Bahan Ajar Parasitologi Ii [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Parasitologi II



RAFIKA, S.Si.,M.Kes MURSALIM, S.Pd.,M.Kes DISUSUN OLEH



PROGRAM STUDI TLM JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR 2020 Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



1



Parasitologi II



PENGANTAR PROTOZOOLOGI Protozoa adalah organisme bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk koloni (proto = pertama; zoon = hewan). Tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap yang sanggup melakukan semua fungsi kehidupan yang pada jasad lebih besar dilakukan oleh sel khusus. Protozoa banyak terdapat di alam antaralain di dalam air laut,air tawar,tanah,dan dalam tubuh organisme lain. Pada umumnya berukuran mikroskopik ,walau hanya terdiri dari satu sel dengan satu atau lebih inti ,akan tetapi telah memiliki fungsi yang lengkap,yaitu fungsi reproduksi untuk memperbanyak jumlah keturunannya ,memiliki alat pencernaan makanan ,system respirasi ,organ ekskresi dan struktur untuk mempertahnkan hidupnya .hanya sebagian kecilprotozoa yang hidup sebagai parasit pada binatang atau manusia .dalam klasifikasi modern ,makhluk hidup dibagi dalam 5 kingdom.yaitu monera, protista, plantae, fungi dan animalia. Protozoa termasuk kedalam kingdom animalia. Struktur protozoa mempunyai nucleus (inti) yang berisi chromosome dan terletak di dalam cytoplasma (protoplasma). Pada beberapa protozoa di dalam nukleus ini terdapat satu atau beberapa granula yang disebut anak inti (karyosome). Jumlah inti dapat satu atau lebih. Bagian dalam dari sitoplasma disebut endoplasama. Di dalam endoplasma terdapat inti yang mengatur gizi sel dan reproduksi. Endoplasma berisi pula vakuola makanan, cadangan makanan, benda asing, vakuola kontraktil, dan benda kromatoid. Bagian luar sitoplasma yang membungkus endoplasma disebut ektoplasma. Ektoplasma tampak jernih dan homogen berfungsi sebagai alat pergerakan, mengambil makanan, ekskresi, respirasi, dan pertahanan diri. Parasit dapat berubah dari stadium aktif (trofozoit) ke stadium tidak aktif (kista) yang kehilangan daya motilitas dan membungkus dirinya sendiri dalam dinding kuat. Pada stadium kista parasit protozoa kehilangan kekuatannya untuk tumbuh dan berkembang biak. Kista merupakan stadium bertahan dan merupakan stadium infektif bagi host manusia. Protozoa dapat memperbanyak diri (reproduksi) secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dapat berupa pembelahan biner (binary fusion): satu menjadi dua, atau pembelahan ganda (multiple fusion): satu



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



2



Parasitologi II



menjadi beberapa (lebih dari dua) sel protozoa yang baru. Reproduksi seksual dapat berupa konjugasi atau bersatunya gamet (fusi gamet). Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara bertahap setiap 15 menit. Protozoa diklasifikasikaan menjadi 4 berdasarkan alat gerakan. Klassifikasi ini meliputi: Rhizopoda (Amoeba), Flagelata (Mastingopora), Ciliata (Chiliopora), dan Sporozoa. KLASIFIKASI PROTOZOA BERDASARKAN ALAT GERAKNYA Sarcodina Protozoa



yang



bergerak



secara



amuboid



dengan



perantaraan



pseudopodia.berkembangbiak secara seksual pada umumnya memiliki 2 bentuk yaitu kista dan trofozoit.contohnya entamoeba hystolytica



sebagai penyebab



amoebiasis dan asbes hati,Dientamoeba fragillis yang menjadi penyebab diare, Naegleria fowleri dan Acanthamoeba spp merupakan amoeba yang hidup bebas. Matigophora atau flagellata Merupakan protozoa yang bergerak dengan flagella ,berkembang biak secara aseksual memiliki stadium kista dan trpozoit.dapat menginfeksi usus maupun darah



dan jaringan tubuh .spesies yang menginfeksi usus



dan merupakan



penyebab diare pada anak-anak adalah Giardia liblia. Penyebab penyakit menular seksual (PMS) terutama vaginitis yaitu



Trichimonas vaginalis .spesies yang



menginfeksi darah tapi tidak terdapat di indonesia yaitu : Trypanosoma cruzz yaitu penyebab penyakit Chagas (American trypanosomiasis),Trypanosoma brucei gambiense dan trypanosoma rodesiense penyebab African tripanosomiasis serta leishmania spp penyebab leishmaniasis visceral ,kulit dan selaput lendir. Cilliopora (Doflein,1901) Merupakan parasit penyebab diare dan disentri ,silia sederhana atau organel silier yang khas dan kompleks



ditemukan pada sekurang-kurangnya



stadium dari hidupnya ,biasanya dengan



satu



dua tipe inti,pembelahan biner



transversal ,ditemukan vakuola kontraktil yang khas.contoh genus ciliopora: balantadium coli. Sporozoa Subfilum sporozoa dapat menyerang usus ,jaringan maupun darah ,spesies yang menyerang usus Sarcocystis spp,spesies yang menyerang darah : plasmodium spp Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



3



Parasitologi II



penyebab malaria,babesia spp sebenarnya parasit menyerang darah pada hewan tapi dapat pula menyerang manusia. Kelompok protozoa yang belum terklasifikasi ,yang menyerang jaringan yaitu toxoplasma gondii yang merupakan penyebab toxoplasmosis, bentuk infeksi yang berat dapat menyebabkan kemunduran mental,kebutaan dan kematian ,serta pneumocystis carinii sebagai penyebab pneumosistis yang dikaitkan dengan AIDS. Tabel. Klasifikasi Protozoa Parasit Pada Manusia Protozoa Rizopoda (amuba) Flagelata



Mastingopora (siliata) Sporozoa



Alat Gerak (lokomosi) Pseudopodia (kaki semu) Flagella



Silia Tidak ada, pergerakan amuboid sedikit



Patogen pada Manusia



Penyakit



Entamoeba histolytica



Ambiasis



Giarda lamblia Trichomonas vaginalis Trypanosoma sp. Leishmania spp. Balantidium coli



Giardiasis Trichomoniasis Trypanosomiasis Leishmaniasis Balantidiasis



Toxoplasma gondii Plasmodium Isospora belli Cryptosporidium parvum



Toxoplasmosis Malaria Isosporiosis Cryptosporidiosi s



KLASIFIKASI PROTOZOA BERDASARKAN BERDASARKAN HABITATNYA Protozoa Usus Protozoa Rongga Tubuh (Rongga Artial) Protozoa Darah Dan Jaringan MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP Protozoa merupakan suatuunit tunggal yang ditandai dengan berbagai ukuran dan bentuk .beberapa spesies dapat dilihat dengan mata telanjang (balantidium coli) dan yang lainnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Bentuk ada yang sperik atau ovodial ,lainnya tidak teratur .beberapa yang radial simetri ,bilateral simetri dan



ada yang memiliki torsi longitudinal pada



badannya.protozoa ada yang memiliki



bentuk tetap,ada juga yang bentuknya



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



4



Parasitologi II



berubah-ubah setiap saat .misalnya Plasmodium spp sebagai penyebab penyakit malaria.disamping itu bentuknya kaan berubah sesuai stadium yang dilalui dalam siklus hidupnya.umumnya protozoa usus memiliki dua stadium pokok yaitu trofozoit dan kista. Stadium trofozoit (trophos=makan) disebut juga stadium vegetatif atau poliferatif ,dan bergerak aktif ,berbiak secara belah pasang akan tetapi pada umumnya tidak resisten terhadap perubahan lingkungan ,sehingga untuk masuk kepada hospes



baru perlu berubah menjadi kista disebut enkistasi yaitu : (a)



kekurangan atau kelebihan suplai makanan,(b) kelebihan produksi katabolisme dari organisme ,(c) perubahan pH,(d) pengeringan, (e) kekurangan atau kelebihan oksigen dan (F) popilasi parasit sangat banyak Stadium kista (cystsis= kantong),dinding kista merupakan hasil sekresi dari ektoplasma sehingga menjadi resisten daripada bentuk trofozoit.kista selain untuk memperthankan diri ada juga yang berfungsi untuk pembiakan .pada balantidium coli kista berfungsi untuk mempertahankan diri,akan tetapi parasit. Dalam dinding kista tidak banyak mengalami perubahan morfologi, sedangkan fungsi mempertahankan tubuh dan pembiakan terdapat pada beberapa amoeba dan falgelata yang dimulai dengan pembelahan inti dan berakhir dengan terbentuknya beberapa trofozoit (eksistasi) yang terjadi di usus halus. Beberapa faktir yang dapat menyebabkan eksistasi yaitu : (a) perubahan tekanan osmotic pada medium, (b) Pengaruh enzim pada lapisan dalam dinding kista, (c) pH ( padabeberapa protozoa parasit) serta aktifitas enzim hospes yang menguntungkan bagi parasite. Ada beberapa protozoa yang tidak melalui stadium kista, hanya stadium trofozoit, misalnya Entamoeba gingivalis, Dientamoeba fragilis, Trichomonas sp, sehingga penularan dapat terjadi secara langsung.



BAGIAN- BAGIAN PROTOZOA Protozoa hanya terdiri dari satu sel sehingga tidak memiliki organ-organ seperti paada metazoan, untuk kehidupannya dilakukan oleh hanya satu sel tersebut, bagian-bagian sel (organel) memiliki fungsi tertentu. Bagia- bagian protozoa terdiri atas inti dan sitoplasma. Inti merupakan bagian penting utnuk mempertahankan hidup serta untuk reproduksi. Bagian terdiri atas membrane (selaputinti), nukleoplasma, kariosom Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



5



Parasitologi II



(endosome, nucleolus), serabut inti yang akromatik dan butir kromatin. Kadangkadang untuk identifikasi protozoa, perlu diketahui morfolog iinti. Misalnya pada amoeba usus dibedakan tiga macam inti yaitu :inti Entamoeba, Endolimax, dan Ioda moeba. Jumlah inti pada trofozoit biasanya satuu, sedangkan pada kista bervariasi tergantung spesies. Inti mengandung kromosom sebagai permbawa sifat organisme. Sitoplasma terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Endoplasma, keruh, bergranula didapat inti, vakuola (makanan, kontraktil), apparatus golgi, mitikondria, serta makanan cadangan berupa granula valutin, benda kromatid dan organel lain. Vakuola makanan (gastriol) bergerakritmis, yaitu gerak memenuhi (sistol) dan mengosongkan



(diastole),berfungsi



sebagai



osmoregulator



dans



eleksresi.



