi kerbau. Populasi ternak sapi yang ada di Kota Sawahlunto selama tahun 2013 adalah 6.957 ekor. Jika dilihat menurut kecamatan populasi sapi terbesar berada di Kecamatan Talawi dan Kecamatan Barangin dengan populasi masing-masing mencapai 3.862 dan 1.971 ekor ternak. (lihat Tabel 3.12 dan Tabel 3.13)



Tabel 3.12 Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak (Ekor) Di Kota Sawahlunto 2013 No



Kecamatan



Sapi Perah



Sapi Potong



Kerbau



Kuda



Kambing



Total



1



Silungkang



-



470



31



-



88



589



2



Lembah Segar



-



694



32



-



221



947



3



Barangin



13



1.971



345



-



1.306



3.635



4



Talawi



-



3.862



1.432



11



2.837



8.142



13



6.957



1.840



11



4.552



13.313



Jumlah



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



LAPORAN AKHIR



3-24



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Tabel 3.13 Populasi Daging Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak (Kg) Di Kota Sawahlunto 2013 No



Kecamatan



Sapi



Kerbau



Kuda



Kambing



Total



66.493,00



-



-



100,00



66.595,00



216.970,00



-



-



100,00



217.070,00



56.656,00



-



-



937,50



57.593,00



1



Silungkang



2



Lembah Segar



3



Barangin



4



Talawi



148.290,00



-



-



8.200,00



156.490,00



Jumlah



488.409,00



-



-



9.337,50



497.746,50



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



Sektor peternakan di Kota Sawahlunto didukung oleh produksi unggas ayam ras pedaging yang cukup besar yaitu mencapai 1.958.265 ton selama tahun 2013. Produksi daging ayam buras yang tingkat produksi terbesar yaitu kecamatan Talawi sebesar 880.489.8 ton per tahun. (lihat Tabel 3.14 dan Tabel 3.15) Tabel 3.14 Populasi Unggas Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak (Ekor) Di Kota Sawahlunto 2013



713



-



Ayam Ras Pedaging 120.000



4.714



100



Barangin



15.412



Talawi Jumlah



No



Kecamatan



1



Silungkang



2



Lembah Segar



3 4



Ayam Buras



Ayam Ras



Itik/Manila



Puyuh



Total



318



-



121.031



52.440



666



-



57.920



1.989



318.000



1.524



-



336.925



42.857



32.000



204.000



3.853



775



283.485



63.696



34.089



694.440



6.361



775



799.361



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



Tabel 3.15 Produksi Unggas Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak (Kg) Di Kota Sawahlunto 2013



1



Silungkang



7.528,00



-



Ayam Ras Pedaging 86.427,00



2



Lembah Segar



9.952,60



-



3



Barangin



15.352,40



4



Talawi Jumlah



No



Kecamatan



Ayam Buras



Ayam Ras



Itik/Manila



Total



98,60



94.053,60



653.132,80



158,00



663.243,40



1.120,90



1.714.304,00



976,40



1.731.753,70



35.480,90



12.940,80



880.489,80



1.390,90



930.302,40



68.313,90



14.061,70



3.334.353,60



2.623,90



3.419.353,10



Sumber : Kota Sawahlunto Dalam Angka 2014.



LAPORAN AKHIR



3-25



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



3.6.4



Sektor Industri



Industri di Kota Sawahlunto menurut klsifikasi Usaha banyak di industri kecil sebesar 82 unit, sedangkan industri sedang sebesar 56 unit dan mikro 8 unit. Kecamatan yang banyak terdapat industrinya yaitu Kecamatan Talawi sebanyak 60 unit dan Kecamatan Lembah Segar 49 unit industri.



3.6.5



Sektor Pertambangan



Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota penghasil Batu Bara di Propinsi Sumatera Barat. Data produksi batu bara berasal dari Dinas Pertambangan, Industri, Perdagangan dan Koperasi Kota Sawahlunto. Produksi batu bara Kota Sawahlunto selama Tahun 2013 tercatat sebanyak 166.949,87 ribu ton, jumlahnya mengalami penurunan bila dibandingkan produksi 2012 yang sebesar 273.160,57 ribu ton.



3.7



KONDISI PRASARANA PERSIMPANGAN JALAN



3.7.1



Jaringan Prasarana Jalan



Berdasarkan data BPS Kota Sawahlunto 2014, panjang jalan di Kota Sawahlunto tercatat sepanjang 471,24 km; terdiri dari 30,95 km Jalan Negara dan 440,29 km Jalan Kota. Apabila dirinci menurut kondisi; sepanjang 293,770 km berkondisi baik, 88,14 km berkondisi sedang, 33,452 km rusak, serta 24,254 km kondisinya rusak berat. Berdasarkan RTRW Kota Sawahlunto 2012-2032, sistem jaringan jalan terdiri atas jaringan jalan arteri primer, kolektor sekunder dan lokal sekunder. A. Jaringan Jalan Arteri Primer Jaringan jalan arteri primer di Kota Sawahlunto, menghubungkan Kota Padang dengan Sawahlunto dan Kota Bungo (Jambi), yaitu ruas jalan Padang - Solok Silungkang - Muaro Kalaban (Sawahlunto) - Kota Bungo (Jambi). B. Jaringan Jalan Kolektor Primer



