Bab V Analisa-Pesawaran - Lap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



5.1



Analisis Tentang Kebijakan



5.1.1 Analisis Kebijakan Pembangunan 5.1.1.1 Analisis Tinjauan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 Analisis tinjuan RPJP Nasional berdasarkan RPJPN Tahun 2005-2025 yang meliputi analisa tinjauan kebijakan struktur wilayah, tinjauan kebijakan pola pemanfaatan wilayah, dan tinjauan kebijakan infrastruktur wilayah. A. Tinjauan Kebijakan Struktur Ruang Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan saat ini masih sangat terpusat, sedangkan pertumbuhan kota-kota menengah dan kecil, dalah satunya di pulau Sumatera, berjalan lambat dan tertinggal. Pertumbuhan perkotaan yang tidak seimbang ini ditambah dengan adanya kesenjangan pembangunan antarwilayah menimbulkan urbanisasi yang tidak terkendali. Secara fisik, hal itu ditunjukkan oleh (1) meluasnya wilayah perkotaan karena pesatnya perkembangan dan meluasnya kawasan pinggiran (fringe-area) terutama di kota-kota besar dan metropolitan (salah satunya Kota Bandar Lampung); (2) meluasnya perkembangan fisik perkotaan di kawasan ‘sub-



LAPORAN ANTARA



V-1



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 urban’ yang telah ‘mengintegrasi’ kota-kota yang lebih kecil di sekitar kota inti dan membentuk konurbasi yang tak terkendali; (3) meningkatnya jumlah desa-kota; dan (4) terjadinya reklasifikasi (perubahan daerah rural menjadi daerah urban). Kecenderungan



perkembangan



semacam



itu



berdampak



negatif



terhadap



perkembangan kota-kota besar dan metropolitan itu sendiri maupun kota-kota menengah dan kecil di wilayah lain. Beberapa kebijakan yang terkait dengan pembentukan struktur ruang adalah sebagai berikut : 



Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.







Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis.







Pembangunan



kota-kota



metropolitan,



besar,



menengah



dan



kecil



di



seimbangkan pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional. 



Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu sistem wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien dalam



pengelolaan,



serta



mempertimbangkan



pembangunan



yang



berkelanjutan dengan melalui (1) penerapan manajemen perkotaan yang meliputi optimasi dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pengamanan zona adil serta meningkatkan peran kota menengah dan kecil agar tidak hanya menjadi kota tempat tinggal saja tetapi juga sebagai kota mandiri. (2) pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan. (3) perevitalan kawasan



kota



yang



meliputi



pengembalian



fungsi



kawasan



melalui



pembangunan kembali kawasan 



Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan merupakan backward linkage dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi.







Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri padat kerja, terutama bagi kawasan yang berbasiskan pertanian dan kelautan;



LAPORAN ANTARA



V-2



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya.



B. Tinjauan Kebijakan Pola Pemanfaatan Wilayah Desentralisasi pembangunan dan otonomi daerah juga telah mengakibatkan meningkatnya konflik pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, baik antarwilayah, antara pusat dan daerah, serta antarpenggunaan. Untuk itu, kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara tepat akan dapat mendorong perilaku masyarakat untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam 20 tahun mendatang agar Indonesia tidak mengalami krisis sumber daya alam, khususnya krisis air, krisis pangan, dan krisis energi. Beberapa kebijakan RPJP Nasional yang terkait dengan pemanfaatan ruang wilayah adalah sebagai berikut : 



Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi, daya dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari.







Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional.



LAPORAN ANTARA



V-3



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 



Meningkatkan kesadaran, sikap mental, dan prilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.







Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis. Upaya itu dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah.







Penerapan manajemen perkotaan yang meliputi optimasi dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pengamanan zona adil serta meningkatkan peran kota menengah dan kecil agar tidak hanya menjadi kota temapt tinggal saja tetapi juga sebagai kota mandiri.







Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efisien, efektif serta melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan demokrasi. Pemanfaatan Ruang diarahkan pada



1 Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup 2 Percepatan pembanguan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnnya 3 Pengendalian pemanfaatan ruang serta pengamanan zona adil 4 Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efesien, efektif serta melaksanakan penegakan hukum



C. Tinjauan Kebijakan Infrastruktur Wilayah Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di perdesaan umumnya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan. Hal itu merupakan konsekuensi dari perubahan struktur ekonomi dan proses industrialisasi, baik investasi ekonomi oleh swasta maupun pemerintah, sehingga infrastruktur dan kelembagaan cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan. Selain itu, kegiatan ekonomi di wilayah



LAPORAN ANTARA



V-4



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengan kegiatan ekonomi yang dikembangkan di wilayah perdesaan. Akibatnya, peran kota yang diharapkan dapat mendorong perkembangan perdesaan justru memberikan dampak yang merugikan pertumbuhan perdesaan. Beberapa kebijakan terkait kebijakan RPJP Nasional dengan infrastruktur wilayah adalah sebagai berikut: 



Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnnya



bagi



seluruh



masyarakat



yang



didukung



oleh



sistem



pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efesien, dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. 



Pemenuhan diarahkan



perumahan pada



(1)



beserta



sarana



penyelenggaraan



dan



prasarana



pembangunan



pendukungnya



perumahan



yang



berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. (2) penyelenggaraan



pembangunan



perumahan



yang



mandiri



dan



mampu



meningkatkan kemandirian, lapangan kerja, meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan. (3) pembangunan perumahan beserta sarana & prasarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup. 



Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset manajement) dalam penyediaan air minum dan sanitasi; (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional; dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah. INFRASTRUKTUR WILAYAH 1. Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarana prasarana pendukung. 2. Penyelenggaraan pembangunan perumahan yang ideal dan ramah lingkungan 3. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi



LAPORAN ANTARA



V-5



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 5.1.1.2 Analisis Tinjauan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 AnalisisTinjauan RPJM Nasional berdasarkan RPJMN Tahun 2015-2019 meliputi analisis tinjauan kebijakan struktur wilayah, tinjauan kebijakan pola pemanfaatan wilayah, dan tinjauan kebijakan infrastruktur wilayah. A. Tinjauan Kebijakan Struktur Wilayah Sasaran pembangunan adalah berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah. Dengan demikian diharapkan berkurangnya kesenjangan pembangunan wilayah antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini dilakukan dengan percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah. Dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiapwilayahakanmengembangkan potensi dan keunggulannya, melalui pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata. Arah



kebijakan



dan



strategi



pembangunan



RPJM



Nasional



terkait



pengembangan struktur tata ruang adalah sebagai berikut: 1.



Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki;



2.



Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.



B. Tinjauan Kebijakan Pola Pemanfaatan Wilayah Salah satu misi pembangunan jangka menengah nasional adalah mewujudkan Indonesia asri dan lestari. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki pengelolaan pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman,



kegiatan



sosial



ekonomi,



dan



upaya



konservasi;



meningkatkan



pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung



LAPORAN ANTARA



V-6



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 kualitas kehidupan, memberikan keindahan dan kenyamanan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal pembangunan. Pemanfaatan



Keberadaan Pengelolaan pembangunan



Seimbang Keberlanjutan



Kegunaan



Arah



kebijakan



dan



strategi



pembangunan



RPJM



Nasional



terkait



pengembangan pola ruang adalah sebagai berikut: 1.



Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup



2.



Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup



3.



Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;



4.



Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman



hayati,



mempertahankan



dan



meningkatkan



fungsi



perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional; 5.



Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;



6.



Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan.



C. Tinjauan Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Nasional Strategi mencakup strategi untuk pengembangan struktur ruang khususnya terkait dengan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasaran; dan strategi untuk pengembangan pola ruang khususnya pengembangan kawasan lindung, dan strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya LAPORAN ANTARA



V-7



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 dukung dan daya tampung lingkungan, serta strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Sedangkan strategi untuk pengembangan kebijakan lainnya dipertimbangkan dalam perumusan pengembangan strategi-strategi



pengembangan



kawasan



strategis,



daerah



tertinggal,



daerah



perbatasan, kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan. Untuk melaksanakan arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional tersebut, maka strategi pengembangan tata ruang wilayah sebagai berikut: 1.



Peningkatan Kualitas dan Jangkauan Pelayanan Jaringan Prasarana, meliputi: a) meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara; b) mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi; c) meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; d) meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; e) meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.



2.



Pemeliharaan dan Perwujudan Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup, meliputi: a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30 persen dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; c) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.



3.



Pencegahan



Dampak



Negatif



Kegiatan



Manusia



Terhadap



Kerusakan



Lingkungan Hidup, meliputi: a) menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;



LAPORAN ANTARA



V-8



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 b) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; c) melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; d) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; e) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; f) mengelola



sumber



daya



alam



tak



terbarukan



untuk



menjamin



pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; g) mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana. 4.



Pengendalian Perkembangan Kegiatan Budi Daya Sesuai Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan, meliputi: a)



membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangundi kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensikejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;



b) mengembangkan



perkotaan



metropolitan



dan



kota



besardengan



mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secaravertikal dan kompak; c)



mengembangkan ruang terbuka hjau dengan luas palingsedikit 30 persen (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;



d) membatasi perkembangan kawasan terbangun dikawasan perkotaan besar dan metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dansarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil. 5.



Pelestarian dan Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, meliputi: a)



menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;



LAPORAN ANTARA



V-9



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 b) mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; c)



membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;



d) membatasi pengembangan prasarana dan sarana didalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya; e)



mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan strategis



nasional



yang



berfungsi



sebagai



zona



penyangga



yang



memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun; f)



merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang didalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.



5.1.1.3 Analisis Tinjauan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 Analisis tinjauan RPJM Nasional berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 meliputi analisa tinjauan kebijakan struktur wilayah, tinjauan kebijakan pola pemanfaatan wilayah, dan tinjauan kebijakan infrastruktur wilayah. A. Tinjauan Kebijakan Struktur Wilayah Program terkait struktur wilayah berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 sebagai berikut: a. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik b. Penunjang program pengelolaan sektor sumber daya air dan irigasi (WISMP-II) Provinsi Lampung c. Penunjang program pengelolaan sektor sumber daya air dan irigasi (WISMP-II) Provinsi Lampung d. Fasilitasi dan koordinasi program pembangunan mendukung kedaulatan pangan dan energi.



LAPORAN ANTARA



V-10



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 B. Tinjauan Kebijakan Pola Pemanfaatan Wilayah Program terkait pola pemanfaatan wilayah berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 sebagai berikut: a.



Monev Penurunan Luasan Lahan Kritis (Paralel APBN) dan Koordinasi Pelaksanaan Program Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Lampung



b.



Pengembangan cluster industri



c.



Kajian sinergi pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif



d.



Fasilitasi pengembangan kawasan industri dan pariwisata



e.



Penyusunan roadmap pembangunan pertanian 2015-2019



f.



Penyusunan masterplan bidang pendidikan



g.



Penyusunan neraca sumber daya lahan daerah Provinsi Lampung.



C. Tinjauan Kebijakan Infrastruktur Wilayah Program terkait infrastruktur berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 sebagai berikut: a.



Penyusunan sistem informasi infrastruktur wilayah;



b.



Penyusunan studi pendahuluan dan lanjutan proyek infrastruktur untuk kerjasama pemerintah dan swasta.



5.1.2 Analisa Kebijakan Tata Ruang Analisa kebijakan tata ruang Kabupaten Pesawaran memuat analisa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran. 5.1.2.1 RTRW Nasional (Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) Arahan Pengembangan wilayah Kabupaten Pesawaran didasarkan pada kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Adapun kebijakan struktur ruang terkait wilayah Kabupaten Pesawaran, meliputi: 1. Rencana pengembangan jalan bebas hambatan meliputi ruas Bakauheni – Terbanggi besar; dan 2. Jaringan infrastruktur pembangkit tenaga listrik yaitu pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Pesawaran (Pengembangan pembangkit tenaga listrik).



LAPORAN ANTARA



V-11



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 5.1.2.2 Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional Proyek Strategis Nasional adalah proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau badan usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Proyek strategis nasional yang berkaitan dengan Kabupaten Pesawaran, meliputi: 1. Jalan Tol Bakauheni – Tb.Besar (138 km) –bagian dari 8 ruas Trans Sumatera; 2. Proyek penyediaan infrastruktur air minum berupa sistem penyediaan air minum (SPAM) Lampung. 5.1.2.3 RTRW Provinsi Lampung Tahun 2009-2029 (Perda Nomor 1 Tahun 2010 tentang rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung) Analisa Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 20092029 (Perda Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010) meliputi 2 analisa arahan, yaitu: A. Analisa Arahan Struktur Ruang Arahan/rencana struktur ruang wilayah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009-2029 terhadap Kabupaten Pesawaran mengarah pada sistem jaringan prasarana wilayah provinsi. Adapun kebijakan terkait struktur ruang yang berkaitan dengan Kabupaten Pesawaran meliputi: 1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat a) Sistem jaringan jalan  Jaringan Arteri Primer Lintas Timur mulai dari Bakauheni - Simpang Kalianda - Simpang Pugung - Simpang Tanjung Karang - Tegineneng Gunung Sugih - Terbanggi Besar - Bujung Tenuk -Simpang Pematang Pematang Panggang - batas Provinsi Sumatera Selatan.  Jalan kolektor primer yaitu penghubung Lintas Tengah dan Lintas Timur merupakan jalan penghubung mulai dari Tegineneng – Metro – Sukadana.  Jalan lokal primer yaitu penghubung lintas mulai dari Tegineneng Metro – Sukadana.



LAPORAN ANTARA



V-12



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  Jalan strategis provinsi yaitu jalan Hanura - Padang Cermin - Napal Putih Doh - Simpang Kuripan - Kota Agung.  Rencana pengembangan jaringan jalan, pembagian beban arus yang melintas pada jalan Lintas Tengah dan Lintas Timur dengan jaringan jalan Tol Bakauheni – Babatan – Tegineneng – Terbanggi Besar dilanjutkan dengan rencana jalan Sumatera Toll Roads Network, dan Terbanggi besar – Menggala – Simpang Pematang .  Pengembangan jalur regional pembangunan ruas feeder Bukit Kemuning – Liwa – Krui, Bandar Lampung – Tanjung Bintang – Sribawono, Tegineneng







Metro







Sukadana



dengan



tujuan



mendukung



keberadaan beberapa ruas jalan yang akan dibangun. b) Sistem jalur kereta api  Jaringan jalur kereta api regional



meliputi Bandar Lampung –



Tegineneng – Metro – Sukadana. 2. Rencana Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan a) Pembangkit tenaga listrik  PLTD yang berlokasi di PLTD Pulau Sebesi, PLTD Tarahan, PLTD Teluk Betung, PLTD Metro, PLTD Tegineneng, PLTD Teluk Padang, PLTD Bengkunat, PLTD Krui, PLTD Pugung Tampak, PLTD Simpang Pematang, dan PLTD Wiralaga.  sumber



energi



non



terbarukan



yang



berlokasi



di



Kabupaten



Pesawaran, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Tulang Bawang, dan Kabupaten Lampung Barat. b) Jaringan transmisi tenga listrik  Rencana pengembangan transmisi listrik SUTET sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditujukan untuk interkoneksi Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan dan menyambung ke Provinsi Sumatera Selatan.  Transmisi listrik SUTT dengan tegangan 275 KV sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan jaringan yang menghubungkan Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera, terutama untuk pesisir barat dari Provinsi Lampung sampai Provinsi Sumatera Utara melalui Kabupaten LAPORAN ANTARA



V-13



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Lampung Timur, Kabupaten Lampung Selatan, Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, dan menyambung ke Provinsi Sumatera Selatan.  Rencana pengembangan listrik Transmisi listrik SUTT tegangan 150 KV. Peningkatan Gardu Induk (GI) eksisting yang terdiri dari: 1. jaringan GI Natar – GI Tegineneng. 2. jaringan GI Pagelaran - GI Tegineneng. 3. jaringan GI Tegineneng – GI Adijaya. 0) Pengembangan pusat-pusat distribusi tegangan berupa gardu-gardu



induk, peningkatan gardu induk eksisting yang meliputi GI Tegineneng dengan kapasitas 2 x 30 MVA. 3. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi a) Mikro digital Pengembangan jaringan mikro digital ditujukan sebagai jaringan lanjutan dari Pulau Jawa dengan menggunakan jaringan kabel Bawah Laut melalui Kabupaten



Lampung



Selatan,



Kota



Bandar



Lampung,



Kabupaten



Pesawaran, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, menyambung menuju ke Provinsi Sumatera Selatan. b) Serat optik Pengembangan jaringan serat optik melalui Kota Bandar Lampung, Kabupaten



Pesawaran,



Kabupaten



Lampung



Tengah,



Kabupaten



Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, menyambung menuju ke Provinsi Sumatera Selatan. c) Mikro analog Pengembangan jaringan Mikro Analog merupakan jaringan lanjutan dari Pulau Jawa dengan mempergunakan jaringan Kabel Bawah Laut melalui Kabupaten



Lampung



Selatan,



Kota



Bandar



Lampung,



Kabupaten



Pesawaran, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, menuju ke Provinsi Sumatera Selatan. 4. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air 



Sistem jaringan air baku pertanian dan perikanan Pengembangan jaringan irigasi yang ditujukan untuk mengairi areal pertanian dan perikanan potensial di wilayah Kabupaten Lampung Utara,



LAPORAN ANTARA



V-14



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Way kanan, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Pringsewu dan Kabupaten Pesawaran. B. Analisa Arahan Pola Ruang Arahan/rencana pola ruang wilayah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009-2029 terhadap Kabupaten Pesawaran adalah, sebagai berikut: 1. Hutan Lindung  Penguatan dan penetapan kawasan yang berfungsi hutan lindung, terutama untuk



kawasan-kawasan:



Kecamatan



Padang



Cermin,



Kabupaten



Pesawaran.  Pengembalian fungsi hutan lindung yang telah menurun kualitasnya di wilayah Kabupaten Pesawaran.  Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di wilayah Kabupaten Pesawaran. 2. Kawasan Rawan Bencana  bencana tanah longsor, yaitu: Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten Lampung Selatan  bencana banjir, yaitu: tersebar di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang, Kota Metro, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Selatan 3. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan peruntukan hutan produksi tetap tersebar di Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupate Pesawaran dan Kabupaten Lampung Selatan 4. Kawasan Peruntukan Pertanian



LAPORAN ANTARA



V-15



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  lokasi pertanian lahan basah ditetapkan seluruh wilayah Provinsi Lampung, kecuali Kota Bandar Lampung. yang secara spesifik diarahkan untuk pertanian lahan basah dengan produksi komoditas tanaman padi;  luas areal pertanian tanaman pangan lahan kering dengan komoditas unggulan ubi kayudan jagung, diupayakan untuk dipertahankan, terutama untuk mengembangkan pertanian kerakyatan 5. Kawasan Peruntukan Perkebunan  Lahan yang cukup sesuai untuk perkebunan rakyat diarahkan berlokasi di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Barat, Pringsewu, Tulang bawang, Tulang Bawang Barat,



Kabupaten Mesuji,



Kabupaten Pesawaran,



dan Kabupaten



Tanggamus.  Lahan produktivitas untuk perkebunan skala besar diarahkan berlokasi di Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Kabupaten Tulang Bawang. 6. Kawasan Peruntukan Perikanan Sebaran perikanan tangkap meliputi: daerah pesisir pantai Barat, Teluk Lampung di Pesawaran, Teluk Semangko di Kabupaten Tanggamus dan Pesisir Pantai Timur Sumatera lainnya yang didominasi oleh berbagai jenis ikan ekonomis penting seperti tuna mata besar, setuhuk, setuhuk loreng, tuna sirip biru dan albakora. 7. Kawasan Peruntukan Industri



 Kawasan industri menengah/manufaktur terutama industri berteknologi tinggi diarahkan untuk dikembangkan di Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Pesawaran.



 Kawasan peruntukan industri disesuaikan dengan kesesuaian lokasi, tata guna lahan, dan dukungan prasarana, dan potensi daerah sekitar yang ditetapkan berdasarkan analisa daya dukung lingkungan. 8. Kawasan Peruntukan Permukiman



LAPORAN ANTARA



V-16



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 kawasan permukiman berkepadatan sedang akan diarahkan di Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tulang Bawang. 9. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan  kawasan pusat pendidikan dan latihan tempur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat di Padang Cermin Kabupaten Pesawaran;  kawasan pangkalan utama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Teluk Ratai di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. 5.1.2.4 Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031 (Perda Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran) Analisa tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran berisi arahan struktur ruang, arahan pola pemanfaatan ruang dan analisa arahan infrastruktur. A. Analisa Arahan Struktur Ruang Arahan struktur ruang kabupaten bertujuan dalam penentuan hirarki dan penetapan fungsi kawasan baik perkotaan maupun perdesaan, pembagian wilayah pengembangan, jaringan transportasi dan jaringan lainnya. Adapun kebijakan terkait struktur ruang yang berkaitan dengan Kabupaten Pesawaran, meliputi: 1.



Sistem Pusat Permukiman a. PKWp berada di Perkotaan Gedong Tataan b. PKLp, berada di Perkotaan Tegineneng c. Perkotaan Padang Cermin dan Perkotaan Negeri Katon d. PPL, yang meliputi Kedondong, Way Lima, Punduh Pedada. Rencana sistem dan fungsi perwilayahan



2.



Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana a. Sistem Jaringan transportasi darat  Rencana pengembangan jalan tol, yaitu:  Rencana



pengembangan



jalan



bebas



hambatan



meliputi



ruas



Bakauheni – Terbanggi besar;  Rencana Jaringan Jalan Nasional, yaitu:  Ruas Gedong Tataan-Bernung  Rencana Jaringan Jalan Provinsi, meliputi: LAPORAN ANTARA



V-17



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  Jalan Provinsi Kolektor Primer disesuaikan dengan Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/52/III.09/HK/2016 tentang penetapan ruas jalan dalam jaringan jalan primer menurut fungsinya sebagai jalan kolekor-2 dan jalan kolektor-3 serta jalan strategis provinsi, menjadi:  Jalan kolektor primer meliputi:  Ruas jalan Lempasing – Padang Cermin;  Ruas jalan Padang Cermin – SP.Teluk Kiluan;  Ruas jalan Branti - Gedong Tataan;  Ruas jalan Gedong Tataan - Kedondong; dan  Ruas jalan Kedondong – Pardasuka.  Jalan strategis provinsi meliputi ruas jalan Padang Cermin – Kedondong  Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kabupaten, meliputi:  Jalan yang menghubungkan antar ibukota Kecamatan  Rencana Pengembangan Terminal Penumpang, meliputi:  Pembangunan terminal tipe B di Kecamatan Gedong Tataan;  Pembangunan terminal tipe C di Kecamatan Tegineneng;dan  Pembangunan terminal tipe C di Kecamatan Padang Cermin.  Rencana Pengembangan Terminal Barang, meliputi:  Pembangunan terminal barang di Kecamatan Gedong Tataan;  Pembangunan sub terminal agribisnis (STA) Tegineneng; dan  Pembangunan sub terminal agribisnis (STA) Padang Cermin.  Jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan, meliputi:  Pelabuhan di Kecamatan Padang Cermin yang berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan dan industri;dan  Pelabuhan Pahawang 3.



Rencana Pengembangan Transportasi Perkeretaapian Sistem prasarana kereta api berupa rencana pembangunan stasiun baru di Kecamatan Gedong Tataan



4.



Rencana Pengembangan Transportasi Laut Tatanan



kepelabuhanan



berupa



Pelabuhan Legundi



sebagai



pelabuhan



pengumpan 5.



Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi dan Kelistrikan



LAPORAN ANTARA



V-18



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  Pengembangan jaringan transmisi listrik Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dengan tegangan 500 kV di Kecamatan Tegineneng;  Pengembangan jaringan transmisi listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan tegangan 275 kV di Kecamatan Tegineneng  Pengembangan jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dengan tegangan 20 kV yang selanjutnya didistribusikan melalui Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) ke wilayah permukiman.  Pengembangan Gardu Induk (GI) berada di:  Kecamatan Tegineneng;  Kecamatan Gedong Tataan 6.



Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Jaringan Kabel. a. Jaringan Kabel  Pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa jaringan telepon saluran tetap dan pusat automatisasi sambungan telepon di Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Tegineneng;  Pengembangan sambungan telepon kabel yang diarahkan menjangkau seluruh pusat pelayanannya b. Jaringan nirkabel  Peningkatan



kapasitas



sambungan



telepon



kabel



pada



kawasan



perdagangan dan jasa, industri, permukiman dan kawasan yang baru dikembangkan.  Pengembangan menara telekomunikasi bersama (sharing tower) dalam rangka efisiensi ruang  Penataan menara Base Transceirver Station (BTS) dengan penyusunan master plan menara BTS bersama pihak operator dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati; dan  Pengembangan



menara



telekomunikasi



yang



tersebar



di



wilayah



kabupaten. 7.



Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air a. Sistem pengelolaan WS meliputi:  WS Seputih-Sekampung yang merupakan WS Strategis Nasional;  WS Semangka yang merupakan WS kewenangan provinsi;  DAS di WS Seputih-Sekampung pada wilayah kabupaten meliputi DAS Sekampung, DAS Gebang, DAS Pesawaranmenyan, DAS Sabu; dan



LAPORAN ANTARA



V-19



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  DAS di WS Semangka pada wilayah kabupaten meliputi DAS Rusaba, DAS Bawang, DAS Tanjung Tikus, DAS Pedada, DAS Punduh, DAS Panrama, DAS Ratai. b. Cadangan Air Tanah (CAT) meliputi:  CAT Metro – Kota Bumi terdapat di Kecamatan Tegineneng, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan Way Lima dan Kecamatan Kedondong; dan  CAT Bandar Lampung terdapat di Kecamatan Padang Cermin. c. Prasarana air baku untuk air bersih d meliputi:  Pengembangan sumber air baku mata air MAG (mata air gravitasi) yang berada di kawasan Gunung Betung Kecamatan Gedong Tataan;  Pemanfaatan potensi air tanah dangkal; dan  Pengembangan sumber air baku berupa sungai dan anak sungai di wilayah kabupaten. 8.



Rencana Sistem Jaringan Persampahan  Penyusunan masterplan persampahan di Kabupaten;  Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) regional di Kecamatan Negeri Katon;  Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah skala lokal;  Pembangunan Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) diseluruh kecamatan;  Penerapan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan konsep 4R;  Membangun instalasi pengelolaan sampah terpadu (IPST) di TPA Negeri Katon.



9.



Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah  penyusunan masterplan pengelolaan air limbah di Kabupaten;  Fasilitasi pembangunan instalasi pengolahan limbah untuk kawasan industri rumah tangga diantaranya melalui pengelolaan hasil limbah yang berupa biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif;  Pengembangan



jamban



komunal



pada



kawasan



permukiman



padat



masyarakat berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum;  Pengadaan prasarana sarana pengolahan lumpur tinja berupa truk pengangkut tinja dan modul instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)



LAPORAN ANTARA



V-20



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 komunal yang diprioritaskan berada di Kecamatan Tegineneng dan Kecamatan Gedong Tataan;  Pengembangan



kerjasama



dengan



developer/



masyarakat



untuk



menyediakan jaringan sanitasi yang terpadu dengan sistem jaringan wilayah. 10. Rencana Pengelolaan Limbah Industri  Pengembangan prasarana pengolahan limbah industri, limbah medis, dan bahan beracun berbahaya (B3) secara mandiri pada fasilitas tertentu maupun secara terpadu untuk pelayanan skala Kabupaten;  Pengembangan



pengolahan



air



limbah



industri



terpusat



dengan



menggunakan sistem pengolahan biologis di Kecamatan Tegineneng dan Kecamatan Padang Cermin; dan  Pengendalian limbah hasil kegiatan industri melalui kajian lingkungan hidup strategis. 11. Rencana Sistem Drainase  Penyusunan masterplan drainase di Kabupaten  pembangunan sistem drainase secara terpadu pada kawasan perkotaan  Peningkatan



sarana



dan



prasarana



penunjang



drainase



di



seluruh



Kecamatan;  Pengembangan sistem pemusatan pada lokal primer dan sekunder yang terdapat pada desa pusat perkotaan dan pada pusat permukiman;  Perbaikan prasarana drainase dengan cara normalisasi saluran, rehabilitasi saluran, dan penambahan saluran baru;  Peningkatan perlindungan daerah hulu untuk optimalisasi kinerja drainase;  Pengembangan jaringan drainase pada kawasan rawan banjir yaitu di Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Punduh Pedada;  Pengembangan sumur resapan dan penghijauan untuk mengoptimalkan daya resap air ke dalam tanah untuk mengurangi beban saluran drainase terutama pada kawasan perkotaan Gedong Tataan dan Tegineneng. B. Analisa Arahan Pola Ruang Wilayah Arahan pola ruang wilayah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran sebagai berikut: 1.



Kawasan Hutan Lindung



LAPORAN ANTARA



V-21



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  Kawasan hutan lindung dengan luas kurang lebih 34.536 hektar terdapat di Kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan Punduh Pedada, Kecamatan Kedondong, Kecamatan Way Lima, dan Kecamatan Padang Cermin meliputi:  Kawasan hutan lindung Pematang Kubuota register 20 (dua puluh) dengan luas 7.954,70hektar;  Kawasan hutan lindung Perentian Batu register 21 (dua puluh satu) dengan luas 4.631,76 hektar 2.



Kawasan yang memberi Perlindungan Kawasan Bawahannya Kawasan resapan air dengan luas 12.586 hektar meliputi sebagian Kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan Way Lima, Kecamatan Punduh Pedada dan Kecamatan Padang Cermin.



3.



Kawasan Perlindungan Setempat  Kawasan perlindungan setempat dengan luas 3.400 hektar meliputi: - Kawasan sempadan pantai berupa daratan sepanjang tepian pantai, yang lebar proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat terletak pada Kecamatan Punduh Pedada dan Kecamatan Padang Cermin. - Kawasan sempadan sungai meliputi :  Penetapan garis sempadan sungai besar 100 meter di sisi kiri dan sisi kanansungai dengan luas kurang lebih 480 hektar;  Penetapan garis sempadan sungai kecil 50 meter di sisi kiri dan sisi kanan sungai dengan luas kurang lebih 611 hektar; dan  Penetapan garis sempadan sungai diluar kota 50 sampai 100 meter dan sempadan sungai di kawasan permukiman 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) meter. - Kawasan sekitar mata air meliputi mata air Pesawaran Patu di Taman Hutan Rakyat Wan Abdul Rahman ditetapkan dengan radius 200 (dua ratus) meter di sekeliling mata air.



4.



Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya  Kawasan suaka alam Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dengan luas 22.249 Ha terdapat di Kecamatan Padang Cermin.  Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan luas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar terdapat di Desa Bagelen di Kecamatan Gedong Tataan.



5.



Kawasan Rawan Bencana Alam



LAPORAN ANTARA



V-22



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  Kawasan rawan bencana tsunami meliputi:  Kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pedada dengan luas kurang lebih 3.000 hektar; dan  Kawasan pesisir Kecamatan Padang Cermin dengan luas kurang lebih 2.500 hektar.  Kawasan rawan bencana banjir dengan 24.954 hektar berada di Kec. Padang Cermin, Kec. Punduh Pedada, Kec. Kedondong, Kec.Way Lima, Kec. Gedong Tataan, Kec. Negeri Katon dan Kec. Tegineneng.  Kawasan rawan bencana gempa bumi terdapat di Kec Padang Cermin, Kec. Punduh Pedada, Kec. Kedondong, Kec.Way Lima, Kec.Gedong Tataan, Kec. Negeri Katon dan Kec. Tegineneng.  Kawasan rawan bencana tanah longsor berupa kawasan gerakan tanah kerawanan tinggi yang berpotensi terjadi di Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Way Lima, dan Kecamatan Kedondong. 6.



Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan peruntukan hutan produksi berupa kawasan hutan produksi Tangkit Titi Bungur I register 18 (delapan belas) di Kecamatan Negeri Katon dan Kecamatan Tegineneng dengan luas 1.955 Ha.



7.



Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat Kawasan peruntukan hutan rakyat berupa rencana pengembangan kawasan produksi hasil hutan kayu dengan luas kurang lebih 23.350 hektar tersebar di Kec.Tegineneng, Kec Negeri Katon, Kec.Gedong Tataan, Kec. Way Lima, Kec. Kedondong, Kec. Padang Cermin, dan Kec.Punduh Pedada.



8.



Kawasan Peruntukan Pertanian a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan  Kawasan tanaman pangan lahan sawah berada di Kec. Kedondong, Kec. Punduh Pedada, Kec. Padang Cermin, Kec. Way Lima, Kec.Gedong Tataan, Kec. Negeri Katon dan Kec. Tegineneng dengan luas 14.087 ha.  Kawasan tanaman pangan lahan kering berada di seluruh wilayah kecamatan dengan luas kurang lebih 7.802 ha. b. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan (LP2B) Dengan luas kurang lebih 8.452 hektar tersebar di Kec.Kedondong, Kec. Punduh Pedada, Kec. Padang Cermin, Kec. Way Lima, Kec.Gedong Tataan, Kec.Negeri Katon dan Kecamatan Tegineneng.



LAPORAN ANTARA



V-23



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 9.



Kawasan Holtikultura  Komoditas cabai yang berada di Kecamatan Tegineneng dan Kecamatan Padang Cermin;  Komoditas pisang yang berada di Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pedada; dan  Komoditas durian dan manggis yang berada di Kecamatan Kedondong dan Kecamatan Gedong Tataan.



10. Kawasan Perkebunan  Kawasan peruntukan Perkebunan Rakyat (PR) dengan luas 37.474 hektar dengan pengembangan pada lahan kering dan lahan basah, terdiri atas 2 (dua) jenis komoditas meliputi:  Tanaman tahunan meliputi aren, kelapa dalam, kelapa hibrida, karet, kelapa sawit, kapuk, kemiri, jarak pagar; dan  Tanaman rempah penyegar meliputi kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh, vanili, kopi robusta, kopi arabika, pinang dan cabai jamu.  Kawasan peruntukan Perkebunan Besar Negara (PBN), dengan pemegang Hak Guna Usaha (HGU) Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VII meliputi komoditas karet dan kelapa sawit pada unit usaha Way Lima dengan luas 2.620 hektar dan Way Berulu dengan luas 2.404 ha.  Kawasan peruntukan Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan luas kurang lebih 63 hektar dengan komoditas kakao. 11. Kawasan Peternakan  Pengembangan ternak besar berupa sapi perah, sapi potong, dan kerbau di Kec. Gedong Tataan, Kec. Negeri Katon, dan Kec.Tegineneng; dan  Pengembangan ternak kecil berupa kambing, domba dan itik di Kec. Gedong Tataan, Kec. Negeri Katon, Kec. Way Lima, Kec. Padang Cermin, Kec. Punduh Pedada dan Kec. Kedondong. 12. Kawasan Perikanan  Perikanan tangkap di perairan umum berupa sungai tersebar di seluruh kecamatan dengan komoditas Ikan Mas, Ikan Lele, Ikan Patin, Ikan Gurami;  Hak pengelolaan perikanan tangkap di laut berada pada radius 4 (empat) mil dari pantai Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Punduh Pedada dengan luas 68.900 hektar.  Kawasan peruntukan perikanan budidaya meliputi : LAPORAN ANTARA



V-24



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  Budidaya perikanan darat berupa pengembangan kawasan budidaya air tawar yaitu cek dam, kolam air tenang dan sungai dengan komoditas berupa ikan karper, tawes, nila merah, gurami, lele yang terpusat di Kecamatan Gedong Tataan dan tersebar di seluruh kecamatan dengan pengembangan skala kecil/rakyat dengan luas kurang lebih 891 (delapan ratus Sembilan puluh satu) hektar ; dan  Budidaya perikanan laut berupa pengembangan budidaya keramba ikan laut di pulau-pulau pada perairan kabupaten 13. Kawasan Peruntukan Pertambangan  Mineral Logam berupa biji besi, emas dan mangan yang tersebar di Kecamatan Tegineneng, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Punduh Pedada Kecamatan Way Lima, Kecamatan Kedondong;  Batuan berupa silika andesit dan batu marmer yang tersebar di Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Way Lima, Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Tegineneng dan Kecamatan Gedong Tataan;  Batu bara tersebar di Kecamatan Kedondong dan Kecamatan Punduh Pedada. 14. Kawasan Peruntukkan Industri  Kawasan peruntukan industri besar di kecamatan Tegineneng dengan luas kurang lebih 100 hektar; dan  Kawasan peruntukan industri menengah meliputi : pengembangan industri menengah di seluruh kecamatan.  Kawasan peruntukan industri kecil meliputi : pengembangan industri kecil di seluruh kecamatan 15. Kawasan Peruntukan Pariwisata  Kawasan peruntukan pariwisata alam berupa Wisata Pantai Cuku Upas, Pantai Sekar Wana, THR Ringgung, Pantai Mutun, Pantai Kelapa Rapet, Air Terjun Kembar, Air Terjun Ciupang, Air Terjun Gunung Minggu, Air Terjun Abah Uban, Tahura Wan Abdul Rahman, Pulau Umang-umang, Pulau Tangkil, Pulau Seserot, Pulau Hawang Lunik, Pulau Tegal, Pulau Maitem, Pulau Pahawang, Pantai Pancur Permai, Pulau Legundi, Pulau Balak, Lunik Resort, Air Terjun Gunung Tanjung, dengan total luasan 716 hektar.



LAPORAN ANTARA



V-25



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  Kawasan peruntukan pariwisata budaya dan ilmu pengetahuan terdiri atas wisata budaya Desa Bagelen dan Museum Transmigrasi di Kec. Gedong Tataan, dan Pengembangan Wisata Rumah Adat Desa Budaya yang terdapat Kec. Way Lima, Kec. Kedondong, Kec. Punduh Pedada, Kec.Padang Cermin, Kec.Negeri Katon, Kec. Tegineneng dan Kec. Gedong Tataan.  Kawasan peruntukan pariwisata buatan dikembangkan di seluruh kecamatan 16. Kawasan Permukiman  Kawasan permukiman perkotaan meliputi:  Kawasan perkotaan di Kecamatan Gedong Tataan meliputi Desa Gedong Tataan, Desa Sukaraja, Desa Kebagusan, Desa Taman Sari, Desa Bernung, Desa Negeri Sakti, Desa Kurungan Nyawa, Desa Bagelen, dan Desa Wiyono;  Kawasan perkotaan di Kecamatan Padang Cermin meliputi Desa Hanura, Desa Sukajaya Lempasing, Desa Gebang, Bunut, Desa Sumber Jaya, dan Desa Wates Way Ratai;  Kawasan perkotaan di Kecamatan Tegineneng meliputi Desa Kresno Widoso, Desa Gunung Gumanti, Desa Kejadian, Desa Bumi Agung, Desa Batang Hari Ogan, Desa Rejo Agung dan Desa Kota Agung; dan  Kawasan perkotaan di Kecamatan Negeri Katon meliputi Desa Tanjung Rejo, Desa Negeri Katon, Desa Kalirejo, Desa Negarasaka, Desa Pejambon, Desa Halangan Ratu dan Desa Trisno Maju.  Kawasan permukiman Perdesaan dengan persebaran di Kecamatan Way Lima, Kecamatan Kedondong, dan Kecamatan Punduh Pedada. 17. Kawasan Peruntukan Lainnya  Kawasan pertahanan dan keamanan negara, terdiri atas :  Kepolisian Resor (Polres) di ibukota Kabupaten;  Kepolisian Sektor (Polsek) di setiap Kecamatan;  Brigade Infantri (Brigif) 9 Marinir di Kecamatan Padang Cermin;  Kompi Senapan A Batalyon 143 di Kecamatan Gedong Tataan;  Komando Distrik Militer (Kodim) di ibukota Kabupaten;  Komando Rayon Militer (Koramil) di setiap Kecamatan;  Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Teluk Rataidi Kecamatan Padang Cermin; dan  Pembangunan lampu suar pada pulau terluar. LAPORAN ANTARA



V-26



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 5.2



Analisis Sosial Kependudukan



5.2.1 Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2015 sejumlah 426.389 jiwa dengan luas wilayah 1.278,18 km2. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk mulai dari tahun 2012-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2015 Jumlah Penduduk (Jiwa) Nama Luas No. Kecamatan Lahan (Ha) 2011 2012 2013 2014 1 Punduh Pidada 94,65 26.225 12.721 12.926 13.317 2 Marga Punduh 78,35 12.712 12.837 13.042 13.438 3 Padang Cermin 172,78 89.761 90.503 92.951 95.958 4 Teluk Pandan 118,77 5 Way Ratai 96,92 6 Kedondong 88,04 58.325 32.399 33.002 33.452 7 Way Khilau 62,20 25.246 25.724 26.202 26.560 8 Way Lima 128,00 29.762 29.495 29.949 30.404 9 Gedong Tataan 146,51 86.991 90.294 92.633 92.692 10 Negeri Katon 150,05 61.821 62.626 63.869 64.099 11 Tegineneng 141,90 50.293 50.876 51.798 51.573 TOTAL 1.278,18 441.136 407.475 416.372 421.493 Sumber: Kabupaten Dalam Angka 2011-2015



2015 13.390 13.512 27.405 35.692 34.505 33.707 26.762 30.582 94.204 64.707 51.923 426.389



5.2.2 Kepadatan Penduduk Rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Pesawaran Tahun 2015 adalah 4 jiwa/ha. Hal ini diadapatkan dari jumlah penduduk keseluruhan pada suatu wilayahdibanding dengan luas keseluruhan wilayah. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan variasi tingkat kepadatan yang paling tinggi di Kecamatan Gedong Tataan dengan kepadatan 10 jiwa/ha dan yang terendah di Kecamatan Punduh Pidada dan Kecamatan Marga Punduh yaitu 1 jiwa/ha. Tabel 5. 1Kepadatan Penduduk Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 Nama Jumlah Luas Lahan Kepadatan Penduduk No. Kecamatan Penduduk (ha) (Jiwa/ha) 1 Punduh Pedada 13.390 9.464,59 1 2 Marga Punduh 13.512 7.835,31 1 3 Padang Cermin 27.405 17.278,49 2 4 Teluk Pandan 35.692 11.877,24 5 5 Way Ratai 34.505 9.692,31 3 6 Kedondong 33.707 8.803,68 5 7 Way Khilau 26.762 6.220,05 4 8 Way Lima 30.582 12.799,76 3 9 Gedong Tataan 94.204 14.651,28 10 10 Negeri Katon 64.707 15.005,40 4 11 Tegineneng 51.923 14.190,38 3 426.389 TOTAL 4 127.818,49 Sumber: Hasil Analisa, 2017



LAPORAN ANTARA



V-27



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 1 Kepadatan Penduduk Kabupaten Pesawaran



LAPORAN ANTARA



V-28



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 5.2.3 Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tingkat pertumbuhan penduduk diperoleh dari hasil pengurangan jumlah penduduk tahun ini dengan jumlah penduduk tahun sebelumnya dibagi dengan jumlah penduduk tahun ini. Rumus :



Pthn ini – Pthn sblmnya P thn ini



Tabel 5.3Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesawaran Tahun 2010-2014 Pertumbuhan Penduduk (jiwa) Nama No. TH 2012TH 2013TH 2014TH 2015Kecamatan 2011 2012 2013 2014 1 Punduh Pidada -0,515 0,016 0,030 0,005 2 Marga Punduh 0,010 0,016 0,030 0,006 3 Padang Cermin 0,008 0,027 0,032 -0,714 4 Teluk Pandan 5 Way Ratai 6 Kedondong -0,445 0,019 0,014 0,008 7 Way Khilau 0,019 0,019 0,014 0,008 8 Way Lima -0,009 0,015 0,015 0,006 9 Gedong Tataan 0,038 0,026 0,001 0,016 10 Negeri Katon 0,013 0,020 0,004 0,009 11 Tegineneng 0,012 0,018 -0,004 0,007 Sumber: Hasil Analisa, 2017



-0.500 -0.600



Tegineneng…



Negeri Katon…



Way Lima…



Way Khilau…



Way Ratai…



Gedung Tataan…



-0.400



Kedondong…



-0.300



Teluk Pandan…



-0.200



Padang Cermin…



-0.100



Marga Punduh…



0.000



Punduh Pidada…



0.100



Pertumbuhan Penduduk (jiwa) TH 2012-2011 Pertumbuhan Penduduk (jiwa) TH 2013-2012 Pertumbuhan Penduduk (jiwa) TH 2014-2013 Pertumbuhan Penduduk (jiwa) TH 2015-2014



-0.700 -0.800



Gambar 5. 1Grafik Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesawaran



LAPORAN ANTARA



V-29



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 5.2.4 Proyeksi dan Distribusi Proyeksi penduduk yang dilakukan untuk 20 tahun yang akan datang



atau



selama tahun perencanaannya 5 tahun pertama yaitu tahun 2023, 5 tahun kedua yaitu tahun 2028, 5 tahun ketiga yaitu tahun 2033 dan 5 tahun keempat yaitu tahun 2037 yang didasarkan pada 2 metode perhitungan penduduk yaitu metode Linier dan Eksponensial. Dimana perhitungan akan jumlah penduduk tersebut berpedoman pada jumlah dan perkembangan penduduk selama 5 tahun sebelumnya yaitu tahun 2015, 2014, 2013, 2012 dan 2011. Untuk metode yang digunakan dalam perhitungan jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan maka perlu diketahui pertumbuhan rata-rata jumlah penduduk di wilayah perencanaan yaitu dengan mengurangkan jumlah penduduk tahun akhir dengan jumlah penduduk tahun awal dibagi dengan jumlah tahun awal sedangkan untuk pertambahan jumlah penduduk dengan menggunakan metode perhitungan tersebut adalah : 1. Metode Linier Pt = Po + a.t Dimana : Pt = Jumlah penduduk pada tahun t Po = Jumlah penduduk tahun awal a = Pertambahan rata-rata t = Selisih tahun 2. Metode Eksponensial Pt = Po (1 + r) t Dimana : Pt = Jumlah penduduk pada tahun t Po = Jumlah penduduk pada tahun awal r = Pertumbuhan rata-rata t = Selisih tahun Metode ini merupakan perkiraan jumlah penduduk didasarkan atas adanya tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun sebelumnya yang relatif tetap. Tabel 5. 2Proyeksi Penduduk Kabupaten Pesawaran dengan Metode Eksponensial Tahun Nama No. Kecamatan 2017 2023 2028 2033 2037 1 Punduh Pidada 13.421 13.498 13.576 13.655 13.734 2 Marga Punduh 13.847 14.723 15.653 16.643 17.695



LAPORAN ANTARA



V-30



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Nama Kecamatan 2017 3 Padang Cermin 28.152 4 Teluk Pandan 36.665 5 Way Ratai 35.445 6 Kedondong 34.382 7 Way Khilau 27.395 8 Way Lima 30.919 9 Gedong Tataan 97.274 10 Negeri Katon 65.902 11 Tegineneng 52.593 Total 435.995 Sumber: Hasil Analisa, 2017 No.



Tahun 2028 32.202 41.940 40.545 37.967 30.792 32.660 114.193 72.216 56.075 487.819



2023 30.109 39.214 37.909 36.130 29.044 31.778 105.394 68.987 54.306 461.092



2033 34.441 44.856 43.364 39.898 32.645 33.567 123.725 75.596 57.902 516.290



2037 36.835 47.974 46.379 41.926 34.609 34.499 134.054 79.135 59.788 546.627



600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 2017



2023



2028



2033



2037



Gambar 5. 2 Grafik Proyeksi Penduduk di Kabupaten Pesawaran



Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten



Pesawaran



pengembangan



wilayah



tiap yang



tahun



mengalami



terdapat



di



peningkatan.



Kabupaten



Adanya



Pesawaran



isu-isu



mendorong



peningkatan penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan ruang. 5.3



Analisis Perekonomian



5.3.1 Analisis Pengembangan Ekonomi Wilayah 5.3.1.1 Perhitungan LQ Analisa sektor unggulan dilakukan dengan menggunakan metodeanalisa LQ (location Quotient). Analisa ini berfungsi untuk mengetahui komoditas unggulan yang ada di Kabupaten Pesawaran.