Ekdtoplasma, tampak jernih, homogeny, berfungsi sebagai alat gerak,alat mengkap dan membuang sisa makanan, respirasi serta lata mempertahakan diri. Pada trofozoit terdapat selapit tipis yang tidak memberibentuk tetap pada amoeba, tetapi member bentuk tetap pada amoeba, tetapi member bentuk tetap pada protozoa lain. Pada flagellate terdapat kinestoplast (terdiri dari blefaroplast dan benda parabasal) yang merupakan tempat munculnya flagelata. Kinetoplas banyak mengandung DNA yang membawa sifat waris anorganis meserta berhubungan dengan mitokondria yang berfungsi untuk bergeraknya organisme. Alat gerak protozoa terdapat pada stadium trofozoit amoeba, flagelatadan ciliate, alat gerak dapat berupa pseudopodia, flagellate, dansilia. Pseudopodia atau kaki semu merupakan alat gerak pada amoeba, geraknya disebut gerak pada amoeba, merupakan alat gerakpada amoeba, gerkanya disebut gerak pada amoeba, merupakan penonjolan ektoplasma, geraknya disebut gerak



amoebaoid, terjadi



karena perubahan sifat sitoplasma daric air menjadi kental (gel). Flagellum (flagella) atau bulu cambuk, terdapat pada bagian anterior tubuh, merupakan alat gerak flagelata,



dikenal



alat



gerak lain,



yaitu membrane



undulant



(membrane



bergelombang) misalnya pada Trypanosoma. Cilium (siliata) atau bulugetar yang merupakan bulu getar, jumlahnya banyak dan menutupi seluruh permukaan tubuh parasite. Pengambilan makanan, disamping difusi, sari makanan kewat membrane sel terdapat tiga cara makan yang lain untuk protozoa yaitu fagosotosis, pinositosis, dan makan melalui sitostoma. Akhir-akhiri ni istilah endoditosis digunkan ahli



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



6



Parasitologi II



parasitology untuk mencakup fagositosis (pengambilan bahan-bahan padat) danpinositosis (pengambilan bahan dalam larutan lewat vesikula). Ekskresi terutama dilakukan dengan difusi lewat membrane sel. Respirasi dilakukan secara aerobic (Plasmodium ) ataupun anaerobic (Entamoebahystolitica). Reproduksi (perkembangbiakan) protozoa terdiri dari pembelahan biner (belah pasang) sederhana, pembelahan multiple/ berganda (skizogoni) atau reproduksi integrasi seksual dan aseksual yang rumit. Belah pasang longitudinal misalnya pada Giardia lamblia yaitu proses pembentukan dua individu dengan cara membelah in ti diikuti pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Diawalai pembelahan kineptoplas, kemudia flagel, intiakhirnya sitoplasma. Skizogoni merupakan suatubentuk perkembangbiakan aseksual. Dalam skizogoni, inti mengalami pembelahan berulang- ulang setiap inti kemudia dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang terpisah dan membrane sel yang asli pecah, membebaskan selanak sebanyak sama dengan jumlah inti baru. Sela-selana kini dinamakan merozoit. Selinduk yang mengalami pembelahani ni disebut dengan skizon. Pertunasan (budding) pada dasarnya proses itu adalah mitosis sederhana dengan pembelahan seluler. Endodiogeni, yaitu pembentukan dua selanak hasi lpembelahan membrane dan organel dalam sitoplsma induk terjadi padaToxoplasma gondii. Reproduksi seksual dalm berbagai bentuk jika dua sel bersatu dan mengadakan pertukaran bahan- bahan inti peristiwa ini disebut konjugasi (ciliate). Setelah keduanya berpisah lagi masing- masing sel disebut ekskonjugan. Jika dihasilkan sel-sel kelamin (selgamet), mereka bersatu secara singam iuntuk membentuk zygot, sel pertma yang merupakan individu baru. Gamet- gamet tersebut tidak , contohnya pada gametosit malaria di dalam tubuh nyamuk bentuk dan ukuran gamet yang berbeda, bentuk besar (betina) disebut makrogamet sedangkan yang kecil (jantan) disebut mikrogamet. Reproduksi aseksual dan seksual yang terjadi pada kelas siliata dengan pembelahan biner dan konjugasi melalui pertukaran materi genetic.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



7



Parasitologi II



Gambar 1. Proses pembelahan binerdanreproduksi seksual protozoa



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



8



Parasitologi II



PROTOZOA USUS Amoeba termasuk dalam kelas Rhizopoda filum Protozoa. Manusia merupakan host enam spesies amoeba yang hidup dalam rongga usus besar, yaitu Amoeba patogen seperti Entamoeba histolytica dan Amoeba nonpatogen atau komensal pada manusia diantaranya Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Jodamoeba butschlii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana, dan satu spesies amoeba yang hidup di dalam mulut, yaitu Entamoeba gingivalis. Rhizopoda yang pada bentuk trofozoit, protoplasmanya tidak dibungkus membran serta khas membentuk pseudopodia. Merupakan hewan yang paling saderhana yang tersebar di seluruh dunia (kosmopolit). Kebanyakan hidup bebas tetapi beberapa spesies bersifat parasit pada manusia. Amoeba yang hidup bebas termasuk dalam family Amoebidae, sedangkan yang bersifat parasit termasuk Endamoebidae, Calkins 1926 Family dari amoeba hidup bebas yang termasuk ke dalam amoeba jaringan otak primet yaitu Vahlkampfiidae dan Acanthamoebidae. Amoeba di usus yaitu : Entamoeba, Endomax dan Iodampeba. Parasit ini bergerak dengan pseudopodia, yaitu penonjolan yang tiba-tiba dari ektoplasma yang diikuti dengan gerak ke arah yang ditujuh. Enkistasi biasa terjadi dalam usus besar. Dalam tubuh manusia amoeba ini bersifat komensal. Kecuali Entamoeba histolytica yang dapat menjadi patogen. Pembiakan terjadi belah pasang, baik pada stadium kista maupun trofozoit. Penularan hanya terjadi pada bentuk kista matang, karena bentuk kista belum matang dan trofozoit mudah rusak hancur oleh keasaman lambung serta enzim pencernaan makanan. Siliata yang hidup pada usus manusia adalah Balantidium coli merupakan kelompok protozoa yang termasuk pylum Cilliopora, pada stadium trofozoit ditandai dengan penjuluran membran ekstoplasma yang pendek menyerupai benang disebut siliata. Flagelata yang dalam usus terdiri atas Embadomonas intestinalis, Enteromonas hominis, Chilomastix mesnili, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Dientamoeba fragilis penyebarannya bersifat kosmopolit.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



9



Parasitologi II



INFEKSI PROTOZOA AMOEBA (AMOEBIASIS) Etiologi : Entamoeba histolitica (Schaudinn,1903). Sinonim : Moeba dysentriae,Entamoeba tetragena, entamoeba dispar, entamoeba venaticurn . Hospes : manusia, bisa juga kera, anjing, kucing, babi serta tikus. Manusia merupakan host parasit ini. Penyakit yang disebabkannya disebut amubiasis usus (amubiasis intestinalis), sering kali disebut disentri amuba. Habitat: terutama daerah caecum dan retrosigmoid. Amubiasis terdapat di seluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah tropis dan daerah beriklim sedang. Morfologi Entamoeba histolitica memiliki dua bentuk utama dengan satu peralihan yaitu bentuk trofozoit (bentuk vegetatis/bentuk histolitica), bentuk prekista (bentuk peralihan sebelum menjadi kista) dan bentuk kista. Bentuk Tropozoit Dapat bergerak aktif, diameter 10-60 μm, sebagian besar berukuran 15-30 μm, ektoplasma lebar, jernih, membias cahaya terpisah jelas dengan endoplasma, pseudopodia tipis. Endoplasma bergranula halus kadang-kadang ditemukan sel darah merah dengan berbagai tingkat kerusakan. Inti tunggal terletak eksentrik, pada preparat yang tidak dipulas inti tampak samar-samar sebagai cincin berbutir halus. Dengan pewarnaan hematoksilin besi membran inti jelas, sebelah dalamnya melekat butir kromatin, sama besar, kariosom kecil letaknya di tengah inti. Trofozoit dalam feses bertahan dalam 5 jam pada suhu 37 OC, 16 jam pada suhu 25OC dan 96 jam pada suhu 5OC (Neva F.A dan Brown H.W,1994)



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



10



Parasitologi II



Gambar 1. Trofozoit Entamoeba histolytica Endo (endoplasma), ecto (ektoplasma), Vac (vakuola), ka (kariosom), nu (nukleus), dan psd (pseopodia) Sumber: http://www.tulane.edu/-wisar/protozology/notes/intest/html Bentuk prekista Bulat, tidak berwarna, lebih kecil dari Trofozoit, lebih besar dari kista, tidak mengandung makanan, pseudopodia dikeluarkan perlahan, tidak ada bergerak progesif. Bentuk kista Bentuk oval atau bulat, agak asimetrik, dinding halus, membias cahaya, tidak berwarna, ukuran 10-20 μm (rata-rata 12-13 μm) jumlah inti 1,2 atau 4 buah. Kista mati dalam 5 menit pada suhu 37 OC, 62,5 hari pada suhu 0OC (Neva F.A dan Brown H.W,1994). Sekurang-kurang dapat bertahan 8 hari pada suhu 28-34 oC, tetapi hanya beberapa jam saja pada suhu 46-47 OC dan kurang dari satu menit pada suhu 52OC (jones dan Newton,1950). Kista dapat bertahan lebih lama pada suhu dingin, 40 hari pada suhu 2-6OC (Simitch petrovich dan chibalich,1954) dan dibawah titik beku daya tahan berkurang. Jika makanan cair terkontaminasi Entamoeba histolitica kista bertahan 15 hari pada suhu 4OC dan 24 jam pada (-10 sampai -15OC) di dalam 4 ppm klor bebas kista mati dalam 15-30 menit. Kista mati jika diberi klorida merkuri 0,04% fenol 1% dan formalin 5%.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



11



Parasitologi II



Gambar 2. Bentuk kista Entamoeba histolitica Cb(kromatoid), vac(vakuola), nu(inti) Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/file:Entomoeba_histilitica-01.jpg SIKLUS HIDUP Entamoeba histolytica mempunyai 3 stadium, yaitu: 1) stadium tropozoit, 2) stadium minuta, dan 3) stadium kista (Gambar 2.1). Stadium histolitika dan bentuk minuta adalah bentuk trofozoit. Kista matang yang tertelan manusia, organisme di dalamnya akan aktif, berkembang menjadi 4 stadium tropozoit metakistik, stadium ini kemudian berkembang menjadi tropozoit di usus besar. Di rongga usus halus dinding kista dihancurkan, terjadi eksistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus besar. Bentuk minuta dapat berubah menjadi stadium tropozoit yang patogen. Dengan peristaltis usus, bentuk ini dikeluarkan bersama isi ulkus rongga usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan bersama tinja.



Gambar 3. Siklus Hidup Entamoeba Histolytica



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



12



Parasitologi II



EPIDEMIOLOGI Parasite ini tersebar luas (kosmopolit), paling banyak didaerah tropis dan sub tropis. Beberapa factor mempengaruhi penyebaran penyakit ini berhubungan dengan sanitasi yang kurang baik, kepadatan penduduk, makanan dan gizi yang kurang baik, tingkat pendidikan dan social ekonomi yang rendah. PATHOGENESIS Entamoeba histolityca merupakan parasite pathogen yang habitatnya dalam caccum dan rectos igmoid (intestinal). Invasidi mulai melalui kriptamakosa usus diikuti pembentukan ulkus primer, dengan ciri ulkus bergayang dapat sembuh sempurna, meninggalkan bekas menetap atau menyebar pada lapisan mukosa dan lapisan yang lebih dalam. GEJALA PENYAKIT Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala disentri meliputi: buang air besar berisi darah atau lendir, sakit perut, hilangnya selera makan, turun berat badan, demam, dan rasa dingin. Tanda klinis amoebiasis kolon akut bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Pada disentri basilaris, diare dapat terjadi lebih dari 10 kali sehari (sindrom disentri). Sedangkan pada amoebiasis kolon menahun biasanya terdapat gejala diare ringan diselingi dengan obstipasi. Dapat juga terjadi suatu eksaserbasi akut penyebaran ke luar usus (ekstraintestinal), terutama ke hati. Pada amoebiasis hati biasanya didapatkan gejala berat badan menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati yang disetai nyeri tekan DIAGNOSIS Diagnosis klinis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan jika perlu pemeriksaan radiologi dan sigmoidoskopi. Diagnose klinis sulit ditegakkan karna kurang spesifik. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan trofozoit atau kista entamoeba histolityca pada bahan pemeriksaan feces pemeriksaan ini penting dan harus dibedakaan dengan parasite protozoa lain yang sering ditemukan keluar bersama feces ataupun yang bukan parasite harus dapat membedakan dengan entamoeba coli dan makrofag, sering kali dari sediaan feces pada amobiasis ditemukan Kristal charotleyden. Pada feces encer untuk pemeriksaana dan yang bentuk trofozoit dilakukan pemeriksaan langsung pada feces padat biasanya untuk Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



13



Parasitologi II



pemeriksaan stadium kista bila sulit dtemukan baik bentuk trofozoitnya atau kista dicoba dengan



metode konsentrasi bahan pengawet bila feces tidak langsung



diperiksa feces disimpan dengan cairan polivinil alcohol. Untuk amoeba ikon hati dan ekstraintestinal tes serologi imdirekhem aglutinasi dengan titer lebihdari 128 atau ELISA dengan titer 40 U. PENCEGAHAN Dapat dilakukan dengan mengutangisum berinfeksi dengan penderita amobiasis pendidikan kesehatan terutama menyangkut kebersihan baik perorangan maupun sanitasi lingkungan, pengawasan sanitasi makanan tempat hidup/bekerja, pembuangan sampah, pembuangan feces, pemberantasan lalat, kecoa sebagai vector mekanik yang dapat memindahkan kista pada makanan/minuman.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



14



Parasitologi II



AMOEBA USUS APATOGEN 1. Entamoeba coli Morfologi : Memiliki morfologi yang sangat mirip dengan E.hitolityca ditemukan dalam bentuk Bentuk vegetative (trofozoit) Besarnya 15-30 mempunyai inti entamoeba. Ekstoplasma hanya tampak nyata apabila pseudopodium terbentuk. Pseudopodium kecil, dibentuk perlahan, gerakan lambat. Endoplsma mempunyai vakuola berbentuk bakteri, bentuk ini tidak bias dibedakan dari bentuk minuta E.histolityca. Bentuk kista Besarnya 10-31 mikron dalam feces biasanya intinya 2 sampai 8, berinti 2 memiliki vakuola gllikogen yang besar. Benda kromatid seperti jarum dengan ujung tajam. Entamoeba coli tidak pathogen, tetapi penting untuk dapat dibedakan dari Entamoeba histolytica hidup di kolon dan sekum. Bentuk kista : besarnya 6-15 pm, memiliki satu inti, vakuola glikogen yang besar sehingga mendorong, inti ke pinggir, biasanya hidup komensal dalam caccum dan kolon,



infeksi melalui menelan kista matang.