LAPORAN AKHIR



3-26



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



Jaringan jalan kolektor primer di Kota Sawahlunto yang menghubungkan simpulsimpul sebagai berikut : Batusangkar - Kota Sawahlunto - Muarabungo yaitu ruas jalan Jln. M. Yamin (15.350 km), Jln. Sawahlunto - Muara Kalaban (5.450 km). C. Jaringan Jalan Kolektor Sekunder Jaringan jalan kolektor sekunder di Kota Sawahlunto yang menghubungkan antara kota-kota kecamatan di dalam wilayah Kota Sawahlunto. D. Jaringan Jalan Lokal Sekunder Jaringan jalan lokal sekunder di Kota Sawahlunto, menghubungkan kota-kota kecamatan dengan seluruh daerah di dalam Kota Sawahlunto. Guna mengetahui penetapan ruas-ruas jalan di Kota Sawahlunto dapat dilihat pada Tabel 3.16 s/d Tabel 3.20. Tabel 3.16 Penetapan Ruas Jalan Berdasarkan Daya Dukung Untuk Menerima Muatan Sumbu Terberat dan Dimensi Kendaraan Bermotor Di Kota Sawahlunto No Ruas



Nama Ruas Jalan



06 011



Bts Sawahlunto - Muara Kalaban Muara Kalaban - Tanah Badantung



06 012 06 044 11 06 044 12



Jln. M. Yamin (Sawahlunto) Jln. Sawahlunto - Muara Kalaban Jumlah



Panjang (Km) 10,150



10,150



N



A



Kelas Jalan III



STA



25,452



STA



113,730



N



A



I



15,350



STA



0,000



15,350



N



K1



II



5,450



STA



0,000



5,450



N



K1



II



56,402



-



-



-



-



-



-



Dari Km / Ke Km 0,000 88,28 0



Fungsi/Status



Sumber : Kepmen PU No. 58/KPTS/M/2012.



Tabel 3.17 Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Fungsi dan Statusnya sebagai Jalan Provinsi Di Kota Sawahlunto No Ruas 038



Nama Ruas Jalan Guguk Cino - Sawahlunto (Lapangan Segitiga) Jumlah



Panjang (Km) 37,38 37,38



Lokasi Kab. Tanah Datar - Kota Sawahlunto -



Sumber : Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 600-920-2012.



Tabel 3.18 Penanganan Jalan Strategis Provinsi Di Kota Sawahlunto



LAPORAN AKHIR



3-27



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



No Ruas



Nama Ruas Jalan



Panjang (Km) 1,40



Kota Sawahlunto



Lokasi



124



Jl. Simpang Mesjid Suhada - Simpang Air Dingin



125



Muaro Kalaban - Taratak Bancah



8,00



Kota Sawahlunto



146



Tj. Ampalu - Bukit Bual - Sijantang



9,00



Kab. Sijunjung - Kota Sawahlunto



18,40



-



Jumlah Sumber : Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 600-921-2012.



Tabel 3.19 Rekapitulasi Penetapan Status Jalan Sebagai Jalan Kota Di Kota Sawahlunto No



Wilayah



Jumlah Ruas



Panjang (Km)



I



Nasional



2



8,15



II



Provinsi



7



27,09



III



Kota Sawahlunto



260



440,29



1



Kecamatan Talawi



115



176,32



2



Kecamatan Barangin



69



133,98



3



Kecamatan Lembah Segar



45



73,94



4



Kecamatan Silungkang



31



56,05



269



475,53



Jumlah Sumber : Keputusan Walikota Sawahlunto No. 189.2/110/WAKO-SL/2009.



LAPORAN AKHIR



3-28



Penyusunan Masterplan Kawasan Persimpangan Jalan Kota Sawahlunto



3.7.2



Identifikasi Situasi Persimpangan Jalan



Berdasarkan hasil kesepakatan dari instansi terkait, penetapan lokasi kawasan persimpangan jalan yang akan dilakukan penataan dan perencanaannya yaitu persimpangan jalan di kota Sawahlunto, antara lain: 1. Persimpangan jalan di Muaro Kalaban. 2. Persimpangan jalan di Lapangan Segitiga. 3. Persimpangan jalan di Lubang Panjang. 4. Persimpangan jalan di Santur. 5. Persimpangan jalan di Simpang Kolok Mudik Kantor Dinas PU. 6. Persimpangan Jalan di Kandi. 7. Persimpangan jalan di Simpang Napar. 8. Persimpangan jalan di Puskesmas Talawi. Guna mengetahui hasil survei lapangan dan hasil identifikasi situasi masing-masing lokasi kawasan persimpangan jalan dapat dilihat pada Lampiran L1.



LAPORAN AKHIR



3-39