LAPORAN ANTARA



V-31



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Metode LQ adalah metode yang membandingkan porsi lapangan kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor tertentu disuatu wilayah dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Tujuan metode LQ ini untuk mengidentifikasi sektor unggulan (basis) dalam suatu wilayah.Secara matematis, LQ dapat dirumuskan:



LQ i 



E ij /Ej Ein/En



Keterangan : Eij : Variabel regional (contoh: pendapatan regional berupa PDRB ADHK) sektor i di wilayah j Ej` : Variabel regional di wilayah j Ein : Variabel regional di sektor i di wilayah n (kabupaten/propinsi) En : Variabel regional perekonomian kabupaten/propinsi 1.



Jika nilai LQ1, maka sektor yang bersangkutan kurang terspesialisasi dibanding sektor yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga bukan merupakan sektor unggulan.



2.



Jika nilai LQ=1, sektor yang bersangkutan memiliki tingkat spesialisasi yang sama dengan sektor sejenis di tingkat daerah tertentu, sehingga hanya cukup untuk melayani kebutuhan daerah sendiri.



3.



Jika nilai LQ1, sektor yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibanding sektor yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga merupakan sektor unggulan.



Tabel 5. 3Perhitungan LQ Per Lapangan Usaha Tahun 2015 (Dalam Juta Rupiah) PDRB Prov PDRB Kab. Kesimpulan Kategori Lapangan Usaha LQ Lampung Pesawaran Pertanian,Kehutanan dan Sektor A 63.932.002,01 4.192.459 1,37 perikanan Unggulan Pertambangan dan Bukan Sektor B 12.079.303,38 113.484 0,19 Penggalian Unggulan Bukan Sektor C Industri Pengolahan 35.912.938,92 1.314.798 0,78 Unggulan Bukan Sektor D Pengadaan Listrik dan Gas 203.872,80 4.611 0,49 Unggulan Pengadaan air dan pengelolaan Bukan Sektor E 200.669,64 5.479 0,58 sampah,limbah dan daur Unggulan ulang Sektor F Konstruksi 17.413.157,89 862.862 1,07 Unggulan Perdagangan besar dan Sektor G eceran, reparasi mobil dan 23.163.980,58 1.327.335 1,19 Unggulan sepeda motor



LAPORAN ANTARA



V-32



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Kategori H I



PDRB Prov Lampung



Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan makan minum



PDRB Kab. Pesawaran



LQ



9.779.649,12



226.469



0,49



2.632.962,34



96.549



0,76



J



Informasi dan komunikasi



8.406.948,86



283.644



0,98



K



Jasa Keuangan dan Asuransi



4.143.423,75



38.148



0,20



L



Real Estate



5.966.146,54



200.356



0,71



285.141,65



5.637



0,41



M,N



Jasa Perusahaan



O



Administrasi Pemerintahan, Pertahanan



6.423.699,12



303.382



1,04



P



Jasa Pendidikan



5.361.599,20



278.660



1,10



Q



Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial



1.902.988,35



56.722



0,62



Jasa Lainnya



1.716.915,65



64.973



0,81



R,S,T,U



Kesimpulan Bukan Sektor Unggulan Bukan Sektor Unggulan Bukan Sektor Unggulan Bukan Sektor Unggulan Bukan Sektor Unggulan Bukan Sektor Unggulan Sektor Unggulan Sektor Unggulan Bukan Sektor Unggulan Bukan Sektor Unggulan



Sumber: Hasil Analisa, 2017 Dari perhitungan LQ diketahui bahwa lapangan usaha yang merupakan lapangan usaha unggulan di Kabupaten Pesawaran adalah sektor Pertanian,Kehutanan dan perikanan dengan nilai LQ >1 yaitu 1.37 yang artinya sektor usaha pertanian, kehutanan dan perikanan lebih terspesialisasi dibanding sektor lain. Sedangkan lapangan usaha yang kurang unggul di Kabupaten Pesawaran adalah sektor pertambangan dan penggalian dimana nilai LQ 0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat.



LAPORAN ANTARA



V-34



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 b.



KPP bernilai negatif (KPP 0: region j memiliki daya saing yang baik di sektor i apabila dibandingkan dengan wilayah yang lain atau region j memiliki comparative advantage untuk sektor i dibandingkan dengan wilayah yang lain.



-



PPW < 0 : sektor i pada region j tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lain. Dengan menggunakan rumus diatas, kita dapat menghitung nilai KPN, KPP dan



KPPW di Kabupaten Pesawaran. Berikut hasil perhitungan shift share di Kabupaten Pesawaran : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Tabel 5. 4 Analisis Shift Share Kabupaten Pesawaran Sektor KPN KPP Pertanian, Kehutanan 0,17 -0,05 dan perikanan Pertambangan dan Penggalian 0,17 0 Industri Pengolahan 0,17 0,04 Pengadaan listrik dan gas 0,17 0,09 Pengadaan Pengolahan Sampah, 0,17 -0,08 Limbah Daur Ulang Konstruksi 0,17 -0,03 Perdagangan Besar dan Eceran, 0,17 -0,06 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan 0,17 0,12 Penyediaan Akomodasi dan makan 0,17 0,07



LAPORAN ANTARA



KPPW 0,05 0,1 -0,03 -0,03 0,03 -0,02 0,04 0,00 0,04



V-35



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 No



Sektor



Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, 14 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17 Jasa lainnya Sumber : Hasil Analisis, 2017 10 11 12 13



KPN



KPP



KPPW



0,17 0,17 0,17 0,17



0,15 -0,05 0,07 0,14



-0,05 0,01 0,01 0,07



0,17



0,05



-0,05



0,17 0,17 0,17



0,08 0,04 0,05



0,04 0,05 -0,02



Berdasarkan hasil analisis shift share untuk semua sektor yang terdapat di Kabupaten Pesawaran merupakan sektor yang progresif yang artinya setiap sektor mengalami pertumbuhan dalam hal produktifitas. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga komponen yang ada yaitu KPN, KPP dan KPPW. Jika dilihat dari Komponen Pertumbuhan Nasional, Pertumbuhan seluruh sektor di wilayah Kabupaten Pesawaran memberikan kontribusi positif dalam penyerapan tenaga kerja nasional yaitu memiliki nilai sebesar 17%. Untuk Komponen pertumbuhan proporsional, terdapat beberapa sektor memilki nilai diatas 0 yang artinya laju pertumbuhan setiap sektor lebih cepat di dalam provinsi, yaitu sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan sektor jasa lainnya. Sedangkan untuk KPPW terdapat beberapa sektor yang memiliki nilai tertinggi lebih dari nol artinya memiliki daya saing yang baik apabila di bandingan dengan wilayah



lainnya



adalah



sektor



Pertanian,



Kehutanandan



perikanan,



sectorpertambangan dan penggalian, sektor pengadaan pengolahan sampah, limbah daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor jasa pendidikan dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.



LAPORAN ANTARA



V-36



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 5.3.2 Analisa Komoditas Unggulan A. Pertanian Sektor pertanian pada masing-masing kecamatan memiliki beberapa komoditi unggulan yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah bagi para petani melalui pengembangan secara intensifikasi, ekstensifikasi dan melalui pengolahan sebelum produk atau komoditi unggulan tersebut di pasarkan dalam bentuk bahan baku. Sektor pertanian di seluruh kecamatan di Kabupaten Pesawaran meliputi tanaman pangan, sayuran, buah-buahan dan perkebunan. Hampir seluruh wilayah Kabupaten Pesawaran memiliki unggulan komoditi-komoditiyang tersebut diatas dengan jenis bervariasi. Keunggulan di sektor ini sangat ditunjang dan tergantung pada kesesuaian dan kemampuan tanah terhadap jenis tanaman yang ada. Dari hasil analisa LQ untuk tanaman pangan menurut jenisnya didapatkan komoditi potensi yaitu: Padi Sawah



: Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Way Lima, Gedong Tataan.



Padi Ladang



: Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Way Lima.



Jagung



: Kecamatan Negeri Katon, Tegineneng.



Ubi Kayu



: Kecamatan Tegineneng.



Ubi Jalar



: Kecamatan Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Way Lima, Gedong Tataan.



Kacang Tanah : Kecamatan Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Way Lima. Kacang Kedelai : Kecamatan Padang Cermin, Way Lima. Kacang Hijau



No. 1 2 3 4 5



Nama Kecamatan Punduh Pidada Marga Punduh Padang Cermin Teluk Pandan Way Ratai



LAPORAN ANTARA



:Kecamatan Padang Cermin, Gedong Tataan, Tegineneng.



Tabel 5. 5Perhitungan LQ Sektor Pertanian Perhitungan LQ Padi Padi Ubi Ubi Kacang Jagung Sawah Ladang Kayu Jalar Tanah



Kacang Kedelai



Kacang Hijau



1,14



6,45



0,13



0,17



0,00



0,00



0,00



0,00



1,09



7,48



0,15



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



1,46



1,28



0,22



0,07



1,04



3,04



8,25



1,73



0,00 0,00



0,00 0,00



0,00 0,00



0,00 0,00



0,00 0,00



0,00 0,00



0,00 0,00



0,00 0,00



V-37



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No.



Nama Kecamatan



6 7 8



Perhitungan LQ Ubi Ubi Kacang Kayu Jalar Tanah 0,37 2,20 2,54 0,27 1,61 1,39 0,14 1,42 1,51



Padi Sawah 1,47 1,55 1,48



Padi Ladang 1,57 1,01 2,15



1,35



0,00



0,64



0,11



4,35



0,82 0,46



0,00 0,00



1,85 1,81



0,08 2,73



0,00 0,29



Kedondong Way Khilau Way Lima Gedong 9 Tataan 10 Negeri Katon 11 Tegineneng Sumber: Analisis,2017



Jagung 0,06 0,01 0,03



Kacang Kedelai 0,00 0,00 1,91



Kacang Hijau 0,00 0,00 0,00



0,00



0,00



5,01



0,00 0,83



0,00 0,00



0,00 1,13



Tabel 5. 6 Potensi Tanaman Pangan Kabupaten Pesawaran No.



Nama Kecamatan



1 2



Punduh Pidada Marga Punduh



3



Padang Cermin



4 5 6 7



Teluk Pandan Way Ratai Kedondong Way Khilau



8



Way Lima



9 Gedong Tataan 10 Negeri Katon 11 Tegineneng Sumber: Analisis,2017



LAPORAN ANTARA



Potensi Tanaman Pangan Padi Sawah, Padi Ladang Padi Sawah, Padi Ladang Padi Sawah, Padi Ladang, Ubi Jalar, Kacang Kedelai, Kacang Hijau Padi Sawah, Padi Ladang, Ubi Jalar, Kacang Padi Sawah, Padi Ladang, Ubi Jalar, Kacang Padi Sawah, Padi Ladang, Ubi Jalar, Kacang Kedelai Padi Sawah, Ubi Jalar, Kacang Hijau Jagung Jagung, Ubi Kayu, Kacang Hijau



Tanah, Kacang



Tanah Tanah Tanah, Kacang



V-38



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Sub Pusat pertanian di Tegineneng, Negeri Katon, Gedong Tataan



Pusat pertanian di way lima dan padang cermin



Komoditas Unggulan adalah Padi, Ubi Jalar



Sub Pusat Way Ratai, Way Khilau dan Kedondong



B. Holtikultura Dari hasil Analisa LQ produksi holtikultura didapatkan Komoditi yang memiliki potensi, antara lain bawang merah, cabai, petsai, manga, durian, jeruk, pisang, papaya dan nanas yang terdapat di kecamatan-kecamatan sebagai berikut : Bawang merah :Kecamatan Kedondong. Cabai



: Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Gedong Tataan, Negeri Katon, Tegineneng.



Petsai



: Kecamatan Gedong Tataan.



Mangga



: Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Negeri Katon, Tegineneng.



Durian



: Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Negeri Katon.



Jeruk



: Kecamatan Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Negeri Katon, Tegineneng.



Pisang



LAPORAN ANTARA



: Kecamatan Way Lima, Tegineneng.



V-39



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Pepaya



: Kecamatan Padang Cermin, Kedondong, Gedong Tataan, Tegineneng.



Nanas



: Kecamatan Padang Cermin, Gedong Tataan, Negeri Katon. Tabel 5. 7 Perhitungan LQ Sektor Holtikultura



No.



Nama Kecamatan



Perhitungan LQ Sektor Holtikultura (Ton) Bawang Merah



Cabai



Kentang



Kubis



Petsai



Mangga



Durian



Jeruk



Pisang



Pepaya



Nanas



5



Punduh Pidada Marga Punduh Padang Cermin Teluk Pandan Way Ratai



6



Kedondong



28,36



3,62



0,00



0,00



0,00



10,07



1,21



2,37



0,97



2,23



0,30



7



Way Khilau



0,00



1,88



0,00



0,00



0,00



7,00



1,80



1,50



0,97



0,98



0,39



8



Way Lima Gedong Tataan Negeri Katon Tegineneng



0,00



0,02



0,00



0,00



0,00



0,10



0,08



0,76



1,03



0,06



0,05



0,00



123,23



0,00



0,00



1.262,09



0,00



0,00



0,00



0,00



442,55



296,68



0,00



5,62



0,00



0,00



0,00



36,86



1,90



161,38



0,85



0,00



33,38



0,00



33,08



0,00



0,00



0,00



1,13



0,00



13,12



1,01



5,26



0,80



1 2 3 4



9 10 11



0,00



1,71



0,00



0,00



0,00



2,53



12,65



0,00



0,72



0,00



0,00



0,00



4,66



0,00



0,00



0,00



5,01



32,43



0,00



0,24



0,00



0,00



0,00



8,17



0,00



0,00



0,00



3,91



1,20



1,67



0,97



7,94



11,13



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



0,00



Sumber: Analisis,2017 Tabel 5. 8Potensi Tanaman Holtikultura Kabupaten Pesawaran No.



Nama Kecamatan



1 Punduh Pidada 2 Marga Punduh 3 Padang Cermin 4 Teluk Pandan 5 Way Ratai 6 Kedondong 7 Way Khilau 8 Way Lima 9 Gedong Tataan 10 Negeri Katon 11 Tegineneng Sumber: Analisis,2017



LAPORAN ANTARA



Potensi Tanaman Holtikultura Cabai, Mangga, Durian Cabai, Mangga, Durian Cabai, Mangga, Durian, Jeruk, Pepaya, Nanas Bawang Merah, Cabai, Mangga, Durian, Jeruk, Pepaya Cabai, Mangga, Durian, Jeruk Pisang Cabai, Prtsai, Pepaya, Nanas Cabai, Mangga, Durian, Jeruk, Nanas Cabai, Mangga, Jeruk, Pisang, Pepaya



V-40



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Sub Sub Pusat Way Khilau, Marga Punduh, Punduh Pidada



Sub Pusat pertanian di Way Ratai Padang Cermin



Pusat pertanian di Kedondong



Komoditas Unggulan adalah Cabai, Mangga Durian dan Jeruk



Sub Pusat Negeri Katon, Tegineneng



Sub Sub Pusat Gedong Tatan



C. Peternakan Dari hasil Analisa LQ Peternakan didapatkan Komoditi potensi, antara lain sapi, kambing, domba, kerbau, ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik yang terdapat di kecamatan-kecamatan sebagai berikut : Sapi



: Kecamatan Negeri Katon, Tegineneng.



Kambing



: Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Teluk Pandan, Way Ratai, Kedondong, Way Khilau, Way Lima.



Domba



: Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Teluk Pandan, Way Ratai, Kedondong, Way Khilau, Way Lima, Negeri Katon.



Kerbau



: Kecamatan Marga Punduh, Padang Cermin, Teluk Pandan, Way Ratai, Kedondong, Way Khilau, Way Lima, Negeri Katon.



Ayam Kampung : KecamatanPunduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, LAPORAN ANTARA



V-41



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Teluk Pandan, Way Ratai, Kedondong, Way Khilau, Way Lima, Tegineneng. Ayam Petelur



: Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Teluk Pandan, Kedondong, Way Khilau, Way Lima.



Ayam Pedaging : Kecamatan Gedong Tataan. Itik



: Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Teluk Pandan, Way Ratai, Kedondong, Way Khilau, Way Lima. Tabel 5. 9Perhitungan LQ Sektor Peternakan



No.



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Nama Kecamatan Punduh Pidada Marga Punduh Padang Cermin Teluk Pandan Way Ratai Kedondong Way Khilau Way Lima Gedong Tataan Negeri Katon Tegineneng



Sapi 0,61 0,77 0,24 0,26 0,48 0,47 0,65 0,56 0,21 2,24 2,30



Kambing 9,23 6,25 7,65 6,59 6,86 5,64 4,84 2,71 0,40 0,86 0,73



Domba 2,00 3,29 3,54 3,08 3,58 13,54 7,03 4,95 0,07 1,54 0,94



Perhitungan LQ Kerbau Ayam Kampung 0,85 3,66 4,05 5,01 2,48 9,16 3,07 9,72 4,35 6,70 2,07 7,66 8,13 3,41 3,95 3,50 0,33 0,17 2,17 0,98 0,42 1,31



Ayam Petelur 1,15 1,74 1,35 1,53 0,68 1,47 2,43 23,48 0,11 0,72 0,38



Ayam Pedaging 0,08 0,07 0,13 0,13 0,10 0,16 0,04 0,06 1,72 0,12 0,20



Sumber: Analisis,2017 Tabel 5. 10Potensi Ternak Kabupaten Pesawaran Nama No. Potensi Peternakan Kecamatan 1 Punduh Pidada Kambing, Domba,Ayam Kampung, Ayam Petelur, Itik 2 Marga Punduh Kambing, Domba,Kerbau,Ayam Kampung, Ayam Petelur, 3 Padang Cermin Kambing, Domba,Kerbau,Ayam Kampung, Ayam Petelur, 4 Teluk Pandan Kambing, Domba,Kerbau,Ayam Kampung, Ayam Petelur, 5 Way Ratai Kambing, Domba,Kerbau,Ayam Kampung, Itik 6 Kedondong Kambing, Domba,Kerbau,Ayam Kampung, Ayam Petelur, 7 Way Khilau Kambing, Domba,Kerbau,Ayam Kampung, Ayam Petelur, 8 Way Lima Kambing, Domba,Kerbau,Ayam Kampung, Ayam Petelur, 9 Gedong Tataan Ayam Pedaging 10 Negeri Katon Sapi, Domba,Kerbau 11 Tegineneng Sapi, Ayam Kampung Sumber: Analisis,2017



LAPORAN ANTARA



Itik Itik Itik Itik Itik Itik



V-42



Itik 6,26 3,74 5,95 9,11 4,72 9,39 5,98 7,75 0,18 0,74 0,87



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Komoditas Unggulan adalah Kambing, Domba,Kerbau,Ayam Kampung, Ayam Petelur, Itik



D. Perkebunan Nilai ekonomis di sektor perkebunan pada wilayah Kabupaten Pesawaran terdapat pada beberapa wilayah pengembangan dimana komoditi yang diunggulkan yaitu karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, lada, dan kakao. Dari hasil analisa LQ untuk perkebunan menurut jenisnya didapatkan komoditi potensi yaitu: Karet



: Kecamatan Kedondong, Negeri Katon, Tegineneng.



Kelapa



: Kecamatan Marga Punduh, Way Lima, Tegineneng.



Kelapa Sawit : Kecamatan Tegineneng. Kopi



: Kecamatan Punduh Pidada, Kedondong, Way Khilau.



Lada



: Kecamatan Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Way Lima.



Kakao



: Kecamatan Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Gedong Tataan.



Tabel 5. 11Perhitungan LQ Sektor Perkebunan



LAPORAN ANTARA



V-43



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Nama Kecamatan 1 Punduh Pidada 2 Marga Punduh 3 Padang Cermin 4 Teluk Pandan 5 Way Ratai 6 Kedondong 7 Way Khilau 8 Way Lima 9 Gedong Tataan 10 Negeri Katon 11 Tegineneng Sumber: Analisis,2017 No.



Karet 0,00 0,00 0,13 0,00 0,00 1,47 0,26 0,37 0,73 10,07 2,02



Kelapa 0,94 1,45 0,91 0,00 0,00 0,31 0,30 1,68 0,51 0,88 1,25



Perhitungan LQ Kelapa Sawit Kopi 0,00 2,12 0,00 0,56 0,00 0,92 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,77 0,00 2,76 0,00 0,43 0,47 0,42 6,90 0,00 4,76 0,50



Lada 0,29 0,00 1,08 0,00 0,00 1,14 1,17 3,05 0,10 0,00 0,00



Kakao 0,87 0,86 1,21 0,00 0,00 1,36 1,22 0,60 1,63 0,69 0,75



Tabel 5. 12 Potensi Perkebunan Kabupaten Pesawaran No. Nama Kecamatan Potensi Tanaman Perkebunan 1 Punduh Pidada Kopi 2 Marga Punduh Kelapa 3 Padang Cermin Lada, Kakao 4 Teluk Pandan 5 Way Ratai 6 Kedondong Karet, Kopi, Lada, Kakao 7 Way Khilau Kopi, Lada, Kakao 8 Way Lima Kelapa, Lada 9 Gedong Tataan Kakao 10 Negeri Katon Karet 11 Tegineneng Karet, Kelapa, Kelapa Sawit Sumber: Analisis,2017



Tegineneng



Negeri Katon



Way Khilau Komoditas Unggulan Karet Kakao Lada



Kedondong



LAPORAN ANTARA



Way Ratai



V-44



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 E. Perikanan Nilai ekonomis di sektor perikanan pada wilayah Kabupaten Pesawaran terdapat pada beberapa wilayah pengembangan dimana jenis perikanan yang diunggulkan yaitu perikanan laut dan perairan umum. Produksi perikanan umum terdapat di Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin dan Teluk Pandan. Sedangkan produksi perikanan jenis perairan umum terdapat di Kecamatan Tegineneng. Adapun perhitungan LQ sektor perikanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5. 13Perhitungan LQ Sektor Perikanan Perhitungan LQ No. Nama Kecamatan Perikanan Tangkap Perikanan Laut Perairan Umum 1 Punduh Pidada 1,01 0,00 2 Marga Punduh 1,01 0,00 3 Padang Cermin 1,01 0,00 4 Teluk Pandan 1,01 0,00 5 Way Ratai 0,00 0,00 6 Kedondong 0,00 0,00 7 Way Khilau 0,00 0,00 8 Way Lima 0,00 0,00 9 Gedong Tataan 0,00 0,00 10 Negeri Katon 0,00 0,00 11 Tegineneng 0,00 182,41 Sumber: Analisis,2017



Padang Cermin



Teluk Pandan



Punduh Pidada



Marga Punduh



LAPORAN ANTARA



V-45



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 F.