Gambar 4: Bentuk trofozoit dan kista Entamoeba coli 2. Endolimax nana Bentuk vegetatif



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



15



Parasitologi II



Besarnya 8-10 mikron (umumnya kurang 10 mikron),mempunya inti, ektoplasma tampak dalam keadaan diam, pseudopodia pendek, endoplasma mempunyai vakuola dan mengandung bakteri Bentuk kista Besarnya 6-8 mikron, pada feses kista biasanya berinti 4, parasit hidup sebagai komensal dalam rongga usus besar, cara infeksi dengan menekan kista matang



Gambar 5. Bentuk trofozoit (a) dan kista (b) endolimax nana 3. Entamoeba hartmani Bentuk vegetatif Besarnya 4-12 mikron, memiliki satu inti entamoeba Bentuk Kista Bentuknya 5-10 mikron, berinti satu sampai empat, mempunyai benda kromatoid kecil dan banyak 4. Iodamoeba butschlii Bentuk vegetatif Besarnya 625 mikron, ektoplasma tidak tampak, endoplasma mempunyai inti dan banyak mengandung vakuola dan bakteri. Bentuk kista Besarnya 615 mikron, memiliki satu inti, vakuola glikogen yang besar sehingga mendorong inti ke pinggir, biasanya hidup komensal dalam caccum dan kolon, infeksi melalui menelan kista matang



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



16



Parasitologi II



Gambar 6: Bentuk trofozoit dan kista Iodamoeba butschlii



INFEKSI CILIATA USUS (Balantidiasis) Balantidiasis



(balantidiosis,



doisentri



balantidium,



merupakan



penyakit



zoonotik) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli yang mirip dengan amoebiasis, menyebabkan proteolitik dan sitotoksik yang memediasi invasi jaringan dan ulserasi usus. Protozoa usus Balantidium coli adalah satu-satunya anggota kelompok Ciliata yang patogen bagi manusia. Habitat : Mukosa dan sub mukosa usus besar terutama ceccum bagian terminal dan ileum. Hospen : manusia, babi dan kera. Balantidium coli adalah satu-satunya siliata yang menginfeksi manusia. Ditemukan di seluruh dunia, penyebaran dengan fecal-oral dan terdapat di daerah tropis, prevalensi lebih dari 1%. Prevelesi pada penduduk, contohnya di Papua, New Guinea, babi merupakan hewan peliharaan sehingga prevelensi sampai 28%. Penularan manusia ke manusia juga dilaporkan biasa terjadi pada pemukiman padat penduduk, hygiene peroranganyang buruk, rumah sakit jiwa dan penjara.



MORFOLOGI Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang berukuran paling besar. Trofozoit : Warnanya kelabu, tipis, lonjong berbentuk seperti kantun (belantidium=kantung kecil), ukuran panjang 50-200 mikron dan lebar 40-70 mikron. Silia tersusun longitudinal dan spiral sehingga arah pergerakan melingkar. Sitostoma sebagai mulut terletak di daerah peristoma yang bersilia panjang berakhir pada sitopige sebagai anus sederhana. Terdapat dua vakuola kontaktil, dua nukleus(makro dan mikro nukleus). Makronukleus berbentuk seperti ginjal berisi kromatin sebagai nukleus vegetatif/somatil. Mikronukleus banyak mengandung DNA terletak pada bagian konkaf makro nukleus, sebagai nukleus generatif/seksual. Kista.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



17



Parasitologi II



Berwarna hijau, bening, lonjong seperti bola, memiliki dinding rangkap. Ukuran 45-75 pm, terdapat makronukleus, vakuola kontraktil dan silia. Kista tidak tahan kering, sedangkan dalam tinja yang basah kista dapat tahan berminggu-minggu.



Gambar 7. Gambaran Trofozoit dan kista Balantidium coli SIKLUS HIDUP Kista merupakan stadium infektif terhadap penyebaran balantidiasis (1). Hospes hampir seluruhnya terinfeksi kista dengan cara menelan kista melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kista (2). Setelah ditelan terjadi ekskistasi dalam usus halus dan trofozoit membentuk koloni di usus besar (3). Trofozoit menetap dalam lumen usus besar manusia dan hewan dan memperbanyak diri dengan belah pasang transversal dan konjugasi (4). Trofozoit mengalami enkistasi untuk menghasilkan kista infektif (5). Beberapa trofozoit masuk ke dalam dinding usus besar dan bereplikasi, beberapa kembali ke lumen dan hancur, kista matang keluar bersama feses.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



18



Parasitologi II



Gambar 8. Siklus hidup Balantidium coli EPIDEMIOLOGI Balantidium coli didistribusikan di seluruh dunia. Babi dan monyet (jarang) merupakan inang perantara (reservoir) yang paling penting. Infeksi yang ditularkan melalui jalur fekaloral, wabah berhubungan dengan kontaminasi pasokan air dengan kotoran babi. Penyebaran dapat melalui makanan, minuman dan tempat yang terkontaminasi. Faktor risiko yang terkait dengan penyakit manusia termasuk kontak dengan babi dan kondisi higienis yang di bawah standa. GEJALA PENYAKIT Asimptomatik dan dapat sembuh sendiri, secara klinis di bagi menjadi infeksi sedang,akut dan kronis. Infeksi sedang dan akut Gejala sama dengan amoebiasis usus yaitu diare, disentri , kolik abdomen, mual, muntah. Feses encer mengandung lendir, nanah dan darah, defekasi sehari 6-15 kali Infeksi kronik Diare hilang timbul disertai konstipasi, nyeri pada kolon dan anemia. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENGOBATAN Pemeriksaan



parasitologis



secara



mikroskopis



dengan



menggunakan



spesimen tinja (feses) perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan spesimen feses klien Balantidiasis dapat ditemukan stadium tropozoit dan stadium kista. Trofozoit ini sangat Besar, bervariasi dalam panjang dari 50200μm dan lebar dari 40-70μm. Permukaan ditutupi Dengan silia. Pengobatan dengan obat pilihan adalah tetrasiklin. Iodoquinol dan metronidazol adalah agen alternatif.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



19



Parasitologi II



INFEKSI FLAGELLATA USUS (Giardiasis) Giardiasis disebabkan parasit Giardia lamblia (stiles 1915). Giardia lamblia adalah protozoa berflagela, mendiami usus kecil (duodenum dan jejunum) manusia. Protozoa ini adalah satu-satunya yang ada pada saluran pencernaan dan diketahui endemik dan epidemik penyebab diare pada manusia. Parasit awalnya bernama Cercomonas intestinalis ditemukan oleh Lamblia pada tahun 1859 dan berganti nama menjadi Giardia lamblia oleh Stiles pada tahun 1915, untuk menghormati Profesor A. Giard dari Paris Dr. F. Lambl dari Praha. Giardiasis, giardosis atau lambliasis merupakan penyakit zoonotik terutama menyerang anak-anak berumur 6-10 tahun. Penyakit ini memiliki habitat : Duodenum, jejunum bagian atas, saluran empedu, kandung empedu. Parasit melekat pada mukosa usus, terjadi inflamasi ringan. Kegiatan mekanik dan toksik akan mengganggu penyerapan vitamin A dan lemak. Morfologi Bentuk Trofozoit Berbentuk seperti jambu monyet, tapi pipih dorsoventral, Ukuran (9-12) × (515) micrometer dan tebalnya 2-4 mikrometer. Bagian anterior merupakan batil isap, inti dua buah, flagel 4 pasang (2 aksostosil dan 2 benda parabasal ). Berkembang biak dengan belah pasang longitudinal.



Gambar 9. Trofozoit Giardia lamblia Kista



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



20



Parasitologi II



Ukuran (8-12) × (7-10) mikrometer. Bentuk lonjong, inti 2 sampai 4 terletak pada satu kutub. Dalam endoplasma tampak sisa organel yang terdapat pada bentuk vegetative



Gambar 10. Kista Giardia lamblia SIKLUS HIDUP Stadium kista adalah bagian penting yang bertanggung jawab untuk pergerakan Giardia. Kista yang kuat, dapat bertahan hidup beberapa bulan di air dingin. Infeksi terjadi dengan menelan kista pada air yang terkontaminasi, makanan, atau melalui feses-mulut (tangan atau muntahan). Kista melewati perut dan pecah menjadi tropozoit di duodenum dalam waktu 30 menit, setiap kista menghasilkan dua empat inti (tetranucleate), dan tropozoit. Asam lambung mempermudah proses pecahnya kista. Di duodenum dan jejunum, tropozoit empat inti berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner sehingga menghasilkan sejumlah besar tropozoit baru. Tropozoit pada permukaan mukosa usus, untuk menjaga kelembaban mereka terikat oleh pengisap oval. Ketika isi usus meninggalkan jejenum dan mulai kehilangan kelembaban, tropozoit menarik flagella, menutup diri dengan tebal semua yang ada di encyst. Tropozoit terselubung menjalani fase lain dari intinya yaitu menghasilkan empat berinti kista matang. Keempat kista matang berinti adalah bentuk infektif dari parasit, diekskresikan dalam tinja pada siklus berikutnya.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



21



Parasitologi II



Gambar 11. Siklus hidup Giardia lamblia Sumber:http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/int GEJALA KLINIK est-protozoa.htm



Umumnya tidak menimbulkan gejala klinik yang berarti, kalaupun ada biasanya terjadi pada anak anak, terjadi enteritis akut dan kronis. Pada diare kronik feses berlemak (steatorrhea) diselingi obti pas kadang-kadang encer, sakit perut, ulu hati, perut kembung, fese sberlendir dan mengandung darah. Pada orang dewasa hampir tidak berarti secara klinik. DIAGNOSIS Diagnosis dengan pemeriksaan feses ditemukan stadium kista dan trofozoit. Dengan cara pembuatan Wet mount menggunakan larutan garam fisiologis atau lugol, metode konsentrasi menggunakan larutan formalin-etil-asetat, pewarnaan hematoksilin, tikrom. Specimen feses harus diperiksa sebelum satu jam setelah pengambilan atau diberi pengawet polivilin alcohol 10%. EPIDEMIOLOGI Giardiasis terjadi di seluruh dunia, terutama pada musim panas, dan terjadi pada anak-anak. Infeksi G. lamblia juga banyak ditemukan di Cina, dengan kejadian yang bervariasi 0,48-10%. Giardiasis menunjukkan dua pola epidemiologi yang berbeda: endemik dan epidemik. Endemik di negara-negara berkembang, seperti India. Terutama terjadi pada anak-anak. Di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, lebih terjadi secara epidemik pada semua kelompok umur. Penyebab utama infeksi adalah tinja manusia yang mengandung kista Giardia, makanan, dan air yang terkontaminasi oleh kotoran manusia dan hewan yang mengandung kista. Giardiasis ditularkan umunya dengan minum air terkontaminasi oleh feses dan sering dengan makan makanan yang terkontaminasi. Hal ini juga dapat ditularkan melalui orang langsung ke orang, itu terjadi paling umum pada orang dengan sanitasi yang buruk dan kebersihan mulut yang kurang. Giardiasis dapat ditularkan melalui hubungan seks antara laki-laki homosexual melalui anus. Pasien dengan kelemahan imun, seperti AIDS, kekurangan protein kalori semakin rentan terhadap infeksi Giardia. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



22



Parasitologi II



Beberapa obat resep yang tersedia untuk mengobati Giardiasis yaitu metronidazol adalah obat pilihan. Metronidazol, tinidazole, atau senyawa 5nitroimidazole lainnya biasanya membunuh parasit dalam usus, tetapi Giardia pada kandung empedu atau saluran empedu dapat merusak dan menginvasi tulang usus, mengakibatkan kekambuhan. Giardiasis dapat dicegah dan dikendalikan oleh peningkatan pasokan air bersih, pembuangan kotoran manusia, mempertahankan kebersihan makanan serta kebersihan diri, dan pendidikan kesehatan. Air minum dari danau dan sungai harus direbus, disaring dan/atau diobati yodium.