Pariwisata Sektor pariwisata memiliki prospek pengembangan di Kabupaten Pesawaran,



dimana lokasi wisatanya meliputi pengembangan wisata tirta, wisata marina, wisata alam, dan wisata sejarah. Pengembangan wisata alam khususnya wisata di daerah pesisir diketahui memiliki daya tarik bagi pengunjung untuk menikmati keindahan alam, guna meningkatkan potensi kunjungan wisata di kawasan tersebut perlu ditunjang dengan pengembangan sarana infrastruktur yang memadai sesuai karakteristik wilayah dan tetap berwawasan lingkungan.Untuk pengembangan wisata peninggalan sejarah dan budaya di Kabupaten Pesawaraan ditunjang dengan keberadaan bangunan cagar budaya. Pada lokasi-lokasi wisata ini juga perlu adanya pengembangan sarana infrastruktur yang memadai untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Adapun jumlah pengunjung dan wisata di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini. No. A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 B 1 2 3 4



Tabel 5. 14 Jumlah Pengunjung dan Wisata di Kabupaten Pesawaran Nama Tempat wisata Kecamatan Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Tirta Pantai Mutun Teluk Pandan 177.951 Pantai Mutun Haruna Jaya Teluk Pandan 165.293 Pantai Queen Arta Teluk Pandan 28.177 Pantai Teluk Saung dan Teluk Pandan 6.433 Pemancingan Apung Pantai Lempasing Teluk Pandan 4.208 Pantai Mutun Asri Teluk Pandan 4.684 Pantai Putra Mutun Teluk Pandan 10.052 Pantai Marines Eco Park Padang Cermin 2.262 Pantai Ketapang dalam Teluk Pandan 4.447 Pantai Klara Teluk Pandan 74.213 Pantai Kalura Teluk Pandan 5.322 Taman Wisata Dewi Mandapa Teluk Pandan 1.225 Pantai Ringgung Haruna Teluk Pandan 2.668 Pantai Ringgung Teluk Pandan 31.774 Pantai Sari Ringgung Teluk Pandan 68.256 Masjid Apung Ringgung Teluk Pandan 4.849 Pasir Timbul Teluk Pandan 4.992 Pantai Patengoran Teluk Pandan 863 Pantai Muara Marga Punduh 1.003 Sumur Kuasa Marga Punduh 946 Pantai Pemindangan Marga Punduh 974 Pantai Pancur Permai Punduh Pedada 1.255 Objek Wisata Marina Pantai/Pulau Lahu Pandang Cermin 932 Pantai/Pulau Tegal Pandang Cermin 4.677 Pantai/Pulau Kelagian Pandang Cermin 5.889 Pantai/Pulau Kelagian Lunik Pandang Cermin 2.711



LAPORAN ANTARA



V-46



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 No. Nama Tempat wisata Kecamatan 5 Pantai/Pulau Tangkil Pandang Cermin 6 Pantai/Pulau Mahitam Pandang Cermin 7 Desa Wisata Pulau Pahawang Marga Punduh 8 Pantai/Pulau Tanjung Putus Punduh Pedada 9 Pantai/Pulau Balak Punduh Pedada 10 Pantai/Pulau Loh Punduh Pedada 11 Pantai/Pulau Lunik Punduh Pedada 12 Pulau Umang-umang Punduh Pedada 13 Pantai/Pulau Legundi Punduh Pedada 14 Pantai/Pulau Marga Punduh C Objek Wisata Alam 1 Tahura Wan abdurrahman Teluk Pandan 2 Air Terjun Talang Mulya Teluk Pandan 3 Air Terjun Talang Rabun Teluk Pandan 4 Agro Wisata BPPBL Hanura Teluk Pandan 5 Air Terjun Way Sabu Teluk Pandan 6 Air Panas Margodadi Teluk Pandan 7 Air Terjun Winoyo Gedong Tataan 8 Air Terjun Bogorejo Gedong Tataan 9 Air Terjun Sukadadi Gedong Tataan 10 Buper PTPN VII Waylima Gedong Tataan 11 Air Terjun Gunung Tanjung Waylima 12 Embung Rawa Kuning Waylima 13 Air Terjun Batu Perahu Kedondong 14 Bendungan Argo Guruh Tegineneng Tegineneng D. Objek Wisata Sejarah 1 Museum Nasional Ketransmigrasian Gedong Tataan 2 Situs Batu Pertapaan Waylima 3 Situs Batu Sholat Kedondong Sumber: Kabupaten Pesawaran Dalam Angka,2016



Jumlah Pengunjung 59.441 1.997 25.439 7.860 4.114 1.519 1.129 2.211 1.448 556 9.221 1.166 694 3.344 532 591 1.266 367 222 1.196 359 332 388 389 1.499 387 377



Sentralisasi Objek Wisata



Padang Cermin



Teluk Pandan



LAPORAN ANTARA



Gedong Tataan



V-47



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Arahan Pengembangan Sektor Berdasarkan Hasil Analisis LQ dan Shift Share, berikut merupakan peta yang merepresentasikan pengembangan dari sektor ekonomi dan komoditas di Kabupaten Pesawaran:



Kec. Tegineneng sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis hasil jagung, ternak sapi,



Kec. Negeri Katon sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis Wisata Kerajinan Tangan Tapis, hasil padi, hasil jagung, ternak sapi, home industri



Kec. Way Lima sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis hasil padi, hasil kakao,



Kec. Kedondong sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis hasil kakao



Kec. Way Khilau sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis hasil padi, hasil kakao



Kec. Punduh Pedada sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis Wisata Bahari Dan Warisan Budaya, kuliner/ekraf, hasil padi, hasil pisang, hasil cabe, hasil kakao, hasil kelapa, perikanan/minapolitan



Kec. Gedong Tataan sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis hasil padi, ternak kambing, home industri



Kec. Teluk Pandan sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis Wisata Pantai, Kuliner Dan Ekonomi Kreatif, ekonomi kreatif, perikanan/minapolitan Kec. Way Ratai sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis Wisata Air Terjun, hasil padi, hasil pisang, hasil cabe, ternak kambing, hasil kakao



Kec. Padang Cermin sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis Wisata Air Terjun, kuliner, ekraf, hasil padi, hasil pisang, kakao, perikanan/minapolitan



Kec. Marga Punduh sebagai Kawasan Perdesaan Berbasis Wisata Bahari Dan Warisan Budaya, hasil padi, hasil pisang, hasil cabe, hasil kakao, perikanan/minapolitan



LAPORAN ANTARA



V-48



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 5.4



Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Wilayah



5.4.1 Analisis Kebutuhan Sarana Wilayah Analisis kebutuhan sarana wilayah dilakukan untuk mengetahui tingkat kebutuhan, skala pelayanan serta prospek pengembangan wilayah kedepannya. Dalam analisis yang dilakukan, kebutuhan fasilitas ditekankan pada penambahan fasilitas untuk wilayah yang membutuhkan pelayanan fasilitas tertentu sehingga perlu dilakukan penambahan fasilitas, serta peningkatan mutu pelayanan fasilitas bagi wilayah-wilayah yang telah memiliki fasilitas. Kebutuhan sarana wilayah disesuaikan dengan prospek wilayah dan target pengembangan. Analisa Kebutuhan fasilitas Kabupaten Pesawaran, mencakup analisa kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, serta fasilitas rekreasi dan olahraga. 5.4.1.1 Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa dikebangakan untuk meningkatkan pelayanan ekonomi masyarakat di wilayah Kabupaten Pesawaran. Dalam memenuhi kebutuhannya, Penduduk Kabupaten Pesawaran akan bergerak pada wilayah-wilayah yang



memiliki



pelayanan



fasilitas



terdekat.



Kecenderungan



perkembangan



perdagangan dan jasa dan pergerakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan primer di Kabupaten Pesawaran, berkembang di pusat-pusat perkotaan atau pusat kecamatan. Untuk kedepannya pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa pada wilayah Kabupaten Pesawaran, dilakukan dengan menyesuaikan pada prospek wilayah dan target pengembangan wilayah dengan melihat isu-isu yang berkembang sehingga dalam perencanaan dapat terakomodir secara maksimal. A. Wilayah Pusat WP Pusat Wilayah Pengembangan, pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa diarahkan pada fasilitas yang memiliki skala pelayanan WP yang mampu mendukung aktivitas ekonomi bagi wilayah pendukungnya. Bentuk fasilitas yang dikembangakan antara lain : 1) Pasar



induk,



pasar



komoditas



unggulan,



pasar



wisata,



pasar



tradisional/pasar modern, supermarket, plaza 2) Pertokoaan dan ruko 3) Fasilitas jasa yang mencakup shoowroom, bank, hotel, agen wisata atau tour and travel, dan pengadaian.



LAPORAN ANTARA



V-49



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 B. Wilayah Perkotaan Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa dalam wilayah perkotaan diarahkan pada pusat-pusat kecamatan. Pengembangan fasilitas tersebut dikembangkan untuk melayani kebutuhan penduduk skala kecamatan serta untuk membantu pengembangan potensi ekonomi yang diwilayah Kecamatan. Pengembangan fasilitas dalam wilayah perkotaan meliputi : 1) Pengembangan fasilitas perdagangan skala kecamatan meliputi pasar lokal, toko, minimarket, pusat oleh-oleh, sentra industri. 2) Pengembangan



fasilitas



jasa



skala



kecamatan



meliputi



fasilitas



perbengkelan, koperasi, reparasi barang elektronik, usaha fotocopy, salon, laundry, bank, jasa kursus, jasa lembaga keuangan dan lain sebagainya. C. Wilayah Perdesaan Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam skala pelayanan perdesaan diarahkan pada pengembangan fasilitas yang mampu melayani kebutuhan masyarakat sehari-hari. Fasilitas perdagangan dan jasa yang dikembangkan antara lain: 1) Fasilitas perdagangan yang melayani kebutuhan masyarakat sehari-hari seperti pasar desa, toko bahan pokok, warung, kios. 2) Pengembangan fasilitas jasa seperti KUD, persewaan alat pesta, fasilitas kredit, salon. 5.4.1.2 Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan merupakan sarana yang memiliki peranan yang penting dalam mendukung pengembangan sumberdaya manusia. Fasilitas pendidikan di Kabupaten Pesawaran meliputi pndidikan mulai dari pra sekolah (TK), sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP), sekolah lanjutan tingkat atas (SMA), perguruan tinggi, sekolah luar biasa (SLB), serta pendidikan berbasis pada keagamaan seperti madrasah, pondok pesantren, seminari dan sebagianya. Pengembangan fasilitas pendidikan yang dikembangkan di Kabupaten Pesawarandiupayakan sebagi berikut : A. Wilayah Pusat WP 1) Pengembangan fasilitas pendidikan pada pusat pelayanan WP diarahkan pada pengembangan pendidikan berupa perguruan tinggi berupa institut



LAPORAN ANTARA



V-50



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 maupun



universitas,



Sekolah



Tinggi,



Pendidikan



Tinggi



Berciri



Keagamanaan, SMA/SMK/MA. dan SMP/MTs. 2) Pengembangan fasilitas pendukung pendidikan seperti perpustakaan utama skala regional, jasa bimbingan belajar. 3) Pengembangan fasilitas pendidikan untuk sekolah-sekolah khusus seperti Sekolah Luar Biasa. B. Wilayah Perkotaan 1) Pengembangan fasilitas pendidikan pada wilayah perkotaa diarahkan pada pengembangan fasilitas pendidikan meliputi TK/RA, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA, dan perguruan tinggi. 2) Pengembangan jasa bimbingan belajar dan perpustakaan. C. Wilayah Perdesaan 1) Pengembangan fasilitas pendidikan untuk wilayah perdesaan diarahkan untuk pengembangan fasilitas berupa TK/RA, SD/MI dan SMP/MTs. 2) Untuk mendukung kegiatan pendidikan di wilayah perdesaan, diperlukan pengembangan fasilitas perpustakaan skala desa. 5.4.1.3 Fasilitas Kesehatan Kesehatan masyarakat sangatlah penting untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat. Untuk itu diperlukan adanya pengembangan sarana fisik yang mendukung terciptanya kesehatan bagi masyarakat. Dalam analisis kebutuhan fasilitas kesehatan di Kabupaten Pesawaran, maka dalam pengembangan fasilitas kesehatan dilakukan menurut skala pelayanan wilayah. A. Wilayah Pusat WP Pada pusat WP diarahkan untuk pengembangan Rumah Sakit tipe B atau C serta puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap, perlaatan yang lengkap dan tenaga medis yang memadai. Selain puskesmas pusat, fasilitas lain yang perlu dikembangkan adalah apotik, praktek dokter, serta rumah sakit bersalin. B. Wilayah Perkotaan Pada wilayah perkotaan pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan untuk pengembangan fasilitas kesehatan puskesmas rawat inap dan klinik dengan fasilitas pendukung yang ideal berupa ruang rawat inap, rumah sakit bersalin, praktek dokter, serta apotik. LAPORAN ANTARA



V-51



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 C. Wilayah Perdesaan Pengembangan fasilitas kesehatan untuk wilayah persedaan diarahkan untuk pengembangan fasilitas puskesmas pembantu, posyandu, praktek dokter, praktek bidan, serta peningkatan toko-toko obat. Orientasi pergerakan penduduk dalam pelayanan kesehatan akan mengikuti skala pelayanan dari fasilitas kesehatan yang ada. Untuk pelayanan fasilitas kesehatan puskesmas, penduduk Kabupaten Pesawaran akan bergerak pada wilayahnya masing-masing hingga pada wilayah pusat perkotaan. Sementara untuk memperoleh pelayanan kesehatan seperti Rumah sakit, penduduk akan bergerak menuju pusat pelayanan WP hingga pada wilayah Ibukota Kabupaten, bahkan di luar wilayah Kabupaten Pesawaran. 5.4.1.4 Fasilitas Peribadatan Peribadatan



merupakan



sarana



penunjang



penduduk



untuk



memenuhi



kebutuhan rohanian. Pengembangan fasilitas peribadatan di Kabupaten Pesawaran sebaiknya diarahkan pada pengembangan menurut pelayanan perwilayahan sehingga distribusi pelayanan dari fasilitas tersebut dapat merata. A. Wilayah Pusat WP Pengembangan fasilitas peribadatan yang diarahkan pada pengembangan fasilitas peribadatan yang memberi pelayanan untuk skala wilayah WP dengan fasilitas pengembangan berupa masjid utama/besar, gereja, pura dan vihara. B. Wilayah Perkotaan Pengembangan fasilitas peribadatan untuk wilayah perkotaan disesuaikan dengan jumlah penduduk pendukung pada setiap kecamatan. Pengembangan fasilitas peribadatan tersebut mencakup pengembangan fasilitas masjid, gereja, pura, dan musholla/langgar. C. Wilayah Perdesaan Pengembangan fasilitas peribadatan untuk wilayah pelayanan perdesaan diarahkan untuk pengembangan fasilitas berupa masjid dan musholla/langgar. 5.4.1.5 Fasilitas Rekreasi dan Olahraga Kebutuhan rekreasi dan olahraga sangat penting bagi masyarakat utamanya masyarakat perkotaan yang memiliki aktivitas padat. Sarana olahraga adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan LAPORAN ANTARA



V-52



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 untuk menampung sarana olahraga baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup sesuai dengan lingkup pelayanannya dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk. Keberadaan tempat rekreasi dan olahraga akan sangat membantu mengurangi ketengangan pemikiran dan membantu merilekskan jasmani masyarakat. Adapun upaya pengembangan fasilitas rekreasi dan olahraga adalah :  Pengembangan fasilitas rekreasi untuk jenis wisata alam dikembangkan diseluruh



wilayah



Kabupaten



Pesawaran.



Pengembangan



fasilitas



yang



dilakukan diarahkan pada pengembangan fasilitas pendukung wisata seperti hotel, restaurant, toko, serta pusat informasi wisata.  Pengembangan fasilitas rekreasi untuk wisata sejarah/budaya diarahkan pada pengembangan fasilitas pendukung berupa, museum/galeri, kantor pusat informasi, dan penginapan khususnya.  Pengembangan fasilitas olahraga berupa sport center. 5.4.1.6 Industri dan Potensi Lain Industri dan potensi lain merupakan sarana penunjang penduduk Kabupaten Pesawaran



untuk



meningkatkan



perekonomian



dan



pengurangi



penganguran.



Pengembangan industri dan potensi lain di Kabupaten Pesawaran sebaiknya diarahkan pada pengembangan menurut pelayanan perwilayahan sehingga distribusi pelayanan dari fasilitas tersebut dapat merata. A. Wilayah Pusat WP Pengembangan industri dan potensi yang diarahkan pada pengembangan kawasan industri, Pusat Industri/Pemasaran Hasil Pertanian (Industri Hasil Pertanian), Home Industry Bordir, Genteng, Mebel, Rokok, Sepatu Dan Pengecoran, serta arahan pengembangan Industri Besar & Menengah lainnya, B. Wilayah Perkotaan Pengembangan industri dan potensi untuk wilayah perkotaan meliputi indusri /pemasaran, arahan pengemb. industri besar & menengah lainnya serta home industri. C. Wilayah Perdesaan Pengembangan industri dan potensi untuk wilayah pelayanan perdesaan diarahkan untuk pengembangan fasilitas berupa home industri, industri pengolahan hasil pertanian, Pusat Produksi ikan budidaya, pusat pengolahan perikanan laut. LAPORAN ANTARA



V-53



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



5.4.2 Analisa Kebutuhan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Sistem jaringan prasarana wilayah yang akan dibahas ini sangat erat kaitannya dengan pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Pesawaran yang utuh antara pusat kegiatan dan infrastruktur yang menunjang dan dibutuhkan. Dalam sistem jaringan prasarana ini, yang dibahas bukan hanya dalam lingkup kabupaten, namun salah satunya sangat terkait



dengan sistem Nasional dan Provinsi. Sistem jaringan



prasarana wilayah Kabupaten Pesawaran meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air dan pemanfaatan sumber air tanah, serta prasarana pengelolaan lingkungan. Secara keseluruhan pengembangan prasarana ini akan mendukung struktur dan pola ruang di masa yang akan datang. 5.4.2.1 Sistem Jaringan Transportasi A. Analisa Transportasi Darat 1. Analisa Transportasi Jalan Raya Analisa transportasi jalan raya meliputi analisa jaringan jalan, hirarki kelas jalan, tingkat pelayanan jalan, kondisi, fungsi dan jarak yang termasuk dalam analisa aksesbilitas dan analisa sistem perangkutan. a) Jaringan Jalan Menurut Undang-undang 38/2004 tentang jaringan jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 1) Jalan Tol Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 13 tahun 2017 tentang RTRWN dan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional disebutkan bahwa akan dikembangkan jalan bebas hambatan yaitu :Rencana pengembangan jalan bebas hambatan meliputi ruas Bakauheni – Terbanggi besar sepanjang 140,9 km yang merupakan bagian dari 8 ruas Trans Sumatera. 2) Jalan Arteri Primer Jalan arteri primer di Kabupaten Pesawaran yaitu: Jalan arteri primer ruas Gunung Sugih - Tegineneng LAPORAN ANTARA



V-54



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



3) Jalan Kolektor Primer Ketentuan



Peraturan



Pemerintah



No.



34



Tahun



2006



tentang



Jalan,



menyatakan bahwa : a. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 40 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter; b. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata; c. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan. d. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu; serta e. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus. Jalan kolektor primer yang terdapat di Kabupaten Pesawaran meliputi: 1.



jalan kolektor primer satu (JKP-1), meliputi: a)



ruas Gedong Tataan – Bts Kota Bandar Lampung;



b) ruas Tegineneng – Bts Kota Metro; c) 2.



ruas SP. Tanjung Karang – Kurungan Nyawa (Jln. Raden Gunawan).



jaringan jalan kolektor primer dua (JKP-2) meliputi : a)



ruas jalan Lempasing – Padang Cermin;dan



b) ruas jalan Padang Cermin – SP.Teluk Kiluan. 3.



jaringan jalan kolektor primer tiga (JKP-3) meliputi : 1)



ruas jalan Branti - Gedong Tataan;



2) ruas jalan Gedong Tataan - Kedondong;dan 3) ruas jalan Kedondong – Pardasuka. 4.



jalan strategis provinsi yaitu ruas jalan Padang Cermin – Kedondong dan ruas jalan Candi Mas – Negeri Katon – Pringsewu.



5.



jaringan jalan kolektor primer emapt (JKP-4) meliputi :



Arahan pengembangan jalan lokal primer yang termasuk Jalan Kabupaten di Kabupaten Pesawaran meliputi pengembangan ruas: 1.



Masgar – Margomulyo panjang ruas 4,680 km;



LAPORAN ANTARA



V-55



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 2.



Tegineneg – Trimulyo panjang ruas 7,450 km;



3.



Tegineneg – Kresno Widodo panjang ruas 5,390 km;



4.



Sri Rejeki – Gerning panjang ruas 9,80 km;



5.



Sri Rejeki – Batas Kab. Pringsewu panjang ruas 2,610 km;



6.



Kresno Widodo – Tri Rahayu panjang ruas 6,30 km;



7.



Lumbi Rejo – Tresno Maju panjang ruas 4,210 km;



8.



Negeri Katon – Rawa Rejo panjang ruas 5,470 km;



9.



Negeri Katon – Pujo Rahayu - Batas Kab. Pringsewu panjang 4,90 km;



10. Negeri Sakti – Batas Kab. Lampung Selatan panjang ruas 2,60 km; 11. Negeri Sakti – Markasih – Sungai Langka panjang ruas 4,420 km; 12. Negeri Sakti – Sungai Langka panjang ruas 3,460 km; 13. Bernung – Sungai Langka panjang ruas 3,460 km; 14. Wiyono – Dam C panjang ruas 3,250 km; 15. Kebagusan – Kampung Sawah panjang ruas 1,20 km; 16. Sukamarga – Sukadadi – Sepakat panjang ruas 5,70 km; 17. Banjar Negeri – Batas Pringsewu panjang ruas 4,040 km; 18. Sidodadi – Batas Pringsewu panjang ruas 5,250 km; 19. Pasar Baru – Gunung Sari panjang ruas 4,770 km; 20. Kubu Batu – Kota Jawa panjang ruas 6,040 km; 21. Penengahan – Mada - Gunung Sari panjang ruas 6,250 km; 22. Padang Cermin– Bayas Jaya panjang ruas 6,920 km; 23. Sentongan Jaya – Gunung Sari – Gunung Rejo panjang ruas 5,320 km; 24. Wates – Harapan Jaya panjang ruas 8,610 km; 25. Sukajaya Lempasing – Muncak panjang ruas 5,520 km; 26. Maja – Sidodadi panjang ruas 3,180 km; 27. Sukamaju – Pagar Jaya panjang ruas 6,467 km; 28. Bawang – Sukamaju panjang ruas 10,929 km. Diharapkan dengan adanya rencana pengadaan jalan baru yang juga menghubungkan Kabupaten Pesawaran dengan kabupaten/kota lainnya dapat membantu mempercepat pertumbuhan wilayah di Kabupaten Pesawaran, khususnya pada kawasan potensial yang dilalui tingkat aksesibilitas tinggi.



LAPORAN ANTARA



V-56



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 4) Pengembangan Jaringan Jalan a) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan 1. trayek



angkutan



penumpang



yang



menjangkau



seluruh



wilayah



kecamatan; 2. trayek angkutan barang meliputi:  trayek Kabupaten– KotaBandar Lampung- Kabupaten Pringsewu;  trayek Gedong Tataan– Negeri Katon– Natar;  trayek Gedong Tataan–Kedondong;  trayek Kedondong-Padang Cermin; dan  trayek Tanjung Karang-Punduh Pedada. b) Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan 1. Terminal penumpang meliputi:  pembangunan terminal tipe C di Kecamatan Gedong Tataan;  pembangunan terminal tipe C di Kecamatan Tegineneng.;  pembangunan terminal tipe C di Kecamatan Padang Cermin; dan  peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai. 2. Terminal barang di Kecamatan Tegineneng. B. Analisa Transportasi Kereta Api Transportasi kereta api ini sangat mendukung dalam proses pergerakan barang dan manusia. Dalam pengembangan pelayanan transportasi kereta api lebih lanjut, maka diperlukan adanya penyediaan fasilitas stasiun dan upaya menjaga dan mengamankan jaringan rel kereta api, baik jaringan rel kereta api yang melintasi jalan raya maupun konservasi/sempadan rel kereta api sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Analisa transportasi kereta api meliputi analisa kebutuhan penyediaan fasilitan stasiun, analisa kebutuhan jaringan kereta api ataupun komuter, serta analisa konservasi sempadan rel kereta api. Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api di Kabupaten Pesawaran berdasarkan kebijakan pengembangan sistem transportasi di Pulau Sumatera dan Provinsi Lampung adalah pembuatan jaringan baru yang menghubungkan Rejosari di Kecamatan Tegineneng dengan Kota Pringsewu. Jaringan rel kereta api ini melewati sebagian dari Kecamatan Gedong Tataan.



Rencana sistem jaringan kereta api



meliputi: 1. jalur ganda (double track) Tanjung Karang - Kertapati; LAPORAN ANTARA



V-57



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 2. 3. 4. 5.



jalur jalur jalur jalur



perlintasan (longcut) Tegineneng - Tarahan; Tegineneng - Bakauheni; Tegineneng - Metro; dan Tanjung Karang - Tegineneng - Pringsewu



Jaringan jalur kereta api yang digunakan secara khusus yaitu jalur KA yang digunakan secara khusus untuk mendukung kawasan industri Teginenengjalur Tegineneng – Metro. Adapun stasiun meliputi: a. stasiun penumpang, meliputi: 1) stasiun penumpang Tegineneng di Kecamatan Tegineneng; dan 2) stasiun penumpang Gedong Tataan di Kecamatan Gedong Tataan. b. stasiun barang Tegineneng di Kecamatan Tegineneng. GAMBAR 5.4 SEMPADAN REL KERETA API



JALAN KERETA API



11,5 meter



I



11,5 meter



II



II



I



23.00 meter



KETERANGAN : I : Kawasan Yang Diperkenankan untuk Pengembangan Bangunan



II : Kawasan Sempadan Jalan Kereta Api Yang Tidak Diperkenankan Adanya Gambar 5. 3Sempadan Jaringan Kereta Api Aktivitas.