INFEKSI SPOROZOA USUS 1. Coccidiosis Etiologi: Isospora belli (Wenyon, 1923) Habitat :usus halus, tetapi tidak diketahui tempat yang tepat. OokistaI sospora belli pernah didapat di jejenum dan duodenum, parasite ini belum dapat dibiakan. Jarang pernah terjadi pada manusia, penularan melalui makanan dan minuman yang ditularkan melalui tangan kemulut, patogenitas rendah, asimpomatik dan tidak memerlukan pengobatan, hanya membutuhkan makanan yang lunak dan istirahat. 2. Cryptosporidiosis Cryptosporidiosis



merupakan



penyakit



parasite



yang



disebabkan



oleh



Cryptosporidium.sp yang hidup ditanah, air dan makanan, penularan dapat terjadi dengan menelan parasite. Gejala klinik yang timbul selain diare yang encer, diikuti oleh dehidrasi, kehilangan berat badan, sakit perut, demam, mual dan muntah. Pada umumnya orang yang terinfeksi tidak memerlukan pengobatan, kecuali pada orang dengan penyakit system imun yang lemah seperti pada AIDS. Untuk pencegahan infeksi dengan hygiene perorangan yang baik, mencuci tangan sebelum makan pula buah dan sayuran sebelum dikonsumsi. Diagnosis yang spesifik untuk Criptosporidium pavum menggunakan teknik (polymerase chain reaction) PCR, untuk mendeteksi adanya Cryptosporidium pavum dilingkungan dan specimen hewan, akan tetapi dapat pula dilakukan pemeriksaan langsung. TEKNIK PEMERIKSAAN PROTOZOA USUS Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



23



Parasitologi II



Specimen feses yang diduga kemungkinan mengandung protozoa, memiliki ciri khas sebagai berikut: Secara makroskopis o



Tinja bersifat asam (acid)



o



Bau busuk (foul smelling)



o



Lendir (mucus) lebih sedikit dibandingkan disentribasiler dan tidak terlalu lengket



o



Dapat disertai darah (pada feses padat kadang tidak disertai darah)



o



Nanah lebih sedikit dibandingkan dengan disentribasiler



Secara mikroskopis Akan banyak ditemukan banyak bekteri, pada Entamoeba histolytica yang mengandung eritrosit, eritrosit akan membentuk rouleaux, kadang-kadang ditemukan Kristal Charcot-Leyden tetapi tidak spesifik untuk disentri amoeba. Pemeriksaan protozoa usus secara langsung/ Wet Preparation a) Tujuan : untuk melakukan pemeriksaan secara cepat, bentuk trofozoit dan kista b) Species : untuk feses encer (trofozoit) dan feses keras (kista) c) Reagen : Eosin 2% (untuktrofozoit) Lugol (2% larutanIodium + 3% larutan Kalium Iodida) d) Cara kerja : Dengan menggunakan lidi, feses diambil sebesar kacang polong dan diletakkan di atas kaca objek yang bersih dan kering. Dibubuhi larutan NaCl 0.85%, eosin 2% atau lugol, diratakan menggunakan lidi, kemudian ditutup dengan kaca penutup, periksa dibawah mikroskop.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



24



Parasitologi II



PROTOZOA ATRIAL A. Entamoeba gingivalis Entamoeba ginggivalis adalah amoeba menyerupai Entamoeba histolytica yang hidup dalam rongga gigi, gusi dan kendang-kadang di tonsil. Ukuran Panjang 10-35 mikrometer. Vakuola endositotik biasanya banyak dan parasit ini biasanya memakan bakteri, leukosit dan eritrosit (lingkaran berwarna gelap pada gambar). Tidak terdapat bentuk kista dan penyebaran melalui oral-oral. Diagnosis untuk Entamoeba gingivalis sangat baik diperoleh dari kultur. Medium untuk kultur digunakan media agar miring Locke’s Egg Slant albumin (L.E.A). Medium terdiri dari sedikit larutan Locke’s sebagai fase padat ditambahkan 6-10 cc larutan albumin. Spesimen berasal dari rongga mulut yang kemudian dibiakkan pada media selama 24-48 jam.



Gambar 1: Entamoeba gingivalis B. Naegleria fowleri Naegleria fowleri adalah mikroorganise penyebab meningoensefaliti samebic akut. Merupakan amoeba berflagel yang tergolong family Vahlkampfiidae yang dapat bertransformasi dari bentuk amoeba ke flagelata. Bakteri dapat ditemukan pada vakuola fagositik. Dengan banyak kasus terjadi di Amerika serikat khususnya Carolina utara, Texas dan Oklahoma. N.fowleri biasa ditemukan di sumber air, kolam, danau yang dangkal dan biasa terdapat di danau buatan. Penyebaran N.fowleri berhubungan dengan aktifitas di dalam air misalnya berenang, bermain-main air di danau atau bermain jetski. Amoeba masuk ke dalam system syaraf pusat dan menyebarkan meningoencefalitis. Gejala timbul segera setelah 2 sampai 3 hari setelah aktifitas di air, gejala yang timbul sakit kepala, demam anoreksia, mual, tanda-tanda meningeal, halusinasi berkembang Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



25



Parasitologi II



menjadi odemotak yang berat, kematian dapat terjadi 72 jam setelah onset gejala penyakit. Naegleria fowleri trophozoites, dari kultur CSR (cerebrospinal fluid). Sel memiliki karakteristik intinya besar, kariosom warnanya gelap, amoeba sangat aktif dengan pseudopodia pada Trichrome. SIKLUS HIDUP Naegleria fowleri memiliki tiga stadium, kista, trofozoit, bentuk flagella, dalam siklus hidupnya. Trofozoit bereplikasi dengan promitosis (membrane inti tetap utuh). N.fowleri ditemukan di badan air, tanah, kolam renang, kolam hidroterapi, aquarium dan saluran pembuangan limbah.



Gambar 2. Siklus hidup Naegleria



Gambar 2: Naegleria fowleri



Trofozoit dapat berubah menjadi bentuk flagella dan biasanya kembali ke bentuk stadium trofozoit. Trofozoit menginfeksi manusia melalui penetrasi kesaluran mukosa dan berimigrasi ke otak menyebabkan primary amebic meningoencephalitis



(PAM).



N.fowleri



trophozoites



ditemukan



pada



cerebrospinal fluid (CSF) dan jaringan sementara bentuk flagelata biasa juga ditemukan pada jaringan, sedangkan bentuk kista tidak terlihan di jaringan otak. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



26



Parasitologi II



DIAGNOSIS LABORATORIUM NAEGLERIA FOWLERI 1. Pemeriksaan CSF Cairan akan terlihat kelabu sampai purulent. Dalam cairan otak (CSF) dapat ditemukan peningkatan neutrophil, tidak ditemukan bakteri, protein meningkat dan penurunan kadar glukosa. Amoeba dapat terlihat dengan pewarnaan Gram akan tetapi amoeba dalam CSF biasa salah satu diagnosis dengan makrofag atau sel tumor. Specimen CSF harus dalam keadaan segar langsung diperiksa dengan sediaan basah dan juga sediaan fiksasi pewarnaan Gram. Trofozoit dapat dideteksi pergerakannya dengan sebuah tetesan cairan CSF yang diamati dibawah mikroskop dengan pewarnaan Giemsa, Wright, Hematoksilin eosin. 2. Kultur Teknik kultur menggunakan media yang terdiri dari 1,5% non nutrient agar plate dengan penambahan Escherichia coli kemudian diinkubasi pada suhu 37oC, amati setiap hari, amoeba akan memakan bakteri dalam lingkungan aerob. Pada sediaan langsung atau dari kultur organisme akan terlihat bergerak cepat. Pencampuran CSF dengan aquades akan mempercepat transformasi amoeba ke bentuk flagellata. Kultur dapat dilakukan dengan agar plate yang mengandung E.Coli atau Enterobacter. Selain teknik kultur dapat digunakan pula teknik PCR dan Indirect immunoflorescent antibody. 3. Teknik pemeriksaan untuk beberapa protozoa jaringan Pewarnaan Giemsa dan Wright (untuk pewarnaan CSF pada pemeriksaan trofozoit Naegleria). Sumber ://www.polysciences.com/SiteData a. Giemsa :  Dibuat apusan diatas kaca objek.  Setelah kering difiksasi menggunakan methanol absolute selama 30 detik, buang kelebihan methanol.  Tambahkan larutan Giemsa yang diencerkan dari stok giemsa dengan perbandingan 1:9 menggunakan aquadest, larutan harus dibuat baru.  Diamkan selama 30 menit.  Bilas dengan air mengalir, keringkan di udara kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



27



Parasitologi II



b. Wright :  Dibuat apusan di atas kaca objek steril, keringkan di udara.  Beri larutan Wright di atas apusan selama 1-3 menit.  Tambahkan 2 ml aquades atau buffer posfat pH 6,8.  Bilas apusan dengan air atau buffer posfat pH 6,8 sampai berubah merah jambu, keringkan menggunakan kertas tissue dan biarkan pada suhu kamar sebelum diperiksa.



C. Trichomonas Vaginalis Trichomonas vaginalis



merupakan parasite yang menimbulkan penyakit



pada organ genitourinaria, penyakitnya disebut trikomoniasis vaginalis. Ada tiga spesies genus trichomonas yaitu Trichomonas vaginalis, Trichomonas tenax dan Tirochomonas hominis. Hanya T.vaginalis yang pathogen. Lebih sering menyerang wanita 25% terutama yang kebersihannya buruk, namun hanya 1/7 yang menunjukkan gejala.