Keterangan :



Untuk Sempadan Kereta Api Dapat Difungsikan Sebagai Ruang Terbuka Hijau Yaitu Antara Sempadan Garis Tepi Rel Kereta Api Hingga Batas Pinggir Bandan Kereta Api. Dengan dimanfaatkan Sebagai Ruang Terbuka Hijau, Maka Manfaat Yang Diperoleh Sangat Banyak, Yaitu: 1. Sebagai Alat Peredam Suara Yang Ditimbulkan Oleh Mesin Kereta Api. 2. Untuk Mengurangi Polusi, Baik Akibat Dari Polusi Asap Dari Kereta Api Maupun Oleh Kendaraan Lain. 3. Untuk Membatasi Dan Agar Tidak Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Sekitar Untuk Kegiatan, Baik Kegiatan Berdagang Maupun Mendirikan Bangunan Lainnya.



I



: Kawasan Yang diperkenankan untuk pengembang bangunan



II



: Kawasan sempadan jalan kereta api yang tidak diperkenankan adanya aktivitas



Untuk sempadan kereta api dapat difungsikan sebagai RTH yaitu antara BAB V - 34



sempadan garis tepi rel kereta api hingga batas pinggir kereta api. Dengan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau, maka manfaat yang diperoleh, yaitu : a. Sebagai pembatas agar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan baik kegiatan berdagang maupun mendirikan bangunan lainnya b. Sebagai alat peredam suara yang ditimbulkan oleh mesin kereta api. c. Sebagai pembatas dari tingkat keamanan disepanjang jalur kereta api. C. Analisa Transportasi Laut 1. jaringan transportasi laut berupa: a. pelabuhan laut; dan LAPORAN ANTARA



V-58



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 b. alur pelayaran di laut Pelabuhan pengumpul yaitu Pelabuhan Ketapang di Kecamatan Teluk Pandan. Pelabuhan pengumpan meliputi: a. pelabuhan pengumpan regional yaitu pelabuhan Pulau Legundi di Kecamatan Punduh Pedada b. Pelabuhan pengumpan lokal yaitu pelabuhan Pulau Pahawang di Kecamatan Marga Punduh c. terminal khusus yaitu terminal khusus Desa Pagar di Kecamatan Punduh Pedada. Sedangkan alur pelayaran di laut merupakan pelayaran umum dan perlintasan meliputi: a. alur pelayaran dari Pelabuhan Panjang kearah barat daya melalui perairan diantara Tanjung Tikus dan Pulau Seserot (Kecamatan Punduh Pedada), Pelabuhan Panjang ke arah selatan menuju Selat Sunda melalui perairan diantara Pulau Siuncal (Kecamatan Punduh Pedada); dan b. alur pelayaran dari Ketapang (Kecamatan Teluk Pandan)-Pulau Pahawang (Kecamatan Punduh Pedada), Ketapang (Kecamatan Teluk Pandan) - Legundi (Kecamatan Punduh Pedada), dan Ketapang-Pulau Siuncal (Kecamatan Punduh Pedada). D. Analisa Transportasi Udara Kebutuhan pangkalan udara untuk mendukung kawasan terpadu TNI di Kabupaten Pesawaran berdasarkan rencana strategis TNI, maka bandar udara khusus untuk kepentingan pertahanan/keamanan akan dibangun di Pulau Kelegian. 5.4.2.2 Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan Listrik merupakan kebutuhan vital bagi setiap orang, baik digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari, instansi, maupun aktivitas industri. Secara umum pelayanan energi listrik di wilayah Kabupaten Pesawaran telah menjangkau wilayahwilayah perdesaan. Adapun pengembangan pelayanan energi listrik yang dilakukan antara lain : a. infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya, meliputi: 1. pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)Tegineneng di Kecamatan Tegineneng; 2. pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Siuncal Pulau Legundi di Kecamatan Punduh Pedada; 3. pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Way Ratai di Kecamatan Padang Cermin/Kecamatan Way Ratai. b. infrakstruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukungnya, meliputi:



LAPORAN ANTARA



V-59



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 1. jaringan



transmisi



tenaga



listrik



untuk



menyalurkan



tenaga



listrik



antarsistem, meliputi: a) saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) tegangan 500 kV interkoneksi Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui Kecamatan Tegineneng; b) saluran udara tegangan tinggi (SUTT) tegangan 275 kV jaringan yang menghubungkan transmisi dari Gumawang ke Lampung 1; c) saluran udara tegangan menengah (SUTM) tegangan150 kV meliputi: 1. jaringan transmisi Pagelaran–Gedong Tataan; 2. jaringan transmisi Gedong Tataan–Teluk Ratai; 3. jaringan



transmisi



Blambangan



Umpu–Inc.2



Pi



(Sribawono– Tegineneng); 4. jaringan



transmisi



Lampung-I–Inc.



2



Pi



(Sribawono–



Tegineneng); 5. jaringan transmisi Tegineneng–Lampung-I; 6. jaringan transmisi Tegineneng–Natar;dan 7. jaringan transmisi Teluk Ratai–PLTP Way Ratai. d) Gardu induk (GI) meliputi: 1. GI Gedong Tataan di Kecamatan Gedong Tataan; 2. GI Tegineneng di Kecamatan Tegineneng; 3. GI Teluk Rataidi Kecamatan Padang Cermin; dan 4. GI Ketapang di Kecamatan Teluk Pandan. 5.4.2.3 Sistem Jaringan Telekomunikasi Prasarana telekomunikasi merupakan sarana untuk menunjang komunikasi baik masyarakat maupun instansi/swasta. Teknologi telematika telah mampu melayani seluruh wilayah Kabupaten Pesawaran, hal itu terlihat dengan banyaknya jumlah pengguna telepon seluler pribadi yang terus meningkat, dan jaringan internet yang terus merambah ke desa-desa walaupun penyebarannya belum merata disetiap wilayah Kabupaten Pesawaran. Dengan semakin berkembangnya teknologi, maka untuk peningkatan kebutuhan dan pelayanan masyarakat perlu dilakukan peningkatan jumlah dan mutu telematika pada setiap wilayah, yaitu sebagi berikut : Sistem jaringan telekomunikasi meliputi: a. jaringan tetap; dan



LAPORAN ANTARA



V-60



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 b. jaringan bergerak. Jaringan tetap terdiri atas jaringan telepon saluran tetap dan pusat automatisasi sambungan telepon Kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan Tegineneng, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Teluk Pandan, dan Kecamatan Padang cermin. Jaringan bergerak berupa jaringan bergerak seluler berada di seluruh kecamatan, meliputi: a.



menara telekomunikasi bersama (sharing tower) Base Transceirver Station (BTS)



b.



menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh kecamatan.



5.4.2.4 Sistem Jaringan Sumber Daya Air dan Pemanfaatan Sumber Air Tanah A. Analisis Kebutuhan Air Baku Air memiliki peranan yang penting bagi kehidupan dan segala bentuk aktivitas masyarakat perkotaan dan perdesaan. Untuk itu keberadaan air baku perlu untuk dikembangkan sehingga dalam pelayanan dapat merata pada setiap masyarakat yang membutuhkan. Analisis kebutuhan air baku dibedakan menjadi 2 bagian yaitu analisis kebutuhan air bersih dan kebutuhan irigasi. 1. Analisis Kebutuhan Air Bersih Potensi air bersih di Kabupaten Pesawaran cukup besar dikarenakan Kabupaten Pesawaran memiliki potensi sumber mata air yang besar. Sumberdaya air yang dipakai saat ini di Kabupaten Pesawaran berasal darimata air pengunungan, air tanah dangkal dan sungai–sungai/anak sungai. Dari data yang diperoleh pada tahun 2016 berdasarkan data Kabupaten Pesawaran Dalam Angka jumlah pelanggan yang terlayani air bersih sebanyak 5.062 jiwa, air yang disalurkan sebesar 779.474 m3 dengan nilai produksi sebesar Rp. 3.594.555.880. Pengembangan layanan air bersih bagi masyarakat sangat perlu dilakukan mengingat fungsi dari air bersih tersebut yang sangat penting. Untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di Kabupaten Pesawaran, utamanya daerah-daerah yang mengalami kesulitan air maka diperlukan upaya-upaya penanganan seperti :  Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air, dan daerah resapan air  Perluasan daerah tangkapan air LAPORAN ANTARA



V-61



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031  Peningkatan



layanan



dan



pengelolaan



air



bersih



oleh



PDAM



dengan



peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah perdesaan. sistem jaringan sumber daya air lintas Kabupaten/Kota yang berada di di wilayah kabupaten, meliputi: a. sumber air 1) air permukaan a) sungaiWay Sekampung yang merupakan WS Strategis Nasional dan Sungai Way Semangka yang merupakan WS kewenangan provinsi; b) bendung Argo Guruh di Kecamatan Tegineneng, bendung Way Padang RatuI di Kecamatan Kedondong, bendung Pujo Rahayu di Kecamatan Negri Katon dan bendung Way Sabu di Kecamatan Padang Cermin; c) embung yang tersebar di seluruh kecamatan 2) air tanah air tanah pada cekungan air tanah (CAT) Metro – Kota Bumi terdapat di Kecamatan Tegineneng, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan Way Lima dan Kecamatan Kedondongdan air tanah pada cekungan air tanah (CAT) Bandar Lampung terdapat di Kecamatan Padang Cermin. 3) sistem pengendalian banjir pada daerah aliran sungai Way Sekampung dan sungai Way Semangka. sistem jaringan sumber daya air Kabupaten, meliputi: a. sumber air 1) air permukaan a) sungai Way Gebang, Sungai Way Batu Menyan, Sungai Way Sabu, Sungai Way Rusaba, sungai Way Bawang, Sungai Way Tanjung Tikus, Sungai Way Pedada, Sungai Way Punduh, Sungai Way Panrama, Sungai Way Ratai, Sungai Way Padang Ratu, Sungai Way Semah, Sungai Way Sabu dan Sungai Way Dantar: b) mata air Way Linti di Kecamatan Gedong Tataan, mata air Way Cengkuang 2 dan Bayas di Kecamatan Kedondong, mata air Way Rilau dan Gunung Rejo di Kecamatan Way Ratai, mata air Hanau Berah dan Selo Rejo di Kecamatan Padang Cermin; c) danau bekas tambang marmer di Kecamatan Negeri Katon; d) embung yang tersebar di seluruh kecamatan; dan LAPORAN ANTARA



V-62



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 e) rawa Way Kijing di Kecamatan Way Lima. 2) sistem pengendalian banjir pada daerah aliran sungai Way Gebang, Sungai Way Sabu, sungai Way Bawang, Sungai Way Pedada, Sungai Way Punduh, Sungai Way Panorama, Sungai Way Ratai, Sungai Way Semah, Sungai Way Batu Balak, dan Sungai Way Batangan Menangi. 3) jaringan air baku untuk air bersih : a) sumber air baku di Kecamatan Tegineneng, sungai Way Semah di Kecamatan sungai Way Padang Ratu di Kecamatan Way Lima, sungai Way Penyarian Kecamatan Padang Cermin, sungai Way Khilau di Kecamatan Way Khilau, sungai Way Selorejo di Kecamatan Way Ratai, sungai Way Baturaja di Kecamatan Punduh Pedada; dan b) air tanah dangkal di seluruh kecamatan. 2. Analisis Kebutuhan Irigasi Saluran irigasi sangat penting untuk perkembangan sektor pertanian, utamanya daerah pertanian tanaman pangan. Untuk mengoptimalkan pelayanan aliran irigasi utamanya



untuk



daerah



yang



belum



terlayani



aliran



irigasi,



maka



upaya



pengembangan pelayanan irigasi dilakukan dengan cara :  Mencegah pembangunan pada saluran irigasi primer;  Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran irigasi, serta daerah aliran sungai;  Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran-saluran irigasi. sistem daerah irigasi (DI) kewenangan provinsi: a) DI Way Pujorahayu berada di Kecamatan Negeri Katon; b) DI Way Padang Ratu I berada di Kecamatan Kedondong; c) DI Way Mincang IV berada di KecamatanKedondong; dan d) DI Way Napal berada di Kecamatan Way Khilau sistem daerah irigasi (DI) kewenangan kabupaten: 1)



DI Way Mada Jaya berada di Kecamatan Way Khilau;



2)



DI Way Lunik Penengahan berada di Kec. Way Khilau;



3)



DI Way Kubu Batu I & II berada di Kec.Way Khilau;



4)



DI Way Kedondong I berada di Kecamatan Kedondong;



LAPORAN ANTARA



V-63



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 5)



DI Way Kedondong IIberada di Kecamatan Kedondong;



6)



DI DI Way Kertosono berada di Kecamatan Kedondong;



7)



DI Way Langkop Adang berada di Kecamatan Kedondong;



8)



DI Way Padang Cermin I berada di Kec.Way Khilau;



9)



DI Way Padang Cermin IIberada di Kec.Way Khilau;



10) DI Way Lunik Hulu berada di Kecamatan Way Khilau; 11) DI Way Lipang berada di Kecamatan Way Khilau; 12) DI Way Tabak berada di Kecamatan Kedondong; 13) DI Way Rilau berada di Kecamatan Way Khilau; 14) DI Way Gunung Sugih berada di Kecamatan Kedondong; 15) DI Way Tahala berada di Kecamatan Kedondong; 16) DI Way Kubu Batu berada di Kecamatan Way Khilau; 17) DI Way Kota Jawa berada di Kecamatan Way Khilau; 18) DI Way Semah I berada di Kecamatan Gedong Tataan; 19) DI Way Semah IIberada di Kecamatan Gedong Tataan; 20) DI Way Langkap berada di Kecamatan Gedong Tataan; 21) DI Way Linti berada di Kecamatan Gedong Tataan; 22) DI Way Berulu berada di Kecamatan Gedong Tataan; 23) DI Way Sukaraja berada di Kecamatan Gedong Tataan; 24) DI Way Bogorejo (Gedung) berada di Kec.Gedong Tataan; 25) DI Way Bernung berada di Kecamatan Gedong Tataan; 26) DI Way Kandis berada di Kecamatan Gedong Tataan; 27) DI Way Curup berada di Kecamatan Gedong Tataan; 28) DI Way Semah III berada di Kecamatan Negeri Katon; 29) DI Way Kuburan berada di Kecamatan Negeri Katon; 29) DI Way…. 30) DI Way Rowo Rejo berada di Kecamatan Negeri Katon; 31) DI Way Handak berada di Kecamatan Negeri Katon; 32) DI Way Gading II berada di Kecamatan Negeri Katon; 33) DI Way Kating Wonokromo (Hlg. Ratu) berada di Kecamatan Negeri Katon; 34) DI Way Hindik berada di Kecamatan Tegineneng; 35) DI Way Berumbun berada di Kecamatan Tegineneng; 36) DI Way Cik Muri berada di Kecamatan Tegineneng; 37) DI Way Cik Yang berada di Kecamatan Tegineneng; 38) DI Way Sekampung Anak berada di Kec.Tegineneng LAPORAN ANTARA



V-64



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 39) DI Way Trimulyo berada di Kecamatan Tegineneng 40) DI Way Krisnowidodo (Gs. Baru) berada di Kecamatan Tegineneng; 41) DI Way Trisnomaju berada di Kecamatan Tegineneng; 42) DI Way Cinander berada di Kecamatan Tegineneng; 43) DI Way Ratai I berada di Kecamatan Padang Cermin; 44) DI Way Ratai IIberada di Kecamatan Padang Cermin; 45) DI Way Wonorejo berada di Kecamatan Padang Cermin; 46) DI Way Padang Cermin berada di Kec.Padang Cermin; 47) DI Way Elok Bawah berada di Kecamatan Padang Cermin; 48) DI Way Dantar I berada di Kecamatan Padang Cermin; 49) DI Way Oro-oro berada di Kecamatan Padang Cermin; 50) DI Way Kincir I berada di Kecamatan Padang Cermin; 51) DI Way Buah Bawah berada di Kec.Padang Cermin; 52) DI Way Urang berada di Kecamatan Padang Cermin; 53) DI Way Elok Atas berada di Kecamatan Padang Cermin; 54) DI Way Panas berada di Kecamatan Padang Cermin; 55) DI Way Way Kuripan (Gede) berada di Kec.Padang Cermin 56) DI Way Sulah berada di Kecamatan Padang Cermin; 57) DI Way Batu Raja Punduhberada di Kec.Padang Cermin; 58) DI Way Cambai berada di Kecamatan Punduh Pedada; 59) DI Way Maja (Punduh) berada di Kec.Punduh Pedada; 60) DI Way Pematang Awi berada di Kec.Punduh Pedada; 61) DI Way Sebelanga (Cikiri) berada di Kec.Punduh Pedada; 62) DI Way Lunik Penengahan berada di Kec.Punduh Pedada; 63) DI Way Kupang berada di Kecamatan Punduh Pedada; 64) DI Way Pidada berada di Kecamatan Punduh Pedada; 65) DI Way Banding Agung berada di Kec.Punduh Pedada; 66) DI Way Lunik Punduh berada di Kec.Punduh Pedada; 67) DI Way Lebak berada di Kecamatan Punduh Pedada; 68) DI Way Kota Jawa berada di Kecamatan Punduh Pedada; 69) DI Way Awi II berada di Kecamatan Way Lima; 70) DI Way Pekir Atas berada di Kecamatan Way Lima; 71) DI Way Lubuk Rumput berada di Kecamatan Way Lima; 72) DI Way Batu Raja berada di Kecamatan Way Lima; LAPORAN ANTARA



V-65



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 73) DI Way Padang Ratu II berada di Kecamatan Way Lima; 74) DI Way Padang Ratu III berada di Kecamatan Way Lima; 75) DI Way Paguyuban berada di Kecamatan Way Lima; 76) DI Way Padang Rincang berada di Kecamatan Way Lima; 77) DI Way Harong berada di Kecamatan Way Lima; 78) DI Way Awi III berada di Kecamatan Way Lima; 79) DI Way Way Awi IV rada di Kec.Way Lima; dan 80) DI Way Pekir Atas I berada di Kecamatan Way Lima. 5.4.2.5 Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan 1. Analisis Persampahan Dengan meningkatnya aktivitas dan kebutuhan masyarakat di Kabupaten Pesawaran, maka jumlah sampah yang dihasilkan terus meningkat. Tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Pesawaran cukup baik, hal ini terlihat dengan jumlah dan penyebaran fasilitas Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Persoalan pengelolaan persampahan untuk wilayah perdesaan masih belum begitu menganggu pencemaran lingkungan, karena masih banyak alternatif lain yang mampu dilakukan penduduk setempat untuk mengatasinya, seperti membakar dan sebagainya. Untuk perkotaan yang cukup padat khususnya ibukota kecamatan atau perkotaan kecamatan, sudah saatnya dipikirkan untuk ditangani, sehingga prioritas penanganan sampai dengan akhir periode perencanaan diarahkan kepada perkotaan kecamatan.Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Pesawaran dibedakan berdasarkan perwilayahan. Sementara untuk penanganan berkelanjutan pengelolaan sampah perkotaan, terdapat beberapa alternatif-alternatif pengalolaan, diantaranya : a. Pembuangan Terbuka (Open Dumping) Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan membuang begitu saja sampah yang telah dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan. b. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill) Penimbunan



saniter



adalah



teknik



penimbunan



sampah



yang



dapat



meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 – 5 meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 – 30 cm. LAPORAN ANTARA



V-66



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 c. Pembakaran (Incineration) Pembakaran merupakan salah satu cara pemusnahan sampah dengan cara mengurangi volume maupun berat sampah melalui proses pembakaran. d. Pembuatan Kompos (Composting) Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi pupuk. e. Pemanfaatan Ulang (Recycling) Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar dapat dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar). 2. Analisis Kebutuhan Sanitasi Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, maka diperlukan adanya sistem pengelolaan limbah khusus yang dihasilkan oleh setiap kepala keluarga. Upaya penanganan permasalahan limbah khusus rumah tangga dibedakan menurut wilayah perkotaan dan perdesaan. a.



Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK.



b.



Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga dapat dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap KK serta fasilitas sanitasi umum.



3. Drainase Sistem jaringan prasarana drainase wilayah meliputi: a.



Sistem jaringan drainase primer menggunakan sungai-sungai besar di daerah;



b.



Sistem jaringan drainase sekunder terdapat pada jalur-jalur utama di seluruh daerah;



c.



Sistem jaringan drainase tersier meliputi jaringan drainase yang terdapat pada permukiman daerah. Adapun arahan untuk pengendalian banji di Kabupaten Pesawaran meliputi:



LAPORAN ANTARA



V-67



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 - pembangunan sistem drainase secara terpadu pada kawasan perkotaan; - peningkatan sarana dan prasarana penunjang drainase; - pembangunan



saluran



drainase



memperhatikan



kontur



dan



daerah



tangkapan air; - pembuatan saluran drainase tersendiri pada setiap kawasan fungsional; - pengembangan sistem pemusatan pada lokal primer dan sekunder yang terdapat pada desa-desa pusat perkotaan dan pada pusat permukiman; - perbaikan prasarana drainase dengan cara normalisasi saluran, rehabilitasi saluran, dan penambahan saluran baru; - penyusunan rencana induk sistem drainase wilayah kabupaten dan rencana penanganan kawasan tertentu yang rawan banjir yaitu di Kecamatan Padangcermin, Kecamatan Punduh Pedada; dan - mengoptimalkan daya resap air ke dalam tanah untuk mengurangi beban saluran drainase dengan penghijauan dan kewajiban pembuatan sumur resapan pada kawasan-kawasan tertentu. 5.5



Analisis Struktur dan Pola Ruang



5.5.1 Analisis Struktur Ruang 5.5.1.1 Analisis Orde Kota A. Analisis Sistem Perdesaan Permukiman perdesaan di Kabupaten Pesawaran tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pesawaran yaitu terdapat di dataran rendah, dataran tinggi, serta daerah pesisir.



Hal



ini



menunjukkan



adanya



keberagaman



pola



persebaran



yang



mempengaruhi pola hidup dan adat istiadat. Pola ruang seperti ini menjadikan pusat kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-macam, dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut : 1.



Setiap dusun memiliki pusat dusun;



2.



Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa;



3.



Beberapa desa dalam satu kecamatan memiliki pusat kegiatan yang hirarkinya dibawah perkotaan kecamatan yakni sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP);



4.



Perdesaan yang lokasinya strategis langsung berhubungan dengan masingmasing ibukota kecamatan; dan



5.



Perdesaan yang membentuk sistem keterkaitan atau berorientasi pada pusat WP.



LAPORAN ANTARA



V-68



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



1 2



Dusun Desa



3 4



DPP



5



Pusat WP Ibukota Kecamatan



Kaw. Perkotaan



Gambar 5. 4 Diagram Sistem Perdesaaan



B. Analisa Sistem Perkotaan Kawasan Perkotaan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan ialah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat



permukiman



perkotaan,



pemusatan



dan



distribusi



pelayanan



jasa



pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Adapun kriteria kawasan perkotaan meliputi: a.



Memiliki karakteristik kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau mata pencaharian penduduknya terutama di bidang industri, perdagangan, dan jasa; dan



b.



Memiliki karakteristik sebagai pemusatan dan distribusi pelayanan barang dan jasa didukung prasarana dan sarana termasuk pergantian moda transportasi dengan pelayanan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Dalam pengklasifikasi kawasan perkotaan di Kabupaten Pesawaran, maka



dalam perhitungannya digunakan penilaian skalogram, sebagai berikut: Tabel 5. 15 Indeks Jumlah Penduduk di Kabupaten Pesawaran Jumlah Penduduk (Jiwa) o. Nama Kecamatan Indeks Tahun 2015 1 13.390 14 Punduh Pidada 2 13.512 14 Marga Punduh 3 27.405 29 Padang Cermin



LAPORAN ANTARA



V-69



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



o.