Gambar 3. Trichomonas vaginalis MORFOLOGI T.vaginalis berbentuk seperti buah pear yang dilengkapi oleh empat flagel yang menonjol keluar dari depan ke belakang. Flagel kelima melekat pada membrane undulan memanjang ke belakang, sebuah ekor berduri yang disebut dengan aksostil, pemanjangan bagian akhir T. vaginalis. Diyakini bahwa T. vaginalis melekat pada jaringan hospes dengan aksostil dan dapat menyebabkan hal yang berhubungan dengan infeksi trichomonas yaitu iritasi dan peradangan. Ukuran trichomonas bervariasi dengan leher sekitar 20 Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



28



Parasitologi II



mikrometer. Pada sediaan basah dari secret vagina, trichomonas dapat dikenali dari pergerakannya yang berjungkir balik dan tersentak – sentak. T.vaginalis bersifat anaerobik dan hidup baik tanpa oksigen dan lingkungan dengan keasaman yang rendah. Pertumbuhan maksimum dan fungsi metabolic yang baik pada pH 6.0. Dua spesies trikomonas lainnya yang dapat menginfeksi manusia adalah T. tenax dan T. hominis. Trichomonas memperbanyak diri dengan pembelahan biner. Trichomonas hanya ada dalam bentuk trofozoit dan tidak terdapat dalam bentuk kista. Penyakit yang disebabkan oleh trichomonas akan meningkatkan penebaran infeksi HIV. Infeksi Trichomonas akan menyebabkan respon imun selular dengan inflamasi pada epitel vagina dan servik pada wanita, uretra pada pria. TANDA FISIK TRICHOMONIASIS 1. Perempuan Pada pemeriksaan panggul dengan speculum, tanda-tanda trikomoniasis diantaranya colpitis macularis (disebut sebagai strawberry cervix): keputihan yang purulen yang dapat berwarna putih krem, kuning, hijau, atau abu-abu, keputihan yang berbusa, etyhema vaginadan vulva. Diagnosis pasti trikomoniasis dapat ditegakkan dengan adanya protozoa berflagel yang terlihat dari pemeriksaan sediaan basah, Papanicolaou (Pap) smears, atau media kultur. 2. Laki – laki Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi trikomoniasis tidak ada tanda fisik. Pada beberapa kasus, laki-laki dengan infeksi ini mungkin menunjukkan adanya discharge dari penis. Beberapa kasus lain mungkin ada tandatanda prostatitis atau epididymitis. 3. Pada bayi perempuan baru lahir T.vaginalis didapat pada saat melewati jalan lahir dapat menyebabkan keputihan pada bayi pada minggu minggu pertama kehidupannya. Anak – anak



sebelum



usia



pubertas



yang



terkena



trikomoniasis



akan



menunujukkan gejala yang mirip dengan gejala pada klien remaja dan dewasa. Adanya T. Vaginalis pada anak anak sebelum pubertas harus dicurigai kemungkinan adanya kekerasan seksual. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



29



Parasitologi II



DIAGNOSIS Diagnosis Trichomonas dengan menemukan trofozoit dalam secret vagina, uretra dan prostat atau dalam sedimen urine.Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari kotoran vagina yang purulent menggunakan spikulum atau swab, specimen diambil menggunakan swab dari dinding samping vagina (epiteldaneksovagina) untuk wet mount sedangkan untuk kultur diambil dari fornix posterior vagina. Dengan sediaan basah, Trichomonas vaginalis dapat dikenali melalui morfologi dan pergerakannya yang jungkir balik dengan cepat (jerky movement). Sensifitas pemeriksaan secara langsung 40 – 80%. Sehingga kultur secara in vitro merupakan gold standart untuk diagnosis, hanya saja kelemahannya membutuhkan waktu 2 – 7 hari pertumbuhan untuk dapat terlihat pada pemeriksaan.



PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. pH vagina Penentuan pH vagina dengan cara menempelkan swab dengan sekresi vagina pada kertas pH paper dengan nilai antara 3.5-5.5. pH vagina normal secara praktis menunjukkan diagnosis trikomoniasis negative. pH lebih dari 4.5 ditemukan pada trikomoniasis dan vaginosis bacterial. 2. Tes Whiff Tes ini memeriksa adanya amine dengan menambahkan KOH pada discharge vagina dan membaui adanya bau seperti bau ikan, tes ini berguna untuk menyingkirkan vaginosis bacterial. Saat ini telah



ada



pemeriksaan pH vagina dan tes whiff yang dikombinasikan dalam satu bentuk tes dengan tanda negative positif. 3. SediaanBasah (Wet mount) Pemeriksaan dengan sediaan garam basah melalui mikroskop terhadap secret vagina yang diusapkan pada objek gelas dapat mengidentifikasi protozoa yang berbentuk seperti tetesan air, berflagela dan bergerak. Pemeriksaan ini juga dapat menemukan clue cells (tanda adanya penyakit vaginosis bacterial). Sensitivitas pemeriksaan ini mencapai 40-60%. Sedangkan spesifisitas dapat mencapai 100% jika sediaan garam basah segera dilihat di bawah mikroskop. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



30



Parasitologi II



4. Pap smear Sensivitas untuk mendeteksi sama dengan pemeriksaan sediaan garam basah, yaitu 40-60%. Sedangkan spesifikasi mencapai 95-99% untuk petugas-petugas yang sudah terlatih. 5. Pemeriksaan lain Mendeteksi adanya trikomoniasis yaitu dengan pemeriksaan biakan (kultur) secret vagina, direct immunofluorescence assay dan Polymerase chain reaction (PCR). Kultur pada medium dapat digunakan untuk pembiakan Trichomonas vaginalis yaitu medium Diamond’s (gold standart) dan medium khusus untuk Trichomona svaginalis In Pouch TVTM culture. Tempat Masuknya Swab



Kantong atas



Kantong bawah



Gambar 4; Media kultur



Trichomonas vaginalis



6. Pemeriksaan PMS lain Jika ditemukan trikomoniasis maka harus dilakukan juga pemeriksaan untuk PMS lain sepertisifilis, Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis, HIV, hepatitis B dan hepatitis C. Infeksi gabungan dengan gonore cukup tinggi. PENGOBATAN Metroni dazol (Flagyl) dan nitomidazol sepertit ini zadol sangat efektif untuk mengobati trikomoniasis. Dosis tunggal 2 gram atau 250 mg tiga kali sehari selama 7-10 hari dapat digunakan, pengobatan pada pasangan diperlukan untuk menghindari infeksi ulang. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



31



Parasitologi II



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



32



Parasitologi II



PROTOZOA JARINGAN (DARAH) Terdapat beberapa jenis protozoa yang dapat menginfeksi darah manusia, dan menyebabkan berbagai penyakit. Genus penting yang menyebabkan penyakit adalah Leishmania, Trypanosoma, Plasmodium dan Babesia.Dari genus Leishmaniai ini hanya terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan manusia yaitu dapat menyebabkan penyakit Leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani penyebab leishmaniasis visceral; Leishmania tropica penyebab leishmaniasis kulit dan Leishmani abrazilliennis penyebab leishmaniasis mukokutis. Genus Trypanosoma memiliki dua spesies penting, yaitu T. cruzi, dan T. brucei. Sedangkan genus Plasmodium memiliki empat spesies yang menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. Ovale. Spesies Babesiamicroti adalah satu satunya anggota genus Babesia yang dapat menginfeksi manusia. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. T.gondii ini merupakan penyebab penyakit toxoplasmosis pada manusia.



A. Leishmaniasis Penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa berflagella dari genus Leishmania. Leishmania merupakan parasite intraseluler obligat yang mengivasi makrofag dan sel-sel sistem retikuloendotelium lain. Terdapat tiga spesies Leishmania yang dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit, yaitu kelompok L. donovani menyebabkan Leishmaniasis viseral atau kala azar, kelompok L.tropica yang menyebabkan leishmaniasis kutis atau oriental sore, dan kelompok L. braziliensis yang menyebabkan leishmaniasis mukokutis atau Espundia. Meskipun ketiga genus Leshmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur (siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan hidupnya. Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah manusia. STADIUM LEISHMANIA Genus Leishmania memiliki dua stadium yaitu amastigot atau stadium pada manusia, dan promastigot atau stadium leptomonas yang terdapat pada hospes Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



33



Parasitologi II



peratara (lalat Phlebotomus atau lalat Lutzomyia) dan dalam biakan NNN (Novy-Mac Neal-Nicole). Pada saat lalat Phlebotomus mengisap darah penderita Leishmaniasis, stadium amastigot terhisap dan dalam lambung lalat berubah menjadi stadium promastigot, berkembang secara belah pasang dengan cepat dan menjadi banyak dalam 3-5 hari. Stadium promastigot selanjutnya akan berimigrasi melalui promastigot adalah stadium infektif yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui hospes perantara lalat Phlebotomus atau lalat Lutzomyia. Dalam tubuh manusia, stadium promastigot masuk ke dalam sel makrofag dan berubah menjadi stadium amastigot. Stadium mastigot selanjutnya membelah secara belah pasang longitudinal dan hidup di dalam sel. Penyebaran selanjutnya dapat terjadi secara kontak langsung melalui luka gigitan lalat. EPIDEMIOLOGI Distribusi geografis penyakit ini sangat luas, meliputi beberapa negara di Afrika, Eropa, Asia dan Amerika. Leishmaniasis umumnya terjadi daerah beriklim tropik atau subtropik dunia, seperti Asia Timur dan Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Utara dan Afrika Timur, Eropa Bagian Selatan, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Leishmaniasis viseral atau kala azar ditemukan di Afrika Utara, Afrika Timur, India dan Cina, Sedangkan Leishmaniasis kutis umumnya dijumpai di timur Tengah dan Amerika. Tiga jenis Leishmania memiliki morfologi yang hampir sama. Ketiganya dapat dibedakan dalam sifat biakan, manifestasi klinik, penyebaran dan vektornya. Ketiga spesies tersebut terdiri dari sejumlah strain yang berbeda dalam virulensi, tipe lesi, sifat biologi, dan adaptasi pada vektor. 1. Leishmaniasis viseral Leishmaniasis



viseral



disebabkan



oleh



kompleks



Leishmania



donovani,



Leishmania infantum dan Leishmania chagasi. Masing-masing spesies memiliki daerah distribusi geografik tersendiri, namun ketiganya tidak dapat dibedakan secara morfologik. Penyakit leishmaniasis visceral disebut juga kala azar atau tropical splenomegaly atau dum-dum fever. Ciri khas penyakit ini adalah adanya hiperpigmentasi pada dahi dan tangan. Manusia merupakan hospes definitif bagi parasit ini, sedangkan anjing dapat berperan sebagai hospes reservoarnya, dan lalat Phlebotomus merupakan hospes perantaranya. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



34



Parasitologi II



SIKLUS HIDUP DAN MORFOLOGI Saat menghisap darah inang (manusia), lalat penghisap yang terinfeksi memasukkan



bentuk



infektif



Leishmania



yaitu



promastigot



melalui



probosisnya. Promastigot yang mencapai luka tusukan akan difagositosis oleh makrofag. Leishmania memiliki kemampuan untuk bertahan dari fagositosis makrofag. Promastigot berubah menjadi bentuk amastigot di dalam sel makrofag, dan memperbanyak diri. Melalui peredaran darah, sel makrofag yang terinfeksi akan menuju berbagai jaringan seperti jaringan limfoid, limfa, hati dan sumsum tulang. Amastigot dapat dijumpai di dalam dan di luar sel-sel retikuloendotelial. Bentuk amastigot Leishmania berukuran 2-5 mikron, berbentuk oval, memiliki nucleus yang besar, satu kinetoplasma berbentuk batang, dan sitoplasma. Jika lalat kembali menghisap darah penderita, maka sel-sel makrofag yang terinfeksi akan masuk ke dalam tubuh lalat, dan selanjutnya berkembang menjadi bentuk promastigot pada usus tengah lalat. Promastigot berukuran 120 hingga 1,3 – 3,5 um dan memiliki satu flagella berukuran 15-28 um. Promastigot akan mmperbanyak diri dan bermigrasi ke probosis lalat. Siklus akan kembali berulang pada saat lalat menghisap darah inang.