Nama Kecamatan



4 Teluk Pandan 5 Way Ratai 6 Kedondong 7 Way Khilau 8 Way Lima 9 Gedong Tataan 10 Negeri Katon 11 Tegineneng Sumber: Hasil Analisa,2017



Jumlah Penduduk (Jiwa) Tahun 2015 35.692 34.505 33.707 26.762 30.582 94.204 64.707 51.923



Berdasarkan



hasil



Indeks 38 37 36 28 32 100 69 55



perhitungan



indeks



yang



direpresentasikan pada tabel dan gambar disamping dapat disimpulkan bahwa terjadi pemusatan jumlah penduduk di kecamatan Tegineneng, Negeri Katon dan Gedong Tataan. Dimana nilai indeks tertinggi ada di kecamatan



Gedong



Tataan,



Negeri



Katon



dan



Tegineneng. Hal tersebut mengindikasikan adanya pemusatan



pembangunan



yang



mengarah



pada



kawasan ini sehingga terjadi pemusatan penduduk kearah utara. Selain jumlah penduduk faktor yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan nilai indeks total



kependudukan



adalah



indeks



kepadatan



penduduk. Berikut merupakan tabel dan peta yang merepresentasikan nilai kepadatan penduduk:



Tabel 5. 16Indeks Kepadatan Penduduk di Kabupaten Pesawaran Kepadatan Penduduk No. Nama Kecamatan Indeks (Jiwa/km2) 1 Punduh Pidada 118,3 12 2 Marga Punduh 121,73 13 3 Padang Cermin 215,21 22 4 Teluk Pandan 461,49 48 5 Way Ratai 305,49 31 6 Kedondong 503,09 52 7 Way Khilau 417,44 43 8 Way Lima 306,34 32 9 Gedong Tataan 970,57 100 10 Negeri Katon 423,78 44 11 Tegineneng 343,27 35 Sumber: Hasil Analisa,2017



LAPORAN ANTARA



V-70



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Berdasarkan hasil perhitungan indeks yang direpresentasikan pada tabel dan gambar disamping dapat disimpulkan bahwa terjadi pemusatan



kepadatan



penduduk



di



kecamatan Tegineneng, Negeri Katon dan Gedong Tataan.



Dimana nilai indeks



tertinggi ada di kecamatan Gedong Tataan, Negeri Katon dan Tegineneng. Berikut merupakan



tabel



dan



merepresentasikan



nilai



peta



yang



kepadatan



penduduk:



Tabel 5. 17 Indeks Total Kependudukan di Kabupaten Pesawaran Penduduk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Kecamatan



Jumlah



14 Punduh Pidada 14 Marga Punduh 29 Padang Cermin 38 Teluk Pandan 37 Way Ratai 36 Kedondong Way Khilau 28 32 Way Lima Gedong Tataan 100 69 Negeri Katon 55 Tegineneng Sumber: Hasil Analisa,2017



LAPORAN ANTARA



Kepadatan 12 13 22 48 31 52 43 32 100 44 35



Jumlah



Indeks



26 27 51 85 68 88 71 64 200 112 90



13 13 26 43 34 44 36 32 100 56 45



V-71



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Berdasarkan hasil perhitungan indeks total yang



direpresentasikan



pada



tabel



dan



gambar disamping dapat disimpulkan bahwa terjadi pemusatan jumlah penduduk yang terbagi dalam dua pusat. Pusat pertama adalah di kecamatan Tegineneng, Negeri Katon dan Gedong Tataan. Pusat Kedua adalah Kecamatan Way Khilau, Kedondong, Way Ratai dan Teluk Pandan. Dimana nilai indeks tertinggi ada di kecamatan Gedong Tataan, Negeri Katon dan Tegineneng. Hal tersebut mengindikasikan adanya pemusatan pembangunan



yang



mengarah



pada



kawasan ini



Tabel 5. 18 Indeks Perdagangan dan Jasa Penunjang Ekonomi di Kabupaten Pesawaran Swalayan Pasar (Bobot 3) Toko (Bobot 1) (Bobot 2) No Kecamatan Jumlah Indeks Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai 1 Punduh Pidada 1 3 0 0 10 10 13 21 2 Marga Punduh 1 3 0 0 0 0 3 5 3 Padang Cermin 1 3 0 0 4 4 7 11 4 Teluk Pandan 1 3 0 0 2 2 5 8 5 Way Ratai 3 9 0 0 4 4 13 21 6 Kedondong 1 3 2 4 6 6 13 21 7 Way Khilau 1 3 0 0 3 3 6 10 8 Way Lima 1 3 0 0 2 2 5 8 9 Gedong Tataan 3 9 7 14 38 38 61 100 10 Negeri Katon 8 24 1 2 15 15 41 67 11 Tegineneng 4 12 2 4 22 22 38 62 Sumber: Hasil Analisa,2017



LAPORAN ANTARA



V-72



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Teridentifikasinya diferensiasi kegiatan ekonomi kearah perdagangan dan jasa di kecamatan Tegineneng, Negeri Katon dan Gedong Tataan



Kawasan selatan masih didominasi oleh kegiatan ekonomi yang mengarah pada sektor primer



Kondisi tersebut mengakibatkan adanya pemusatan pembangunan pada kawasan yang memiliki diferensiasi ekonomi tinggi dan berimplikasi pada kesenjangan penyediaan sarana prasana



LAPORAN ANTARA



V-73



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Tabel 5. 19 Indeks Pendidikan di Kabupaten Pesawaran TK (Bobot 1) Jumlah Indeks 5 5 1 Punduh Pidada 3 3 2 Marga Punduh 8 8 3 Padang Cermin 0 0 4 Teluk Pandan 0 0 5 Way Ratai 6 6 6 Kedondong 2 2 7 Way Khilau 6 6 8 Way Lima 18 18 9 Gedong Tataan 16 16 10 Negeri Katon 11 11 11 Tegineneng Sumber: Hasil Analisa,2017 No



Kecamatan



SD (Bobot 2) Jumlah Indeks 12 24 9 18 22 44 14 28 22 44 26 52 21 42 36 72 65 130 46 92 36 72



SMP (Bobot 3) Jumlah Indeks 5 15 2 6 5 15 2 6 2 6 5 15 2 6 3 9 13 39 12 36 11 33



SMA/SMK (Bobot 4) Jumlah Indeks 1 4 2 8 6 24 1 4 0 0 3 12 1 4 1 4 7 28 5 20 6 24



Jumlah



Indeks



48 35 91 38 50 85 54 91 215 164 140



22 16 42 18 23 40 25 42 100 76 65



Pemusatan yang terjadi di Kabupaten Pesawaran ini implikasi dari adanya pemusatan aktifitas ekonomi dan penduduk yang mengarah pada kawasan Pemusatan penyediaan fasilitas pendidikan tinggi



utara. Sehingga arah penyediaan fasilitas pendidikan lebih mengarah pada kecamatan Gedong Tataan, Negeri Katon dan Tegineneng.



Jika dihitung



dengan menggunakan rumus indeks Williamson yang dimodifikasi nilai kesenjangan penyediaan kebutuan fasilitas pendidikan ini teridentifikasi pada nilai 0,78. Dimana nilai tersebut mengindikasikan tingkat kesenjangan yang



\



Kondisi pemenuhan fasilitas pendidikan yang rendah



tinggi.



Dari nilai penyediaan/ indeks pendidikan teridentifikasi minimnya



penyediaan fasilitas pendidikan sekolah menengah atas dan setingkat Tabel 5. 20 Indeks Kesehatan di Kabupaten Pesawaran



perguruan tinggi. Sehingga didapatkan prioritas penyediaan fasilitas SMA di Way Ratai.



LAPORAN ANTARA



V-74



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Kecamatan



Rumah Sakit Umum (Bobot 5)



Jumlah Indeks 0 0 Punduh Pidada 0 0 Marga Punduh 0 0 Padang Cermin 0 0 Teluk Pandan 0 0 Way Ratai 0 0 Kedondong 0 0 Way Khilau 0 0 Way Lima 2 10 Gedong Tataan 0 0 Negeri Katon 0 0 Tegineneng 2 Jumlah Sumber: Hasil Analisa,2017



Puskesmas (Bobot 4) Jumlah 1 0 1 1 1 1 0 1 2 2 2 12



Indeks 4 0 4 4 4 4 0 4 8 8 8



Puskesmas Pembantu (Bobot 3) Jumlah Indeks 6 18 0 0 1 3 2 6 3 9 8 24 0 0 4 12 6 18 5 15 5 15 40



Kondisi



Puskesmas Klinik/BKIA/ Posyandu Desa Polindes (Bobot 1) Jumlah (Bobot 2) (Bobot 2) Jumlah Indeks Jumlah Indeks Jumlah Indeks 18 36 0 0 44 44 102 0 0 0 0 0 0 0 3 6 2 4 27 27 44 0 0 0 0 39 39 49 4 8 0 0 38 38 59 19 38 2 4 57 57 127 0 0 0 0 0 0 0 16 32 1 2 35 35 85 19 38 6 12 87 87 173 18 36 4 8 70 70 137 14 28 0 0 57 57 108 111 15 454



pemenuhan



fasilitas



kesehatan



di



Kabupaten



Pesawaran



mengindikasikan distribusi spasial yang merata. Hal tersebut didukung dari perhitungan kesenjangan penyediaan fasilitas kesehatan yang teridentifikasi Kondisi pemenuhan fasilitas kesehatan menunjukan pola merata



pada nilai 0,23. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa nilai kesenjangan penyediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Pesawaran rendah. Kecamatan yang harus diprioritaskan dalam pemenuhan kebutuhan fasilitas kesehatan adalah Marga Punduh dan Way Khilau mengingat belum tersedianya Puskesmas di kecamatan tersebut.



LAPORAN ANTARA



V-75



Indeks 59 0 25 28 34 73 0 49 100 79 62



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Tabel 5. 21 Total Indeks Fasilitas di Kabupaten Pesawaran No



Kecamatan



1 Punduh Pidada 2 Marga Punduh 3 Padang Cermin 4 Teluk Pandan 5 Way Ratai 6 Kedondong 7 Way Khilau 8 Way Lima 9 Gedong Tataan 10 Negeri Katon 11 Tegineneng Sumber: Hasil Analisa,2017



Indeks Fasilitas Perdagangan Pendidikan Kesehatan 21 22 59 5 16 0 11 42 25 8 18 28 21 23 34 21 40 73 10 25 0 8 42 49 100 100 100 67 76 79 62 65 62



Jumlah



Indeks



103 21 79 54 79 134 35 100 300 223 190



34 7 26 18 26 45 12 33 100 74 63



Berdasarkan



Hasil



analisis didapatkan pemusatan Pemusatan penyediaan fasilitas tinggi



pemenuhan kebutuhan fasilitas di Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Negeri Katon yang



diakibatkan



adanya



pemusatan fasilitas pendidikan dan



perdagangan



kecamatan Kondisi pemenuhan fasilitas yang rendah



di



kedua



tersebut



selain



merupakan



implikasi



dari



konsentrasi



penduduk



yang



tinggi.



No 1 2 3 4 5 6 7 8



Tabel 5. 22 Indeks Aksesibilitas di Kabupaten Pesawaran Arteri Primer Kolektor Primer Lokal Primer (Bobot 3) (Bobot 2) (Bobot 1) Kecamatan Jumlah Indeks Jumlah Indeks Jumlah Indeks Jumlah Indeks 0 0 1 2 1 1 3 15 Punduh Pidada 0 0 1 2 1 1 3 15 Marga Punduh 0 0 1 2 1 1 3 15 Padang Cermin 0 0 1 2 1 1 3 15 Teluk Pandan 0 0 2 4 1 1 5 25 Way Ratai 0 0 2 4 1 1 5 25 Kedondong 0 0 1 2 1 1 3 15 Way Khilau 0 0 2 4 2 2 6 30 Way Lima



LAPORAN ANTARA



V-76



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Arteri Primer (Bobot 3) Jumlah Indeks 9 Gedong Tataan 1 3 10 Negeri Katon 0 0 11 Tegineneng 1 3 Sumber: Hasil Analisa,2017



No



Kecamatan



Kolektor Primer (Bobot 2) Jumlah Indeks 1 2 2 4 1 2



Lokal Primer (Bobot 1) Jumlah Indeks Jumlah Indeks 1 1 6 30 7 7 11 55 15 15 20 100



Berdasarkan



Hasil



analisis didapatkan kecamatan tegineneng Kecenderungan tingkat aksesibilitas tinggi



dan



kecamatan



negeri katon memiliki tingkat aksesibilitas



tertinggi



karena



memiliki jangkauan pelayanan kolektor primer dan local primer yang



lebih



besar



dibanding



dengan kecamatan lainnya. Hal Kecenderungan tingkat aksesibilitas rendah



ini mengindikasikan dibutuhkan pemerataan pembangunan dan pengembangan jalan kolektor primer dan lokal primer untuk meningkatkan aksesibilitas.



Tabel 5. 23 Klasifikasi Kawasan Perkotaan Kabupaten Pesawaran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Kecamatan



Penduduk Punduh Pidada 13 Marga Punduh 13 Padang Cermin 26 Teluk Pandan 43 Way Ratai 34 Kedondong 44 Way Khilau 36 Way Lima 32 Gedong Tataan 100 Negeri Katon 56 Tegineneng 45 Sumber: Hasil Analisa,2017



Keterangan : Orde Orde Orde Orde LAPORAN ANTARA



V IV III II



Variabel Fasilitas Aksesibilitas 34 15 7 15 26 15 18 15 26 25 45 25 12 15 33 30 100 30 74 55 63 100



= = = =



15 33 50 67



Jumlah



Indeks



Klasifikasi



62 36 67 76 85 114 62 95 230 185 209



27 15 29 33 37 49 27 41 100 81 91



Orde V Orde V Orde V Orde IV Orde IV Orde IV Orde V Orde IV Orde I Orde II Orde I



-32 - 49 - 66 - 83 V-77



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Orde I



= 84 - 100



Orde Kota Tinggi I, II



Orde Kota Rendah IV dan V



5.5.1.2 Analisis Fungsi Kawasan Fungsi kawasan terbentuk oleh pola pergerakan penduduk suatu wilayah dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan atas berbagai aspek kehidupan terhadap suatu kawasan pusat pelayanan wilayah. Kawasan pusat pelayanan wilayah dimaksud adalah kawasan perkotaan dengan kelengkapan pelayanan skala sistem wilayah. Besaran dan intensitas pergerakan yang berpola tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor keterkaitan kegiatan dan kemudahan pencapaian atau aksesbilitas. Hasil analisa berdasar hal tersebut di atas terhadap kondisi keruangan wilayah Kabupaten Pesawaran eksisting dapat digambarkan sebagai berikut :



LAPORAN ANTARA



V-78



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Gambar 5. 5 Sistem Pusat Perwilayahan Kabupaten Pesawaran



Sistem perwilayahan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat perdasarkan fungsi kegiatan yang terdapat di wilayah serta dapat dilihat pada sistem kepusatan diatas. Untuk lebih jelasnya mengenai sistem perwilayahan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5. 24Sistem Perwilayahan Kabupaten Pesawaran Perkotaan yang Fungsi Kegiatan Wilayah Pendukung WP menjadi Pusat Eksisting Gedong Tataan - Perkantoran  Kecamatan Tegineneng WP Gedong Pemerintahan  Kecamatan Negeri Katon Tataan (Pusat Ibukota Kabupaten) - Perdagangan dan jasa - Industri - Pendidikan - Kesehatan - Olahraga - Perumahan Padang Cermin - Minapolitan  Kecamatan Teluk WP Padang - Pariwisata pandan Cermin - Perdagangan  Kecamatan Punduh dan jasa Pedada - Perumahan  Kecamatan Marga



LAPORAN ANTARA



V-79



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Perkotaan yang menjadi Pusat Kedondong



Fungsi Kegiatan Eksisting



Sumber: Hasil Analisa, 2017



Agropolitan Pertanian Perkebunan Pariwisata Perumahan



Wilayah Pendukung punduh  Kecamatan Way Lima  Kecamatan Way Ratai  Kecamatan Way Khilau



WP



WP Kedondong



5.5.2 Rekomendasi Struktur Ruang Rekomendasi struktur ruang didapatkan berdasarkan identifikasi fungsi kegiatan serta analisis yang telah dilakukan. Sistem pusat kegiatan berdasarkan hasil identifikasi dan analisa diatas, didapatkan antara lain: 1. PKL terletak di Kecamatan Gedong Tataan; 2. PPK di Kecamatan Tegineneng, Kecamatan Teluk Pandan, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Negeri Katon; 3. PPL di Kecamatan Marga Punduh, Kecamatan Way Ratai, Kecamatan Way Khilau, Kecamatan Punduh Pedada, Kecamatan Kedondong dan Kecamatan Way Lima. Untuk lebih jelasnya mengenai rekomendasi sistem pusat kegiatan di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.



No



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Tabel 5. 25 Rekomendasi Sistem Pusat Kegiatan Sistem Pusat Kegiatan Perda Nomor 4 Tahun Rekomendasi 2012 Tentang Draft Revisi Kecamatan Klasifikasi RTRW Kabupaten RTRW Pesawaran Tahun 2011-2031 Punduh Pidada Orde V PPL PPL Marga Punduh Orde V PPL Padang Cermin Orde V PPK PPK Teluk Pandan Orde IV PPK Way Ratai Orde IV PPL Kedondong Orde IV PPL PPL Way Khilau Orde V PPL Way Lima Orde IV PPL PPL Gedong Tataan Orde I PKWp PKL Negeri Katon Orde II PPK PPK Tegineneng Orde I PKLp PPK



LAPORAN ANTARA



V-80



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 2 Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran



LAPORAN ANTARA



V-81



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 3 Sistem Transportasi Kabupaten Pesawaran



LAPORAN ANTARA



V-82



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 4 Sistem Jaringan EnergiKabupaten Pesawaran



LAPORAN ANTARA



V-83



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 5 Sistem Jaringan Telekomunikasi Kabupaten Pesawaran



LAPORAN ANTARA



V-84



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 5.6



Analisis Pola Ruang



5.6.1 Analisis Kemampuan Lahan 5.6.1.1 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya. Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan berupa peta morfologi dan peta kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan penjelasannya. Hasil analisis SKL Morfologi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. No 1 2 3 4 5



Tabel 5. 26Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi Peta Peta Morfologi SKL Morfologi Kelerengan Kemampuan lahan dari Bergunung > 40 % morfologi tinggi Berbukit, Kemampuan lahan dari 15 – 40 % bergelombang morfologi cukup Kemampuan lahan dari Berombak 8 – 15 % morfologi sedang Kemampuan lahan dari Landai 2–8% morfologi kurang Kemampuan lahan dari Datar 0–2% morfologi rendah



Nilai 1 2 3 4 5



Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan pengembangannnya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau budi daya yang tak berkaitan dengan manusia, contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budi daya. Berukut merupakan hasil analisis kemampuan lahan (SKL) Morfologi:



LAPORAN ANTARA



V-85



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 6 Analisa Kemampuan Lahan (SKL)Morfologi



LAPORAN ANTARA



V-86



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan SKL Morfologi didapatkan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki 4 (empat) klasifikasi morfologi yaitu kemampuan lahan dari morfologi rendah, cukup, kurang dan sedang. Kabupaten Pesawaran sebagian besar wilayah Kabupaten Pesawaran memiliki morfologi sedang dengan prosentase 58% yang artinya Kabupaten Pesawaran memiliki karakterisik wilayah berombak. Sedangkan morfologi rendah sebesar 1%, morfologi kurang sebesar 24 % dan morfologi cukup sebesar 18%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dan Tabel dibawah ini. 1%



17%



Kemampuan lahan dari morfologi rendah Kemampuan lahan dari morfologi cukup



58%



24%



Kemampuan lahan dari morfologi kurang Kemampuan lahan dari morfologi sedang



Gambar 5. 6 Prosentase Hasil SKL Morfologi



No 1



2



3



4



5



Tabel 5. 27 Hasil Analisis Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi Kecamatan Nilai Luas Persen(%) Way Ratai



Way Lima



Way Khilau



Teluk Pandan



Tegineneng



LAPORAN ANTARA



Kemampuan lahan dari morfologi cukup



4240.69



38.49



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



6777.15



61.51



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



4233.46



38.42



Kemampuan lahan dari morfologi rendah



250.78



2.37



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



2743.28



25.92



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



7588.97



71.71



Kemampuan lahan dari morfologi cukup



1354.95



16.33



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



4194.26



50.54



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



2749.03



33.13



Kemampuan lahan dari morfologi cukup



5187.60



50.82



Kemampuan lahan dari morfologi rendah



10.98



0.11



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



3413.16



33.43



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



1596.87



15.64



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



272.45



1.93



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



13870.78



98.07



V-87



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 No



6



7



Kecamatan



Punduh Pidada



Padang Cermin



Nilai



Luas



Persen(%)



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



0.00



0.00



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



0.00



0.00



Kemampuan lahan dari morfologi cukup



5890.86



63.00



Kemampuan lahan dari morfologi rendah



250.05



2.67



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



3209.89



34.33



Kemampuan lahan dari morfologi cukup



0.00



0.00



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



0.00



0.00



Kemampuan lahan dari morfologi cukup



620.38



3.95



Kemampuan lahan dari morfologi rendah



122.50



0.78



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



1070.99



6.82



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



13882.23



88.44



Kemampuan lahan dari morfologi rendah



799.53



4.55



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



4997.10



28.47



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



11757.62



66.98



Kemampuan lahan dari morfologi cukup



2041.46



24.49



Kemampuan lahan dari morfologi rendah



244.51



2.93



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



6049.20



72.57



Kemampuan lahan dari morfologi cukup



3410.41



0.44



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



2067.29



0.26



Kemampuan lahan dari morfologi sedang



2351.38



0.30



Kemampuan lahan dari morfologi kurang



7864.69



50.91



Kemampuan lahan dari morfologi sedang Sumber: Hasil Analisa, 2017



7584.57



49.09



8



9



10



11



Negeri Katon



Marga Punduh



Kedondong



Gedong Tataan



5.6.1.2 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/ pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan eksisting, dengan keluaran peta SKL Kemudahan Dikerjakan dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu pembentukkannya di mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti LAPORAN ANTARA



V-88



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit). Hasil analisis SKL Kemudahan Dikerjakan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 5. 28Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawahnya dalam



Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan



No.



Jenis Tanah



1.



Alluvial



2.



Andosol



3.



Gleisol



4.



Grumosol



5.



Latosol



LAPORAN ANTARA



Sifat Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh) Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadangkadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh) Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor) Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retakretak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. (Suhendar, Soleh) Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat



Nilai



5



3



4



2



2



V-89



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Jenis Tanah



No.



No.



6.



Litosol



7.



Mediteran



8.



Non Cal



9.



Regosol



Peta Morfologi



Sifat



Nilai



merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh) Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh) Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh) Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh) Tabel 5. 29Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan Peta Peta Peta Peta Penggunaan Jenis Kelerengan Ketinggian Lahan Tanah Eksisting



1



Bergunung



> 40 %



Mediteran



Hutan



2



Berbukit, bergelombang



15 – 40 %



Latosol, Grumosol



Pertanian, Perkebunan



3



Berombak



8 – 15 %



4



Landai



2–8%



5



Datar



0–2%



semak belukar



0 – 500 m



Regosol



Tegalan, tanah kosong



Alluvial



Permukiman



4



1



3



4



SKL Kemudahan Dikerjakan Kemudahan dikerjakan rendah Kemudahan dikerjakan kurang Kemudahan dikerjakan sedang Kemudahan dikerjakan cukup Kemudahan dikerjakan tinggi



Berikut merupakakan hasil analisis SKL kemudahan dikerjakan:



LAPORAN ANTARA



V-90



Nilai



1 2 3 4 5



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 7 Hasil Analisa Kemudahan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan



LAPORAN ANTARA



V-91



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan SKL Kemudahan Dikerjakan didapatkan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki 4 (tiga) klasifikasi kemudahan dikerjakan yaitu kemudahan dikerjakan kurang, sedang, cukup dan tinggi. Kabupaten Pesawaran sebagian besar memiliki kemudahan dikerjakan sedang dengan prosentase 41% yang artinya Kabupaten Pesawaran lahan-lahannya dapat dikembangkan. Sedangkan kemudahan dikerjakan tinggi sebesar 2 %,kemudahan dikerjakan kurang sebesar 23%, kemudahan dikerjakan cukup sebesar 34%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dan Tabel dibawah ini. 2%



23% 34%



Kemudahan dikerjakan kurang Kemudahan dikerjakan sedang Kemudahan dikerjakan cukup Kemudahan dikerjakan tinggi



41%



Gambar 5. 7Prosentase Hasil SKL Kemudahan Dikerjakan Tabel 5. 30Hasil Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan No 1



2



3



4



Kecamatan Punduh Pidada



Marga Punduh



Teluk Pandan



Padang Cermin



LAPORAN ANTARA



Luas



Persen (%)



Kemudahan dikerjakan kurang



5828



62.85



Kemudahan dikerjakan tinggi



247



2.66



Kemudahan dikerjakan sedang



3198



34.49



Kemudahan dikerjakan kurang



2029



24.42



Kemudahan dikerjakan tinggi



240



2.89



Kemudahan dikerjakan sedang



6040



72.69



Kemudahan dikerjakan kurang



5170



60.17



Kemudahan dikerjakan tinggi



10



0.12



Kemudahan dikerjakan cukup



3413



39.72



Kemudahan dikerjakan sedang



1595



18.56



Kemudahan dikerjakan kurang



616



34.11



Kemudahan dikerjakan tinggi



119



6.59



Kemudahan dikerjakan cukup



1071



59.30



Kemudahan dikerjakan sedang



1384



76.63



Nilai



V-92



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 No



Kecamatan



5



Tegineneng



6



7



8



9



10



11



Way Ratai



Way Lima



Kedondong



Way Khilau



Gedong Tataan



Negeri Katon



Luas



Persen (%)



Kemudahan dikerjakan cukup



268



16.23



Kemudahan dikerjakan sedang



1383



83.77



Kemudahan dikerjakan kurang



4236



27.78



Kemudahan dikerjakan cukup



6777



44.45



Kemudahan dikerjakan sedang



4233



27.76



Kemudahan dikerjakan tinggi



248



2.35



Kemudahan dikerjakan cukup



2743



25.94



Kemudahan dikerjakan sedang



7583



71.71



Kemudahan dikerjakan kurang



3401



43.52



Kemudahan dikerjakan cukup



2066



26.44



Kemudahan dikerjakan sedang



2347



30.04



Kemudahan dikerjakan kurang



1355



16.33



Kemudahan dikerjakan cukup



4194



50.55



Kemudahan dikerjakan sedang



2748



33.12



Kemudahan dikerjakan cukup



7856



50.89



Kemudahan dikerjakan sedang



7581



49.11



Kemudahan dikerjakan tinggi



800



11.49



Kemudahan dikerjakan cukup



4990



71.66



1173



16.85



Nilai



Kemudahan dikerjakan sedang Sumber: Hasil Analisa, 2017



5.6.1.3 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan bencana gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta penggunaan lahan, dengan keluaran peta SKL Kestabilan Lereng dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kestabilan Lereng, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Hasil analisis SKL Kestabilan Lereng dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 5. 31 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kestabilan Lereng Jenis No. Sifat Nilai Tanah Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi 1. Alluvial 2 dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah



LAPORAN ANTARA



V-93



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 No.



Jenis Tanah



2.



Andosol



3.



Gleisol



4.



Grumosol



5.



Latosol



6.



Litosol



7.



Mediteran



LAPORAN ANTARA



Sifat cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh) Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh) Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor) Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. (Suhendar, Soleh) Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh) Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadangkadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh) Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst



Nilai



1



2



3



5



4



3



V-94



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 No.



Jenis Tanah



8.



Non Cal



9.



Regosol



LAPORAN ANTARA



Sifat dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh) Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh)



Nilai



3



2



V-95



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Tabel 5. 32 Analisis SKL Kestabilan Lereng



No.



Peta Morfologi



Peta Kelerengan



Peta Ketinggian



Peta Jenis Tanah



Peta Penggunaan Lahan Eksisting



Peta Curah Hujan



Peta Rawan Bencana Tsunami



1



Bergunung



> 40 %



Andosol



Tegalan, tanah kosong



2



Berbukit, bergelombang



15 – 40 %



Regosol, Alluvial



Semak belukar



3



Berombak



8 – 15 %



Meditera Grumosol



Hutan



Zona III (agak rawan)



4



Landai



2–8%



Pertanian, perkebunan



Zona IV (aman)



5



Datar



0–2%



0 – 500 m



Latosol



1500 – 3000 mm/tahun



Peta Rawan Bencana Gunung Berapi



Peta Kerentanan Gerakan Tanah



SKL Kestabilan Lereng



Zona I (sangat rawan)



Kestabilan lereng rendah



1



Zona II (rawan)



Kestabilan lereng kurang



2



Kestabilan lereng sedang



3



Zona III (agak rawan) Zona IV (aman)



Zona III (agak rawan) Zona IV (aman) Zona V (sangat aman)



Permukiman



Kestabilan lereng tinggi



Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Sebenarnya satu SKL saja tidak bisa menentukan peruntukkan lahan apakah itu untuk pertanian, permukiman, dll. Peruntukkan lahan didapatkan setelah dilakukan overlay terhadap semua SKL. Berikut merupakakan hasil analisis( SKL)Kestabilan Lereng



LAPORAN ANTARA



Nilai



V-96



4 5



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 7 Analisa Kemudahan Lahan(SKL) Kestabilan Lereng



LAPORAN ANTARA



V-97



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan SKL Kestabilan Lereng didapatkan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki 3 (tiga) klasifikasi kestabilan lereng yaitu kestabilan lereng kurang, sedang, dan tinggi. Kabupaten Pesawaran sebagian besar memiliki kestabilan lerengtinggi dengan prosentase 48%. Sedangkan kestabilan lerengkurang sebesar 22%, kestabilan lerengsedang sebesar 30%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dan Tabel dibawah ini.



22% 30%



Kestabilan lereng kurang Kestabilan lereng tinggi Kestabilan lereng sedang 48%



Gambar 5. 8Prosentase Hasil SKL Kestabilen Lereng Tabel 5. 33 HasilAnalisis SKL Kestabilan Lereng No



Kecamatan



1



Way Ratai



2



3



4



Way Lima



Way Khilau



Teluk Pandan



5



Tegineneng



6



Punduh Pidada



LAPORAN ANTARA



nilai



Luas



Persen(%)



Kestabilan lereng kurang



42



27.81



Kestabilan lereng tinggi



67



44.37



Kestabilan lereng sedang



42



27.81



Kestabilan lereng tinggi



67



39.18



Kestabilan lereng tinggi



29



16.96



Kestabilan lereng sedang



75



43.86



Kestabilan lereng kurang



13



16.05



Kestabilan lereng tinggi



41



50.62



Kestabilan lereng sedang



27



33.33



Kestabilan lereng kurang



51



46.36



Kestabilan lereng tinggi



10



9.09



Kestabilan lereng tinggi



34



30.91



Kestabilan lereng sedang



15



13.64



Kestabilan lereng tinggi



26



66.67



Kestabilan lereng sedang



13



33.33



Kestabilan lereng kurang



57



34.76



V-98



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No



7



8



9



10



11



Kecamatan



Padang Cermin



Negeri Katon



Marga Punduh



Kedondong



Gedong Tataan



nilai



Luas



Persen(%)



Kestabilan lereng tinggi



18



10.98



Kestabilan lereng tinggi



58



35.37



Kestabilan lereng sedang



31



18.90



Kestabilan lereng kurang



0



0.00



Kestabilan lereng sedang



0



0.00



Kestabilan lereng kurang



61



64.89



Kestabilan lereng tinggi



10



10.64



Kestabilan lereng tinggi



10



10.64



Kestabilan lereng sedang



13



13.83



Kestabilan lereng tinggi



22



25.00



Kestabilan lereng tinggi



55



62.50



Kestabilan lereng sedang



11



12.50



Kestabilan lereng kurang



20



14.39



Kestabilan lereng tinggi



19



13.67



Kestabilan lereng tinggi



40



28.78



Kestabilan lereng sedang



60



43.17



Kestabilan lereng kurang



33



43.42



Kestabilan lereng tinggi



20



26.32



Kestabilan lereng sedang



23



30.26



Kestabilan lereng tinggi



78



50.98



75



49.02



Kestabilan lereng sedang Sumber: Hasil Analisa, 2017



5.6.1.4 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta SKL kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrogeologi dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan penjelasannya. Sebelum melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus diketahui terlebih dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan pondasi meliputi jenis tanah. Hasil analisis SKL Kestabilan Pondasi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 5. 34Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis Kestabilan Pondasi Jenis No. Sifat Nilai Tanah Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami 1. Alluvial perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur 1 beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi



LAPORAN ANTARA



V-99



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No.



Jenis Tanah



2.



Andosol



3.



Gleisol



Grumosol



Latosol



Litosol



Mediteran



LAPORAN ANTARA



Sifat dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh) Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh) Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor) Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. (Suhendar, Soleh) Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh) Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadangkadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh) Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya



Nilai



2



2



3



5



4



3



V-100



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No.



Jenis Tanah



Non Cal



Regosol



LAPORAN ANTARA



Sifat absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh) Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh)



Nilai



3



2



V-101



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Tabel 5. 35 Analisis SKL Kestabilan Pondasi No. 1. 2. 3. 4. 5.



SKL Kestabilan Lereng Kestabilan lereng rendah Kestabilan lereng kurang Kestabilan lereng sedang Kestabilan lereng tinggi



Peta Jenis Tanah



Peta Tekstur Tanah



Alluvial Andosol, Regosol Mediteran, Grumosol Latosol



Peta Penggunaan Lahan Eksisting Tegalan, tanah kosong



Kasar (Pasir) Semak belukar Sedang (lempung)



Hutan



Halus (liat)



Pertanian, Perkebunan Permukiman



SKL Kestabilan Pondasi Daya dukung dan kestabilan pondasi rendah Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



Nilai 1 2 3 4 5



Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam. Berikut merupakakan hasil analisis ( SKL) Kestabilan Pondasi



LAPORAN ANTARA



V-102



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 8Hasil Analisa Kemudahan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi



LAPORAN ANTARA



V-103



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan SKL Kestabilan Pondasi didapatkan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki 2 (dua) klasifikasi kestabilan pondasi yaitu kestabilan pondasi kurang, dan tinggi. Kabupaten Pesawaran sebagian besar memiliki kestabilanpondasi dengan prosentase 52%. Sedangkan kestabilan pondasitinggi sebesar 48%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dan Tabel dibawah ini.



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



48% 52%



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



Gambar 5. 9Prosentase Hasil SKL Kestabilan Pondasi Tabel 5. 36Analisis SKL Kestabilan Pondasi No 1



2



3



4



Kecamatan Way Ratai



Way Lima



Way Khilau



Teluk Pandan



5



Tegineneng



6



Punduh Pidada



LAPORAN ANTARA



Nilai



Luas



Persen (%)



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



42



27.81



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



67



44.37



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



42



27.81



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



67



39.18



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



29



16.96



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



75



43.86



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



13



16.05



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



41



50.62



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



27



33.33



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



51



46.36



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



10



9.09



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



34



30.91



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



15



13.64



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



26



66.67



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



13



33.33



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



57



34.76



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



18



10.98



V-104



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No



7



8



9



10



11



Kecamatan



Padang Cermin



Negeri Katon



Marga Punduh



Kedondong Gedong Tataan



Nilai



Luas



Persen (%)



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



58



35.37



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



31



18.90



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



0



0.00



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



0



0.00



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



61



64.89



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



10



10.64



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



10



10.64



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



13



13.83



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



22



25.00



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



55



62.50



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



11



12.50



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



20



14.39



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



19



13.67



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



40



28.78



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



60



43.17



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



33



43.42



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



20



26.32



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang



23



30.26



Daya dukung dan kestabilan pondasi tinggi



78



50.98



75



49.02



Daya dukung dan kestabilan pondasi kurang Sumber: Hasil Analisa, 2017



5.6.1.5 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Ketersediaan Air dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Ketersediaan Air, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Hasil analisis SKL Ketersediaan Air dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 5. 37Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Ketersediaan Air Jenis No. Sifat Nilai Tanah Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan 1. Aluvial menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras. 2 (Rachmiati, Yati). Tanah Andosol mempunyai sifat fisik yang baik, daya 2. Andosol 5 pengikatan air yang sangat tinggi, sehingga selalu jenuh



LAPORAN ANTARA



V-105



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No.



Jenis Tanah



3.



Gleisol



4.



Grumosol



5.



Latosol



6.



Litosol



7.



Mediteran



LAPORAN ANTARA



Sifat air jika tertutup vegetasi. Sangat gembur, struktur remah atau granuler dengan granulasi yang tak pulih. Permeabilitas sangat tinggi karena mengandung banyak makropori, fraksi lempung sebagian besar alofan dengan berat jenis kurang dari 0,85 dan kandungan bahan organik biasanya tinggi, yaitu antara 8% - 30%.( Sri Damayanti, Lusiana, 2005). Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.(Suhendar, Soleh). Tanah Grumosol mempunyai sifat struktur lapisan atas granuler dan lapisan bawah gumpal atau pejal, jenis lempung yang terbanyak montmorillonit sehingga tanah mempunyai daya adsorpsi yang tinggi yang menyebabkan gerakan air dan keadaan aerasi buruk dan sangat peka terhadap erosi. ( Sri Damayanti, Lusiana, 2005). Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras dengan struktur remah. (Rachmiati, Yati). Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadangkadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh). Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh).



Nilai



4



2



1



3



3



V-106



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No. 8.



9.



Jenis Tanah Non Cal



Regosol



LAPORAN ANTARA



Sifat



Nilai 2



Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh).



3



V-107



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Tabel 5. 38 Analisis SKL Ketersediaan Air



No.



Peta Morfologi



Peta Kelerengan



1.



Bergunung



> 40 %



2.



Berbukit, bergelombang



15 – 40 %



3.



Berombak



8 – 15 %



4.



Landai



2–8%



5.



Datar



0–2%



LAPORAN ANTARA



Peta Ketinggian



Peta Jenis Tanah Latosol Alluvial, Grumosol Mediteran, Regosol



0 – 500 m



Andosol



Peta Penggunaan Lahan Eksisting Tegalan, tanah kosong



Peta Curah Hujan



SKL Ketersediaan Air



Nilai



Ketersediaan air sangat rendah



1



semak belukar



Ketersediaan air rendah



2



Hutan



Ketersediaan air sedang



3



Pertanian, perkebunan Permukiman



1500 –3000 mm/tahun



Ketersediaan air tinggi



4 5



V-108



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 9 Analisa Kemudahan Lahan (SKL) Ketersediaan Air



LAPORAN ANTARA



V-109



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan SKL ketersediaan air didapatkan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki 2 (dua) klasifikasi ketersediaan air yaitu ketersediaan airrendah dan sedang. Kabupaten Pesawaran sebagian besar memiliki ketersediaan airsedang dengan prosentase 82%. Sedangkan ketersediaan airrendah sebesar 18%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dan Tabel dibawah ini.



18%



Ketersediaan air rendah Ketersediaan air sedang



82%



Gambar 5. 10Prosentase Hasil SKL Ketersediaan Air Tabel 5. 39 HasilAnalisis SKL Ketersediaan Air No



Kecamatan



1



Way Ratai



2



Way Lima



3



Way Khilau



4



Teluk Pandan



5



Tegineneng



6



Punduh Pidada



7



Padang Cermin



8



Negeri Katon



LAPORAN ANTARA



Nilai



Luas



Persen (%)



Ketersediaan air rendah



4235



27.78



Ketersediaan air sedang



11011



72.22



Ketersediaan air rendah



249



2.35



Ketersediaan air sedang



10327



97.65



Ketersediaan air rendah



1355



16.33



Ketersediaan air sedang



6942



83.67



Ketersediaan air rendah



5173



50.82



Ketersediaan air sedang



5007



49.18



Ketersediaan air sedang



14081



100



Ketersediaan air rendah



6032



65.37



Ketersediaan air sedang



3195



34.63



Ketersediaan air rendah



0



0.00



Ketersediaan air sedang



0



0.00



Ketersediaan air rendah



730



4.67



Ketersediaan air sedang



14904



95.33



Ketersediaan air rendah



799



4.56



Ketersediaan air sedang



16714



95.44



V-110



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No



Kecamatan



9



Marga Punduh



10



Kedondong



11



Nilai



Luas



Persen (%)



Ketersediaan air rendah



2266



27.31



Ketersediaan air sedang



6032



72.69



Ketersediaan air rendah



3397



43.51



Ketersediaan air sedang



4411



56.49



Gedong Tataan Ketersediaan air sedang Sumber: Hasil Analisa, 2017



15431



100



5.6.1.6 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) untu Drainase Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif tanah, dan penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL untuk Drainase, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.Hasil analisis SKL untuk Drainase dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 5. 40 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL untuk Drainase Jenis No. Sifat Nilai Tanah Merupakan tanah-tanah muda, yang belum mempunyai perkembangan profil, dengan susunan horison A-C atau AC-R, atau A-R. Tanah ini terbentuk dari bahan aluvium, aluvium-marin, marin, dan volkan. Umumnya pada landform dataran, fluvio-marin, dan volkan. Penampang tanah bervariasi, tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung, dan berlapis-lapis (stratified) atau berselang seling. Adanya perbedaan tekstur berlapis-lapis tersebut menunjukkan proses pengendapan dari limpasan sungai yang berulang; sebagian mengandung kerikil di dalam 1. Aluvial 1 penampang tanah. Warna tanah coklat tua sampai gelap, drainase buruk sampai cepat, struktur lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya agak netral (pH 7), kadar C organik sangat rendah sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah sampai tinggi dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah, tetapi kejenuhan basanya tinggi. Penggunaan lahan umumnya bervariasi. (Blog TANI MUDA) Merupakan tanah-tanah muda, yang belum/sedikit 2. Andosol mempunyai perkembangan profil, dengan susunan horison 4 A-C, A-C-R. Tanah ini terbentuk dari bahan abu volkan



LAPORAN ANTARA



V-111



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No.



Jenis Tanah



3.



Gleisol



4.



Grumosol



5.



Latosol



6.



Litosol



LAPORAN ANTARA



Sifat (debu, pasir, dan kerikil). Umumnya terbentuk pada landform volkanik. Penampang tanah dangkal sampai dalam, tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung. Warna tanah coklat tua sampai coklat tua kekuningan, drainase sedang, struktur lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya netral, kadar C organik sangat rendah sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah sampai sedang, tetapi kejenuhan basanya tinggi. Umumnya Andisols di kabupaten Bima beriklim kering (ustic). Penggunaan lahan umumnya tegalan, semak, rumput, belukar, semak, dan hutan. (Blog TANI MUDA) Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor) Jenis tanah grumosol sifat tanahnya mudah longsor dan memiliki drainase buruk. (Kota Probolinggo) Tanah yang sudah menunjukkan adanya perkembangan profil, dengan susunan horison A-Bw-C pada lahan kering dengan drainase baik, atau susunan horison A-Bg-C pada lahan basah dengan drainase terhambat. Tanah terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu tuf volkan masam, tuf volkan intermedier (andesitik), tufa pasiran, dan granodiorit serta skis. Tanah ini mempunyai penyebaran paling luas, menempati grup landform dataran volkan, perbukitan volkan, dan dataran tektonik. Tanah dari bahan volkan intermedier berwarna coklat kemerahan, tekstur lempung berliat sampai liat, penampang dalam, dan struktur cukup baik, konsistensi gembur sampai teguh. Reaksi tanah netral, kadar C dan N organik sangat rendah sampai sedang, kadar P dan K potensial sedang sampai tinggi. Kadar basa-basa dapat tukar didominasi oleh Ca dan Mg, KTK tanah rendah, KTK liat rendah sampai tinggi, dan kejenuhan basa tinggi. Pada landform dataran volkan sifat tanah dipengaruhi oleh bahan induknya. Tanah penampang cukup dalam, berwarna coklat kekuningan sampai kemerahan, drainase baik, tekstur halus sampai agak halus, konsistensi gembur sampai teguh, dan reaksi tanah agak masam sampai masam. Sebagian besar telah diusahakan untuk lahan pertanian, seperti persawahan, tegalan dan kebun campuran. Sisanya masih berupa semak belukar dan hutan. (Blog TANI MUDA) Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadangkadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya



Nilai



2



1



5



3



V-112



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Jenis Tanah



No.



7. 8.



Mediteran Non Cal



9.



Regosol



Sifat



Nilai



berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh). Sama dengan inceptisol/latosol Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh).



5 2



2



Tabel 5.41 Analisis SKL Untuk Drainase No.



Peta Morfologi



Peta Kelerengan



1.



Bergunung



> 40 %



2.



Berbukit, bergelombang



15 – 40 %



3.



Berombak



5 – 15 %



4.



Landai



2–8%



5.



Datar



0–2%



Peta Ketinggian



Peta Jenis Tanah



Peta Curah Hujan



Andosol, Grumosol Alluvial, Regosol



Permukiman Tegalan, tanah kosong Pertanian, perkebunan



Mediteran 1500 – 3000 mm/tahu n 0 – 500 m



Latosol



Peta Penggunaan Lahan Eksisting



Hutan



SKL Drainase Drainase tinggi Drainase cukup Drainase kurang



semak belukar



5 4 3 2 1



Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah tidaknya air mengalir. Drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar. Drainase rendah berarti aliran air sulit dan mudah tergenang.Berikut merupakakan hasil analisis ( SKL)Drainase dapat dilihat pada peta dibawah ini.



LAPORAN ANTARA



Nilai



V-113



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 10 Analisa Kemudahan Lahan (SKL) Drainase



LAPORAN ANTARA



V-114



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan SKL drainase didapatkan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki 2 (dua) klasifikasi drainase yaitu drainase kurang, dan cukup. Kabupaten Pesawaran sebagian besar memiliki drainase cukup dengan prosentase 75%. Sedangkan drainasekurang sebesar 25%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dan Tabel dibawah ini.



25% Drainase cukup Drainase kurang 75%



Gambar 5. 11Prosentase Hasil SKL Drainase



6



Tabel 5.42 HasilAnalisis SKL Untuk Drainase Kecamatan Luas Nilai Persen(%) 8464 Drainase cukup 55.53 Way Ratai 6777 Drainase kurang 44.47 7827 Drainase cukup 74.05 Way Lima 2743 Drainase kurang 25.95 4102 Drainase cukup 49.45 Way Khilau 4194 Drainase kurang 50.55 6758 Drainase cukup 66.44 Teluk Pandan 3413 Drainase kurang 33.56 13796 Drainase cukup 98.12 Tegineneng 265 Drainase kurang 1.88 Punduh Pidada 9190 Drainase cukup 100.00



7



Padang Cermin



8



Negeri Katon



9



Marga Punduh



10



Kedondong



No 1 2 3 4 5



LAPORAN ANTARA



Drainase cukup



14540



93.14



Drainase kurang



1071



6.86



Drainase cukup



12513



71.50



Drainase kurang



4987



28.50



Drainase cukup



8286



100.00



Drainase cukup



5736



73.53



Drainase kurang



2065



26.47



V-115



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No



Kecamatan



11



Gedong Tataan



Nilai Drainase cukup



Drainase kurang Sumber: Hasil Analisa, 2017



Luas



Persen(%)



7576



49.11



7850



50.89



5.6.1.7 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Erosi Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur tanah, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Erosi dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Hasil analisis SKL Ketersediaan Air dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 5. 43 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Terhadap Erosi



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Jenis Tanah Aluvial Andosol Gleisol Grumosol Latosol Litosol Mediteran Non Cal



9.



Regosol



No.



LAPORAN ANTARA



Sifat Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi:  Aluvial  Gleisol Jenis tanah yang agak peka erosi:  Latosol Jenis tanah dengan kepekaan sedang:  Non Cal  Mediteran Jenis tanah yang peka terhadap erosi:  Andosol  Grumosol Jenis tanah yang sangat peka erosi:  Regosol  Litosol Sumber: Studi Sub DAS Citarik



Nilai 5 2 5 2 4 1 3 3



1



V-116



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Tabel 5. 44 Analisis SKL Terhadap Erosi Peta Morfologi



No.



Peta Kelerengan



Peta Jenis Tanah



1.