Gambar 1. Siklus hidup Leishmania donovani Diambil dari: http://www.earlham.edu/~jonesst2/leishmania.htm



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



35



Parasitologi II



Gambar 2. Bentuk promastigot Leishmania donovani Diambil dari : http://www.infektionsoiologie.ch/leish.html



PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK Pasien yang terinfeksi tidak akan mengalami gejala klinis pada masa inkubasi, yaitu sekitar 3 minggu hingga 2 tahun. Gejala klinik berupa sakit kepala, tidak enak badan, demam, dan penurunan berat badan mengawali gejala infeksi leishmaniasis viseral. Kadang-kadang dapat terjadi nyeri abdomen. Deman terjadi dengan interval periodik, mirip malaria tertiana atau kuartana. Pasien dapat pula mengalami diare yang mirip dengan demam tifoid. Pemeriksaan fisik pasien menunjukkan adanya pembesaran hati, limfa dan nodus limfe. Peningkatan kadar globulin serum terjadi akibat adanya respon terhadap infeksi. DIAGNOSIS Diagnosis leishmaniasis viseral cukup sulit mengingat gejala yang ditimbulkan mirip dengan penyakit infeksi lain seperti malaria, tifoid dan tuberculosis. Diagnosis laboratorium dapat ditegakkan melalui: 1. Pengamatan adanya parasit pada jaringan yang terinfeksi dengan pemeriksaan mikroskopis. Sediaan dapat berasal dari kultur in vitro atau inokulasi pada hewan. Diagnosis secara mikroskopis paling sering dilakukan yaitu dengan mengambil sampel yang didapat dari aspirasi limpa atau sumsum tulang. Sediaan dapat diwarnai dengan pewarna giemsa atau leishman. Aspirasi limpa sangat sensitif untuk pemeriksaan penyakit kala-azar dengan nilai sensitifitas mencapai 95%. Spesimen jaringan seperti limpa, hati atau nodus limfe, dapat dibuat sediaan sitologik dengan pewarnaan giemsa untuk mempermudah penemuan stadium amastigot. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



36



Parasitologi II



2. Deteksi DNA parasit dalam sampel jaringan 3. Imunodiagnosis dengan mendeteksi antigen parasit dalam jaringan, darah, atau urin PENGOBATAN Obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi kompleks L. donovani adalah antimoni pentavalen natrium glukonat (pentostam) dan meglumin antimoniat (Glucantime). Jika keduanya tidak efektif, dapat digunakan senyawa isotionat pentamidin (Lomidine) dan amfoterisin B (fungizone). Pengendalian infeksi kompleks L.donovani paling baik dapat dicapai melalui diagnosti segera dan pengobatan individu terinfeksi, serta melalui penurunan populasi vector dan reservoir. Penyemprotan insektisida, menghidari aktifitas luar rumah di saat vector paling aktif (senja hingga fajar), menggunakan pakaian pelindung kulit, kelambu saat tidur dan pengusir serangga merupakan langkah-langkah pencegahan efektif yang disarankan. Terutama di daerah endemis. EPIDEMOLOGI Di sekitar laut tengah, penyakit ini hanya terdapat pada anak balita dan disebut kala azar infantli. Anjing merupakan hospes reservoir dan penting sebagai sumber infeksi. Pada anjing dapat terjadi kelainan pada kulit yang dinamakan hunde kala azar di Eropa dan Amerika Selatan, anjing peliharaan dapat menjadi sumber penularan sedangkan di India penularan terjadi langsung antara manusia dan manusia karena anjing tidak penting sebagai hospes reservoir . 2. Leishmaniasis kutis Distribusi geografis penyakit ini tersebar pada hampir seluruh wilayah Amerika, dari meksiko hingga Argentina (leishmaniasis kutis dunia baru) dan di beberapa wilayah di timur tengah (leishmaniasis kutis dunia lama). Di daerah endemic, leishmaniasis kutis lebih banyak menyerang anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Pria lebih sering terinfeksi dibandingkan wanita, hal ini dimungkinkan karena pemajanan yang lebih sering dengan vector lalat pasir.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



37



Parasitologi II



MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP Lalat menyuntikkan promastigot saat menghisap darah manusia. Promastigot selanjutnya akan difagosit oleh makrofag dan sel fagositik lainnya. Di dalam sel ini promastigot berubah menjadi stadium amastigot, dan bermultiplikasi secara belah pasang longitudinal pada jaringan. Sel yang mengandung banyak amastigot dan multiplikasi secara belah pasang longitudinal pada jaringan. Sel yang mengandung banyak amastigot akan pecah dan menginvas sel lain. Proses ini akan terus berlangsung hingga menimbulkan keruskan jaringan. Lalat yang menghisap darah manusia akan memasukkan parasit ini kedalam tubunya dan akan berkembang menjadi stadium infaktif di dalam usus. Promastigot selanjtnya akan berkembang ke seluruh tubuh lalat dan sebagiannya berada pada prosbocis. Siklus akan kembali berulang ketika lalat yang terinfeksi menghisap darah manusia. PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS Pada manusia, leishmaniasis kutis hanya bermanifestasi pada jaringan kulit. Lesi primer dapat membesar dan terasa gatal, meskipun tidak terasa sakit. Leishmaniasis kutis yang berdifusi ( Diffuse Cutaneous Leishmaniasis – DCL) dapat terjadi pada infeksi L, amazonensisyang serupa dengan lepra. Lesi yang disebabkan oleh salah satu organisme di atas umunya berupa lesi soliter yang dapat sembuh dengan sendirinya, namun dapat meninggalkan perut yang serius. DIAGNOSIS Diagnosis Leishmaniasis kutis ditegakkan dengan menemukan amastigot pada preparat apus yang di ambil dari bagian ulkus. Pengecatan dengan pewarna Giemsa atau Wright dapat memperlihatkan infeksi leishmania di dalam sel makrofag. Sitoplasma akan berwarna biru pucat , dan kinetoplas serta nukleus akan terwarnai merah dan ungu. Kultur prosmastigot dapat dilakukan dengan mengiokulasi jaringan pada medium Schneirder Drosophilla, dimana kultur akan menunjukkan hasil positif setelah 1 minggu atau dengan media NNN yang akan menunjukkan hasil positif setelah 1-3 minngu. Uji Montenegro atau uji kulit dengan antigen leishmania sering digunakan untuk skrining pada daerah endemis. Suspensi leishmania yang diberikan Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



38



Parasitologi II



secara intrademal. Reaksi inflamasi lokal akan tampak pada tempat injeksi umumnya dalam waktu 48-72 jam. PENGOBATAN Kesembuhan bergantung pada respon imun seluler. Pada kebanyakan kasus, infeksi dapat sembuh dengan sendirinya. Namun jika lesi tetap bertahan atau dapat mengancam struktur kartilago, pengobatan baru diberikan. Obat yang digunakan adalah sodium stibogluconate (antimoni sodium gluconate:pentosam) yang diberikan secara intramuskuler selama sepuluh hari. Pemberian obat dapat dilakukan secara berulang untuk menginduksi respon klinis. Obat alternative lain adalah meglumone antimonite atau glucantime. EPIDEMIOLOGI Anjing dan binatang pengerat merupakan sumber infeksi yang penting bagi manusia. Pemberantasan vector (lalat pasir) dilakukan dengan penyemprotan insektisida di rumah-rumah. Juga di anjurkan menggunakan kelambu atau repelen waktu tidur agar terlindung dari gigitan lalat. Imunisasi aktif dapat memberikan perlindungan yang efektif, meskipun imunitas baru didapat setelah beberapa bulan. 3. Leishmaniasis mukokutis Leishmaniasis mukokutis disebabkan oleh L. brasiliensis. Penyebaran infeksi ini umum terjadi pada daerah Meksiko, Argentina, Panama, hingga Brazil dan Venezuela.



Gambaran klinis penyakit ini hampir sama dengan leishmaniasis kutis, namun dapat menyerang jaringan mukosa, terutama pada mulut dan hidung. Ulkus dapat Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar Gambar 2. Espundia



39



Parasitologi II



mengerosi jaringan lunak wajah dan palatum atau membentuk polip pada rongga hidung. Gejala ini dikenal dengan sebutan Espundia. Pasien biasanya mengalami pembesaran nodus limfatikus regional dan infeksi sekunder oleh bakteri. Pengobatan leishmaniasis mukokutis sama dengan leishmaniasis kutis, yaitu dengan pentosa dengan angka kesembuhan mencapai 60%. Sementara pemeberian Amphotericin B memberikan kesembuhan mencapai 75%. Pasien yang tidak diobati dapat menyebabkan kematian dikarenakan adanya infeksi sementara.



B. TRYPANOSOMIASIS Trypanosoma merupakan flagelata darah yang hidup dalam darah dan jaringan hospes manusia, dan menyebabkan penyakit Trypanosomiasis. Terdapat dua jenis penyakit yang disebabkan oleh genus ini yaitu Trypanosomiasis Afrika yang disebabkan oleh T. brucie dan Trypanosomiasis Amerika yang disebabkan oleh T. Cruzi. Kedua jenis penyakit ini tidak terdapat di Indonesia. Morfologi Trypanosoma sangat beragam hingga disebut bersifat pleomorfik. Pada satu sediaan dapat terlihat parasit dengan lebar 1,5-3,5 µm, gemuk, tanpa flagel. Trypanosoma memiliki nukles, kinetoplas, flagel, membran bergelombang, badan basal, mitokondria, dan mikrotubular. Tripanosomatid menunjukkan bentuk spesifik seluler sebagai berikut:  Amastigot – nucleus berada pada bagian anterior, bentuk oval, memiliki flagel yang tidak fungsional.  Promastigot - nucleus pada basal anterior tubuh inti, dengan panjang terlepas flagela.  Epimastigot – anterior basal tubuhinti, dengan flagella panjang terpasang di sepanjang sel tubuh.  Tripomastigot – inti berada pada bagian posterior, memilki flagella yang panjang dan bergelombang.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



40



Parasitologi II



Gambar 3.Tahap-tahap perkembangan tripomastigot



1. Trypanosomabrucei Trypanosoma brucei adalah penyebab trypano somiasis Afrika (atau penyakit tidur) pada manusia adan nagana pada hewan di Afrika. Terdapat 3 sub-spesies T.brucei, yaitu: T.b.brucei, T.b.gambiense dan T.b.rhodesiense.



 T. brucei brucei merupakan merupakan penyebab trypano somiasis hewan Afrika, bersama dengan beberapa spesies lain. T.b. Brucei tidak menginfeksi manusia karena kerentanan untuk lisis oleh apolipo protein manusia L1. Namun karena banyak memiliki kesamaan dengan T.b.gambiense dan T.b. rhodesiense (seperti variasi antigenic), T.b.brucei sering digunakan sebagai model untuk infeksi manusia dalam laboratorim dan studi hewan.



 T. Brucei gambiense merupakan penyebab trypanosomiasis kronis pada manusia. Penyakit yang disebabkan oleh parasite ini disebut dengan Gambian trypanosomiasis atau mid-Africa sleeping sickness. Terdapat di Afrika tengah dan barat, di mana manusia dianggap sebagai hospes reservoir.



 T. Bruceir hodesiense merupakan penyebab onset cepat trypanosomiasis akut pada manusia. Terdapat di Afrika bagian selatan dan timur, di mana hewan dan ternak dianggap sebagai hospes reservoir. MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP Siklus hidup T. brucei diawali oleh gigitan lalat tsetse (Glossinasp.) yang mengandung stadium metasiklik tripomastigot. Metasiklik tripomastigot selanjutnya masuk kedalam aliran darah, dan berkembang secara belah pasang di berbagai cairan tubuh seperti darah, cairan serebros pinla, aspirasi kelenjar limfe, dan aspirasi cairan dari“chanretrypanosomal” yang terbentuk pada tempat gigitan lalat tsetse. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



41



Parasitologi II



Gambar 4. Lalat tsetse (Glossina. sp)



Gambar 5. Stadium tripomastigotT. Brucei



Gambar 6.Siklus HidupTrypanosoma brucei



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



42



Parasitologi II



Jika lalat menggigit manusia yang telah terinfeksi, bentuk tripomastigot akan berkembang di dalam usus lalat. Setelah dua minggu, parasit ini akan bermigrasi kekelenjar ludah melalui hipofaring dan kelenjar ludah. Parasit akan menempel pada sel-sel epitel dan berubah bentuk menjadi stadium epimastigot. Bentuk epimastigot memilik iinti pada posterior kinetoplas. Di dalam kelenjar ludah, bentuk epimastigot memperbanyak diri dan selanjutnya berubah menjadi metasiklik tripomastigot selama 2-5 hari. Bentuk metasiklik tripomastigot merupakan bentuk infektif bagi manusia. Seluruh siklus perkembangan parasit ini membutuhkan waktu lebih kurang tiga minggu. Baik lalat jantan maupun betina dapat menjadi vector bagi parasitini. PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK Pada stadium awal infeksi, parasit berkembang biak di sela-sela jaringan di bawah kulit dan dalam waktu sekitar satu minggu timbul syanker tripanosoma. Stadium tripomastigot masuk ke pembuluh darah dan terjadi parasitemia. Pada penduduk asli, stadium ini tidak menimbulkan gejala sedangkan pada pendatang dapat menimbulkan demam. Demam disebabkan oleh adanya penyebaran parasit ke seluruh tubuh, khususnya pada kelenjar limfe. Demam bersifat emiten disertai sakit kepala, malaise, dan anokresia. Kelenjar limfe menjadi besar dan nyeri, sangat nyata pada bagian servikal belakang, disebut gejala winterbottom. Hepatosplenomegali juga dapat terjadi pada penderita penyakit ini. Gejala ini dapat berlangsung selama bertahuntahun lamannya. Penderita mengalami sakit berat dan dapat meninggal. Pada stadium berikutnya, sindroma penyakit tidur timbul setelah tripomastigot menginvasi susunan saraf pusat. Parasit masuk ke otak dan menyebabkan meningitis, ensefalitis dengan gejala sakit kepala berat, kelainan motorik, apatis, letargi, koma, dan berakhir dengan kematian. Perbedaan penting antara infeksi T.b.gambiense dan T.b.rhodesiense adalah T.b. rhodisiense sangat virulen, penyakitnya akut sehingga penderita meninggal dalam waktu yang singkat sebelum gejala otak nampak, sedangkan T.b. gambiense, penyakitnya menahun, penderita dapat meninggal dengan gejala otak.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



43



Parasitologi II



DIAGNOSIS Gejala-gejala diagnostik seperti demam yang tidak teratur, pembesaran kelenjar limfe terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang dikenal dengan gejala winter-bottom, berkurangnya sensasi terhadap sakit, dan munculnya ruam kulit menjadi dasar penegakkan diagnosis selanjutnya. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan parasit : a. Secara langsung dalam sediaan darah atau cairan otak Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan mikroskopis pada apusan darah tebal dan tipis. Jika



jumlah parasit sedikit, dianjurkan



menggunakan Metode sentrifugasi ‘buffy coat’. Pemeriksaan cairan kotak harus



dilakukan



dengan



teknik



sedimen



sentrifus.