Bergunung



> 40 %



Regosol



2.



Berbukit, bergelombang



15 – 40 %



Andosol, Grumosol



3.



Berombak



5 – 15 %



Mediteran



4.



Landai



2–8%



Latosol



Peta Tekstur Tanah



Peta Curah Hujan



semak belukar Tegalan, tanah kosong



Kasar (Pasir)



Sedang (lempung)



Peta Penggunaan Lahan Eksisting



1000 – 1500 mm/ta hun



Pertanian, perkebunan Permukiman



Halus (liat) 5.



Datar



0–2%



Alluvial



Hutan



SKL Erosi



Erosi tinggi



1



Erosi cukup tinggi



2



Erosi sedang



3



Erosi sangat rendah Tidak ada erosi



Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak



ada



pengelupasan



lapisan



tanah.Berikut



merupakakan



hasil



analisis



(SKL)Terhadap Erosi.



LAPORAN ANTARA



Nilai



V-117



4 5



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 10 Analisa Kemudahan Lahan (SKL) Terhadap Erosi LAPORAN ANTARA



V-118



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan SKL erosi didapatkan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki 3 (tiga) klasifikasi erosi yaitu erositidak ada erosi, rendah dan sedang. Kabupaten Pesawaran sebagian besar memiliki erosisedang dengan prosentase 74%. Sedangkan erosisangat rendah sebesar 25% dan tidak ada erosi sebesar 1%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dan Tabel dibawah ini.



25% Erosi sedang Tidak ada erosi



1%



Erosi sangat rendah 74%



Gambar 5. 12Prosentase Hasil SKL Erosi



No 1



Tabel 5. 45 Analisis SKL Terhadap Erosi Luas Kecamatan Nilai 8468 Erosi sedang Way Ratai



2



3



4



5 6 7



Way Lima



Way Khilau



Teluk Pandan



Tegineneng Punduh Pidada Padang Cermin



LAPORAN ANTARA



Persen(%) 55.55



Erosi sangat rendah



6777



44.45



Erosi sedang



7584



71.71



Tidak ada erosi



249



2.35



Erosi sangat rendah



2743



25.94



Erosi sedang



4102



49.45



Erosi sangat rendah



4194



50.55



Erosi sedang



6756



66.37



11



0.11



Erosi sangat rendah



3413



33.53



Erosi sedang



13814



98.10



Erosi sangat rendah



267



1.90



Erosi sedang



8982



97.34



Tidak ada erosi



245



2.66



14447



92.40



117



0.75



Tidak ada erosi



Erosi sedang Tidak ada erosi



V-119



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No



8



Negeri Katon



9



Marga Punduh



10



Kedondong



11



Luas



Persen(%)



Erosi sangat rendah



1071



6.85



Erosi sedang



11723



66.94



Tidak ada erosi



799



4.56



Erosi sangat rendah



4991



28.50



Erosi sedang



8057



97.10



Tidak ada erosi



241



2.90



Erosi sedang



5742



73.54



Erosi sangat rendah



2066



26.46



Erosi sedang



7578



49.11



7853



50.89



Kecamatan



Gedong Tataan



Nilai



Erosi sangat rendah Sumber: Hasil Analisa, 2017



5.6.1.8 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengeolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan, peta topografi, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Pembuangan Limbah, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah. Hasil analisis SKL Pembuangan Limbah dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 5. 46Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Pembuangan Limbah No. Jenis Tanah Sifat Nilai 1. Aluvial Dalam penilaian ini digunakan kepekaan terhadap 5 erosi dimana jenis tanah untuk lokais pembuangan 2. Andosol 2 limbah harus tidak peka terhadap erosi 3. Gleisol 5 Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi: 4. Grumosol 2  Aluvial 5. Latosol 4  Gleisol 6. Litosol 1 Jenis tanah yang agak peka erosi: 7. Mediteran 3  Latosol 8. Non Cal 3 Jenis tanah dengan kepekaan sedang:  Non Cal  Mediteran Jenis tanah yang peka terhadap erosi:  Andosol 9. Regosol 1  Grumosol Jenis tanah yang sangat peka erosi:  Regosol  Litosol Sumber: Citarik



LAPORAN ANTARA



V-120



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Tabel 5. 47Analisis SKL Pembuangan Limbah



1.



Bergunung



> 40 %



Regosol



Peta Penggunaan Lahan Eksisting Hutan



2.



Berbukit, bergelombang



15 – 40 %



Andosol, Grumosol



Pertanian, perkebunan



No.



Peta Morfologi



Peta Kelerengan



Peta Ketinggian



Peta Jenis Tanah



Peta Curah Hujan



1000 – 1500 mm/tah un



3.



Berombak



5 – 15 %



Mediteran



4.



Landai



2–8%



Latosol



Semak belukar



5.



Datar



0–2%



Alluvial



Tegalan, tanah kosong



0 – 500 m



Permukiman



SKL Pembuangan Limbah Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah kurang Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan. Analisa ini menggunakan peta hidrologi dan klimatologi. Kedua peta ini penting, tapi biasanya tidak ada data rinci yang tersedia. SKL pembuangan limbah kurang berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.Berikut merupakakan hasil analisis (SKL)Pembuangan Limbah.



LAPORAN ANTARA



V-121



Nilai 1 2



3 4 5



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 11 Analisa Kemudahan Lahan (SKL) pembuangan limbah



LAPORAN ANTARA



V-122



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan SKL pembuangan limbah didapatkan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki 2 (dua) klasifikasi pembuangan limbah yaitu pembuangan limbahsedangdan cukup. Kabupaten Pesawaran sebagian besar memiliki pembuangan limbah sedang dengan prosentase 70%. Sedangkan pembuangan limbah cukup sebesar 30%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dan Tabel dibawah ini.



30%



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



70%



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



Gambar 5. 13Prosentase Hasil SKLPembuangan Limbah Tabel 5. 47Analisis SKL Pembuangan Limbah No



Kecamatan



1



Way Ratai



2



Way Lima



3



Way Khilau



4



Teluk Pandan



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



8464



Persen(% ) 55.53



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



6777



44.47



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



7581



71.72



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



246



2.33



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



2743



25.95



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



4102



27.27



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



4194



27.88



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



6748



66.35



10



0.10



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



3413 13796 265



33.56 98.12 1.88



8946



97.36



Nilai



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



5



Tegineneng



6



Punduh Pidada



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



7



Padang



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



LAPORAN ANTARA



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



Luas



243



2.64



14425



92.41



V-123



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No



Kecamatan Cermin



8



Negeri Katon



9



Marga Punduh



10



Kedondong



11



Gedong Tataan



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



114



Persen(% ) 0.73



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



1071



6.86



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



11714



66.94



Nilai



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



799



4.57



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



4987



28.50



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



8048



97.13



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



238



2.87



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



5736



73.53



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup



2065



26.47



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang



7576



49.11



7850



50.89



Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup Sumber: Hasil Analisa, 2017



LAPORAN ANTARA



Luas



V-124



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



5.6.1.9 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta tekstur tanah, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Bencana Alam dan penjelasannya. Analisis SKL terhadap Bencana Alam juga mengikutsertakan analisis terhadap jenis tanah yang sama dengan SKL Terhadap Erosi. Hasil analisis SKL Terhadap Bencana Alam dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 5. 48 Analisis SKL Terhadap Bencana Alam



No.



Peta Morfologi



Peta Kelerengan



Peta Ketinggian



Peta Jenis Tanah



Peta Penggunaan Lahan Eksisting



1.



Bergunung



> 40 %



Regosol



Tegalan, tanah kosong



2.



Berbukit, bergelombang



15 – 40 %



Andosol, Grumosol



semak belukar



3.



Berombak



5 – 15 %



Mediteran



Hutan



4.



Landai



2–8%



Latosol



Pertanian, perkebunan



5.



Datar



LAPORAN ANTARA



0–2%



0 – 500 m



Alluvial



Permukiman



Peta Curah Hujan



Peta Tekstur Tanah



Kasar (Pasir)



1000 – 1500 mm/tahun



Sedang (lempung)



Halus (liat)



V-125



Peta Rawan Bencana Tsunami



Peta Rawan Bencana Gunung Berapi



Peta Kerentanan Gerakan Tanah



Zona I (sangat rawan) Zona II (rawan)



SKL Bencana Alam Potensi bencana alam tinggi



Zona III (agak rawan)



Zona III (agak rawan)



Zona III (agak rawan)



Potensi bencana alam cukup



Zona IV (aman)



Zona IV (aman)



Zona IV (aman) Zona V (sangat aman)



Potensi bencana alam kurang



Nilai



1 2



3



4 5



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 SKL bencana alam merupakan overlay dari peta-peta bencana alam, meliputi: 



Peta rawan bencana gunung berapi dan aliran lava







Peta rawan longsor (kerentanan gerakan tanah) Jadi, morfologi gunung dan perbukitan dinilai tinggi ada peta rawan bencana



gunung api dan longsor. Sedangkan lereng data yang dialiri sungai dinilai tinggi pada rawan bencana banjir. Penentuan kelas pada rawan bencana ini ada lima. Kelas 1 artinya rawan bencana alam dan kelas 5 artinya tidak rawan bencana alam. Untuk Lebih jelasnya dapat di lihat peta dan tabel satuan kemampuan lahan (SKL) terhadap bencana berikut :



LAPORAN ANTARA



V-126



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 12 Analisa Satuan Kemampuan Lahan(SKL) Terhadap Bencana Alam



LAPORAN ANTARA



V-127



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan SKL bencana alam didapatkan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki 2 (dua) klasifikasi bencana alam yaitu bencana alam kurang dan cukup. Kabupaten Pesawaran sebagian besar memiliki bencana alamcukupdengan prosentase 99%. Sedangkan bencana alamkurang sebesar 1%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dan Tabel dibawah ini. 1%



Potensi bencana alam cukup Potensi bencana alam kurang



99%



Gambar 5. 14Prosentase Hasil SKLTerhadap Bencana Alam Tabel 5. 49 Hasil Analisis SKL Terhadap Bencana Alam No



Kecamatan



1



Way Ratai



2



Way Lima



3



Way Khilau



4



Teluk Pandan



5



Tegineneng Punduh Pidada



6 7 8



Padang Cermin Negeri Katon



LAPORAN ANTARA



Nilai



Luas



Persen(%)



Potensi bencana alam cukup



15242



100



Potensi bencana alam cukup



10324



97.67



Potensi bencana alam kurang



246



2.33



Potensi bencana alam cukup



8296



100



Potensi bencana alam cukup



10161



99.90



Potensi bencana alam kurang



10



0.10



Potensi bencana alam cukup



14061



100



Potensi bencana alam cukup



8946



97.34



Potensi bencana alam kurang



178



1.94



Potensi bencana alam kurang



66



0.72



Potensi bencana alam cukup



15496



99.27



Potensi bencana alam kurang



114



0.73



Potensi bencana alam cukup



16701



95.43



Potensi bencana alam kurang



799



4.57



V-128



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No 9



Kecamatan Marga Punduh



Nilai



Luas



Persen(%)



Potensi bencana alam cukup



8048



97.13



Potensi bencana alam kurang



238



2.87



7801



100



15425



100



10



Kedondong Potensi bencana alam cukup Gedong 11 Tataan Potensi bencana alam cukup Sumber: Hasil Analisa, 2017



5.6.1.10 Analisis Kemampuan Lahan (AKL) Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Data-data yang dibutuhkan meliputi peta-peta hasil analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi: a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan Langkah pelaksanaan: 1) Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan. 2) Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah. 3) Mengalikan



nilai-nilai



tersebut



dengan



bobot



dari



masing-masing



satuan



kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan. 4) Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah perencanaan. 5) Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah perencanaan dan



LAPORAN ANTARA



V-129



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk perencanaan tata ruang. Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan bobot, yaitu: 1) Melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu per satu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif. 2) Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid, kemudian



memasukkan



nilai



dikalikan



bobot



masing-masing



satuan



kemampuan lahan ke dalam grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan adalah tetap.



LAPORAN ANTARA



V-130



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 3) dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang sama SKL Morfologi



Bobot x Nilai



Bobot: 5 5 10 15 20 25



SKL Kemudahan Dikerjakan Bobot: 1 1 2 3 4 5



SKL Kestabilan Lereng Bobot: 5 5 10 15 20 25



SKL Kestabilan Pondasi Bobot: 3 3 6 9 12 15



SKL Ketersediaan Air Bobot: 5 5 10 15 20 25



SKL Untuk Drainase Bobot: 5 5 10 15 20 25



SKL Terhadap Erosi Bobot: 3 3 6 9 12 15



SKL Pembuangan Limbah Bobot: 0 0 0 0 0 0



SKL Bencana Alam Bobot: 5 5 10 15 20 25



Kemampuan Lahan Total Nilai 32 64 96 128 160



Dari total nilai dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin diperoleh ada;ah 32 sedangkan nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 160. Dengan demikian, pengkelasan dari total nilai ini adalah: 1) Kelas a dengan nilai 32 – 58 2) Kelas b dengan nilai 59 – 83 3) Kelas c dengan nilai 84 – 109 4) Kelas d dengan nilai 110 – 134 5) Kelas e dengan nilai 135 – 160



LAPORAN ANTARA



V-131



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031 Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti pada tabel: Total Nilai 32 – 58 59 – 83 84 – 109 110 – 134 135 – 160



Kelas Kemampuan Lahan Kelas a Kelas b Kelas c Kelas d Kelas e



Klasifikasi Pengembangan Kemampuan pengembangan sangat rendah Kemampuan pengembangan rendah Kemampuan pengembangan sedang Kemampuan pengembangan agak tinggi Kemampuan pengembangan sangat tinggi



1) Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai, tetapi memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan lahan, yang merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atai tidak. Dengan demikian apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai selang nilai cukup tinggi, tetapi karena mempunyai nilai terendah dan menentukan mungkin saja kelas kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang memiliki nilai kemampuan lahan yang sama. 2) Klasifikasi kemampuan lahan yang dihasilkan hanya berdasarkan kondisi fisik apa adanya belum mempertimbangkan hal-hal yang bersifat non fisik.



LAPORAN ANTARA



V-132



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 13 Hasil Analisa Kemampuan Lahan (AKL)



LAPORAN ANTARA



V-133



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



No 1



2



3



4



5 6



7



8



9



10



11



Tabel 5. 50 Hasil Analisis Kemampuan Lahan (AKL) Nilai Luas Persen(%) Kemampuan pengembangan sedang 6777 44.47 Kemampuan pengembangan rendah 4233 27.77 Kemampuan pengembangan sangat rendah 4231 27.76 Way Lima Kemampuan pengembangan agak tinggi 246 2.33 Kemampuan pengembangan sedang 2743 25.95 Kemampuan pengembangan rendah 7581 71.72 Way Khilau Kemampuan pengembangan sedang 4194 50.55 Kemampuan pengembangan rendah 2747 33.11 Kemampuan pengembangan sangat rendah 1355 16.33 Teluk Pandan Kemampuan pengembangan agak tinggi 10 0.10 Kemampuan pengembangan sedang 3413 33.56 Kemampuan pengembangan rendah 1593 15.66 Kemampuan pengembangan sangat rendah 5155 50.68 Tegineneng Kemampuan pengembangan sedang 265 1.88 Kemampuan pengembangan rendah 13796 98.12 Punduh Kemampuan pengembangan agak tinggi 243 2.64 Pidada Kemampuan pengembangan rendah 3187 34.68 Kemampuan pengembangan sangat rendah 5759 62.67 Kemampuan pengembangan rendah 0 0.00 Kemampuan pengembangan sangat rendah 0 0.00 Padang Kemampuan pengembangan agak tinggi 114 0.73 Cermin Kemampuan pengembangan sedang 1071 6.86 Kemampuan pengembangan rendah 13813 88.49 Kemampuan pengembangan sangat rendah 612 3.92 Negeri Katon Kemampuan pengembangan agak tinggi 799 4.57 Kemampuan pengembangan sedang 4987 28.50 Kemampuan pengembangan rendah 11714 66.94 Marga Kemampuan pengembangan agak tinggi 238 2.87 Punduh Kemampuan pengembangan rendah 6028 72.75 Kemampuan pengembangan sangat rendah 2020 24.38 Kedondong Kemampuan pengembangan sedang 2065 26.47 Kemampuan pengembangan rendah 2344 30.05 Kemampuan pengembangan sangat rendah 3392 43.48 Gedong Kemampuan pengembangan sedang 7850 50.89 Tataan Kemampuan pengembangan rendah 7576 49.11 Sumber: Hasil Analisa, 2017 Kecamatan Way Ratai



Berdasarkan analisis kemampuan lahan, dapat diketahui kemampuan lahan di Kabupaten Pesawaran memiliki 4 (empat) klasifikasi kemampuan pengembangan sangat rendah, rendah, sedang dan kemampuan pengembangan agak tinggi.



LAPORAN ANTARA



V-134



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Untuk lebih jelasnya sebagai berikut: 1. Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah Kemampuan pengembangan sangat rendah yang terdapat di selatan Kabupaten Pesawaran dengan prosentase sebesar 17% dari luas Kabupaten Pesawaran. Penggunaan lahan eksisting pada klasifikasi kemampuan pengembangan sangat rendah berupa hutan dan tegalan. 2. Kemampuan Pengembangan Rendah Kemampuan pengembangan rendah yang terdapat di bagian utara, tengah dan selatanKabupaten Pesawaran dengan prosentase sebesar 57% dari luas Kabupaten



Pesawaran.



Penggunaan



lahan



pada



bagian



kemampuan



pengembangan rendah sebagian besar berupa belukar, tegalan, sawah, permukiman. 3. Kemampuan Pengembangan Sedang Kemampuan pengembangan sedang yang terdapat di bagian tengah Kabupaten Pesawaran dengan prosentase sebesar 25% dari luas Kabupaten Pesawaran. Penggunaan lahan eksisting pada klasifikasi kemampuan pengembangan sedang berupa tegalan, belukar dan kebun. 4. Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi Kemampuan pengembangan agak tinggi yang terdapat di bagian utara dan selatan Kabupaten Pesawarandengan prosentase sebesar 1% dari luas Kabupaten Pesawaran. Kemampuan pengembangan agak tinggi berupa hutan, tegalan, belukar. Pada lahan dengan kemampuan pengembangan agak tinggi dapat dimanfaatkan sebagai lahan pendukung pengembangan pembangunan Kabupaten Pesawaran.



LAPORAN ANTARA



V-135



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



1% 17% 25%



Kemampuan pengembangan sangat rendah Kemampuan pengembangan rendah Kemampuan pengembangan sedang



57%



Kemampuan pengembangan agak tinggi



Gambar 5. 15 Prosentase Hasil Analisis Kemampuan Lahan



5.6.2 Analisis Kesesuaian Lahan 5.6.2.1 Arahan Tata Ruang Pertanian Arahan ini bertujuan untuk mendapatkan arahan pengembangan pertanian sesuai dengan kesesuaian lahannya. Dalam delineasi arahan tata ruang pertanian, digunakan landasan sebagai berikut: Kemampuan Lahan Klasifikasi Kelas Pengembangan Kemampuan Kelas b pengembangan rendah Kemampuan Kelas c pengembangan sedang Kemampuan Kelas d pengembangan agak tinggi



Arahan Tata Ruang Pertanian Klasifikasi Nilai Kawasan Penyangga



2



Tanaman Tahunan



3



Tanaman Setahun



4



5.6.2.2 Arahan Rasio Penutupan Arahan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perbandingan daerah yang bisa tertutup oleh bangunan bersifat kedap air dengan luas lahan keseluruhan beserta kendala fisik pada tiap tingkatan. Peta-peta masukan yang dibutuhkan meliputi peta klasifikasi kemampuan lahan, SKL untuk drainase, SKL kestabilan lereng, SKl terhadap erosi dan SKL terhadap bencana alam. Dalam delineasi arahan rasio penutupan lahan, digunakan landasan sebagai berikut:



LAPORAN ANTARA



V-136



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Arahan Rasio Penutupan Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Kelas b Rasio Tutupan Lahan maks 10% Kelas c Rasio Tutupan Lahan maks 20% Kelas d Rasio Tutupan Lahan maks 30%



Nilai 2 3 4



5.6.2.3 Arahan Pemanfaatan Air Baku Arahan ini bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata ruang. Data-data yang dibutuhkan meliputi peta SKL Ketersediaan Air, peta Penggunaan Lahan saat ini dan Data Hasil Perhitungan Ketersediaan Air. Dalam delineasi arahan pemanfaatan air baku, digunakan landasan sebagai berikut: Arahan Pemanfaatan Air Baku Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Kelas b Rendah Kelas c Cukup Kelas d Baik



Nilai 2 3 4



5.6.2.4 Arahan Ketinggian Bangunan Arahan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran daerah-daerah yang sesuai untuk dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi pada pengembangan kawasan. Peta-peta masukan yang dibutuhkan meliputi peta Klasifikasi Kemampuan Lahan, SKL Kestabilan pondasi, SKL terhadap Bencana Alam dan peta Pemanfaatan Lahan saat ini. Dalam delineasi arahan ketinggian bangunan, digunakan landasan sebagai berikut: Arahan Ketinggian Banguan Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Kelas b Non Bangunan Kelas c Bangunan < 4 lantai Kelas d



Nilai 2 3 4



5.6.2.5 Evaluasi Penggunaan Lahan Terhadap Kesesuaian Lahan Evaluasi ini bertujuan mengetahui penyimpangan atau ketidaksesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini dilihat dari hasil studi kesesuaian lahan ini. Datadata masukan yang dibutuhkan meliputi Peta Penggunaan Lahan eksisting, Semua SKL dan Klasifikasi Kemampuan Lahan. Data selain peta yang dibutuhkan adalah Arahan Kesesuaian



Lahan,



Persyaratan



dan



Pembatas



pembangunan,



Penyimpangan



penyimpangan penggunaan lahan yang ada saat ini dari kemampuan dan kesesuaian lahan serta Arahan-arahan penyesuaian dan pengembangan berikutnya. LAPORAN ANTARA



V-137



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Langkah Pengerjaan dilakukan dengan membandingkan penggunaan lahan yang ada dengan karakteristik fisik wilayah berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan, satuan-satuan kemampuan lahan dan arahan-arahan kesesuaian lahan. Hasil analisis kesesuaian lahan berupa peta evaluasi kesesuaian lahan dapat dilihat pada peta dibawah ini.



LAPORAN ANTARA



V-138



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 6 Kesesuaian Lahan Kabupaten Pesawaran



LAPORAN ANTARA



V-139



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



5.6.2.6 Rekomendasi Kesesuaian Lahan Rekomendasi



kesesuaian



lahan



bertujuan



untuk



memberikan



arahan



penyesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini dan rencana pengembangan lahan di masa depan. Rekomendasi kesesuaian lahan disusun berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan sehingga menghasilkan pedoman pengembangan lahan masa depan. Contoh rekomendasi kesesuaian lahan  Mengoptimalkan penggunaan lahan dengan klasifikasi pengembangan lahan agak tinggi dan sedang pada wilayah yang telah dikategorikan sebagai zona budidaya dalam rencana pola ruang  Melindungi kawasan lindung dengan klasifikasi pengembangan rendah  Pada kawasan dengan klasifikasi pengembangan lahan agak tinggi dan sedang pada wilayah yang dikategorikan sebagai zona lindung pada rencana pola ruang, tetap mengikuti rencana pola ruang agar keseimbangan dan keberlajutan pengembangan lahan dapat terkontrol  Hasil analisis kesesuaian lahan dan kemampuan lahan jangan dijadikan pedoman inti dalam rencana tata ruang, melainkan perlu dikombinasikan dengan hasil-hasil analisis lainnya agar mencegah pembukaan lahan pada zona lindung seperti taman nasional.  Pembuatan rencana tata ruang kedepannya harus juga meninjau pemberlakuan zona-zona lindung pada lahan yang berada di klasifikasi pengembangan agak tinggi dan sedang



LAPORAN ANTARA



V-140



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 7 Rekomendasi Pemanfaatan Ruang Kabupaten Pesawaran



LAPORAN ANTARA



V-141



PENYUSUNAN REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011-2031



Peta 5. 8 Indikasi Rencana Pola Ruang Kabupaten Pesawaran



LAPORAN ANTARA



V-142