Bila



jumlah



tripomastigot di dalam darah tidak terdeteksi, bentuk ini masih dapat ditemukan pada aspirasi kelenjar limfe yang meradang. Spesimen darah dan cairan otak harus terus diperiksa selama masa pengobatan dan 1-2 bulan setelah pengobatan. b. Dalam biopsi kelenjar dan pungsi sumsum tulang c. Secara imunologi Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk skrining adalah metode ELISA dan pemeriksaan hemaglutinasi tidak langsung.



PENGOBATAN Pengobatan trypanosomiasis akan lebih berhasil pada pengobatan dini, yaitu pada stadium darah-limfe. Obat yang digunakan adalah suramin atau pentamidin. Bila susunan saraf sudah terinfeksi, dapat digunakan triparsamid. Obat-obat trypanosomiasis umumnya bersifat toksik bagi manusia, sehingga menimbulkan resistensi pada beberapa strain parasit.



2. Trypanosoma cruzi Infeksi T. cruzi menyebabkan penyakit trypanosomiasis Amerika atau penyakit chagas. Penyakit ini ditularkan oleh serangga triatoma (triatoma infestan) manusia merupakan hospes parasit ini dan binatang peliharaan (kucing,anjing) atau binatang liar



(tupai , kera, dll) merupakan hospes reservoirnya. Penyakit ini



ditemukan secara luas di Amerika selatan, Amerika Tengah, dan Amerika serikat. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



44



Parasitologi II



Gambar 7. Triatoma infestan, salah satu vektor T. cruzi MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP Di dalam tubuh manusia, parasit ini terdapat dalam dua stadium yaitu tripomastigot dan amastigot. Staduim tripomastigot berada di luar sel darah dan tidak berkembang biak. Bentuk ini memiliki ukuran panjang 20 mikron dan menyerupai huruf ‘S’ dan ‘C’ dengan kinetoplas yang besar.



Gambar 8. Stadium tripomastigot (kiri), amastigot (tengah) dan epimastigot (kanan) T. cruzi Stadium amastigot, berukuran 2-3 mikron terdapat di dalam sel RE dan berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Setelah sel RE penuh, sel akan pecah dan stadium amastigot berubah menjadi tripomastigot setelah melalui stadium epimastogot. Stadium tripomastigot dapat ditemukan dalam peredaran darah setelah 10 hari pasca infeksi. Stadium tripomastigot akan kembali ke peredaran darah. Stadium amastigot dapat ditemukan dalam sel RE pada limpa, hati, kelenjar limfe, sumsum tulang, sel otot jantung, dan sel otak.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



45



Parasitologi II



Jika triatoma menghisap darah seorang penderita tryaminosis. Stadium trypamasgosit



dan amastigot



akan berubah menjadi stadium



epimastigot di dalam usus tengah serangga ini. Stadium epimastigot akan berkembang biak secara



belah pasangan



longitudinal dan bermigrasi



kebagian posterior untuk berubah menjadi stadium tripomastigot meta siklik yang merupakan bentuk metasiklik siklus ini berlangsung 10 hari. Pada saat menusukkan alat hisapnya pada permukaan kulit ,triatoma juga mengeluarkan tinja yang mengandung bentuk infektif T, cruzi karena luka tusukan terasa gatal, maka orang akan menggaruk hingga mengeluarkan luka, bentuk infektif dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka, dikenal dengan cara infeksi posterior contaminative parasit dapat pula masuk melalui permukaan kulit bagian selaput lendir mata atau kulit bayi. PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK Stadium metasiklik tripomastigot yang masuk ke aliran darah dengan segera dikelilingi oleh makrofag, parasit kemudian masuk ke dalam sel makrofag dan membelah banyaknya makrofag



yang diserang dapat



membantu suatu granuloma(chagoma) yang dapat membendung aliran limfe. Modul biasanya muncul pada wajah dan dapat muncul pada bagian tubuh lainnya. chagoma terasa sakit dan baru dapat sembuh saat 2-3 bulan. Bila hal ini terjadi pada mata, timbul edema pada salah satu kelopak mata yang disebut gejala romana. Parasitemia pada aliran darah dapat menimbulkan gejala toksik. Parasit masuk kedalam organ organ dalam yang mengandung RE sehingga timbul gejala splenomegali, hepatomegali dan limfadenopati juga terjadi kelainan sum tulang tanda tanda sistemik akut terjadi pada minggu ke dua atau minggu ke tiga pasca infeksi dan ditandai dengan demam tinggi, dapat intermiten atau kontinyu hepatosmlenogali, mialgia, ruam eritometosa, miokarditis, akut, limfadenopati dan edema subkutan pada wajah, tungkai dan kaki, penderita mengalami sakit berat, demam dan menunjukkan adanya gejala jantung sehingga penderita meninggal pada stadium akut. Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak, infeksi pada orang dewasa umumnya menahun. Tahap kronik dapat dimulai tanpa gejala, gejala pada tahap ini disebabkan oleh kerusakan yang terus menerus pada fase akut tanda klinis Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



46



Parasitologi II



yang paling sering didapati adalah kardiomiopati dengan manifestasi berupa kardiomegali dan perubahan konduksi. DIAGNOSIS Diagnosis penyakit chagas harus dilakukan pada penderita dengan gejala klinik dan memiliki riwayat transit maupun menetap pada daerah endemik. Hal ini untuk mendeteksi lebih dini kemungkinan



terjadinya fase akut.



diagnosis dapat ditegakkan dengan menentukan parasit : a. Dalam darah pada waktu terjadinya demam atau dalam biopsi kelenjar limfe, limpa, hati dan sum-sum tulang. b. Pada kultur biakan dengan mediumNNN PENGOBATAN Benzinodazol adalah satu satunya obat dengan aktivitas terhadap T.cruzi yang tersedia dan dapat digunakan pada manusia. Tahap akut selalu memberikan pengobatan dengan benidizol. C. MALARIA Penyakit Plasmodium dikenal sebagai malaria. Penyakit malaria disebabkan oleh parasit. Plasmodum yang ditularkan kepada manusia melalui



perantaraan



serangga vektor yaitu nyamuk anopheles, terdapat empat spesies plasmodium yang menginfeksi manusia,yaitu : Plasmodium falciprum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Ovale. SIKLUS HIDUP Gametosit dalam pembuluh darah yang ikut terserap oleh gigitan nyamuk akan berembang menjadi mikro dan makrogamet dalam tubuh nyamuk. Mikro dan makro gamet mengalami fertilisasi menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi ookinet, selanjutnya menjadi ookista yang mengandung sporozoit. Ookista pecah sehingga sporozoit keluar dan menuju kelenjar liur nyamuk. Sporozoit ikut dikeluarkan pada saat nyamuk menggigit manusia. Bentuk trofozoit merupakan salah satu bentuk yang dapat diamati pada sel eritrosit penderita malaria. Bentuk trofozoit berkembang menjadi schizont, dan menjadi bentuk gametosit jantan dan betina. Pada saat orang tersebut digigit oleh nyamuk, bentuk gametosit akan ikut terisap, dan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Gametosit jantan dan betina mengalami kopulasi dan menghasilkan zigot, yang disebut ookinet. Ookinet akan menghasilkan sporozoit yang tersebar Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



47



Parasitologi II



pada seluruh tubuh nyamuk. Penyebaran penyakit malaria akan berulang melalui gigitan nyamuk yang mengandung sporozit.



Gambar 9. Siklus HIdup Plasmodium sp.



Gambar 10: Berbagai Stadium Plasmodium falciparum



Kiri: Apus darah tipi;: Kanan: Apus darah tebal



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



48



Parasitologi II



Gambar 11. Bentuk Trofozoit Plasmodium P. vivax (kiri), P. malariae (tengah), dan P. ovale PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya disebut masa tunas ektrinsik. Sedangkan pada masa tunas intrinsik adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbul gejala demam, biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung pada spesies plasmodium yang menginfeksi (terpendek pada infeksi P. falciparum, dan terpanjang pada P. malariae), beratnya infeksi, dan pengobatan sebelumnya atau derajat imunitas hospes. Masa prepaten berlangsung sejak saat sporozoit masuk sampai ditemukan parasit malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang mikroskopik. Demam atau riwayat demam dengan suhu tubuh lebih dari 38˚c biasanya ditemukan pada penderita malaria. Pada permulaan penyakit, demam tidak bersifat periodik sehingga tidak khas dan dapat terjadi setiap hari. Demam dapat bersifat remiten atau terus menerus. Demam dapat disertai gejala lain yang tidak spesifik seperti menggigil, lemas, sakit kepala, sakit otot, batuk dan gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare. Setelah lebih kurang 1-2 minggu serangan demam disertai gejala lain akan diselingi priode bebas penyakit demam selanjutnya bersifat periodik yang khas, yaitu bersifat intermiten. Serangan demam yang khas terdiri atas beberapa stadium : 1. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari tangan menjadi biru, kulitnya kering dan pucat.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



49



Parasitologi II



Kadang-kadang disertai mual dan muntah. Pada anak-anak sering disertai kejang. Stadiun ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam. 2. Stadium puncak demam dimulai pada saat rasa dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya disertai mual dan muntah nadi penuh berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik hingga mencapai 41˚c atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam. 3. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan pada saat bangun merasa lemah namun lebih sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam. Serangan demam yang khas sering terjadi mulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam. Setelah itu terjadi stadium aperiksia. Serangan demam makin lama makin berkurang beratnya karna tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam tubuh dan karena adanya respon imun penderita. Gejala infeksi yang muncul kembali setalah serangan pertama disebut rekrudensi, yang timbul karena jumlah parasit dalam eritrosit meningkat. Anemia, esplenomegali dan hepatomegali sering kali berhubungan dengan malaria. DIAGNOSIS Diagnosis malaria ditegakkan seperti pada diak]gnosis penyakit lain yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat (uji cepat). Pada anamnesis hal penting harus diperhatikan adalah : a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemic malaria. c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria d. Riwayat sakit malaria e. Riwayat meminum obat malaria selama satu bulan terakhir. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



50



Parasitologi II



f. Riwayat mendapat transfuse darah. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat kondisi-kondisi berikut : 1. Malaria tanpa komplikasi:  Demam(pengukuran dengan thermometer >37,5˚)  Pembesaran limfa(spelenomegali)  Pembesaran hati (hepatomegali) 2. Malaria dengan komplikasi, dapat ditemukan keadaan seperti:  Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat  Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)  Kejang-kejang  Panas sangat tinggi  Mata atau tubuh kuning Diagnosis atas dasar pemerksaan laboratorium dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Pemeriksaan dengan mikroskop: pemeriksaan sediaan darah tebal dan tips di puskesmas/lapangan/rumah sakit untuk menentukan:  Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)  Spesies dan stadium plasmodium.  Kepadatan parasit Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal berikut:  Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negative, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam selama 3 hari berturut-turut.  Bila hasil periksaan 3 hari berturut-turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis penyakit malaria disingkirkan. 2. Pemeriksaan dengan test diaknostik cepat (Rapid DiagnosticTest–RDT) Mekanisme kerja tes ini berdasarka deteksi antigen parasit malaria, dengan metode imunokromatografi dalam bentuk dipstik. Test diaknostik cepat (RDT) untuk malaria adalah tes imunokromatografi yang dapat mendeteksi adanya antigen plasmodium tertentu melalui reaksi antigen– antibodi pada permukaan strip kertas mitroselulosa. Target antigen yang digunakan pada RDT adalah antigen spesifik untuk P. falciparum, yaitu histidine-rich protein 2 (HRP 2) dan P. falciparum-specific parasite Lactate Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



51



Parasitologi II



dehydrogenase (Pf-pLDH), antigen spesifik untuk P. vivax (P,malariae dan P ovale . Stadium skizonterlihat inti membelah secara aseksualmenjadi 2,4,8 inti dan seterusnya tanpa melibatkan sel kelamin jantan dan betina.Vivax-Spesific parasite Lactate dehydrogenase, Pv-pLDH), dan antigen umum untuk P. Falciparum, P. Vivax, P. Malariae, P. Ovale ( Panspecific parasite lactate dan aldolase). RDT yang mengkombonasi garis kontrol dan satu garis tes, disebut RDT dengan 2 band, sedangkan dengan 2 atau lebih garis tes, disebut RDT 3 atau 4 band. Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah penyimpanan RDT sebaiknya di dalam lemari es, tetapi tidak pada freezer pendingin. Pembuatan Sediaan Darah Malaria a. Pengambilan darah Bahan pemeriksaan terbaik adalah darah kapiler, bila menggunakan darah vena sebaiknya tanpa koagulan dan apabila mengandung koagulan tidak boleh lebih dari 1 (satu) jam karena jumlah parasit akan berkurang dan morfologi dapat berubah. Pembuatan sediaan malaria terdiri dari sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis. Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis. Parasit yang ada terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih cepat terlihat di mikroskop. Sediaan darah tipis terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar digunakan untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah ditemukan dalam sediaan darah tebal. b. Pembuatan sediaan 1. Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan menghadap keatas. 2. Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi kurang lebih 6 bulan dari tumit).



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



52



Parasitologi II



3. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk menghilangkan kotoran dan minyak, setelah kering tekan jari agar darah banyak terkumpul di ujung jari. 4. Tusuk bagian ujung dari agak pinggir, dekat kuku, secara cepat menggunakan lancet, tetes darah pertama di bersihkan, kapas kering untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol. 5. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil objek glass letakkan objek glass di bawah jari. 6. Teteskan satu tetes kecil di bagian tengah untuk sediaan darah tipis dan 3 tetes kecil di bagian ujung untuk sediaan darah tebal, bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas. 7. Letakkan objek glass di permukaan rata, ambil satu objek glass lagi, tempelkan ujungnya pada tetesan darah kecil sampai darah menyebar sepanjang tepi objek glass. 8. Dengan sudut 45 derajat geser dengan arah tetesan darah tebal sehingga terbentuk apusan membentuk lidah. 9. Untuk sediaan darah tebal tempelkan ujung objek glass kedua pada tiga tetes kecil darah putar objek glass searah jarum jam sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm. 10. Pemberian label pada ujung objek glass dekat sediaan darah tebal menggunakan kertas label atau objek glass frosted dituliskan kode atau inisial nama atau tanggal pembuatan. 11. Proses pengeringan di tempat yang datar, tidak di anjurkan menggunakan lampu atau hair dryer karena akan retak, penyimpanan hindarkan semut, lalat, kecoa, debu, panas dan getaran.



c. Pewarnaan Sediaan 1. Sediaan darah tipis yang sudah kering difiksasi dengan metanol, jangan sampai sampai terkena sediaan darah tebal. 2. Letakkan pada rak pewarnaan dengan posisi darah berada diatas. 3. Siapkan giemsa 3% (3 ml stock giemsa 97 buffer 7,2) dalam keadaan darurat 2 tetes giemsa 1ml buffer 7,2 pewarnaan 15 menit. Pewarnaan standar tetap dilakukan. Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



53



Parasitologi II



4. Tuangkan giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh permukaan objek gelas, biarkan selama 30-45 menit. 5. Tuangkan air bersih perlahan dari tepi objek gelas sampai larutan giemsa yang terbuang menjadi jernih, angkat dan keringkan , siap diperiksa. d. Pemeriksaan sediaan darah. Morfologi parasit malaria 1. Pengenalan parasit malaria Parasit malaria terdiri dari :  Inti/kromatin : bentuknya bulat dan berwarna merah  Sitoplasma : bentuknya seperti cincin sampai bentuk tidak beraturan umumnya berwarna biru 2. Stadium parasit malaria  Stadium trofozoit Merupakan stadium yang paling umum ditemukan, sering sekali disebut dengan stadium cincin, meskipun tidak selalu nampak sebagai cincin yang sempurna. Trofozoit merupakan stadium pertumbuhan sehingga ditemukan dalam berbagai ukuran. Pigmen merupakan hasil pertumbuhan/metbolisme parasit, warnanya kuning pucat sampai coklat kehitaman atau hitam.  Stadium Skizon Stadium skizon terlihat inti membelah secara aseksual menjadi 2, 4, 8 inti dan seterusnya tanpa melibatkan sel kelamin jantan dan betina  Stadium gametosit Merupakan stadium seksual yang menjadi sel kelamin jantan dan betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina. Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang tergantung spesies. Warna dari sitoplasma parasite dapat digunakan untuk membedakan sel kelaman jantan (mikrogametosit) dan sel kelamin betina (makrogametosit) 3. Spesies parasite malaria Gambaran pada sediaan darah tipis. Petunjuk yang paling sederhana untuk membedakan keempat spesies malaria adalah perubahan yang Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



54



Parasitologi II



terlihat pada sel darah merah yang terinfeksi. Ukuran sel darah merah yang terinfeksi dapat terlihat membesar atau normal. Pada sitoplasma eritrosit yang terinfeksi dapat ditemukan titik schuffner atau maurer. Petunjuk lainnya adalah keteraturan sitoplasma eritrosit. Sitiplasma yang teratur dapat berupa cincin, koma, tanda seru atau sayap burung terbang. Secara umum, pada infeksi plasmodium falciparum dapat ditemukan satu stadium (trofozoit atau gametosit). Pada infeksi spesies lainnya dapat ditemukan berbagai stadium. PENGOBATAN Pengobatan malaria pada awalnya menggunakan klorokuin untuk malaria falciparum, dan sulfadoksin-pirimethamin (sp). Namun sejak dilaporkan adanya resistensi terhadap jenis pengobatan tersebut sejak tahun 1973, dan



semakin meluas, pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini



menggunakan terapi kombinasi Artemisinin (artemisinin combined therapy) sebagaimana yang direkomendasikan oleh WHO. Ada beberapa kombinasi obat malaria yang digunakan didunia. Yaitu kombinasi



Artesunat-Amodiaquin.



Artemether-lumefantrin,



Dihydroartemisinin-piperaquin,



Artesunat-Meflokuin.



Artesunat-Sulfafadoxin



Pirimetamin, Artemisin-Naphtoquin. Di Indonesia kombinasi obat yang tersedia yaitu kombinasi Artesuna: Amodiaquin dan DihydroartemisininPiperaquin.



D. TOXOPLASMA GONDII Toxoplasma gondii adalah spesies protozoa parasite pada genus toxoplasma. Gondii menyerang kucing, tetapi parasite dapat dibawah oleh semua mamalia. T. gondii menyebabkan penyakit toksoplasma. T.gondi memiliki afinitas terhadap sel retikuloendotelial, mononuclear, limfosit, neutrophil dan sel parenkim. Letak dalam sel dapat tunggal, berkelompok atau menyerupai rossete (berkelompok 10-128 buah membentuk lbulatan/piriform). Toxoplasma gondii menyebabkan toksoplasmosis pada manusia yang biasanya berasal dari binatang baik binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung, maupun binatang ternak antara lain babi, kambing yang bertindak sebagai sumber penularan. Toksoplasmosis manifestasi klinis terutama bayi dan anak-anak Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



55



Parasitologi II



dapat berupa subakut ensefalomielitis dan khorioretinitis, sedangkan pada orang dewasa dan tua berupa deman akut. Di dalam daur hidupnya mempunyai tiga bentuk perkembanyan yaitu bentuk zoite, kista, dan ookista. Sebagai bentuk infektifnya adalah sporozoit, kestozit dan endozit. Sedangkan cara infeksinya adalah bukan dengan melalui vector, tetapi dengan berbagai cara yaitu mulut, transplantasi, transfuse ataupun dengan kista. Trophozoit atau ookista selama melakukan penelitiaan di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan toxoplasmosis kongenitaldan toxoplasmosis dapatan (perolehan). Penularan dari manusia ke manusia terjadi dengan melalui plasenta penyebab toxoplasmosis congenital. T.gondii



membutuhkan



oksigen,



memanfaatkan



glukosa,



hasil



akhir



metabolism adalah laktat, asetat dan propionate, butirat dan valectic acid serta karbondioksida. Pembelahan pada sel hospes dengan pembelahan inti secara Mitosis. Pembelahan dimulai dengan pembelahan transversal kemudian longitudinal. Pembelahan terjadi beberapa kali sehari sehingga menyebabkan pembesaran sel. Pada strain yang ganas pecahannya sel terjadi sanggat dini, parasite terbebas kemudian mencari sel yang baru. MORFOLOGI Intra seluler terletak dalam vakuol jaringan pada sitoplasma. Serta menimbulkan tropozoit bentuknya menyerupai bulan sabit. Panjang 3,5-6 µm dan lebar 1,5-3 µm. salah satu ujungnya lebih tumpul dari ujung yang lain.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



56



Parasitologi II



Gambar 12. Bentuktakizoit Toxoplasma Gondii Sumber: http://farm/static.flicker.com/jpg Pada pewarnaan giemsa sitoplasma berwarna biru dengan inti sferis atau oval berwarna kemerah-merahan yang letaknya dekat dengan ujung yang tumpul. Umumnya parasite ditemukan sedikit kemunduran sel yang diserang. PENYEBARAN Tuan rumah definitifnya adalah kucing, infeksi alami terdapat pada mamalia meliputi baboon, simpanse, keradan beberapa jenis tikus, berbagai jenis kelinci dan beberapa ungags seperti ayam, bebek, merpati dan penguin. SIKLUS HIDUP  Tahapan Enteroiptelial Merupakan tahapan penelanan kista dalam jaringan, parasit akan menginvasi sel eritrosit kucing dan berfloriferasi dan berdiferensi menjadi bentuk seksual makrogametosis dan mikrogametosis. Zygot dari gametosis akan berubah menjadi ookista yang akan dilpeaskan dari lingkungan bersama feses kucing.  Tahapan feses Pada feses yang mengandug ookista terjadi meiosis, menghasilkan trofozoit yang sangat infektif dan resisten terhadap lingkungan dan dapat bertahan bertahun-tahun dalam lingkungan yang lembah.  Tahapan aseksual Reproduksi aseksual dimulai setelah feses kucing ditelan hospes kedua misalnya tikus,yang akan menyebabkan: 1. Infeksi akut (sporozoit berdiferensiasi dan secara cepat membentuk takizoit yang apabila ada menandakan infeksi akut) 2. Infeksi kronik (takizoit berubah secara perlahan membentik bradizoit) 3. Infeksi laten (bradizoit berada dalam jaringan untuk semasa hidup hospes terutama di otot dan otak, dan kista sulit dimusnahkan karena berada di dalam sel hospes. Dan kista bisa tetap ada selama, diagnosis dan dilakukan secara serologi, kista dapat diperiksa dari biospy.



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



57



Parasitologi II



Diagnosis untuk infeksi congenital dapat dilakukan dengan deteksi DNA T.gondii pada cairan amnion menggunakan teknik PCR.



Gambar 13. Siklus hidup Toxoplasma gondii Sumber : http://metaphatogen.com/toxoplasma/html



Prodi TLM Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar



58